Ditulis oleh Asal Sekolah Mengajar
: Drs. Bambang Suwignyo : SMAN 2 PROBOLINGGO : Matematika dan TI&K
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desember 2004 merupakan bulan paling bersejarah dan istimewa bagi bangsa Indonesia karena tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004 telah terjadi bencana nasional tsunami yang meluluh lantakkan Nangroe Aceh Darussalam dan sekitarnya. Mengingat kejadian tersebut, kita selalu terbayang seakan alam murka dan ingin menunjukkan kedahsyatannya. Korban berjatuhan di sana-sini tanpa mengenal suku, strata dan status. Bumipun mengalami kerusakan yang maha hebat, bangunan runtuh, sumber daya alam hilang serta akibat-akibat lainnya. Pasca bencana tsunami, sangat sulit melakukan kegiatan renovasi atau pemulihan lingkungan yang ada. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, tak ubahnya dengan kerusakan yang terjadi melalui aktivitas alam seperti contoh kasus bencana tsunami di atas. Artinya apabila lingkungan telah mengalami kerusakan maka tidak mudah bagi kita untuk melakukan perbaikan atau pembenahan kembali. Pada umumnya mengembalikan atau memulihkan alam yang mengalami kerusakan membutuhkan waktu yang sangat lama dan dibutuhkan individu-individu yang mau peduli. Saat ini kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan kondisi tersebut membuat lingkungan bumi makin tidak nyaman bagi manusia. Bahkan jika terus berjalan demikian, maka lingkungan akan menjadi tidak sesuai lagi untuk kehidupan kita. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlulah dikembangkan sumber daya manusia atau pengelola lingkungan yang berpandangan holistis, sadar hukum dan memiliki komitmen yang jelas terhadap lingkungan. Masyarakat merupakan unsur pengelola lingkungan yang utama. Namun hal ini belum banyak disadari oleh masyarakat kita. Karena itu prioritas pengembangan sumber daya manusia seyogyanya diberikan kepada masyarakat umum. Di samping jumlahnya yang besar merupakan aset tersendiri, masyarakat juga bersifat strategis. Apabila sikap ramah dan memiliki komitmen terhadap lingkungan dapat membudaya dalam kehidupan setiap masyarakat, maka kontrol sosial akan tercipta pula. Budaya yang dimaksud haruslah dikembangkan sejak kecil dengan cara mendidik anak-anak untuk peduli terhadap lingkungannya. Meski hal ini merupakan sesuatu tindakan yang dapat kita kategorikan sulit untuk dilaksanakan tetapi sekecil apapun hasil yang diperoleh harus tetap dicoba. Misalnya banyak anak-anak yang telah sadar untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat. Contoh yang lain mengambil makanan secukupnya dan tidak berlebihan yang dapat memberikan pelajaran tentang penghematan sumber daya alam. Mendaur ulang sampah dengan membuat kompos, mengajar anak mengenal unsur lingkungan dan 1
mengajak mereka bertindak merupakan upaya kecil yang berdampak riil, bukan tindakan abstrak. Memperbaiki mutu lingkungan yang selama ini banyak dilakukan pada umumnya selalu mengarah pada hal-hal yang bersifat umum, misalnya penanganan sampah, penanaman tanaman di jantung kota, membersihkan sungai, penyuluhan pencemaran dan sebagainya. Sangat jarang kita mengajak masyarakat untuk melakukan sebuah tindakan nyata yang dampaknya jauh ke depan. Seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk dan pembangunan, maka fungsi lingkungan pantai di beberapa daerah telah menurun atau rusak. Hal ini diindikasikan oleh adanya proses erosi atau abrasi pantai, intrusi air laut serta degradasi hasil perairan. Salah satu jenis vegetasi yang dapat beradaptasi hidup dengan baik di daerah pesisir pantai adalah mangrove. Saat ini luas hutan mangrove di dunia hanya tersisa sekitar 17 juta hektar saja, 22% dari luas tersebut terdapat di Indonesia (Arifin Arief, 2003:9). Untuk Jawa Timur, kota Probolinggo merupakan salah satu daerah yang berada di pantai utara berbatasan dengan selat Madura dan memiliki 6 buah aliran sungai yang bermuara ke pantai. Kondisi seperti ini merupakan daerah yang cocok untuk tumbuhnya vegetasi hutan mangrove. Dari luas semula sekitar 585 Ha, hutan mangrove di Probolinggo mulai mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya. Kerusakan dan penurunan kualitas tersebut, diakibatkan dari berbagai tindakan masyarakat yaitu penebangan liar, hutan mangrove dijadikan tambak/lahan pertanian, pencarian ikan, menyundu udang, pencari kepiting, pendaratan perahu nelayan dan lain sebagainya. Umumnya masyarakat mudah melakukan pengrusakan tetapi sangat jarang melakukan aktivitas yang bersifat mengembalikan ke kondisi baku dengan mutu seperti semula. Melalui tulisan ini, diberikan gambaran bagaimana mengajak masyarakat menjadi warga negara yang memiliki kepedulian tinggi dan mau berkorban walau kecil untuk kepentingan lingkungan. Karya tulis ini memuat tentang upaya penghijauan di pesisir pantai, yaitu kegiatan yang selama ini tidak banyak dilakukan oleh masyarakat. Selama ini penghijauan daerah pesisir pantai merupakan tindakan yang bersifat marginal. Pada umumnya tindakan penyelamatan lingkungan sering berpusat di tengah kota atau di daerah hulu dan muara sungai serta daerah hutan atau lahan kritis saja. Untuk itulah penulis beranggapan bahwa penghijauan di daerah pesisir pantai dengan menggunakan tanaman bakau sangat perlu digalakkan. Melalui karya tulis yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Life Skills Siswa SMAN 2 Probolinggo, Membentuk Kawasan Hutan Mangrove Di Pantai Utara Probolinggo”, kiranya dapat memberikan pencerahan bagi bumi untuk diselamatkan. Melalui kegiatan ini, maka harapan menyelamatkan dan memperlama umur bumi, dapat dilaksanakan oleh siswa dengan cara yang sangat sederhana 1.2 Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang dapat dijumpai dalam penulisan karya tulis ini adalah: a. Kapan upaya penyelamatan lingkungan dilakukan ? b. Peranan apakah yang dapat dilakukan siswa sebagai anggota masyarakat dalam kegiatan penyelamatan lingkungan ? c. Upaya apakah yang dapat dilakukan untuk melakukan penghijauan di daerah pesisir pantai utara Probolinggo? d. Dapatkah siswa menjadi media dalam kegiatan penghijauan pesisir pantai ? 2
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan umum penulisan karya tulis ini: a. Memberikan gambaran tindakan penyelamatan lingkungan pesisir pantai b. Mengajak masyarakat luas melakukan tindakan konservasi alam secara global di lingkungan sendiri
Tujuan khusus penulisan karya tulis ini adalah: a. Mengajak siswa sebagai anggota masyarakat berperan serta secara aktif melakukan penyelamatan lingkungan b. Menumbuhkan kesadaran pribadi kepada siswa sebagai pelaku lingkungan c. Menciptakan lingkungan sehat yang berdaya dukung di daerah pesisir pantai d. Memberikan bekal kecakapan hidup (life skills) kepada siswa 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan adalah: a. Masyarakat di daerah pesisir pantai mau terbuka untuk melakukan tindakan penyelamatan lingkungan b. Terciptanya masyarakat (siswa) yang berwawasan masa depan 1.5 Metode Penulisan Penulisan mempergunakan teknik observasi dan studi kepustakaan serta kegiatan yang bersifat eksperimental
3
BAB II MANGROVE DAN PROBLEMATIKANYA 2.1 Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah hutan tropis yang hidup dan tumbuh di sepanjang pantai berlumpur atau lempung atau berpasir dan selalu digenangi oleh air pasang surut. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik daan berfungsi ganda dalam lingkungan hidup. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lautan dan daratan sehingga terjadi interaksi kompleks antara sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi. Menurut Mac Nae (1968), kata mangrove digunakan untuk menyebut jenis pohon atau semak-semak yang tumbuh diantara batas air tertinggi saat air pasang dan batas air terendah sampai di atas rata-rata permukaan air laut. Kelompok tumbuhan yang dikelompokkan ke dalam mangrove adalah tumbuhan yang mempunyai sistem perakaran Pneumatophores dan tumbuh di daerah pasang surut. Berdasarkan SK Dirjen Kehutanan Nomor: 60/Kpts/Dj./I/1978, yang dimaksud hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut. 2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove Hutan mangrove mempunyai keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan dan kesehatan. Fungsi mangrove dibedakan menjadi 5 golongan yaitu: 2.2.1 Fungsi Fisik a. Menjaga garis pantai agar tetap stabil dan kokoh dari abrasi air laut b. Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat pada malam hari c. Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru d. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke danau, atau sebagai filter air asin menjadi air tawar 2.2.2 Fungsi Kimia a. Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen b. Sebagai penyerap karbondioksida c. Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal di laut 2.2.3 Fungsi Biologi a. Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang serta berkembangbiak bagi burung dan satwa lain b. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika c. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut d. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus) yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar e. Sebagai kawasan pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery ground) bagi udang f. Sebagai daerah mencari makanan (feeding ground) bagi plankton 2.2.4 Fungsi Ekonomi a. Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, tekstil, makanan ringan 4
b.
2.2.5
Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan kepiting, telur burung serta madu (nektar) c. Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan dan perabot rumah tangga Fungsi Wisata a. Sebagai kawasan wisata alam pantai untuk membuat trail mangrove b. Sebagai sumber belajar bagi pelajar c. Sebagai lahan konservasi dan lahan penelitian
2.3 Kerusakan Kawasan Hutan Mangrove Peningkatan populasi penduduk yang demikian cepat yang tidak dibarengi oleh peningkatan ilmu pengetahuan tentang keberadaan sumber daya alam dan lingkungan serta masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap sumber daya hutan mangrove. Banyak masyarakat masih beranggapan bahwa mangrove tidak berfungsi ekonomis dan mangrove hanya pohon pantai biasa yang tidak memiliki manfaat apa-apa. Saat ini banyak terjadi kerusakan kawasan mangrove yang diakibatkan oleh faktor manusia, baik secara sengaja ataupun tidak disengaja. Kerusakan yang tidak disengaja misalnya pengambilan kayu untuk dipergunakan sebagai sumber energi atau kayu bakar, bahan bangunan, asesori rumah tangga karena bentuknya yang unik. Selain karena hal-hal tersebut, kerusakan kawasan mangrove juga disebabkan oleh faktor fisik yang dilakukan secara sengaja oleh manusia. Antara lain dibendungnya aliran sungai, konversi lahan untuk fungsi lain, perubahan status peruntukan dan pengambilan batu karang pantai. Kompas (23 Des 2001) menuliskan pada tahun 1995 telah terjadi abrasi pantai sepanjang 15 kilometer di Aceh yang mengikis wilayah daratan sampai 100 meter ke arah daratan. Di Probolinggo Jawa Timur tingkat kemunduran garis pantai mencapai 4 meter per tahun. Pembangunan sebagian kawasan mangrove seringkali berdampak terhadap kekuatan gelombang ke kawasan pantai. Pencetakan sawah di lingkungan kawasan mangrove misalnya pembuatan tambak dalam skala besar atau untuk lahan pertanian akan menyebabkan pohon-pohon mangrove yang masih tersisa akan merana. Di samping itu perubahan drainage, frekuensi genangan, air pasang dan surut serta ketersediaan hara maupun pencemaran dan penebangan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kematian pohon mangrove. Pengambilan batu-batu pantai atau karang untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan akan mengakibatkan terjadinya perubahan penggenangan, sehingga beberapa jenis mangrove mengalami kematian. Secara garis besar kerusakan kawasan mangrove diakibatkan perubahan sifat fisika dan kimia meliputi suhu air, nutrisi, salinitas, hidrologi, sedimentasi, kekeruhan, substansi beracun dan erosi tanah. Di samping itu kerusakan dapat berupa perubahan biologis yaitu, perubahan species dominan, densitas, populasi, struktur tumbuhan dan hewannya.
5
BAB III TINDAKAN PELESTARIAN HUTAN MANGROVE 3.1 Permudaan Tanaman Mangrove Permudaan buatan merupakan suatu istilah dalam bidang kehutanan yang analog dengan reboisasi. Permudaan buatan bertujuan untuk mengadakan penggantian pohon dengan teknik silvikultur dan disesuaikan dengan jenis-jenis mangrove dan syarat zonasi pertumbuhannya. Permudaan buatan dapat dilakukan dengan penanaman langsung buah atau melalui proses persemaian bibit. 3.1.1. Jenis-jenis Mangrove Secara umum tidak ada pohon yang bernama mangrove. Mangrove adalah sekumpulan pohon dan semak-semak yang tumbuh di daerah intertidal (daerah pasang surut). Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi. Mangrove dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: mangrove sejati dan mangrove assosiasi. Mangrove sejati sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu mangrove mayor dan mangrove minor. Mangrove mayor terdiri dari 34 jenis, sedangkan mangrove minor terdiri dari 20 jenis. Mangrove assosiasi terdiri dari 60 jenis (P.B. Tomlinson, 1986, The Botany of Mangrove). Adapun beberapa contoh jenis mangrove sejati yang ada dan sering dijumpai di Indonesia adalah: a. Family RHIZOPHORACEAE Ciri-ciri Nama Daerah Bentuk Akar Daun
Bunga
Buah
Biji
Rhizophora apiculata Tanjang
Rhizophora mucronata Bakau
Pohon, tinggi diatas Pohon, tinggi diatas 25 15 mtr mtr Tunjang Tunjang Simpel berlawanan, Nyaris elips, elips, panjang 15-20 panjang 9-18 cm cm 2 tangkai, mahkota 4-8 tangkai, mahkota 4, kelopak 4 helai, 4, kelopak 4 warna kuning kehijauan, kuning krem benangsari 12, coklat, kehijauan, benangsari panjang 2-3 cm 4, panjang 1,5-2 cm Silinder, diameter Silinder, warna hijau 1,3-1,7 cm, Panjang kekuningan, kotiledon 20-25 cm warna hijau kuning (tua), panjang kecoklatan, kotiledon 50-70 cm, merah (tua) diameter 2-3 cm Tipe Vivipari Tipe Vivipari
Rhizophora stylosa Bakau Kurap Pohon, tinggi diatas 6 mtr Tunjang Simpel berlawanan, elips panjang 10-18 cm 8-16 atau lebih, mahkota 4 warna putih, kelopak 4 helai hijau kuning, panjang 2,5-3,5 cm Silinder, panjang >30cm, diameter 1,52cm, warna hijau kekuningan, kotiledon kuning (tua) Tipe Vivipari
6
b. Family SONNERATIACEAE Ciri-ciri Nama Daerah Bentuk Akar daun
Bunga
Buah
Biji
Sonneratia alba Prapat Pohon semak, tinggi >16mtr Nafas Simpel, berlawanan, bentuk oblong ke obovate, panjang 5-10cm Tunggal, mahkota putih, kelopak 6-8 helai merah dan hijau, benangsari banyak warna putih, diameter 5-8cm, berbunga maalam hari Bulat seperti apel, kelopak seperti mangkok sebagai dasar buah, diameter 3,54,5cm, warna hijau, berisi 150-200 biji Tipe normal
Sonneratia caseolaris Pidada Pohon, tinggi 16 mtr Nafas Tunggal, bersilangan ujungnya membundar dg ujung membengkok tajam menonjol, panjang 4-8cm Bersusun, mahkota merah, kelopak 6-8 helai warna hijau, benangsari banyak warna merah putih, diameter 8-10cm, berbunga malam hari Seperti apel, lebih besar dari S. Alba. Diameter 6-8cm, warna hijau ke-kuningan, berisi 800-1200 biji dapat dimakan Tipe normal
c. Family AVICENNIACEAE Ciri-ciri Nama Daerah Bentuk Akar Daun
Bunga
Buah Biji
Avicennia lanata Sia-sia, Api-apit Pohon perdu, tinggi 8mtr Nafas, seperti pensil Tunggal, bersilangan, elips membun dar hingga runcing 59cm 8-4 berduri rapat, mahkota 4 kuning, kelopak 5 helai, benangsari 4, diameter 0,4-0,5 cm Spt kacang, lebar 1,5-2 cm , panjang 1,5-2,5 cm, kulit luar hijau, berambut Tipe kriptovivipari
Avicennia marina Api-api Pohon/perdu, tinggi diatas 12 mtr Nafas, seperti pensil Simpel berlawanan, elips, panjang 5-11 cm 8-14 seperti paku besar, panjang 1-2 cm, mahkota 4 warna kuning, kelo pak 5 helai, benangsari 4 Seperti kacang, panjang 1,5-2,5 cm, hijau terang Tipe Kriptovivipari
3.1.2. Persiapan Pembenihan Salah satu faktor keberhasilan penanaman dalam bibit atau benih yang baik atau bermutu adalah mengikuti aturan sebagai berikut: a. Bibit dari biji yang sudah tua di pohon b. Tidak terserang hama dan penyakit c. Ditangani secara benar dari pemanenan, pengangkutan dan penyimpanan d. Bibit yang sehat ditandai dengan daun yang mengkilap dan hijau e. Media pembenihan sebaiknya menggunakan tanah lumpur supaya akar tidak goyang Pengangkutan bibit dan penanganan sebelum ditanam dari lokasi pembibitan sampai ke tempat penampungan sementara harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a. Sependek mungkin waktu perjalanan 7
b. c. d. e.
Jangan sampai merusak daun, batang maupun akar Sebaiknya di atas kendaraan dilindungi dengan terpal Dilakukan secara manual dengan tenaga manusia Jumlah bibit yang diangkut ke lapangan disesuaikan dengan kemampuan menanam dalam satu hari
3.1.3. Teknik Penanaman Sebelum melakukan penanaman, maka beberapa hal di bawah ini perlu dipersiapkan yaitu: 3.1.3.1 Benih Benih yang siap tanam warna daun hijau segar dan mengkilat. 3.1.3.2 Ajir Dibuat dari bambu dipotong sepanjang 70 cm dan dibelah setebal 1 cm yang nantinya akan dipakai sebagai penguat batang mangrove saat ditanam 3.1.3.3 Rafia Tali rafia digunakan untuk mengikat batang mangrove dengan ajir dan menarik garis lurus sebagai tempat mangrove ditanam 3.1.3.4 Tenda Penampungan sementara 3.1.3.5 Prasarana penunjang 3.2 Peranan Siswa Dalam Pelestarian Hutan Mangrove Siswa yang telah dibekali teknik penanaman mangrove diharapkan dapat menjadi tenaga sukarela sekaligus melakukan pendekatan pendekatan kepada masyarakat sekitar pantai agar mereka lebih peduli terhadap lingkungan terutama tentang keberadaan hutan mangrove sebagai pelindung pantai dari abrasi dan tempat berkembangnya biota laut.
8
BAB IV P E N U T U P
1. Kesimpulan Memperhatikan kondisi lingkungan di daerah pesisir pantai utara yang semakin hari kerusakannya semakin tidak dapat dicegah, maka upaya penyelamatan harus segera dilakukan. Lingkungan pantai saat ini merupakan daerah marginal yang jauh dari pengamatan masyarakat umum. Program penyelamatan lingkungan seringkali diarahkan pada daerah-daerah di tengah kota atau hutan-hutan gundul. Tindakan konservasi untuk daerah pesisir sangat jarang dilakukan. Dengan melakukan tindakan konservasi untuk daerah pasang surut, maka beberapa manfaat akan kita rasakan yaitu (1) lingkungan menjadi kawasan hijau (2) membentuk paru-paru kota melalui daerah tepi pantai (3) terbentuk kawasan hutan mangrove (4) peningkatan devisa bagi masyarakat sekitar melalui kayu-kayu tanaman bakau (5) melestarikan beberapa biota laut (6) membentuk habitat sehat untuk pemijahan beberapa organisme pesisir. Sedangkan kegiatan penghijauan yang dilakukan oleh siswa akan memberikan dampak (1) memahami permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya (2) ikut berperan aktif dalam upaya penyelamatan lingkungan (3) siswa dapat berpikir global menyelamatkan lingkungan dengan melakukan tindakan lokal 2. Saran Memperhatikan beberapa peranan dan manfaat penting yang diperoleh melalui kegiatan penghijauan di daerah pasang surut, pesisir pantai utara pulau Jawa maka sudah saatnya kita lebih mengintensifkan diri melakukan tindakan konservasi. Tindakan tersebut hendaknya didukung oleh beberapa unsur yaitu pemerintah daerah, masyarakat, kalangan pengusaha, lembaga swadaya masyarakat serta unsur lainnya.
9
Lampiran : SMAN 2 PROBOLINGGO DALAM GERAKAN AYO MENANAM (28 Nopember 2007)
Dengan menarik tali agar diperoleh jarak tanam yang lurus dan ideal.
Pasang tali agar batang mangrove tidak roboh.
Pak Lis (kaos coklat) dan anaknya (kaos merah) yang sangat peduli lingkungan. Penulis berkaos putih.
10