) l"l, DERMATOLOGI. 1 I h. 7 a

g

a

)

RSSA

J,

>. :?

3 CE

ccl

PROS'D'NG

c,

>t'(/)

E l"L, =

DERMATOLOGI

1

d

I h.

7

a

ts

!

a

I

MMPI DAIAtil IIIRIIIAT()I.(}GI

[&or: Prof. dr. M. Cholis, Sp.KK (K) dr. Taufiq Hidayat, Sp.KK (K) dr. Tantari SHW, Sp.KK (K)

#-

t

PR(}SIDII{G

TMAPII}AIJIiI

@

T

UB Press 2013

Cetakan Pertama, Juni 2013 Hak Gpta dilindungi Undang-Undang AllRightReserved

Penerbit:

Universitas Brawijaya Press (UB press) Penerbit Elektronik Pertama dan Terbesar di Indonesia JI. Veteran, Malang 65145 Indonesia Telp: 031-551611 Psw. 376 Fax:0341-56il20 e-Mail: [email protected] http,//***.ubpress.ub.ac.i d ISBN : 978402-203-476-6 vi + 76 hal,2l cm x 29,7 cm

nTAmilfft{rAn

Kulit mempunyai bermacam ftrngsi seperti perrindungarl terrroregulasi r€spon

imuru sintesis biokimia, deteksi sensoris, dan komunikasi sosial dan eksuar.

Pengobatan untuk mengkoreksi disfungsi kutit dapat diberika& baik secara

sistemik, intsaven4 intralesi dan secara topikal. pemberian secara topikal

merupakan cara yang paling disukai, rulmun demikian efikasinya ditmtulcan oleh pemahaman fungsi sawar kulit, terutama fungsi dari stratum konrcu*.

Baik bahan aktif maupun bahan tambahan dapat menimbulkan toksistas lokal' selain itu pengobatan secara topital juga dapat menyebabkan tokdsitas

sistemik.

Buku Terapi datam Demablogi ini merupakan naskah yang dituris oreh pata pembicara pada Seminar Sehari (Pendidikan Kedokteran Berkdaniutan) Cunent Dermatothnapy pimary Care: aRlozg Conern,yang disdenggarakan for oleh Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Ketamin Fakuttas Kedokteran universitas Brawijaya/RSUD dr. saifur Anwar maran& bekeria sama dengan PERDGKI cabarg Malang pada tanggal 22 Iuni 2013. Harapanny& agar buku ini dapat mmrbantu para teman seiawat, mahasiswa, dokter umurL dok6r spesiatis dan tenaga kesehatan lain agar bermanfaat daram memberikan perayanan yar{B lebih baik

kepada masyarakat, khususnya kepada pasien dermato-vanerreologi.

Tim Edibr

I}AHTAN

6I

KATA PENGANTAR DATTAR ISI

v

DASAR PEMBERIAN TERAPI OBAT DI BIDANG DERMATOTOGI Setyawati aL.

1

KORTIKOSTEROID DATAM DERMATOTOGI Herwinda Brahmanti

3

TERAPI ANTIPROTIFERATTT DAN IMUNOSUPRESAN DI BIDANG DERMATOLOGI Arif Widiatnroko

15

OBAT ANTIMIKOTIK DI BIDANG DERMATOLOGI Dhelya Widasmara danTaufiq

gt

Hidayat

OBAT ANTryIRUS DI BIDANG DERMATOTOGI Sinta

ANTIBAKTERHT DI BIDANG DERMATOTOGI Numl Fauzi OBAT ANTIPARASIT DALAM DERMATOLOGI Aunur Rofiq PETEMBAB (MOISTURIZER) Santosa Basuki

v

49

I}ASRPMtsMffi MMH

(}BATI}I BIDAI{G DMiIAT(}HI(II

Setyawati SK Laborawium F mnakologi Fahtttas Kcdakteran l&aiossitas Brrwiirya

AbshakPe?rrberian terrpi obat di bidang Dermatologi memerlulcsn perhatian khusus karena kekihususan struktur ilan fungsi kulit. Farmakitoapi untuk pnyakit knlit pada dasaruya harus mmghasitkan efei terapi yang maksimal dengan efek samping seminimal mungkin. Agm obat dapat berefek untuk mrngalasi penyakit kitit, naka abat tasebut harus dapat mencryai tanpat kerianya yaitu sel sel tqtit yang disfungsi. Adt dua cara ngar obat dapat diabwrpsi mmuiu xl selkalit yaitu dapat xcara-hngsuig metalui abxrpsip*kutan atau topilwl, ilapat pula melalui ahsorpsi sistemik. oi -tempat kerjanya ini obat akan berinteral(si antuk menimbulkan efek terapi. Kulit adalah organ yang mittiyungsi xhingga bukan saia berfungsi untuk absorpsi &at trpi juga metabollr*r,,*ror, ilan resentoir abat, Efektioitas dan luamanan obnt yang diberikan p*latan tergantung pada b*bagai faktor fisik dan fisiobgis yang akan mnffpengaruhi b*bagai fungsi fuft, atamanya absipsi.' Salah sntu faktar yfirg memPengaruhi absorpsi adalah vehikilum xbagai pembaan fiat. Aita bubagai aehihtlum yang diguw*an dan pemilihan vehikttlunr ini *an mempmgmuhi efehivitas y*tetrasi obat menuju rempat k*janya sekaligus mem?engaruhi ef* obat, Panbuluh darah yang adn diantnra qidmnis dan detmis blperan penting dalam absorpsi sistemik obat obat yang iliberikan p*httan. Absarpsi sistemik ini dryat mmberitun efek sistan*, bohkan iika bulebihan dryat mentmbutkan toksisitas. Disamping itu untuk mmgatasi lcelainan ili kulit, dapat juga dilatutcan pemberian obat *carla sistenik yong kemungkinan efekrryabukan saiapadahttit tapibis* jugake argan lain sebagai efek saiping obat. Secara keseluruhan trapi obat di bidang itermitologi lni pertu *u*piti*anglan cara pemberiannya untuk meadapatkan hasil yang malcsimal ilan efek samping minimall

DASAR PEMBERIAN TERAPI OBAT DI BIDANG DERMATOLOGI SetYawati SK

Laboratorium Farmakologi

F

akuttas Kedokteran

U

niversitas

B

rawilaya

ABSTRAK Pemberian terapi obat di bidang Dermatologi memerlukan perhatian khusus penyakit karena kekhususan struktur dan fungsr kulit- Farmakoterapi untuk kulit pada dasarnya harus menghasilkan efek terapi yang maksimal dengan Agar obat dapat berefek untuk mengatasi efek samping 'fullt,seminimal mungkin mat
iat,

Kata kunci . dermatologi. topikal, sistemik

1.

PENDAHULUAN

Kulit merupakan Salah Satu organ yang besar dengan luas permukaan 1,8

*'

dan berat 16% dari berat tubuh. Fungsi utama kulit adalah melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan, Selain itu juga sebagai termoregulator, sintesis biokimiawi, dan komunikasi sosial ataupun seksual (1,2).

Farmakoterapi di brdang dermatologi merupakan terapi obat yang khusus untuk mengatasi kelainan atau penyakil kulil. Prinsip dasar terapi obat yang harus diperhatikan termasuk di kridang dermatologi adalah pemberian obat

yang menimbulkan efikasi maksimal dengan seminimal mungkin efek samping Obat akan memberikan efek jika obat tersebut dalam konsentrasi tertentu dapat mencapai tempat kerJanya yaitu kulit atau organ lain dan berinteraksa dengan target sel / target organ Efek dapat berupa efek terapi

(yang dirnginkan) dapat luga berupa efek efek yang tidak dikehendaki berupa efek samping dan efek toksik (2.3)

Kebanyakan penyakit kulit dapat diterapi dengan farmakoterapi yang diberikan secara topikal dan sistemik, sebagian lainnya diterapi dengan non

farmakoterapi misal laser, sinar infra red. dan lerapi fisik. Efektivitas dan

keamanan pembenan obat toplkal tergantung pada berbagai hal yang mempengaruhi interaksi obat dan kulrt (2.4)

Pada makalah ini akan disampaikan dasar farmakoterpi

di

bidang

dermatologi yang meliputi pemberian obat secara sistemik dan topikal, serta bagaimana obat dapat menuju tempat kerjanya (farmakokinetik) unttuk dapat menimbulkan efek (farmakodinamik).

2.

PRINSIP TERAPI TOPIKAL DI BIDANG DERMATOLOGI

Kulit mempunyai berbagai fungsi dan yang utama adalah fungsi pertahanan

yaitu melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan baik fisik dan biologi. Penetrasi berbagai senyawa darr luar ke dalam tubuh terutama dicegah oleh

lapisan kornea epidermis Lapisan luar rni tebalnya hanya beberapa mikrometer, tapi efektif membentuk barrier unluk melestarikan kehidupan

(1.5). Obat yang diberikan secara topikal harus dapat penetrasi melewati barrier int menuju ke tempat kerjanya. Khusus di bidang dermatologi tempat kerjanya bisa langsung di lempat aplikasi atau berdekalan yang memerlukan

penetrasi telebih dahulu. Seperti

ialnya pemberian obat secara

sistemik

maka efek obat tergantung pada kadar obat yang mencapai tempat kerjanya.

-

Pada pemberian topikar kadar dr tempat kerjanya tidak selaru sar,a derrgarr kadar pada plasma sehingga bioavailibilitas obat tidak menggambarkan yang

sebenarnya. Keuntungan pemberian topikal. obat bekerja lebih terlokalisir dan terhlndar darr metabolism lantas pertama. Namun jika terjadi absorpsi sistemik dari obat topikal dapat menyebabkan efek farmakologi yang tidak dianginkan bahkan efek toksik (4,5). Untuk mendapatkan efek yang maksimum dan efek samprng yang minimum dari obat topikal ini. diperlukan suatu kaiian farmakokinetik agar dicapai kadar obat yang cukup di tempat kerjanya tanpa menimbulkan efek samping sistemik

Farmakokinetik obat topikal Pada dasarnya prinsrp farmakokinetik terhadap obat yang diaplikasikan di kulit tidak jauh berbeda darr cara pemberian obat metalui rute yang rain yaitu

obat diabsorpst metalui lempat diaplikasikan selanlutnya menuju tempat kertanya dan akan mengalami metabolsm yang akhirnya dieliminasi (3). Absorpsi. Mekanisme absorpsi obat topikal alau per kutan dari lapisan luar kulit adalah dengan difusi merewati barriet kurit yaitu 3 kompartemen kurit yang terdiri dari permukaan luar kulit, stratum kornium, dan janngan hidup di bawahnya. setelah diaplikasikan pada permukaan ruar kurit. obat akan mengarami

penguapan, perubahan struktur dan komposisi yang akan menentukan bioavailibilitas obat tersebut (2,6). Tiga jarur utama penekasi obat topikar pada kondisi startum kornium utuh adalah .lalur transeluler (menembus stratum kornium), jalur interseluler (difusi melalui matriks lipid antar sel) dan jalur folikel rambut dan kerenjar keringat (6) seterah absorpsi obat akan berikatan dengan target ser yang ada di permukaan kurit, didaram kurit atau berdifusi ke pemburuh darah kurit atau difusi ke hipodermis. pemburuh darah kapiler di epidermis merupakan tempat utama terjadinya absorpsi sistemik pada pemberian topikal sehingga dapat menimbulkan efek sistemik. Kemampuan dan kecepatan absorpsi obat yang di aplikasikan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

:

di

kulit

.

Variasi kctebalan stratum komeum pada orgarr tidak sanla' seperta

pada skrotum, wajah, dan kulit kepala lebih permiabel dari pada telapak tangan. Dalam hal ini skatum kornium membatasi difusi obat menuju epidermrs dan dermis. Pada daerah yang tipts memerlukan

r

iumlah obat lebih sedikit untuk menimbulkan efek yang sama (2'3). Gradien konsentrasi. semakin tinggi gradien konsentrasi semakin tinggi pula kemampuan transfer obat per satuan waktu (3)

.

Stratum kornium dapat pula berfungsi sebagaa reservoir beberapa obat sehingga waktu paruh lokalnya paniang dan dapat terjadi efek obat masih berlangsung walaupun aplikasi topikal sudah dihentikan' Pada kondisi seperti ina pemberran obat topikal cukup sekali sehari,

misalnya kortikosteroid yang diaplikasikan sehari sekali sama efektifnya dengan aplikasi beberapa kali (2,3) Pada kondisi dimana stratum kornium abnormal dan fungsi barrier berubah. maka akan terjadi peningkatan absorpsi perKutan (2).

r

Sifat fisiko kimia obat : kelarutan dalam lemak akan lebih mudah untuk

berdifusi, demikian Juga obat yang mudah penetrasi kornium adatah dengan berat malekul s 500 Da (3,5)

r

di

stratum

Vehikulum : vehikulum sebagai bahan pembawa obat berperan unluk

mempermudah absorpsi obat yang diberikan perkutan sehingga mencapai tempat kerjanya dengan efektif. Pemilihan vehikulum yang tepat menyebabkan obat mampu Penetrasi di lapisan luar kulit dengan

maksimal. Selain itu efek vehikulum yang melembabkan ataupun mengeringkan akan memberikan efek terapi.

.

Umur : anak anak mempunyai luas permukaan yang lebih besar dari dewasa sehingga obat topikal akan memberikan efek lebih besar dari pada sislemik.

Metabolisme

Di dalam epidermis selain terdapat sel sel target yang akan berinteraksi dengan obat topikal, terdapat pula berbagai sistem enzim yang mampu

memetabolisme obat perkutan. Enzim enzim yang telah dibuktikan adalah cytochrom P (CYPs). epoxide hydroxilase, N- acetyltransferase, glucoronyl

transferase, sulfatase. lsoform CYP memetabolisme asam retinoid dan mungkin mengontrol kadarnya di kulit. Disamping itu xenobiotk yang mencapai keratinosit akan dimetabolisme oleh P-glycoprotein yang akan mempengaruhi kadar xenobiotlk di kulit

Vehikulum Vehikulum adalah bahan pembawa obat yang bertujuan mempermudah atau

meningkatkan penetrasi obat dari permukaan luar kulit menuju tempat kerjanya epidermis, dermis, dan hipodermis ataupun absorpsi sistemik. Obat yang diaplikasikan di kulit jarang dalam bentuk kimia murni namun menyatu dengan vehikulum dalam suatu formula obat. Formula obat topikal berdasar

krim lotion (1.3,7). ldealnya vehikulum harus memenuhi beberapa krrteria yaitu mudah

vehikelnya dapat berupa powder, pasta, gel. salep.

diaplikasikan dan mudah dibersihkan, non toksik, tidak iritasi. non alergenik, bahan yang stabil, homogen, tidak memberi efek farmakologi, harus mampu meningkatkan absorpsi dan bahan aktif cepat dilepas dari vehikel untuk ke

target selnya. Selain itu vehikel mampu menghidrasi stratum kornium agar mernperlarna penetrasi obat dan stabilisasi bahan aktif

di vehikel. Hidrasi

stratum kornium dapat meningkatkan penetrasi obat hidrofilik maupun hidrofobik Hidrasi ini dapat dilakukan dengan model oklusi, atau vehikel. Kemampuan vehikel memperlambat penguapan dari permukaan kulit paling sedikit pada tingtura, dan paling kuat adalah salep (3,6,7). Pemilihan formula secara umum disesuaikan dengan kondisi kulit, misalnya

inflamasi akut (ada eksudat) formula yang dipilih adalah lotion. tingtura. sedang pada inflamasi kronik (lebih kering) vehikel yang diprlih lebih kearah krim atau salep (3,7). Bahan bahan vehikulum sebagai penguat penetrasi obat pada saat ini lebih

banyak lagi, antara lain liposom suatu fosfolipld yang tidak saja sebagai transport obat tapi dapat melokalisir obat pada stratum kornium sehingga

masa kerjanya lebih lama. Selain liposom ada juga transfersom, ethasom (mengandung ethanol). Sistem transport lain yang telah dikembangkan

adalah Salid Lipid Nanopafiicles (SLN) dimana terdiri dari komponen lipid berukuran nano yang marnpu membentuk oklusi film sehingga meningkatkan hidrasi kulit dan karena struktur partikelnya solid pelepasan obat lebih stabil (6,7).

Toksisitas obat topikal perkutan Walaupun pada kondisi kulit norrnal

/ utuh. kulit berfungsi

sebagar barrier

fisik, namun beberapa obat yang diberikan topikal dapat mengalami absorpsr

ke sirkulasi sistemik khususnya melalui kulit yang abnormal atau kondisi fisikopatologik seperti panas, kelembaban yang tinggi, dan penggunaan oklusi. Peningkatan absorpsi sisternik ini meningkatkan resiko efek samping

sistemik (4). Bahan seperti liposom yang digunakan untuk meningkatan

penetrasi transdermal agar efikasi obat topical meningkat, iuga meningkatkan absorpsi sistemik dan meningkatkan resiko toksisrtas. Contoh

yang pernah dilaporkan adalah supresi hypothalamic pituitary adrenal axis

(HPA axis) karena kortikosteroid topical dengan oklusi, metabolisme kalsium karena vitamin

D analog.

perubahan

Retinoid topikal yang

digunakan untuk acne relatif aman, tapi jangan digunakan pada ibu hamil ka

rena

3.

di kh

awati rkan efek sistemi knya menyebabka n efek teratogenik.

PRINSIP TERAPI SISTEMIK DI BIDANG DERMATOLOGI

Pada dasarnya pemberian obat secara sistemik adalah cara pemberian melalui suatu tempat yang jauh dari tempat kerjanya, diabsorpsi kernudian masuk ke sirkulasi sistemik menuju tempat kejanya dan berinteraksi dengan

sel target untuk menimbulkan efek. Efek terapinya tergantung pada kemampuan absorpsi sistemik ke sirkulasi dan obat mencapai organ targetnya. Pemberian terapi sistemik dapat berupa per oral, intramuskular,

intravena, subkutan, dan lainnya.. Pada umumnya terapi sistemik lebih

efektif, cepat atau lebih murah dibanding terapi topikal (2,4). Di bidang

dermatologi pemberran obat sistemik adalah untuk penyakit kulit yang relatif berat dan biasanya membutuhkan terapi kombinasi, arau penyakit yang sutit diterapi topikal seperti psoriasis.

Farmakokinetik dan Farmakodinamik Farmakokinetik obat sistemik berbeda dari obat topikal, yakni obat sistemik setelah diabsorpsi mengalamr distribusi melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh dan dapat berefek diberbagai organ, sedangkan obat topikal, setelah

absorpsi tidak melalui sirkulasi sistemik melainkan terlokalisir di tempat kerjanya untuk menimbulkan efek. Pada saat distribusi obat sistemik,

ada sebagian yang menuju hepar dulu untuk dimetabolisme sebelum ke sirkulasi

sistemik menuju tempat kerjanya sehingga kadar aktifnya yang berefbk sudah sangat berkurang (disebut metabolism lintas pertama). Obat topikal perkutan dimetaborisme ditempat keryanya yaitu kurit. tapi obat sistemik dimetabolisme dibeberapa organ utamanya hepar untuk seranjutnya metabolit dan atau obat utuhnya di ekskresi terutama meralui ginjar (2,g). Pada proses farmakokinetik yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. dipengaruhi oleh faktor frsikokirnia obat karena pada

dasarnya pada proses ini diperlukan mekanisme transmembran. Faktor tersebut antara lain adarah morekut harus rarut remak dan tidak terionisasi. Farmakodinamik obat sistemik tidak berbeda dari obat topikar karena pada dasarnya farmakodinamik adarah proses dimana sejumrah morekur obat di tempat kerjanya berinteraksi dengan sel target baik melalui reseptor ataupun tidak melalui reseptor. rnteraksi morekur obat ini akan mengawari perubahan

biokimiawi dan fisiorogi ser sehingga terjadi efek serurer berupa efek farmakologik' Jadi efek obat pada tingkat farmakodinamik ditentukan jumlah

molekul obat di tempat kerjanya. kemampuan berikatan dengan reseptor atau sel target, dan homeostasrs ser. pada pemberian sistemik respon seluler bukan saia efek farmakorogi tapi juga efek samping yaitu efek yang tidak dikehendaki terjadi pada organ tain. pada dosis yang berlebihan maka efek farmakologi akan berlanjut menjadi efek toksik (g).

Contoh terapi sistemik yang sering digunakan

di

dermatologi adalah

glukokortikoid per oral yang relatif aman, namun jangka panjang teriadi efek samping berupa katarak. hipertensi, intoleran glukosa, myopati, osteoforosis

dan sebagainya. Untuk mecegah insufisiensi adrenal, maka penghentian glukokortikoid harus bertahap.

lnteraksi Obat Penggunaan obat sislemik pada penyakit dermatologi sering diberikan

secara bersamaan sehingga memunculkan kemungkinan interaksi obat Pasien pasien umur tua (lansia) sering mendapatkan terapi obat yang lebih

dari satu secara terus menerus, juga menimbulkan interaksi obat yang akibatnya adalah efek efek yang lidak dikehendaki. lnteraksi obat dapat teriadi pada tahapan proses farmakokinetik dapat pula pada farmakodinamik.

Hasil interaksi obat dapat menimbulkan efek yang merugrkan sampai pada tingkat toksik maupun efek yang menguntungkan (1 1) lnteraksi farmakokinetik dapat terjadi pada pada setiap tahap antara absorpsi

dan ekskresi (9. 10, 11).. Beberapa cohtoh interaksi farmakokinetik adalah sebagai berikut .

lvpe

Ex

lflteraclions durtng absorption pH alteralrons, gaslrorntestinal motrhty, formatton of comptexes

Calcrum salts decrease inteslinal absorptron of tetracycline

CompetitNe brnding to serum proteins lnhibrtion/inductron of drug-metabolsrng enzymes (e. g.cytochrome P450)

Sulfonamrdes displace methotrexate from binding sites Azole antirungal agents decrease hepatic metabolasm of astemizole and terfenadine

lnteractions dunng drug eltminatDn alteration of enterohepatrc crrculation and renal clearance

Salicylates decrease the renal excretion of melhotrexate, azole antifungal agents inhibit retrnoid catabolism

Pharmacokinetic interactions

Omeprazol decrease ketoconazole absorptro

lnteraksi Farmakodinamik terjadi sehubungan dengan efek farmakologi obat. lnteraksi dapat sebagai agonrs alau antagonis reseplor, dapat pula secara

-

fisiologis nrenglrartrbat atau saling sinergis Beberapa contoh interaksi farmakodinamik adalah sebagi berikut (g,10,1 1).

@Amitriptyline Amphoterrcrn lrntravenous) Aeathioprine Azoles Cephalosporins (second generatron) Cyclosporin

tnteritting gfug

effect*

Minocyclrne

St<'n prgmentation

Nucleosde analogues or rntravenous pentamidine Atlopurinol Aciclovir Aminoglycosides

Nephrotoxicity

Colchicrne

Pancytopenia Potentiated antivrral eftecls I ncreased nephrotoxicity Severe gastrointestinal-,

hepatic-, renal- and Eprnephrrne

p-Blockers

Erythromyon

Warfarrn

Methotrexate Methotrexate Retrnords

Sulfonarnrdes Trrmethoprim

Tetracyclne or mrnocycline

neuro-toxtcrly Hypertensrve crisis I ncreased antrcoagulatron and haemorrhage I ncreased methotrexate toxicity Bone marrow suppression Pseudotumour cerebri, elevated intracranial

pressure

4.

PENUTUP

Telah dibicarakan dasar pemberian terapi obat

di

bidang dermatologi.

Pemberian obat secara topikal banyak digunakan unluk rnengatasi panyakit kulit dimana memberl keuntungan obat lebih terlokalisir di tempat kerjanya. Agar absorpsi perkutan dapat optimal maka obat harus mampu menembus

barrier kulit dengan baik untuk itu diperlukan bahan pembawa yaitu vehikulum yang berfungsi meningkatkan absorpsi obat. pemberian obat secara sisitemik pada dermatologi biasanya pada kasus yang berat dan ada hambatan terapi topikal. Terapi sistemik seringkali disertai dengan obat lain sehingga memungkinkan terjadinya interaksi obat yang dapat merugikan.

5. 1-

DAFTAR PUSTAKA Page c, curtis M, walker M, Hotfman B. Drugs in The skin Pharmacolagy, 3tt'ed, Mosby Elsevier, 2006; SZI-SU i

in

tntegrated

-

2. 3.

Burkhart C, Morell D. Goldsmith L.. Dermatological Pharmacology in Goodman And Gilman's Ihe Pharmacologicat8asis Of Therapeufrbs, 12th ed, Laurence L Brunton editor, Mc Graw-Hrll, 2011. p 1803-1832. Robertson DB and Maibach Hl Dermatologic Pharmacoloy in Basrb & Clinical Pharmacology, Btn ed., Katzung B editor, Prentise Hall lnternasional, 2006; p 932-948.

Pharmacology for Development of Present and Future Opportunities for Topical Dermatological Products Safety and Efficacy. Clinical Pharmacology & Therapeutics, 2011; vol 89, no 2: p 167-169. 5. Bos JD, Meinardi MMHM. The 500 Dalton rule for the skin penetration of chemical compounds and drugs. Exp Dermafol. 2000;9: p165-169 6" Morrow D.l.J., McCarron P.A., Woolfson A.D. and Donnelly R F-.; lnnovative Strategies for Enhancing Topical and Transdermal Drug Delivery. The Open Drug Deltvery Jaurnal,2007,1 p36-59 7. Surber C, Smith EW. The Mystical Effects of Dermatological Vehicles, Dermatology, 2005,21 0 p1 57-1 68 8. Buxton ILO and Benet LZ Pharmacokinetics: The Dynamics of Drug Absorption, Distribution, Metabolism, and Elimination in Goadman And Gilman's The Pharmacotogica!Basis Af Therapeullcs, 12th ed, Laurence L Brunton editor, Mc Graw-Hill. 2011 pl8-39. 9. John A. Oates The Science Of Drug Therapy in Goodman And Gilman's The PharmacolagicalEasrs Of Therqpeutics, 1'1"'Ed, Laurence L Brunton editor. Mc Graw-Hilt, 2006;,p 10.Roos TC and Merk HF lmportant Drug lnteractions rn Dermatology, Drugs 2000 Feb; 59 (2) 181-192 11.Rang HP, Dale tvlM. Ritter JM, Moore PK. Drug lnteractions in Pharmacology Stt' edition, Churchill Livrngstone, 2OO3; p718-723

4. Cho S and Bashaw ED. Clinical

I

(',fh ,

f, RSSA

#;

o

I

Diberikan kepada:

DR. dr. Setyowati, SpFK Se

baga

i

PEMBICARA Dalam Kegiatan

SEMINAR SEHARI "CURRENT DERMATOTHERAPY FOR PRIMARY CARE: A RISING CONCERN,

Akreditasi lDl No : 168/PKB/lDl-WJ/2013

:6sKp

peserta Pembicara Moderator

SKP : 2 SKP Panitia : 1 SKP :5

HarriEl'lo.tel & Conventions Malang,22 Juni 2013

.n'/ ' t' L, t. il .';, \ .\. ,\\

-.

"-:: ,I'. . ./' - . i rr:.,i.or:; //*tJf, /"

-

:

*...1,:Gffi. $lga Murlistyarini, SpKK --'=-=f,trria-

dr. Diyanto Wirawan, SpKK Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis l(ulit dan Kelamin (PERDOSKI) Cabang Malang