DAFTAR RIWAYAT . ·HIDU;~',
1. Nama 2. Tempat. tanggal lahit
3: AldmCit
R,icj,Wd,fl,S; Sundjaja B'dridung~J 1 Ja nua rI 1951 -Jf,··'·Lapangan Kebon Woru No,8 Bandung 40271
4, Prafesi Utama Pendidik 5, Pendidikan Q, Sarjana Ekonomi dalam bidang Manajemen dari Universitas Kotolik Parohyangan. b, Master Of Science in Business Administration (MSBA) dari Saint Louis University, Baguio City, Philippines,
c. Doctor of,Management. dari De La Salle University Philippines.
6, Ka rir 1. Dosen Tetap FE Unpar tohun 1974 - sekarang 2. Pj. Pembantu Dekan I FE Unpar April 1983 - Juni 1984 3. Ketua J urusan Manajemen FE Unpar tahun 1985 - 1991
4. Dekan FE Unpar tahun 1990 s.d. sekarang 5, Direktur Ridwan Associates Management Consulting Services tahun 1978 sekarang 6. Presiden Direktur - Institut Manajemen Entrepreneurial Indonesia 1992 sekarang 7. Penasehat Ikatan SarJana Ekonomi- Indonesia - ISEI Jaber tqhun 1991 sekarang 8, Liaison Officer for Indonesia De La Sa lie University Manila, Philippines 1991 -
sekarang
KEBUTUHAN MANAGER ENTRE'PREN'EiUR'> BAGI PEMBANGUNAN NASIONAL (ORAliO DIES)
Oleh:
.
Dr.~
Ridw.an S._ Sundjajo. SE.,MSBA
Dies Natalis XXXVIII Universitas Katolik Parahyangan
Bandung,Januari 1993
KEBUTUHAN' MANAGER ENTREPRENEUR
BAGI PEMBANGUNAN NASIONAL
DAFTAR lSI
I. PENDAHULUAN
II. PENGERTIAN ~NAGER ENTREPRENEUR 1. pengertian Entrepreneurship 2. Karakteristik Entrepreneur 3. Pengertian Manajemen 4. pengertian manager Entrepreneur
1 4
4 6
10 13
III. INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
MEMBUTUHKAN MANAGER ENTREPRENEUR 1. Identifikasi Entrepreneur yang sukses di Indonesia 2. Alasan
14
14
kebutuhan Manager Entrepreneur bagi
Indonesia
Manager Entrepreneur perlu dikembangkan ? 4. Bagaimana kita bisa mengembangkan Manager Entrepreneur di Indonesia
16
3. Mengapa
IV. PENUTUP
17 21 23
KEBUTUHAN MANAGER ENTREPRENEUR
BAGI PEMBAHGUNAN' NASIONAL
I. PENDAHULUAN
Manajemen merupakan suatu ilmu yang sudah mengalami
perkembangan
dari
waktu
ke
waktu.
awal perkembangannya selama kurang lebih dua abad, manajemen produksi merupakan faktor penting dalam perekonomian. fada
Hal ini merupakan konsekuensi yang logis dari keadaan.
pada saat itu.
utara liThe
Khususnya di
benua Eropa dan Amerika
orang mulai melakukan suatu revolusi industri Industrial Revolution produced managerial
which would previously have been unthinkable" (David Clutterbuck 1990). Dampak dari Challenges
revolusi
tersebut terjadi perubahan yang dari cara proses produksi. Dengan
industri
besar/radikal
ditemukannya mesin-mesin maka mulai dikenal cara produksi massa. perubahan cara berproduksi dan
banyaknya pekerja pada abad ke 1B Adam melaksanakan spesialisasi tenaqa kerja
smith untuk -
merighasilkan economic benefit. Dengan division of labor diperoleh cara kerja yang lebih efisien dengan tenaga
yang terspesiallsasl. Pada tahun 1900 Frederik w~ Taylor kemudian mengembangkan teori Smith dengan menghasilkan Scientific Management yang khusus ditujukan untuk "economic efficiency1l. Pada waktu itu bidang-bidang manajemen lain seperti Marketing Management, Financial Management beluIl\ dikenal, sebab pada waktu itu demand lebih besar daripada supply. Kebutuhan atau permintaan pasar pada saat itu jauh lebih besar dari kernampuan berproduksi sehingga peranan 1
pemasaran
tidak
d;ibutuhkan dan
produk
yang dihasilan
belumlah berbagai ragam. Pada perkembangan selanjutnya pada kurang lebih th.
1930 keadaan mulai berubah, karena daya serap pemasaran yang mulai berkurang. Tidak semua produk yang diproduksi dapat dengan mudah terjual sehingga peranan
pernasaran mulai dirasakan kepentingannya l sehingga marketing management mulai dikenal, produkpun mulai bervariasi. Pada saat yang sarna management mempunyai pandangan yang berbeda terhadap pekerja ;. - yai tu
bahwa
(roul tiple
pekerja
needs),
mempunyai
bukan
sa j a
banyak
kebutuhan
ekonomi (economic_ needs) sehingga disini ahli psychologi, ahli sociologi dan para ahli sosial mulai mempelajari kebutuhan
-manusia dan perilakunya dalam lingkungan kerja. -
saat itupun muncul tanggapan terhadap masalah yang ada. Dengan adanya pendekatan sistem dalam
pada
manajemen, suatu organisasi disadari sebagai suatu open system sehingga pada akhirnya teori sistem menekankan pentingnya studi suatu organisasi dilihat dari IItotal system".
- Pada kenyataannya economic efficiency bukan lag! tujuan utama,'tetapi terdapat pergeseran tujuan utama
terhadap market opportunities sehingga diperkenalkan pada akhir th 66 konsep strategi dalam manajemen.
- Dari perkembangan manajemen itu terlihat bahwa perubahan-perubahan yang terjadi merupakan tanggapan terhadap
faktor
internal
perusahaan maupun
pada
faktor eksternal (business environment). Bagaimana dengan kondisi kita sekarang pada akhir
abad ke 20 1. Peter Drucker mengidentifikasikan 2
7
konsep
dasar
pada post-war management yaitu : 1.. Scientific
management
of
work
a
basic
as
the
key
to
productivity; 2. Decentralization organization; 3. Personnel
as
management:
as
-the
principle
of
orderly way of
people into organization structure; 4. Manager development to provide today for management needs of tomorrow; 5. Managerial accounting 6. Marketing fi~ting
7. Finally,
there was
long range
planning
the
( David
Clutterbuck ~990) Alvin Toffler mengatakan bahwa kita berada di dunia yang di tandai oleh kesementaraan, keanekaragaman dan kebauran. Product life cycle makin lama makin pendek sehingga banyak sekali variasi produk/jasa yang ditawarkan dan kita makin sering menghadapi hal-hal baru yang belum pernah terjadi. sedangkan David Clutterbuck & stuart Crainer dalam "Makers of Management" (1990) 1 menekankan pada peran manajemen. , "Management
~hinking,
like business itself, is now
competi ti ve. what ever the talents of tomorrow's management gurus, survive - or even emerge - without acclamation and acceptance of managers
'highly
nature
and
they cannot the active in the real
world .. "
Untuk menghadapi hal-hal seperti inilah
dituntut
gaya manajemen agar perusahaan/ organisasi dapat menghadapi perubahan yang cepat terjadi tersebut. 3
Dalam
roenghadapi
tersebut,
suatu entrepreneur.
perubahan
perubahan
organisasi
yang
membutuhkan
cepat
seorang
I I. PENGERTIAN MANAGER ENTREPRENEUR
II .1
PENGERTIAN ENTREPRENEURSHIP
Entrepreneurship merupakan pusat aktivitas dan dasar aktivitas dalam dunia usaha. Dalam mendefinisikan
faktor-faktor yang berhubungan dengan entrepreneurship, para ahli ekonomi menggambarkan kondisi ekonomi secara makro yang mendukung tindakan dan kehasilan seorang entrepreneur. Sedangkan ahli sosiologi dan ahli psikologi mendiskusikan masalah variabel individu dan variabel sosial yang menyebabkan keberhasilan seorang entrepreneur
(McClleland,
1976;
Fischhoff,
1975~
Shapero & sokol,1982; Hornaday,1982). Menurut Peter Drucker (1984), small entrepreneurial c~mpanies
menjadi pemacu perbaikan ekonomi di Jepang, Britain dan United states sejak tahun 1970. Di Indonesia istilah "Entrepreneur" diterjemahkan menjadi kata "Wiraswasta u (Wi ja'ndi dan Soesarsono, 1987), yang berarti Wira=Patriot atau sikap mental patriot, swasta = berdiri di atas kaki sendiri. Istilah wiraswasta/entrepreneur menjadi populer digunakan sejak tahun 1970 ketika bangsa Indonesia secara sungguhsungquh memperbaiki perekonomian Nasional secara bertahap melalui nRepelita" (Rencana pe:rnbangunan Lima Tahun). Dr. Suparman Sumahamijaya (1980) mempopulerkan istilah KewiraswastaanjEntrepreneurship dalam bukunya yang berjudul "Membina sikap Mental Wiraswasta" Dimana dalam bukunya tersebut beliau menekankan pentingnya 4
peran
mental
entrepreneur dalam menghadapi
dalam persaingan .
menulis;
Harj oseputro
"Suatu bangsa akan
( 1987)
I
berkembang
tantangan
dalam
lebih
bukunya
cepat I
apabila ia memperbesar kelompok wiraswasta (sebagai tenaga kreatif, pelaksana perubahan), memperluas
lingkup kemerdekaan ekonomi yang memungkinkan tingkah
laku
wiraswasta,
lingkungan
dan
berhasil yang
sosio-ekonomi,
wiraswasta ini secara "optimal
ll
suatu mendorong para
menciptakan
..
Dalam literatur-literatur, Entrepreneurship pada umumnya dimaksudkan pada manajemen usaha keell (Griffin '1984).
Penulis
lain,
memperluas konsep tersebut pada
skala organisasi yang lebih besar dan pada manajer yang melaksanakan peranan entrepreneur dalam perusahaan dimana mereka berinisiatif untuk mengadakan perubahan
untuk meraih keuntungan dari kesempatan yang (Mintzberg /1973;
Quinn,1985;
Drucker
inti
(1985)
dari
Ramamurti ,1986). entrepreneurship
ada Menurut adalah yang
'IUerupakan oriented l1 inovasi, ini "Goal memanfaatkan patensi perusahaan. Gifford Pinchot membedakan intrapreneur dan khusus entrepreneur, secara disebutkan bahwa
intrapreneur adalah orang yang menfokuskan pada masalah inovasi dan kreati vi tas dan yang mengubah mimpi atau idea menjadi kondisi yang menguntungkan melalui usaha
di dalam lingkungan organisasi. Sebaliknya seorang entrepreneur adalah orang yang melakukan hal-hal .yang
sama seperti tersebut di atas tetapi diluar lingkungan organisasi (Pinchot III, 1985) Sedangk~n Jackson & Musselman (19B7), menulis bahwa entrepreneur adalah orang yang mengasumsi resiko ekonomi untuk dapat berinisiatif dan mengembangkan perusahaan baru .. 5
Entrepreneur merupakan orang yang berani mengambil resiko untuk mengadakan perubahan dan mereka mengharapkan balas jasa yang setimpal. Seorang entrepreneur membutuhkan kebebasan untuk melaksanakan
saja membutuhkan suatu otoritas. Orang yang bersifat inovatif kadang kala mempunyai idea-idea yang bertentangan dengan IIkebijaksanaan yang konvensionil" sehingga mereka pada umumnya tidak sama seperti yang lain dan kontribusi ideanya, seringkali tidak ditanggapi dengan baik. Sebagai contoh adalah suatu hal yanq tidak mengejutkan jika entrepreneur meninggalkan perusahaan besar tempat dia be~erja dan memulai usaha barunya sendiri. misalnya steve wozniak tidak dapat mewujudkan impiannya membuat yang
idea-ideanya,
tentu
komputer keeil di Hawlett Packard, sampai dia bergabung dengan entrepreneur
yang
lain yaitu· steve Jobs
dari
Apple Computers (Koontz, 1988) II. 2 KARAKTERISTIK ENTREPRENEOR
Para ahli Ekonomi serta meni tikberatkan
dari
para ahli makro sosiologi
perhatian mereka pada
analisa konsep
ekonomi~
yang menghasilkan reaksi entrepreneurial~ Mereka memberikankontribusi yarig variabel
bersifat teoritis daripada yang bersifat empirik. Beberapa pendekatan klasik dan pendekatan makro terhadap kebutuhan ekonomi dan inovasi teknologi merupakan reaksi yang dipandang dalam konteks
teari pasar. Sedangkan pendekatan opportunity structure ini (kebutuhan ekonomi, inovasi dan teknologi) menghasilkan juga peran entrepreneur. Banyak teori ekonomi mendefinisikan entrepreneurship dalam fungsi peran, sebagai contoh pembangunan
ekonomi
atau
6
risk taking,
innovating, resource integrating,
dan
market completing. Para ahli psikologi dan ahli s05iologi, sebaliknya
menerangkan
peran entrepreneur dengan spesifikasi: knowledge, skill, & attitude yang dibutuhkan sebagai seorang entrepreneur. Richard Cantellon (1983) menyatakan bahwa variabel ketidakpastian pasar. Ketidakpastian ekonomi adalah pasar berasal dari membeli dengan harga sekaranq yang sudah'pasti dan menjualnya pada harga yang akan datang yang bel~m·~ pasti, sehingga dalam 'l1al ini reaksi entrepreneurial justru berkisar pada tindakan berani mengambil resiko. contellon mendefinisikan entrepreneur sebagai "a bearer of uncertainty" atau "a risk taker". Knight (1920) juga menekankan konsep uncertainty/ fungsi
ketidakpastian yang menghasilkan reaksi entrepreneurial
tetapi bagi Knight ketidakpastian yang dimaksud adalah yang komprehensif terhadap pemilikan bisnis. Disamping berani mengambil resiko terhadap ketidakpastian juga entrepreneur sendiri.
mampu
mengatasi
ketidakpastian
itu
Disini Knight mendefinisikanentrepreneur
sebagai "Decision Maker". Schumpeter (1934), menyatakan bahwa sumbangan yang berarti dari entrepreneur· terhadap masyarakat adalah perubahan kualitatif yang tiada henti melalui produksi inovasi. Inovasi dicapai melalui kombinasi dari IIPerusahaan ll yang menghasilkan : 1. Barang/Jasa yang baru 2. Metode produksi yang baru 3. pasar baru 4. sumber supply yang baru 5~ Bentuk organisasi yang baru 7
Ino~asi-inovasi
tersebut dilaksanakan oleh seorang
entrepreneur yang berbeda dari
seorang kapi talis,
seorang inventor dan seorang manajer. Liebenstein (1968) mempertimbangkan
bentuk
organisasi sebagai reaksi utama entrepreneurial. Banyak
pemikir-pemikir
berhubungan
entrepreneurship transformasi
ekonomi
ekonomi
berpendapat bahwa
terutama
dengan
yang belum berkembang kepada
industrialisasi. Broehl (1982) berpendapat bahwa reaksi entrepreneurial merupakan konsep dari negara industri ,yang diterapkan pada negara yang menuju industrialisasi. Sedangkan Kilby (1971) menyatakan bahwa jasa yang dibutuhkan pada negara berkembang adalah fungsi nteknologi". Jadi opportunity structure seperti kebutuhan ekonomi dan inovasi teknologi mendefinisikan kebutuhan dan tindakan yang dibutuhkan untuk memulai dan mengembangkan perusahaan,tindakan tersebut merupakan
fungsi peran dari entrepreneur. Ahli psikologi dan ahli sosioloqi menjelaskan fungsi peranan tersebut dengan spesifikasi individu seperti knowledge, skill dan attitude yang dibutuhkan sebagai entrepreneur. studi psikologi mengkhususkan pada identifikasi karakteristik individu entrepreneur sedangkan studi sosiologi mengkhususkan pada identifikasi variabelvariabel sasia!.
studi psikologi meneliti sifat pribadi dan mutu yang berhubungan karakteristik
~engan
yang
tindakan entrepreneur atau
unik
yang
membuat
seorang
entrepreneur berbeda dengan orang pada umumnya. Karakteristik yang universal adalah kebutuhan untuk mencapai keberhasilan (n-ach) teori dari McClleland. 8
Tujuan dari penelitiannya adalah lito be able to find out
whether
n-Ach
is
related
to
entrepreneurial or of cultural and
success regardless institutional factors and the stage of economic development (McClleland, 1976). McClleland menemuka'n hubungan yang positif antara n-Ach scores dan perilaku entrepreneurial. sebagai contoh: Ia menemukan korelasi yang positif antara n-Ach scores dari suatu negara dan indikator dari pembangunan secara eko~omi (sebagai contoh :konsumsi listrik perkapita,McClleland'1976; McClleland & winters 1969). studi sosiologi mencoba menjelaskan reaksi entrepreneurial yang berbeda darikelompok sasia! seperti kelompok etnik, kelompok aqama dan perbedaan kelas sosial. Max Weber (1946) menjelaskan bahwa dasar entrepreneurship di Eropa sesuai dengan protestan6 McClleland (1976) menerima teori ini dan mengasumsikan bahwa aliran protestan merupakan tenaga pembentuk teori mati vasi . Tetapi Shapero dan Sokol (1982) menentang teori ini, yang dinyatakan kurang valid untuk menerangkan entrepreneurship yang terjadi di Jepang, China, Taiwan, Korea ataupun di lingkungan Katolik Roma .. mengatakan perilaku Hagen (1980) bahwa entrepreneurial adalah hasil bersama dari kualitas executive
individu dan lingkungan ekstern.
Tidak setiap orang mempunyai kuali tas pribadi sebagai entrepreneur. studi Jackson dan Musselman (1987) meneliti kualitas pribadi yang biasa ada pada seorang entrepreneur adalah sebaqai berikut: 1. Strong desire to be independent 2. willingness to assume risks 9
3. Ability to learn from experience
4. Self motivation. 5. Competitive spirit 6.
7. 8.
9. 10.
orientation toward hard work Self confidence Achievement drive High energy level Assertiveness
-Drucker '(1985) menyatakan bahwa entrepreneurship adalah perilaku dan bukan sifat perseorangan" Menurut Drucker, inovasi adalah dasar dar! entrepreneurship yang menciptakan sumber-sumber baru. II _ 3 PENGERTIAH MANAJEMEN
Management merupakan suatu ilmu pengetahuan (Science) dan juga rnerupakan suatu seni (Art). Pengetahuan management dapat dipelajari dan kecakapan dalam penggunaan dapat dilatih.
Jadi
seorang manager
bukanlah selalu harus mempunyai bakat yang sudah dibawa sejak lahir (born manager). Definisi : 1. Menurut George R. Terry "Management is the accomplishing of A predetermined objective through the effort of other-people" .. 2. Menurut Harold Koontz "Management is getting things done through the efforts of other people".
10
Kesimpulan dari definisi-definisi tersebut adalah 1. Adanya suatu proses 2. ~da tujuan tertentu
3. Penggunaan tenaga orang lain 4. Tujuan ditentukan/diramalkan terlebih dahulu. Dalam setiap kegiatan management terlibat :
a. Human Resources (sumber-sumber manusia) b. Non Human Resources (sumber-sumber non manusia). Fungsi dasar management digolongkan, dalam 3 bagian: 1. Plan (merencana) 2. Do/Carry out (melaksana) 3. Control/Check (mengontrol) Tetapi para pengarang berbeda-beda pendapatnya mengenai hal tersebut, seperti :
Koontz and Donnel
Planning Organizing Staffing
Directing & Leading Controlling
George Terry
Planning
Planning
Organizing
Organizing
Actuating
Directing & Motivating' Controlling
Controlling
Dapat dipelajari 2) pengetahuan mengenai management dapat dicapai 3) kepandaian dalam hal meng gunakannya dapat dipupuk ..
1)
Identitas Management
Longenecker
11
- perlu diingat bahwa management merupakan suatu aktivitas dan bukanlah tujuan. management dipelajari guna membantu mencapai tujuan tertentu dan bukanlah guna memperbaiki management per see - penerapan serta penggunaan management memberikan: 1. Efektivitas terhadap daya upaya manusia 2. Pengllhatan terhadap perubahan-perubahan/ perbaikan-perbaikan. 3. Pandangan-pandangan kedepan dan imaginasi. - Management" adalah dinamis. Sedangkan manager tidak dapat mengharap untuk bekerja dalam situasi yang konstan (tidak berubah). Manager harus mengantisipasi perubahan dan memimpin perkembangan serta kejadian yang tidak terlihat. - Apa
jalan
yang
terbaik
untuk
menghadapi
semua
itu ?
jalannya yaitu : 1. Kunei operasinya adalah FLEKSIBILITAS. 2. Sumber utamanya yai tu manusia
yang mempunyai
pengetahuan, karena manusia merupakan sumber yang fleksibel yang dapat dipekerjakan oleh
manager.
Perpustakaan Universitas,-i:l ,.)lE. .Parahyangat.' }- '9 1 l' .:.:: ( c.', ,<~ BA .•
_.
-
,
12
11.4
PENGERTIAN MANAGER ENTREPRENEUR Menurut
dasar bagi
Drucker
(1985),
pengetahuan yang
entrepreneurship adalah inovasi.
menjadi Dan cara
yang terbaik untuk mencapai yang
sistimatis
datangnya ilham. pencarian
yang
dan
inovasi adalah pencarian bertujuan daripada menunggu
Inovasi
terus
yang
menerus
bertujuan merupakan
dan
mengatur
pencarian
yang sistimatis membutuhkan metoda analisa opportunities. Seorang entrepreneur bukanlah orang yang berinisitif mengadakan perubahan tetapi membuat setiap perubahan itu bermanfaat. Inovasi'
untuk
perubahan;
inovasi
yang bertujuan merupakan I'a diagnostic dicipline", sebuah pengamatan yang sistimatis terhadap perubahan yang khas menyebabkan entrepreneurial opportunities. Entrepreneurship yang berhasil membutuhkan sistimatika, organisasi dan manajemen bertujuan. Orang yang mendirikan perusahaan membutuhkan belajar tt "bagaimana berinovasi dan diatas semua itu "bagaimana memanage ll
•
Dengan perubahan yang makin lama makin cepat, makin kompleks dan semakin sulit diramalkan arah perubahannya, maka perubahan lingkungan dapat rnerupakan ancaman apabila perusatiaan bersikap pasif/reaktif. Seorang Manajer Entrepreneurlah yang akan berusaha menjadikan perubahan seperti
ini sebagai
sumber dari
peluang. Jadi seorang Manager Entrepreneur adalah : 1. seorang manager yang mau mengerti atau mencoba untuk mengerti pola pikir entrepreneur.
2. Seorang entrepreneur yang mau mengerti atau berusaha untuk mengerti pola pikir manager. Manajer Entrepreneur bersifat pro aktif yaitu 13
manajer yang secara sadar menentukan tingkah lakunya dalam menanggapi entrepreneur. III. INDONESIA
1 ingkungan ,
DALAH PEMBANGUNAN
berperilaku
dan
NASIONAL MEMBUTUHKAN
MANAGER. ENTREPREHEUR.
III. 1 IDENTIFIKASI
ENTREPRENEUR
YANG
SUKSES
DI
INDONESIA
menelaah
untuk
keberhasilan
seorang
entrepreneur
s:ecara orang perorangan di Indonesia, maka kita dapa,t membaca kisah nyata mereka yang berkecimpung di dunia usaha
(Wiraswastawan
Biografi
1987).
Indonesia
Indonesia mulai
Rahasia
Sukses
pentingnya
menyadari
sektor dunia usaha sebagai suatu sektor yang menentukan
Suatu
arah dan ketahanan Nasional
Bangsa
akan
berkembang
secara
&
ikut
suatu Bangsa", ekonomis
dan
menggapai kemajuan yang spektakuler, apabila mampu melahirkan dan mempunyai entrepreneur yang unggul
l
berwawasan luas, kreatif, imajinatif, berani mengambil resiko, mampu mengambil keputusan, dapat memimpin, dan nalurinya berorientasikan pasar. Kita dapat melihat entrepreneur di Indonesia yang
rnempunyai, kebebasan dan motivasi bisnis yang mendorong mereka
untuk
gagasannya
mengadakan
dalam
inovasi
praktek
yaitu
wiraswastawan Indonesia yang sukses Soedibyo, Bapak Fadel Muhammad,
dan
mewujudkan
sebagai :
contoh
Ibu Mooryati
Bapak Tanri Abeng,
Bapak Siswono Yudo Husodo, Bapak Soedarpo Sastrosatomo (Wiraswastawan
Indonesia,
Rahasia
Sukses
&
Biografi,
1987), Bapak H. Achmad Bakrie dengan Bakrie & Brothers Group (S.Hardjoseputro, 1987).
14
Berdasarkan penelitian yang dilakukan keberhasilan searang entrepreneur Indonesia dianalisa sebagai berikut :
bah~a
yang
faktor
sukses
di
The entrepreneur and the enterprise based on the factors identified as tentative dimensions related with entrepreneurial success. The tentative dimensions are divided into personal demensions, family dimensions, enterprise dimension and other dimensions (Ridwan s.Sundjaja, 1990) n
A Model For Successful Entrepreneurship I. Personel Dimensions: Priwar~
l.ar work 2. Abili~Ylto take calculated risk 3. FleXlul lty 4. Foresight 5. Profit orientation Secondary 6. Strong Desired to Success 7. Confidence 8. Ability to Influence Others 9. Inltlative 10. Honesty 11. Re$DOnsibility 12. Abllity to De-legate I I. Family Dimensions: 1. Parent's occupation: Business like inheritage iofluences to torese~ better opportunities and shares at he lntroductory stage of entrepreneurship. III : Company Enterpris.e Dimensions: ' . MisSlon : - Personal bellefs could serve as a corporate beliefs system, after reaching ,a naturit~ stage - transform to a company mlSSlon statement. 2.. Management practices : - For the begining own style is adequate for the qt'owth stag,e own style +d semi Dro[essionals~ tor the ma~ul:fit.Y stage a.apt~ to tile needs OT management - Ull professlonals. IV ~ther Dimeusions: . resence ot opportunlties 2. ntrepreneur{ s persojla 1 network with or among entrepreneurs and political uarty 3. Economy development/growth of the country
1:
15
Nilai-ni1ai yang dimiliki oleh para entrepreneur tersebut seperti keu1etan berusaha, kesediaan bekerja keras, mempunyai keinginan mandiri, (dalam personal dimension), semuanya merupakan ni1ai keteladanan yang dapat dipakai pendorong bagi generasi berikutnya dalam
rangka mensukseskan pembangunan.
1II.2 ALASAN
KEBUTUHAN
MANAGER
ENTREPRENEUR
BAGI
IHOONESIA
Sebagai mana ki ta ketahui bersama dan sudah ki ta
sendiri, dalam dua puluh lima tahun terakhir ini kita, Bangsa Indonesia, telah melaksanakan suatu kegiatan akbar, yakni Pembangunan Jangka panjang Tahap I yang rnelibatkan pengerahan dana dan tenaga yang besar pula. Pernbangunan Jangka panjang tersebut bertujuan untuk mernbangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan se1uruQ masyarakat Indonesia dengan rneletakkan ti tik berat pada pembangunan ekonomi. Pilihan alternatif untuk memberikan prioritas pada
rasakan
itu memang tidak dapat dielakkan sehubungan dengan kenyataan riil sos1a1 ekonomi kita
bidang
ekonomi
pada saat keputusan tersebut harus diambil. Dalam'dua puluh lima tahun pelaksanaan_Pembangunan Jangka Panjang Tahap I itu sudah banyak yang dilakukan dan dihasilkan dengan segala dampaknya' pada pelbagai bidang kehidupan. Dinamika pembangunan ekonomi telah dan akan menumbuhkan kelas m~nengah dan ekonomi pasar ~engan
watak kompeti tifnya di dalam tatanan kemasyarakatan kita. Sementara itu, dampak prosesproses globalisasi tidak mungkin lagi dan tidak perlu kita elakkan. Interaksi antara dinamika internal pembangunan 16
bangsa, dan dinamika eksternal masyarakat dunia dengan
proses-proses globalisasinya, dengan sendirinya telah memunculkan jaringan pelbagai masalah dan tantangan lebih besar dan lebih majemuk.
yang yang
sama
juga
Namun pada saat
peluang-peluang
memunculkan
untuk
dimanfaatkan. Masalahnya menjadi masalah mendeteksi ·masalah-masalah, tantangan-tantangan dan peluang-
itu tepat pada waktunya, dan tepat waktunya pula memanfaatkan peluang-peluang peluang
pada yang
tersedia itu, baik dalam lingkup makro maupun dalam lingkup mikro, pada pelbagai tatanannya. Untuk itu diperlukan kepekaan,
kejelian,
keakhlian,
kecermatanl
keterampilan, keswakarsaan dan keberanian pengambil keputusan yang didukung kesediaan untuk memikul tanggung jawab. Kemampuan-kemampuan dan etos tersebut dapat secara rasional dan sistematis ditumbuhkan dan dikembangkan melalui
pelatihan dan
pendidikan
dengan
memanfaatkan hasil-hasil pelbagai disiplin ilmu pengetahuan secara terpadu. Ini berarti bahwa pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai manager
menjadi
entrepreneur
amat
penting
untuk
memelihara momentum pembangunan berkelanjutan ya~g tengah ,dijalankan di Indonesia.
mendukung
dan
111.3 HENGAPA MANAGER ENTREPRENEUR PERLU DIKEMBAHGKAN ?
Jika
dilihat
entrepreneurship di
dari
perkembangan
tahapan
Ind~nesia,
maka bisa kita lihat di
tabel berikut (tabel 1) Pada umumnya entrepreneur pernah bekerja untuk orang lain. Kemudian mereka melihat kesempatan pekerjaan lamanya.
yang
lebih
17
baik
dan
meninggalkan
Table 1
A Model For stages In Entrepreneurship Worked For others 1* Foresee Better Opportunities
*
Leave Jobs
INTRODUCTORY STAGE
1. Legal Form : Institutional Creation, partnership or corporatlon 2.' S.hare Holc;ler,Composition : F~milies, Friends 3. Cdmpany Mlsslon_: Not Yet EX1St 4,. Management 'PMcticelFormation ; FO\lnder-Owner-, Manager Run The BUSlness Organlzat10n : Very Slmple GROWTH STAGE
1. Legal Form : Joint Venture Looking For Partners For capital Sourcing/company Growth 2. Share Holder composition: Families/Friends, Polltical Party 3. Company Mission: Personal Beliefs Serve As A . Corporate Beliefs 4. Management Practlce/Formation : Found~r-Owner Manager Plus Semi Profesl0nals Run The Business organization : Generally Accepted structure MATURITY STAGE 1. Legal Form: A coporation --- Ooing PUQlic 2. Share Holder
: Faml11es,Frlends, Pol1tical Party 3. Company Mission: Transform To A Company Mission stat.ement 4. Management practlce/Formation : partially By Founder -Owner-Manager And Mostly Full Professionals Organization : Modified To A complex structure Note : At This stage The Company is Practicing social Responsibillty Sumber : Ridwan S.Sundjaja (1990) Compos~tl0n
18
- Pada tahap permulaan , ketika mereka mulai usaha baru yang berbentuk partnership/corporation, pemegang saham terdiri dari keluarga atau ternan-ternan.. Misi
perusahaan pada waktu itu belum jelas.
struktur manajemen perusah~an; Founder - Owner - Manager, bentuk organisasi masih sederhana. Semua fungsi dijalankan oleh pendirinya.
- Pada tahap pertumbuhan: mereka meneari partner untuk sumber permodalan yang lebih besar. Kornposisi pemegang saham kadangkala terdiri dari keluarga + ternan-ternan + poli :tical party. Misi perusahaan merupakan misi dari pribadi. Manajemen perusahaan pada tahap ini disarnping tetap dijalankan oleh pemilik juga oleh orang yang semi profesionals. Struktur organisasi telah berkembang dan disesuaikan dengan fungsi yang dijalankan. - Pada tahap dewasa;bentuk perusahaan berbentuk corporation. Komposisi pemegang saham seperti pada tahap
pertumbuhan
tetapi
misi
perusahaan
sudah
menjadi jelas. Manajemen perusahaan tidak lagi dipengaruhi sepenuhnya oleh pemilik tetapi lebih banyak dijalankan oleh para profesional. Struktur organisasi
menjadi
lebih kompleks.
Pada
tahap
ini
perusahaan lebih mempunyai tanggung jawab' sosial yang lebih besar. Pada tahap inilah para profesional
dan merupakan unsur penting untuk kelanjutan hidup perusahaan. pada tahap lebih disadari kebutuhannya,
ini
lebih banyak modal dan lebih banyak para profesional. Investasi dalam sumber daya manusia
menjadi sangat penting untuk masa depan perusahaan. Pada tahap inilah manajer entrepreneur dapat memainkan peranan yang lebih besar. 19
Jika
melihat
clri~ciri
seorang
entrepreneur
dan
seorang manajer maka kita mencoba melihat b~berapa faktor yang menyebabkan Indonesia perlu mengembangkan
manajer
entrepreneur. Kita melihat tingkah laku inovatif dalam perusahaan
biasanya kita lihat sebagai tingkah laku melawan arus dan perusahaan yang mengembangkan corak mana jemen
entrepreneurial memiliki kemampuan untuk menjadikan perubahan sebagai sumber peluang~ Jika jiwa entrepreneur menjadi karakteristik pola berpikir dan bertindak dalam lingkungan :yang lebih luas (masyarakat), maka masyarakat tersebut akan berkembang dengan sangat pesat. Hal ini disebabkan karena
entrepreneurship mempunyai dampak 'positif atas masyarakat misalnya Menciptakan lapanqan kerja dengan' menumbuhkan
perusahaan
dan
mensejahterakan
masyarakat .. Dengan
daya
inovasi
para
entrepreneur
selalu
cara-cara yang baru yang lebih efisien dan efektif sehingga menciptakan dinamika kehidupan yang lebih progresif yang dapat memperbaiki kondisi kehidupan ke kondisi yang lebih baik. Secara nasional hal ini berdampak meratakan pendapatan sehingga memperkecil jurang perbedaan si kaya dan si 'miskin~ Dengan daya inovasinya ini mereka akan mendirikan perusahaan/mengelola perusahaan dengan cara-cara yang lebih efisien sehingga mereka tentu saja akan menggunakan/memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di alam Indonesia, yang kaya ini. sehingga dengan demikian menyebarkan manfaat-manfaat pembangunan sampai ke ini pada daerah-daerah seluruh Indonesia. Hal
mencari
gilirannya akan menciptakan lapangan kerja baru bagi 20
masyarakat
kita
yang
mempunyai
tenaga
kerja
yang
melimpah sehingga dengan demikian lebih meratakan basil -" pembangunan nasional. selain itu pemerintah dapat menciptakan
sumber dana melalui
pemungutan pajak dan
kewajiban-kewajiban lainnya kepada perusahaan atau proyek-proyek para
Dana tersebut dapat dialokasikan oleh pemerintah kepada proyek-proyek untuk entrepreneur..
kita misalnya
kesejahteraan masyarakat
pendidikan,
kesehatan, pertahanan keamanan, pembangunan fisik lain;
jalan raya, _jembatan dsb. Dari hal-hal tersebut kita, lihat entrepreneurship dapat menyebabkan pengaruh terhadap perekonomian secara nasional dan mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan sosia1 suatu masyarakat ..
111.4 BAGAIMAHA
KITA
BISA
MENGEMBANGKAN
MANAGER
ENTREPRENEUR DI INDONESIA ?
- Are Entrepreneurs born or they can be created ?
tersebut berkaitan dengan bagaimana seorang manajer entrepreneur dapat dikembangkan~ Jika kita melihat karakteristik seorang entrepreneur, kita Pertanyaan
melihat bahwa sebagian besar karakteristik tersebut pada
umumnya
dapat
diajarkan
atau
sebagian
dapat
diperoleh dari pengalaman. Mungkin yang bersifat murni kemampuan
berimajinasi
saja.
Seorang
manajer
entrepreneur dapat berkembang misalnya pada perusahaanperusahaan
baik
swasta
maupun
BUMN.
Namun
suatu
perusahaan dapat menjadi tempat yang subur bagi perkembangan manajer entrepreneur apabila diperusahaan tersebut ada gaya manajemen yang tanggap terhadap
gagasan-gagasan baru dan secara mengembangkan, qagasan tersebut 21
sungguh-sungguh suatu ll1enjadi
produk/jasa atau bidang usaha yang baru. Gaya manajemen entrepreneurial menurut Bapak Cacuk sudaryanto ada --. dalam
nilai-nilai,
kebijaksanaan
dan
struktur
organisasi perusahaan yang merangsang inovasi yang merupakan prasyarat bagi pengembangan manajer entrepreneur di Indonesia~ Melalui pendidikan & pengembangan" sifat-sifat entrepreneur dapat berkembang m~mperoleh
ketramp.11an yang diperlukan untuk mengembangkan usahanya terutama dalam era pembangunan saat ini. Melalui pendidikan menjadi manajer entrepreneur dapat dihasilkan nilai tambah dalam perekonomian karena melalui pendidikan baik formal maupun informal bukan saja dapat mernberikan keahlian dan ketrampilan, tetapi juga menjadikan sumber daya manusia menjadi mampu bekerja lebih produktif, sehingga mampu bukan saja mencari pekerjaan sebagai tenaga kerja I tetapi juga mampu menciptakan pekerjaan untuk diri sendiri dan mampu menciptakan pekerjaan untuk orang lain. Seperti dikatakan oleh Anders Wall, president and chief executive of Beijernvest of sweden, seorang konglomerat Eropa (perusahaan Volvo dsb ) dalam pidatonya di Swedish, American chamber of commerce, New York City, April, 1980: "Today we must support people with ideas and initiativ~-the entrepreneurs-because they are agents of change and our hope for the future" Apabila kita telah menyakini peran manajer entrepreneur dalam pembangunan khususnya bagi Indonesia, mungkin permasalahan selanjutnya adalah bagaimana pendekatan pendidikan manajer entrepreneur khususnya bagi lembaga pendidikan ? Menurut hemat penulis, entrepreneurship adalah dan
22
gabungan an tara science dan art.
Bila demikian sLstem
pendidikan entrepreneur sebaiknya tidak hanya dapat
memperkuat
pengetahuan
dan
seni
tetapi
t
juga
mempersatukan keduanya. Menurut Dr. Daoed Yoesoef dalam sistem pendidikan dan pengemhangan kewiraswastaan di Indonesia (1976)
pengembangan kewiraswastaan sebaiknya dibangun atas 4 azas pengajaran yaitu : 1. pengajaran teori mengenai hal-hal yang diperlukan ba~i profesi kewiraswastaan. 2. studi kasus,' yang ditarik_dari keja~ian-kejadian dibidang bisnis, dalam bentuk seminar. pendidikan
3~
dan
Motivasi training.
4. Magang yaitu belajar melalui pembuatan sesuatu, hila mungkin
melalui pembuatan yang diakui
berstandar tinggi.
Sebab adalah
menganggap bahwa segala diketahui
dalam
hidup
keliru untuk
sesuatu yang ini
dapat
perlu
diajarkan
melalui pendidikan formil artinya setiap orang harus berusaha mencarinya sendiri dan menemuinya di dalam praktek kehidupan sehari-hari, melalui pengamatan yang tajam, melalui perbuatan dan percobaan sendiri. IV. PENUTUP
Pada setiap tahap pembangunan peranan entrepreneur sangat dibutuhkan,
karena seorang entrepreneur
dapat
melihat kesempatan dan kemungkinan menemukan hal-hal yang baru guna memenuhi perubahan permintaan dari masyarakat sekaligus dalam hal ini fa dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya maupun bagi orang lain Segi
rnanapun
dari
sifat 23
dan
peran
seorang
entrepreneur, pada hakekatnya dia merupakan tokoh yang dapat memberikan pengaruh yang aktif dan dinamis pada
perekonomian. Seorang
entrepreneur
entrepreneurship
merupakan
dapat dibentuk, dan pengetahuan yang dapat
diajarkan melalui program pendidikan baik formal maupun nonformal. Demikian juga seorang manager dapat dibentuk melalui
peningkatan
pengetahuan
dan
ketrampilan
managerial. seorang rnanajer entrepreneur nasional masih harus diciptakan dan masih harus dibina dan dikembangkan .. manajer entrepreneur tidak dapat dihasilkan semata-mata oleh proses pendidikan formal, Naroun
seorang
sebab seorang manajer entrepreneur perIn memiliki
gabungan knowledge dan art.
24
DAFTAR LITERATUR 1. Broeh 1, '
2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9.
10. 11. 12. . 13.
14.
W. G. Jr.
Entrepreneursh i p I n
The
Less
Developed World. In C.A. Kent, D.L.Sexton, & K.H. Vesper (Eds.), Encyclooedi"a of Entrepreneur~hip. Englewood Cliffs, N.J.:Prentice Hall, Inc., 1982. Clutter Buck, David & Stuard Crainer, Makers -of Management, Mac Millan, London, 1990. Drucker, Peter F. Our Entrepreneurial Economy, Harvard Business Review, pp.59 - 64, 1984. Drucker, Peter F. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. ~ew York: Haper & Row Publisher, 1985. Drucker P~ter- F. _The Discipline of Innovation.' Harvard Busi ness Review, pp.' 67" - 72, May June 1985. Drucker, Peter F. A Prescription for Entreoreneurial Management. Industry Week, pp. 33-40, April 29, 1985. Fis6hhoff, B., & ~eyth, R. I knew i t would happen: Remembered probabilities of once-future thinGS. Organizational Behavior and Human Performance~ No. 13, pp. 1-13, 1975. Griffin, Rick W.. Management. Boston: Houghton Mifflin Company, 1984. Hardjoseputro Beriava karena wiraswasta, Simak liku-1iku ,H. Achmad Bakrie dengan Bakrie & Brothers group, Galaxy puspa mega, 1987. Hornaday, J.A.,& Aboud, J.,"Characteristics of Successful Entrepreneur," Personnel Psychology, (Summer, 1971), Pp.141-1S3. Kilby, P. (Ed.). Entrepreneurship And Economic Development. New York: Free Press, 1971. Knight, F .. Risk, Uncertainty. And Profit. Boston: Houghton Mifflin, 1920 . Koontz, Harold, Heinz Weihrich. Management. Singapore: MCGraw-Hill, 1988. Leibenstein, H. Entrepreneurship And Development. The American Economy Review, May 1968, 59(2), pp 1
1
72-83.
15. McCl1eland, David C., & winters, D.G. Motivating Economic Achievement. New York~ Free Press, 1969. 16. McClleland, David C. The Achieving Societx. New York: Irvington Publisher, Inc., 1976. 17. Mintzberg, Henry. The Nature of Managerial Work. New York: Harper & Row, 1973. 18. Musselman, Vernon A., John Jackson. Business: contemporary Concepts and Practices. New Jersey: Prentice-Hall International, 1987 19. Panitia Penyelenggara Lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan kewiraswastaan di Indonesia, Daoed Yoesoep, S i stem Pend i d i ken dan Penge'mbangan Kew i raswastaan di. Indonesia, November 1976. 20. Pinchot III, Gifford, Intrapreneurin9; New York, Harper & Row Publishers, 1985. 21. Quinn James Brian .. Managing Innovation: Controlled Chaos. Boston: Harvard Business Review, pp.7384,May-June 1985 22. Ramamurti, Ravi. Public Entrepreneurs: Who They Are and How They operate. California: California ~anagement, pp. 142-158 Review, Spring 1986 23. Schumpeter, J.A .. Theory of Economic Development. Cambridge, Mass. : Harvard University, 1934 24. Shapero A., & Sokol L .. The Social Dimensions of Entrepreneurship. In C. A. Kent, D.L. Sexton, & K. H. Vesper (Eds) , Encycl oped; a of Entrepreneurship. Englewood Cliffs, N.J.,: Prentice J
J
Hall Inc., 1982.
25. Sumahamijaya, Suparman, Membina Sikap Mental WiraswastaJ Gunung Jati , Jakarta, 1980. 26. Sundjaja Ridwan, Towards The Development of A Model for Successful Business Entrepreneurship in Indonesi a, - A Di ssertation, De La Sa 11 e Un; versi ty -Manila, 1990 27. Toffler, Alvin, Future Shock. Random House, 1970 28. Wijandi, Soesarsono, Pengantar Kewiraswastaan. Bandung J S; nar Baru 1 1987.' 29. Wiraswastawan Indonesia. Rahasia Sukses & Biografi, PT~ Batukarang Emas Sejati, Jakarta, 1990. J