-
Hambatan-hambatan dalam penggunaan search engine dalam menyusun skripsi. .
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Informasi Informasi merupakan data yang berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan (proses) menjadi bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi pemakainya. Menurut Estabrook dalam Yusuf (2009:11), “Menurut sudut pandang dunia kepustakaan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang”. Suatu kejadian atau suatu gejala alam yang diamati seseorang kemudian dapat direkam baik dalam pikiran orang yang mengamati atau juga dapat terekam di dalam sebuah alat yang dapat menyimpan sebuah fenomena adalah informasi. Kemudian dijelaskan juga bahwa sebuah keputusan yang dibuat seseorang dari hasil pengamatan juga merupakan informasi. Krikelas dalam Munggaran (2009:13) mendefinisikan Informasi sebagai rangsangan yang menciptakan ketidakpastian, yang membuat seseorang sadar akan kebutuhan dan menciptakan suatu perubahan dalam tingkat atau derajat tertentu. Informasi dapat mempengaruhi kehidupan pemakai informasi. Dari uraian Krikelas, informasi dikaitkan dengan rasa ketidakpastian dari dalam diri seseorang. Rasa ketidakpastian tersebut mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam hal ini seseorang akan membutuhkan informasi sebagai rangsangan atau jawaban terhadap ketidakpastian.
2.2 Manfaat Informasi Informasi dikatakan bernilai apabila dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat dari informasi menurut Sutanta (2003:11), adalah : 1. Menambah pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan. Mengurangi resiko kegagalan Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan menghasilkan keputusan yang lebih terarah. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan. Pendapat diatas menunjukkan bahwa informasi akan memberikan
standard, aturan dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh. 2.3 Kebutuhan Informasi 2.3.1 Pengertian Kebutuhan Informasi Kebutuhan diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh seseorang yang harus dipenuhi. Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi, apapun jenis pekerjaannya. Ada banyak pengertian kebutuhan informasi yang dikemukakan para ahli, antara lain : Kulthau dalam Wijayanti (2001:15) menguraikan bahwa kebutuhan informasi dalam ilmu informasi diartikan sebagai sesuatu yang lambat laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan makna. Menurut Krikelas (1983:5) mendefinisikan kebutuhan informasi bahwa : Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpatian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun pada umumnya ada kendala seperti ketiadaan eaktu, kemampuan, biaya, faktor
Universitas Sumatera Utara
fisik, dan faktor individu lainnya, ini menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan infromasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa suatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands). Kebutuhan informasi menurut Diao dikutip oleh Prahatmaja (2006:5) membagi kebutuhan informasi manusia menjadi tiga macam kebutuhan informasi, yaitu : 1. Kebutuhan informasi yang objektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi obyektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial obyektif. 2. Kebutuhan informasi subyektif, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan. Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial subyektif. Namun yang sering menjadi permsalahan adalah kebutuhan informasi yang disadari pun kerapkali tidak selalu mudah untuk merumuskannya. 3. Kebutuhan informasi yang terpenuhi, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya. Menurut Taylor, ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud secara pasti : 1. Visceral need, need for information not existing in the remembered experience of the inquirer yaitu ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya. Dengan kata lain informasi yang aktual yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diungkapkan. 2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan mentaldescription of an ill-defined area of indecision atau ketika seseorang mulai mereka-reka apa sesungguhnya yang ia butuhkan. Pada tingkatan ini kebutuhan informasi mulai dapat dijelaskan atau digambarkan. 3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya. Ditahapan ini kebutuhan dinyatakan dengan resmi. 4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.
2.3.2 Jenis Kebutuhan Informasi
Universitas Sumatera Utara
Ada banyak jenis kebutuhan informasi, seperti Katz yang dikutip oleh Yusup (2009: 205), antara lain adalah : a. Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan mengusai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang. b. Kebutuhan efektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estesis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Dalam hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Misalnya, orang membeli radio, televisi, dan menonton film, tidak lain karena mencari hiburan. c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan kebutuhankebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat mencari hiburan dan pengalihan. Menurut Morgan dan King dalam Wilson (1996) mengemukakan bahwa jenis kebuthan informasi muncul dari tiga motif, yaitu : 1. Physiological motives Kebutuhan informasi didasari atas kebutuhan diri sendiri. 2. Unlearned motives Kebutuhan informasi terjadi karena adanya tugas, atau informasi digunakan untuk mengambil suatu keputusan. 3. Social motives Kebutuhan informasi terjadi karena adanya permintaan informasi dari orang lain. Berdasarkan uraian di atas, jenis kebutuhan informasi itu didasari atas kebutuhan diri sendiri, seperti adanya keingintahuan, pendidikan, tugas, pekerjaan dan lainnya maupun karena permintaan dari orang lain.
2.3.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Chowdhury (1999 : 182), karakteristik kebutuhan dalam sistem pencarian informasi, yaitu : 1. Determine the information needs of each category of users (Menentukan kebutuhan informasi dari tiap kategori pengguna) 2. Access how far the existing system is able to meet the needs of user (Menilai seberapa jauh sistem yang ada mampu memenuhi kebutuhan pengguna) 3. Identify what information sources are to be possessed by the system (Mengidentifikasi sumber-sumber informasi apa yang harus dimiliki oleh sistem) 4. Determine how the information sources are to be analsed and recorded (Menentukan bagaimana sumber-sumber informasi harus dianalisis dan dicatat) 5. Determine the hardware and software requirements, nature and format of the database(s), approach to database design (centralized or distributed), networking requirements, standards, protocols, etc (Menentukan persyaratan perangkat keras ddan perangkat lunak, sifat dan format database, pendekatan desain database (tersentralisasi atau terdistribusi), jaringan persyaratan, standar, protokol, dll menentukan pola komunikasi, user interface) 6. Determine the output format(s) required, requirement for repackaging of information, etc (Menentukan format output yang diperlukan, persyaratan untuk pengemasan ulang informasi) 7. Determine the marketing strategies-information products, distribution, pricing, etc (Menentukan strategi pemasaran-pemasaran produk, distribusi, dan harga) 8. Determine the leve of staff training, user orientation/training (Menentukan tingkat pelatihan staf, orientasi pengguna/pelatihan) Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006:94), kebutuhan informasi memiliki sebelas karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi tersebut, yaitu : a. Pokok masalah ( Subject) Subjek merupakan hal penting yang harus diperhatikan sebelum mengindentifikasi suatu masalah dalam sebuah informasi. b. Fungsi (Function) Setiap informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung pada isi dan pemanfaatan informasi tersebut. c. Sifat (Nature) Informasi memiliki sifat yang merujuk pada ciri esensial yaitu berubah pada periode tertentu atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan orang lain. d. Tingkat Intelektual (Intellectual Level) Informasi juga berkaitan dengan tingkat intelektual yaitu adanya pengetahuan atau tingkat kecerdasan pemakai terhadap suatu informasi.
Universitas Sumatera Utara
e. Titik Pandang (Viewpoint) Informasi juga memiliki titik pandang berdasarkan pada pemikiran pemakai, orientasi politik, pendekatan poositif dan negatif, maupun orientasi disiplin ilmu. f. Kuantitas (Quantity) Pemakai informasi juga membutuhkan kuantitas dan jumlah yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan informasinya. g. Kualitas (Quality) Kualitas kebutuhan informasi tergantung pada sifat individu pemakai itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan informasi itu. h. Batas Waktu Informasi (Date) Informasi memiliki batas waktu penggunaan yaitu informasi baru atau informasi lama. i. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery) Informasi diupayakan secepatnya sampai kepada pemakai, sehingga aktualitas informasi dapat terjaga sehingga sering disebut informasi up to date. j. Tempat Asal Publikasi (Place) Tempat asal publikasi suatu informasi dapa dilihat darimana informasi itu diterbitkan. k. Pemrosesan dan Pengemasan (processing and Packaging) Pemrosesan berkaitan dengan bagaimana cara penyajian informasi itu tampilkan, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi. 2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Kebutuhan seseorang timbul dipengaruhi oleh kondisi, situasi dan kognisinya. Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Menurut Nicholas (2000) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu : 1. Kebutuhan (needs) Seseorang akan mencari informasi jika ia merasa membutuhkan suatu informasi. Disini ia dapat mencari informasi dengan cara bertanya kepada teman, kepada dosen, membaca buku, menonton televisi, atau mendengarkan radio. 2. Manfaat (uses) Seseorang membutuhkan informasi jika ia merasa informasi yang ingin dicarinya akan memberikan manfaat bagi dirinya ataupun orang lain. 3. Faktor Eksternal (external factors) Informasi dibutuhkan karena adanya faktor dari luar, dorongan dari seseorang sehingga ia merasa berkewajiban untuk mencari informasi tersebut. 4. Faktor Internal (internal factors) Informasi dibutuhkan karena adanya kesadaran dari dalam diri terhadap informasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti pada gambar berikut :
Gambar 1. faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi (sumber : Wilson, 1994)
Pada gambar tersebut ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu : a. Kebutuhan individu (person) Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif
needs) dan
kebutuhan kognitif (cognotive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung mempengaruhi kebutuhan informasi. b. Peran sosial (social role) Peran sosial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.
Universitas Sumatera Utara
c. Lingkungan (environment) Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial-budaya (social-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politic-economic environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.
Dari beberapa uraian di atas, dapat diketahui bahwa setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Kebutuhan informasi ditentukan berdasarkan kebutuhan individu, peran sosial dan lingkungan.
2.3.5 Sumber-Sumber Informasi Informasi
yang kita dapatkan terdiri dari banyak sumber. Baik dari
media elektronik maupun tercetak. Menurut Krikelas yang dikutip olrh Budiyono (2000:23) menyatakan : Pilihan sumber dapat dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Sumber internal dapat berupa : memo, catatan pribadi atau hasil pengamatan. Sedangkan sumber eksternal dapat berupa : hubungan antar personal langsung dan informasi terekam atau tertulis. Perpustakaan merupakan tempat yang menyediakan sumber-sumber informasi. Mulai dari informasi tercetak, seperti buku, majalah, novel, jurnal, dll, sampai informasi yang berbentuk digital seperti internet. Internet memberikan kemudahan dalam mencari informasi karena memberikan fasilitas mesin pencari (search engine) dengan akses tanpa batas. 2.4 Perilaku Informasi Perilaku informasi merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku penemuan dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menurut Pettigrew dalam Frion (2009:2) menyatakan bahwa “information behaviour as how people need, seek, give and use information in different contexts.” Sedangkan menurut Case dalam Frion (2009:3),perilaku informasi adalah:
Universitas Sumatera Utara
Information behaviour...encompasses information seeking as well as the totality of other unintentional or passive behaviours (such as glimpsing or encountering information), as well as purposive behaviours that do not involve seeking, such as astively avoiding information. Menurut Frion perilaku informasi didefinisikan bagaimana orang-orang membutuhkan, mencari, memberi dan menggunakan informasi dalam konteks yang berbeda. Sedangkan menurut Case perilaku informasi mencakup pencarian informasi serta totalitas lain yang disengaja atau perilau pasif (seperti melihat sekilas informasi), serta perilaku yang tidak melibatkan pencarian informasi aktif.
2.4.1 Perilaku Pencarian Informasi Perilaku pencarian informasi merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Menurut Krikelas dalam Bintoro “yang disebut perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya”. Sedangkan menurut Purwoko (2009) Perilaku pencarian informasi adalah “kebutuhan informasi, strategi penemuan informasi dan penggunaan informasi. Wilson (2000), mengemukakan beberapa pengertian perilaku pencarian informasi sebagai berikut : 1. Information behavior is the totality of human behavior in relation to sources and channels of information, including both active and passive information seeking, and information use. Thus, it includes face to- face communication with others, as well as the passive reception of information as in, for example, watching TV advertisements,without any intention to act on the information given. 2. Information seeking behavior is the purposive seeking for information as a consequence of a need to satisfy some goal. In the course of seeking, the individual may interact with manual information systems (such as a newspaper or a library), or with computer-based systems (such as the World Wide Web). 3. Information searching behavior is the ‘micro-level’ of behavior employed by the searcher in interacting with information systems of all kinds. It consists of all the interactions with the system, wheter at the level of human computer interaction (for example, use of the mouse and clicks on links) or at the intellectual level (for exmple, adopting a Boolean search strategy or determining the criteria for deciding which of two books selected from adjacent places on a library shelf is most useful), which will also involve mental acts, such as judging the relevance of data or information retrieved.
Universitas Sumatera Utara
4. Information use behavior consists of the physical and mental acts involved in incorporating the information found into the person’s existing knowledge base. It may involve, therefore, physical acts such as marking sections in a text to note their importance or significance, as well as mental acts that involve, for example, comparison of new information with existing knowledge. Information behaviour adalah totalitas hubungan manusia dengan sumber dan saluran informasi, termasuk pencarian aktif dan pasif dan penggunaan informasi. Termasuk komunikasi langsung dengan yang lain, serta penerimaan informasi secara pasif seperti menonton televisi, tanpa perhatian atau niat khusus terhadap informasi yang disajikan. Information seeking behaviour adalah upaya menemukan informasi sebagai konsekuensi dari kebutuhan untuk memenuhi beberapa tujuan. Dalam perjalanan menemukan, para individu berinteraksi dengan sistem informasi manual (seperti surat kabar atau perpustakaan), atau dengan sistem berbasis komputer. Sedangkan information searching behaviour adalah perilaku pencarian informasi ditingkat mikro yang digunakan pencari ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini berinteraksi dengan sebuah sistem informasi apakah dengan berinteraksi langsung dengan orang yang ahli dengan menggunakan mouse atau tindakan meng-klik sebuah link atau melakukan pencarian informasi dengan cara intelektual seperti melakukan penelusuran menggunakan strategi bolean atau menentukan kriteria untuk menyeleksi buku yang letaknya berdekatan menurut nomor urut di rak buku perpustakaan. Juga perilaku pencarian seperti menafsir ketepatan data atau menemukan kembali informasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku informasi merupakan istilah yang paling luas kemudian disusul information seeking behaviour yang merupakan suatu upaya menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi hingga mencapai tujuan tertentu, upaya penemuan tersebut dapat dilakukan berinteraksi dengan informasi manual atau dengan infromasi berbasis komputer.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan information searching behaviour merupakan perilaku ditingkat mikro yang ditujukan atau digunakan pencari infromasi ketika berhadapan dengan sistem infromasi. Jadi information seeking behaviour dan information searching behavior memiliki perbedaan
2.4.2 Model Perilaku Pencarian Informasi Menurut Wilson (2000:49), Setiap analisis literatur perilaku mencari informasi harus didasarkan pada beberapa model umum yang dapat disebut perilaku informasi yang mencari informasi. Model yang ditunjukkan pada gambar dibawah menempatkan konsep-konsep kebutuhan informasi, pencarian informasi, pertukaran informasi, dan informasi yang digunakan dalam diagram alir dapat dilihat sebagai memetakan perilaku seorang individu yang dihadapkan dengan kebutuhan untuk mencari informasi. Model teori perilaku informasi menurut Wilson (2000:49) :
Gambar 2. Model teori perilaku informasi oleh Wilson. (Sumber: Wilson, 2000)
Model di atas menjelaskan bahwa pengguna informasi ada karena kebutuhan informasi, sehingga pencarian informasi pun dilakukan. Informasi
Universitas Sumatera Utara
dapat dicari di sistem informasi maupun sumber yang lainnya. Apabila pencarian sukses dan memuaskan pengguna, maka informasi tersebut akan diteruskan ke orang lain. Model ini menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi melibatkan orang lain untuk pertukaran informasi dan informasi tersebut digunakan untuk kepentingan sendiri maupun orang lain. Sedangkan Sconul (1999 :7) memberikan tujuh butir kemampuan dalam model information skills di perguruan tinggi, yaitu : 1. Mengenali informasi yang dibutuhkan (recognize information) 2. Menentukan dan menyeleksi jenis dan sumber informsi yang tepat (distiguish ways of addressing gap) a. Pengetahuan tentang jenis sumber daya yang tepat, baik cetak dan non cetak b. Pemilihan sumber daya dengan ‘paling cocok’ untuk tugas di tangan c. Kemampuan untuk memahami isu yang mempengaruhi aksesibilitas sumber 3. Membangun strategi dalam menemukan sumber informasi, termasuk metode yang tepat dan sistematis serta prinsip-prinsip pembuatan database (construct strategies for locating). a. Untuk mengartikulasikan kebutuhan informasi untuk pertandingan melawan sumber b. Untuk mengembangkan metode sistematis yang sesuai untuk kebutuhan c. Untuk memahami prinsip-prinsip konstruksi dan generasi database 4. Menggunakan teknik-teknik pencarian dan mencari serta mengakses (locate and access). a. Untuk mengembangkan teknik-teknik mencari yang sesuai (misalnya penggunaan Boolean) b. Untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk istilah jaringan akademis internasional c. Menggunakan pengindeksan dan abstrak yang sesuai layanan, indeks rujukan dan database d. Untuk menggunakan metode kesadaran saat ini untuk tetap up-to-date 5. Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang dihasilkan dari berbagai sumber (compare and evaluation) a. Kesadaran akan isu-isu bias dan otoritas b. Kesadaran proses tinjauan rekan penerbitan ilmiah c. Informasi yang tepat sesuai kebutuhan informasi 6. Mengorganisir, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang lain dengan cara-cara yang tepat (organising, apply, and communicate) a. Situasi b. Mengutip referensi dalam laporan proyek dan tesis c. Untuk membangun sistem bibliografi pribadi d. Untuk menerapkan informasi kepada masalah yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
e. Untuk berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan media yang sesuai f. Untuk memahami isu-isu hak cipta dan plagiatisme 7. Mensintesiskan dan menciptakan informasi sebagai masukan dan kontribusi terhadap pengetahuan baru (synthesize and create). Peneliti
lain
dalam
kajian
Perilaku
Pencarian
Informasi,
Ellis,
memperkenalkan 6 kelompok kegiatan dalam perilaku pencarian informasi. Enam kelompok kegiatan perncarian informasi itu adalah : 1. Starting Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan seorang pengguna informasi saat pertama kali mencari tahu tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya : melakukan overview terhadap literatur-literatur yang ada dalam suatu bidang baru tertentu atau mencari tahu orang-orang yang ahli dalam suatu bidang tertentu. 2. Chaining Sedang yang dimaksud dengan chaining menurut Ellis (1989) adalah “following chains of citations or other forms of referential connections between material”. (Makri et.al.,n.d) Mengikuti rangkaian kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensial antar bahan informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftra pustaka yang ada pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informsi yang lain yang membahas persoalan yang sama. 3. Browsing Ellis (1989) mengatakan bahwa browsing adalah “semi-directed searching in an area of potential interest”. (Marki et.al.,n.d) Pencarian semi terarah pada wilayah dari bahasan yang lebih spesifik yang diminati. Aktivitas yang termasuk dalam kelompok kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan. 4. Differentiating Kegiatan memilah dan memilih bahas sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan ketepatan serta relevansinya dengan Kebutuhan Informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling tepat dan paling relevan 5. Monitoring Aktivitas yang termasuk dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk dalam kelompok kegiatan ini adalah membaca jurnal secara berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi degan rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang tertentu. 6. Extracting Menurut Ellis (1989) yang dimaksud dengan estracting adalah “Systematically working though a particular source to identify material of interest”. (Makri et.al., n.d). Mengidentifikasi secara selektif bahan
Universitas Sumatera Utara
sumber informasi yang telah didapat untuk mendapatkan informasi yang diminati. Keenam kelompok kegiatan itu tidak mesti dilakukan secara berurutan dan pengguna informasi tidak melakukannya secara satu persatu. Bisa saja seornag pengguna informasi melakukan sesuatu yang termasuk kelompok kegiatan chaining sekaligus melakukan sesuatu yang termasuk kegiatan browsing. Wilson (1996) mengusulkan diagram berikut dibawah ini untuk mengambarkan hubungan antar kelompok kegiatan tersebut dalam urutan :
Gambar 3: Penjelasan tentang Perilaku Pencarian Informasi oleh Ellis (Sumber : Wilson, 1996)
2.4.4 Strategi Pencarian Informasi Internet
adalah
jaringan
informasi
komputer
mancanegara
yang
berkembang sangat pesat dan pada saat ini dapat dikatakan sebagai jaringan informasi terbesar di dunia, sehingga sudah seharusnya para profesional mengenal manfaat apa yang dapat diperoleh melalui jaringan ini. Dengan adanya Internet, dunia ilmu pengetahuan semakin terbuka bagi kita, penyebaran informasipun semakin cepat, segala informasi di belahan dunia manapun dapat diperoleh dalam sekejap. Informasi yang tadinya sulit diperoleh, saat ini sudah bukan sesuatu yang sulit lagi. Ini semua dimungkinkan dengan adanya fasilitas Searh Engines, atau mesin pencari dalam dunia Internet, yang artinya adalah pencarian segala informasi yang kita perlukan, yang bisa saja berupa data, file, gambar, musik, maupun film
Universitas Sumatera Utara
.
Search engine adalah suatu Web khusus yang menyediakan pelayanan
untuk mengorganisasi, menyusun Index berdasarkan kategori, dari beberapa Website yang telah mendaftarkan site-nya, serta memberikan rate berdasar dari seringnya site tersebut dikunjungi. Hal tersebut akan sangat membantu kita untuk menemukan halaman web yang kita butuhkan, cukup hanya dengan mengetikkan kata kunci pada form yang telah disediakan. Contohnya : Google, Yahoo!, Lycos, Altavista, dan sebagainya. Menurut Nicholson (2000), ada beberapa strategi yang digunakan untuk mencari informasi, yaitu : 1. Memahami topik. Pastikan topik yang dipilih benar-benar dipahami sebelum menemukan informasi untuk topik tersebut, yaitu dengan melihat pertanyaan atau spesifikasi topik yang telah dipilih termasuk adanya istilah asing yang sebelumnya harus disesuaikan ke dalam bahasa ilmiah berdasarkan kamus atau ensiklopedia. 2. Mengidentifikasi query dan frase a. Menggunakan kata kunci yang salah berarti akan mendapatkan informasi yang salah b. Tidak menggunakan semua kata kunci berarti tidak akan mendapatkan informasi yang cukup, atau mendapatkan jenis informasi yang salah 3. Mengidentifikasi sinonim dan istilah yang terkait, yaitu mengidentifikasi sebanyak mungkin kata dan frase yang berbeda untuk memperoleh informasi yang dicari. a. Perluasan istilah (broader terms) dapat membantu menemukan informasi yang lebih umum sehingga akan banyak pilihan informasi yang dapat digunakan. b. Penyempitan istilah (narrower terms) dapat membantu menemukan informasi yang lebih spesifik sehingga informasi yang diberikan lebih sedikit dan hasilnya lebuh relevan dengan yang dibutuhkan. c. Sinonim atau istilah terkait (synonyms or related terms) untuk memastikan agar tidak kehilangan informasi dengan mengabaikan kata-kata yang berarti sama atau hal-hal yang terkait seperti mencakup sinonim, variasi ejaan istilah asing, istilah-istilah teknis, dan singkatan. Catatan : Thesaurus, Pengawasan Kosakata, Kata kunci dapat digunakan dalam search engine atau database ilmu pengetahuan. 4. Membuat pernyataan penelusuran a. Pemotongan dan wildcards yaitu mencari query yang sama namun artinya berbeda, biasanya menggunakan simbol bintang (*). b. Boolean logic yaitu merumuskan query dengan beberapa istilah dapat menggunakan operator Boolean yang terdiri dari And, Or, dan Not. And digunakan untuk mempersempit hasil pencarian dan spesifik. Or digunakan dalam laporan pencarian untuk memperluas pengambilan termasuk sinonim dan istilah terkait, dan Not digunakan untuk mengecualikan catatan yang tidak diinginkan dari hasil pencarian karena berguna untuk membedakan kata kunci yang sama.
Universitas Sumatera Utara
c. Phrase searching, yaitu mencari frase yang tepat dengan menentukan kalimat sendiri, biasanya dilambangkan dengan tanda kutip (“). d. Stop words, adalah kata yang tidak bisa diindeks. Search engine tidak dapat menyimpan kata-kata yang sangat umum, misalnya “pada, dengan di, dll.” 5. Memulai pencarian Ada berbagai cara untuk menacri informasi tentang suatu topik. Sebelum mencari informasi tersebut, ada hal yang perlu diketahui, yaitu : a. Penelitian sebelumnya tentang topik tersebut b. Sudut pandang topik c. Penulis tertentu dalam mengutip teori d. Mendefinisikan topik Pernyataan ini sesuai untuk membantu memutuskan jenis sumber informasi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan. 6. Mengevaluasi hasil pencarian Mengevaluasi hasil pencarian terhadap dokumen/ artikel, batasi pencarian dengan menentukan : nama penulis, judul, volume, isi, nama jurnal,kata kunci, teks penuh, jenis dokumen,dan waktu. 7. Menyimpan hasil penelitian/ menulis sumbernya Hasil dari pencarian dapat disimpan sebagai bukti fisik dari sebuah informasi. Selain itu, hal ini berguna apabila ingin mencari informasi yang sama maka dengan cepat informasi itu dapat diperoleh sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya. 8. Mengambil referensi Membuat catatan referensi terhadap hasil seluruh dokumen yang didapat. Ada beberapa sumber menawarkan fasilitas download dengan menyediakan file berbagai software yang digunakan. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa fasilitas Searh Engines, atau mesin pencari dalam dunia Internet, telah memudahkan kita dalam pencarian segala informasi yang kita perlukan, yang bisa saja berupa data, file, gambar, musik, maupun film.
2.4.5 Kelompok Pencari Informasi Berdasarkan kebutuhan informasi yang beraneka ragam menyebabkan perilaku dala mencari informasi juga berbeda-beda. Para pencari informasi dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok. Palmer dalam Suwarsih (2008:8), merumuskan enam model kelompok pencari informasi, yaitu : 1. Kelompok information overload: beroperasi pada sistem secara intensif dan terkendali serta berusaha menghubungi sejumlah besar sumber informasi, mencari informasi secara aktif, dan menerima informasi dari berbagai sumber.
Universitas Sumatera Utara
2. Kelompok information enterpreneur: kelompok yang kurang menunjukkan kepercayaan terhadap sumber-sumber formal, meskipun juga berhubungan dengan sistem informasi secara ekstensif, namun kelompok ini kurang terkendali bila dibanding dengan kelompok overload. 3. Kelompok information hunter: kelompok yang dalam aktivitasnya menentukan sasaran pencarian lebih sempit, sekalipun merupakan pemburu yang aktif. Pola perilaku informasi kelompok ini dapat dideteksi dengan mudah. 4. Kelompok information pragmatist: merupakan kelompok pengkonsumsi informasi yang serba tidak teratur, karena sangat tergantung pada kesempatan yang ada. Kelompok ini tidak memperdulikan pengendalian sehingga pola pencarian informasi yang dilakukan tidak beraturan. 5. Kelompok information plodder: jarang mencari informasi dari sumbersumber formal, tetapi mengandalkan pada pengetahuan dan sumber informasi yang dimilikinya. Mereka tidak pernah memperdulikan sumber informasi yang tersedia serta jarang mencari informasi, sehingga tidak pernah ada pengendalian. 6. Kelompok information derelict: dalam aktivitasnya kelompok ini tidak menelusuri satu pun sistem informasi dan tidak membutuhkan informasi. 2.5 Search Engine Pada awalnya semua website yang ada pada world wide web terdaftar pada satu direktori yang juga tampil di world wide web. Saat seorang pengguna internet hendak mencari sesuatu informasi yang ada pada website-website terdaftar cukup dengan melihat pada direktori yang dimaksud. Tapi dikarenakan perkembangan pertambahan jumlah website di dunia maya begitu cepat dan karena kecepatannya membuat direktori tersebut tidak mampu menampung pertambahan jumlah web yang ada. Akhirnya hal itulah yang mendasari kemunculan web search engine atau lebih dikenal dengan nama search engine. Pengguna internet memerlukan sebuah alat untuk menemukan informasi yang dibutuhkan yang terdapat pada world wide web, itulah alasan yang mendorong para pembuat search engines membangun alat untuk mencari informasi yang ada pada world wide web. Search engines biasanya berupa sebuah situs yang menampilkan antar muka yang memungkinkan pengguna internet mengetikkan suatu query pencarian. Dengan mengetikkan suatu query pencarian tertentu dan mengklik tombol search, situss itu kemudian akan menampilkan suatu daftar yang berisi alamat website dan ringkasan isi website yang relevan dengan query pencarian. Ada juga search engine yang tampil sebagai bagian dari sebuah website, seperti Yahoo! Search.
Universitas Sumatera Utara
Layanan search engine di internet bukan hanya google. Tapi di antara sekian banyak search engines google adalah yang paling fenomenal. Search engine ini telah diulas oleh banyak pustakawan dan professional bidang informasi di berbagai jurnal ilmiah. Secara garis besar pustakawan ada pro dan ada yang kontra berkenaan dengan fenomena google. Inovasi google dengan menghadirkan google scholar dan google books menjadi faktor yang membuat banyak pustakawan bereaksi terhadap keberadaan google. Beberapa menganggap bahwa keberadaan google mengancam eksistensi profesi kepustakawanan. Hal ini mengingat kini google bisa membantu pengguna untuk mengakses informasi ilmiah baik yang berupa jurnal maupun buku. Fenomena google ini seiring dengan temuan OCLC tahun 2006 dalam Rowland (2008). Secara garis besar temuan OCLC adalah sebagai berikut : 1. 89% of college students use search engines to begin an information search (while only 2% start from a library web site); (89% mahasiswa perguruan tinggi menggunakan search engines untuk memulai pencarian, hanya 2% yang memualinya dari web site perpustakaan) 2. 93% are satisfied or very satisfied with their overall experience of using a search engine (compared with 84% for a librarian-assisted search); (93% merasa puas dengan overall pengalaman menggunakan search engines (bandingkan dengan yang puas dengan bantuan pustakawan yang hanya mencapai 84%)) 3. Search engines fit college students’ life styles better than physical or online libraries and that fit is “almost perfect”; (Search engines sesuai dengan gaya hidup para mahasiswa perguruan tinggi, lebih baik daripada menggunakan perpustakaan fisik atau online dan kesesuaiannya itu “hampir sempurna”) 4. College students still use the library, but they are using it less (and reading less) since first began using internet research tools; (Mahasiswa perguruan tinggi masih menggunakan layanan perpustakaan, tapi mereka semakin jarang menggunakannya) 5. Books are still the primary library brand association for this group, despite massive investment in digital resources, of which students are largerly unfamiliar. (Buku masih diasosiasikan dengan perpustakaan bagi para mahasiswa perguruan tinggi, walaupun investasi yang luar biasa jumlahnya dalam pengembangan koleksi digital, yang mana kebanyakan mahasiswa perguruan tinggi tidak familiar dengan hal tersebut). Temuan ini kemudian yang menyulut reaksi lebih lanjut dari pasa pustakawan dunia untuk menghadapi fenomena google. Tidak kurang dari Sadeh
Universitas Sumatera Utara