•
enmar
•
Pada ihwal yang menyangkut agama. manusia tetap memelihara ketajaman kepekaan. Terhadap kepercayaan dan simbolagama manusia tetap menunjukkan kesctiaan uotuk menjaga . Daya jaga itu bl'rbasis sen. ibilitas. aog ujungnya membaw.a IIJllat bf'ragama punya komitmen peduli dao membela atas apa yang
,
ARlKATUR biasanya hanya mampu mengguncang sebuah area keuL dan hanya O1elli01bulkan gel O1bang di cangkir kopi Kalaupun ~edikit O1l' l ua~, paling cuma ml'ngganggu tidur sebuah inlitu~ \. Me,ki bisa saja insbtusl im O1en\,angkutkan I\'mbaga negara, sehlngga negara ikut tergetar karenanya. amun wntoh ata, hal vang terakh ir ItU lid,]klah ban\'ilk. Dalam ,ejarah pcrkarikaturan. brva ThOO1a' 'ast (18-10hanva . Jg02) yang Ulmuat di minggll Hnr{Ier. Amerika. vang mampll ~dikit mengubah kcadaan \tau kank,]tur ork~ rn1l1dad y.lng lI1l'r,mgsang publtk lIntuk tl1l'mb(lIlf\kar korup'l I'rl·,iden Filiplnil h'rdin,lI1d Marl·l". Bllld ] lUll'] dllnllat k.1rik41l1ln, Ilun(lrt· D,]Umll'r (lHO!{-1~7<J) dari ['rann' \ ,111 ' p,ldJ 111
l., Oll'lnjll'~
flL'rtl.,h Ilwlurtlhk.ln p.lr,1 l q~lsl.1tl'r lIr.lI1l,'\\ ,It k.m\...,tuf 1L I •• "/IIIIf.
\
I."t",
,]11l1l1l1'.]d.l 1...1 11 I,nn
llol1l11l1l'r lIll'nngk ll k
·,I'Itll,T. PI h.ld"1'.1I1 11(·ngll.I',1 IIq.;.lf,I k,w\o.,HIIII' ,lk hlr1l\ ,]
(.,11
111111l.1 1\ ~'.
bllk.1Il ,11',1 _'1',1
Sensibilitas agama
Pergerakan peradabiln memengarllhi mentaiila, Inanusia. Perubahan mentairta s ilu memengarllhi cara berpiim clan sensibililas banyak orang. Perubahan ~ensibilitas terscbut melahirkan dampak bagi fungsl karikalur. Ketika sensibilitas itu menumpul, karikatur menjadi tak bermanIaal, in menladl 'bukan apa-apa'. Para karikaturis Indonesia boleh saja mati-matian mcngkritik DPR, pejabat dan saudagar hitam lewat karikaturnya. amun, lantaran sen ibilitas itu sudah ditumpulkan peradaban, yang dikritik hanya tersenyum geli. Bahkan bersama keluarga alau tafnva mereka 'membahas' karikatur itu, seraya menyeruput kopi. Jangan harap ada perubahan yang dilakukan amun, untung pt:!numpulan sensibilitas itu tidak terjadi di semua lini. Pada lhwal yang menyangkut agama, manusia tetap memelihara ketajaman kepekaan. Terhadap kepercayaan dan imbol-simbol agama manllsia tetap menunjukkan
• Aul!
MarIe Antolnette Lukisan Fernando Botero
~
Ef~M WAN
t:ara akademis di Institut Tcknologi Bandung (ITB) dan ISI Yogyakarta. Dengan nekat, tahun 1978 Djirna melamar ke IS1 Yogyakarta bersama 10 orang Bali lainnya "Yang ctiterima hanya dua orang. saya dan Nurata," tutur dan Esti Susilowati ini. la ternlasuk generasi ketiga orang Bali yang bel~ar cti IS! Yogyakarta setelah Nyoman Gunarsa dan Made Wianta
Gelap Masa "kel(elapan" karena ketiadaan penerangan seperti neon kelak sangat berpengaruh daJam karya-karya Djirna Kendati sempat melakoni warna-warna ceria. aal melukis dengan gaya young artist yang ctitularkan pelukis berdarah Belanda, Arie Smit. sampai periode 2000-an, Djirna telap melukis dengan energi Kedewatan masa kanaknya. Kedewatan yang gelap dan mllrung. yang sampai tahun 1970-an masih disinggahi oleh satu truk pengangkut bambu. Kehadiran Djirna daJam konstelasi seni rupa Ball kontemporer barangkali menjacti anomali, la mampu keluar dari kungkungan mitos wayang, mendobrak bayangan materi yang dijanjikan eksotika young artist, kemudian memasuki sebuah wilayah seni rupa kontemporer yang wasing" dalam ranah ~eni Ball. "Saya sendiri tak optimis hidup dan lukisan ketika selesai kuliah cti 151, karena itu kemudian kerja membuat desain batik." tutur ayah dari I Wayan Krisna Asmara Guna (22) dan 'i Made GaJuh Meru Niti Suangi (16) ini. Justru kegiatan membatiknya mcmbuat Djirna tak tcrikat k~ p~da satu belltuk perupaan. St·lam mencorat-coret asal saJ~. Djima juga keran.Jmgan lilOleJila8 lanah Iiat. "Saya tak tabu au jadi apa ini. Pokolm)'l di mana
'11 IlIU fI \ 101'0
Made Djirna saja. saya tcrbiasa meremas Innah dan membOlwa balu plllang ke rumah," kala dia. Di beberapa • udut rumahnya yang berloka~i pada nlas jal;Ul Dcnpasar-Kedcwatan berserak gerabah-gerabah dalam hl'rbag,n rupa hasil karya Djirna. 1',lda su dut lainnya terdapat onggokall batu-hatu yang Illcnyl rupai rupa-rupa aneh. "Scmua ini hlll1) 3 Iseng belaka Tak perlu haruli ada 1\10 tivasi tertentu. Mungi
ma-lama Jadi pcnanda ha hwa lkl ya pcrnah bernda di sualu tem pal dan batunya ad;} di rumah ini." lutur Djirna. ,\klivilas ini yan):( mllngkin nll'mhl'ri W-.lrn'l ",IIll'h" pad a Sl ni rupa Djirna. l.ukisan-lukb · anm~\ Iwnllh dl'n~al1 \\~lJah \\.1jllh ;lsin~ .1n)( orisin.ll, Ictapi JUga I11l'lI 'iralk.\D sehuah pcrgulal,lll sn~i:!1 •\.Ill~ tak Iwrhl'nti pad:! hl·nlllk. Djinw ll'rus berlari 1111'11 'wp,'ng spintu,lhtas dwi schu:lh !;lIhktlj) k,·hidllpan....
seperti dunia yang terlihat gcmerlap. semcrhak. berbau harum, namun nyatanya semua hanyalah raeun, sebagai interpretasi atas kcrangka konseptual yang dibangun Ketut Suwidi~1a dalam karya-karyanya Sebagaimana Mikke mengurai dua kecendenmgaD kreativitas dari Ketut dari 2001 hingga sekarang. Secara tematik memang ada upaya memasuki lorong yang lebih kontemplatif ketika mekekonyolan akan bana1itas realitas dari ranah 50sial politik pada karya-karya sebelumnya, dengan karya-karya terbarunya yang menyoal bamanusia sesungguhnya berjuang melawan kemauan, nafsu, ataupun pikiran. Sebagaimana Ketut mengaku untuk lebih intens spirit kedalaman atas realitas, hingga untuk mensoal spiritual. Ketika realitas telah mulai tampakjauh m,lampaui hakikat, menjadi penting untuk bandul yang keburu mclempar ke arah tak terkenWtlj. Berkelakar tentang fcedunguan realitas, tentu harus menuai titik sadar untuk kembali memaknai kedunguan itu lebih dalam. Pada sesi ini, karya-karya Ketut tak lagi glamor oleh visual ecbol, gendut. dan melainkan telah beJjalan ke figurasi imajiner, terlradallfada aroma mitologis. Libat mIIaalnya karya Berlobang
Sembilan (2005), dcngan presentasi visual yang menggmnhark sosok manUSJa dengan posisi nyungsang (terbalik), kepala mengarah ke bawah. dengan penampakan sembUan lubang. yaitu dari mata yang hanya digambarkan .ebagai dua bUal1 lubang hingga lubang kelamin. sebual1 pengidcntifikasian perspektif indria (pintu !lafsu) pad a tubuh manusia Sc\ain soal tematik yang bergeser, penting untuk menjadi calatan adalah soal transformasi estetika yang mewamai kreativitas Ketut Smvidiarta-oleh l\1ikke abai diurai c1alam eatatan kuratorialnya. Yakni adanya upaya pengembangan pola ungkap dan yang dUaku kan seniman tradisional Ubud ke dalam urai yang lebih pragmatis. seperti hanya menggunakan leknik dussel dengan kuaS kering pad a pengungkapan figur-figur, yang dalam pola tradisi Ubud melewati frase drawing/sketsa (ngorten ataupun ngabur). amun secara stilistik sangat tampak pada penggamharan dedaunan, batang pohon, ataupun bu l'ung-bunmg yang terkadang mcnyemhul muncul dalam bidang kanvasnya. yang bagi Ketut dikelola seb4lgai akscn pcmmda visual kalj'a. Singkatnya secara cstetika karya-karya Ketut sccara sadar menggcmakan kekualan cstctika lr41disi Bali ke dalam krcativit,}snya. WAY,\J KUN ADNYANA. penyajar di FSRD [SI J)('npasar
konyol dari dagelan ·ckalipun. Lihat karyanya yang berjudul Leaders (100 x 190 cm, 2002), yang menggambarkan segerombolan manusia eebol dengan dandanan yang anggun, necis lengkap dengan dasi dan beberapa mengenakan jas. Sesaat kita tak mengenal hal aneh dalam karya ini karena bukaJmya estetika visual yang berkehendak untuk menampakkan subject matter dengan distor i memperbesar atau menjadikan tampak gemuk (obesitas) tclah dilakukan seniman ternama kelahiran Medellin, Kolombia, Fernando Botero? Tetapi selain soal distorsi kebentukan, ada terjemahan seloroh atau kelakar yang secara sadar dikelola demi tema oleh Ketut Suwidiarta. Tampak pada karya yang berbicara soal pemimpin ini. perupa kelahiran Bongkasa. Badung, 24 November 1976, ini memberi mahkota Sangut-salah seorang penakawan yang sifatnya plintat-plintut tak berpendirian dari cerita wayang kulit di Bali-pada kepala sosok-sosok gendut dengan tatapan dungu itu. Sebuah olok-olok karikaturis yang jenaka. Apa Jadmya ketika pemimpin hanyalah Sangut yang memakai dasi dan jas. sebuah pertanyaan nan iro, I
IUS.
Pada pameran tunggal bertema "Poisonous Fragrance" di Komaneka Fine Arts Gallery, lJbud, dari 22 Oktobcr hingga 10 ovember ini, Ketut Suwidiarta memang tak hanya menaruh
perhatian pada bagaimana distorsi manusia digubah menjadi jenaka olch visual gendut dan eebol, melainkan Juga ada kcmauan sadar untuk menguak lanskap ironi manusia. Pada wilayall inilah yang ideal dengan yang diekspresikan oleh manusia ditautkan, hingga pada kenyataarmya mcmang banyak yang timpang. TerJalu seringkita dengar penguasa berbohong, begitu juga terlnlu latah para petinggi menyelinapkan tipu daya ke dalam bahasa yang sesunggllhnya tak illdall. Sehingga upaya Ketut menyodorkan kejenakaan yang konyol pada karya-karyanya menjadi penting untuk dibaca. Jelas terlihat keberjarakan itu pacta salah satu karyal1ya. di mana Ketut mengganlbarkan sosok Fat Kai edang duduk dengan gaya meditasi. dengan bercanda peJukisnya menggambarkan soTot mata Fat Kai tampak jalang penuh beralli. ditambah lagi dengan penggambaran air tiur manusia berhidung babi ini menctes keluar. sa at melihat seorang perempuun melinlas dengan gauJ1 yang tersingkap. Sebllah olok-olok atas kesungguhan y,mg bernama konsentrasi atau bahkan yoga yang transenden.
Mengenali spirit Kurator pameran Mikke Susan to menyodorkan pcmaknaan akan bagaimana dunia cjekan dan ironi, yang sec.:ara metaforis