Prolog Ada sebuah kutukan grupband yang sangat terkenal di
Korea bernama kutukan lima tahun. Kutukan tersebut hanya akan menimpa boygrup atau girlgrup yang meniti karier di industri hiburan. Pada tahun kelima setelah debut mereka
akan mengalami banyak masalah yang akan berdapak pada pembubaran grup. Kutukan itu membuat sejumlah fans cemas, setelah
lima tahun mereka tidak akan melihat idola mereka berada dalam satu panggung. Perasaan yang sudah dipupuk selama lima tahun harus kandas begitu saja. Perasaan sedih itu terkikis begitu saja setelah Super Junior dan Big Bang
memecahkan kutukan tersebut. Kedua grup itu berhasil keluar
dari kutukan lima tahun dan tetap menjalani kehidupan mereka sebagai idola. Bahkan Shinhwa, salah satu boy grup
paling legendaris kembali ke panggung musik setelah menyelesaikan
wajib
militer
mereka
dan
merayakan
ulangtahun yang ke 10 bersama fans mereka. Dengan kekuatan seperti itu fans percaya bahwa kutukan telah dipecahkan tapi tidak berlaku bagi semua grup. Ada beberapa grup yang bisa bertahan dan ada beberapa grup yang terpakasa harus kehilangan anggotanya atau bahkan
membubarkan grupnya atau grup yang bertahan tetapi tidak bisa kembali eksis di dunia hiburan.
The National ELF Kini, kutukan tersebut menghampiri Girlgrup yang
sedang di gilai oleh remaja pria di seleuruh pelosok dunia,
GEENIES. Grup yang di gawangi oleh Yeomin sang Leader, Machine Dance Baby J, Heaven Vocal’s Shinhyo, Cute oldest Sister Haneul, Sassy Rapper S.U.N dan Goddess Body’s Sanni,
memasuki masa-masa kritis. Fans banyak berdoa dan berharap bahwa girl grup tersebut bisa terus bertahan.
Satu persatu masalah muncul ke permukaan, mulai
dari Skandal, krisis kepercayaan, keinginan untuk menyerah, pertengkaran antar anggota dan masalah percintaan yang membuat mereka harus hiatus untuk sementara waktu. Lalu apakah yang membuat mereka bisa bertahan dan memilih untuk kembali ke jalan yang mereka yakini?
제1회
Power Orange
-A u d r i e S i a K w on -
Power Orange Gadis itu memandang dirinya di pantulan kaca dengan
penuh percaya diri. Ia menyisir rambutnya dengan ujung jari, memastikan bahwa rambutnya tidak berantakan. Ia menarik
ujung bibirnya, melihat wajahnya tersenyum. Sempurna. Wajahnya maupun penampilannya. Ia berjalan menyusuri deretan toko yang menjual
bermacam barang mewah. Ia menyukai mall ini karena terlalu ekslusif dan berkelas. Tentu saja tidak banyak orang yang datang
dan
hanya
kalangan
tertentu
saha
sehingga
membuatnya leluasa untuk berjalan sendiri tanpa ada pengawal atau harus sibuk menyembunyikan diri sendiri.
Langkahnya terhenti di depan toko pakaian. Pakaian yang menjadi brand nomor satu dan diinginkan gadis
seusianya. Gadis itu sama sekali tidak berniat pada pakaianpakakain itu yang ditawarkan oleh toko itu. Selain karena ia sudah mempunyai setumpuk pakaian dengan brand yang
sama, dan tentunya di dapat dengan percuma. Matanya fokus pada gambar model yang menjadi brand ambasador pakaian itu. Dirinya sendiri.
Gadis itu memicingkan matanya dengan seksama. Ia
mengoreksi
beberapa
bagian
dari
fotonya.
Harusnya
senyumnya tidak terlalu lebar dan membuat kerutan di ujung matanya semakin banyak, dan harusnya ia mengunakan
warna pastel agar kulitnya lebih terlihat lebih berwarna. Hingga ia menarik kesimpulan lain bahwa foto itu sudah
GEENIES sempurna, dirinya cantik seperti seorang dewi yang baru bangun tidur.
“Ha Neul?” Gadis itu bergeming. Bukan karena ia tidak mendengar
seseorang memanggi namanya, tapi karena terlalu banyak orang memanggilnya. Ia tidak boleh berhenti dan menoleh hanya karena seseorang memanggil namanya tapi…
“Ha Neul” Gadis itu terus memandang fotonya sendiri dengan
tatapan bingung. Samar, ia mengenal suara itu tapi ia tidak ingat siapa pemilik suara itu. Suara itu mengoyahkan hatinya untuk terus berjalan tapi ia tidak mempunyai keberanian untuk menoleh. “Ttukki1.”
Ha Neul membelakakan matanya. Ia mengenal suara itu. Suara yang tidak boleh ia lupakan. Suaranya membuat
semua memorinya berputar di otaknya. Figur dihadapannya berubah menjadi pohon bunga bungur yang sedang mekar, suara deburan ombak di pantai musim dingin saling
bersahutan, suara gemercik air sungai dan bau tanah saat hujan.
“Aku tidak akan melupakanmu.” Seorang anak laki laki kecil dengan wajah heran menatapnya. “Jinja, Aku tidak akan melupakanmu.”
1
kelinci
The National ELF “Aku tahu” ujar anak laki laki itu membuat Ha Neul sedikit jengkel. Anak laki laki itu menyebalkan tapi Ha Neul tidak bisa tidak tersenyum di hadapannya. “Aku tidak akan melupakanmu.” “Aku tahu.”
Ha Neul meneguk ludahnya menarik kesadaran untuk
kembali. Bau tanah saat hujan itu perlahan menghilang
tergantikan oleh bau ac dan pewangi ruangan, deburan ombak musim dingin dan gemerecik air sungai tenggelam oleh lagu yang diputar lewat speaker, figur pohon bunga bungur menghilang berganti dengan sosok yang sangat ia sosok samar yang tidak bisa diingatnya.
Ia melupakannya. Ia melupakan anak laki laki itu dan tidak bisa mengingat anak itu. Tangannya menjadi dingin dan jantungnya berdegup dengan kencang. Perlahan ia menoleh ke sumber suara itu. Anak laki laki kecil itu kembali kedalam ingatan Ha
Neul. Anak laki laki itu tersenyum tapi dengan wajah yang berbeda. Dua gigi depan yang hilang berubah menjadi dua gigi besar, pipi chubby-nya berganti dengan rahang yang tegas, namun mata itu masih sama, masih berkilauan di dalam mata Ha Neul. Anak laki laki itu telah berubah menjadi pria yang sangat manis
“Oremaniya 2 , Ha Neul.” Pria itu tersenyum persis
dengan ingatan yang dimiliki oleh gadis itu.
2
Lama tidak berjumpa
GEENIES “Op―” Ha Neul menatap pria itu sambil menahan diri.
Menahan diri untuk tidak memeluk pria itu, menahan diri
untuk tidak memanggilnya Oppa3 dan menahan diri untuk menangis. “Sunbae-nim4.”
-ɠeenies“Kemana saja kau? Sejak lulus sekolah kau menghilang
begitu saja bahkan Sung Jin saja tidak tahu keberadaanmu.
Aku mencarimu, kau tahu?” Ha Neul meluapkan emosinya begitu sampai di sebuah kafe tidak jauh dari tempat mereka bertemu. Seperti sebuah kebiasaanya, jika ia ingin bertemu dengan seseorang dan menginginkan privasi, ia harus memastikan bahwa tempat yang ia kunjungin menyediakan dua hal itu, nyaman dan privat.
Kafe dengan nuansa clasic-Orieantal itu memutarkan instrumen ballad sehingga kesan nyaman seperti rumah sendiri bisa dirasakah oleh keduanya. Kafe itu tidak terlalu ramai dan mempunyai jarak antar meja yang lumayan jauh,
sehingga Ha Neul tidak khawatir pembicaraan mereka akan di
dengarkan oleh orang lain. Pria itu tersenyum, “Yah~ sudah lama sekali aku tidak mendengar cicitan-mu itu hahahaaa.”
3 4
Kakak. Panggilan dari perempuan kepada laki-laki yang lebih tua Senior (formal)
The National ELF Ha Neul melipat kedua tangannya, marah dengan pria
itu tapi ujung matanya terus menatap pria itu dengan seksama. Pria itu tersenyum bahkan setengah tertawa, salah satu peristiwa yang ia rindukan. Pria itu tersenyum seperti dulu. Seperti yang diingatnya bahwa pria itu selalu ada disaat
momen masa kecilnya bahkan ia mengucapkan Oppa lebih dulu dari pada Appa5.
“Eodiya6?” "Aku berpergian jauh, dan baru pulang ke Korea
sekarang." Pria itu menyunggingkan senyum yang membuat jantung seseorang membuat gelembung udara di perutnya kemudian di letuskan. “Apa Kau ada waktu, ayo kita bertukaran cerita.”
Aku selalu mempunyai banyak waktu untukmu. Ha
Neul menyunggingkan senyumnnya, “Aku ada waktu sampai―” ia melirik jam tangannya. Sial. “Aku punya dua jam.”
“Itu sudah lebih dari cukup.” Ha Neul menatap pria dihadapannya tidak percaya, “Ya
ampun, bagaimana bisa hanya dua jam, kau menghilang selama 7 tahun, setidaknya kita perlu seminggu untuk
mengobrol dan melepaskan rindu.” Ha Neul memajukan wajahnya dan menopangkan pada kedua tangannya. Kakinya di hentak-hentakan ke lantai karena kesal.
5 6
Ayah Kemana?