BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM
A. PENGERTIAN JUAL BELI Jual beli menurut pengertian lughawi adalah saling menukar (pertukaran). Dan kata al-ba’i (jual) dan asy-syrira (beli) dipergunakan biasanya dalam pengertian yang sama. Menurut pengertian syari’at jual beli adalah pertukaran harta (semua yang memiliki dan dimanfaatkan) atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.1 Dalam kitab Fatkhul Qorib Mujib dijelaskan bahwa jual beli menurut lughat adalah :
Artinya : “Menukar sesuatu barang dengan barang yang lain, karena itu masuklah segala sesuatu yang tidak berupa harta seperti khamr”.2 Sedangkan menurut syara’ jual beli adalah :
!"#
%$&'(
! ) * +% #$ + 1
,*-",./) 0 2*3"0 % 4 5 ).6
Artinya : “Memberikan hak milik terhadap benda yang bernilai harta dengan jalan penukaran serta mendapatkan ijin syara’ atau memberikan 1
Sayyid Sabiq, “Fiqh Sunnah 12”. Bandung, PT. Al-Ma’arif, hlm. 45
2
Ust. A. Hufat Ibriy, “Fathul Qorib Al-Mujib”, Studi Fiqh Islam Versi Pesantren 2”, Surabaya, Tiga Dua, hlm. 6
14
15 hak pemilikan manfaat yang diperbolehkan dengan jalan selamanya serta dengan harga yang bernilai harta”.3 H. Sulaiman Rasid dalam Fiqh Islam berpendapat bahwa jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad).4 Drs. Abu Bakar Muhammad dalam terjemahan Subulus Salam menerangkan bahwa jual beli merupakan pengertian dari kata “bay ‘un” (jual) adalah pemilikan harta dengan harta (barang dengan barang) dan agama menambahkan persyaratan saling rela (senang sama senang) ada yang berpendapat bahwa jual adalah ijab qabul (penyerahan dan penerimaan dalam transaksi) sesuai dengan firman Allah :
A
@>?6"=7778 " +% 9:;< 777
Artinya : “…adalah perniagaan terjadi suka sama suka…” (QS. An-Nisa : 29) dan juga sesuai dengan hadits Nabi riwayat Ibnu Hibban dan Ibnu Majah : 5
8 " +% B5'" *-"
Artinya : “Jual beli hanya dengan saling suka sama suka”.
3
Ibid
4
H. Sulaiman Rasid, Fiqh Islam. Bandung. Sinar Baru Algresindo., hlm. 278
5
Drs. Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subulus Salam III, Surabaya. Al-Ikhlas, hlm. 12
16 Menurut Drs. Ghufron A. Mas’adi M.Ag mendefinisikan al-ba’i secara bahasa yakni : 6
CDE! C E F
B5"
Artinya : “Menukar harta dengan harta dengan tujuan pemilikan dan penyerahan hak milik”. Secara istilah yakni :
1F , G HI
J5 HK!"L HMN ,O! 0 % F
J5
S )!"G T > P"L HMQ . ,OHR % Artinya : “Menukar harta dengan harta melalui tata cara tertentu atau menukar sesuatu yang disenangi dengan sesuatu yang lain dengan cara yang dapat dipahami sebagai al-bai’ seperti melalui ijab dan saling menyerahkan”. Menurut Drs. H. Hendi Suhendi, M.Si jual beli adalah :
,OH"0 % 8 H)
-!"$U"3" 5V 0 % F 7
J5 , &!(2W"
Artinya : “Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan”. Drs. H. Hendi Suhendi mendefinisikan bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak yang satu menerima benda-benda 6
Drs. Ghufron A. Masadi, M.Ag., Fiqh Muamalah Konstektual, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada cet. I Nopember 2002, hlm. 119 7 Drs. H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada cet I Juli. 2002, hlm. 69
17 dan pihak lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Sedangkan definisi jual beli menurut ulama’ fiqh yakni menurut ulama’ madzhab Hanafi terdapat dua definisi : Pertama, saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu. Kedua, tukar menukar sesuatu yang dingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Menurut Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hambali jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan, dalam hal ini mereka melakukan penekanan pada kata milik dan pemilikan karena ada juga tukar menukar harta tersebut yang sifatnya bukan pemilikan seperti sewa menyewa.8 Definisi jual beli menurut Ibnu Rusyid ada yang menilik melalui segi sifat akad (perjanjian) dan keadaannya, dan ada pula yang ditilik dari sifat yang dijual. Jika jual beli tersebut antara harga dengan harga dinamakan sharf, jika antara harga dengan barang dinamakan jual beli umum, jika jual beli secara bertempo antara barang dengan tanggungan dinamakan salam, jual beli didasarkan atas pilihan dinamakan khiyar, berdasar penentuan laba dinamakan murabahah sedangkan jika jual beli didasarkan atas penambahan maka disebut muzayadah.9
8
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta. Ichtiar Baru Van Hoeve. 1996., hlm. 827 9
Ibnu Rusyid, Bidayatul Mujtahid 4. Jakarta. Pustaka Imani., hlm. 4
18 Menurut R. Djamali SH., yang dimaksud jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang lain dan dilakukan melalui cara tertentu.10 Rumusan ini mempunyai unsur-unsur pengertian tentang jual beli sebagai berikut : 1. Menukar sesuatu barang dengan barang lain Artinya hubungan hukum akan terjadi antar manusia kalau masing-masing pihak yang berkepentingan berusaha memenuhi kebutuhan hidup dalam obyek tertentu 2. Dilakukan melalui cara tertentu Maksudnya dengan menggunakan suatu proses yang menimbulkan tukar menukar dilakukan melalui tawar menawar sampai terjadi kata sepakat. Demikian beberapa pendapat tentang definisi jual beli, dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa jual beli merupakan pertukaran berupa harga dengan barang, sedangkan jika pertukaran antara barang dengan barang dinamakan barter. B. DASAR HUKUM JUAL BELI Agama Islam sangat mendorong agar tiap pemeluknya giat berusaha, sehingga terdapat beberapa landasan hukum mengenai jual beli di mana jual beli merupakan bagian dari usaha dan sarana tolong menolong antara sesama umat manusia.
10
R. Abdul Djamali, SH., Hukum Islam (Asas-Asas Hukum Islam I, Hukum Islam II), Bandung. PT. Mandar Maju, cet I tahun 1992, hlm. 140
19 Landasan al-Qur’an QS. Al-Baqarah : 275
A
@: 5"=777 X"Y*4!B5'",Z"Z4[! 777
Artinya : “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”11 QS. Al-Baqarah : 198
A
@: 5"=777\CX;+ 9] "H^35 '&[_` 6O \C %
Artinya : “Tiada dosa bagimu untuk mencari karunia rezeki hasil perniagaan dari Tuhanmu…” 12 QS. An-Nisa : 29
8 " +% 9:;< &HC '&[ Za b 5' \C6 \C "H ["H '2 777 A
@>?6"=777\C6
Artinya : “…Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu…”13
11
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah. 1992., hlm. 48
12
Ibid., hlm. 32
13
Ibid., hlm. 84
20 Landasan Hadits
dV \V! , % c"0 e f6"&"@ ,6% c"$U; B "; + % ; +% k"!;= ;! 5 B j ! k
O*" % @
g h 'b"h ?C'"0i/" A\ l", Q!;"m5"
Artinya : “Dari Rifa’ah bin Rafi RA sesungguhnya Nabi ditanya tentang pekerjaan yang paling baik, beliau menjawab : pekerjaan seorang lelaki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik”. (HR. al-Bazzar).14 Hadits di atas menunjukkan bahwa pekerjaan yang paling halal dan membawa berkah adalah pekerjaan dari tangannya sendiri dan yang kedua adalah jual beli yang di dalamnya tidak ada sumpah palsu dan tipuan. Sabda Rasulullah SAW
;! 5 B j !k
O*" % h ?C'" ]'"
Artinya : “Perolehan yang paling afdhal adalah asil seorang dan jual beli yang mabrur”.15 Landasan Ijma’ umat Bahwa umat sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku (dibenarkan) sejak zaman Rasulullah sampai hari ini.16
14
Ali Hafizh bin Hajar al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, Jakarta, hlm. 444
15
Sayid Sabiq, Op.Cit., hlm. 45
16
Ibid
21 C. RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI Sebagai suatu akad jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual beli terdapat perbedaan pendapat ulama’ madzhab Hanafi dengan jumhur ulama’.17 Rukun jual beli menurut ulama’ madzhab Hanafi hanya satu yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan ungkapan menjual dari penjual. Dalam hal ini menurut madzhab Hanafi yang menjadi rukun jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak yang bisa tergambar dalam ijab dan qabul atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang. Menurut pendapat jumhur ulama’ rukun jual beli ada 4 yaitu :18 1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli) Syaratnya adalah :19 a. Berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya. b. Kehendak sendiri (bukan dipaksa)
A
@>?6"= 7778
+% 9:;< 777
Artinya : “…perniagaan dengan suka sama suka…” (QS. An-Nisa : 29)
A,O + "!n 4 + "k"!;= 8 " +% B5'" *-"
Artinya : “Jual beli hanya dengan saling suka sama suka” 17
Abdul Aziz Dahlan, Op.Cit., hlm. 828
18
Ibid
19
H. Sulaiman Rasyid., Op.Cit., hlm. 279
22 c. Tidak mubadzir (pemboros) sebab harta orang yang mubazir itu ditangan walinya. QS. An-Nisa : 5
& ! + b * " &"H " "HA t
+/;op5 '" Z&" "q/ 5 ;op5 r!777 @>"Vr"= "q;H. ,X & s * "
Artinya : “…Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan-Nya”. (QS. Al-Isra : 26-27) d. Baligh Anak kecil tidak sah jual belinya, adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa menurut pendapat sebagian ulama’ diperbolehkan jual beli barang yang kecil-kecil, karena kalau tidak diperbolehkan sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran sedang Agama Islam sekali-kali tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya dengan kata lain anak kecil belum mempunyai pertimbangan-pertimbangan pikiran yang mencerminkan kerelaannya. Firman Allah QS. An-Nisa ayat 5
\KHx;"! q \C ,Z" )O $3Z" \C "H [ u>v.i? " "H w r! A @>?6"=777v Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
23 kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupanmu, berilah mereka belanja”. (QS. An-Nisa : 5) 2. Uang dan benda yang dibeli Syaratnya : a. Suci Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan. Sabda Rasulullah SAW :
Y*4 ,HV;!uc "Z&"\V!, % c" HV;
c" 5% +
A, % z.3= Y6er"! /m6y '"! 3 '"!
O +% '"B5'"
Artinya : “Dari Jabir bin Abdullah Rasulullah berkata sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak dan bangkai begitu juga dengan babi dan berhala”. 20 b. Ada manfaatnya Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya, karena hal itu termasuk memboroskan harta yang dilarang Allah. Firman Allah :
A
@>"Vr"=777{ b * "&"H a"H- +/;op5 '"Z&a
Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara setan”. (QS. Al-Isra’ : 27) 21
20
Al-Hafizh bin Hajar al-Asqolani, Op.Cit., hlm. 408
21
Departemen Agama., Op.Cit., hlm. 285
24 c. Barang itu dapat diserahkan Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli karena semua itu mengandung tipu daya.
+% *JH?/0*34 h ^'"B +% 0v-@ \V! , % c"0 e f6"&" * /0*34 Xh y|'" Artinya : “Sesungguhnya Nabi melarang penjualan anggur sebelum hitam
dan
melarang
penjualan
biji-bijian
sebelum
mengeras. ”22 d. Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual
A}p 3"!J!"JH"k!;=
/ Zr"B r
Artinya : “Tidak sah jual beli selain mengenai barang yang dimiliki”.23 e. Barang tersebut diketahui oleh penjual dan pembeli Barang yang dijual harus diketahui sifat-sifat atau bentuknya agar tidak terjadi saling mengecoh.
v) xH~ +/ )3 ' K
\ 5• I + % B
Artinya : “Menjual barang yang tidak bisa dilihat penjual dan pembeli hukumnya tidak sah”.24
22
Drs. H. Hendi Suhendi, Op.Cit., hlm. 77
23
Ibid
24
Ustadz A. Huffah Ibriy, Op.Cit., hlm. 9
25 3. Lafaz ijab dan qabul Ijab adalah perkataan penjual dan penggantinya
"pC
3C ! 3) ,
\• "!"B•5" H G T"+
Artinya : “Ijab seperti perkataan penjual atau penggantinya saya jual barang ini dengan harga sekian”. Qabul adalah perkataan pembeli atau penggantinya
KH€!•C E!‚ /3 ",
\• "!"ƒ W" H
H5
Artinya : “Qabul seperti perkataan pembeli seperti saya beli barang ini dengan harta sekian”.25 Syarat sah ijab qabul : 26 a. Adanya ijab dan qabul tidak dipisah dengan diam lama b. Tidak di tengah-tengahi dengan sedikit perkataan yang tidak ada sangkut pautnya dengan akad c. Antara ijab dan qabul terdapat persesuaian maknanya d. Ijab qabul tidak disangkutkan dengan urusan lain, misal jika ayahku wafat aku jual barang ini kepadamu e. Ijab dan qabul tidak dibatasi dengan waktu D. HUKUM-HUKUM JUAL BELI Hukum-hukum jual beli dalam Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: 25
Ibid., hlm. 8
26
Ibid.
26 1. Mubah (boleh).27 Pada dasarnya segala bentuk jual beli adalah mubah, yang merupakan hukum asal jual beli kecuali yang ditentukan lain oleh alQur’an dan sunnah Rasul. Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam jual beli baru sesuai perkembangan hidup masyarakat. Apabila seorang mujtahid ditanyai mengenai hukum suatu binatang, benda padat, makanan, minuman atau amal perbuatan yang ia tidak menemukan dalil syara’ atas hukumnya maka ia menetapkan hukum dengan kebolehannya. Karena kebolehan adalah asalnya padahal tidak ada dalil yang menunjukkan terhadap perubahannya. Sesungguhnya asal mula segala sesuatu itu boleh sebab Allah SWT telah berfirman dalam kitabnya :
A
@: 5"=777q) O 8 ;2'"$
\C z ƒpZ"HK
Artinya : “Dia Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS. al-Baqarah : 29)28
Apabila seorang mujtahid ditanya tentang hukum dan ia tidak menemukan dalil syara’ yang membicarakan hukumnya, maka ia memutuskan dengan kebolehan berdasar kaidah fiqh :
v /y 0 % * "Z /0*34 4 'r"> r"0 er"
Artinya : “Bahwasannya pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh hukumnya, kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.29 27
H. Sulaiman Rasyid., Op.Cit., hlm. 289
28
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemah
29
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi., Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam., CV. Haji Masagung. Jakarta. hlm. 49
27 2. Wajib 30 Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa jual beli adalah hukumnya mubah, namun dalam keadaan tertentu bisa menjadi wajib umpamanya telah terjadi praktek penimbunan barang dagangan sedangkan dalam pemasaran sudah tidak ada barang sehingga dalam hal ini jual beli menjadi wajib karena demi kepentingan orang banyak. Hukum kedua ini mengingatkan agar kebebasan berkehendak pihak-pihak yang bersangkutan selalu diperhatikan, karena pelanggaran terhadap kebebasan berkehendak berakibat tidak dibenarkannya suatu bentuk jual beli. Misalnya seseorang tetap mempertahankan mobil mewahnya, padahal dia banyak hutang dan sudah tidak sanggup membayar dengan jalan lain, maka dalam hal ini orang tersebut harus menjual mobilnya untuk membayar hutang tersebut. Karena ada hal yang mengharuskan ia menjual dengan kekuatan hukum yakni harus memenuhi akad, perjanjian hutang. Sebagaimana firman Allah SWT :
A @k •W"=777JH )' "H!["H6"u>+/pZ" vi/[/ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu”. (QS.al-Maidah : 1)31
30
H. Sulaiman Rasid., Op.Cit., hlm. 290
31
Departemen Agama RI., Op.Cit., hlm. 107
28 3. Haram.32 Dalam jual beli haram ialah kita melakukan jual beli barang yang dilarang agama. Fiqh memandang bahwa yang menjadi pokok sebab timbulnya larangan dalam jual beli adalah : 1. Menyakiti penjual, pembeli atau orang lain 2. Menyempitkan gerakan pasaran 3. Merusak ketentraman umum Beberapa jual beli yang menjadi larangan agama adalah : 33 a. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga pasar, sedangkan dia tidak menginginkan barang itu tetapi semata-mata agar orang lain tidak membeli barang tersebut. Ketentuan ini mengingatkan kita agar berjual beli untuk mendatangkan manfaat dan menghindari madharat, bukan untuk memancing permusuhan. Karena jika hal ini terjadi maka agama memandang hal tersebut sama dengan boros yang dilarang Allah.
A
@>"Vr"=777{ b * "&"H a"H- +/;op5 '"Z&a
Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara setan”. (QS. al-Isro : 27)34
32
H. Sulaiman Rasyid., Op.Cit., hlm. 290
33
Ibid
34
Departemen Agama RI., Op.Cit., hlm. 285
29 Dalam kaidah fiqh diterangkan
„ MW"h O 0 % Y
V .W">;J
Artinya : “Mencegah atau menghindari madharat harus didahulukan atas mencari atau menarik kebaikan”.35 b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiyar
\C]) B5/r \V! , % c"0 e c" HV;
: /K P"+%
A, % z.3= … ) B 0 % Artinya : “Dari Abu Hurairah Rasulullah telah bersabda : Janganlah diantara kamu menjual sesuatu yang sudah dibeli orang lain”. (Sepakat Ahli Hadits) c. Mencegat orang-orang yang datang dari desa di luar kota, lalu membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu belum tahu harga pasar.
& 5' "Hj3 r \V! , % c"0 e c" HV;
† 5% P"+% A, % z.3=
Artinya : “Dari Ibnu Abbas Rasulullah bersabda jangan kamu mencegat orang-orang yang akan di jalan sebelum mereka sampai di pasar”. (Sepakat ahli hadits) 35
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi., Op.Cit., hlm. 24
30 Hal ini tidak diperbolehkan karena merugikan orang yang datang dan mengecewakan gerakan pemasaran karena barang tidak sampai di pasar d. Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal, sedang masyarakat umum memerlukan barang itu, sabda Rasul :
A\? k!;= ‡b Zr" C3y/r Artinya : “Tidak ada orang yang menahan barang kecuali orang yang durhaka (salah)”. (HR. Muslim) Hal ini dilarang karena dapat merusak ketenteraman umat e. Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya. Umpamanya menjual pisau disertai niat agar bisa digunakan untuk membunuh orang lain. Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 2 :
777&"! )'"! \'ˆ‰'"0 % "H-!) ! }H'*3"! X5'"0 % "H-!)! 777 A @: •W"=
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. f. Jual beli yang disertai tipuan baik dari pihak pembeli maupun penjual pada barang ukuran atau timbangannya.
31 Sabda Rasulullah SAW :
:Še 0 %
\V! , % c"0 e c" HV; &": /K P"+%
h 4 e /"pK
~ ,) e"‚ 6 v k / J Y)b
Y)s "‹H ‚ )O ~ "
c" HV;/> ? ",3 e"
A\? k!;= Œ
Y)s "
• I + † 6"k"/$
Artinya : “Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah pernah melalui suatu onggokan makanan yang bakal dijual, lantas beliau memasukkan tangan beliau ke dalam onggokan itu tiba-tiba didalamnya jari beliau meraba yang basah. Beliau keluarkan jari beliau yang basah seraya berkata, apakah ini ? Jawab yang punya makanan, basah karena hujan ya Rasulullah, Beliau bersabda mengapa tidak engkau taruh atas supaya dapat dilihat orang ? barang siapa yang menipu bukan umatku”. (Riwayat Muslim)
A\? k!;= ; ^"B +% , % c"0 e f6"0Ž : /K P"+% Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata Nabi melarang memperjualbelikan barang
yang mengandung
tipu
daya”. (HR. Muslim) 4. Sunat.36 Dalam hal ini kita diingatkan bahwa kodrat manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri sehingga kita dituntut untuk saling tolong menolong dengan orang lain.
36
H. Sulaiman Rasyid., Op.Cit., hlm. 298
32 QS. al-Maidah : 2
777&"! )'"! \'ˆ‰'"0 % "H-!) ! }H'*3"! X5'"0 % "H-!)! 777 A @k dW"=
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan
dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.37 Berkenaan dengan jual beli sunat misalnya kalau jual beli dilakukan kepada sahabat atau famili yang dikasihi, menjual kepada orang yang sangat membutuhkan barang tersebut. E. MACAM-MACAM JUAL BELI Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, ditinjau dari segi hukum ada dua macam, jual beli yang sah dan batal menurut hukum.38 Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat dibagi menjadi tiga bentuk.
{ % B ! p"• • HeH
B ! :K
{ % B ,ˆ~ˆ ‘H5" K
’ 5•F
Artinya : “Jual beli ada tiga macam : 1) Jual beli yang kelihatan, 2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian dan 3) Jual beli benda yang tidak ada.”
37
Departemen Agama RI., Op.Cit., hlm. 106
38
Drs. H. Hendi Suhendi, M.Si., Op.Cit., hlm. 76
33 1. Jual beli benda yang kelihatan Jual beli benda yang kelihatan adalah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak seperti membeli kebutuhan pokok di pasar. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli misalnya ikan dalam laut, barang yang sedang dijaminkan karena semua itu mengandung tipu daya. 39
A\? k!;= ; ^"B +% \V!, % c"0 e f6"0Ž : /K P"+% Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata : Nabi SAW telah melarang memperjualbelikan barang yang mengandung tipu daya”. (Riwayat Muslim).
2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian Jual beli yang disebutkan sifatnya dalam perjanjian adalah jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan pedagang salam adalah jual beli yang tidak tunai, maksudnya adalah perjanjian sesuatu yang penyerahan barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu sebagai imbalan harga yang ditetapkan di akad.40 Dalam jual beli salam berlaku semua syarat jual beli dan 5 syarat tambahan, yang dianggap sah bila telah memenuhi syarat tersebut. 5 syarat tersebut yakni :
39
H. Sulaiman Rasyid., Op.Cit., hlm. 280 H. Hendi Suhendi, Op.Cit., hlm. 77 41 A. Hufaf Ibriy., Op.Cit., hlm. 23 40
41
34 a. Barang yang dipesan bisa dibatasi sifat-sifatnya Hal ini dimungkinkan agar bisa dijangkau pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar maupun tidak, dan dapat menghilangkan kekaburan dalam jual beli, sehingga tidak bisa dikatakan jual beli gharar. b. Barang yang dipesan merupakan jenis yang tidak bercampur dengan lainnya. Dalam kitab Fathul Qorib Mujib disebutkan, tidak sah salam terhadap barang yang bercampur dengan barang lain yang tidak diketahui secara jelas. Umpamanya : memesan bubur (makanan yang terdiri dari bubur, gandum, air dan lain-lain), minyak wangi (yang terdiri dari misik, anbar dan minyak). c. Barang yang dipesan tidak terkena panasnya api untuk merubahnya Yakni barang tersebut dimasukkan dalam api untuk memasak atau lainnya. Jika memasukannya ke dalam api untuk membedakan barang itu dengan yang lain maka sah barang tersebut. Umpamanya memirahkan madu dengan lilin, madu dengan minyak sapi karena api di sini memisahkan dari air susunya. d. Barang pesanan merupakan barang yang dilihat mata akan tetapi barang yang berstatus hutang (tanggungan bagi penjual) Hal ini jika barang yang dipesan sudah nyata seperti aku pesan padamu seorang budak ini dengan baju ini maka tidak sah.
35 e. Barang yang dipesan tidak dari tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah terjadinya akad. Umpamanya saya pesan dengan uang ini beras dari kota ini 3. Jual beli benda yang tidak ada Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat adalah jual beli yang dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap, sehingga dikhawatirkan barang tersebut dari hasil curian, dan merugikan atau menghancurkan harta benda seseorang sebab perbuatan tersebut adalah perbuatan gharar.42 Rasulullah SAW bersabda :
“h l"+%!JH?/•4 h 6)"B +% 0Ž \V! , % c"0 e f6"&" 43
/•4
Artinya : “Sesungguhnya Nabi SAW melarang penjualan anggur sebelum hitam dan dilarang penjualan biji-bijian sebelum mengeras”. Selain jual beli di atas, jual beli ada juga yang dibolehkan dan ada yang dilarang : Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut : 44 1. Barang yang dihukumkan najis oleh agama seperti anjing, babi, berhala, bangkai, dan khamar, Rasulullah SAW bersabda :
42
H. Hendi Suhendi, Op.Cit., hlm. 77 Ibid., hlm. 78 44 Hendi Suhendi., Op.Cit., hlm. 78 43
36
c"&"
@
\V! , % c"0 e c" HV; &"0U; O +%
A\? ƒ; 5"k"!;= Y6e”"! /m6y'"! 3W"! •"B Y 4 ,HV;! 45
Artinya : “Dari Jabir ra Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi dan berhala”. (Riwayat Bukhari dan Muslim). 2. Jual beli sperma (mani) hewan dan seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh turunan.
h ?% +% \V! , % c"0 e c" HV;0Ž
$U; % + "+% A}; 5"k!;= y."
Artinya : “Dari Ibnu Umar ra, berkata Rasulullah SAW telah melarang menjual mani binatang”. 3. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual beli seperti ini dilarang karena belum ada dan tidak tampak, Rasulullah SAW bersabda :
B +% 0Ž \V! , % c"0 e c" HV; &"$U; % + "+% A\? }; 5"k!;= 5l" 54 Artinya : “Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah SAW telah melarang penjualan sesuatu yang masih dalam kandungan induknya”. (Riwayat Bukhari Muslim) 45
Al-Hafizh bin Hajar al-Asqalani, Op.Cit., hlm. 444
37
4. Jual beli dengan mubaqallah, baqalah berarti tanah, sawah dan kebun Maksud jual beli mubaqalah di sini yakni menjual tanamantanaman yang masih di ladang atau di sawah, hal ini dilarang agama sebab ada persangkaan riba. 5. Jual beli dengan mukhadarah, yakni menjual buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang masih hijau, hal ini dilarang karena barang tersebut masih samar, karena mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang sebelum diambil pemiliknya 6. Jual beli dengan muammasah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh, misalkan seorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah membeli kain tersebut, hal ini dilarang karena mengandung tipuan. Jual beli yang dilarang oleh agama tetapi sah hukumnya. 46 1. Menemui orang desa sebelum masuk ke pasar Hal ini dimaksudkan agar bisa membeli barang dengan harga yang murah karena belum tahu harga pasaran, kemudian ia bisa menjual dengan harga yang setinggi-tingginya. Rasulullah bersabda :
J5 U 4 B5/r \V!, % c"0 e c" HV; A\? !}; 5"k"!;= 46
Hendi Suhendi., Op.Cit., hlm. 83
38 Artinya : “Tidak boleh menjualkan orang hadir (orang di kota) barang orang dusun (baru datang)” (Riwayat Bukhari Muslim) 2. Menawar barang yang sudah ditawar orang lain Seperti orang berkata tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang membeli dengan harga yang lebih mahal. Rasulullah SAW bersabda :
A\? !ƒ; 5"k"!;= , "YHV 0 % O "YH?/r Artinya : “Tidak boleh seseorang menawar di atas tawaran saudaranya (Riwayat Bukhori Muslim) 3. Jual beli dengan Najasyi adalah seseorang menambah atau melebihi harga temannya, dengan maksud memancing orang agar orang itu mau membeli barangnya. Rasulullah bersabda :
A\? !}; 5"k"!;= • <6"+% \V!, % c"0 e c" HV;0Ž Artinya : “Rasulullah SAW telah melarang melakukan jual beli dengan najasyi” (Riwayat Bukhori Muslim). 4. Menjual di atas penjualan orang lain, umpamanya seorang berkata kembalikan barang itu kepada penjualnya nanti barangku saja yang kamu beli dengan harga yang lebih murah dari itu
39 Rasulullah SAW bersabda :
, "B 0 % O "B r!\V!, % c" HV; A\? !; 5"k"!;= Artinya : “Rasulullah bersabda seseorang tidak boleh menjual atas penjualan orang lain”. (Riwayat Bukhari dan Muslim)