TESIS
PELATIHAN RENANG GAYA BEBAS INTERVAL 32 X 12,5 METER LEBIH BAIK DARI PADA INTERVAL 16 X 25 METER DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN (WAKTU TEMPUH) JARAK 400 METER PERENANG PUTRA-PUTRI HIU KUPANG SWIMMINGKLUB KOTA KUPANG
YULIANA ADRIANA LUBALU
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
TESIS
PELATIHAN RENANG GAYA BEBAS INTERVAL 32 X 12,5 METER LEBIH BAIK DARI PADA INTERVAL 16 X 25 METER DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN (WAKTU TEMPUH) JARAK 400 METER PERENANG PUTRA-PUTRI HIU KUPANG SWIMMINGKLUB KOTA KUPANG
YULIANA ADRIANA LUBALU NIM. 1390361038
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
PELATIHAN RENANG GAYA BEBAS INTERVAL 32 X 12,5 METER LEBIH BAIK DARI PADA INTERVAL 16 X 25 METER DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN (WAKTU TEMPUH) JARAK 400 METER PERENANG PUTRA-PUTRI HIU KUPANG SWIMMINGKLUB KOTA KUPANG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Progran Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
YULIANA ADRIANA LUBALU NIM. 1390361038
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembaran Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 30 JUNI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Luh Made Indah Sri HandariAdiputra, S.Psi.,M.Erg NIP.19770506 200501 2 001
Drs. Nurdin U. Badu, M.For NIP.
Mengetahui
Ketua Program Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Dr. dr. SusyPurnawati, M.K.K.,AIFO NIP. 196809291999032001
Prof. DR. dr. A. A. RakaSudewi. Sp. S(K) NIP. 19590215 198510 2 0iii
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 30 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No 1909/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 29 Juni 2015
Ketua
: Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi.,M.Erg
Anggota : 1. Drs. Nurdi U. Badu, M.For 2. Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K.,AIFO 3. Prof. Dr. N. T. Suryadhi, MPH.,Ph.D 4. Dr. Dr. I Made Jawi, M.Kes.,AIFO
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: YULIANA ADRIANA LUBALU
NIM
: 1390361038
PROGRAM STUDI
: MAGISTER FISIOLOGI OLAHRAGA
JUDUL TESIS
: PELATIHAN RENANG GAYA BEBAS INTERVAL 32 X 12,5 METER LEBIH BAIK DARI PADA INTERVAL 16 X 25 METER DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN (WAKTU TEMPUH) JARAK 400 METER PERENANG PUTRA-PUTRI HIU KUPANG SWIMMINGKLUB KOTA KUPANG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Denpasar, 30 Juni 2015
(YULIANA ADRIANA LUBALU)
v
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama- tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya karunianya, tesis ini dapat diselesaikan Pada kesempatan
ini perkenankanlah
penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar - besarnya kepada Dr.Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi, M.Erg, pembimbing satu yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana, khususnya dalam peyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Drs. Nurdin Usman Badu, M.For, pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr. I Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K)
atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk menjadi mahasiswa Program S2 pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Dr.dr.Susy Purnawati, M.KK, AIFO. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Samuel Haning
vi
Penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana. Penulis juga menyampaikan terimakasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu, dan Ayah, yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada Suami tercinta Yacob, serta anak-anak Irene, Angel, Firdau, Stely dan Orlando tersayang, dan Ayah terkasih yang penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 30 Juni 2015 Penulis
vii
ABSTRAK
PELATIHAN RENANG GAYA BEBAS INTERVAL 32 X 12,5 METER LEBIH BAIK DARI PADA INTERVAL 16 X 25 METER DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN (WAKTUTEMPUH) JARAK 40 METER PERENANG PUTRA-PUTRI HIU KUPANG SWIMMING KLUB KOTA KUPANG Renang gaya bebas jarak 400 meter adalah renang yang menggunakan teknik renang gaya bebas dengan kecepatan maksimal sejauh 400 meter. Untuk dapat meningkatkan kecepatan waktu tempuh renang gaya bebas dapat dilakukan Dengan model pelatihan interval. Model pelatihan interval adalah pemberian beban pada tubuh dalam waktu yang singkat, teratur dan berulang-ulang (interval) dengan pemulihan yang cukup. Pelatihan yang diterapkan adalah pelatihan renang interval 32 x 12,5 meter 16 repetisi lima set interval 16 x 25 meter delapan repetisi lima set, dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu. Sampel yang berjumlah 16 orang diambil secara acak dari perenang putra-putri Hiu Kupang Swimming Klub Kota Kupang yang memenuhi isyarat. Jumlah sampel masing-masing kelompok adalah delapan orang, kemudian masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelompok -1 diberikan pelatihan renang interval gaya bebas 32 x 12,5 meter sebanyak 16 repetisi 10 set dan kelompok -2 diberikan pelatihan renang interval 16 x 25 meter sebanyak delapan repetisi 10 set. Istirahat antar set masing-masing kelompok selama tiga sampai lima menit. Data berupa kecepatan renang jarak 400 meter diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis uji t berpasangan untuk mengetahui peningkatan kecepatan perlakuan sama-sama meningkat dan bermakna yang digunakan adalah 0,05. Hasil data analisis didapatkan terjadi peningkatan berbeda bermakna pada pelatihan renang 32 X 12,5 meter (p> 0,05) dan pelatihan renang gaya bebas 16 X 25 meter (p>0,05). Peningkatan kecepatan yang signifikan sebelum pelatihan tidak berbeda bermakna (0,05). Kedua kelompok pelatihan sama-sama meningkatkan kecepatan renang gaya bebas 32 X 12,5 meter sebesar 0,343 m/mnt dan pelatihan renang gaya bebas 16 X 25 meter sebesar 0,392 m/mnt. Dengan demikian pelatihan renang interval 32 X 12,5 meter dan 16 X 25 meter dapat meningkatkan kecepatan renang gaya bebas perenang Klub Hiu Kota Kupang. Untuk itu diharapkan para pelatih dan guru olahraga yang melatih renang gaya bebas jarak 400 meter dapat menerapkan pelatihan renang interval 32 X 12,5 meter. Kata kunci: pelatihan renang interval, renang gaya bebas, kecepatan renang
viii
ABSTRACT
FREESTYLE INTERVAL TRAINING 32 X 12,5 METERS BETTER THAN INTERVAL 16 X 25 METERS IN THE INCREASE SPEED OF A DISTANCE OF 400 METERS SWIMMER QUALIFIED SHARKS SWIMMING CLUB CITY KUPANG
The sidestroke style swimming distance of 400 metre is swimming freestyle of swimming technique with a maximum speed of 400 metre as far as travel time to increase the speed of swimming do interval training model awarding the load on the body in time, regular and repeated with sufficient recovery applied training 32x12,5 interval metre pool 16 reps 10 sets 16x25 meter interval 8 repetisi 10 sets with frekuensi three times a week for six weeks. A sample of 16 people randomly swimmer sons and daughters of the ”Hiu” club kupang down town city eligible to sample each group of eight people given different treatment groups 1 interval 32x12,5 metre 16 repetisi 10 sets of group 2 interval 16x25 metre 8 repetisi 10 sets of eight reps per sets break debag three to five minutes of the data is a swimming speed of 400 meters and after treatment were taken paired t test analysis of the data to determine the increase in speed increase and significant used are 0,05. The results of the analysis of data obtained increase in swimming training 32x12,5 metre (p<0,05) and training 16x25 metre freestyle (p<0,05) was not speed before training did not differ significantly (0,05) increase in swimming style 32x12,5 metre free for 0,343 m/s and training 16x25 metre freestyle at 0,343 m/second. Thus swimming interval training 32x12,5 metre and 16x25 metre cold not prove to increase the speed of clup freestyle swimming shark swimming. freestyle kupang city 32x12,5 metre and 16x25 metre interval can increase the speed of the expected swimming for coaches and sport teachers who train freestyle a distance of 400 metre interval apply 32x12,5 metre swimming training. keywords : interval training, freestyle swimming, swimming speed.
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...................................................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ............................................................................................................
ii
LEMBARAN PERSETUJUAN ..............................................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................................................
iv
UCAPAN TERIMAH KASIH ................................................................................................
v
ABSTRAK .................................................................................................................................
vi
ABSTRACT ...............................................................................................................................
vii
RINGKASAN ...........................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................
xi
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH .........................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................
5
1. 3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................
5
1. 4 Manfaat Penelitian .................................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................
6
2.1 Pelatihan ................................................................................................................
6
2.2 Renang Gaya Bebas ..............................................................................................
6
2.3 Prinsip Pelatihan ...................................................................................................
14
2.4 Prosedur Pengukuran ............................................................................................
16
2.5 Pelatihan Renang Gaya Bebas .............................................................................
17
2.6 Pelatihan Interval ..................................................................................................
19
2.7 Takaran Pelatihan Interval Pada Renan...............................................................
20
2.8 Komponen Biomotorik Kecepatan Renan……........ ..........................................
22
x
xi
2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan .................................................
24
2.10 Kecepatan Anggota Gerak Tubuh Saat Renang ...............................................
27
2.11 Aspek Biomekanik Pada Olahraga Renang ......................................................
28
2.12 Kecepatan ............................................................................................................
31
2.13 Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kecepatan ................................
32
2.14 Pengaruh Berat Badan dan Tinggi Badan Terhadap Kecepatan. ....................
33
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..........................
35
3.1 Kerangka Berpikir ..............................................................................................
35
3.2 Kerangka Konsep Penelitian ...............................................................................
37
3.3 Hipotesis Penelitian .............................................................................................
38
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................
39 39
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................
40
4.2.1 Tempat Penelitian ....................................................................................
40
4.2.2 Waktu Penelitian .....................................................................................
40
4.3 Populasi dan Sampel ..........................................................................................
40
4.3.1 Populasi ....................................................................................................
40
4.3.2 Sampel……................................................ ...........................................
40
4.3.3 Besaran Sampel .......................................................................................
42
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ......................................................................
43
4.4 Variabel Penelitian .............................................................................................
43
4.5 Definisi Operasional Variabel ...........................................................................
44
4.6 Prosedur Penelitian ...........................................................................................
47
4.6.1 Persiapan Penelitian ................................................................................
48
4.6.2 Studi Pendahuluan ...................................................................................
48
4.6.3 Tahapan Pemilihan dan Penentuan Sampel ...........................................
49
4.6.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................
49
4.7 Alat Pengumpulan Data .....................................................................................
50
4.8 Teknik Analisis Data..........................................................................................
51
4.9 Alur Penelitian ...................................................................................................
53
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................
54
5. 1 Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................................
54
5. 2 Lingkungan Penelitian ...........................................................................................
55
5. 3 Uji Normalitas ........................................................................................................
55
5. 4 Uji Homogenitas ....................................................................................................
56
5. 5 Uji Independen .......................................................................................................
57
5. 6 PEMBAHASAN ....................................................................................................
57
5. 7 Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................................
57
5. 8 Karakteristik Lingkungan Penelitian ....................................................................
58
5. 9 Efek Penelitian terhadap Kemampuan Kecepatan Renang ................................
59
5. 10 Kelemahan Penelitian ..........................................................................................
61
BAB VI PENUTUP...................................................................................................................
62
6. 1 Simpulan .................................................................................................................
62
6. 2 Saran .......................................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................................
67
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.5.1 Pelatihan Renang Gaya Bebas Interval 32 X 12,5 Meter ................................
18
Gambar 2.5.2 Pelatihan Renang Gaya Bebas Interval 16 X 25 Meter ...................................
9
Gambar 3. 2 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................
38
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian .........................................................................................
40
Gambar 4.9
Alur Penelitian....................................................................................................
54
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1
Desain Pelatihan Renang Gaya Bebas Interval 32 X 12,5 Meter ......................
46
Tabel 4.2
Desain Pelatihan Renang Gaya Bebas Interval 16 X 25 Meter .........................
47
Tabel 5.1
Karakteristik Subjek Penelitian............................................................................
55
Tabel 5.2
Data Diskriptif Suhu Air, Kelembaban, dan Lingkungan Penelitian ...............
56
Tabel 5.3
Data Uji Normalitas ..............................................................................................
57
Tabel 5.4
Data Uji Homogenitas ..........................................................................................
57
Tabel 5.5
Uji Beda Rerata Waktu Tempuh Kecepatan Renang Gaya Bebas Sebelum dan Sesudah Pelatihan kedua Kelompok.............................................................
58
Uji Perbedaan Kecepatan Waktu Tempuh Renang Gaya Bebas Sebelum dan Sesudah Pelatihan kedua Kelompok....................................................................
59
Presentasi Peningkatan Kecepatan Renang Gaya Bebas Sebelum dan Sesudah Pelatihan antar kedua Kelompok ..........................................................
60
Tabel 5.6
Tabel 5.7
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Ijin Penelitian Dari Program Studi Magister Fisiologi Olahraga
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian Dari Pemerintah Provinsi NTT
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian Dari Kesbang Pol NTT
Lampiran 4
Surat Keterangan Selesai Penelitian Kecamatan
Lampiran 5
Surat Keterangan Selesai Penelitian Kelurahan
Lampiran 6
Surat Keterangan Selesai Penelitian Hiu Kupang Swimming Klub Kupang
Lampiran 7
Biodata Karateristik Subjek Penelitian
Lampiran 8
Data Lingkungan Penelitian Selama 8 Minggu
Lampiran 9
Data Hasil Pre Tes dan Pos Tes Kelompok 1 Kecepatan Renang
Lampiran 10 Data Hasil Pre Tes Dan Pos Tes Kelompok 2 Kecepatan Renang Lampiran 11 Data Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk-Tes Pada Kedua Kelompok Lampiran 12 Data Hasil Uji Homogenitas Pada Kedua Kelompok Kecepatan Renang Lampiran 13 Data Hasil Uji Independen Pada Kedua Kelompok Kecepatan Renang Lampiran 15 Data Hasil Uji Beda Peningkatan Pada Kedua Kelompok Kecepatan
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki ideologi yang seutuhnya dan berkualitas (Mutohir, 2015). Renang merupakan salah satu olahraga air yang dilakukan dengan cara menggerakkan, kaki, tangan, kepala dan badan saat mengapung di permukaan air. Rangkaian koordinasi dari gerak berbagai anggota badan tersebut menghasilkan laju atau kecepatan tertentu di atas permukaan air. Jenis olahraga renang disukai masyarakat karena merupakan olahraga yang menyehatkan (Sujarwadi, 2010). Renang adalah salah satu cabang olahraga yang diperlombakan minimal 32 nomor perlombaan, baik untuk putra-putri pada perlombaan Olimpiade (Olympic Sport). Setiap perenang harus memecahkan rekor baru karena olahraga renang adalah cabang olahraga terukur yaitu memberikan kesempatan pada perenang untuk meraih prestasi setinggi-tingginya dalam setiap penampilannya (Dikdik, dkk. 2012). Gaya bebas merupakan salah satu gaya renang yang tidak terikat dengan teknik-teknik dasar renang lainnya sehingga membuat perenang dapat melaju di dalam air (Anonim, 2008). Untuk dapat berenang dengan baik perlu diberikan pelatihan.
1
2
Pelatihan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam mencapai tujuan kegiatan olahraga bagi seorang atlet, untuk meningkatkan fungsional tubuh sehingga dapat melakukan kegiatan olahraga secara optimal (Nala, 2011). Pelatihan renang gaya bebas merupakan latihan fisik yang ditujukan sebagai usaha pengembangan kondisi fisik dari seorang olahragawan. Dalam latihan fisik ditekankan pada faktor pengembangan, kelincahan, daya tahan, kelentukan, serta faktor-faktor lainnya guna mengembangkan fisik secara keseluruhan (general physical conditioning). Interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval berupa masa-masa istirahat. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan suatu pelatihan yaitu : 1). Lamanya latihan (jarak renang), 2). Beban atau intensitas latihan (kecepatan renang), 3). Ulangan (repetition), 4). Masa istirahat (recovery interval setelah repetisi). Disamping itu juga dipengaruhi oleh VO2Max. Yang dimaksud dengan VO2Max adalah kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen secara maksimal per menit. Tinggi rendahnya VO2Max seseorang dipengaruhi kemampuan jantung yang berfungsi, memompa darah ke seluruh tubuh, kemampuan paru-paru untuk mengambil oksigen dari udara luar, kualitas darah (hemoglobin) yang berfungsi mengikat oksigen dan dibawa ke seluruh sel, pembuluh darah yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh, dan kemampuan otot rangka akan memakai oksigen untuk proses metabolisme (oksidasi) (Hendratno, 2008). Di Kota Kupang olahraga renang banyak diminati disamping olahraga kempo, pencat silat, voli, atletik. Pembinaan olahraga renang salah satunya dilakukan melalui klub. Hiu Kupang Swimming Klub adalah salah satu klub untuk mengembangkan sumber daya manusia khususnya kemampuan atau bakat dalam bidang olahraga renang serta membuka dan menyelenggarakan
3
pelatihan atau kursus renang berupa belajar teknik-teknik renang dan mengadakan kompetensi renang guna meningkatkan kemampuan anggota yaitu terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa. Hiu Kupang Swimming Klub memiliki semangat juang dan gigih mendidik dan melatih atlet renang untuk dapat meraih prestasi walaupun prestasi yang diraih belum optimal. Selama ini pelatihan yang diberikan untuk atlet renang adalah pelatihan interval 16 X 25 meter. Hal ini disesuaikan dengan kondisi kolam renang yang ada di Kota Kupang. Kolam renang yang memenuhi standar perlombaan hanya ada satu yaitu kolam renang Wira Sakti Fontein Kupang. Kolam renang lainnya tidak memenuhi standar karena ukuran lebih kecil dan bentuk kolam renang tidak untuk perlombaan. Kolam renang Wira Sakti Kupang memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar kolam 12,5 meter. Pelatihan renang interval 32 X 12,5 meter yang selama ini diberikan pada atlet renang adalah berenang secepat-cepatnya menempuh jarak 12,5 meter (lebar kolam renang), sebanyak enam belas kali diselingi dengan renang lambat sebanyak enam belas kali dan antara set istirahat satu-lima menit. Pada penelitian ini akan diberikan pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter. Pelatihan yang dimaksud adalah berenang secepat-cepatnya menempuh jarak 25 meter (panjang kolam renang), sebanyak delapan kali sekaligus renang lambat sebanyak delapan kali dan antara set istirahat tiga-lima menit dengan frekuensi tiga kali seminggu selam enam minggu. Takaran melatih kecepatan yang digunakan adalah dengan jumlah repetisi 5-10 dan set 3-5 kali serta istirahat antar set 5-10 menit (Nala, 2002, Anonim, 2008). Sarana pelatihan yang akan digunakan adalah kolam renang Wira Sakti Fontein Kupang dengan ukuran lebar 12,5 meter dan panjang 25 meter sehingga dapat dipastikan berenang menempuh jarak tepat dengan ukuran jarak yang akan ditempuh. Total jarak tempuh pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini sejauh 400 meter, sedangkan renang gaya bebas dalam penelitian ini membutuhkan jarak
4
tempuh sejauh 200 meter, sehingga beban pelatihan yang diberikan dua kali dari beban yang dibutuhkan. Dengan demikian jarak tempuh 200 meter pada renang gaya bebas akan dirasakan lebih ringan. Penelitian ini akan diterapkan pada anak-anak Hiu Kupang Swimming Klub yang berumur 16-19 tahun. Lokasi kolam renang Wira Sakti Fontein Kota Kupang, karena sarana renang yang berstandar dan memenuhi syarat bahkan selalu digunakan untuk perlombaan renang di semua tingkat SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi dan Umum. Kolam renang tersebut digunakan untuk perlombaan renang O2SN Tingkat Propinsi. Berdasarkan pertimbangan di atas peneliti tertarik meneliti tentang Pelatihan Renang Gaya Bebas Interval 32 X 12,5 Meter 16 Repetisi 10 Set dan Pelatihan Renang Gaya Bebas Interval 16 X 25 Meter Delapan Repetisi 10 Set Dalam Meningkatkan Kecepatan (Waktu Tempuh) Renang Gaya Bebas Jarak 400 Meter Perenang Hiu Kupang Swimming Klub Kota Kupang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah dalam melatih kecepatan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter 16 repetisi 10 set lebih baik dari pada pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter 8 repetisi 10 set dalam meningkatkan kecepatan (waktu tempuh) jarak 400 meter Perenang Hiu Kupang Swimming Klub Kota Kupang?
1.3. Tujuan Penelitian
5
Untuk mengetahui pelatihan renang gaya bebas interval 32X 12,5 meter 16 repatisi 10 set lebih baik dari pada pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter 10 repetisi 8 set terhadap peningkatan kecepatan (waktu tempuh) pada perenang Hiu Kupang Swimming Klub Kota Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Memperoleh konsep ilmiah tentang metode pelatihan renang dalam meningkatkan kecepatan (waktu tempuh) nomor renang gaya bebas pada tingkat pembinaan. 2. Secara praktis dan tepat dipergunakan sebagai pedoman bagi pembina, pelatih, guru olahraga, dan atlet untuk diterapkan dalam penyusunan program latihan maupun pelaksanaan program latihan untuk mencapai tujuan, dalam meningkatkan kecepatan (waktu tempuh) perenang pada tingkat pelatihan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pelatihan Pelatihan adalah proses penyempurnaan atau pendewasaan atlet secara sadar, untuk mencapai suatu prestasi maksimal, dengan diberikan beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dari hal-hal yang sederhana ke kompleks, dan dilakukan secara berulang-ulang (Nala, 2002). Latihan yang optimal yang dilakukan sesuai dengan prinsip latihan. Prinsip latihan apabila diterapkan dengan sungguh-sungguh, memungkinkan pelatih terbiasa dengan teknik latihan sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atlet. Penguasaan dasar prinsip latihan adalah langkah awal dalam menyusun program latihan yang optimal dan efektif untuk diaplikasikan. Prinsip latihan sistematika pedoman dan peraturan yang berhubungan dengan proses biologis, psikologis dan paedagogik (Soetopo, 2007).
2.2. Renang Gaya Bebas Renang gaya bebas adalah jenis renang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air. Kedua tangan bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh, sementara kedua kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke permukaan air. Pernapasan dilakukan saat lengan digerakkan keluar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke kiri atau ke kanan. Dibandingkan gaya renang lainnya, gaya bebas merupakan gaya renang yang bisa membuat tubuh melaju lebih cepat di air
6
7
(Anonim, 2008). Renang gaya bebas dalam nomor perlombaan renang di mana para perenang peserta dibolehkan melakukan atau memakai gaya apa saja, kecuali dalam nomor perlombaan gaya ganti estafet atau gaya ganti perorangan. Atau dengan kata lain gaya bebas berarti gaya lain yang bukan gaya kupu-kupu, gaya dada dan gaya punggung (Anonim, 2008). Renang gaya bebas memerlukan koordinasi gerakan yang efektif karena gaya ini sering digunakan oleh para atlet pada setiap kali perlombaan. Richard Cavil merupakan salah satu penemu gaya bebas di mana gerakan ini terdiri dari dua gerakan tangan mengayuh secara bergantian dengan dua pukulan gerakan kaki bergantian (Sullivan, 1982). Untuk teknik yang baik akan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik pula, perenang harus dapat mengetahui hambatan dan daya dorong serta hukum-hukum yang mendukung teknik-teknik hambatan dalam renang meliputi hambatan bentuk, hambatan gelombang, dan hambatan gesekan. Hambatan bentuk disebabkan karena posisi atau bentuk badan perenang ketika berenang diperoleh dari gerakan lengan dan gerakan menggayung dan gerakan tungkai dengan menendang (David, 2000). Sikap atau posisi tubuh, Kedudukan tubuh perenang berada dalam keadaan tengkurap, sikap melintang lengan harus diatas kepala mengambang dipermukaan air, garis permukaan air pada kepala berada tepat diatas alis mata, seluruh tubuh sedatar mungkin dalam air. Adapun urutan teknik renang gaya bebas adalah sebagai berikut: 1. Gerakan Tungkai Dalam renang gaya bebas fungsi kaki yang utama adalah sebagai stabilisator dan sebagai alat untuk menjadikan kaki tetap tinggi dalam keadaan stream line, gerakan dorsi fleksi kerja otot tibialis anterior dan gerakan plantar fleksi kerja otot Gastrocnemius soleus pada gerakan tungkai. Tahanan tarikan lengan dalam gaya bebas adalah sumber pokok dari luncuran, dan kebanyakan perenang menjadi satu-satunya sumber dorongan atau luncuran,
8
malahan kebanyakan perenang satu-satunya sumber dorongan dan lucuran. Pemakaian energi pada renang gaya bebas dengan menggunakan kaki saja, lebih banyak dari pada renang yang menggunakan lengan saja atau renang yang menggunakan kaki dan lengan. Pemakaian energi pada lengan saja, kurang dari pada renang dengan lengan dan kaki pada kecepatan rendah. Tetapi pada renang kecepatan tinggi, pemakaian energi pada renang yang menggunakan lengan saja menjadi lebih banyak dibandingkan dengan renang yang menggunakan lengan dan kaki (Sumarno,1999). Gerakan kaki yaitu: 2. Iirama gerakan kaki yang terdiri dari : a) Naik turun mengarah lurus, b) Naik turun dengan 6 pukulan kaki (the six beat kick) dengan kedalaman kaki di bawah permukaan air ketika naik turun dari atas permukaan air berkisar 25-30 cm, c) Naik turun gengam 4 pukulan kaki (the two beat kick and broken tempo kick). d) Naik turun dengan 2 pukulan kaki (the two beat kick), e) Naik turun dengan 2 pukulan kaki menyilang (the two beat crossover kick), f) Pada fase istirahat (saat lutut membengkok, membentuk sudut untuk memukul dan melecut) mempunyai sudut berkisar antara 30%-40%. g) Kedalaman paha ketika melakukan gerakan ke bawah atau saat memukul atau melecut adalah 25-30 cm dari permukaan air. h) Kedalaman tungkai kaki bagian bawah atau telapak kaki dari permukaan air ketika melakukan pukulan dan lecutan sekitar 30-35 cm. Gerakan kaki secara bergantian digerakan keatas dan kebawah, gerakan menendang dimulai dari pangkal paha dan meneruskannya hingga ke jari-jari kaki, lutut dan pergelangan kaki jangan membengkok terlalu besar, jarijari kaki harus secara wajar mengarah kedalam saling berhadapan.
9
a. Gerakan Lengan Gerakan rekaveri, yaitu gerakan lengan selama di luar air, yaitu memindahkan telapak tangan dari saat ke luar dari air untuk dibawa ke depan kepala dan masuk ke dalam air. (Gerakan pronasi kerja otot pronator quadrates dan gerakan Supinasi lengan kerja otot supinator). b.
Gerakan mendayung yang terdiri atas gerakan tarikan (pull) dan gerakan dorongan (push),
Gerakan ini di mulai dari saat ujung tangan menyentuh air sampai lengan selesai melakukan dayungan dan keluar dari air. c.
Gerakan tangan, tubuh harus dalam keadaan tengkurap dengan kedua tangan menjulur
keatas kepala, fase atau tahapan gerak, menarik dimulai dengan salah satu lengan melakukan gerakan menangkap dan selanjutnya ditarik kebawah, lengan yang lain harus diatas kepala ada empat tingkat gerakan menarik lengan a.) menangkap dengan telapak tangan kearah kaki, b.) meraih, c.) meraih kearah belakang sepanjang bidang kayuhan melalui garis pertengahan tubuh, sambil menjaga siku tetap diatas permukaan air, d.) mendorong air kearah belakang hingga lengan berada dalam posisi lurus dengan ibu jari dalam kedudukan menyentuh paha dan kedua tangan akan tetap pada posisi yang berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya. 3. Rekaveri Lengan Pada waktu rekaveri siku yang pertama ke luar dari air, dalam suatu gerakan ke atas dan ke depan, sedangkan lengan bawah telapak tangan dan jari-jari mengikutinya. Gerakan ini kita kenal sebagai gerakan rekavari siku tinggi, Gerakan rekaveri ini dilakukan dengan lemas (rileks) dan hanya membutuhkan tenaga sedikit sekali, sebagai kelanjutan gerakan mendayung. Gerakan rekaveri lengan ini tidak diperkenankan dengan melempar lengan ke arah samping, karena hal ini akan mengakibatkan bagian badan di belakang yaitu pantat dan kaki akan bergerak ke arah yang berlawanan, sesuai dengan hukum III Newton. Bila hal ini terjadi maka akan berakibat renangan
10
menjadi berbelok-belok dan tahan depan akan bertambah, untuk melatih gerakan dengan siku tinggi ada dua cara yaitu : a. Pada waktu rekaveri dimulai, ibu jari perenang supaya menempel melalui samping badan sampai ketiak, baru lepas untuk diluruskan ke depan, dalam hal ini siku bergerak ke arah atas, bukan ke arah samping. b. Perenang diminta berlatih rekaveri siku tinggi dengan berenang di pinggir kolam, sedekat mungkin dengan dinding tepi kolam, kira-kira berjarak 20 cm dari tepi kolam, dengan demikian perenang terpaksa melakukan rekavari dengan siku tinggi sebab apabila ia melakukan gerakan rekaveri dengan melemparkan lengan ke arah samping, maka lengan akan memukul dinding tepi kolam (Sumarno, 1999). 4. Gerakan Mendayung Menurut Sumarno, (1999), akhir dari rekaveri, tangan mulai masuk ke dalam air yang disebut entry. Entry dilakukan dengan ujung jari masuk lebih dulu ke dalam air kira-kira 30 cm di depan kepala. Siku masih tertekuk dan masih tinggi, tangan masuk ke dalam air secara menusuk. Dengan demikian tangan tidak membawa serta gelembung-gelembung udara untuk melakukan dayungan lengan. Sebaliknya kalau dengan menepak masuk ke dalam air, banyak gelembung-gelembung udara akan turun masuk ke dalam air, dengan akibat air kurang kompak, air yang kompak yang tidak mengandung gelembung-gelembung udara adalah landasan yang kuat untuk melakukan dayungan lengan. Entry atau masuknya lengan kedalam air, dimulai dari jari tangan masuk lebih dulu, siku lebih tinggi dari jari tangan, siku oleng sedikit, sehingga jari, siku dan bahu masuk kedalam air melalui satu lubang yang sama.
11
5. Tarikan Lengan Setelah entry dimulai, lengan diusahakan lurus posisi siku lebih tinggi dari telapak tangan. Kemudian dimulailah tarikan lengan (pull). Tarikan lengan ini dilakukan di bawah badan dengan cara membengkokkan siku ke arah dalam, dengan sudut bengkokan antara 145-90 . Tarikan dimulai dari pelan ke atas cepat, yang sehingga tarikan menghasilkan dorongan yang efektif. Tarikan tangan menuju ke arah pinggang secara diagonal. Tangan terus menekan air dan berubah arah sepanjang tarikan, yang merupakan tarikan garis “ S “ di bawah permukaan air. Tahap tarikan lengan berakhir sewaktu tangan lewat di bawah bahu dan dada, di mana tekanan siku mencapai maksimal (Sumarno, 1999). 6. Dorongan Lengan Menurut Sumarno, (1999), setelah telapak tangan mencapai garis bahu, dimulailah dorongan mengubah arah telapak tangan tertuju ke arah paha, dan dimulai gerakan rekaveri. Pelaksanaan gerakan lengan ini selalu di ikuti dengan olengan badan (bodi roll). Bila lengan kanan sedang mendayung, lengan kiri melaksanakan rekaveri, maka pundak kanan lebih rendah dari pundak kiri, badan olengan ke arah kiri. Sedangkan pada saat lengan kiri mengadakan dayungan, lengan kanan melaksanakan rekaveri, maka pundak kiri lebih rendah dari pundak kanan, badan oleng (bergulung) ke arah kanan. 7. Koordinasi Dayungan Lengan Gaya Bebas a. Posisi lengan kiri pada saat permulaan rekaveri, dengan mulai menggangkat siku yang tinggi. Sedangkan lengan kanan sedang melakukan entry dan bergerak pada tarikan lengan (pull) b. Posisi lengan kekiri tepat berada pada saat siku tinggi secara maksimal dari rekaveri, di sini terlihat urutan ketinggian anggota lengan, yaitu siku paling tinggi, dibawahnya lengan bawah,
12
telapak tangan yang paling rendah telapak tangan. Posisi lengan pada pertengahan tarikan, dimana lengan membengklokkan ke arah dalam. c. Posisi lengan kiri berada pada entry dengan jari-jari masuk lebih dahulu. Sedang posisi lengan kanan pada tahap akhir dari tarikan. d. Posisi lengan kiri pada permukaan tarikan lengan, sedang posisi tarikan lengan arah paha kanan. Kecepatan dayungan mencapai maksimal. e. Posisi lengan kiri masih pada permulaan tarikan lengan. Dengan arah telapak tangan agak ke luar. Sedangkan posisi lengan kanan pada akhir dorongan, di mana jari telah menyentuh paha. f. Pada dayungan bebas, entry jari-jari tangan, tarikan dimana lengan dari keadaan lurus kemudian dibengkokkan ke arah dalam, dan dorongan lengan di mana telapak tangan mengarah ke luar, telapak tangan mula-mula menghadap ke luar, kemudian menghadap ke dalam dan akhirnya menghadap ke luar lagi. 8. Pernapasan Pernapasan pada gaya bebas sangat mempengaruhi posisi badan untuk srteam line. Putaran untuk pernapasan haruslah dilaksanakan dengan axis (sumbu putaran), garis sepanjang badan, sehingga kapala tidak akan naik terlalu tinggi dari permukaan air. Bila putaran kepala pada sumbu putaran garis bahu, maka akibatnya kepala akan ke luar dari permukaan air, dan hal ini sesuai dengan hukum Newton maka tubuh bagian bawah (pantat dan kaki) akan turun ke bawah, ini akan mengakibatkan badan tidak stream line, sehingga tahanan luar semakin besar (Sumarno, 1999). Harus ada irama tertentu antara lengan, tendangan kaki dan olengan badan. Perenang dengan mengambil nafas ke arah tangan (menoleh ke kanan) adalah sebagai berikut: waktu berenang, kepala (menoleh) ke arah lengan untuk mengambil nafas, pada saat lengan kanan ke dalam air melaksanakan dayungan. Pada dorongan lengan kanan, mulut berada
13
di luar permukaan air. Mengambil nafas melalui mulut dengan di buka lebar-lebar pada ketinggian permukaan yang di timbulkan oleh kepala karena melaju ke depan. Pada saat rekaveri lengan kanan, kepala menoleh ke arah bawah, dan pandangan mata melihat ke arah kolam. Pengeluaran nafas tepat sebelum kepala di putar untuk mengambil nafas kembali. Udara harus di buang ke luar, sebelum mulut mulai mengambil nafas kembali (Sumarno, 1999), pernapasan dilakukan dengan memutar muka dan mengangkat kepala kesamping sampai cukup untuk menghembuskan napas dari mulut diatas permukaan air ini dilakukan pada saat lengan pada posisi siap mengambil napas, setiap kali harus mengeluarkan napas melalui mulut dan hidung kepala berputar kembali hingga posisi alis mata pada saat yang bersamaan dengan berakhirnya sikap pemulihan, koordinasi gerak kaki biasanya menghasilkan tendangan dengan enam hitungan yang berarti ada tiga gerakan tendangan kebawah untuk satu tarikan lengan mengenai gerakan lengan berada renang gaya bebas (Tyler, 2000).
2.3. Prinsip Pelatihan a. Prinsip pelatihan beraturan Pelaksanaan pelatihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang lebih besar kemudian kelompok otot yang lebih kecil. hal ini dikarenakan otot yang lebih kecil mengalami kelelahan dibandingkan dengan otot yang lebih besar (Fox et al, 1988). b. Prinsip individual Prinsip individualisasi ini tidak hanya menggunakan metode dalam perbaikan teknik atau kekhususan individu, tetapi lebih merupakan tujuan penilaian dan sasaran yang dialami. Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama lainya, sehingga cara pelatihannyapun akan berbeda (Nala, 2002). Seluruh
14
konsep pelatihan harus disusun sesuai dengan kekhususan setiap individu agar tujuan pelatihan dapat tercapai. Faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lama berlati, tingkat kebugaran fisik, ciri-ciri psikologis, semuanya harus dipertimbangkan dalam mendisain program pelatihan (Soetopo,2007). c. Manfaat pelatihan Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa dengan pelatihan beban
akan
meningkatkan ketrampilan secara umum. Dan untuk meningkatkan salah satu komponen fisik yang dominan pada cabang olahraga tergantung dari takaran yang akan diberikan dalam pelatihan beban. Untuk meningkatkan komponen kecepatan, selain mengikuti takarannya juga secara garis besarnya adalah jumlah beban tinggi dengan pengulangan yang sedikit. d. Efek pelatihan Secara umum tubuh akan memberi reaksi serta perubahan bila melakukan kegiatan fisik yang cukup berat misalnya peningkatan denyut nadi, frekuensi pernapasan permenit, konsentrasi oksigen, suhu tubuh dan produksi keringat perubahan ini bersifat sementara dan akan menghilang setelah kegiatan fisik berakhir. Selain terjadi perubahan sesaat, tubuh juga mengalami perubahan yang terjadi pada otot, system kardiovaskular, sistem pernapasan dan kebugaran fisik. Perubahan permanen pada otot antara lain: (1) perubaha anatomis otot berupa myofibril, peningkatan jumlah total protein kontraktil khususnya myosin, peningkatan kepadatan pembuluh kapiler, peningkatan kualitas jaringan penghubung tendo dan ligament. (2) perubahan biokimia berupa konsetrasi kreati meningkat konsentrasi keratin phosphat meningkat konsentrasi ATP meningkat, konsentrasi glikogen meningkat, aktivitas enzim glikolisis meningkat (Ganong, 1981).
15
e. Efek pelatihan pada otot atlet Bila otot diberi pelatihan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelatihan, otot akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada unit motorik (saraf dan otot), kontraksi otot antagonis, singkronisasi dan sebagainya. Adaptasi neural dan saraf akan meningkatkan kekiatan dan memperbaiki koordinasi. Bila tipe dan takarannya tepat akan berdampak sangat mengguntungkan bagi atlet. Gerakan yang dilakukan oleh atlet terlatih akan tampak lebih mantap dan anggun seolah-olah tanpa beban (Nala, 2002).
2.4. Prosedur Pengukuran 1. Pengukuran Berat Badan Berat badan diukur dengan timbangan elektronik merek Magic dengan satuan (kg) dan ketelitiannya 0,1 kg dengan cara subjek berdiri tegak diatas timbangan memakai pakaian renang tanpa alas kaki. 2. Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran ini mengunakan Antropometer super buatan Jepang dengan ketelitian 0,1 cm,cara subjek berdiri pandangan kedepan serta garis yang melalui sudut mata sejajar dengan liang telinga luar. Tumit, kaki dan belakang kepala posisinya lurus. Tinggi badan diukur dari dasar telapak kaki dan sampai ke ubun-ubun (vertex) 3. Pengukuran Suhu Lingkungan Pengukuran suhu lingkungan dilakukan mulai dari awal sampai akhir penelitian dengan thermometer elektronik merek Extech buatan Jerman dengan ketelitian 0,10C. Termometer diaktifkan, kemudian dilihat suhu kering dalam derajat Celcius. Suhu dicatat di awal dan di akhir pelatihan kemudian dihitung rata-ratanya.
16
4. Pengukuran Suhu Air Pengukuran suhu air dilakukan mulai dari awal sampai akhir penelitian dengan termometer alcohol dengan ketelitian 1 0 C thermometer dicelupkan ke dalam air sedalam ± 60 cm selama lima menit kemudian dilihat suhu dalam derajat Celsius. Suhu dicatat di awal dan di akhir pelatihan kemudian dihitung rata-ratanya. 5. Pengukuran Kelembaban Relatif Udara Kelembaban relative udara diukur pada awal sampai dengan akhir penelitian dengan menggunakan hygrometer digital. Caranya adalah hygrometer diaktifkan selama sesi pelatihan dan hasilnya dicatat dalam satuan %. 6. Pengukuran Kecepatan Renang Gaya Bebas Jarak 25 meter Pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch, caranya subjek berenang dengan menggunakan teknik renang gaya bebas secepat-cepatnya menempuh jarak 50 meter sesuai dengan kemampuan subjek di dalam kolam renang sejauh 25 meter sehingga subjek berenang bolak-balik sebanyak dua kali. Sebelum melakukan tes ini subjek melakukan pemanasan ± 20 menit dengan porsi pemanasan di darat 10 menit dan pemanasan air 10 menit. Setelah subjek malakukan warming up straecing dan dinamis, subjek langsung melakukan warming up di air subjek berdiri di atas balok start dan mendengarkan aba-aba yang diberikan oleh stater (awas, ya dengar suara peluit berbunyi) subjek meluncur ke dalam kolam den berenang perlahan-lahan menuju ke kecepatan penuh dengan menempuh jarak 50 meter. Saat memasuki finis kedua tangan menyentuh dinding kolam, stopwatch dimatikan dan waktu di catat. Pengukuran dilakukan satu kali, hal ini dilkaukan sebelum dan sesudah pelatihan. Kecepatan renang di dapat dari membagi jarak dengan waktu yang diperlukan untuk menempuk jarak tersebut
17
2.5. Pelatihan Renang Gaya Bebas Pelatihan renang gaya bebas merupakan latihan fisik yaitu latihan yang berbentuk khusus ditujukan sebagai usaha pengembangan kondisi fisik dari seorang olahragawan. Dalam latihan fisik ditekankan kepada pengembangan faktor kekuatan, kelincahan, daya tahan, kelentukan serta faktor-faktor lain yang penting guna mengembangkan fisik secara keseluruhan (General Physical Condisioning). 1.
Pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter adalah berenang gaya bebas secepatcepatnya menempuh jarak 12,5 meter sebanyak enam belas kali diselingi dengan renang lambat sebanyak enam belas kali dan antara set lima menit dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu.
Gambar 2.1 Berenang menempuh jarak 12,5 meter interval (Hannula, 2011) 2.
Pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter adalah berenang gaya bebas secepatcepatnya menempuh jarak 25 meter sebanyak delapan kali sekaligus renang lambat sebanyak delapan kali dan antara set istirahat lima menit dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu lihat gambar 2.2.
18
3. Gambar 2.2 berenang menempuh jarak 25 meter. (Hannula, 2011)
2.6. Pelatihan Interval Pelatihan interval yakni pemberian beban pada tubuh dalam waktu singkat tetapi teratur dan yang berulang-ulang diselingi dengan pemulihan yang memadai seperti lari diselingi dengan jalan begitu pula renang cepat diselingi dengan renang lambat (Nala, 2002). Demikian juga dinyatakan Suherman (2008), pelatihan interval adalah suatu bentuk pelatihan yang diselingi oleh interval berupa istirahat. Beberapa faktor yang dipenuhi dalam menyusun pelatihan interval antara lain: lama pelatihan, beban pelatihan, ulangan pelatihan, masa istirahat setiap repetisi pelatihan (Harsono, 1993). Lamanya pelatihan dapat diartikan dalam jarak renang yang harus ditempuh, beban pelatihan dengan waktu menempuh jarak tersebut, ulangan pelatihan yang diartikan beberapa kali beberapa kali jarak harus ditempuh . sedangkan yang dimaksud dengan masa istirahat diantar setiap ulangan lari yang dilakukan secara istirahat aktif dengan cara jalan (Harsono, 1993). sedangkan Nala (2002) mengemukakan, ada beberapa persyaratan agar pelatihan interval bisa berhasil diantaranya lama kerja interval lebih dari 60 detik, intensitas 80100% dari kemampuan maksimum, repetisi dan set interval disesuaikan dengan kemampuan dan frekuensi latihan tiga kali seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu).
19
Beberapa keuntungan pelatihan interval antara lain, atlet belajar tentang tempo (pacing), menetapkan irama atau kecepatan per satuan waktu. Selama berlatih intervan atlet secara tidak langsung telah menerapkan ketrampilan atau bersaing. Serta secara fisiologis pelatihan interval merangsang perbaikan pengambilan oksigen (VO2 max) akibat adanya peningkatan densitas atau jumlah miokondria dalam sel otot (Nala, 2002). Manfaat lain yang bisa didapatkan dari pelatihan interval antara lain memberikan latihan yang baik bagi jantung dan juga otot, mengahasilkan sesuatu yang dikenal dengan istihah after training burn.Yaitu konsidi dimana setiap otot tetap melakukan pembakaran lemak. Gula dan sedikit protein meskipun aktivitas sudah berhenti. melalui pelatihan interval juga membantu menyingkirkan atlet dari tekanan pada tungkai dan paru yang pasti dirasakan ketika intensitas meningkat (Mamas, 2005).
2.7. Takaran Pelatihan Interval Pada Renang Takaran dalam dunia olahraga dipergunakan sebagai suatu ukurann untuk menentukan kuantitas dan kualitas pelatihan yang menjadi metode kepelatihan.penurunan waktu tempuh renang bergantung pada takaran pelatihan. Takaran pelatihan meliputih tipe aktifitas, intensitas, volume (repetisi, set, beban, interval istirahat), frekuensi lama pelatihan dan fase pelatihan yaitu pemanasan, peregangan dan pendinginan (Nala, 1988). Dalam penelitian ini takaran pelatihan kecepatan renang gaya bebas jarak 400 meter adalah sebagai berikut : 1. Intensitas Pelatihan Interval Pada Renang Intensitas merupakan ukuran terhadap aktivitas atau kerja yang dapat dilakukan dalam suatu kesatuan waktu. Kualitas suatu intensitas menyangkut kecepatan atau kekuatan suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya persentase dari kemampuan maksimalnya, makin kecil presentasenya disebut intensitasnya rendah, sedangkan persentase terbesar disebut intensitasnya
20
super maksimal. Tingkat intensitas ini dari yang rendah sampai yang tertinggi (Bompa, 1983) sebagai berikut: a. Intensitas rendah : 30-50% dari kemampuan maksimal b. Intermedium : 50-70% dari kemampuan maksimal c. Medium : 70-80% dari kemam,puan maksimal d. Submaksimal : 80-90% darikemampuan maksimal e. Maksimal : 90-100% dari kemampuan maksimal f. Supermaksimal :100-105% dari kemampuan maksimal Intensitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah submaksimal 80% dari kemampuan maksimal. 2. Volume Pelatihan Interval Volume pelatihan adalah merupakan ukuran kuantitatif berupa durasi atau lama waktu pelatihan jarak tempuh atau jumlah aktivitas, repetisi dan set,volume pelatihan merupakan jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan selama pelatihan yang menyangkut lamanya pelatihan, repetisi, set, dan frekwensi latihan (Nala, 2002). a. Lamanya latihan yang dinyatakan dalam minggu, bulan dan tahun. Pelatihan selama 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet atau orang coba (Pate, 1984). b. Repetisi merupakan jumlah ulangan yang menyangkut suatu beban. Jumlah ulangan adalah gerakan yang dilakukan dalam suatu kegiatan pelatihan. c. Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari suatu repetisi. Penggunaan set amatlah penting dalam meningkatkan kemampuan komponen biomotorik dan jumlah set dalam pelatihan kecepatan menggunakan dua puluh set, baik pada pelatihan kelompok -1 maupun pelatihan kelompok -2.
21
3. Frekuensi Pelatihan Frekuensi pelatihan adalah banyaknya pelatihan yang dilakukan setiap minggunya. Untuk menetapkan frekuensi pelatihan sangat tergantung dari jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan. Pelatihan anaerobic cukup membutuhkan tiga kali seminggu agar tidak terjadi kelelahan kronis, dengan lama pelatihan 6-8 minggu atau lebih (Sajoto, 1990). Penelitian ini memakai frekuensi tiga kali perminggu dengan lama latihan dua belas minggu.
2.8. Komponen Biomotorik Kecepatan (Renang) Kecepatan adalah kemampuan untuk berpinda atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik yang lainya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Nala, 1998). Kecepatan yaitu waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu (Depdikbud, 1989). Menurut Sajoto (1995) kecepatan adalah kemampuan seseorang mengerjakan gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama ada waktu yang seingkat-singkatnya. Gerakan anggota tubuh akan tidak dapat berfungsi maksimal tanpa didukung oleh komponen lainnya, oleh karena itu pelatihan untuk meningkatkan unsur kecepatan tanpa melibatkan komponen biomotorik akan sulit mencapai hasil yang maksimal. Untuk meningkatkan komponen biomotorik, kecepatan dapat ditempuh dengan jalan meningkatkan kekuatan dan daya ledak. Pada dasarnya kecepatan adalah kemampuan atlet melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam olahraga renang kecepatan dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh, daya tahan otot, waktu reaksi, agility (Nala, 1998). Nossek (1982), mengklasifikasikan pada tujuan aktivitasnya menjadi tiga macam kecepatan yaitu, kecepatan reaksi (reaction speed), kecepatan bergerak (speed of movement) dan kecepatan spint (sprinting speed). Kecepatan reaksi
22
adalah kecepatan menjawab suatu rangsangan dengan cepat. Rangsangan itu dapat berupa suara yang diterima oleh alat pendengaran dan dapat juga berupa sinar atau gerakan yang dapat memberi isyarat pada penglihatan. kecepatan bergerak dinyatakan non siklis. Kecepatan sprint adalah kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan cepat. Suharno (1993), mempertegas penentu ketiga macam kecepatan antara satu dengan yang lainnya sanggat berbeda. kecepatan sprint banyak ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian, sedangkan kecepatan reaksi ditentukan oleh susunan syaraf daya orientasi situasi, kemampuan otot berkontraksi dan ketajaman panca indra. Kecepatan bergerak ditentukan oleh kekuatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan dan keseimbangan. Bompa (1993) menyatakan, bahwa berdasarkan ruang lingkup aktivitasnya kecepatan dibedakan menjadi dua macam yaitu kecepatan umum (general speed) dan kecepatan khusus (special speed). Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang cepat. Persiapan fisik secara umum maupun secara khusus dapat memperbaiki kecepatan umum. Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu ketrampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus adalah khusus untuk tiap cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat dicapai secara umum. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus namun demikian perlu dicari bentuk pelatihan alternatifnya.
2.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Ada enam faktor yang mempengaruhi kecepatan. Faktor-faktor itu adalah heriditas, waktu reaksi, kemampuan untuk mengatasi hambatan eksternal, teknik, konsentrasi dan kemauan keras serta elasitas otot (Bompa, 1983).
23
1. Heriditas (keturunan) Faktor keturunan harus mendapat perhatian serius dalam pembinaan olahraga prestasi. Pelatihan kecepatan membutuhkan bakat alami yang ditentukan oleh komposisi seseorang agar bisa berprestasi di masa yang akan datang. Sifat otot rangka merupakan faktor pembatas terhadap potensi kecepatan yang dimilki seseorang, ini mencerminkan bahwa perbedaan susunan dan serabut otot yang dimiliki seseorang akan menyebabkan perbedaan potensi pengembangan kecepatan yang dimilikinya. Serabut otot cepat (otot putih) berkontraksi lebih cepat dibandingkan dengan otot serabut lambat (otot merah). Bompa (1983), mengatakan bahwa kapasitas kecepatan maksimal dibatasi oleh kecepatan intrinsic jaringan otot, dengan demikian didasarkan agar faktor hereditas menjadi suatu pertimbangan dalam menentukan seseorang untuk digodok dalam cabang olahraga yang sangat memerlukan kecepatan loncat. 2. Waktu reaksi Waktu reaksi adalah juga suatu ciri yang diturunkan merupakan waktu antara saat seseorang terangsang dengan suatu stimulus dan suatu reaksi otot merupakan gerakan pertama yang dilakukannya. Dilihat dari segi fiologi, waktu reaksi mempunyai 5 komponen yaitu munculnya stimulus pada tingkat reseptor, penyebaran stimulus ke CNS, teransmisi melalui lintasan syarat dan timbulnya isyarat efektor, transmisi isyarat CNS ke otot dan stimulus otot untuk melaksanakan kerja mekanis. hubungan antara kecepatan yang berulang-ulang juga member sumbangan kepadake cepatan. Semain kuat dan semakin cepat sinyal yang datang dari CNS merangsang otot tersebut, semakin kuat dan semakin cepatlah berkontraksi. Koordinasi gerakan-gerakan yang diwujudkan merupakan pergantian secara cepat antara kontraksi-kontraksi dalam otot yang diaktifkan, hal ini dipeoleh melalui proses pelatihan jangka panjang. waktu
24
reaksi harus dibedakan dengan waktu reflex. Waktu reflex merupakan tanggapan tak sadar terhadap suatu stimulus. 3. Kemampuan untuk mengatasi hambatan eksternal Dalam kebanyakan cabang olahraga power dan force merupakan faktor-faktor penentu dalam melakukan gerakan secepat mungkin. selama pelatihan atau kompotisi atletik, hambatan eksternal terhadap kecepatan gerak adalah dragforce dan hambatan air sewaktu berenang. 4. Teknik Teknik ikut menentukan kecepatan, frekuensi gerakan dan waktu reaksi seseorang. Oleh karena menguasai teknik maka pelaksanaan gerakan dengan muda dan mulus dilakukan. 5. Konsentrasi dan kemauan keras Kita ketahui bahwa daya tahan yang tinggi akan mempermuda pelaksanaan gerakan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kecepatan gerak dapat ditentukan bukan saja oleh mobilitas dan harmonisasi proses pengantara inplus,tetapi ditentukan juga frekuensi syarat, ketepatan rangsangan dan kekuatan konsentrasi (Fox, 1984). Oleh karena itu memasukan bagianbagian yang khusus untuk memancing timbulnya kemauan atlet, merupakan suatu keharusan dalam pelatihan kecepatan. secara umum teori motivasi mengatakan bahwa di dalam diri (internal). 6. Kebanggaan berprestasi Bila atlet bisa memenangkan perlombaan ia akan merasa bangga dan sangat senang. otot agonistic, merupakan hal yang penting untuk mencapai frekuensi gerak yang tinggi dan teknik yang cepat, selain itu keluesan persendian merupakan bagian penting dalam melakukan gerak dengan amplitude yang besar
25
7. Elastisitas otot Elastisitas otot dan kemampuan merelaksasi secara bergantian otot-otot agonistic, merupakan hal yang penting untuk mencapai frekuensi gerak yang tinggi dan teknik yang cepat, selain itu keluesan persendian merupakan bagian penting dalam melakukan gerak dengan amplitude yang besar.
2.10. Kecepatan Anggota Gerak Tubuh Saat Renang Kurnia (1987) berpendapat dengan latihan darat dan latihan air, seorang perenang biasa mempercepat proses dalam memcapai tujuan. Dalam latihan fisik ditekankan kepada pengembangan faktor-faktor kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya tahan, agilitas, kelentukan serta fakotor-faktor lain yang penting guna pengembangan fisik secara keseluruhan (general physical conditioning).Untuk cabang olahraga renang ada beberapa cara latihan di darat dan latihan di air digunakan untuk melatih kecepatan; 1. Renang interval 2. Renang cepat 3. Renang jarak jauh 4. Renang lengan pasif 5. Renang tungkai pasif Jadi yang digunakan untuk pelatihan fisik disini adalah renang interval yaitu model pelatihan baru untuk meningkatkan kecepatan berenang. Latihan isotonic yaitu bentuk latihan menggunakan beban dengan barbell atau dambel, dimana pada latihan ini terjadi gerakan anggota-anggota tubuh sebagai akibat dari otot-otot yang memendek memanjang. Model kontraksi seperti ini, sering disebut juga latihan kontraksi dinamis. Untuk cabang olahraga renang selain kecepatan juga diperlukan kekuatan.
26
Dalam penelitian ini dipakai latihan di air untuk meningkatkan atau mengembangkan daya tahan, kekuatan, agilitas, koordinasi dan kecepatan adalah renang gaya bebas Kurnia(1987). Kecepatan merupakan gerakan kombinasi antara aktivitas anaerobik dan aerobik baik untuk pelari, perenang, sepak bola dan lain-lain. Pelatihan komponen biomotorik kecepatan agar mencapai hasil semaksimal mungkin, hendaknya digabungkan dengan pelatihan komponen kekuatan, daya tahan umum, di waktu reaksi (Nala, 1998). Cara untuk melatih dan meningkatkan kecepatan dalam waktu yang singkat yaitu dengan jalan memperbaiki kemampuan kecepatan start (starting ability), memperbaiki waktu kecepatan Atau akselerasi berenang pelan, dilanjutkan dengan berenang secepat-cepatnya atau full speed, meningkatkan kekuatan kecepatan mengayun lengan, meningkatkan kekuatan kaki menyebabkan air kebawah melawan tahanan air supaya tubuh cepat melaju ke muka, memperbaiki daya tahan kecepatan untuk menunda kelelahan. George Detiman kutipan Nala (1998).
2.11. Aspek Biomekanik Pada Olahraga Renang Pada akhir-akhir ini dikemukakan kemajuan prestasi yang tercapai olahragawan renang, sering kali menjadi atribut para ahli renang dalam usaha mengaplikasikan konsep-konsep cara berlatih para perenang-perenang lainnya, terutama hal ini dikaitkan dengan bagaimana dapat membangkitkan tenaga dorong, agar perenang bergerak maju secara efesien. Beberapa pendapat mengatakan untuk mendapat untuk menambah daya dorong bergerak maju, hendaknya dapat menghindarkan bentuk-bentuk tahanan atau resistensi yang sekecil mungkin. Kurnia (1987), berpendapat bahwa tenaga yang berbentuk tenaga dorong paling efektif diperoleh dari daya angkat atau lift. Pada prinsipnya tenaga-tenaga tarikan atau Drag force selalu bergerak berlawanan dengan arah kemana benda bergerak maju. Tenaga daya angkat selalu mendorong dengan arah tegak lurus terhadap arah dari tenaga tarikan atau Drag fonce. Selain
27
teori daya angkat, olahraga renang juga banyak memanfaatkan hukum Newton III yang menghubungkan dengan gerakan yaitu ; dimana ada aksi akan berlawan dengan reaksi. Konsep propeller, tangan dan kaki perenang bisa melakukan aksi, seperti halnya beberapa rangkaian bilah baling-baling dengan arah dan hubungannya pada renang secara menyeluruh. Bila tahanan penghambat kurang dari tahanan kecepatan maka gerak gaya akan lebih efisien. Gerakan dalam dan sapuan ke atas, selanjutnya gerakan ke luar dan sapuan kebelakang. Ujung akan berperang penting sebagai bilah sepanjang melakukan sapuan ke bawah dan ke luar. Tangan berhubungan dengan sapuan ke bawah, ke luar dan ke belakang. Itu akan menyebabkan air membelok ke belakang melalui bagian bawah telapak tangan. Aliran air ke atas, ke dalam dan kebelakang ini menggambarkan tenaga tahanan atau tarikan (drag force), hasil tekanan tegak lurus di antara dan punggung tangan menyebabkan tenaga daya angkat dan dapat di gambarkan pada arah garis lurus. Tenaga tahanan menyebabkan tekanan tegak lurus diantara telapak tangan dan punggung tangan dan mendorong tenaga yang dihasilkan mendorong perenang maju kemuka.Tepi pergelangan tangan akan berperang penting seperti halnya sapuan atau ayunan ke atas pada akhir gerakan dibawah permukaan air, tahanan air terjadi pada arah menurun dengan tekanan tegak lurus di antara telapak tangan dan punggung dengan mendesak tenaga dan daya angkat tegak lurus atau ke arah muka, di mana tenaga ini mendorong perenang ke depan. Analisis gerakan di bawah air dari perenang kelas dunia, menunjukkan bahwa tangan dan kaki saling bergantian sepanjang fase dorongan. Setiap waktu tangan dan kaki bergantian arah dari air mengalir menyilang tangan dan kaki bergantian juga, namun aksi itu seperti baling-baling baru berputar ke dalam tidak terganggu air dimana tambahan tenaga daya akan dapat menghasilkan tenaga berupa gerakan terdahulu yang dikeluarkan sia-sia.
28
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan, salah satunya adalah kekuatan yang disebut pula dengan kekuatan kecepatan. Agar tungkai bisa melakukan gerakan dengan cepat, selain dari faktor-faktor yang diungkapkan di atas banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kecepatan gerakan tetapi belum seluruhnya bisa diungkap, namun demikian hampir semua ahli sependapat bahwa adanya faktor jenis dan macam otot tungkai yang berpengaruh terhadap kecepatan gerak Nossek (1982) Kecepatan kontraksi otot ditentukan oleh kecepatan motor unik dari salah satu serabut otot berkedutan cepat (Fast Twich Fiber). Sumosarjono (1995). Sererabut otot berkedutan cepat adalah lebih terang, cepat bergerak, cepat singkat yaitu selama 7,5 mA dimana disebut lebih banyak memiliki sistem energi anaerobik Rend (1987) menyatakan bahwa serat otot berkemampuan bertenaga besar dan bisa ditata dan dikembangkan apabila diberi pelatihan beban. Dan kecepatan otot berkontraksi yang dapat meningkatkan kekuatan maksimum (maximal force) adalah bergantung pada beban yang diberikan selama pelatihan. Klausen (1990), kecepatan jadi maksimal bila beban diberikan pada saat posisi otot beristirahat dan kecepatan menjadi menurun bila otot dipanjangkan atau dipendekkan. Untuk melakukan gerakan yang cepat dari anggota tubuh diperlukan beberapa persyaratan di antaranya unsur biomotorik kekuatan, kecepatan waktu reaksi, daya ledak dan daya tahan aerobic. Untuk meningkatkan unsur tersebut adalah dengan melakukan pelatihan dan pelatihan yang dipilih adalah pelatihan yang menggunakan beban dan pelatihannya dilakukan di darat. Ganong (1981) dan Nala (1998). Kecepatan merupakan laju gerakan otot baik itu bagi bagian-bagian tubuh maupun untuk seluruh tubuh. Yang pengukurannya adalah waktu yang terpendek yang dicapai untuk menempuh carak tertentu. Nala (1988).
29
Dari pengertian yang tertuang di atas, maka kecepatan gerak itu adalah laju gerakan anggota gerak dalam menempuh jarak tertentu dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, gerakan anggota badan ini akan semakin cepat apabila gerakan ini sudah dilatih secara teratur dan pelatihan yang dipilih adalah pelatihan renang gaya bebas.
2.12. Kecepatan Bila seseorang dapat bergerak cepat sesuai dengan potensi maksimalnya maka perlu dilakukan pelatihan. Bompa (1983). Orang yang kekuatannya lebih besar bisa bergerak lebih cepat dibandingkan orang yang lebih lemah (Berger, 1982). Pelatihan pembebanan meningkatkan peningkatan kekuatan sampai 100%, sebaliknya peningkatan kecepatan sangat terbatas sampai 20-30% yang disebabkan keterkaitannya dengan macam dan susunan otot. Susunan yang lebih banyak serat merah yang berkedutan lambat akan sukar mengembangkan kecepatannya dengan maksimal Nossek (1982). Bompa (1983) menyatakan siklus gerakan berulang yang konstan pada kecepatan yang tinggi akan menyebabkan kejadian proses pola otomatisasi saraf pada sistem saraf pusat. Dan pelatihan harus didahului dengan persyaratan sistem otot dan memperbaiki daya tahan otot dan metabolisme otot agar dicapai hasil penampakan yang lebih cepat dan kemudian disusul dengan menambah repetisi. Pelatihan kecepatan itu berprinsip bahwa otot itu harus berkontraksi secara berulang-ulang dengan secepatnya seperti pada pelatihan pliomotorik. Untuk pengembangan kecepatan di pergunakan metode sebagai berikut: a. Metode pengulangan b. Intensitas tinggi dengan irama yang meningkat c. Metode hambatan atau rintangan d. Metode speed barrier
30
Dari pengertian ini yang diterapkan pada penelitian adalah metode pengulangan (repetition) dan seberapa banyak pengulangannya sesuai dengan kemampuan awal. Menurut Fox and Bower (1992), prinsip pelatihan isokinetik sebagai berikut: 1. Frekuensi pelatihan antara 3-4 kali / minggu 2. Lama pelatihan paling sedikit enam minggu atau lebih 3. Gerakan dilakukan dalam pelatihan harus sesuai dengan cabang olahraga yang sesungguhnya. 4. Kecepatan pelatihan harus secepat atau cepat dari ketrampilan yang sesungguhnya. 5. Jumlah kontraksi maksimal setiap set antara 10-16 kali dengan pelatihan minimal lima set. Kesimpulan dari beberapa penelitian Fox (1984), adalah : Latihan isokinetik dengan kecepatan tinggi menghasilkan kenaikan kekuatan pada semua kecepatan gerak. Nala (1998), kekuatan otot diperlukan untuk mengerakan anggota tubuh, sedangkan daya tahan otot untuk menggerakkan anggota tubuh secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Komponen biomotorik kecepatan ini sangat erat kaitannya dengan komponen biomotorik kekuatan, kelincahan, koordinasi, dan daya tahan otot.
2.13. Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kecepatan Terjadi pertumbuhan dan peningkatan ukuran tubuh seperti berat badan dan tinggi badan, peningkatan ini mencapai puncak pada usia ± 25 tahun. Pada umur / usia seperti ini akan terjadi penurunan fisiologis, ventilasi puimunal akan mencapai puncak yang tertinggi pada usia 15 tahun untuk pria dan wanita dan 25 tahun untuk pria ventilasi pulmonal pria dan wanita menunjukkan awal perbedaan pada 15 tahun, dimana pria lebih cepat dari pada wanita, Hal ini disebabkan oleh selama masa pubertas dihasilkan hormone testosteron dalam jumlah yang cukup tinggi pada anak pria yang berkaitan pertumbuhan tulang rangka dan otot terutama tulang-tulang
31
rusuk, otot dada, otot besar akan mengalami peningkatan pertumbuhan yang sangat pesat. Pada anak pria proses itu dimulai pada anak umur 11 tahun dan pada puncaknya berumur 25 tahun, sedangkan wanita proses tersebut dimulai pada umur 11 tahun dan puncaknya berumur 15 tahun, Guyton dan Hall (2007). Dalam kaitannya dengan olahraga renang terdapat peerbedaan porsi latihan antara pria dan wanita berkaitan dengan usia /umur masing-masing tahun pada wanita pola latihan dengan beban sudah dapat dilakukan mulai usia 11 sampai puncak beban pada usia 15 tahun. Peningkatan kecepatan tidaklah terlalu drastie dan boleh dikatakan stabil dan sedikit mengalami penurunan. Halnya berbeda dengan pria, peningkatan kecepatan setelah umur 15 tahun masih mengalami peningkatan secara pesat. Oleh karena itu terdapat waktu yang lebih panjang untuk dapat mengeksploitasi kemampuan otot dengan pola latihan yang tepat. Penampilan puncak kecepatan bergerak dicapai pada usia 25 tahun. Sesudah itu tergantung pemeliharaan tubuh. Olahraga renang sangatlah memerlukan ketahanan khususnya kecepatan bergerak. Oleh karena itu kecepatan bergerak sangatlah menentunkan prestasi renang seorang atlet (Giriwijoyo, 2004).
2.14. Pengaruh Berat Badan dan Tinggi Badan Terhadap Kecepatan Ganong, (1981), menggungkapkan tentang ukuran antropometrik seseorang berkaitan dengan kualitas ukuran organ tubuh. Dalam takaran berat badan dan tinggi badan sangat berpengaruh terhadap kapasitas total paru dan ventilasi pulmonal akan memungkinkan efektifitas ventilasi alveoli menjadi meningkat. Dan akan mengakibatkan terjadi peningkatan suplai oksigen kedalam sel, sehingga berpengaruh terhadap penampilan seseorang. Proses ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung sistem kardiovaskular yang memadai. Seberapapun banyaknya suplai oksigen tidak akan pernah dapat dimanfaatkan. Dilihat dari ukuran badan baik tinggi maupun berat semakin tinggi dan semakin berat seseorang akan menunjukkan ukuran
32
rangka tubuh dan otot. Dengan demikian panjang rangka tubuh dan semakin besar diameter otot akan berpengaruh olahraga terhadap penampilan. Dan kaitannya dengan olahraga renang berat badan dan tinggi badan sangatlah menentukan kecepatan dan daya tahan. Dalam hal ini ukuran tubuh yang tidak ideal (kelebihan berat badan) akan memperbesar gaya gravitasi karena daya berat yang ditimbulkan oleh berat badan tubuh searah dengan gaya gravitasi bumi. Oleh karena itu akan energi yang lebih besar untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh dipermukaan air. Sedangkan tinggi badan berkorelasi dengan panjang serabut otot dan besar kecilnya diameter otot. Semakin tinggi badan atlet maka serabut otot semakin besar. Hal ini berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan kontraksi otot. Kombinasi dari pada kekuatan dan daya tahan otot dengan gaya berat akan menentukan prestasi atlet. dalam hal ini prestasi olahraga renang bertanding lurus dengan kekuatan kontraksi dengan daya tahan otot dan bertanding terbalik dengan gaya berat kebawah yang ditimbulkan dengan berat badan dan gaya gravitasi bumi (Giriwijoyo, 2004).
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka, yang diuraikan dalam bab sebelumnya maka dapat dibuat jalan suatu kerangka berpikir sebagai berikut; faktor kecepatan merupakan kebutuhan utama dalam renang gaya bebas jarak 400 meter. Kecepatan renang dapat ditingkatkan melalui latihan renang yang teratur, terarah dan berkelanjutan. Kecepatan diukur dengan cara mengambil jarak yang ditempuh dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut (meter per menit). Renang gaya bebas jarak 400 meter adalah menggunakan teknik renang gaya bebas dengan kecepatan penuh sejauh 400 meter. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan renang antara lain : Interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Misalnya lari -istirahat-lari-istirahat -lagi-istirahat. Interval training untuk daya tahan aerobik intensitas larinya biasanya rendah sampai medium, sekitar 60-70 % dari kemampuan maksimal atlet. Ada beberapa faktor yang harus di penuhi dalam menyusun interval training yaitu : 1). Lamanya latihan (jarak lari atau renang). 2). Beban atau intensitas latihan (kecepatan lari), 3). Ulangan (repetition) lari. 4). Masa istirahat (recovery interval) setelah repetisi latihan. Kemudian menurut Umar Nawawi, (2008). VO2 Max disebut juga sebagai kapasitas maksimal aerobik, adalah kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen secara maksimal per menit Tinggi rendahnya VO2 Max seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kemampuan jantung yang berfungsi memompa darah
33
34
ke seluruh tubuh, kemampuan paru-paru yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar, kualitas darah (hemoglobin) yang berfungsi mengikat oksigen dan dibawa ke seluruh sel, pembuluh darah yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh, dan kemampuan otot rangka yang akan memakai oksigen untuk proses metabolisme (oksidasi), sehingga menghasilkan energi yang banyak untuk menunjang aktivitas fisik yang lama Hendratno (2008). Penelitian ini mempergunakan dua tipe latihan yaitu : Latihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter dan latihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter. Kedua model latihan akan dilaksanakan dengan intensitas 90% dari kemampuan maksimal, frekuensi tiga kali seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu) Selama enam minggu. Salah satu keuntungan latihan interval adalah anak dapat belajar tentang tempo, menetapkan panjang jangkauan atau kecepatan kayuhan lengan persatuan waktu. Selain itu secara fisiologis latihan interval merangsang perbaikan pengambilan oksigen maksimal (VO2 max) akibat adanya peningkatan densitas atau jumlah mitokondria dalam sel otot. Secara mental anak mampu berpenampilan lebih aktif dan menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi selama latihan.
3.2 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep dibuat dalam bentuk gambar bagan sebagai berikut:
35
Pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter 16 repetisi 10 set Pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter 8 repetisi 10 set
Faktor eksternal
Faktor Internal Umur Jenis kelamin Berat badan Indeks massa tubuh Denyut nadi
Q
Suhu kelembaban Udara permukaan Suhu dalam air
1. Kecepatan waktu tempuh renang gaya bebas 2. Jarak tempuh renang gaya bebas 400 meter
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter 16 repetisi 10 set lebih baik dari pada pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter 8 repetisi 10 set dalam meningkatkan kecepatan renang gaya bebas jarak 400 meter perenang Hiu Kupang Swimming Klup Kota Kupang.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Design Randomized PreTest and Post Test Group (Pocock, 2008,Bakta, 1999).
P
R
O1
P1
O2
O3
P2
O4
S
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Skema Penelitian Keterangan P
= Populasi
R
= Randomisasi
S
= Sampel
O1 =Pengukuran kecepatan renang gaya bebas Kelompok -1 sebelum melakukan Pelatihan. O2 = Pengukuran kecepatan renang gaya bebas Kelompok-1 sesudah melakukan Pelatihan. O3 = Pengukuran kecepatan renang gaya bebas Kelompok-2 sebelum melakukan Pelatihan O4 = Pengukuran kecepatan renang gaya bebas Kelompok -2 sesudah melakukan Pelatihan. P1 = Perlakuan -1 (Pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter) P2 = Perlakuan -2 (Perlakuan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter)
36
37
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kolam renang Wira Sakti Fontein Kota Kupang.
4.2.2
Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari tanggal 05 Maret 2015 sampai dengan 16 April 2015.
Dilaksanakan dari persiapan sampai ujian tes pengambilan data. Lama pelatihannya berlangsung selama enam minggu, dilakukan seminggu tiga kali pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, mulai pukul 15.00 sampai pukul 17.00 Wita.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1
Populasi Populasi penelitian ini perenang putra-putri Hiu Kupang Swimming Klub yang selalu
mengikuti perlombaan-perlombaan renang tingkat SMA-SMK Sekota Kupang, sejumlah 40 orang. 4.3.2
Sampel Pengambilan sampel dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dengan kriteria yang ditetapkan untuk dapat dipilih sebagai sampel adalah siswa-siswi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi Yang dimaksud dengan sampel penelitian dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Jenis Kelamin (putra-putri) b. Usia 16-19 Tahun
38
c. Tinggi Badan 150-165 cm d. Berat Badan 35-40 kg e. Berbadan Sehat f. Bersedia Mengikuti Pelatihan 2. Kriteria Eksklusi Yang dimaksud dengan kriteria sampel eksklusi siswa-siswi yang berdomisili di luar Kota Kupang tetapi berstudi di Kota Kupang. 3. Kriteria Drop Out Kriteria Drop Out yang ditetapkan : a. Tidak hadir 2-3 saat tes awal renang gaya bebas b. Sakit saat tes awal renang gaya bebas c. Cedera saat tes awal renang gaya bebas d. Menarik diri dari subjek penelitian 4.3.3
Besarnya Sampel Besar sampel ditentukan berdasarkan studi pendahuluan dengan menggunakan rerata
kecepatan renang 50 meter 1 = 1,13 m/dtk, kecepatan didapatkan = 0,1229 m/dtk. Rerata setelah mendapat pelatihan 2 = 1, 13-0,23 = 0,9 m/dtk. Data yang diperoleh disubstitusikan dalam rumus Pocock (2008), yaitu : n
2 2 xf , 2 1 2
39 2 2
f 2 1 2 2 2 0,1229 f 0,9 1,132 n
2 0,0151
0,232
10,5
0,0302 10,5 0,0510 0,5709 10,5 5,994
6 orang
Keterangan n
= Besar Sampel
α
= Batas kemaknaan diambil 5% atau 0,05
Q
= kecepatan didapatkan 0,1229
µ1
= 1,13 m/dtk (rerata sebelum perlakuan)
µ2
= 1,36 m/dtk (harapan peningkatan 20%)
f ( , ) 10,5( dari table value of f ( , ) Jumlah sampel dari hasil perhitungan didapatkan 5,994, dibulatkan menjadi 6 orang Untuk mengantisipasi sampel Drop Out, maka jumlah sampel ditambah 20%. Sehingga jumlah sampel menjadi n = 6 + 1, 2 = 7,2 dibulatkan menjadi n= 8 orang. Jadi jumlah sampel untuk kedua kelompok adalah 8 x 2 = 16 orang. 4.3.4
Teknik Penentuan Sampel Teknik Pengambilan sampel dengan cara sebagai berikut:
1. Dari populasi perenang putra –putri Hiu Kupang Swimming Klub sebanyak 40 orang, diadakan pemilihan sejumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi.
40
2. Sejumlah sampel yang sudah terpilih melewati kriteria inklusi kemudian dipilih secara random untuk mendapatkan sejumlah 16 sampel. 3. Melakukan pembagian kelompok sebanyak dan kelompok masing-masing kelompok berjumlah 8 orang dengan random alokasi memakai teknik simple random. Dilanjutkan dengan pembagian kelompok -1 diberikan (teknik undian) nomor 1 dan 2 pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter dan kelompok -2 diberikan pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter
4.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini, dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter dan 16 X 25 meter. b. Variabel tergantung (Dependent variable) adalah kecepatan renang gaya bebas 400 meter. c. Variabel kendali, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. d. Variabel rambang meliputi suhu lingkungan, kelembaban, dan suhu air kolam renang.
4.5 Definisi Operasional variabel a. Kecepatan renang gaya bebas jarak 400 meter adalah hasil yang diperoleh dari pembagian antara jarak yang ditempuh dengan waktu tempuh pada renang gaya bebas. Pengukuran dilakukan dengan melakukan pengukuran waktu tempuh pada renang tes renang bolak-balik sejauh 400 meter. Kecepatan renang diketahui meningkat jika terjadi pelatihan waktu tempuh.
41
b. Pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter adalah suatu pelatihan renang yang mempergunakan teknik renang gaya bebas dengan berenang secepat-cepatnya menempuh jarak 12,5 meter diselingi dengan renang lambat 12,5 meter. Renang cepat dan renang lambat dilakukan 16 kali sebanyak 10 set, istirahat antara set satu menit, lama pelatihan enam minggu dengan frekuensi tiga kali per-minggu. 1. Intensitas pelatihan : 80% (sub maksimal) 2. Volume / jarak : 400 meter 3. Repetisi : 16 repetisi 4. Istirahat antara set :1 menit disesuaikan dengan tercapainya denyut nadi 120-130 menit. 5. Frekuensi pelatihan : tiga kali seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu) 6. Lama pelatihan : enam minggu Untuk lebih jelasnya desain pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter diilustrasikan seperti dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Pelatihan renang gaya bebas interval 32 X 12,5 meter R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m 12,5 m
42
Karena panjang kolam renang 25 meter dan lebar kolam renang 12,5 meter yang dipergunakan 12,5 meter maka setiap menempuh jarak 12,5 meter orang coba akan bolak-balik arah sampai enam belas kali. c. Pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter 8 repetisi 10 set adalah suatu pelatihan renang yang mempergunakan teknik renang gaya bebas berenang secepat-cepatnya menempuh jarak 400 meter diselingi dengan renang gaya bebas lambat 25 meter, renang cepat dan lambat dilakukan selama 8 kali sebanyak 10 set, istirahat antar setiap set satu sampai dua menit, lama latihan enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu). 1. Intensitas pelatihan : 80% (sub maksimal) 2. Volume / jarak : 400 meter 3. Repetisi : 8 repetisi 4. Istirahat antara set : 1 samapai dengan dua menit disesuaikan dengan tercapainya denyut nadi 120-130 menit. 5. Frekuensi pelatihan : tiga kali seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu) 6. Lama pelatihan : 6 minggu Untuk lebih jelasnya desain pelatihan renang gaya bebas cepat interval 16 X 25 meter diselingi renang gaya bebas lambat seperti Tabel 4.2. sebagai berikut
43
Tabel 4.2. Pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat R cepat R lambat 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m 25 m
Karena panjang kolam renang 25 meter dan lebar kolam renang 12,5 meter yang dipergunakan 12,5 meter maka setiap menempuh jarak 400 meter orang coba akan bolak-balik arah sampai delapan kali a. Umur Umur orang coba dalam penelitian ini adalah 16-19 tahun yang disesuaikan data dari akte kelahiran. b. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah jenis kelamin subjek putra-putri yang tercatat dalam variabel kelahiran dan ijazah. c. Berat badan. Berat badan adalah berat subjek putra-putrid yang diukur dengan timbangan berat badan elektronik dan berstandar dengan tingkat ketelitian 0,01 kg, subjek diukur sebelum dan sesudah perlakuan dan hanya menggunakan pakaian renang. d. Tinggi badan Tinggi badan adalah tinggi badan yang diukur dengan antropometer dengan ketelitian 0,01 cm. subjek berdiri tegak membelakangi alat dan pandangan lurus ke depan. Panjang diukur dari lantai tempat berpijak sampai dengan ubun-ubun (vertex) subjek dalam posisi sikap bersiap.
44
e. Suhu udara tempat penelitian : Suhu udara kering adalah suhu rata-rata yang diukur setiap waktu penelitian dengan alat thermometer dengan ketelitian 0,1 0 C. Suhu dalam air adalah suhu air dengan satuan derajat Celsius, dengan cara alat atau thermometer dimasukkan kedalam air dengan kedalaman 150 cm dari permukaan air dengan waktu yang diambil selama tiga menit dan hasilnya dicatat. Suhu kelembaban udara relatif presentase uap dan air dalam udara yang diukur menggunakan alat hygrometer dengan ketelitian 1 %.
4.6 Prosedur Penelitian 4.6.1
Persiapan Penelitian
1. Tahapan persiapan sebelum pelatihan meliputi: 1) Pengukuran awal 2) Pelaksanaan pelatihan hari penelitian 3) Pelaksanaan pada setiap hari pelatihan 2. Meminta persetujuan penelitian kepada kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Kupang dan koordinasi dengan kepala-kepala sekolah masing-masing serta pelatih renang. 3. Mengambil biodata subjek atau orang coba, dilanjutkan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan. 4. Membuat kesempatan jadwal penelitian sehingga tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran di sekolah
45
5. Menjelaskan kepada subjek atau orang coba tempat, waktu dan hari pelatihan yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Pukul 15,00 sampai dengan pukul 17.00 wita 6. Menyiapkan alat ukur yang baku dan punya ketelitian ilmiah. 7. Melakukan uji coba tempat pelatihan penelitian. 4.6.2
Studi pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan sebelum menentukan rumus jumlah umur sampel
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian pendahuluan adalah: 1. Melakukan pengukuran pada beberapa variabel seperti umur, berat badan, tinggi badan dan waktu tempuh perenang gaya bebas 400 meter. 2. Mengolah hasil penelitian pendahuluan untuk menentukan besar sampel dalam penelitian selanjutnya. 4.6.3
Tahap pemilihan dan penentuan sampel Proses pemilihan dan penentuan sampel:
1. Semua sampel atau orang coba yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan diberikan nomor yang berbeda 2. Dilanjutkan dengan pemilihan sampel atau orang coba sesuai hasil perhitungan. 3. Pembagian kelompok disesuaikan dengan hasil perhitungan dan dibagi menjadi 2 kelompok, dengan nomor acak yaitu yang mendapat perhitungan nomor 1 dikelompokkan 1 kelompok dan yang mendapat perhitungan nomor 2 dikelompokkan dalam 1 kelompok. Masing –masing kelompok berjumlah 8 orang
46
4.6.4
Tahap pelaksanaan penelitian Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Memberikan penjelasan kepada orang coba atau subjek tentang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal penelitian, pelaksanaan penelitian dan hak-hak orang coba pada pelaksanaan penelitian. 2. Mengukur suhu lingkungan, kelembaban udara, dan suhu dalam air pada Suhu nol celsius. 3. Orang coba atau subjek hadir lebih awal 10-15 menit di tempat penelitian dengan waktu yang sudah ditetapkan yaitu pada pukul 15.00-17.00, Wita. Sebelum pelatihan dimulai. Coba melakukan pengukuran awal istirahat 10 menit mengukur denyut nadi. Orang coba dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan kelompok perhitungan langkahnya masing-masing. Orang coba melakukan pemanasan darat 10 menit dan pemanasan air 10 menit. Mengukur waktu tempuh tes awal (sebelum pelatihan) dengan berenang gaya bebas secepat-cepatnya sejauh 100 meter kedua kelompok melakukan pencatatan Satuan waktu perdetik. Penetapan hari –-hari pelatihan (selasa, kamis, dan sabtu) selama enam minggu. Lintasan yang digunakan dalam pelatihan ini empat lintasan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok -1 interval (32 X 12,5 meter) kelompok -2 interval (16 X 25 meter). Interval waktu perset satu sampai dua detik perlakuan yang sama pada kelompok orang coba interval (32 X 12,5 meter) dan pada kelompok orang coba interval (16 X 25 meter) setelah pelatihan enam minggu dilakukan tes akhir pada orang coba dengan satuan waktu perdetik.
47
4.7 Alat Pengumpulan Data Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Stop watch digital merek Seiko untuk pengetesan dan pada pelaksanaan Penelitian waktu pemanasan (warming up), pelatihan inti dan pendinginan (cooling down).
2.
Antropometer super buatan Jepang alat untuk mengukur tinggi badan dalam Satuan centimeter dengan bilangan decimal satu angkat di belakang koma.
3.
Timbangan berat badan kilogram merekTakida buatan Jepang untuk mengukur berat badan dalam satuan kilogram dengan bilangan desimal satu angka di belakang koma.
4.
Jam dinding merek Seiko buatan Jepang untuk menentukan waktu interval saat latihan.
5.
Higrometer elektronik merek Extech di pakai untuk mengukur kelembaban lative suhu udara, dengan ketelitian 1%.
6.
Alat tulis menulis untuk mencatat
7.
Alat dokumentasi untuk merekam jalannya penelitian.
8.
Nomor dada
9.
Kolam renang dengan ukuran 25 X 12,5 meter persegi di lintasan kolam renang Kencana Wira Sakti Fontein Kota Kupang.
10. Meteran logam merek Stanley buatan USA dengan batas ukuran Dua belas meter yang dipakai untuk mengukur panjang lintasan kolam renang. Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang dan lebar dengan menarik garis lurus pada pinggir kolam renang, ketelitian nol koma nol satu meter.
48
11. Meteran logam merek Stanley buatan USA dengan batas ukuran Dua belas meter yang dipakai untuk mengukur panjang lintasan kolam renang Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang dan lebar dengan menarik garis lurus pada pinggir kolam renang, ketelitian nol koma nol satu meter.
4.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut. (1) Statistik Deskriptif yang meliputi rerata, simpang baku untuk data umur, data tinggi badan, data berat badan. (2) Statistik Deskriptif yang meliputi rerata, simpang baku, maksimum, minimum untuk data suhu air, kelembaban dan kecepatan angin. (3) Uji Normalitas data kecepatan renang jarak 400 meter gaya bebas sebelum dan sesudah perlakuan dengan Saphiro Wilk Test (4) Uji homogenitas data dengan levene’s test (5) Uji komparasi data kecepatan renang jarak 400 meter gaya bebas setelah perlakuan pada masing-masing kelompok perlakuan dengan menggunakan uji independen tes
49
4.9 Alur Penelitian Populasi
Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi Sampel ( n = 16 )
Kelompok 1 pelatihan renang gaya bebas interval 32 x 12,5 m
Kelompok 2 pelatihan renang gaya bebas interval 16 x 25 m
Kelompok 1 tes awal
Kelompok 2 tes awal
Perlakuan 1pelatihan, renang gaya bebas interval 32 x12,5 meter
Perlakuan 2 pelatihan renang gaya bebas interval 16x25 meter
Kelompok 1 tes akhir
Kelompok 2 tes akhir Analisis Data
Penyusunan Laporan
Gambar 4.5. Bagan rancangan penelitian pre tes dan pos tes
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 16 orang perenang putra-putri Klub Hiu Kota Kupang. Karakteristik subjek terdiri dari : umur, tinggi badan, berat badan, IMT dan kebugaran fisik seperti yang disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Data karakteristik subjek penelitian pada Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (interval 16 x 25)
Karakteristik
Kelompok 1 Kelompok 2 (Interval 32 x 12,5) (Interval 16 x 25) n Rerata SB Rerata SB
Umur (th)
8 16,87 0,83 16,87 0,83
Tinggi badan (cm)
8
160
14,07
156
4,24
Berat badan (kg)
8
45,37
3,96
46,62
4,20
IMT (kg/m²)
8
17,75
2,92
19,50
2,37
,
Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa data karakteristik subjek penelitian Kelompok 1 (Interval 32 X 12,5 meter), rerata umur 16,87 ± 0,83 th, rerata tinggi badan 1,60±14,07cm, rerata berat badan 45,37±3,96kg, sedangkan pada Kelompok 2 (Interval 16 X 25 m) rerata umur 16,87 ± 0,83th, rerata tinggi badan 156 ± 4,24cm, berat badan 46,62±4,20kg.
50
51
5.2 Lingkungan Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kolam Renang Wira Sakti Fontein Kota Kupang pada hari Selasa, Kamis, Sabtu terhitung dari pukul 16.00-17.30 Wita. Data lingkungan penelitian yang dicatat pada waktu penelitian diantaranya adalah suhu air, suhu lingkungan dan kelembaban relatif udara. Data lingkungan diukur sebanyak hasilnya tampak seperti tabel dibawah ini. Tabel 5.2 Data Diskriptif Suhu Air, Kelembaban dan Lingkungan Pelatihan pada Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (interval 16 x 25) Keadaan Lingkungan Suhu air (ºC) Kelembaban (%) Kecepatan angin (km/jam)
n
Rerata 27,03 85,46
6,08
SB
Maksimum
Minimum
8,47 4,58 4,26
28,30 78,00 12.00
26,30 89,30 2,60
Dari Tabel 5.2 menunjukkan data karakteristik lingkungan penelitian di Kolam Renang Wirasakti Fontein Kota Kupang diperoleh rerata suhu air 28,30+26,30 0C.
5.3 Uji Normalitas Salah satu syarat guna menentukan uji statistik yang digunakan maka perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data kecepatan pada kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk Test, untuk semua variabel yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini.
52
Tabel 5.3 Data Uji Normalitas kecepatan renang gaya bebas pada kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (Interval 16 x 25) Dengan Shapiro-Wilk Tes Sebelum Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) Kelompok 2 (Interval 16 x 25)
Sesudah
n 8
Rerata 16,84
SB 1,13
8
15,94
0,97
P 0,353 0,152
Rerata 8,46
SB 4,733
p 0,669
9,03
1,19
0,108
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk Test. kecepatan renang sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok menunjukan bahwa kedua hasil pengujian berdeda bermakna
5.4 Uji Homogenitas Untuk mengetahui varians data kelompok interval 32 X 12,5 dan kelompok interval 16 X 25 maka perlu dilakukan uji homogenitas diperoleh hasil seperti Tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4 Data Uji Homogenitas kecepatan renang gaya bebas pada kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (Interval 16 x 25) Dengan Levene’s Tes Test of Homogenity of Variances Sebelum
Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) Kelompok 2 (Interval 16 x 25)
Sesudah
n
Rerata
SB
P
Rerata
SB
8
17,063
1,085
0,907
8,678
0,990
8
15,753
1,017
0,907
8,758
1,187
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan Levene’s-Test kedua kelompok kecepatan renang gaya bebas menunjukan nilai p > 0,05, berarti data kecepatan renang homogen.
53
5.5 Uji Independent tes Tabel 5.5 Hasil Uji perbedaan kecepatan waktu tempuh renang gaya bebas sebelum dan Sesudah Pelatihan Antar kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (Interval 16 x 25) Dengan Uji t-Independent
n Sesudah
8
Kelompok1 Interval 32 x12.5
SB
8,46
0,97
Kelompok2 Interval 16 x 25 08,97
SB 01,10
p 0,343
Pelatihan Hasil uji independen tes kecepatan waktu tempuh renang kelompok 1 dan 2 sesudah pelatihan sama-sama peningkatan dengan nilai p > 0,05. 5.6 Pemahasan 5.6.1
Karakteristik Subjek Penelitian Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 orang yang terdiri dari kelompok
1 (interval 32 X 12,5 m) sebanyak 8 orang dan kelompok 2 (interval 16 X 25 m) sebanyak 8 orang. Sampel merupakan anggota Hiu Kupang Swimming Klub. Rerata umur pada kelompok 1 (interval 32 X 12,5 m) 16,87 ± 0,83 dan kelompok 2 (interval 16 X 25 m) 16,87 ± 0,83 th. Rerata tinggi badan pada kelompok I (interval 32 X 12,5m) adalah 1,60, ±4,24 m dan kelompok 2 (interval 16 X 25 m) adalah 1,56±14,07 m. Rerata berat badan kelompok 1 (interval 32 X 12,5m) adalah 45,37±3,96 kg dan kelompok 2 (interval 16 X 25m) adalah 46,62 ±4,20 kg. Dari perhitungan tinggi badan dan berat badan di peroleh indeks massa tubuh berdasarkan IMT pada kedua kelompok maka subjek penelitian berada pada kategori normal. Nilai kebugaran fisik subjek penelitian ini berkisar antara nilai rerata pada kelompok-1=17,75 dan nilai rerata kelompok -2=19,50 dari hasil uji homogenitas menunjukkan kebugaran fisik kedua kelompok
54
homogen (p > 0,05). Nilai tersebut dalam kategori kebugaran fisik sedang (Surayin, 1988). Subjek yang memiliki kebugaran sedang diasumsi mampu melakukan pelatihan yang diterapkan. 5.6.2
Karakteristik Lingkungan penelitian Proses pelatihan dilaksanakan di kolam renang Wira Sakti Fontein Kota Kupang-NTT
pada pukul 15.00-17.00 Wita secara berturut-turut selama enam minggu (18 kali). Pada Minggu I rerata suhu udara 26,4±km/jam dan kelembaban relatif berada pada rerata 89,3%± dengan kecepatan angin pada rerata 3,3oC± km/jam. Pada Minggu II suhu udara dengan rerata 26,60C±, rerata kelembaban relatif dengan rerata 88,6%± dan rerata kecepatan angin 3± km/jam, Pada Minggu III rerata suhu udara 26,3oC±, kelembaban relatif 88%± dan kecepatan angin 6± km/jam. Pada Minggu IV rerata suhu udara antara 26,7oC±, rerata kelembaban relatif antara 87,3%± dan rerata kecepatan angin 4,6± km/jam. Pada Minggu ke V rerata suhu udara antara 27,9oC±, rerata kelembaban relatif 81,6%± dan rerata kecepatan angin 11± km/jam. Pada Minggu ke VI rerata suhu udara antara 28,3 oC±, rerata kelembaban relatif 78%± dan rerata kecepatan angin antara 12 ±km/jam, Pada Minggu VII rerata suhu udara berkisar antara 28,3oC±, rerata kelembaban relatif antara 82,5%± dan rerata kecepatan angin 4,6± km/jam. Sedangkan pada minggu ke VIII rerata suhu udara 27,2oC±, rerata kelembaban relatif 81,3%± dan kecepatan angin dengan rerata 10,3± km/jam. Berdasarkan data keadaan lingkungan tempat pelatihan berlangsung masih dalam batas nyaman. Daerah yang nyaman bagi orang Indonesia untuk melakukan aktivitas pelatihan adalah kelembaban relatif yang berkisar antara 70-80% (Manuaba, 1998). Dengan demikian subjek penelitian sudah terbiasa dengan lingkungan tempat pelatihan. Lingkungan yang nyaman akan berdampak mengurangi beban bagi tubuh dan mengurangi pengeluaran keringat berlebihan sehingga subjek dapat melakukan pelatihan dengan baik. Temperatur air kolam 27 OC terhadap pelatihan.
55
5.6.3
Efek Pelatihan terhadap Kemampuan Kecepatan Renang Berdasarkan hasil pengolahan data dan distribusi varian data pada kedua kelompok
diperoleh hasil temuan yang perlu diperhatikan. Secara keseluruhan kelompok 1 (interval 32 X 12,5 m) menunjukkan skor rata-rata kecepatan waktu tempuh yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok 2 (interval 16 X 25 m). Uji kebermaknaan rata-rata perolehan hasil distribusi data pada kelompok 1 (interval 32 X 12,5 m) memilik nilai rerata = 16,84 dengan nilai minimum = 1,13 dan nilai maksimum = 4,733. sedangkan pada kelompok 2 (interval 16 X 25 m) memiliki nilai rerata = 15,94 dengan nilai minimum = 0,97 dan nilai maksimum = 1,19 dengan nilai p = 0,152. Dengan demikian, Secara keseluruhan kelompok 1 (interval 32 x 12,5 m) menunjukkan skor rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok 2 (interval 16 X 25 m). Seseorang yang memiliki kecepatan interval yang baik dimana kemampuan kecepatan interval sangat mempengaruhi penguasaan keterampilan gerak seseorang dalam renang (pate et al, 1984), Hal itu merupakan indikasi, bahwa seseorang yang memiliki kecepatan interval yang baik merupakan modal awal yang baik dalam aktivitas gerak yang dilakukan khususnya dalam penelitian ini adalah kecepatan. Oleh karena itu distribusi data hasil interval kecepatan renang sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan Levene’s-Test kedua kelompok kecepatan renang gaya bebas menunjukkan nilai p > 0,05, berarti data kecepatan renang homogen Rerata perbedaan waktu tempuh kecepatan renang diukur sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok 1 (interval 32 X 12,5 m) dan kelompok 2 (interval 16 X 25 m) dilakukan Hasil uji independen tes kecepatan waktu tempuh renang kelompok 1 dan 2 sesudah pelatihan sama-sama peningkatan dengan nilai p > 0,05.
56
Secara umum tubuh akan memberi reaksi serta perubahan bila melakukan kegiatan fisik yang cukup berat termasuk pelatihan renang misalnya peningkatan denyut nadi, frekuensi pernapasan permenit, konsentrasi oksigen, suhu tubuh dan produksi keringat perubahan ini bersifat sementara dan akan menghilang setelah kegiatan fisik berakhir. Selain terjadi perubahan sesaat, tubuh juga mengalami perubahan yang terjadi pada otot, system kardiovaskular, sistem pernapasan dan kebugaran fisik. Perubahan permanen pada otot antara lain: (1) perubaha anatomis otot berupa myofibril, peningkatan jumlah total protein kontraktil khususnya myosin, peningkatan kepadatan pembuluh kapiler, peningkatan kualitas jaringan penghubung tendo dan ligament. (2) perubahan biokimia berupa konsetrasi kreati meningkat konsentrasi keratin phosphat meningkat konsentrasi ATP meningkat, konsentrasi glikogen meningkat, aktivitas enzim glikolisis meningkat (Ganong, 1981). Bila otot diberi pelatihan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelatihan, otot akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada unit motorik (saraf dan otot), kontraksi otot antagonis, sinkronisasi dan sebagainya. Adaptasi neural dan saraf akan meningkatkan kegiatan dan memperbaiki koordinasi. Bila tipe dan takarannya tepat akan berdampak sangat menguntungkan bagi atlet. Gerakan yang dilakukan oleh atlet terlatih akan tampak lebih mantap dan anggun seolah-olah tanpa beban (Nala, 2002). Dampak dari pelatihan yang diberikan, memberi manfaat yang lebih baik pada kedua kelompok perlakuan intensif terhadap kemampuan dinamis aerobik dalam olahraga renang gaya bebas. 5.6.4
Kelemahan Penelitian Ada beberapa kelemahan dan keterbatasan pada penelitian yang sulit untuk dikontrol atau
dikendalikan yang dapat memberi pengaruh pada hasil penelitian seperti:
57
1. Motivasi dan kondisi psikis subjek tidak dilakukan kontrol selama latihan maupun diluar pelatihan. 2. Tidak dilakukan kontrol terhadap aktivitas fisik lainnya, pada subjek dan tingkat kebugaran fisik. 3. Tipe pelatihan yang cukup pada kategori umur 4. Intensitas pelatihan tidak ada intensitas pelatihan sehingga ada indikasi efek pelatihan dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut sebagai variable perancu.
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan Berdasarkan kajian pustaka dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: Pelatihan renang gaya bebas interval 16 X 25 meter delapan repetisi 10 set dan pelatihan 32 X 12,5 meter 16 repetisi 10 set (tidak berbeda bermakna) samasama meningkatkan kecepatan renang gaya bebas jarak 400 meter siswa perenang Hiu Kupang Swimming Klub Kota Kupang.
6.2 Saran Ada beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kedua metode pelatihan interval ini dapat digunakan dalam meningkatkan kecepatan renang gaya bebas 400 meter dengan takaran jarak bawah, jarak sasaranya. 2.
pelatihan interval tersebut terbukti meningkatkan kecepatan renang gaya bebas 400 meter. Untuk itu diharapkan kepada pelatih, guru olahraga dan atlet renang jarak 400 meter menggunakan pelatihan interval 16 X 25 meter pelatihan interval 32 X 12,5 meter.
3. Untuk dapat menghasilkan peningkatan kecepatan renang yang lebih baik dari hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengunakan sampel yang lebih banyak dan variabel tipe pelatihan yang lebih banyak serta waktu pelatihan yang lebih ditingkatkan.
58
59
DAFTAR PUSTAKA Anonim,2008. Berenang. Available at: http:///id.wikipedia.org/wiki/berenang. Accessed April 26,2010 Anonim, 1997. Penilaian Kesegaran Jasmani dengan tes A.C.A.P.F.T.Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. Jakarta. Depdikbud Ansori, 2007. Metode Pelatihan Renang Interval 1:1 dan 1:3 terhadap penurunan waktu tempuh Berenang 100 meter dan 50 meter gaya 1982 bebas, (cited, 200). Available flom: http/www.adln.Iib.unair.ac.id. Badu Nurdin, U. 2006. Norma ukur Tingkat Kebugaran Fisik Umur 10 Dan 11 Tahun Dengan Test Aerobik 2,4 Km Pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Kupang (Thesis) Program Pascasarjana Udayana, Denpasar-Bali. Berger, R, A., Applied Exercise Physiology. Philadephia; Lea and Febiger. Bompa, T.O.,1983.Theory and Methodelogy of Training Dubuque-Lowa: Kendell Hunt publishiny Company. Brooks,G.A., t.d Fahey, 1984 . Exetcese Physiology, Human Bioenergie and its Application. New York; Jhon Waley and Sun Inc Bvariabel, M., 1999. Uji Diagnostik Proseding. Disampaikan dalam Semiloka Pengembangan Iptek. Denpasar 27-30 Januari. David G. Thomas, MS, 2000, Swimming Advance, Step of Success: Human Kinetics Publisheers,Inc. Dikdik Z. S,Iman I, Sufyar & Luky, 2012.judul artikel Jurnal Iptek Olahraga Volume 16, Nomor 3, September-Desember 2014, Analisis Penampilan Stroke Rat e Perenang Indonesia di Pekan Olahraga Nasional Riau 2012 Fox, E. L.1988,Sport Physiology. New York: C B S College Publishing. Fox, E. L. 1992. Sport. 2nd Editi, Philadelphia: Saunders College Publishers. Fox, E.L.,1983. Sport Physiology. United State of America: CBS College. Ganong, W.F., 1981. Revie of Medical Fisiology. Lange Medical Publication. Lost Altos California lo Ed Giriwijoyo, 2004. Ilmu Faal Olahraga. Jakarta: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
60
Guyton, A.C., Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hairy,J., 1989. Fisiologi Olahraga Jilid I Buku Penataran. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Pendidikan Tinggi, PPLPTK. Hannula, 2008, Sukses Melatih Renang. Hari, 2009. Pengaruh Latihan Interval Anaerob dan Power Lengan Terhadap Kecepatan Renang 100 meter gaya Front Crawl. Available From : http/www. Adln. Lib.surakarta.ac.id. Harsono, 1988. Coahing dan Aspek-Aspek Phisikologis Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma. Hendratno, 2008. Pelatihan interval training. Irwansyah, 2005. Pendidikan Jasmani Untuk SMA Kelas 1. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama. Mamas, 2005 Interval Training.Available from: http.//www.mamashealt. Manuaba, A.I.B,1983. Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Komplek olahraga dan Rekreas.Naskah Lengkap Panel Diskusi Rencana INDUK Gelora. Jakarta 21 sepetember 1983. Mutohir, 2015, proses sistematik dalam olahraga. Com/exercise/run.asp.Accssed Juni 9,2009. Nala, N., 2011. Prinsip Pelatih Fisik Olahraga, Udayana University Press Denpasar Bali. Nossek, J. 1982. General Theory of Trainingf. Lagos: Pan Efrican Press Ltd. Oshea, 1996. J.P., Scientific Principles and Method of Strength Fitness. 2 Edition. London: Addison Wesly Publishing Company. Pocock, S. J., 2008. Clenaghan, Rottela. 1984. Scientific Foundation of Couching. Philadelphia: Sounders Company Publishing. Sajoto, M.2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Semarang:Effhar dan Dahara Prize. Shaver, B.J, 1986. Coaches Guide to Sport Physiology. Human Kinetic Publisher Inc. Sujarwadi, 2010. Rangkaian koordinasi gerak renang. Suharno, H.P. 1993. Rencana Program Latihan. Direktorat Keolahragaan Ditjen Diklusepora. Jakarta.
61
Sumarno, 1999. Olahraga Pilihan II. Jakarta: Depertemen Pendidikan Kebudayaan Republik Indoneia. Stegeman,J,. 1981.Execise Physiology,Bases of Work and Sport New York: George Theme Verlag Stuttgart. Sukarman, R., 1986. Energi dan Sistem Energi Dan Predominan Pada Olahraga. Pusat Ilmu Olahraga. Jakarta : Koni Pusat. Sullivan, 1982. Better Swimming For Boys And Girls. New York: Mead & Company. Sumarno, 1999. Olahraga Pilihan II. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sullivan, 1982. Better Swimming For Boys And Girls. New York: Mead & Company. Warya, 2009. latihan renang gaya bebas dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler pada mahasiswa semester II Prodi Penjaskesrek Jurusan Pendidikan keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.
62
Lampiran 1 Data Diskriptif Suhu Air, Kelembaban dan Lingkungan Pelatihan pada Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (interval 16 x 25) Keadaan Lingkungan Suhu air (ºC) Kelembaban (%) Kecepatan angin (km/jam)
n
Rerata 27,03 85,46
6,08
SB
Maksimum
Minimum
8,47 4,58 4,26
28,30 78,00 12.00
26,30 89,30 2,60
Lampiran 2 Data Uji Normalitas kecepatan renang gaya bebas pada kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (Interval 16 x 25) Dengan Shapiro-Wilk Tes Sebelum Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) Kelompok 2 (Interval 16 x 25)
Sesudah
n 8
Rerata 16,84
SB 1,13
8
15,94
0,97
P 0,353 0,152
Rerata 8,46
SB 4,733
p 0,669
9,03
1,19
0,108
Lampiran 3 Data Uji Homogenitas kecepatan renang gaya bebas pada kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (Interval 16 x 25) Dengan Levene’s Tes Test of Homogenity of Variances Sebelum
Kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) Kelompok 2 (Interval 16 x 25)
Sesudah
n
Rerata
SB
P
Rerata
SB
8
17,063
1,085
0,907
8,678
0,990
8
15,753
1,017
0,907
8,758
1,187
63
Lampiran 4 Hasil Uji perbedaan kecepatan waktu tempuh renang gaya bebas sebelum dan Sesudah Pelatihan Antar kelompok 1 (Interval 32 x 12,5) dan Kelompok 2 (Interval 16 x 25) Dengan Uji t-Independent
n Sesudah Pelatihan
8
Kelompok1 Interval 32 x12.5
SB
8,46
0,97
Kelompok2 Interval 16 x 25 08,97
SB 01,10
p 0,343
64
Tes awal penggukuran berat badan dan tinggi badan perenang gaya bebas interval 32 X12,5 meter
Tes awal penggukuran berat badan dan tinggi badan perenang gaya bebas interval 16 X 25 meter
65
Pemanasan air renang gaya bebas
Pemanasan air renang gaya bebas
66
Start dan finish renang gaya bebas
Pendinginan