IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-DIABETIK ORAL PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATANNASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Rahmi Azkia1, Eka Kumalasari S.Farm., Apt2, Yudi Hardi Susilo.S.Si., Apt 3
[email protected].
[email protected] yudi hardi S@ AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp. 3303545 Fax. 3303678 KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)
INTISARI Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan lain atau bahkan penyakit baru. Oleh karena itulah banyak mendorong terjadinya pemakaian obat lebih, dikenal dengan istilah over prescribing atau polifarmasi. Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masal terkait obat (drug-related problem) yang dapat mempengaruhi hasil keadaan klinis pasien. Data dari RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin bahwa diagnosa pasien diabetes mellitus tahun 2013 berada di peringkat ketiga dengan jumlah 3.740 pasien.Rumah sakit tersebut menjadi rujukan pertama pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang menjadi perhatian khusus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah potensi kejadian interaksi obat anti-diabetik oral, jumlah jenis interaksi, dan jumlah tingkat signifikansi. Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi unit Rawat Jalan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrosprektif pada resep pasien JKN pada bulan Januari sampai Maret 2014. Penentuan sampel menggunakan teknik ProportionalStratified Random Sampling dengan jumlah populasi sebanyak 785 dan sampel sebanyak 265 sampel dengan menggunkan rumus Slovin. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasinama obat-obatpada resep tanpa melihat signa,dosis dan keadaan pasien. Hasil penelitian ini adalah resep yang memiliki potensi interaksi obat dari 265 resep diperoleh sebanyak 126(47,55%) resep dengan kejadian yang berpotensi interaksi obat sebanyak 180 kejadian. Jenis interaksi dari kejadian yang berpotensi interaksiyang bersifat farmakokinetik sebesar 25%,Jenis interaksiyang bersifat farmakodinamik sebesar 34,44%, dan jenis interaksiyang tidak
diketahui sebesar 40,56%. Tingkat signifikansidari kejadian yang berpotensi interaksi diperoleh hasil masing-masing tingkat signifikansi 2,4 dan 5 secara berturut-turutadalah sebesar 26,67%; 5,56%; 38,33% dan tingkat signifikansi tidak diketahui sebesar 29,44%.
Kata Kunci : Interaksi Obat, Diabetes Mellitus, Jenis Interaksi, Tingkat Signifikansi, Anti-diabetik Oral
IDENTIFICATION OF POTENTIAL INTERACTION ORAL ANTIDIABETICS PATIENT PRESCRIPTION ON WARRANTY KESEHATANNASIONAL INSTALLATION IN THE OUTPATIENT PHARMACY UNIT HOSPITAL Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
ABSTRACT Diabetes Mellitus is a disease that can lead to onset of the other complaint or even a new disease. Therefore a lot of encouraging drug use more, and known as "over prescribing" or polypharmacy. Drug interaction is one of the eight categories of drugrelated mass (drug-related problems) that can affect the results of the clinical of patient. Data from RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh that the diagnosis of Diabetes Melitus on 2013 is ranked third with total of patients are 3740. The hospital become the first reference health service of Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) within Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) program being of particular concern. The aim of this research is to know the number of potential drug interactions oral antidiabetic, the number of interaction type, and the number of significant level. This research carried out at pharmacy instalation outpatient unit of RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh by using descriptive method with retrosopective approaching on prescription of JKN patients on January to March 2014. Determination of sample using proportional stratified random sampling technique with total population are 785 and total samples are 265 by using Slovin formula. This research was carried out by identifying the name of the prescription drugs without notice doses, signa, and patient condition. The results of this research are prescriptions that have the potential of drug interactions from 265 retrieved as many as 126 (47,55%), prescription with potential drug interactions incidence are 180. The type of interaction of potentially incidence interactions are pharmacokinetic of 25%, pharmacodinamic of 34,44%, and unknown of 40,56%. The level of significance of the occurrence of potentially interaction obtained results of each level of significance of 2,4 and 5 respectively are 26,67%; 5.56%; 38,33% and the level of unknown significance of 29,44%.
Keywords: Drug Interactions, Diabetes Mellitus, Type Interaction, Level of Significance, Oral Antidiabetic
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stres (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥129 mg/dL atau postprandial ≥200 mg/dL) (Gunawan dkk, 2011). Menurut laporan Riskesdas (2007), DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah perdesaan (5,8%).Menurut data morbiditas pada pasien rawat inap RS di seluruh Indonesia pada tahun 2009, data mortalitas DM di RS menggambarkan 74,3% merupakan pasien DM yang tidak bergantung pada insulin dan 25,7% selebihnya merupakan pasien DM yang bergantung pada insulin (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Menurut hasil Riskesdes (2013) prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur (2,3%) dan Kalimantan Selatan (1,4%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
Sulawesi Selatan (3,4%), Nusa Tenggara Timur (3,3%), dan Kalimantan Selatan (2,0%). Prevalensidiabetes mellitus pada penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 1% (rentang 0,3-1,7%) (Dinkesprov Kal-Sel, 2012). Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan lain atau bahkan penyakit baru. Pengobatan suatu penyakit biasanya berorientasi pada gejala-gejala penyakit tersebut. Oleh karena itu sering kali terjadi berbagai pengobatan terhadap setiap gejala yang muncul sehingga menyebabkan pemberian obat-obatan yang bermacam-macam dan cenderung mendorong terjadinya pola pengobatan yang tidak rasional. Seringkali dokter memberikan obat berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan penderita tanpa mempertimbangkan penting atau tidaknya gejala yang dihadapi. Oleh karena itulah banyak mendorong terjadinya pemakaian obat lebih dari satu macam yang sebenarnya tidak perlu, hal ini dikenal dengan istilah over prescribing atau disebut juga polifarmasi. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) yang menjadi kebiasaan para dokter dapat memudahkan terjadinya interaksi obat (Utami, M.G, 2013). Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masal terkait obat (drug-related problem) yang dapat mempengaruhi hasil keadaan klinis pasien. Interaksi obat merupakan peristiwa yang terjadi karena perubahan efek obat pertama oleh pemberian obat lain sebelumnya atau secara bersamaan. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (Sari, S.P, 2008). Interaksi obat dapat
menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki (Undersirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Beberapa laporan studi menyebutkan proporsi interaksi obat dengan obat lain (antar obat) berkisar 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien rawat jalan, walaupun kadang-kadang interaksi obat tersebut memasukkan pula interaksi secara teoritik selain interaksi sesungguhnya yang ditemukan dan terdokumentasi (Gitawati, 2008). Hasil penelitian Sari dkk (2008) di Rumah Sakit X Depok menunjukkan bahwa 41,69% resep obat anti-diabetik oral yang memiliki interaksi obat dan hasil penelitian Mega Gustiani Utami (2013) di Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak diperoleh bahwa interaksi obat terjadi pada 62,16% resep obat yang menerima obat anti-diabetik oral. Berdasarkan data dari RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin bahwa diagnosa pasien diabetes mellitus berada di peringkat pertama dengan jumlah sebanyak 2.210 pasien pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 berada di peringkat ketiga dengan jumlah 3.740 pasien. Semakin bertambah banyaknya pasien dan berada diperingkat terbanyak diabetes mellitus dengan atau tanpa komplikasi menjadi perhatian khusus untuk peresepan dengan interaksi obat yang dapat ditimbulkan. Pertimbangan lain bahwa RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai rumah sakit rujukan pertama pelayanan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
dengan program JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional) yang saat ini berlaku dan menjadi perhatian khusus. Berdasarkan hal-hal di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di RSUD Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin secara retrospektif untuk obat antidiabetik oral pada resep pasien JKN rawat jalan di rumah sakit tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan rumah sakit dan pihak lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.