ANALISIS KUALITATIF METAMPIRON PADA JAMU PEGAL LINU DALAM KEMASAN YANG BEREDAR DI KOTA BANJARMASIN 1
2
Selynita , Riza Alfian.S.Si.,Msc., Apt , Ratih Pratiwi Sari S.Si.,Msc., Apt
3
[email protected].
[email protected]
[email protected] AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp. 3303545 Fax. 3303678 KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)
INTISARI Dewasa ini ditemukan banyak jamu, salah satunya jamu pegal linu, yang mengandung bahan kimia obat karena masyarakat menggemari jamu yang berkhasiat cepat. Salah satu bahan yang sering ditambahkan pada jamu adalah Metampiron. Metampiron memiliki khasiat meredakan nyeri dan mengatasi demam. Metampiron memiliki efek samping agranulositosis jika dikonsumsi dalam jangka panjang, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah jamu pegal linu dalam kemasan yang beredar di Kota Banjarmasin mengandung Metampiron atau tidak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif. Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi Metampironpada jamu pegal linu dalam kemasan adalah metode konvensional dengan menggunakan pereaksi FeCl3 2,5 %, AgNO3 2,5 %, dan H2O2 3 %. Jumlah sampel yang diteliti adalah 27 jamu pegal linu dalam kemasan yang didapatkan dari Pasar Cempaka Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling.Hasil penelitian berupa persentase sampel yang positif dan negatif mengandung Metampiron disajikan dalam bentuk diagram. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jamu pegal linu yang positif bereaksi dengan FeCl3 berjumlah 24 sampel, dengan AgNO3 berjumlah 7 sampel, sedangkan dengan H2O2tidak ada sampel yg positif bereaksi.Hasil penelitian menunjukkkan bahwa jamu pegal linu dalam kemasan yang beredar di Kota Banjarmasin 7 dari 27 sampel (25,9 %) positif mengandung Metampiron.
Kata Kunci: Jamu Pegal Linu, Metampiron, Metode Konvensiona
QUALITATIVE ANALYSIS OF HERBAL METAMPIRON STIFF OUTSTANDING IN PACKAGING IN THE CITY BANJARMASIN ABSTRACT Nowadays, there have been found many kinds of jamu. One of them is jamu pegal linu, which contains substance of chemical drug, that people favored because of its fast reaction. One of the substance that usually added in jamu is Methampyron. Methampyron is useful in calming down pain and in getting over fever. Methampyron has a side-effect agranulositosis when it is consumed in long term. Because of that, it is needed to do a research to find out whether packed jamu pegal linu that are distributed around Banjarmasin city contain Methampyron or not. Approach used in this research is a descriptive survey. Analysis method used to identify the Methampyron in the packed jamu pegal linu was conventional method using reagent such as FeCl3 2,5%, AgNO3 2,5%, and H2O2 3%. Total sample used in this research were 27 packed jamu pegal linu obtained from Pasar Cempaka Banjarmasin. Sampling method used is Purposive Sampling.The results of the research is in the form of positive and negative samples percentage containing Metampiron that presented in a diagram. Based on the results, it is known that positively reacted jamu pegal linu with FeCl3 are 24 samples, 7 samples positively reacted with AgNO3, while H2O2 did not positively reacted with any of the sample. Results of the research showed that packed jamu pegal linu that are distributed around Banjarmasin, 7 from 27 samples (25,9%), positively contained Methampyron. Keywords: Jamu Pegal Linu, Methampyron, Coventional Method
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang merupakan bahan atau ramuan
bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BBPOM, 2005). Di pasaran, kita bisa menjumpainya dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk rebusan segar (jamu godok) sebagaimana dijajakan para penjual jamu gendong. Pada umumnya jamu dalam kelompok ini diracik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya diketahui secara empiris (Yuliarti, 2009). Di Kota Banjarmasin sendiri terdapat cukup banyak jamu yang beredar dalam berbagai bentuk dan khasiat, salah satunya jamu yang berkhasiat mengatasi keluhan pegal linu yang banyak ditemui dalam kemasan serbuk siap seduh dengan berbagai merk dan kemasan. Sehubungan dengan peredaran obat tradisional di Indonesia, terdapat beberapa aturan yang diberikan oleh pemerintah mengenai obat tradisional, salah satunya adalah dilarangnya penggunaan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat yang sering disebut dengan Bahan Kimia Obat (BKO) dalam obat tradisional. Akan tetapi, sampai saat ini BPOM masih menemukan beberapa produk obat tradisional yang didalamnya dicampuri BKO. BKO di dalam obat tradisional inilah yang menjadi selling point bagi produsen. Hal ini kemungkinan
disebabkan kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol, baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh. Konsumen tidak menyadari adanya bahaya dari obat tradisional yang dikonsumsinya (Yuliarti, 2009). Temuan BPOM terhadap BKO yang terkandung dalam obat tradisional setiap tahunnya masih cukup tinggi dan yang terbaru adalah melalui Surat Peringatan No. HM.03.05.1.43.11.13.4940 tanggal 8 November 2013 tentang 59 jenis obat tradisional yang mengandung BKO. Selain itu, diperoleh juga berita terbaru tentang temuan jamu berbahaya illegal dan mengandung bahan kimia di kota Banjarmasin pada beberapa pasar tradisional antara lain di pasar Cempaka oleh BPOM Provinsi Kalimantan Selatan yang dimuat pada salah satu artikel berita online (Maskuriah, 2013). Obat tradisional yang sering dicemari BKO umumnya adalah obat tradisional yang berkhasiat untuk pegal linu, encok, rematik, pelangsing, kencing manis, obat kuat dan asma. Obat tradisional dengan klaim penggunaan untuk pegal linu adalah salah satu yang paling sering dicemari BKO dengan Metampiron sebagai salah satu BKO yang sering dicampurkan ke dalamnya (Yuliarti, 2009). Metampiron merupakan salah satu bahan kimia obat yang seringkali digunakan sebagai analgetika-antipiretika. Namun, oleh produsen jamu yang nakal dicampurkan dalam jamu pegal linu dan asam urat. Penggunaan Metampiron secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan efek samping seperti gangguan saluran cerna seperti mual, perdarahan lambung, rasa terbakar serta gangguan sistem saraf seperti tinnitus (telinga berdenging), neuropati, gangguan darah, pembentukan sel darah dihambat (anemia aplastik), agranulositosis,
gannguan ginjal, syok, dan
kematian (Yuliarti, 2009). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah jamu pegal linu di Banjarmasin mengandung bahan kimia tambahan berupa metampiron, hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Banureah (2009) di Kota Medan yang mendapatkan hasil bahwa semua sampel jamu yang diteliti tersebut positif mengandung Metampiron. Untuk lokasi pengambilan sampel, peneliti mengambil lokasi yaitu Pasar Cempaka Banjarmasin. Hal ini didasarkan atas survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di beberapa kios jamu yang tersebar di Banjarmasin bahwa semua pedagang yang menjadi sampel menyatakan bahwa sumber jamu yang mereka jual berasal dari Pasar Cempaka, hal ini juga diperkuat dengan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa banyak pembeli jamu di Pasar Cempaka yang melakukan pembelian dalam jumlah besar dengan alasan untuk dilakukan penjualan kembali.