PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PROSA DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL WEBBING PADA SISWA KELAS IXA SMP NEGERI 2 BANTARSARI CILACAP SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Karya Ilmiah Diajukan Untuk Mengikuti Simposium Guru Nasional Tahun 2015
Oleh:
YENI HIDAYAT, S.Pd, M.Pd NIP. 19701219 200801 2 004
UNIT KERJA: SMP NEGERI 2 BANTARSARI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN CILACAP
PROVINSI JAWA TENGAH 2015 1
2
3
ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PROSA DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WEBBING SISWA KELAS IX A SEMESTER 1 SMP NEGERI 2 BANTARSARI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Yeni Hidayat1 Salah satu standar kompetensi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP adalah menulis prosa deskripsi. Berkaitan dengan hal tersebut, kemampuan menulis prosa deskripsi bagi para siswa adalah sebuah kompetensi yang wajib dikuasai. namun kompetensi tersebut masih rendah. Pada studi pendahuluan pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bantarsari, Kabupaten Cilacap dari 34 siswa hanya 7 siswa yang terampil menulis prosa deskrpsi atau 19,4% yang mencapai tingkat penguasaan materi. Selain itu siswa tidak termotivasi dan kurang mampu menguasai kompetensi menulis prosa deskripsi sebagaimana tuntutan standar kompetensi. Masalah ini dapat menghambat berkembangnya pengalaman dan keterampilan siswa, khususnya pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya strategi untuk mengatasinya. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan model webbing. Ada 2 masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini (1) bagaimana penerapan model webbing dalam meningkatkan keterampilan menulis prosa deskrpsi siswa, serta (2) seberapa besar peningkatan keterampilan siswa dalam menulis prosa deskriptif dengan menggunakan model webbing Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cara penerapan model webbing dalam meningkatkan keterampilan menulis prosa deskripsi siswa dan menemukan tingkat keefektifan penggunaan model webbing dalam meningkatkan keterampilan menulis prosa deskrpsi siswa. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, dan guru untuk meningkatkan keterampilan menulis prosa deskripsi siswa, meningkatkan kemampuan guru dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil menunjukkan dengan model webbing, prestasi keterampilan menulis prosa deskripsi siswa meningkat. Kata kunci : menulis prosa deskripsi, model webbing, siklus, kompetensi, pembelajaran
A. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, prinsip penyelenggara pendidikan dengan mengembangkan budaya membaca, 1
Peneliti adalah Guru Bahasa Indonesia Di SMP Negeri 2 Bantarsari Cilacap
4
menulis, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran ( UU Sisdiknas, 2009:5). Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai kedewasaan (winkel, 2005:27). Bantuan yang diberikan guru itu berupa pendampingan yang menjaga agar anak didik diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung tanpa tujuan. Menurut
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan
Nasional
(UU
Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pada Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dunia pendidikan banyak model pembelajaran yang telah diciptakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidak berarti semua pelajaran menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran (Sugiyanto, 2010:3). Berpijak pendapat Sugiyanto dapat disimpulkan bahwa dalam setiap materi yang diajarkan menuntut menggunakan metode pembelajaran yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan tidak ada metode pembelajaran nyang dianggap paling tepat. Tidak semua materi bisa diajarkan dengan metode pembelajaran yang sama. Setiap metode pembelajaran memiliki karakter yeng berbeda-beda. Atas dasar itulah peneliti ingin menggunakan model Webbing untuk meningkatkan kemampuan menulis prosa deskripsi siswa kelas IXA semester 1 SMP Negeri 2 Bantarsari. Pembelajaran bahasa Indonesia dikatakan berhasil apabila guru dalam menyampaikan pembelajaran dapat dipahami oleh siswa dan siswa juga terampil berbahasa tulis dan lisan. Namun, terbukti pada studi pendahuluan pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bantarsari, kabupaten Cilacap dari 34 5
siswa hanya tujuh yang terampil menulis prosa deskrpsi atau 19,4% yang mencapai tingkat penguasaan materi. Untuk itu, peneliti harus meningkatkan pembelajaran dan tahu tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar dan melatih para siswanya dengan baik. Untuk mencapai keterampilan menulis prosa deskrpsi yang optimal, peneliti mencoba melakukan upaya perbaikan pembelajaran melaui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Identifikasi Masalah Penulis
melakukan
identifikasi
masalah
pembelajaran
bahasa
Indonesia pada kompetensi menulis prosa deskrpsi kelas IXA, pada hasil tes formatrif studi pendahuluan ternyata hanya 7 orang 19,4% dari 34 siswa yang mencapai tingkat penguasaan menulis prosa dekripsi, padahal ketuntasan belajar minimal sebesar 85%. Selama pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional, siswa kurang memperhatikan dan tidak tertarik untuk mengikutinya, bahkan jarang siswa yang bertanya. Ternyata guru kurang variatif dalam menyampaikan
materi
pembelajaran
sehinga
:
1)
siswa
kurang
memperhatikan guru dalam proses pembelajaran 2) Motivasi belajar siswa kurang dan 3) Hasil belajar siswa kurang memuaskan. Berdasarkan analisis bersama dengan teman sejawat, dapat diketahui bahwa kemungkinan faktor penyebab kurangnnya motivasi belajar siswa adalah 1) penjelasan guru terlalu abstrak, 2) Model pembelajaran yang digunakan guru tidak tepat, 3). Guru tidak mampu mengembangkan dialog yang efektif, 4) Guru tidak mengadakan multiinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah (1) Bagaimana penerapan model webbing dalam meningkatkan keterampilan menulis prosa deskrpsi siswa, serta; (2) Seberapa besar peningkatan keterampilan siswa dalam menulis prosa deskriptif dengan menggunakan model webbing 6
Pemecahan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini, perlu dibatasi beberapa konsep atau istilah yang terkait secara hierarkis dengan masalah pokok penelitian ini. Masalah-masalah yang terkait tersebut adalah pengertian menulis
prosa
deskripsi,
model
webbing/jaring
laba-laba
dan
pembelajarannya. Model webbing adalah bentuk kolom jaring laba-laba sebagai tempat jawaban pertanyaan penuntun tentang imajinasi dari benda atau gambar (Tomkins, 1994:116). Dengan model webbing ini, diharapkan dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi dapat meningkat. Masalah yang terkait
dengan pengertian menulis prosa deskrpsi
dipecahkan secara teoritik dengan dukungan sumber-sumber pustaka dan rujukan yang sesuai. Masalah pertama ini perlu diangkat dan dipecahkan untuk menghindari kesalahan pengertian antara peneliti dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini. Masalah kedua dipecahkan secara teoritik dan praktik. Pemecahan masalah kedua dan ketiga ini diawali dengan penjelasan teoritik dan dilanjutkan dengan penerapan model webbing dalam pembelajaran sebagai bentuk treatment dalam penelitian tindakan kelas ini. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditetapkan tujuan penelitian (1) Mendeskripsikan penerapan model webbing dalam meningkatkan keterampilan menulis prosa deskrpsi siswa, serta; (2) Mendeskripsiakn besarnya peningkatan keterampilan siswa dalam menulis prosa deskriptif dengan menggunakan model webbing Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat: (1) Manfaat Teoritis : Memberikan masukan dan wawasan kepada guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.; (2) Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam 7
meningkatkan mutu pendidikan bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Bantarsari Kabupaten Cilacap bagi siswa, guru, sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya. Bagi Siswa : (1) Penerapan model Webbing memungkinkan siswa untuk memahami pelajaran lebih baik, karena saat pelajaran berlangsung siswa benar-benar terlibat aktif; (2) Penerapan model Webbing memberi suasana dan tantangan baru dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih tertarik dan senang mengikuti pembelajaran; (3) Meningkatkan kemampuan menulis prosa deskripsi siswa kelas IX A SMP N 2
Bantarsari Tahun Pelajaran
2014/2015. B. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teori Hakikat Keterampilan Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa.Menulis adalah melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila orang itu memahami bahasa dan gambaran
grafik
itu
(Tarigan,
2008:22).
Senada
dengan
Tarigan,
Nurgiyantoro (2001:273) berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Berpijak pendapat di atas dapat disimpulkan menulis adalah aktivitas aktif produktif menuliskan lambang-lambang grafik yang memberikan gambaran suatu bahasa yang di dalamnya berisi ide/gagasan untuk berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, kehendak kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampaiannya. Pembelajaran Menulis Menulis menurut Tarigan (2008:9) adalah 1) membantu siswa memahami cara mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, 2) mendorong siswa mengekspresikan diri secara bebas dalam bahasa tulis, dan 3) membantu siswa menggunakan bentuk bahasa yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis. 8
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis adalah belajar menulis berdasarkan kemampuan yang diperoleh melalui Hakikat pembelajaran menulis. Menulis Prosa Deskrpsi Prosa deskripsi adalah karya tulis yang melukiskan sesuatu, artinya apa yang diamati oleh si penulis dan juga oleh si pembaca (Muchlisoh, 1991:349). Di sini penulis berusaha memaparkan keadaan nyata dari sebuah objek sesuai dengan kemampuan dan keinginan penulis dalam mengindera mengenai objek untuk dibuat tulisan secara mendetail. Menurut pendapat di atas, prosa deskripsi merupakan jenis karangan yang melukiskan suatu objek yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, secara imajinatif tentang objek yang dimaksud dengan tujuan
menciptakan daya khayal
pembaca, dan seakan-akan pembaca dapat melihat sendiri objek yang dimaksud secara keseluruhan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis prosa deskripsi adalah sebagai berikut : Pertama, merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Kedua, mengamati dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam penulisan. Ketiga, membuat perincian apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh siswa mengenai objek tersebut terutama yang berkaitan dengan tujuan penulisan. Keempat, supaya kekhususan menonjol, perlunya penjelasan tambahan terhadap objek yang ditulis Model Webbing/berjala Model webbing adalah bentuk kolom jaring laba-laba sebagai tempat jawaban pertanyaan penuntun tentang imajinasi dari benda atau gambar (Tomkins, 1994:116). Dengan model webbing ini, diharapkan dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi dapat meningkat. Pendekatan berjala (webbing) merupakan strategi pengembangan pembelajaran dengan menggunakan topik yang relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala/webb (Depdiknas, 2003:59) 9
Sesuai dengan model tersebut, cara memulai mengajak siswa untuk menulis prosa deskripsi dapat dilakukan dengan menunjukkan kepada siswa untuk objek atau benda-benda nyata tertentu seperti boneka, tomat, sayursayuran, buah-buahan, dll. Kemudian ajak mereka untuk mendeskrpsikan objek tersebut berdasarkan kesan indrawi yang mereka tangkap lewat panca indra, sebab deskrpsi merupakan penggambaran yang dapat menuntun terbentuknya suatu tulisan. Dalam penulisan prosa deskrpsi model webbing dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan penuntun antara peneliti dengan siswa untuk menggiring mereka mendeskrpsikan benda-benda tersebut, kemudian jawaban-jawaban siswa ditulis pada jaring laba-laba (webbing). Berdasarkan teori di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini, sebagai berikut : 1. Penggunaan model webbing dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bantarsari akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 2. Melalui model webbing dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bantarsari akan lebih terampil. Kerangka Pikir Berpijak latar belakang masalah, rumusan masalah, serta kajian teori yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: Kompetensi menulis prosa deskrpsi merupakan bagian dari kompetensi menulis yang harus dimiliki siswa kelas IX SMP.
Secara umum, siswa
mengalami kendala dalam mencapai kompetensi tersebut sesuai KKM yang ditentukan. Untuk itu, pembelajaran menulis prosa deskripsi harus menggunakan model yang benar-benar dapat melibatkan seluruh warga belajar aktif dan menciptakan interaksi yang intensif antarsiswa maupun siswa dengan guru. Model webbing merupakan bentuk kolom jaring laba-laba sebagai tempat jawaban pertanyaan penuntun tentang imajinasi dari benda atau 10
gambar. Dengan model webbing ini diharapkan dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi dapat meningkat, sehingga siswa dapat mencapai bahkan melampaui KKM. Pembelajaran menulis prosa deskrpsi melalui langkah tersebut dapat meningkatkan kompetensi siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bantarsari untuk mencapai/melampaui KKM yang telah ditetapkan. Hipotesis Tindakan Setelah mendapat penjelasan teori dan pelatihan pembelajaran menulis prosa deskrpsi melalui model webbing, keberhasilan siswa semakin meningkat. C. METODOLOGI PENELITIAN Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelas IX A semester 1 SMP Negeri 2 Bantarsari Tahun Pelajaran 2014/2015. Siswa di kelas ini berjumlah 34, dengan perincian 18 laki-laki dan 16 perempuan, sebagian besar mengalami hambatan dalam menguasai keterampilan menulis prosa deskrpsi. Hambatan tersebut timbul karena kurangnya motivasi dan belum adanya acuan/model memadai yang dapat mereka jadikan contoh dalam menulis prosa deskripsi dengan baik. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan September, Oktober, dan November 2014. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan yang terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsini Arikunto, 2008:3). Lebih lanjut Sarwiji Suwandi (2011:12) menjelaskan penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian 11
berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu proses pencermatan kelas terhadap kegiatan pembelajaran yang berawal dari permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru, kemudian direfleksikan suatu pemecahan dan ditindaklanjuti sehingga permasalahan dalam pembelajaran dapat teratasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti secara aktif berkolaborasdi dengan guru yang mengampu kelas yang menjadi objek penelitian tindakan kelas. Berpijak definisi di atas penelitian ini dimaksudkan meningkatkan keterampilan menulis prosa deskripsi siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Bantarsari Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2014/2015, melalui tindakan dengan penerapan model Webbing dalam menulis prosa deskripsi. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang lebih dikenal dengan nama PTK. Tujuan utama dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk memecahkan permasalahan nyata yang ada pada kelas dalam pembelajaran secara siklus berulang. Setiap siklus memiliki empat kegiatan utama, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Subjek Penelitian Penelitian dengan pendekatan kelas ini mengambil subjek siswa kelas IX A SMP negeri 2 Bantarsari Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2014/2015. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor siswa, yaitu berupa peningkatan kemampuan menulis prosa deskripsi melalui penerapan model Webbing. Penelitian di kelas IXA SMP Negeri 2 Bantarsari Kabupaten Cilacap disesuaikan dengan bahasan penelitian yaitu keterampilan menulis prosa deskripsi. Berdasarkan model kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). 12
Keterampilan menulis prosa deskripsi yang memiliki kompetensi dasar membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu metode observasi, metode angket, dan metode pemberian tugas dan tes. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan karakter penelitian tindakan kelas yang berupa siklus. Pada tiap siklus penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan (planing), tahap tindakan (acting), tahap
pengamatan/observasi (observation), serta tahap
refleksi (reflection). Secara terperinci prosedur penelitian tindakan setiap siklusnya dijabarkan sebagai berikut: Perencanaan (planing) Supardi (2008: 118) menjelaskan kegiatan planing antara lain sebagai berikut; (a) identitas masalah, (2) perumusan masalah dan analisis penyebab masalah, (3) pengembangan intervensi (action/solution). Langkah awal dalam penelitian ini menggali secara teliti. Peneliti melakukan secara kolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia, dan bekerja sama dengan kepala sekolah, dan siswa untuk mengetahi kendala atau kelemahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah teridentifikasi masalah yang telah ditemukan kemudian dirumuskan.. setelah mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia peneliti mengidentifikasikan penyebab rendahnya
kemampuan
menulis
prosa
deskripsi
siswa.
Berdasarkan
pengamatan secara rinci permasalahan yang terpilih berdasarkan kemungkinan pemecahannya adalah (a) siswa mengalami kesulitan dalam menulis prosa deskripsi, (b) siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide atau pokok pikiran, (c) siswa pasifsaat pembelajaran berlangsung, (d) siswa lemah dalam keteramilan menulis. Berdasarkan fase-fase dalam perencanaan maka disusunlah pengembangan intervensi yang akan diberikan dalam kerangka-kerangka prosedur yang 13
mengutamakan keaktifan siswa yaitu; (a) penerapan model Webbing yang mengkondisikan siswa mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi, (b) mengelola kelas yang mengkondisikan siswa bekerja, (c) pemberian pujianuntuk meningkatkan motivasi dalam belajar. Perencanaan Tindakan (Acting) Perencanaan tindakan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis prosa deskripsi. Tahap ini adalah tahap pelaksanaan berdasarkan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Peneliti sebagai pengamat dan selaku guru Bahasa Indonesia sebagai pelaku tindakan kelas. Saat pelaksanaan, sesuai dengan sifat rencana yang fleksibel, sehingga rencana dapat berubah sesuai dengan keadaan dan kondisi lapangan. Peneliti pada tahap ini melakukan pengamatan pada proses tindakan sehingga efektivitasnya dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi. Observasi (Observation) Pada tahap ini adalah pengamatan jalannya proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti juga mengamati seberapa jauh efek penerapan model Webbing dalam meningkatkan kemampuan menulis prosa deskripsi. Pada tahap ini pula menilai hasil dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi. Refleksi (Reflection) Tahap ini peneliti mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan proses pembelajaran. Berdasarkan refleksi maka simpulan yang dapat diambil adalah tindakan-tindakan apa saja yang ,memenuhi target, yang perlu dipertahankan, dimantapkan, dan kegiatan apa yang belum, apa yang harus diperbaiki sebagai dasar perencanaan siklus berikutnya, sampai siswa mencapai ketuntasan minimal dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi. Teknik Analisis Data Penelitian ini dalam analisis data membandingkan isi catatan yang dilakukan dengan kolaborasi. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. 14
Teknik Analisis Data Kualitatif Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong,2012:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Lebih lanjut Seiddel (dalam Moleong, 2012:248) menjelaskan analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: (a) mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
(b)
mengumpulkan,
memilah-milah,
mengklasifikasikan,
mensisntesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (c) berpikir dengan jalan membuat agar katagori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan menemukan temuan-temuan umum. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa catatan lapangan, dan dokumen tugas siswa. Data yang terkumpul dipelajari, serta menandai kata-kata kunci. Mempelajari kata-kata kunci, serta berusaha menemukan tema-tema yang berasal dari data. Penelitian in menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dijalankan sebagai berikut; (a) membandingkan antar data-data yang diperoleh dari informan, (b) katagorisasi, yaitu mengelompokkan data-data ke dalam katagori tertentu, (c) pembuatan inferensi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel, (d) membuat simpulan secara induktif, yaitu data yang sudah dikelompokkan ditafsirkan akhirnya diperoleh simpulan. Teknik analisis Kuantitatif Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bernmaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik iferensi yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar. Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa tes dan angket. Data yang berupa skor tes menulis 15
prosa deskripsi dilakukan melalui dengan mencari nilai rata-rata sehingga diketahui peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat melalui grafik. Data yang berupa angket dideskripsikan dengan cara penyajian dalam bentuk simpulan. Indikator Kinerja Yang menjadikan indikator keberhasilan PTK ini adalah jika 85% siswa menguasai kompetensi dasar
yang berkaitan dengan aspek
ketrampilan menulis prosa deskripsi diukur dari ketertiban siswa secara aktif dalam proses menulis prosa deskripsi yang dikaitkan dengan model webbing. Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran menulis prosa deskripsi adalah sebagai berikut : a) Proses perbaikan pembelajaran menulis prosa deskripsi dinyatakan berhasil jika 85% siswa tuntas belajar dengan KKM 73. b) Proses perbaikan pembelajaran menulis prosa deskripsi dinyatakan berhasil jika 85% siswa terlibat aktif selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran. c) Ketuntasan menulis prosa deskripsi meliputi ejaan, pengembangan topik, dan isi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Siklus pertama ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu 1) perencanaan 2) Pelaksanaan tindakan 3) observasi dan 4) refleksi Perencanaan Kegiatan pada tahap ini yaitu: 1. Menyusun program pembelajaran keterampilan menulis prosa deskripsi dengan menggunakan model webbing 2. Menyusun perangkat tes untuk diagnosis awal 3. Menyusn perangkat observasi untuk merekam kondisi pembelajaran saat berlangsung tindakan.
16
4. Menyediakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan untuk kegiatan menulis prosa deskripsi. 5. Menyusun perangkat evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan menulis prosa deskripsi, setelah siswa mendapat tindakan Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah ditentukan, peneliti menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran dan skenario tindakan. Skenario tindakan merupakan tahapan kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran menulis prosa deskripsi yang dilakukan guru dan siswa. Disamping
itu,
peneliti telah
menyiapkan
lembar
kerja,
materi
pembelajaran menulis prosa deskripsi, dan alat bantu pembelajaran berupa jaring laba-laba dan boneka. Peneliti
berkolaborasi
dengan
teman
sejawat
(observer)
menyiapkan lembar observasi dengan kriterianya, untuk digunakan dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pada tahap ini, peneliti melaksankan rencana dan program yang telah disusun sebelumnya, yaitu pembelajaran menulis prosa deskripsi dengan model webbing. Siswa secara acak diajak tanya jawab mengenai bagian-bagian suatu benda misalkan boneka. Mata, hidung, rambut,warna kulit, warna baju dsb., selanjutnya siswa menyusun bagian-bagian boneka dalam lingkaran webbing dan ditindaklanjuti dengan menulis prosa deskrpsi. Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, peneliti telah menyiapkan lembar kerja yang berisi jaring laba-laba dan disertai beberapa pertanyaan sederahana yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir logis, sistematis, dan kritis serta dapat memancing imajinatif dalam mendeskrpsikan mainan boneka, antara lain : 1) Mainan apakah yang Ibu tunjukan ini ? (tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 1!) 2) Berwarna apakah mata boneka ini ? (tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 2!) 3) Bagaimanakah bentuk hidung boneka ini? 17
(tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 3!) 4) Bagaimanakah jenis dan warna rambut boneka ini? (tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 4!) 5) Berwarna apakah baju yang dipakai boneka ini ? (tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 5!) 6) Apakah boneka ini cantik dan lucu? (tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 6!) 7) Apakah anak-anak suka kepada boneka ini? (tuliskan jawaban tersebut pada lingkaran jaring laba-laba pada nomor 7!) Agar dalam kegiatan belajar mengajar terjadi multiinteraksi, maka peneliti membentuk kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari tiga orang. Tiap kelompok diberi lembar kerja yang berisi gambar jarring laba-laba yang disertai beberapa pertanyaan di atas. Peneliti memberikan penjelasan singkat cara dan contoh mengisi hasil jawaban pada jaring laba-laba dan proses pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut : Tahap pertama, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kerja dan hasil jawaban singkat tersebut diisikan atau dituliskan pada lingkaran-lingkaran jaring laba-laba. Tahap kedua, siswa mengembangkan hasil jawaban singkat tersebut menjadi kalimat sederhana. Tahap ketiga, siswa menyusun kalimat sederhana tersebut dalam satu pokok pikiran menjadi satu paragraf. Setelah peneliti menjelaskan tahapan tersebut, peneliti mengecek kesiapan siswa, dengan kesiapan siswa ini,
peneliti baru
melangkah pada kegiatan inti. Kegiatan Inti Pada proses pembelajaran tahap pertama, siswa secara kelompok kecil mengerjakan lembar kerja yang telah dibagikan peneliti kepada tiap-tiap kelompok mengenai pertanyaan-pertanyaan bagian pada mainan boneka dengan jawaban singkat. Peneliti membimbing secar kontinyu kepada tiaptiap kelompok.. Anggun Cahyaningrum dari kelompok ke-1 bertanya mengenai jawaban pertanyaan yang dicantumkan pada lingkaran jaring laba-laba, “Bu, jawaban 18
ini ada yang menerjang lingkaran, tidak apa-apa?” Jawab peneliti “Tidak apaapa Anggun, yang penting tulisanmu jelas!”. Peneliti mengecek hasil diskusi pada tiap-tiap kelompok, ternyata masih ada dua kelompk (kelompok 4 dan 7) yang belum bisa menjawab pertanyaan terakhir” Apakah anak-anak suka pada boneka?” Secara bergantian dalam kelompok 4 dan 7 dilakukan pertanyaan menggali oleh peneliti. Melalui pertanyaan ini siswa dapat menjawab pertanyaan terakhir dengan tepat. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tahapan pertama, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kerja, maka pada proses pembelajaran tahap kedua, setiap kelompok mulai menyusun jawaban singkat pada tiap lingkaran jaring laba-laba menjadi kalimat sederhana dengan bimbingan peneliti. Pada tahap kedua ini ada tujuh belas orang secara menyebar dalam tiap kelompok sulit mengembangkan hasil jawaban singkat menjadi kalimat sederhana. Dalam hal ini peneliti menanggulangi permasalahan tersebut dengan pertanyaan evokatif (pancingan) dan bimbingan. Dengan upaya ini tujuh belas siswa tersebut ternyata dapat menulis kalimat sederhana walaupun belum begitu lancar. Tahap ketiga, siswa melaksanakan tugas mengelompokkan kalimat-kalimat dalam satu pokok pikiran menjadi paragraf. Cara menyusun paragraf ini peneliti memberikan pertanyaan sebagai berikut, “Sekarang manakah kalimatkalimat yang mempunyai makna kecantikan boneka?” Beberapa siswa menunjukkan jarinya, “ Saya Bu, saya Bu, saya Bu!”secara serentak. Jawaban Ihsan Kamil betul, yaitu kalimat jawaban nomor 1 s.d. nomor 5.”Sekarang semua kelompok menyusun kalimat jawaban nomor 1 s.d. nomor 5 menjadi satu paragraf. Setelah siswa menyusun paragraf
pertama, peneliti memberikan
pertanyaan, “Kalimat-kalimat manakah yang memberikan satu pokok pikiran mengenai kesan terhadap boneka?” Serentak siswa menunjukkan jari, “Silakan Sendy jawab perytanyaan Ibu tadi!” Jawab Sendy, “Kalimat jawaban nomr 6 dan 7, Bu!”. Peneliti memberikan pujian, “Baik sekali jawabanmu.” Sekarang semua kelompok menyusun kalimat nomor 6 s.d 7 menjadi satu paragraf. 19
Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir ini, peneliti memberikan umpan balik berdasarkan hasil evaluasi menulis prosa deskrpsi dan memberikan tugas pekerjaan rumah sebagai kegiatan tindakan lanjut, yaitu menulis prosa deskrpsi tentang pemandangan alam. Observasi Pada tahap ini, dilakukan observasi pencatatan hasil observasi terhadap kondisi yang terjadi pada saat berlangsungnya tindakan terutama meliputi aktivitas dan respon siswa. Observasi ini dilakukan oleh tim peneliti mengggunakan perangkat yang telah disiapkan. Analisis dan Refleksi Rekaman data yang diperoleh pada tahap observasi diolah dan dianalisi pada tahap ini. Hasil olah data dan analisis digunakan sebagai acuan refleksi yang kemudian menjadi dasar penyusunan rencana kegiatan/tindakan pada siklus berikutnya. Pembelajaran pada siklus pertama ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Penerapan model webbing tindakan inti untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis prosa deskripsi. Model webbing dilakukan agar siswa mencapai kompetensi menulis prosa deskripsi sesuai atau melebihi KKM yang ditentukan, yaitu 73. Penilaian Kompetensi menulis prosa deskripsi meliputi tiga aspek, yaitu pengembangan topik, isi, dan ejaan. Rentang nilai rata-rata seluruh aspek yang diperoleh siswa pada siklus pertama seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 : Skor hasil belajar menulis prosa deskripsi pada siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8
Rentang Nilai 97 - 100 93 - 96 87 - 92 83 - 86 77 - 82 73 - 76 66 - 72 63 - 66
Jumlah Siswa 2 4 4 16 6 2 20
Proses pembelajaran pada siklus pertama ini menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sebagian besar siswa merasa senang dan tertarik ketika guru memberi contoh menulis prosa deskripsi dengan model webbing. Para siswa mulai mengerti cara-cara untuk menghilangkan hambatan internal yang menyebabkan mereka tidak mampu menulis prosa deskripsi. Secara responsif siswa menanggapi peran guru maupun teman. Ketika guru memberi contoh dengan serius, siswa pun secara spontan terbawa alur pembelajaran guru tersebut. Pada siklus pertama ini peningkatan terlihat pada penguasaaan isi. Aspek ejaan dan pengembangan topik masih belum terlihat optimal. Sebagian besar siswa masih terlihat ragu atau kurang tahu apa yang dikendaki. Siswa yang mampu mencapai KKM didukung oleh perolehan nilai dari aspek isi. Setelah dilakukan refleksi, diperoleh data bahwa penyebab kelemahan siswa dalam menulis proses deskripsi diantaranya adalah adanya perasaan ragu atau kurang percaya diri, kurang memahami petunjuk penulisan, dan ketidakmampuan mewujudkan ekspresi penulisan. Ditinjau dari prosenya, pembelajaran pada siklus pertama ini baru sedikit siswa yang mampu membantu guru untuk menjadi contoh bagi temantemanya yang belum bisa sehingga tidak semua siswa mampu menulis prosa deskripsi dengan baik. Beberapa hambatan tersebut menyebabkan ketuntasan pada pembelajaran menulis prosa deskrpsi belum dapat dicapai semua siswa. Meski demikian, ada sebagaian kecil siswa yang mampu mencapai nilai melampaui KKM, bahkan ada yang mendapat nilai 90 dari ketiga aspek penilaian. Siklus Kedua Perencanaan pada siklus kedua ini disusun berdasarkan hasil observasi dan refleksi siklus pertama. Hal ini dimaksudkan agar hasil pembelajaran pada siklus kedua mengalami peningkatan. Untuk itu, hambatan-hambatan yang ditemukan pada siklus pertama diatasi pada siklus kedua, terutama
pada
pelaksanaan tindakan. Bersamaan dengan itu dilakukan observasi. Kemudian dilanjutkan tahap refleksi. Perencamaam pada siklus kedua hampir sama dengan siklus 21
pertama. Bedanya pada tahap kedua tidak ada diagnosis awal karena data sudah diperoleh dari refleksi siklus pertama. Sedangkan kegiatan lainnya ditunjukkan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan pada siklus pertama. Dengan demikian, perbaikan maupun penyempurnaan terlihat pada tahap-tahap siklus kedua ini. Hambatan dan kelemahan yang ditemukan pada siklus pertama dikaji dan diperbaiki pada siklus kedua yang diawali dengan perencanaan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dari berbagai hal pada kompetensi menulis prosa deskripsi, diperoleh hasil rat-rata pembelajaran seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 : Hasil belajar kompetensi menulis prosa dekripsi siklus II. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Rentang Nilai 97 - 100 93 - 96 87 - 92 83 - 86 77 - 82 73 - 76 66 - 72 63 - 66
Jumlah Siswa 5 7 14 6 1 1 -
Perbaikan yang dilakukan pada siklus II ternyata berpengaruh pada hasil
belajar
siswa.
Tabel
di
atas
menunjukkan
33
siswa
telah
menguasai/mencapai kompetensi menulis prosa deskripsi sesuai KKM yang telah ditentukan. Bahkan beberapa siswa memperoleh nilai yang cukup memuaskan. Perbaikan teknis yang dilakukan pada siklus kedua ini adalah dengan menambah gambaran contoh-contoh model webbing, untuk menjadi motivasi bagi siswa lain yang masih mengalami hambatan dalam pembelajaran. Dengan demikian, jumlah siswa yang berhasil pada siklus kedua ini lebih banyak dari siklus kesatu. Tindakan pada siklus kedua, mampu memberi pelatihan pada siswa secara komprehensif meliputi semua aspek keterampilan menulis prosa deskripsi meliputi ejaan, isi, dan pengembangan topik. Dengan langkah 22
ini, situasi yang dikehendaki dengan cepat terbangun dan siswa yang belum kompeten akan dengan cepat terbawa pada ketuntasan. Teknis ini membawa hasil yang cukup signifikan. Peningkatan hasil belajar dari siklus pertama dengan siklus kedua terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3 : Perbandingan hasil belajar menulis prosa deskripsi siklus I dan II No
Rentang Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8
97 - 100 93 - 96 87 - 92 83 - 86 77 - 82 73 - 76 66 - 72 63 - 66
Jumlah Siswa Siklus I Siklus II 5 2 7 4 14 4 6 16 1 6 1 2 -
E. Pembahasan Pembelajaran kompetensi menulis prosa deskripsi pada awalnya dilakukan secara konvensional yaitu dengan teknik ceramah dan pemberian contoh, ternyata belum mampu mengantarkan para siswa untuk menguasai kompetensi tersebut. Hanya sekitar 19,4% siswa yang memperoleh nilai tuntas dari KKM, sedangkan 85% siswa belum mampu mencapai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Penyebab terjadinya keadaan ini adalah kurang tertariknya siswa terhadap metode dan materi pembelajaran tersebut. Faktor keberanian untuk berekpresi menjadi penyebab kegagalan sebagaian besar siswa. Para siswa awalnya merasa berat menulis prosa deskripsi dengan cara penjelasan konvensional. Namun setelah di terapkan model webbing siswa antusias dan amat tertarik. Setelah dilakukan pengkajian terhadap hasil belajar pada kondisi awal terlihat munculnya permasalahan pada pembelajaran menulis prosa deskrpsi. Kekurangtertarikan siswa terhadap materi ini diatasi dengan keterlibatan langsung guru dalam mencontohkan pembelajaran dengan model webbing. Langkah ini ternyata mampu mengubah situasi pembelajaran.
23
Proses pembelajaran yang awalnya dingin, pasif, berubah menjadi bergairah dan partisipasi siswa meningkat. Para siswa merasa pembelajaran ini berlangsung dalam situasi yang betul-betul interaktif. Mereka merasa benarbenar berada dalam kondisi realitas antara apa yang akan ditulis dan apa yang tertulis dalam model webbing. Strategi ini ternyata cukup efektif untuk kemalasan siswa menjadi bersemangat dan berani. Hasil pembelajaran dengan model webbing pada siklus pertama cukup menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dari kondisi awal 20% siswa tuntas meningkat menjadi 52,7% siswa mencapai ketuntasan. Peningkatan ini terjadi pada aspek ejaan, pengembangan topik dan isi. Kelemahan yang terjadi pada siklus pertama terutama terletak pada model yang dianggap barang baru bagi siswa. Ini menyebabkan tidak semua siswa berkonsentrasi dalam pembelajaran ini. Kelemahan ini diperbaiki dengan memperbanyak contoh-contoh model webbing untuk memacu semua siswa yang bermasalah dalam satu proses pembelajaran. Siswa yang bermasalah menjadi lebih bersemangat untuk bisa menulis prosa deskripsi seperti teman-teman yang sudah pandai. Disamping itu, rasa takut dan minder dapat diminimalisasi karena yang dihadapi adalah teman sendiri. Dengan semangat yang semakin terpacu tersebut, prestasi siswa dalam menulis prosa deskripsi menjadi meningkat, baik yang telah tuntas maupun yang awalnya belum tuntas. Hasil pada kondisi awal 20%, meningkat pada siklus pertama menjadi 52,7%, dan siklus kedua menunjukan peningkatan yang cukup menggembirakan menjadi 97,2% siswa mencapai ketuntasan pada materi menulis prosa deskrpsi. Jika siklus ini dilanjutkan sangat mungkin ketuntasan individual semua siswa kelas IX A pada kompetensi menulis prosa deskripsi akan tercapai. Artinya 100% siswa kelas IX A memperoleh nilai minimal 73 atau lebih pada pembelajaran menulis prosa deskripsi
F. PENUTUP Simpulan Mencermati hasil dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 24
Kegiatan belajar mengajar menulis prosa dekripsi dengan menggunakan model webbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa ini terjadi karena siswa kelas IX A semester 1 SMP Negeri 2 Bantarsari Tahun Pelajaran 2014/2015 tampak aktif, inisiatif, kreatif dan senang dalam menjawab dan menuliskan bagian-bagian benda/alam dalam jaring laba-laba, menyusun topik karangan dari bagian-bagian benda/alam, mengembangkan topik karangan menjadi kalimat dan kalimat-kalimat itu disusun menjadi paragraf sehingga menjadi karangan prosa deskripsi. Peningkatan pembelajaran menulis prosa deskrpsi melalui model webbing dinyatakan berhasil karena didukung pula dengan penggunaan metode bervariasi, yaitu metode tanya jawab, metode tugas, metode diskusi, dan metode latihan. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa rekomendasi tindak lanjut sebagai berikut : 1. Guru mampu menyampaikan pembelajaran keterampilan menulis prosa deskripsi harus menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan. 2. Dalam pembelajaran keterampilan menulis prosa deskripsi, siswa hendaknya diberi tugas mengoreksi hasil karangan teman secara berpasangan. 3. Seyogyanya guru memperhatikan secara khusus kepada siswa yang belum tuntas untuk dapat ditingkatkan prestasi belajarnya dengan penuh kesabaran dan ketekunan.
DAFTAR PUSTAKA Aizid, Rizem. 2011. Super Quick Reading; Bisa Baca Secepat Kilat. Yogyakarta: Buku Biru. Arikunto, Suharsimi.2008. Penelitian Tinadakan Kelas Cet. Ke-7. Jakarta : PT Bumi Aksara. Combs. Martha.1996. Development Competent Readers and Writers in the Primary Grades. Englewood Cliffs N.J. : Prentice Hall, Inc. 25
Fanani, Zainuddin. 1987. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis 2. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Hopkins, David. 2008. A Teacher’s Guide to Classrom Research (Edisi 4) diterjemahkan Achmad Fawaid. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah. Moleong, J.Lexy.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muchlisoh, dkk.1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta : Depdikbud. Nurgiyantoro,Burhan.2012.Penilaian Pembelajaran Bahasa.Yogyakarta: BPFE. Rahardi, Kunjana.2010. Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta;Universitas Atmajaya. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rusidi. 2009.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Pendidikan Umum dan Pendidikan Keagamaan). Jakarta: CV Naga Jawa Berdikari. Sabarti Akhadaiah, Maidar G. Asrjad, dan Sakura H. Ridwan. 1996. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Samsudin dan Budiman.2003. Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pressindo.
Suwandi, Sarwiji. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka. ----------------------. 2011. Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Tarigan, Henry Guntur.2008. Menulis suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
26
Tomkins, G.E.1994. Teaching Writing : Balancing Process and Product. Newyork:Macmillan Publishing Company. Winkel,W.S.2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : FKIP Universitas Sanata Darma. Yunus, Muhammad, dkk. 2014. Materi Pokok Keterampilan Menulis.Tangerang: universitas Terbuka. Zainurrahman. 2011. Menulis dari Teori hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme).Bandung: Alfabeta.
27