WORKSHOP REGIONAL II Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro dan Koperasi di NTT dalam Memberdayakan Usaha Mikro dan Kecil
PROCEEDING REPORT Kupang, Nusa Tenggara Timur, 3 April 2008
Didukung oleh:
Daftar Isi
LATAR BELAKANG WORKSHOP _____________________________________ 3 AGENDA _________________________________________________________ 4 PENDAHULUAN ___________________________________________________ 5 1.
Sambutan Penyelenggara ____________________________________________ 5
2.
Sambutan Pembukaan _______________________________________________ 6
SESI I: PAPARAN PEMERINTAH & TELAAH AKADEMISI _________________ 7 1.
Perkembangan LKM & Koperasi di NTT dan Tantangannya di Masa Depan ______ 7
2.
Perkembangan Usaha Kecil dan Mikro dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi NTT serta Tantangan Kondisi Usaha Saat Ini _________________________________ 8
SESI II: PERANAN KOPERASI ______________________________________ 10 1.
Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita – Tanggung Renteng dan Pemberdayaan Kelompok Pengusaha & Pedagang Kecil ________________________________ 10
2.
Primer Koperasi Kredit Serviam – Tantangan dan Kesempatan dalam Penyaluran Pembiayaan Usaha di Masa Depan ____________________________________ 12
PANEL DISKUSI __________________________________________________ 15 Sesi III: Berbagi Pengalaman & Motivasi Usaha ________________________ 25 1.
Pengalaman dalam Menjalankan Usaha Peternakan_______________________ 25
2.
Pengalaman dalam Menjalankan Usaha Ojek ____________________________ 25
KESIMPULAN ____________________________________________________ 26 LAMPIRAN: DOKUMENTASI, DAFTAR HADIR & KLIPPING KORAN ________ 27
2/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
LATAR BELAKANG WORKSHOP Peranan keuangan mikro sebagai ujung tombak dalam pengentasan kemiskinan telah mendapat pengakuan secara nasional dan internasional. Di Indonesia, pelaku usaha mikro dan kecil atau yang lebih dikenal dengan ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini terbukti telah menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi dan menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Usaha mikro dan kecil umumnya memiliki keunggulan antara lain penyediaan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja setempat, pemanfaatkan sumber daya alam lokal, dan penciptaan nilai tambah pembangunan ekonomi daerah. Di pihak lain, lembaga keuangan mikro dan koperasi sebagai pendukung usaha mikro berperan strategis dalam memobilisasi dana dan sumber daya lainnya guna mengembangkan usaha masyarakat tersebut. Untuk itu, pembangunan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan lembaga keuangan mikro dan koperasi sebagai penggerak ekonomi kerakyatan menjadi perhatian banyak pihak, termasuk lembaga-lembaga internasional. Dalam kerangka kerjasama Indonesia ▬ Uni Eropa dalam Program Asia Invest, pada tanggal 3 April 2008, bertempat di Hotel Silvia, Kupang, telah diselenggarakan workshop regional dengan tema ”Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro & Koperasi di NTT dalam Memberdayakan Usaha Mikro & Kecil”. Workshop ini diselenggarakan oleh Yayasan Bina Usaha Lingkungan-Jakarta berkerjasama dengan Primer Koperasi Kredit Serviam-Kupang atas dukungan Europe Aid. Tujuan diadakannya workshop ini adalah: (1) Melakukan pemetaan atas perkembangan LKM, koperasi, dan usaha kecil dan mikro di NTT serta inventarisasi atas kendala dan tantangan yang dialami LKM, koperasi, dan usaha saat ini dan di masa depan. (2) Memperkenalkan skema penyaluran keuangan mikro yang telah dilakukan Koperasi Setia Budi Wanita yang bekerjasama dengan YBUL (3) Mengetahui kebutuhan Primer Koperasi Kredit Serviam secara khusus di masa sekarang dan di masa depan, serta memfasilitasi sharing pengalaman dan kiat-kiat praktis dalam menghadapi tantangan usaha di masa mendatang. Workshop yang dibuka oleh Bp. Agus Widianto, selaku Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan-Jakarta, menghadirkan Pemerhati Koperasi dan Usaha Kecil dari UNIKA Widya Mandira, Drs. Welhelmus Ngete, MM; Kepala Dinas Koperasi Provinsi NTT, Ir. Victor M. Djaranjoera; Sekretaris Kop. Serba Usaha Setia Budi Wanita-Malang, Ibu Herni Y. Lestari; serta dua nasumber yang juga pelaku usaha kecil dan mikro yang cukup berhasil di Kota Kupang. Peserta workshop ini tidak hanya terbatas pada Pengurus & Anggota Primer Koperasi Kredit Serviam, namun juga berbagai instansi terkait termasuk DPRD Kota Kupang, Dinas Koperasi & Perindustrian Daerah - Kota Kupang Dan Wilayah NTT, Koperasi di Kota Kupang, Akademisi, Masyarakat Umum Pemerhati Perkembangan Koperasi Dan Usaha Kecil, dan tentunya para Pelaku Usaha Kecil di Kota Kupang. Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum atas pelaksanaan workshop ini serta referensi atas pandangan dan tindak lanjut yang diharapkan para peserta workshop.
3/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
AGENDA Tempat:
Meeting Room, Hotel Silvia, Kupang, Nusa Tenggara Timur
Tanggal:
Kamis, 3 April 2008
08.30 – 09.00
Registrasi & Snack Pagi
09.00 – 09.05
Pembukaan
09.05 – 09.30
Kata Sambutan
09.30 – 09.45
•
Drs. Wara Sabon Dominikus, M.Sc (Ketua Primer Koperasi Kredit Serviam, Kupang)
•
Agus Widianto (Direktur Eksekutif YBUL, Jakarta)
Rehat Kopi Pagi Sesi I: Paparan Pemerintah & Telaah Akademisi
09.45 – 10.30
•
Perkembangan LKM & Koperasi di NTT dan Tantangannya di Masa Depan Bp. Ir. Victor M. Djaranjoera (Dinas Koperasi & UKM Propinsi NTT)
10.30 – 11.00
•
Perkembangan Usaha Kecil dan Mikro dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi NTT serta Tantangan Kondisi Usaha Saat Ini Bp. Drs. Wilhelmus Ngete, MM (Dosen Unika Widya Mandira, Kupang)
Sesi II: Peranan Koperasi 11.00 – 11.30
•
Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita – Tanggung Renteng dan Pemberdayaan Kelompok Pengusaha & Pedagang Kecil Ibu Herni Y. Lestari (Koperasi SU Setia Budi Wanita,Malang)
11.30 – 12.00
•
Primer Koperasi Kredit Serviam –Tantangan dan Kesempatan dalam Penyaluran Pembiayaan Usaha di Masa Depan Bp.Benediktus Seran (Koperasi Kredit Serviam, Kupang)
12.00 – 13.00
Makan Siang
13.00 – 15.00
Diskusi & Tanya Jawab
15.00 – 15.15
Rehat Kopi Sore
15.15 – 16.00
Sesi III: Berbagi Pengalaman & Motivasi Usaha Bp. Khayus A. Tutratan (Anggota Primer Koperasi Kredit Serviam) Bp. Aloysius Beribe (Anggota Primer Koperasi Kredit Serviam)
16.00 – 16.10
Perumusan Kesimpulan
16.10 – 16.30
Penutupan & Penyerahan Setifikat
4/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
PENDAHULUAN 1. Sambutan Penyelenggara Bapak Drs. Wara Sabon Dominikus, M.Sc (Ketua Primer Koperasi Kredit Serviam, Kupang) Seminar sehari ini dilaksanakan atas kerjasama Kopdit Serviam dengan Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL) dan European Aid Jakarta. Kerjasama ini bukan suatu kebetulan tetapi sesungguhnya suatu moment untuk merajut langkah bersama semua kita dalam upaya meningkatkan kehidupan masyarakat umumnya. Diharapkan, seminar sehari ini dapat menjadi forum untuk saling bertukar gagasan yang mendukung tugas kita bersama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. LKM, termasuk didalamnya koperasi, yang selama ini berperan sebagai katalasitor dalam segitiga kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, sudah sewajarnya duduk bersama untuk memikirkan dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan bersama demi meningkatkan martabat hidup rakyat. Secara umum, peran LKM dan koperasi sebagai katalisator dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat diantaranya: 1. Melakukan advokasi, yaitu dengan menyelaraskan produksi rakyat kecil dengan kebijakan yang dihasilkan pemerintah. 2. Mengembangkan jaringan kerja pada semua pelaku usaha dengan upaya mengintegrasikan sektor usaha rakyat kecil kedalam sistem kerja dunia modern sesunguhnya dapat mengembangakan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan seperti dalam hal permodalan. 3. Memberdayakan ekonomi rakyat, yaitu dengan mengembangkan berbagai model yang dapat dijangkau dan mendukung sektor ini; antara lain dengan melakukan pelatihan-pelatihan wirausaha, pelatihan management keuangan, pengembangan jaringan produksi dan jaringan pengembangan jaringan distribusi produk usaha kecil. Program Pemberdayaan Ekonomi Rakyat atau PER, yang digulirkan Pemerintah selama ini, harus kita dukung dan kita berikan masukan yang bermanfaat, sehubungan dengan metode dan pola pelaksanaannya. Karena dengan berfikir bersama, bertindak bersama, niscaya kita dapat membawa masyarakat NTT yang katanya “nasib tak tentu” menuju masyarakat yang ”near to top” dalam kehidupan ekonomi. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, together we are better. Untuk itu, telah hadir bersama kita, para pemateri, Drs. Welhelmus Ngete MM dari UNIKA Widya Mandira, Kepala Dinas Koperasi Provinsi NTT, Ir. Victor M. Djaranjoera, dan Ibu Herni Y. Lestari dari Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita-Malang, yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ide dan gagasannya dengan kita semua pada hari ini. Kami sangat berterima kasih atas kehadiran pengurus dan anggota kopdit Serviam, pengurus Puskopdit dan Primer kopdit Timor, teman-teman sejawat perkoprasian, yang berkompetensi dan selalu memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi kemajuan koperasi di kota Kupang. Semoga dengan workshop kita hari ini, kita dapat menggalang kerjasama yang lebih erat dan nyata guna memajukan perkoperasian dan usaha kecil kota Kupang pada khususnya, dan NTT pada umumnya. Terakhir, terima kasih kami sampaikan kepada YBUL dan EuropeAid yang telah mendukung pelaksanaan seminar hari ini. Harapan kami adalah kegiatan ini bukan kegiatan pertama dan terakhir, namun sebaliknya, kegiatan ini merupakan kesempatan untuk saling berbagi gagasan guna memajukan kegiatan pemberdayaan ekonomi rakyat di NTT, sebagai tanda panggilan bagi seluruh pengurus YBUL untuk mengabdikan diri secara langsung bagi masyarakat NTT.
5/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
2. Sambutan Pembukaan Agus Widianto (Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan, Jakarta)
Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro telah sejak lama terbukti sebagai sarana yang efektif dan strategis untuk mengembangkan ekonomi rakyat dan memberdayakan rakyat kecil. Melalui koperasi, masyarakat yang memiliki kegiatan mikro yang produktif dapat dengan mudah melakukan berbagai aktivitas keuangan yang memungkinkan mereka mempertahankan usaha mereka dari berbagai kendala yang mungkin timbul dan bahkan mengembangkan kegiatan usahanya. Namun, usaha untuk memperluas akses keuangan bagi masyarakat kecil produktif perlu diimbangi dengan usaha pengembangan potensi koperasi itu sendiri. Melalui program program Asia Invest dukungan EuropeAid, YBUL diamanatkan untuk meningkatkan kapasitas dari lembaga-lembaga keuangan mikro di Indonesia, terutama dengan memberikan kesempatan kepada teman-teman yang bergerak dibidang ini untuk saling berbagi kiat, best practice, dan pengalaman dalam mengembangkan kapasitas organisasinya serta usaha mikro binaannya. Sebagai contoh, tahun 2006 kemarin, kami mengundang Ibu Herni dari Koperasi Setia Budi Wanita di Malang ke Brusel untuk bertemu dengan para pelaku utama lembaga keuangan mikro Eropa, berdiskusi dan berbagai pengalaman tentang perkembangan keuangan mikro di Indonesia dan Eropa. Program Asia Invest ini juga mendorong kerjasama antar pelaku keuangan mikro di Indonesia, juga kerjasama pelaku keuangan mikro di Indonesia dengan pelaku keuangan mikro di Eropa. Untuk itu, YBUL berkerjasama dengan Kopdit Serviam bermaksud untuk berbagi pengalaman dengan melaksanakan workshop hari ini dengan tema “Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro & Koperasi di NTT dalam Memberdayakan Usaha Mikro & Kecil”. Kami berharap workshop ini dapat menjadi “sharing forum” bagi kita semua, berbagi pengalaman atas kegiatan yang sudah kita lakukan dan kendala yang kita hadapi. Kita juga mengharapkan ibu Herni dapat memberikan kiat-kiat yang praktis yang dijalankan SBW untuk meningkatkan kapasitas organisasi dan anggotanya, guna menyiasati tantangan ke depan yang semakin sulit. Dengan melihat perkembangan perekonomian nasional saat ini, maka tujuan acara ini secara umum ada 3, yaitu: 1. Melakukan pemetaan atas perkembangan koperasi dan usaha kecil/mikro di Kupang, dan NTT pada umumnya. 2. Memperkenalkan metode penyaluran kredit mikro yang telah dilakukan SBW beserta ke strategi peningkatan partisipasi anggota dalam mengembangkan koperasinya. 3. Mengetahui kebutuhan primer Koperasi Serviam dimasa sekarang dan dimasa depan, nanti bisa diidentifikasi tantangan dan kendala dimasa depan, Permikiran pengurus Kopdit Serviam yang maju telah memacu YBUL untuk menjalin kerjasama yang lebih nyata dengan memfasilitasi Kop SU SBW untuk berbagai pengalaman, menjalin kerjasama, dan bersinergi dengan Kopdit Serviam dan koperasi lainnya di Kupang guna meningkatkan wawasan organisasinya serta memanfaatkan potensi yang ada. Dan lebih jauh, kami juga berharap, workshop ini dapat mengangkat dan mempublikasikan kondisi perkoperasian di Kupang dan serta kesempatan kerjasama yang ada di NTT ini kepada para pelaku keuangan mikro di Eropa.
6/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
SESI I: PAPARAN PEMERINTAH & TELAAH AKADEMISI 1. Perkembangan LKM & Koperasi di NTT dan Tantangannya di Masa Depan Bp. Ir. Victor M. Djaranjoera (Kepala Subdit Fasilitasi Pembiayaan dan Simpan Pinjam - Dinas Koperasi & UKM Propinsi Nusa Tenggara Timur) I.
Perkembangan LKM & Koperasi dan Upaya Pemda
Sebagai bagian integral dalam memperkuat perekonomian nasional, LKM dan koperasi merupakan salah satu alat untuk memberdayakan potensi rakyat dengan basis kebersamaan. Keberadaan LKM dan Koperasi telah lama mengakar di masyarakat dan ketangguhannya bertahan hidup di tengahtengah krisis ekonomi telah menggugah Pemerintah dan para pengambil keputusan untuk menjadikan LKM dan Koperasi sebagai modal penataan ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sebagai bagian dari kebijakan nasional perekonomian nasional. Di NTT, koperasi berkembang dengan sangat pesat hampir pada setiap sektor usaha dan keberadaannya memiliki peranan yang sangat penting bagi penguatan sektor usaha. Dengan kebutuhan modal yang tidak besar, telah memungkinkan LKM dan Koperasi memiliki daya lentur dan keluwesan yang memadai untuk beradaptasi terhadap perubahan yang dinamis yang memberikan sumbangan nyata kepada pertumbuhan, pemerataan dan penciptaan lapangan kerja. Peran Pemerintah Daerah dalam upaya mendorong LKM dan Koperasi yang mandiri adalah dengan memberikan berbagai kesempatan dan perkuatan permodalan dan pembinaan yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan dukungan permodalan, diharapkan LKM dan Koperasi dapat meningkatkan pendapatan anggotanya dan masyarakat serta mampu menarik tenaga kerja untuk bekerja didalamnya. Pengertian LKM atau Lembaga Keuangan Mikro adalah suatu lembaga yang melakukan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal. Dengan adanya kata “mikro” pada LKM, maka beberapa orang melihat bahwa sebuah LKM haruslah berukuran mikro dan tidak boleh besar. Pengertian ini tentu saja merupakan pengertian sesat karena, “mikro” pada LKM bukan merupakan ukuran lembaga keuangan tersebut, tetapi merupakan jenis pelayanan yang diberikan kepada suatu masyarakat tertentu. Mengenai ukuran LKM, jumlah dana yang dikelola, jumlah karyawan, jumlah peminjam sama sekali tidak berhubungan dengan penyebutan “Lembaga Keuangan Mikro”. Bahkan sebaliknya, LKM harus menjadi besar karena biaya operasinal LKM relatif besar, sedangkan nilai kredit dan simpanannya mikro/kecil. Maka, untuk dapat tetap maju, LKM harus memiliki volume yang besar. Seiring dengan dicanangkannya Tahun Keuangan Mikro International pada tahun 2005, sejak dua tahun yang lalu, telah ada upaya untuk merancang Undang-Undang mengenai Lembaga Keuangan Mikro, dan kosepnya telah ada; namun, konsep itu sampai saat ini masih belum dibahas oleh DPR. II. Bentuk Lembaga Keuangan Mikro & Perkembangannya di NTT Berdasarkan bentuknya, lembaga kuangan dapat dibagi menjadi 3 kategori: 1) Lembaga Perbankan: BPR, BRI Unit, Danamon ¾ Lembaga Keuangan Mikro: BPR, BRI Unit, Danamon SP, Bukopin, Credit Union dan LKM-LSM 2) Lembaga Bukan Bank Formal: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Kredit 3) Lembaga Bukan Bank Non Formal : KSM, Arisan, Rentenir 7/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Koperasi di NTT berjumlah 1.230 koperasi dengan total anggota 372.197 orang. Dari jumlah ini, saat ini terdapat sekitar 100 koperasi yang tidak aktif. Berdasarkan tahun buku 2007, jumlah simpanan koperasi adalah Rp. 17.4 milyar dan jumlah asset koperasi adalah Rp. 391.7 milyar. Sedangkan volume usaha yang dihasilkan adalah Rp. 167.1 milyar. Sampai dengan saat ini, terdapat 420 LKM di NTT yang dibina khusus oleh Departemen Koperasi. III. Permasalahan Koperasi dan Kebijakan & Strategi Pemerintah ke Depan Permasalahan Internal: 1) Kualitas SDM masih sangat lemah terutama di bidang keorganisasian, keuangan, administrasi, pembukuan 2) Struktur Permodalan LKM masih mengandalkan modal luar, hal ini disebabkan karena lebih banyak anggota yang meminjam dari pada menyimpan 3) Infrastruktur Teknologi masih terbatas, terutama dalam memanfaatkan sistem komputer 4) Kurang pemahaman dan pelaksanaan pengelolaan usaha dengan prinsip kehati-hatian serta menjaga tingkat kesehatan LKM dan koperasi sebagai kepercayaan anggota 5) Kurangnya pemahaman jati diri koperasi dalam pelaksanaan praktek koperasi yang benar, seperti manajemen pengelolaanan USP-koperasi yang belum otonom & penyelengaraan RAT yang tidak tepat waktu. Permasalahan Eksternal: 1) Pengawasan dan pembinaan yang belum optimal karena terbatasnya pemahaman UU Koperasi dari Dinas koperasi akibat intensitas mutasi tinggi sekali 2) Tingkat kepercayaan anggota yang relatif masih rendah 3) Citra koperasi yang masih kurang baik yang merupakan hambatan dalam melakukan persaingan usaha dengan lembaga keuangan lainnya Kebijakan dan strategi kedepan dalam pengembangan LKM dan Koprasi 1) Memperkuat struktur keuangan LKM dan koperasi melalui dana perkuatan permodalan 2) Memperkuat SDM Pengelola LKM dan koperasi melalui peningkatan kapasitas pengelolaan dan pendampingan 3) Memperkuat sistem monitoring dan evaluasi dalam aspek penyaluran, pemanfaatan, pengembalian, peningkatan usaha dan pengembangan usaha dengan sistem monitoring dan evaluasi berjenjang 4) Memperkuat sistem akuntabilitas LKM dan koperasi melalui pemanfaatan audit dan pengawasan 5) Memantapkan sistem tata laksana LKM melalui penataan AD dan ADRT
2. Perkembangan Usaha Kecil dan Mikro dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi NTT serta Tantangan Kondisi Usaha Saat Ini Bp. Drs. Wilhelmus Ngete, MM. (Dosen Unika Widya Mandira, Kupang) Kegiatan kita hari ini dalam rangka mendukung perkembangan lembaga keuangan mikro dan usaha mikro merupakan wujud partisipasi kita secara aktif dalam pembangunan nasional indonesia. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merujuk pada UUD 1945 pasal 33, pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga yaitu, negara, swasta, dan koperasi. Meneliti definisi LKM seperti yang diberikan oleh Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan RUU Keuangan Mikro, maka intinya adalah keberadaan LKM dan UKM adalah menyatu dan tidak dapat terpisahkan. Ini artinya, keberadaan LKM dan koperasi harus memberi kontribusi terhadap perkembangan UKM, dan begitu pula sebaliknya. Usaha mikro dan usaha kecil merupakan kegiatan
8/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
ekonomi rakyat atau usaha produktif masyarakat yang dibedakan atas kriteria usaha, antara lain: kekayaan bersih, hasil penjualan tahunan, dan kepemilikan usaha. Dan guna memajukan usahausaha mikro di seluruh Indonesia, pemerintah melalui Bank Indonesia menginstruksikan kepada bank-bank umum untuk menyalurkan KPKM, yaitu kredit pengusaha kecil dan mikro, kepada usaha produktif sektor apa saja yang layak untuk dibiayai berdasarkan asas perkreditan yang sehat. Secara umum, peran LKM dan koperasi adalah antara lain (1) menampung dan menyalurkan dana dan modal, (2) memfasilitasi adanya penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, (3) menjadi akselerator pembangunan di tingkat desa, dan (4) sebagai pusat pendidikan dan pelatihan di bidang wirausaha dan managemen bagi anggotanya. Menghadapi tantangan globalisasi di masa depan, perlu dipikirkan cara untuk memaksimalkan peranperan ini. Untuk itu, kita perlu memahami kendala-kendala yang dihadapi LKM dan koperasi serta UKM binaannya. Kendala internal LKM/koperasi dan UKM adalah lemahnya keorganisasian, keuangan, administrasi, pembukuan, dan pemasaran. Sedangkan secara external, kendala yang dihadapi LKM/koperasi dan UKM terutama adalah persepsi masyarakat dan pemerintah yang memandang UKM sebagai golongan ekonomi lemah dan berdampak pada pengembangan yang justru menciptakan ketergantungan, bukan pemberdayaan. Hal ini berakibat kurangnya kepercayaan sektor perbankan dalam pemberian kredit kepada LKM dan Koperasi maupun UKM dan tidak adanya “modal sosial” (social capital) untuk pembangunan masyarakat. Pemberdayaan dalam upaya pengembangan LKM/koperasi dan UKM berarti menumbuhkan kemampuan untuk memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. Pemberdayaan dapat dilaksanakan dengan 3 cara, yaitu: 1) Aras Mikro yang dilakukan terhadap para individu pelaku usaha terutama berupa pendampingan dan pembingan usaha, 2) Aras Mezzo berupa pendidikan dan pelatihan yang dilakukan terhadap kelompok jenis usaha tertentu, dan 3) Aras Makro yang merupakan strategi pembinaan secara regional/nasional. Dan sebagai pihak yang diberdayakan, diperlukan kesadaran LKM, koperasi, dan UKM untuk melakukan jejaring/networking antara lain untuk meningkatkan bargaining position, bertukar informasi, serta memupuk modal dan kekuatan bersama. Secara umum, keberpihakan pemerintah dalam mendukung peningkatan daya saing UKM dapat tercermin dalam perumusan kebijakan dan perundangan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa intervensi langsung pemerintah masih diperlukan terutama pada aspek pendanaan (skema pemberian kredit ringan & mudah), kelembagaan (kemudahan pemberian izin usaha), operasional (pendidikan & pelatihan kewirausahaan dan manajemen), dan pemasaran (penyediaan infrastruktur telekomunikasi & transportasi). Selanjutnya, guna menguatkan pentingnya peran pemerintah terutama dalam mendorong modal sosial, Bp. Wilhelmus memaparkan penelitian Fukuyama (1995) dan Knock (1999) yang dikutip Prof. Thoby Mutis. Penelitian ini menunjukkan bahwa negara yang memacu modal sosial di tingkat mikro dan makro akan mendapatkan dampak positif pada kinerja ekonomi. Artinya, semakin baik modal sosial suatu negara maka semakin baik kinerja ekonominya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara modal sosial dengan pengembangan sosial serta pengembangan ekonomi yang berkeadilan. Untuk mencapai hal ini, Prof. Thoby Muris mengajukan 8 jalur pemeliharaan modal sosial, yaitu kepercayaan, saling pengertian, tata nilai yang dihayati bersama dalam ikatan pemersatu, prilaku dan kebiasaan yang baik, dan kemampuan menggulirkan energi sosial yang positif dan berbobot. Nilai-nilai ini telah tercermin dalam pengelolaan ekonomi yang berasaskan kerakyatan. Untuk itu, sepatutnya, pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan universitas salaing bekerjasama untuk mendukung optimalisasi peran koperasi dan LKM yang beranggotakan para pengusaha mikro sebagai wahana pengelolaan ekonomi kerakyatan melalui program penguatan kapasitas.
9/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
SESI II: PERANAN KOPERASI 1. Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita – Tanggung Renteng dan Pemberdayaan Kelompok Pengusaha & Pedagang Kecil Ibu Herni Y. Lestari (Sekretaris Koperasi SU Setia Budi Wanita, Malang) I.
Latar Belakang & Perkembangan Koperasi SBW
Pada kesempatan ini, Koperasi Setia Budi Wanita (SBW) berkesempatan untuk berbagi pengalaman mengenai kegiatannya selama 30 tahun. Koperasi SBW pernah jatuh, namun dengan pertolongan Tuhan dan kesetiaan anggota, sekarang kami bisa berdiri kembali. Koperasi SBW berdiri tahun 1954, namun kemudian vakum dan aktif kembali pada tahun 1976. Pada tahun 1977, Koperasi SBW menerima Badan Hukum dan ditetapkan sebagai Kelahiran Koperasi Wanita Serba Usaha “Setia Budi Wanita“. Koperasi SBW berkembang dengan cukup pesat dan pada tahun 1979, Koperasi SBW menerima penghargaan tingkat nasional ke-II sebagai Koperasi Non-KUD. Namun, tiga tahun kemudian, tepatnya 1982, Koperasi SBW jatuh. Hal ini disebabkan karena adanya mis-manajemen dan ketidaksiapan pengelolaan anggota dan yang pada saat itu mencapai 5.000 orang. Tahun 1987, Koperasi SBW mencoba untuk bangkit dengan bantuan Puskowanjati (Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur) dan akhirnya pada tahun 2005, Koperasi SBW dapat menyelesaikan pinjaman substitusi pada Bank Indonesia, tepatnya pada 24 Juni 2005, melalui tanggung renteng. Saat ini Koperasi SBW mengalami perkembangan yang cukup pesat. Per Desember 2007, Koperasi SBW memiliki total aset sebesar 10.44 milyar dan membukukan SHU sebesar 99 juta. Jumlah anggota mencapai 4.084 orang dengan kelompok aktif sebanyak 137 kelompok. Kelompok-kelompok ini dikoordinir 11 orang PPL (Pembina Penyuluh Lapangan) dan untuk mendukung kegiatan koperasi & anggota, koperasi didukung oleh 24 karyawan dan 2 orang pengawas. II. Tanggung Renteng Kegiatan perkoperasian dengan tanggung renteng ini diawali dengan arisan ibu-ibu dokter di Kota Malang yang dimotori oleh Ibu Nursiah Sjafril. Dalam arisan ini, Ibu Nursiah Sjafril menganalisa kebiasaan ibu-ibu arisan yang dengan keluangan hati memiliki kesediaan untuk menalangi uang arisan teman/tetangganya. Pada awalnya, kesediaan ini terutama karena adanya hubungan yang dekat dan komukasi timbal balik yang positif antar anggota arisan. Namun, menelaah lebih jauh, ditemukan 5 unsur penting yang mendasari kesediaan menalangi dalam berarisan ini, yaitu:: Pertama Kedua
: Orang yang menalangi PERCAYA bahwa uangnya pasti kembali. : Menghimpun uang diperlukan kelompok orang yang mau bersama-sama. Jadi sistim tanggung renteng hanya dapat dilakukan apabila ber-KELOMPOK. Ketiga : Tidak pernah ditemui peserta yang ikut arisan karena dipaksa, tapi selalu atas KEMAUAN SENDIRI. Keempat : Dilakukan dengan cara MUSYAWARAH, Kelima : Bahwa selalu ditemukan hampir 99% kelompok arisan adalah wanita Kebiasaan ini selanjutnya disempurnakan dan dimanfaatkan Koperasi SBW dalam penyaluran kreditnya sebagai sistem tanggung renteng. Tanggung rentang tidak hanya bermakna menanggulangi hutang anggota yang lain yang tidak bisa membayar, namun tanggung renteng dalam kopwan SBW berarti tanggung jawab bersama diantara anggota dalam satu kelompok atas segala kewajiban
10/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
terhadap koperasi atas dasar keterbukaan dan saling mempercayai. Untuk itu penting sekali menumbuhkan rasa kepercayaan, tangung jawab, dan disiplin dari setiap anggota. Mengapa Koperasi SBW khusus untuk perempuan? Koperasi SBW ingin memberikan peran positif bagi kaum perempuan disekitarnya. Diharapkan, perempuan SBW adalah perempuan yang mandiri, memiliki kegiatan positif/produktif, dan dapat berpikir secara rasional tidak hanya perasaannya saja. Sebagaimana koperasi-koperasi lainnya, Koperasi SBW juga selalu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) setiap tahunnya. Untuk menjaga transparansi, setiap bulannya pengurus melaporkan kegiatan dan kemajuan koperasi kepada seluruh anggota melalui ketua-ketua kelompok. Dan pada saat dilaksanakannya RAT, anggota lebih banyak berinteraksi sosial, karena mereka tidak lagi menemui hal-hal yang mengejutkan atau hal-hal pelik yang perlu diperdebatkan dengan panjang. Koperasi SBW tidak hanya menitikberatkan segi ekonomi dengan memberikan layanan simpanpinjam, tetapi juga berusaha mengimbangi interaksi antar anggota dengan kegiatan menari dan menyanyi. Kegiatan menyanyi ini dikoordinasi dengan baik oleh SBW dalam bentuk group paduan suara yang aktif dan sering kali diundang untuk mengisi acara-acara resmi di kota Malang. Selain itu, Koperasi SBW juga menjaga keseimbangan sisi ekonomi dan sisi rohani, dengan mengadakan kegiatan kebaktian untuk anggota kristiani setiap akhir bulan dan kegiatan pengajian untuk anggota muslim. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya rohani para anggota sehingga diharapkan aset yang disebarkan Koperasi SBW aman karena para anggotanya sudah dibekali juga dengan siraman-siraman rohani. Selanjutnya, anggota juga akan lebih realistis dalam meminta pinjaman, maksudnya bukan mengejar plafon pinjaman tetapi keperluan pinjaman; hal ini terutama karena adanya rasa malu pada anggota lain jika nantinya tidak mampu membayar. Dalam hal pengelolaan usaha, koperasi SBW tidak hanya hanya memperhatikan kebutuhan keuangan/pendanaan saja, namun juga pendampingan maupun bimbingan yang terus menerus kepada anggota setiap bulannya. Dengan anggota yang jumlah hampir 5.000 orang sampai akhir Maret 2008, Koperasi SBW mengerahkan 11 orang pembina dan penyuluh lapangan untuk mendampingi anggota kelompok-kelompok tersebut, sehingga karakter tiap-tiap anggota dapat dilihat dan para pembina dapat mengantisipasi kemungkinan kecurangan/ketidakdisplinan. Untuk itu, ada nilai-nilai berkelompok tanggung renteng perlu dipahami dengan baik oleh tiap-tiap anggota. Nilai-nilai tersebut adalah kebersamaan, keterbukaan, musyawarah, saling percaya, disiplin dan tanggung jawab. Koperasi SBW juga memberikan keterampilan praktis seperti memasak, menjait, berbusana yang baik. Selain itu, juga ada pelayanan kesehatan berupa konsultasi dokter dan obat gratis dengan iuran yang ditetapkan kepada anggota sebesar 1.000 per bulan atau Rp. 12.000 setahun. Dengan iuran ini, anggota dapat memanfaatkan pelayanan berobat gratis setahun, maksimal 4 kali, dan pelayanan ini juga boleh digunakan oleh suami atau anak anggota tersebut. Dengan bekerjasama dengan anggota SBW dengan profesi tertentu, Koperasi SBW menyediakan berapa bantuan pelayanan yaitu, konsultasi psikologi dan konsultasi bantuan hukum bagi anggota yang membutuhkannya. Koperasi SBW juga memiliki waserba yang menjual berbagai perlengkapan rumah tangga dan keperluan sehari-hari dan terbuka untuk umum. Dan untuk meningkatkan SHU koperasi, anggota dihimbau dan dengan senang hari berbelanja di Waserba Koperasi SBW yang berlokasi di Kantor Koperasi SBW di Jl. Trunojoyo no.76. Kegiatan anggota Koperasi SBW dihimpun dan dikoordinir dalam kelompok-kelompok; begitu pula pinjaman disalurkan Koperasi SBW diberikan kepada anggota. Setiap kelompok terdiri dari minimum 15 orang dan maksimum 40 orang yang dikoordinir oleh seorang penanggung jawab kelompok. Aplikasi sistim tanggung renteng dalam kelompok diwujudkan dengan persetujuan bersama atas halhal yang menyangkut anggota kelompok seperti penerimaan anggota baru, pengajuan pinjaman, ataupun penyelesaian masalah yang timbul akibat tidak dipenuhinya kewajiban anggota terhadap Koperasi. Pengurus Koperasi SBW sangat merasakan pentingnya penanaman nilai-nilai tanggung renteng pada anggota, yaitu 1) Keterbukaan, 2) Musyawarah, 3) Saling Percaya, 4) Disiplin, dan 5)
11/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Tanggungjawab. Dengan lingkungan tanggung renteng yang kuat, sebagai contoh, anggota kelompok juga akan lebih realistis dalam meminta pinjaman. Maksudnya, anggota tidak mengejar plafon pinjaman yang saat ini mencapai maksimum 15 juta dengan cicilan 2 tahun, tetapi lebih mempertimbangkan kemampuan bayar dan keperluan pinjaman. Hal ini terutama karena adanya rasa malu dan tanggung jawab pada anggota kelompok lainnya jika nantinya tidak mampu membayar. Terakhir, Sebagai pengurus koperasi, penting untuk memperhatikan dan menyalurkan keinginan anggota koperasi kita. Kenapa? Karena, pada saat kita memelurkan anggota untuk mendukung kegiatan kita, mereka juga akan dengan senga hati bersama-sama membantu.
2. Primer Koperasi Kredit Serviam – Tantangan dan Kesempatan dalam Penyaluran Pembiayaan Usaha di Masa Depan Bp. Benediktus Seran (Manager Koperasi Kredit Serviam, Kupang) I.
Profil
Koperasi Kredit Serviam, yang artinya saling melayani, didiran pada tanggal 25 Agustus 1985 atas inisiatif seorang rohaniawan katolik yaitu P. Yustinus Tegu Wona, SVD terhadap kondisi saat itu dimana umat katolik dan masyarakat sering meminjam uang pada Pastor. Dengan anggota sebanyak 21 orang dan asset sebesar Rp. 250.000, Kopdit Serviam kemudian memulai menjadi bagian penting masyarakat Penfui. Sejak berdirinya sampai dengan tahun 2000, Kopdit Serviam tidak mengalami banyak perkembangan, dengan anggota 398 orang, total simpanan sebesar Rp. 288 juta dan total asset 481.7 juta. Namun sejak tahun 2001, Kopdit Serviam mulai mencoba untuk membuka diri, mengggali potensinya, mengembangkan produk-produknya dan sekaligus memperkuat permodalannya, sehingga akhirnya dapat berkembang dengan sangat pesat. Sampai dengan Februari 2008 ini, Kopdit Serviam telah memiliki 1.438 orang anggota yang tersebar di 7 kecamatan di dua wilayah daerah Tingkat II, yaitu Kota Kupang, dan Kabupaten Kupang. Komposisi anggota berdasarkan profesi sebagian besar adalah pedagang, pegawai swasta, dan petani. Di bawah kepengurusan periode 2007-2009, koperasi serviam memiliki visi untuk 5 tahun ke depan yang cukup maju, yaitu menjadi lembaga keuangan yang berbasis masyarakat, mampu bersaing, aman, dan terpercaya berdasarkan jatidiri koperasi. II. Produk Sesuai dengan AD/ART, Kopdit Serviam hanya melaksanakan usaha tunggal yaitu simpan pinjam. Dan demi memberi rasa keamanan bagi anggotanya, maka Kopdit Serviam juga masuk dalam program Dana Perlindungan Bersama (DAPERMA) dan GKKI (Gerakan Koperasi Kredit Indonesia). Selama ini angota mempunyai banyak pinjaman, namun simpananya sedikit. Untuk itu, pengurus mulai berinovasi dan merancang produk-produk simpanan (non-saham) untuk dapat lebih menarik minat anggota untuk menabung. Produk Simpanan Kopdit Serviam dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Simpanan Saham, yaitu simpanan yang merupakan bentuk kepemilikan modal dari anggota atas lembaga koperasi seviam, 2) Simpanan Non-Saham, yaitu simpanan yang merupakan bentuk investasi anggota atau calon anggota dalam paket yang dapat memenuhi kebutuhan umum masyarakat, seperti a) Simpanan Anak Sekolah yang ditujukan untuk bagi anak-anak anggota Serviam guna menumbuhkan kebiasaaan anak untuk menabung, b) Simpanan Masa Depan dengan jangka waktu 5 tahun, c) Simpanan Dana Pendidikan Anak bagi anggota dengan jangka waktu 9 tahun guna membayar biaya pendidikan anaknya kelak, atau d) Simpanan Hari Tua dengan jangka wantu 10 dan 15 tahun guna mempersiapkan dana pensiun bagi anggotanya. Produk 12/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
ini masih baru dan masih belom dipahami oleh anggota, oleh kareana itu, pengurus masih berkonsentrasi untuk sosialisasikan produk ini dengan lebih baik. Produk pinjaman dibagi menjadi tiga katagori, yaitu: 1) Pinjaman Biasa diberikan kepada anggota paling cepat 3 bulan dengan besar pinjaman maksimum Rp. 35 juta dan jangka waktu paling lama 6 tahun. 2) Pinjaman Khusus diberikan kepada anggota yang ingin menyimpan dengan cara meminjam dari Koperasi dengan besar pinjaman maksimum 20 juta untuk jangka waktu pinjaman selama-lamanya 5 tahun. 3) Pinjaman Mikro diberikan kepada anggota paling cepat 1 minggu dengan besar pinjaman maksimum Rp. 3 juta dengan jangka waktu pengembalian 60 hari efektif. Pinjaman ini diberikan pada anggota yang memiliki usaha dengan penghasilan harian dengan batasan omsetnya tidak sampai 10 juta perbulan. Secara umum, dari sisi koperasi pinjaman mikro ini cukup baik, tapi karena kurangnya kajian awal secara baik dan sumber daya yang belum siap, pemberian kredit mikro ini cukup banyak menghadapi kendala-kendala. Untuk menjalankan kegiatan usaha tersebut di atas, Koperasi Serviam memiliki 5 orang pengurus, 3 orang pengawas dan manajemen yang berjumlah 4 orang karyawan tetap, 2 orang karyawan kontrak, 3 orang karyawan lepas. Per Februari 2008, berdasarkan domisili Koperasi Serviam telah melayani 7 kecamatan di kabupaten Kupang,. Dan sejak tahun 2006, Koperasi Serviam telah memiliki kantor sendiri di jalan Adi Sucipto no. 25 Penfui dan mempunyai program khusus untuk mengelola database anggota. Secara umum, pinjaman yang diberikan kepada anggota untuk tujuan produktif dalam satu tahun terakhir meningkat dibandingkan pinjaman untuk tujuan konsumtif. Melihat kondisi ini, maka di tahun buku 2008, Pengurus akan mengadakan pendidikan menyangkut kewirausahaan bagi anggota agar semakin hari jumlah anggota yang meminjam untuk tujuan produktif akan semakin banyak baik dari sisi jumlah maupun nominal pinjamannya. Selain itu, koperasi juga memanfaatkan produk perlindungan dalam gerakan koperasi Indonesia dalam melakukan perlindungan simpanan anggota. Arus modal lembaga cukup mengalami hambatan, karena pola Koperasi Serviam adalah pola kebijakan 21, artinya punya simpanan 1 pinjamnya 2. Sampai dengan Februari 2008, perkembangan permodalan Koperasi adalah sebagai berikut: ─ Modal Simpanan Saham sebesar Rp. 646.199.000, ─ Modal Simpanan Non-Saham sebesar Rp. 4.073.965.454 ─ Pinjaman yang Beredar sebesar Rp. 4.670.499.600. Perkembangan diatas yang dicapai oleh Kopdit Serviam bukanlah tanpa tantangan. Tantangan yang dihadapi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) tantangan internal dari anggota, kepengurusan, kapasitas anggota dan permodalan lembaga dan tantangan external lembaga kuangan lainnya, rentenir dan kebijakan Pemerintah. Tantangan internal yang dihadapi Kopdit Serviam antara lain: 1) Anggota a. Pemahaman anggota tentang hidup berkoperasi masih kurang b. Pemanfaatan pinjaman masih banyak untuk kebutuhan konsumtif atau tidak sesuai dengan tujuan pinjaman 2) Kepengurusan a. Masa kepengurusan bersifat periodik (Pengurus/Pengawas) b. Jumlah dan skill yang dimiliki manajemen masih terbatas 3) Sumber Daya Anggota a. Tingkat pendidikan bervariasi b. Pengalaman dalam berusaha anggota masih sangat kurang c. Manajemen usaha anggota masih bersifat feeling/insting usaha 4) Sumber Modal Lembaga a. Kebijakan 2:1 dalam pemberian pinjaman sering membuat keterlambatan dalam pencairan pinjaman b. Koperasi masih mengandalkan keswadayaan dari anggota semata 13/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Sedangkan tantangan external pada Kopdit Serviam termasuk: 1) Lembaga keuangan bank yang memiliki kekuatan modal, manajemen, dan skill serta Infomasi dan teknologi 2) Lembaga keuangan non bank lainnya seperti, lembaga pegadaian yang memberikan kemudahan dalam proses pemberian modal kepada masyarakat, lembaga-lembaga asuransi yang mampu merobah opini masyarakat dari pola pikir bisnis menjadi nonbisnis, dan koperasi-koperasi yang sama usaha dibidang simpan pinjam 3) Rentenir yang memberikan kemudahan dan kecepataan dalam proses perolehan modal tanpa agunan, walaupun bunga yang diberikan sangat tinggi 4) Kebijakan Pemerintah menyangkut dana pemberdayaan ekonomi masyarakat Menghadapi tantangan di atas, Kopdit Serviam merencanakan beberapa strategi untuk memperkuat kapasitas internal, antara lain dengan: ─ Mengikursertakan anggota untuk mempromosikan pelayanan Kopdit Serviam kepada masyarakat serta memperluas wilayah kerja dengan membuka tempat pelayanan baru ─ Memberikan pendidikan dan latihan tentang manajemen usaha dan memberikan pendampingan bagi anggota. dan beberapa strategi untuk memanfaatkan peluang-peluang external, antara lain dengan: ─ Memperkuat jaringan GKKI dengan mengikuti program diklat, perlindungan yang diprogramkan bersama, dan ─ Membangun kemitraan dengan berbagai koperasi/LKM lainnya dalam program bersama pemberdayaan masyarakat dan pengembangan wawasan kewirausahaan. Terakhir, pengurus menyadari pentingnya pendidikan anggota dalam hal berkoperasi dan berwirausaha, untuk itu pengurus berkomitmen untuk mengutamakan pendidikan anggota demi memajukan koperasi Serviam. Selanjutnya, guna meningkatkan wawasan Koperasi Serviam, pengurus juga akan terus membangun kemitraan untuk bisa melakukan hal-hal nyata yang bermanfaat bagi sesama kita dan menjadi tujuan bersama.
14/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
PANEL DISKUSI Moderator: Drs. Wara Sabon Dominikus, MSc (Ketua Primer Koperasi Kredit Serviam, Kupang)
PERTANYAAN TERMIN 1 Bapak Piet G. Maran (Koperasi Sami Jaya) 1. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Apakah kendala-kendala yang dihadapi Koperasi SBW dan bagaimana jalan keluarnya? 2. Pertanyaan untuk Direktur YBUL: Pertemuan ini diharapkan tidak hanya sampai disini, apakah tindaklanjut dari kegiatan hari ini?
Bapak D. Tapobali (Koperasi Swasti Sari) Untuk Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang, dengan keberadaan Bapak sebagai bagian dari pemerintah provinsi untuk pengembangan koperasi, kami ingin mengetahui apakah bapak sudah menjadi angota salah satu koperasi kredit ataupun kepegawaian di kota Kupang ini? Jika belum, kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk bapak menjadi anggota koperasi kami, koperasi Swasti Sari. 1. Pertanyaan untuk Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang: Bapak mengemukakan tanggung jawab pemerintah daerah untuk mendorong koperasi dan LKM agar mandiri. Namun, di lapangan lembaga-lembaga yang didorong masih terbatas pada lembaga-lembaga yang direkomendasi oleh pejabat-pejabat di lingkungan Dinas Koperasi. Ketika kita tahu ada program tertentu, ternyata dananya sudah digulirkan pada lembaga-lembaga tertentu tersebut, dan ketika kita mencoba mengajukan proposal, ternyata waktunya telah habis. Maka, bagaimana peran Dinas Koperasi untuk memberikan informasi kepada masyarakat berkaitan dengan program-program yang dimiliki oleh Dinas Koperasi? 2. Masukan untuk Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang: Dalam kaitan dengan upaya pembinaan, ada banyak usaha yang bergerak di keuangan mikro ini bermunculan seperti yang baru-baru ini muncul di media. Walaupun lembaga ini menggunakan label nasional, tetapi jika berada di daerah, lembaga ini harus tunduk pada aturan yang dipunyai Koperasi dan tidak dapat seenaknya mengembangkan usaha tanpa berkoordinasi dengan Pemda, dalam hal ini Dinas Koperasi. 3. Pertanyaan untuk Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang: Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), bapak sebagai apa, lembaga ini fungsinya sebagai apa, apa hanya beda istilah? 4. Masukan untuk Untuk Pak Wilem: Dalam kapasitas bapak sebagai ketua Puskopdit, supaya peran kopdit sebagai lembaga sekunder dalam lembaga keuangan mikro ini paling tidak harus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, karena program dari pemerintah provinsi dalam pemberdayaan lembaga keuangan mikro maupun koperasi sangat banyak, barangkali bisa diadopsi hal-hal mana yang akan dilaksanakan di koperasi kita. 5. Masukan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Di Jawa, saya susah anda bantu, anda susah saya bantu; tetapi, pola ini di NTT belum membudaya. Orang disini punya pemahaman, bagaimana hutang orang lain, saya harus membayar. 6. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Dalam presentasi dikatakan bahwa produk yang dimiliki Koperasi SBW adalah produk simpan dan pinjaman, seperti apakah produk-produk ini? Dapatkah Ibu menggambarkan kepada kami, perkembangan usaha dari SBW tahun 2007 yang lalu, kira-kira tingkat pendapatan seperti apa, apa program yang ditawarkan kepada anggota tahun 2008? 7. Pertanyaan untuk Pak Beni dari Koperasi Serviam: Disampaikan bahwa di sekitar Koperasi Serviam ada begitu banyak orang yang punya uang. Apakah peran Koperasi Serviam untuk
15/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
merangkul anggota-anggota masyarakat yang punya uang untuk bergabung supaya menolong orang lain dengan tidak mematok bunga yang sangat tinggi?
Bapak Cornelis (Koperasi Swasti Sari) Saya melihat kegiatan ini dari pemateri 1 sampai pemateri 4 ada beberapa hal yang belum menyentuh. Terutama, makalah yang diberikan oleh Dinas Koperasi terlihat dalam hal rutin. Dan yang berkaitan dengan ekonomi NTT dalam paparan ini juga hanya bersifat umum dan kutipan-kutipan nasional, sedangkan berkaitan dengan produk NTT belumlah tercermin. Salah satu contoh usaha lokal kita, kalau pada kearifan lokal sudah menjadi acuannya. Sedangkan Dinas Koperasi dan UKM NTT lebih banyak memberikan penjelasan tentang produk-produknya saja, sementara program strategi ke depan dan pengembangannya belum dibahas. Selanjutnya, data-data yang disampaikan hanya data kota Kupang dan data-data tersebut belum seluruhnya berkaitan dengan data-data LKM dan koperasi NTT secara keseluruhan. 1. Pertanyaan untuk Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang: Sejauh mana kira-kira peran Pemerintah dalam Dinas Koperasi NTT melihat pemberdayaan LKM dan koperasi dalam menyusun strategi, khususnya LKM dan koperasi di NTT? 2. Masukan untuk Pak Wilem: Sejauh mana perkembangan saat mengangkat kembali tema yang ada ini, perusahaan kecil dan mikro dalam mendukung pembangunan ekonomi di NTT? Lalu tantangan ke depanya seperti apa? 3. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Seberapa besar tingkat kemacetan pinjaman di koperasi SBW? 4. Pertanyaan untuk Pak Beni dari Koperasi Serviam: Beberapa bulan lalu, kami mendengar ada satu produk Koperasi Serviam yang sangat menjanjikan. Produk itu tentang masa depan, mohon penjelasan secara rinci tentang produk tersebut.
Ibu Veronika Kantus (Koperasi Solidaritas) Koperasi kami sangat antusias dengan adanya workshop ini dan saya termotivasi untuk mendengarkan seluruh paparan hari ini. Namun, saya sependapat bahwa paparan yang disampaikan masih bersifat umum. Saya justru merasa motivasi dari Koperasi SBW dan Koperasi Serviam. 1. Masukan untuk Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang: Pada papararannya, Pak Victor menyampaikan permasalahan-permasalahan, namun apakah yang telah dilakukan Dinas Koperasi? Kita tidak boleh hanya belajar dan mengkaji data-data, tetapi juga harus mulai bergerak dan mengaplikasikan strategi ke depan. 2. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Saya sangat termotivasi dengan apa yang Ibu lakukan di Koperasi SBW. Namun, saya sependapat dengan penanya sebelumnya, bahwa kita beda budaya. Pertanyaan saya adalah ada berapa kelompok binaan di SBW? Dan bagaimana ibu mengatur kelompok-kelompok tersebut? Apakah kendala-kendala yang ditemukan dari seluruh pembinaan-pembinaan yang diberikan pada anggota?
JAWABAN TERMIN 1 Jawaban Bapak Pak Wilem Data Daerah: Kita membutuhkan pengumpulan data yang lengkap, dan hal tersebut membutuhkan waktu. Oleh karena itu, saya hanya dapat memberikan sedikit data kabupaten kota. Namun yang pasti untuk internal kita pakai data nasianal yang umum. Tantangan: Mengenai tantangan ke depan saya rasa sudah cukup terbahas, terutama dalam hal Koperasi Seviam. Namun yang perlu kita sepakati adalah apa yang kita bisa perbuat dalam kerangka perluasan jaringan. Tapi kita tidak boleh hanya menunggu, kita harus berinisiatif.
16/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Peran Puskopdit: Dalam kapasitas saya sebagai Ketua Puskopdit Timor, saya melihat kendala umum perkembangan koperasi adalah adanya pengaruh penjajahan yang cukup besar yang membuat manusia Indonesia menjadi kurang rasa percaya diri. Mind set-nya adalah kita senang menjadi orang miskin. Dan kita senang dibelas kasihani. Sesungguhnya kita bisa, tapi kenapa tidak ada perubahan? Intinya karena kalaupun kita bergerak, kita berjalan sendiri-sendiri. Untuk itu, jaringan sudah harus dimulai, dan baiknya ada YBUL, dan Koperasi Serviam memulai jejaring ini. Selanjutnya, kita harus merajut jejaring masing-masing, tidak perlu lagi menunggu, dan puskopdit dengan dinas koperasi akan mendukung hal ini. Prinsip swadaya harus lebih digalakkan, tanpa menolak kalau ada perhatian dari Pemerintah. Puskopin pernah dapat dukungan, namun kami juga menginginkan dukungan untuk koperasikoperasi yang ada di bawah kami melalui Puskopdit Timor. Kami tidak menuntut, tapi kami akan menyampaikan apa yang kami butuhkan. Bukan ingin mengeluh, tetapi ketika saya berkarya di dewan koperasi wilayah, saya cukup terkejut bahwa Puskop mendapatkan dukungan biaya pendidikan dan latihan sedangkan Puskopdit Timor tidak, dan mereka bilang Puskopdit Timor tidak mengajukan. Untuk orang yang tidak pernah datang ke NTT, maka secara kasat mata Sumba, Flores, Timor dan Alor adalah sama saja, padahal ada kekhasan masing-masing. Sebagai wadah lintas ekonomi, sosial, dan budaya, koperasi dapat menjembatani hal-hal tersebut. Tahun lalu, kami berkumpul disini lebih kurang 350 orang, dan hal itu terwujud karena jaringan. Primer-primer dan Pusat Koperasi dapat membentuk jaringan dari angota-anggota dari primer masing; dan jika ini telah terbentuk, kita bisa berjejaring dengan koperasi lain, dan dengan teman-teman di LSM dan KSM. Selanjutnya kita menjaring agar Pemerintah, dunia usaha dan koperasi dapat bersinergi. Dengan asumsi tadi, bahwa kita sudah bergerak bertahun-tahun, tapi kita masih jalan sendiri-sendiri. Sehingga kita masih melihat sesama koperasi sebagai tantangan, bukan sebagai mitra. Untuk itu jejaring sangatlah penting untuk diwujudkan demi mencapai kesejahteraan bersama.
Jawaban Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang Kelengkapan informasi: Penulisan makalah ini memang tidak menggunakan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats), karena waktu yang diberikan untuk pembuatan makalah ini sangat terbatas. Namun, Dinas Koperasi membuat laporan secara rutin perkembangan koperasi di NTT, setiap triwulan, semester dan tahunan, yang memberikan gambaran perkoperasian NTT secara keseluruhan. Namun, untuk konsumsi umum, materi yang saya sampaikan ini secara ringkas telah mencakup pokok-pokok penting yang menjadi fokus dinas koperasi saat ini. Peluang Koperasi & UKM: Berbicara mengenai peluang, kalau kita ikuti pemberitaan media saat ini, terlihat dukungan yang sangat besar baik dari masyarakat maupun pemerintah terhadap perkembangan perkoperasian dan usaha kecil Indonesia. Hal ini tentunya merupakan peluang yang sangat baik. Sekarang, tinggal memutuskan apakah kita mau maju atau tidak, mau berkumpul dalam wadah koperasi atau tidak, apa kita mau membina wadah ini dan mengurusnya dengan baik atau tidak. Hal ini perlu kita pertimbangkan masing-masing, karena maju dan mundurnya koperasi dan LKM di NTT bukanlah karena Pemerintah. Memang pada awalnya, inisiatif pembentukan koperasi/KUD memang berasal dari Pemerintah. Pada waktu itu, Pemerintah memegang peranan yang sangat besar dan koperasi diberikan berbagai macam fasilitas mulai dari gedung kantor, karyawan, sampai dengan pasar untuk produk koperasi. Tetapi, saat ini paradigmanya telah berubah; pemerintah hanya jadi fasilitator dan dinamisator. Dengan adanya perubahan paradigma ini, maka peraturan yang adapun terdapat beberapa penyesuaian-penyesuian. Contoh, dengan memberikan kesempatan lebih luas masyarakat untuk berkoperasi, dengan diperbolehkannya membentuk beberapa koperasi/KUD dalam 1 kecamatan; sehingga koperasi sekarang kecendrungannya adalah koperasi komoditi. Sekali lagi, sehubungan dengan limitasi waktu yang diberikan pada saya, seluruh kegiatan yang ada tidak mungkin secara rinci saya sampaikan. Data Koperasi Kupang & NTT: Selanjutnya mengenai masalah data, data yang kita miliki saat ini adalah data propinsi. Jadi, jumlah koperasi yang ada di seluruh NTT adalah 1.230 koperasi yang terdiri dari berbagai jenis koperasi, seperti koperasi konsumsi, koperasi produksi, dan koperasi simpan pinjam. Koperasi konsumsi kebanyakan merupakan koperasi fungsional seperti koperasi
17/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
pegawai negeri dan KSU yang menyediakan 9 bahan pokok untuk anggotanya. Koperasi produksi umumnya adalah koperasi-koperasi yang ada di pedesaan seperti KUD dan menangani komoditi masyarakat. Sedangkan koperasi simpan pinjam merupakan kombinasi antara koperasi kredit dan simpan pinjam dan jumlahnya sekarang mencapai 138 koperasi tersebar di seluruh NTT. Selain itu, ada unit simpan pinjam yang berada di koperasi-koperasi lainnya dan di seluruh NTT terdapat sekitar 866 unit simpan pinjam. Dari berbagai koperasi tersebut, jumlah anggota koperasi tercatat 372.197 orang. Dengan jumlah penduduk NTT sekarang yang mencapai 4 juta lebih, maka masyarakat yang aktif bergabung di dalam koperasi tidaklah mencapai 10% orang dan peluang ini masih dapat ditingkatkan. Namun, dipihak lain total simpanan masyarakat terlihat cukup besar, yaitu mencapai 17,4 Milyar. Data-data ini kita terima dari catatan Kabupaten dan kita rekapitulasi sebagai data propinsi. Pengetahuan Teknis Aparat Pemerintah Daerah: Teman-teman di dinas koperasi di tingkat kabupaten yang benar-benar mengerti koperasi sangatlah terbatas, karena orang-orang yang dulu mengetahui teknis perkoperasian cukup banyak yang dipindahkan ke instansi lainnya dan sebagai gantinya datang orang-orang baru yang awam akan perkoperasian. Hal ini membuat posisi dinas menjadi sangat sulit dan ke depannya tidaklah akan lebih mudah dengan diterapkannya PP 41, dimana nantinya koperasi akan digabung dengan BKPM dan 3 instansi lainnya. Sehingga keberadaan koperasi dalan instansi ini akan menjadi sangat kecil. Oleh karena itu, peran gerakan perkoperasian diharapkan dapat lebih menonjol dengan dukungan pemerintah sebagai fasilitator. Keanggotaan dalam Koperasi: Ya, saya kebetulan ketua koperasi di kantor dinas koperasi NTT. Saya memang mulai dengan menjadi anggota di koperasi, kemudian berkarya di dinas koperasi sampai saat ini dan saya tetap berkomitmen kuat untuk mengembangkan koperasi terutama di NTT. Penilaian Proposal: Untuk mendapat dukungan permodalan dari pemerintah, setiap proposal yang masuk, akan diperiksa berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dan tidak hanya sematamata karena ada usulan dari gerakan koperasi tertentu. Dinas akan menganalisa dan menyaring mulai di tingkat kabupaten lalu di tingkat propinsi, terutama catatan-catatan keuangan dan laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang dimaksudkan untuk memastikan kesehatan dan keandalan kelembagaan koperasi tersebut. Tangung Jawab Pemerintah & Pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi terhadap Koperasi & UKM: Tanggung jawab pemerintah saat ini mendorong perkembangan koperasi, LKM dan UKM, salah satunya melalui bantuan-bantuan permodalan. Sampai saat ini, dinas koperasi NTT telah menyalurkan bantuan permodalan kepada 250 unit koperasi dan 420 unit LKM dengan total dana dan sampai dengan tahun 2007 sebesar 58,239 milyar. Dan berdasarkan laporan perkembangan yang masuk, dana tersebut telah berkembang menjadi 120 milyar; hal ini berarti ada perputaran ekonomi yang cukup baik di masyarakat. Bantuan di atas belum termasuk bantuan pelatihan, seperti pelatihan administrasi dan keuangan. Bagi koperasi-koperasi yang baru dibentuk dan telah menerima bantuan permodalan, dinas koperasi NTT juga memberi kesempatan kepada koperasi-koperasi tersebut dimagangkan ke koperasi-koperasi yang sudah maju luar daerah, seperti ke koperasi Obor Mas, ke koperasi di Surabaya, dan lain-lain. Selain itu, untuk UKM, dinas juga mengadakan berbagai macam kegiatan pemagangan di bidang perikanan, rumput laut, tenun ikat, bordir ,pandai besi, dan lainnya. Hal ini kita laksanakan dengan bertujuan untuk peningkatan kemampuan para pengusaha kecil. Legalitas Kobarindo: Kobarindo adalah koperasi tingkat nasional, yang melaksanakan kegiatan disini. Namun pada waktu itu, mereka tidak mengkoordinasikan kehadirannya dengan dinas propinsi. Lalu, kami mengecek apakah mereka sudah punya SK dari Menteri Koperasi, dan ternyata belum ada; mereka hanya punya akte dari notaris. Oleh karena itu, Kobarindo pada saat itu belom bisa dikatakan koperasi dan selanjutnya Kobarindo harus disahkan dulu oleh pemerintah. Dalam perjalannya, Kobarindo melaksanakan prosedur pembuatan koperasi yang benar sehingga mereka dapat beroperasi di NTT. Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP): Badan Kredit Desa hanya ada di Jawa dan Bali, dan tidak ada di NTT. Lembaga ini termasuk sebagai LKM yang memfasilitasi keuangan kepada anggota masyarakat.
18/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Jawaban Ibu Herni dari Koperasi Setia Budi Wanita, Malang Dari beberapa penanya terdapat beberapa kesamaan, oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan akan dijawab secara bersamaan. Halangan dihadapi Koperasi SBW, sehubungan dengan kondisi di NTT beda dengan kondisi di Jawa: Seperti yang telah dipaparkan bahwa Koperasi SBW pernah jatuh, dari anggotanya yang berjumlah 5.000 orang, hanya tinggal 306 orang. Anggota-anggota ini keluar dengan mengambil simpanan dan deposito mereka, sehingga bapak Bustanil Arifin yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koperasi terpupus mimpinya bahwa Koperasi SBW akan menginspirasikan tumbuhnya koperasikoperasi tangguh lainnya. Namun, karena adanya hubungan yang baik, antara pengurus kami dan bapak Bustanil, maka Koperasi SBW dapat dibantu dengan menggunakan dana konvensional untuk menutup dana-dana yang deposan yang diambil, sehingga pada tahun 1982 Koperasi SBW berhutang kepada negara sekitar Rp. 1,5 milyar. Namun Koperasi SBW tidak seperti para konglomerat di negara kita yang jika punya hutang ditinggal lari. Pengurus SBW mempunyai itikat baik dan dengan sistem yang SBW miliki, kami membayar hutang dengan cara tanggung renteng, dimana anggota memberikan satu pinjaman sebesar Rp. 120 ribu dan dicicil selama 1 tahun. Dengan kekuatan itulah, Koperasi SBW berusaha untuk menggangsur kepada Bank Indonesia, dari sebulan Rp. 500 ribu sampai Rp. 5 juta; dan akhirnya hutang SBW pada negara terbayarkan kembali pada tanggal 24 Juni 2005. Akibat piutang ini, Koperasi SBW dimasukkan dalam daftar hitam perbankan. Selama hampir 23 tahun, koperasi kami tidak dilirik sama sekali, sehingga koperasi SBW saat ini masih ada adalah kami berkat ke 360 anggota kami yang loyal dan ingin melangsungkan keberadaan koperasi SBW di masyarakat kota Malang. Namun, sampai saat ini, pemerintah sudah melihat SBW kembali, bahkan banyak bank-bank yang ingin bekerjasama dengan SBW. Tetapi SBW akan selalu mengingat jasa Puskowanjati yang setia merangkul dan mendukung SBW pada saat sulit tersebut. Dimanapun kita, walaupun keras, namun manusia pasti memiliki hati kecil. SBW pernah kedatangan tamu dari Aceh, sejak Tsunami mereka mendapat bantuan dari mana-mana, dan ketika mereka mau mengalami recovery, mereka kembali karena mereka sangat tidak percaya diri kalau mereka bisa membangun kembali negerinya. Tetapi sekarang dapat kita lihat, ada 19 koperasi wanita yang memakai sistem tanggung renteng disana. Untuk itu, sebelum kita merubah orang lain, kita harus merubah diri kita sendiri dulu. Kalau kita sudah punya komitmen untuk merubah, bahwa budaya di NTT seperti ini, di daerah manapun sistem tanggung renteng ini bisa dilakukan. Kami percaya hal ini karena kami merasakan sampai saat ini. Tingkat kemacetan: Tingkat kemacetan kami tidak ada. Kendala yang dihadapi Koperasi SBW: Tentunya ada saja kendala yang dihadapi SBW. Tetapi dengan sistim tanggung renteng, jika ada teman kami yang punya hutang tapi tidak dapat membayar, maka kami yang bayar secara bersama-sama. Hal ini hanya akan dapat terwujud apabila nilai-nilai tanggung renteng tadi, adanya satu keterbukaan, ada kebersamaan, kejujuran, kedisiplinan, ada tanggung jawab yang penuh di diri masing-masing. Orang pinjam yang harus bayar, benar-benar tertanam di hati tiap anggota. Jika nilai-nilai di atas tidak tertanam, maka akan berdampak negatif pada sistim tanggung renteng dan keuangan kelembagaan. Melalui PPLnya, Koperasi SBW selalu berusaha menanamkan kepada anggota bahwa tanggung jawab diri pribadi harus betul-betul dilaksanakan. Selain itu, perlu pendampingan dan pembinaan kepada anggota secara terus menerus, sampai akhirnya satu persatu karakter anggota dapat kita ketahui dan antisipasi. Hal ini sangat penting untuk meminimumkan resiko keuangan. Jumlah pinjaman & Tanggung Renteng: Koperasi SBW dapat memberikan pinjaman sejumlah maksimal pinjaman, namun anggota selalu dihimbau untuk menyesuaikan permintaan pinjamannya dengan kemampuan dan kebutuhannya masing-masing. Pada formulir peminjaman kelompok tertulis daftar anggota kelompok dan menandatangani pinjaman tiap-tiap anggotanya. Maka, jika Ibu A anggota kelompok yang berjumlah 25 orang, misal meminjam Rp. 5 juta berniat membayar dalam 10 kali cicilan, anggota kelompok ibu A harus bertanggung jawab atas pinjaman yang Ibu A peroleh. Anggota kelompok dapat keberatan untuk menanggung cicilan yang demikian besar (yaitu: Rp. 5 juta dalam 10 kali cicilan), maka dapat saja kelompok bersepakat agar Ibu A mencicil pinjamannya sebesar Rp. 5 juta dalam 20 bulan. Dan jika terjadi sesuatu ditengan 19/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
jalan, anggota kelompok ibu A tidak terbebani untuk bertanggung jawab atas pinjaman yang Ibu A peroleh. Oleh karena itu, baik pinjaman maupun cara pembayarannya dikomunikasikan kepada seluruh anggota kelompok dan jika terjadi resiko, anggota dalam kelompok tidak menanggung beban yang dimiliki oleh Ibu A. Perkembangan SBW: Sebelum kami menjadi pengurus, tahun 2006, asset kami berjumlah Rp. + 9 milyar. Selama 2 tahun ini, asset kami berkembang menjadi Rp. 14 milyar. Tetapi SHU SBW masih kecil, belum mencapai Rp. 1 milyar. Hal ini terutama disebabkan banyak hal yang kami berikan kepada anggota kami, seperti pelatihan kepada anggota yang bertujuan untuk bekalan agar para anggota SBW dapat melakukan sesuatu yang positif di masyarakat. Program SBW: Secara umum, program-program yang akan dilaksanakan selalu dibicarakan dengan anggota. Program SBW lebih kurang sama dengan program Koperasi Serviam, yaitu simpan pinjam. Selain ‘simara’ atau simpanan mana suka harian, SBW memiliki simpanan untuk pendidikan anak yaitu ‘simpati’. Dan karena mayoritas anggota SBW beragama Islam dan Nasrani yang pada umumnya mempunyai kebutuhan yang sangat tinggi menjelang hari besarnya, maka SBW mendesign ‘sitina’ atau simpanan idul fitri dan natal. Tabungan ini harus mengendap 1 tahun dan hanya boleh diambil menjelang Lebaran dan Natalan. Dengan adanya simpanan-simpanan ini, SBW berusaha memupuk modal dari anggotanya sendiri. Untuk ketiga program di atas, SBW memberikan jasa sebesar 1%. Dengan bunga yang kompetitif ini, SBW selalu memberikan motivasi kepada anggota kami untuk menabung di SBW. Kalau bank BCA bisa menarik masyarakat untuk menabung di BCA, mengapa tidak SBW menarik anggota SBW yang sudah menabung di BCA untuk mulai menabung di koperasi milik para anggota sendiri. Para PPL SBW terus menerus mengingatkan seluruh anggota bahwa jika mereka ingin SHU yang besar, maka tabungan mereka yang ada di bank sebaiknya dipindahkan ke koperasi SBW. Selain itu, para PPL juga menjelaskan keuntungan menabung di SBW yaitu tidak ada ada potongan pajak dan tidak ada potongan administrasi. Segala pembekalan ini ditujukan membudayakan meminjam yang sehat dan menabung untuk keperluan anggota ke depan. Pengurus SBW selalu menekankan peran para anggota sebagai pemilik koperasi yang harus berpartisipasi aktif dalam membesarkan koperasi SBW. Untuk itu, anggota dihimbau untuk dapat berkerjasama dengan baik dengan pengurus untuk mengelola dana anggota dan membesarkan koperasi ini. Dan sebaliknya, pengurus juga diharapkan dapat peka terhadap kebutuhan anggota dan memberikan wadah untuk mengembangkan potensi dan talenta mereka. Kerjasama yang baik dan timbal balik yang saling menguntungkan ini membuat para anggota menikmati apa yang kita berikan, baik itu pelatihan usaha, pengembangan diri, program kesehatan, walaupun hal tersebut diambil dari putaran dana anggota sendiri. Koperasi SBW juga memiliki ‘daperta’ atau dana perlindungan anggota yang bertujuan untuk menutup pinjaman anggota jika anggota tersebut meninggal dalam masa pencicilan pinjamannya tersebut. Dana ini dikumpulkan dari potongan pinjaman anggota sebesar 0,5%. Sampai saat ini, klaim untuk daperta ini beru Rp. 2.800.000 dan dana daperta ini telah terakumulasi + Rp. 68 juta. Dengan berhasilnya program ini, kami semakin yakin bahwa kalau kita bersama maka apapun yang kita lakukan dapat dicover. Motivasi yang selalu diberikan pada anggota adalah agar kita diberi kesehatan, dan bahwa memberi akan lebih baik dari pada menerima. Dan disini sekali lagi siraman rohani sangat berarti bagi SBW, karena dengan bekal iman yang kuat, hal hal-hal yang bersifat membantu sesama akan lebih mudah diterima. Kelompok Binaan Koperasi SBW: Kelompok dalam Koperasi SBW terbagi 2, yaitu; 1) kelompok bulanan yaitu kelompok yang dilayani secara bulanan dan anggotanya berpenghasilan bulanan, 2) anggota harian yaitu kelompok yang berpenghasilan harian seperti penjual sayur, jamu bakul, dan lain-lain. Dari + 5.000 anggota Koperasi SBW saat ini, kelompok bulanan berjumlah 142 kelompok dan didukung oleh 11 PPL, sedangkan kelompok harian berjumlah 123 kelompok dan didukung oleh 9 PPL. Perkuatan Jaringan Sesama Anggota: Di SBW, memang jejaring ditanamkan sangat kuat betul. Contoh ada penjual jamu, kelompok itu mereka jejaring dengan anggota lain yang merupakan produsen/penghasil bahan-bahan untuk membuat jamu. Sebisa mungkin, kami memfasilitasi anggota untuk memanfaatkan potensi dalam SBW dahulu, dan jika mereka melakukan satu kegiatan kita selalu sharing.
20/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Dana SBW memang sangat besar untuk keperluan pendidikan dan pelatihan. Kami selalu berusaha memberikan waktu kepada anggota, melalui kegiatan & pertemuan tersebut anggota bisa berbagi pengalaman dan tidak menutup kemungkinan andaikata produk mereka bisa dipakai untuk anggota yang lain. SBW juga sedang menjajaki jejaring dengan koperasi wanita lainnya untuk kulakan bersama atau pembelian bersama bahan/produk yang dibutuhkan anggota. Karena jika SBW belanja sendiri harganya mahal, tetapi jika beberapa koperasi membeli langsung ke pabrik tentunya kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Untuk itu, SBW tidak melihat koperasi yang lain sebagai saingan tetapi sebagai mitra, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk saling bertukar pengalaman dan berkerjasama.
Jawaban Pak Beni dari Koperasi Serviam, Kupang Rentenir: Mengenai bagaimana agar para rentenir tidak melepas uangnya ke masyarakat dengan bunga tinggi yang menjerat cukup dilematis, karena sebenarnya pemberian pinjaman perseorangan seperti itu merupakan hak setiap orang. Tetapi pandangan ini juga merupakan akibat dari kelompok masyarakat kita yang sudah tahu bahwa pinjaman diberikan rentenir tersebut mahal atau suku bunganya tinggi. Tetapi karena kondisi dan keterpurukannya pada saat itu, seseorang dengan sangat terpaksa meminjam dari rentenir, yang sebenarnya adalah hal yang sangat merugikan dirinya sendiri. Mengapa rentenir melepas uangnya ke masyarakat dan tidak menyimpan dikoperasi? Alasannnya sangat sederhana, rentenir hanya mencari profit. Jika rentenir menyimpan dananya di koperasi, maka seperti anggota lainnya Serviam hanya mampu membayar 1 koma sekian persen per bulan; sedangkan jika rentenir melempar uangnya sebagai pinjaman ke masyarakat, maka ia dapat menikmati keuntungan antara 20%-25%. Sampai saat ini, beberapa orang yang pernah meminjam ke rentenir sudah ada yang masuk menjadi anggota koperasi Serviam dan hal ini mejadi pengalaman yang sangat berharga bagi mereka. Namun, jika kita ingin memberantas rentenir secara tuntas sangat sulit. Hal ini terutama disebabkan ada juga sekelompok masyarakat yang malu memijam ke koperasi, tetapi lebih senang meminjam kepada rentenir, karena mereka tidak mau diketahui orang kalau mereka berhutang. Padahal, pemahaman ini keliru dan secara ekomomi sangatlah merugikan. Untuk itu, sosialisasi dan pendidikan yang dilaksanakan Koperasi Serviam tidak hanya diperuntukan bagi anggota saja, namun juga masyarakat umum yang ingin mendengarkan informasi dan ingin penjelasan lebih jauh tentang koperasi dan kehidupan berkoperasi. Produk Investasi Koperasi Serviam: Kami melihat ada sebuah trend yang tidak banyak dipakai, mungkin karena terkendala, yaitu bagaimana merubah opini bisnis menjadi non-bisnis. Koperasi Serviam ingin membuka wawasan anggota dengan pola pikir investasi. Produk investasi tidak sama dengan produk asuransi, namun jika kita ingin lebih maju, kita harus berani berinvestasi. Penjelasan secara rinci mengenai produk investasi Serviam tidak dapat kami paparkan disini, bukan merahasiakan, tetapi menyangkut waktu. Namun, yang terpenting adalah bagaimana anggota bisa memulai sesuatu dengan yang kecil, jika mampu menabung Rp. 1.000 maka dengan Rp. 1.000 sehari selama 8 tahun, anggota dapat memiliki Rp. 10 juta pada akhir tahun ke delapan. Kalau ingin mendapatkan Rp. 100 juta, maka anggota dapat menabung Rp. 10.000 per hari selama 8 tahun. Produk ini memang bukan dirancang untuk orang yang memiliki dana banyak dan bukan produk juga bagi para investor di pusat, tetapi merupakan produk investasi yang menyentuh orang kecil. Secara umum, jika kita tanyakan anggota apakah mereka mampu menyisihkan uang Rp. 1.000 per hari, hampir seluruh anggota menjawab ya, mampu. Namun, tantangannya adalah kedisiplinan untuk menabung 1.000 rupiah setiap hari, karena disiplin itu tidaklah mudah. Sebagai pengurus Serviam, kita selalu berusaha untuk memotivasi anggota untuk mempersiapkan masa depannya dan keluarganya. Sehingga pada tahun 2007, Koperasi Serviam menjadi koperasi milik keluarga; Hal ini berarti bahwa keaggotaan Koperasi Serviam bukan harus 18 tahun, tetapi dari umur 6 bulan sudah bisa menjadi anggota, namun hanya sebagai penabung, tidak dapat sebagai peminjam. Dalam gerakan koperasi kredit Indonesia, hal ini dimungkinkan dengan tujuan untuk melindungi investasi anak-anak.
21/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
PERTANYAAN TERMIN 2 Bapak Blasius Naben (Koperasi Swasti Sari-Pengawas) 1. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Saya tertarik dengan sistem tanggung renteng. Kita juga sudah diskusi banyak, tapi sampai saat ini belum ada keputusan. Kami ingin melakukan seperti SBW, namun ada beberapa hal yang kami inginkan kejelasannya. Dalam sistim tanggung renteng yang diterapkan di Koperasi SBW, bagaimana prosedurnya apabila ada tunggakan pada salah satu anggota kelompok? Bagaimana dengan bunga pinjaman?
Ibu Marselina Yasinta Sayang (Koperasi Serviam-Pengurus) 1. Pendapat atas Penjelasan Ibu Herni dari Koperasi SBW: Istilah tanggung renteng bagi masyarakat NTT menimbulkan banyak keengganan, karena tanggung renteng artinya kita harus menanggung hutang orang lain. Saya rasa belum ada koperasi di NTT ini yang menerapkan sistim tanggung renteng ini. Namun, setelah mendengar penjelasan Ibu Herni, baik pada presentasi dan diskusi, saya merasa sangat senang. Saya merasa tanggung renteng ini merupakan hal yang sangat mulia, karena Koperasi SBW memulainya dengan membangun kedekatan hati. Sehingga kalau sudah sehati, tidak ada lagi diskriminasi dan tentunya timbul rasa persaudaraan. Untuk itu, saya kurang sependapat depan teman-teman terdahulu yang menganggap bahwa secara budaya NTT berbeda. Saya rasa sistim tanggung renteng ini perlu dicoba dahulu dengan konsep kedekatan hati ini melalui dukungan kegiatan rohani. Dan jika koperasi SBW sudah bisa menjalankannya dan mempunyai nilai postif dalam perkembangannya, mengapa kita tidak mencoba dan memulainya? Kita sebagai pengurus koperasi tidak pernah menjemput bola, hanya duduk saja di kantor. Kita tidak pernah mengenal antar anggota. Ibu Herni mengatakan tidak memiliki kendala dalam menerapkan tanggung renteng, dan ternyata bukan karena tidak ada yang nakal, namun karena terantisipasi di awal. Di koperasi Serviam ada cukup banyak tunggakan merah, contohnya tetangga kita, namun karena kita tidak pernah berkumpul dan tidak diberdayakan dalam satu kelompok, maka beban malu jika menunggak itu tidak ada. 2. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Ada 2 pertanyaan, pertama, untuk tanggung renteng apakah anggota dikelompokan berdasarkan kedekatan emosional ataukah berdasarkan pengelompokan wilayah? Kedua, RAT tidak setahun, tiap akhir tahun hanya ‘dancing and singing’, apakah yang dilakukan dalam pertemuan bulanan?
Bapak Petrus Ratu (Koperasi Serviam-Anggota) Berkaitan dengan kegiatan pemanduan yang dilakukan koperasi, dari paparan narasumber tadi, masalah pendidikan merupakan salah satu kata kunci yang menjadi kesamaan kebutuhan koperasi. Dan permalahan utama yang membuat kegiatan koperasi menjadi kurang berkembang, pinjaman macet, tidak sesuainya program dengan pelaksanaan, adalah karena pendidikan. Maka jelas bahwa pendidikan memegang peranan kunci dan menjadi titik krusial dalam penyelenggaraan perkoperasian. Pertanyaan untuk Ibu Herni dari Koperasi SBW: Apakah ibu mempunyai jurus-jurus kunci atau kiatkiat khusus bagaimana model pendidikan dan bentuk-bentuk materi yang menyentuk seluruh lapisan koperasi, baik pengurus, anggota, dan pendamping?
JAWABAN TERMIN 2 Jawaban Ibu Herni dari Koperasi Setia Budi Wanita, Malang Pengelompokan Anggota: Pengelompokan dilakukan berdasarkan tempat tinggal sehingga kedekatan bertetangga akan terpupuk dengan baik. Selain itu, pengelompokan cara ini juga memudahkan pelaksanaan pertemuan dan monitoring. Karena jika terjadi sesuatu, kita sebagai tetangga atau saudara terdekat akan lebih cepat mengetahuinya. 22/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Prosedur jika terjadi tunggakan: Misalnya Ibu A yang sebelumnya dengan cukup mudah membayar cicilan Rp. 500.000 sebulan atas pinjamannya, tetapi dengan terjadi musibah, Ibu A kesulitan untuk mengumpulkan Rp. 500.000 untuk bulan itu. Untuk menghindari hal ini, kami selalu menghimbau agar anggota bersedia menyediakan payung sebelum hujan. Caranya adalah dengan membayar iuran tanggung renteng kelompok yang khusus dikumpulkan terpusat di koperasi SBW (bukan di kelompok) untuk dimanfaatkan jika ada anggota yang terkena musibah. Jumlah iuran tanggung renteng berbeda-beda di tiap kelompok dan dimusyawarahkan bersama. Namun, jika misalnya kas iuran tanggung renteng kelompok ibu A tidak mencukupi cicilan ibu A, maka biasanya sisanya dibagi habis antar anggota lainnya. Karena intinya adalah kewajiban anggota terhadap koperasi haruslah 0%, sehingga jika ada anggota yang ingin mengajukan pinjaman selanjutnya, maka pencairan pinjaman tersebut dapat terlaksana. Jika kedekatan antar anggota kelompok bertambah erat, iuran ini biasanya berkembang, anggota biasanya membuat iuran sosial untuk anggota yang sakit/meninggal, walaupun santunan dari lembaga ada. RAT dan Pertemuan Bulanan: RAT dilaksanakan satu kali dalam setahun, pertama untuk rencana kerja satu tahun ke depan, dan yang kedua adalah rapat anggota tahunan. Setiap bulan, pengurus selalu merencanakan kegiatan tiap bulan kedepannya dan memberikan feedback kepada anggota atas realisasi bulan sebelumnya serta memberikan motivasi dan penjelasan yang untuk mengejar kekurangan. Namun, semua ini kuncinya adalah kedekatan pengurus dengan seluruh anggota akan segala hal, sehingga jika ada program-program, anggota dengan semangat berpartisipasi mendukungnya. Bunga pinjaman: Saat ini koperasi SBW belum mengambil dana pihak ke-3 dari perbankan, namun hanya dari puskowanjati. Kami mendapatkan dana dari puskowanjati dengan bunga 1.25% dan kami menjualnya kembali ke anggota dalam bentuk pinjaman anggota sebesar 1.65%. Kiat Model Pendidikan: Pendidikan diselenggarakan/diikuti oleh Koperasi SBW pada umumnya untuk merespon kebutuhan tertentu, baik dari anggota maupun pengurus/karyawan. Contohnya, jika ada kebutuhan sekelompok anggota untuk belajar membuat kue, maka pengurus SBW akan mengumumkannya di kalangan kelompok lainnya dan mencari pengajar, biasanya diusahakan dari internal dahulu, contoh pengusaha kue yg sudah cukup maju. Kemudian, pengurus akan menghitung pembiayaannya dan jika anggota setuju dan peminat pelatihan bersedia membayar tambahan biaya jika ada, maka SBW akan menyelenggarakannya, dan biasanya di aula SBW jika memungkinkan.
Jawaban Pak Beni dari Koperasi Serviam, Kupang Kiat Model Pendidikan: Pendidikan yang diselenggarakan oleh Koperasi Serviam tidak mengikuti model-model pendidikan formal, karena pendidikan yang kami berikan bukanlah untuk melamar pekerjaan. Untuk pendidikan awal/dasar koperasi, pengurus lebih banyak mensosialisasikan kegiatan perkoperasian dan memperkenalkan apa yang ada di koperasi Serviam yang dapat dimanfaatkan anggota. Hal ini termasuk, apa saja produk-produk Koperasi Serviam, apa keuntungan dan kerugiannya, serta manfaat dan kewajiban menjadi anggota koperasi. Sekali lagi, hal ini disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman anggota, calon anggota maupun masyarakat umum. Untuk pendidikan lanjutan, kita dalam gerakan koperasi kredit memiliki kurikulum dan pedoman yang dapat dilaksanakan secara menyeluruh tanpa menghilangkan adanya penyelipan halhal khusus yang terkait dengan kondisi koperasi setempat. Kami sangat menyadari pentingnya qualitas penyampaian, maka kami sangat menghindari hal-hal yang monoton seperti dibangku sekolah dan selalu berusaha memberikan hal-hal yang praktis yang mudah dicerna dan dipahami peserta pendidikan.
Jawaban Pak Victor dari Dinas Koperasi Kota Kupang Kiat Model Pendidikan: Sesuai dengan apa yang pernah diterapkan di badan latihan perkoperasian, ada beberapa metode pelatihan, yaitu: 1. Kuliah atau pemberian materi di dalam kelas.
23/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
2. Latihan Kerja atau Magang: bentuk pelatihan ini banyak kita lakukan untuk UKM dengan berbagai bentuk kegiatan. Contoh, pengiriman tukang kayu di Kupang ke Jepara untuk belajar mengukir dan peningkatan kualitas kerja, pengiriman pandai besi dari rote, pembudidaya rumput laut dikirimkan ke Bandung untuk belajar pengolahan makanan dengan bahan dasar rumput laut, pengolahan ikan, dan pengerajin anyaman pelepah pisang yang dikirimkan ke Sulawesi. 3. Studi Banding ke koperasi yang telah maju. 4. Role Play: latihan sambil bermain Jawaban Bapak Pak Wilem Kiat Model Pendidikan: Pengalaman, baik pengalaman sukses maupun pengalaman kegagalan, adalah guru terbaik. Namun secara umum, pendidikan kewirausahaan teknis dan ‘managerial skills’ keterampilan pengelolaan usaha sangatlah penting, melalui formal training yang dipadu dengan pelatihan langsung atau dengan methode ‘learning by doing’. Dan dalam pengelolaan koperasi diperlukan kecerdasan pikiran, kecerdasan emosi, dan sikap, lengkap dengan contoh/panutan yang dapat ditiru dan dikembangkan.
24/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
Sesi III: Berbagi Pengalaman & Motivasi Usaha 1. Pengalaman dalam Menjalankan Usaha Peternakan Bp. Khayus A. Turtratan (Anggota Kopdit Serviam) Khayus A. Turtratan adalah seorang sarjana lulusan philosophi yang mampu membaca dan memanfaatkan peluang usaha. Pada kesempatan ini, Kace, nama panggilannya, menceritakan usaha yang dilakukannya, dimulai dari berternak ayam, jual-beli anjing, dan terakhir berternak babi. Usaha berternak ayam dimulai dengan 1 box yang merupakan pinjaman awal dari Koperasi Serviam. Prospek usaha ayam potong ini ternyata cukup baik, dan akhirnya Kace memutuskan untuk meningkatkan volume usahanya. Saat ini, Kace mampu membeli 5 box ayam, yang kemudian ia jual kembali dalam waktu 3 minggu. Keuntungan tiap box kurang lebih Rp. 300.000. Kegiatan usaha ternak ayam ini saling berkaitan dan saling mendukung dengan ternak babli. Contohnya, limbah dari ayam selain dijual kepada petani tanaman hias untuk pupuk, juga digunakan untuk campuran makanan babi. Selain beternak, Kace juga melihat peluang atas kebutuhan sekelompok masyarakat yang gemar membuat hidangan anjing. Dengan memiliki banyak relasi, Kace dapat dengan cukup mudah memenuhi kebutuhan ini dan sekaligus mengantungkan keuntungan tambahan untuk rumah tangganya. Kemajuan usaha Kace adalah hasil kerja keras serta kejelian membaca peluang. Untuk memasarkan hasil usahanya, Kace tidak menemui kendala yang berarti karena ia dapat sekaligus mempromosikan usahanya sembari membaktikan diri untuk gereja dengan berkeliling mengatarkan surat-surat gereja. Harapannya ke depan, Kopdit Serviam dapat tetap mendukung usahanya, baik dalam permodalan, pemasaran, maupun manajemen kuangan.
2. Pengalaman dalam Menjalankan Usaha Ojek Bp. Aloysius Beribe (Anggota Kopdit Serviam) Usaha Alo Beribe adalah motor ojek. Pada awalnya, Beribe mengkredit motor untuk ojeknya melalui sebuah dealer motor di Kupang. Setelah beberapa lama mengangsur di dealer motor tersebut, Beribe merasa sangat terbebani oleh pinjaman ini. Akhirnya, ia disarankan oleh salah satu rekannya untuk meminjam ke koperasi. Setelah mempelajari produk pinjaman Seviam, Beribe kemudian meminjam uang dari Kopdit Serviam untuk melunasi sisa angsurannya, dan selanjutnya berkonsentrasi untuk mengangsur ke Koperasi Serviam. Hasil dari ojeknya, selain untuk mengangsur pelunasan motor, Beribe juga mampu membuat rumah secara bertahap, sesuatu yang sangat luar biasa bagi Beribe, serta menabung untuk pendidikan anak. Beribe bercita-cita untuk membeli satu buah motor lagi untuk ojek yang akan dijalankan oleh adiknya. Untuk itu, ia berharap Kopdit Serviam dapat memberikan pinjaman kembali padanya untuk peningkatan usahanya di masa yang akan datang.
25/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
KESIMPULAN 1) LKM dan UKM harus dapat menjadi besar, karena dalam kegiatan usahanya LKM membutuhkan biaya yang besar, dan juga harus memiliki fleksibilitas yang tinggi, serta membuka peluang lapangan kerja. 2) LKM dan UKM di Nusa Tenggara Timur telah dijalankan dengan berbagai keterbatasan serta perkembangan usaha seperti yang telah disampaikan pada sesi seminar. 3) Terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan LKM dan UKM du Nusa Tenggara Timur, diantaranya: a. Lemahnya kompetensi SDM pengelola LKM dan koperasi b. Tingkat keswadayaan LKM dan koperasi masih rendah, dimana model sendiri masih lebih kecil dibandingkan dengan modal dari luar. c. Pengelolaan managemen usaha umumnya masih bersifat manual yang dirasakan kurang efektif dan efisien. d. Pemahaman para pengelola mengenai usaha LKM dan koperasi belum semuanya baik; hal ini berdampak pada menurunnya rasa percaya anggota atau masyarakat pada LKM maupun koperasi. e. Jati diri koperasi tidak dilaksanakan dengan baik, dimana umumnya belum otonom ( ketergantungan pada pihak lain masih tinggi) dan pelaksanaan RAT yang tidak tepat waktu. 4) Kurangnya monitoring dan pendampingan dari dinas Koperasi dan UKM sebagai akibat dari banyak staf di dinas koperasi yang tidak memahami hal-hal penting berkoperasi.. 5) Untuk mengembangkan LKM dan koperasi serta UKM binaannya di masa mendatang, diperlukan upaya-upaya antara lain: a. Penguatan modal LKM dengan meningkatkan keswadayaan dan juga melalui dana bergulir dari Pemerintah b. Penguatan kapasitas SDM pengelola LKM dan koperasi melalui program pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Pendidikan dan pelatihan memegang peranan yang sangat penting sebagai landasan utama kualitas SDM c. Membentuk jaringan organisasi dan jaringa usaha LKM d. Melaksanakan pendidikan dan latihan kewirausahaan bagi pengusaha kecil dan menengah untuk memantapkan manajemen usaha mereka.
26/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id
LAMPIRAN: DOKUMENTASI, DAFTAR HADIR & KLIPPING KORAN
27/35 Jl. Hang Lekir VIII No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, INDONESIA Ph. +62 21 720 6125 • Fax. +62 21 726 6341 e-mail:
[email protected] • www.ybul.or.id