Dearlina Sinaga .
WORK LOAD ANALYSIS OF TEACHER IN THE DEVELOPMENT OF EDUCATION CASE STUDY IN STATE DISTRICT SMP PAMATANG SIDAMANIK SIMALUNGUN by: Dearlina Sinaga (FKIP Universitas HKBP Nomensen Medan)
[email protected] ABSTRACT This study tries to analyze comprehensively how the actual workload of teachers at least 24 (twenty four) hours of face to face and a maximum of 40 (forty) hours of face-to-face made by the Government through policy workloads are at least 24 (twenty four) hours of face-to-face in a week , is a need for teachers to get professional allowance educators as required by law - Act No. 20 of 2005. From the calculation and analysis of data to be obtained (1) Workload teachers established by Act No. 14 of 2005 on teachers and Lecturers is a minimum of 24 hours of face to face and a maximum of 40 hours of face to face, not yet implemented in SMP District of Pamatang Sidamanik (2) Not all teachers perform the core functions optimally. As planned learning, implementing the learning, assessing learning outcomes of students, conduct guidance and training and carry out additional tasks. (3) In fulfillment of the workload of teachers, it is known that in general teachers who have been teaching does not correspond to his academic background, where it is not in accordance with the mandate of Law No. 14 of 2005. Key words: Method, Cooperative Learning, Jigsaw mode, Learning Outcomes
ANALISIS BEBAN KERJA GURU DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN STUDI KASUS DI SMP NEGERI KECAMATAN PAMATANG SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN Abstrak Penelitian ini mencoba menganalisa secara komprenhensip bagaimana sesungguhnya beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka yang ditetapkan Pemerintah melalui kebijakan Beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu, adalah suatu kebutuhan guru untuk mendapatkan tunjangan profesional pendidik sebagaimana dipersyaratkan oleh Undang – undang No 20 tahun 2005. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan diperoleh (1) Beban Kerja guru yang ditetapkan oleh Undang-undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah minimal 24 jam tatap muka dan maksimal 40 jam tatap muka, belum terlaksana di SMP Negeri Kecamatan Pamatang Sidamanik (2) Tidak semua guru melakukan tugas pokoknya tersebut secara maksimal. Seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian hasil pembelajaran peserta didik, melakukan bimbingan dan latihan dan melaksanakan tugas tambahan. (3) Dalam pemenuhan beban kerja guru, diketahui bahwa pada umumnya guru yang telah mengajar tidak sesuai dengan latar belakang akademisnya, dimana hal ini tidak sesuai dengan amanat UU No 14 tahun 2005. Kata kunci: beban, kerja, guru.
A. Pendahuluan Salah satu kebijakan pemerintah yang kini menjadi fenomena pendidikan tertuang pada pasal 35 ayat 1 Undang- undang no 20 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 138 Manajemen Pendidikan
adalah 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam seminggu. Beban kerja guru ini menjadi wacana bagi guru mengingat bahwa guru saat ini baik yang sudah disertifikasi dan guru yang belum disertifikasi sama-sama membutuhkan beban kerja sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu. Bagi guru yang
UPI Kampus Tasikmalaya
belum disertifikasi tampaknya merupakan prasyarat agar guru tersebut dapat di sertifikasi, sedangkan bagi guru yang sudah disertifikasi beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu dibutuhkan agar guru mendapatkan haknya akan tunjangan professional pendidik setara satu kali gaji pokok. Beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu adalah suatu kebutuhan guru untuk mendapatkan tunjangan profesional pendidik sebagaimana dipersyaratkan oleh Undang – undang No 20 tahun 2005. Untuk mendapatkan beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu bagi sebagian guru bukanlah perkara yang mudah. Sebab untuk mendapatkan beban kerja tersebut sangat tergantung kepada beberapa hal yaitu: 1) misalnya jumlah rombongan belajar yang terdapat pada satu sekolah; 2) jumlah guru mata pelajaran yang sama yang terdapat pada satu sekolah; 3) dan bobot alokasi waktu atau jam pelajaran (les) yang tersedia untuk setiap mata pelajaran. Sebagai contoh pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), dalam struktur kurikulum KTSP (Kuri Kulum Tingkat Satuan Pendidikan) bobot alokasi waktu untuk mata pelajaran Matematika adalah 4 jam (les) per minggu. Agar seorang guru matematika mendapatkan beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu maka guru tersebut harus mengajar tatap muka langsung sebanyak 6 (enam) rombongan belajar. Untuk guru mata pelajaran lain yang memiliki bobot alokasi waktu hanya 2 (dua) jam pelajaran dalam seminggu seperti PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), Olah raga dan kesehatan, Seni Budaya, maka guru tersebut harus mengajar di 12 (dua belas) rombongan belajar atau kelas. Sesungguhnya dapat dibayangJurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
kan betapa beratnya beban kerja guru mengajar di 12 (dua belas) kelas. Contohnya mengoreksi lembar soal peserta didik. Andai jumlah peserta didik untuk setiap rombongan belajar adalah 32 (tiga puluh dua) orang maka untuk mengoreksi ulangan harian peserta didik maka guru harus menghadapi 384 (tiga delapan puluh empat) lembar jawaban peserta didik. Misalnya mengoreksi setiap lembar jawaban membutuhkan waktu 3 (tiga) menit maka dibutuhkan waktu 1152 menit atau sekitar 19 (sembilan belas ) jam. Sekalipun ada ketimpangan dalam penerapan beban kerja guru seperti diuraikan di atas namun dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 tahun 2008 tentang guru pada pasal 65 ayat 2 menjelaskan bahwa guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan tidak mendapat pengecualian dari menteri, dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi. Hal ini menjadi fenomenal bagi guru dan perlu disikapi dengan arif. Pemerintah menyadari bahwa sebenarnya sulit bagi sebagian guru untuk mendapatkan beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per-minggu. Oleh karena itu pemerintah memberi alternatif jalan keluar seperti mengeluarkan berbagai peraturan yaitu: 1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 36 tahun 2007 tentang penyaluran Tunjangan Profesi Bagi Guru; 2) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan;3) Peraturan Menteri pendidikan Nasional RI No 11 tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional RI No 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan; 4) Peraturan Peme139
Dearlina Sinaga .
rintah RI No 74 tahun 2008 tentang guru; 5) Pedoman penghitungan beban kerja guru yang dikeluarkan oleh Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan tahun 2008; 6) Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidikan; 7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 30 tahun 2011 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 39 Tahun 2009. Sekalipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengatasi permasalahan sehingga guru dapat memperoleh beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka seminggu namun jalan keluar yang ditawarkan belum memberikan penghargaan kepada kedudukan guru sebagai tenaga profesionalis. UUGD No14 tahun 2005 pada pasal 2 menyebutkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai salah satu contoh pengaturan pemenuhan beban kerja guru yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 39 tahun 2009 pada pasal yang ke 5 ayat 1 huruf a menjelaskan bahwa guru dapat memenuhi beban mengajar 24 jam tatap muka dengan mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain. Dari pengaturan ini kita dapat mengetahui bahwa guru diijinkan untuk mengajar mata pelajaran yang 140 Manajemen Pendidikan
serumpun dengan mata pelajaran yang diampunya baik di sekolah induknya dan di sekolah lain, dan juga dapat mengajar mata pelajaran lain yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya di sekolah induknya maupun di sekolah lain, atau pun kedua-duanya yaitu mengajar mata pelajaran yang paling sesuai sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan juga mata pelajaran yang sama sekali tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Jadi dalam pengaturan ini telah ada tiga kelompok mata pelajaran yang mungkin diajarkan oleh seorang guru dalam rangka memenuhi beban mengajar 24 jam tatap muka yaitu: 1) mata pelajaran yang diampunya; 2) mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan; 3) mata pelajaran lain (yaitu yang bukan mata pelajaran yang diampunya dan bukan pula rumpun mata pelajaran yang paling sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya). Mendalami kasus di atas dapat kita petik suatu pengertian bahwa yang mendorong guru tersebut mau untuk mengajar mata pelajaran lain adalah diperolehnya Tunjangan Profesional Pendidik. Keputusannya untuk menerima pembagian tugas mengajar mata pelajaran lain tidak didasari oleh rasa tanggung jawab moral sebagai seorang guru profesional . Bila kondisi seperti ini berlangsung maka sebenarnya yang terjadi adalah sebuah penistaan terhadap berbagai tujuan dirumuskannya UU No 14 tahun 2005, seperti :1) meningkatkan mutu pembelajaran;2) meningkatkan mutu pendidikan nasional; 3) meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Ketika guru mengajarkan materi pelajaran yang bukan mata pelajaran yang diampunya maka proses pembelajaran
UPI Kampus Tasikmalaya
yang berlangsung mungkin menjadi buruk, sebab guru tersebut tidak lagi fokus pada materi pelajaran yang menjadi bidangnya. Fenomena di SMP Negeri Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun seperti seorang guru mengajarkan banyak mata pelajaran adalah suatu pengangkangan terhadap prinsip-prinsip profesionalitas .Prinsipprinsip profesionalitas yang telah dikangkangi tersebut sebagaimana menurut UU No 14 tahun 2005 BAB III pada pasal 7 dinyatakan bahwa pfofesi guru harus: (a) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas dan; (b) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka yang dipenuhkan dengan cara mengajar pada satuan pendidikan lain (Permendiknas RI No 39 tahun 2009 pasal 5 ayat 1a), juga merupakan hal yang fenomenal dalam pembangunan pendidikan kita saat ini. Pasal ini mengijinkan guru mengajar pada satuan pendidikan formal yang bukan satuan administrasi pangkalnya, baik sekolah swasta maupun sekolah negeri. Jadi guru dapat mengajar di dua sekolah atau lebih dengan ketentuan guru tersebut harus melaksanakan tugas mengajar di satuan pendidikan administrasi pangkalnya paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka. Mengikuti petunjuk ini pun sebenarnya banyak persoalan. Sebab sekolah negeri dan swasta ditempat lain pun kekurangan jam mengajar. Ketika guru harus mengajar pada dua sekolah atau lebih maka ia harus tunduk pada aturan-aturan yang berlaku pada sejumlah sekolah sebagai tempatnya mengajar. Guru dalam menjalankan tugasnya di beberapa sekolah sekaligus sering kali harus berhadapan dengan tarik menarik Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
kepentingan antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya. Tak ada satu sekolahpun yang mau di nomor duakan. Membagi waktu dan perhatian yang seadil adilnya selalu menjadi hal yang berat dan akhirnya menjadi beban mental bagi guru. Dalam membangun pendidikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas menyatakan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Apakah dengan cara memberi beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat ) jam tatap muka dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional kita? Kebijakan pendidikan yang menerapkan beban kerja minimal 24 jam tatap muka, tampaknya ada pemikiran ke arah politik anggaran pendidikan, dan bukan mutu pen-didikan. Dalam kenyataanya ada dua SMP Negeri di kecamatan Pamatang Sidamanik. Pada kedua SMP Negeri tersebut penulis ingin meneliti dan menganalisa secara komprenhensip bagaimana sesungguhnya beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka dapat berkontribusi positip dalam pembangunan pendidikan . Kebijakan Beban Kerja Guru Dasar hukum yang mengatur beban kerja guru terdapat dalam Undang-undang no. 20 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 35 ayat 2 yang menghendaki guru mengajar sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam seminggu. Pada pasal 35 ayat 1 UU No. 20 tahun 2005 juga disebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil 141
Dearlina Sinaga .
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melak-sanakan tugas tambahan. Hal ini kemudian sangat fenomenal karena tidak semua guru berada pada kondisi yang ideal, yang dengan mudah mendapatkan beban kerja 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu. Karena itu pemerintah memberi solusi dengan mengeluarkan peraturan yang memberi jalan keluar agar guru mendapat beban kerja yang dimaksud. Untuk memperoleh pengertian tentang beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam seminggu, ada baiknya penulis membuat contoh penjelasan. Contoh 1. Andai misalnya seorang guru Matematika yang telah disertifikasi mengajar di sekolah A dengan jumlah rombongan belajarnya masingmasing kelas 1, 2 dan 3 adalah 3 kelas sehingga semuanya berjumlah 9 kelas maka guru matematika itu wajib membawa pelajaran matematika di semua kelas. Sebab Jumlah jam mengajar guru tersebut hanya 9 kelas kali 4 jam = 36 jam tatap muka. Dalam keadaan seperti ini maka guru matematika tersebut berhak atas tunjangan profesi pendidik setara satu kali gaji pokok guru tersebut. Contoh 2. misalnya seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan yang telah disertifikasi mengajar di sekolah B dengan rombongan belajarnya masing masing kelas 1, 2, 3 adalah 1 kelas sehingga semuanya berjumlah 3 kelas maka guru pendidikan kewarganegaraan itu wajib mengajar disemua kelas. Sebab jumlah jam mengajar guru tersebut hanya 3 kelas kali 2 jam = 6 jam. Dalam keadaan seperti ini maka guru Pendidkan kewarganegaraan tersebut tidak berhak mendapatkan tunjangan profesi pendidik. Agar guru Pendidikan 142 Manajemen Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut memperoleh haknya akan tunjangan profesional pendidik maka guru tersebut dapat mengajar mata pelajaran lain di sekolah tersebut, atau di sekolah lain sehingga beban mengajar minimal 24 jam tatap muka dapat dipenuhi. Cara lain adalah, guru pendidikan Kewarganegaraan tersebut dapat diberi tugas tambahan seperti wakil kepala sekolah yang bobotnya ekwivalen 12 (dua belas) jam tatap muka. Tetapi seandainya guru tersebut tidak dapat mencapai beban kerjanya minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka maka tidak ada sanksi kepada guru tersebut. Contoh3. Andai seorang guru berlatar belakang akademis guru Bimbingan dan konseling dan sudah disertifikasi , maka beban kerja guru tersebut adalah membimbing peserta didik sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang. Jumlah ini disetarakan dengan beban mengajar guru 24 (dua puluh empat) jam tatap muka. Jika kurang dari 150 peserta didik maka guru tersebut dapat melaksanakan tugas bimbingan dan konseling di sekolah lain, atau mengajar mata pelajaran lain di sekolah induknya ataupun di sekolah lain atau diberi tugas tambahan sebagaai wakil kepala sekolah atau kepala perpustakaan. Dalam buku pedoman penghitungan beban kerja guru yang dikeluarkan pada tahun 2008 oleh dirjen peningkatan mutu pendidikan dan tenga kependidikan diketahui bahwa guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah wajib mengajar tatap muka 6 (enam) jam pelajaran, dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah atau kepala perpustakaan, wajib mengajar sebanyak 12 (dua belas) jam pelajaran. Menanggapi beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam
UPI Kampus Tasikmalaya
tatap muka, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pusat, Sulistiyo menyayangkan hanya mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam dan maksimal 40 (empat puluh ) jam tatap muka dalam seminggu yang dihargai dalam angka kredit maupun kepentingan kepegawaian. Akibatnya tugas lain yang diemban oleh guru kurang mendapat perhatian , bahkan terkadang tidak terlaksana secara optimal. Ia juga berpendapat bahwa mutu pendidikan yang dianggap belum baik adalah akibat dari sitim dan kebijakan yang tidak tepat. (Media Sekolah, 1-15 Desember 2012,p.5). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 74 tentang guru pada pasal 17 menyebutkan, agar guru mendapatkan tunjangan profesi maka guru harus mengajar di satuan pendidikan dimana ratio peserta didik dan guru minimal 1:20. Selanjutnya Peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama Nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.panrb/10/2011,48 tahun 2011,158/ pmk.01/2011,11 tahun 2011 tentang penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa jumlah peserta didik minimal untuk satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) minimal 20 peserta didik dan maksimal 32 peserta didik. Sudarwan Danim (2011: 114) mengatakan; Profesi guru dilaksanakan selama jam kerja dan diluar jam kerja, karena guru harus menyusun perncanaan mengajar , melaksanakan proses belajar mengajar, menilai pekerjaan rumah dan hasil evaluasi belajar , membimbing siswa, melayani orang tua/wali siswa di jam sekolah dan rumah, berkunjung pada orang tua Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
siswa, untuk melaksanakan kerja sama dalam membantu siswa yang bermasalah. Menurut sebuah survey yang dilakukan kepada guru guru SD, SMP, dan SMA di Jepang, dari 8.544 guru telah mengambil cuti sakit. 62% diantaranya atau 5.274 guru, menderita penyakit mental. Menyikapi hasil survey tersebut maka pemerintah Jepang merencanakan beberapa langkah seperti meninjau beban kerja guru, memperbaiki sistem konsultasi, dan menciptakan program rehabilitasi bagi para guru yang mengambil cuti. Kementerian mengatakan guru yang berusia lebih dari 40 (empat puluh) tahun cenderung lebih tertekan karena beban kerjanya berat. Suara merdeka. com diakses tanggal 28 Februari2013. <www.suaramerdekacom/v1/index.php /read/news/2012/12/25/139200/5.000Guru-di-Jepang-Derita-PenyakitMental> Dalam sebuah acara tertanggal 4 oktober 2011 menyambut hari guru Internasional yang jatuh pada tanggal 5 Oktober, Fakhrul Alam, Tim Kajian Kebijakan Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI), mengatakan bahwa jam tatap muka ideal untuk guru adalah 18-20 jam pelajaran. Dalam menanggapi usul Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menetapkan jam mengajar guru menjadi 27,5 jam, ia mengatakan kebijakan ini sangat aneh dan kebijakan ini hanya mengejar kuantitas jam mengajar guru dan bukan kwalitas pembelajaran yang dilakukan guru. Ester Lince Napitupulu, KOMPAS.com, Beban Jam Mengajar Jangan Abaikan Kualitas. Diakses tanggal 28 Februari 2013.
. Selain mendapat beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka guru juga memikul 143
Dearlina Sinaga .
tanggung jawab sosial. Berarti guru juga harus terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di masyarakat. Oleh karena itu memang alangkah naif nya bila perhitungan beban kerja guru hanya pada tataran tatap muka di kelas. Penghitungan beban kerja guru dalam konteks hanya mengajar dikelas adalah bentuk pengerdilan peran guru diluar sekolah. Mulyasa (2008: 184) “mengatakan Peran guru disekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pelajaran, tetapi harus memikul tanggungjawab yang lebih banyak yaitu bekerja sama dengan pengelola pendidikan lainnya di lingkungan masyarakat. Untuk itu guru harus mempunyai kesempatan lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah”. Jadi dengan mengetahui bahwa guru mengusung tangung jawab besar dalam berbagai ranah, maka tidaklah tepat bila beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka hanya berorientasi pada skop yang sempit yaitu di sekolah. Peran dan tanggung jawab guru dalam lingkungan masyarakat adalah bagian dari kompetensi sosial seorang guru. Oleh karena itu amatlah layak menghitung kredit point guru yang menerjunkan dirinya di kehidupan sosial di masyarakat sebagai bagian dari beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka. Pembangunan Pendidikan Dalam perspektif Sertifikasi Guru Pembangunan pendidikan merupakan salah satu fokus perhatian dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pembangunan pendidikan di Indonesia diarahkan pada perluasan memperoleh kesempatan pendidikan pada seluruh lapisan masyarakat di berbagai jenjang pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan dan relevansi pendidikan dengan perkembangan dunia usaha. 144 Manajemen Pendidikan
Pembangunan pendidikan baik fisik dan non fisik bermuara pada terciptanya sumberdaya manusia yang berkwalitas. Iskandar Agung (2012: 2) mengatakan; istilah pembangunan itu sendiri dapat dipahami sebagai suatu proses perubahan yang terencana atau disengaja di mana ide/gagasan, metode dan teknik baru di introduksi dan dikomunikasikan ke dalam suatu masyarakat agar berbagai segi kehidupan dapat meningkat atau menjadi lebih baik. Melalui pembangunan berlangsung upaya untuk mengubah kesatuan hidup sosial yang terkenanya dari kondisi tertentu ke kondisi lain yang dinilai lebih baik. Pembangunan pendidikan digunakan sebagai wahana proses transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi kehidupan sistem sosial yang terkenanya dapat meningkat atau menjadi lebih baik. Dalam meningkatkan mutu pendidikan peran strategis guru menjadi hal penting untuk dikembangkan. Miguel Fernandez Perez dan S. Gopinatan (2003: 15) mengatakan bahwa “dimana-mana didunia guru merupakan kelompok sosial dan profesi yang penting”. Dalam Pembangunan pendidikan di Indonesia pemerintah mengembangkan gagasan bahwa guru wajib memiliki kwalifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Gagasan serifikasi guru yang menyerukan peningkatan profesionalis-me guru serta pemberian tunjangan profesi pendidik (bagi yang
UPI Kampus Tasikmalaya
memenuhi persyaratan) sebagai hak guru yang merupakan imbalan bagi guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Tunjangan profesi ini diharapkan sebagai pemantik motivasi guru dalam membangun kinerjanya agar lebih baik. Pemerintah membuat persyaratan agar guru profesional mengemban beban kerja minimal 24 (dua puluh empat ) jam tatap muka agar mendapatkan tunjangan profesi, sebagai mana terdapat dalam Undang-undang no 14 tahun 2005 pada pasal 35 ayat 2. Perencanaan pembangunan pendidikan melalui sertifikasi guru memang terkandung semangat yang pantas di apresiasi, sebab melalui sertifikasi guru terdapat harapan pengembangan profesionalime guru dan meningkatnya kesejahteraan guru yang berkontribusi pada mutu pendidikan. Pemahaman yang tepat tentang pengertian beban kerja guru sebagaimana terdapat dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah adanya rasio antara tugas pokok guru dan waktu yang digunakan. Pasal 35 ayat 1 menyebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan, sedangkan ayat 2 lebih memfokuskan pada rasio waktu, yakni sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Tugas pokok guru menurut pasal 35 ayat 1 UU no 14 tahun 2005 terdiri dari 6 (enam) kegiatan yaitu: merencanakan pembelajaran, melak-sanakan pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksana-kan tugas tambahan. Terkait tugas tambahan adalah guru yang mendapat tugas sebagi kepala sekolah, atau menjadi Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
wakil kepala sekolah. Diantara 6 kegiatan yang menjadi tugas pokok guru hanya satu bagian proses pembelajaran yang dihitung dalam beban kerja guru minimal 24 jam tatap muka, yaitu melaksanakan pembelajaran. Sedangkan sisanya seperti merencanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajran, membimbing dan melatih peserta didik tidak diperhitungkan dalam beban kerja guru. Dalam pemahaman sederhana, pekerjaan atau profesi sebagai guru hanya tampak pada kegiatan guru mengajar bertatap muka dengan siswa di dalam kelas. Pekerjaan guru yang tidak kelihatan oleh awam misalnya adalah merencakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran mungkin saja memerlukan waktu yang lebih banyak dari pada melaksanakan kegiatan tatap muka di kelas. Dalam Permendiknas RI No 41 tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidkan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, methode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Merujuk pada Permendiknas ini dapatlah dimengerti bahwa membuat perencanaan pembelajaran sangatlah penting dalam upaya menata dan mengelola kegitan guru bertatap muka dikelas agar dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkwalitas. Sebagaimana pendapat Oemar Hamalik (2001: 135) bahwa” guru yang baik akan selalu berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil dan karenanya ia selalu membuat perencanaan mengajar sebelumnya”. 145
Dearlina Sinaga .
Tbel Hasil Penelitian
SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik
Meskipun didalam Pemendiknas Sekol RI No 20 tahun 2007 tentang standar No & Nama ah responden penilaian pendidikan disebutkan perancangan strategi penilaian oleh 1. Robinson pendidik dilakukan saat perumusanSinabang silabus yang pengembangannya 2. Mariani merupakan bagian dari rencanaPurba pelaksanaan pembelajaran, namun 3. Juariah masih dibutuhkan waktu untuk mengoreksi berbagai hasil tes atau 4. Tumpan hasil ulangan yang dilakukan kepadaRumahorbo siswa, seperti mengoreksi ulangan 5. Rosidah harian, ulangan semester, ulangan Saragih kenaikan kelas. Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauhmana 6. Wahyumi keberhasilan program yang telah dilaksanakannya. Bagan 2.1. Kerangka pemikiran
Jurusan di Bidang Mata Pelajaran Jabatan status P. Tinggi Sertifikas Yang Diajarkan i Guru PNS fisika fisika IPA Terpadu 1 kls (5jam) Matematika 1 kls (5 jam) Tikom 1 kls (2jam) Guru PNS biologi Biologi IPA Terpadu 1 kls (5 jam) Seni Budaya 3 kls (6 jam) Aks. Simal 3 kls (6 jam) Guru PNS Bimb. Bimb. Agama islam 3 kls (6jam) Kons kons B.conseling3 kls (18 jam) Guru PNS Sejarah IPS IPS 1 kls (4 jam) B.Indonesia 2 kls (10 jam) Peng. Diri 2 jam Guru PNS Sejarah Sejarah IPS 2 kls (8 jam) PKn 2 kls (4 jam) B.Indonesia 1 kls (5jam) Guru PNS Biologi Belum IPA 1 kls (5 jam) sertifikasi PKn 1 kls (2 jam) Matematika 1 kls (5 jam) Tikom 2 kls (4 jam) 7. Ronald Guru PNS Agama Belum Ag. Kristen 3 kls (6 jam) Manurung Kriten sertifikasi Penjas 3 kls (6 jam) 8. Bukit Kepala. PNS Mat.matika Matematik Matematika 1 kls ( 5 jam) Haloho Sekolah a Pengemb. Diri 2 jam 9. Rosinta Guru Honor Bahasa Belum Bahasa Inggeris 3 kls (15 Pratiwi Inggeris sertifikasi jam) Pengemb. Diri 2 jam
Tugas Tambhn
10. Sunardi
Guru
11. Suseno
Guru
12. Joram Sitorus
Guru
PNS
Mate Mate matika matika
Matematika 3 kls (15 jam)
13.ApriYanti Damanik
Guru
PNS
Penjas penjas
Penjas 3 kls (6 jam) Ak. Simal 3 kls (6 jam)
PKS Kurikulum (12 jam) PKS Sarana Prasarana (12 jam) PKS Humas (12 jam) PKS Kesiswaan 12 jam Kepala laboratorium (12 jam) Kepala perpustakaa n (12 jam) -
`
SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik
B. Hasil dan Pembahasan
14. Nurhayati Guru
Berikut hasil penelitian tentangMangunsong beban kerja guru yang dirangkum 15. Horas dalam tabel berikut. Toga torop Jawaban responden terhadap angket 16. Tiar tentang merencanakan Pembelajaran: Guru yang sudah disertifikasi, danPanjaitan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya. Dalam merencanakan pembelajaran tidak semua guru yang sudah sertifikasi dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya selalu membuat rencana pembelajaran sebelum masuk kelas. 146 Manajemen Pendidikan
Guru Guru
PNS
Bahasa Bahasa Bahasa Indonesia 3 kls (15 Indonesia Indonesia jam) Agama Islam 1 kls (2 jam) PNS Sejarah IPS IPS 2 kls (10 jam) TIK 2 kls (4 jam)
PNS Fisika
IPA IPA Terpadu 3 kls Terpadu (12 jam)
PNS Geografi IPS IPS Terpadu 1 kls (5 jam) Terpadu PKn 3 kls (6 jam) Pengembangan diri (2 jam) honor Seni Belum Seni budaya 3 kls (6 jam) Rupa sertifikasi Keterampilan 2 kls (4 jam) Peng.Diri (2 jam)
Beb.Krj( Ket. Jam)
PKS 24 Kurikulum 12 jam PKS Sarana 29 Prasarana 12 jam 24 PKS Kesiswaan 12 jam PKS Humas 12 jam Kepala perpustakaa n 12 jam -
28
Ter Penuhi Ter Penuhi Terpe nuhi Terpe nuhi
29
Terpe nuhi
28
Terpe nuhi
12
Tdk terpe nuhi Terpe nuhi Tdk terpenuhi
Kpl. Sekolah 25 18 jam 17
29
terpenuhi
26
terpenuhi
27
terpenuhi
24
terpenuhi
24
Terpenuhi
25
Terpenuhi
12
Tidak terpenuhi
Diketahui bahwa hanya ada 8 orang guru dari 12 guru (66,67%) yang selalu membuat rencana pembelajarannya sebelum masuk kelas. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam melaksanakan Pembelajaran Guru yang sudah disertifikasi, dan
UPI Kampus Tasikmalaya
mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya di SMP Negeri kecamatan Pamatang Sidamanik, hanya 33,33% guru yang selalu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, demikian juga dalam menggunakan alat peraga, tampaknya belum semua guru yang mau berbuat yang terbaik dalam mengajar, sehingga penggunaan alat peraga dalam mengajar hanya 25% guru yang selalu melakukannya. Hanya 25% guru yang selalu mencari tahu nomor-nomor soal yang sulit dijawab oleh peserta didik dalam ulangan harian, dan hanya 25% guru yang selalu melakukan analisis soal ulangan harian Hanya 50% guru yang selalu melakukan remedi bila hasil pembelajaran peserta didik buruk. Demikian juga dalam hal memberikan nasehat kepada peserta didik dalam pertemuan dikelas. Tetapi nyatanya masih ada 8,33% guru yang tidak pernah memberikan nasehat nalam pertemuan tatap muka dikelas. Guru yang mengemban tugas tambahan baik sebagai Kepala Sekolah, Pembantu Kepala Sekolah (PKS), Kepala labora torium dan Kepala Perpustakaan ada 30,77% guru mengaku bahwa dalam menjalankan tugas tambahan mereka merasa tidak pernah menguras energi. Dan perlu juga ditambahkan bahwa ada 15,38% guru yang mengaku mereka tidak pernah membutuhkan waktu rutin dalam melaksanakan tugas tambahan tersebut. Diketahui bahwa hanya 60% guru yang selalu membuat RPP sebelum masuk ke;las. Hanya ada 30% guru yang sering mengabaikan pentingnya membuat perencanaan pembelajaran seperti Prota, Prpsem, RPP, dan Sillabus. Hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa hanya 40% guru yang selalu menggunakan metode pemJurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
belajaran yang bervariasi dan hanya 20% guru yang selalu menggunakan alat peraga bila mengajar. Dari hasil penelitian, hanya 40% guru yang selalu mencari tahu nomornomor soal yang sulit dijawab peserta didik dalam ulangan harian, dan hanya 60% guru yang selalu memberikan penjelasan kepada peserta didik bila terdapat soal yang tidak dapat dijawab. Diketahui bahwa hanya 40% guru yang selalu melakukan remedi, dan hanya 40 % yang selalu melakukan pengayaan. Juga diketahui bahwa hanya 50% guru yang selalu memberi nasehat kepada peserta didik dalam pertemuan tatap muka di kelas. Hanya 27,27% yang selalu merasa senang telah mendapatkan beban kerjanya sebagaimana adanya sekarang ini. Disamping itu diketahui bahwa ada 27,27% guru yang selalu mengalami kekecewaan telah mendapatkan pembagian tugasnya yang dirasanya tidak adil. Dan ada 36% guru yang selalu merasa kesal bahwa perhitungan beban kerja guru hanya pada praktek mengajar. Jawaban responden terhadap angket tentang merencanakan Pembelajaran: Guru yang belum disertifikasi, dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya. Dari hasil penelitian belum semua guru merencanakan pembelajaran sebelum masuk kelas. Diketahui hanya 28,57% guru yang selalu merencanakan pembelajaran sebelum masuk kelas, dan 57,14% guru masih sering mengabaikan pentingnya membuat perencanaan pembelajaran seperti Prota, Prosem, RPP dan Sillabus. Dalam melaksanakan pembelajaran hanya 42,86% yang selalu melaksankan metode pembelajaran yang bervariasi, dan hanya 14,29% guru yang selalu menggunakan alat peraga dalam melaksanakan pembelajaran. 147
Dearlina Sinaga .
Belum semua guru guru berbuat maksimal dalam menilai hasil pembelajaran peserta didik. Hanya 14,29% guru yang selalu mencari tahu soal-soal yang sulit dikerjakan peserta didik setelah ulanagn harian dilaksanakan, dan 42,86% guru yang selalu memberikan penjelasan kepada peserta didik bila terdapat soal-soal yang sulit dikerjakan. Hanya 28,57% guru yang melakukan remedi pembelajaran, sekalipun nilai peserta didiknya buruk, dan hanya 14,29% guru yang melakukan pengayaan dalam pembelajarannya. Selanjutnya hanya 42,86% guru yang menasehati peserta didik dalam pembelajaran tatap muka dikelas, dan hanya 42,86% guru yang melatih dan membiasakan peserta didik dalam menerapkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hanya 25% guru yang selalu membuat perencanaan pembelajaran sebelum masuk kelas, dan diketahui ada 50% guru yang sering mengabaikan pentingnya membuat perencanaan pembelajaran seperti Prota, Prosem, RPP dan Sillabus. Hanya 25% yang selalu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, 25% yang selalu menggunakan alat peraga bila melaksanakn pembelajaran. Hanya 25% guru yang selalu mencari tahu soal-soal yang sulit dijawab oleh peserta didik, dan hanya 50% guru yang selalu memberikan penjelasan kepada peserta didik bila terdapat soal yang tidak dapat dijawab oleh peserta didik. Hanya 25% guru yang melakukan remedi pembelajaran sekalipun nilai peserta didik buruk, dan tidak ada guru yang melakukan pengayaan bila peserta didik telah berhasil melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selanjutnya ada 50% guru yang selalu menasehati peserta didik dalam 148 Manajemen Pendidikan
pertemuan tatap muka dikelas dan melakukan pembiasaan terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hanya 14,29% yang selalu merasa senang telah mendapatkan beban kerjanya sebagaimana adanya sekarang ini. Disamping itu diketahui bahwa ada 42,86 % guru yang sering mengalami kekecewaan telah mendapatkan pembagian tugasnya yang dirasanya tidak adil. Dan ada 42,86% guru yang sering merasa kesal bahwa perhitungan beban kerja guru hanya pada praktek mengajar. Pembahasan Menentukan jumlah rombongan belajar ideal di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik Sebagaimana diketahui bahwa menentukan berapa jumlah rombongan belajar yang ideal dan banyaknya rombongan belajar akan menenentukan berapa beban kerja guru sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 terdapat ketentuan bahwa jumlah murid dalam satu rombongan belajar untuk SMP minimal 20 dan maksimal 32 peserta didik. ditetapkan rumus menghitungnya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai berikut: Jri =
3
i 1
Keterangan : Jri = Jumlah rombongan ideal; Jm = Jumlah murid RSG = ratio siswa Guru
UPI Kampus Tasikmalaya
Menetukan rombongan belajar ideal di SMP Negeri 2 Pematang sidamanik dapat dihitung dengan cara : 30 29 38 Jri = 32 32 32 Jri = 0,93 + 0,90 + 1,18 Di bulatkan ke atas Jri = 1 + 1 + 2 = 4 Jadi ; rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel rombongan belajar di kelas IX adalah 2 rombel Jumlah peserta didik di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik adalah 97 orang peserta didik dengan rincian di kls VII terdapat 30 peserta didik, di kls VIII terdapat 29 peserta didik dan dikelas IX terdapat 38 peserta didik. Dari segi pengaturan jumlah rombel sebenarnya kapasitas siswa di kelas VII dan kelas VIII sudah tepat. Tetapi di kelas IX terjadi kelebihan jumlah siwa sebanyak 6 peserta didik atau 18,75%. Bertolak dari Peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17 disebutkan bahwa guru pemegang sertifikat Pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan yang ratio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya untuk Sekolah Menengah Pertama adalah 20. Ditinjau dari segi jumlah peserta didiknya berbanding dengan jumlah gurunya maka di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat diterangkan sebagai berikut: Bila menerapkan ratio minimal jumlah murid terhadap guru 20 : 1 maka jumlah guru yang ideal adalah 5 orang 99 saja. ( = 4,95 dibulatkan keatas 20 menjadi 5 ). Jadi dari 9 orang guru yang ada di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 4 orang. Bila menerapkan ratio maksimal jumlah murid terhadap guru 32: 1 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
maka jumlah guru yang ideal adalah 4 99 orang saja. ( 32 = 3,09 dibulatkan keatas menjadi 4 ). Jadi dari 9 orang guru yang ada di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 5 orang. Menentukan jumlah jam tersedia di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik. Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 terdapat ketentuan bahwa untuk menghitung jumlah jam tersedia, Sekolah Menegah Pertama (SMP) digunakanlah rumus berikut ini:
Keterangan: Jt = jam tersedia jr=Jumlah rombel K= Kelas Jtm=jumlah jam tatap muka perminggu sesuai KTSP
Menurut kondisi real di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah rombongan belajarnya adalah 3 rombongan belajar yakni rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel, rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel, rombongan belajar di kelas IX adalah 1 rombel. Maka jumlah jam tersedia untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum KTSP di SMP/MTS dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
149
Dearlina Sinaga . Jumlah jam tatap muka menurut struktur kurikulum yang standar dan jumlah real rombongan belajar di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik. KOMPONEN
VII
VIII
IX
Jlh jam tatap muka
2 2 4 4 4 4 4 2
2 2 4 4 4 4 4 2
2 2 4 4 4 4 4 2
6 6 12 12 12 12 12 6
2
2
2
6
2 2 2*) 32
2 2 2*) 32
2 2 2*) 32
6 2 2*) 94
kelas dan alokasi waktu
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia Bahasa Inggeris Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olah raga dan keshatan 10. Keterampilan/TIK B. Muatan Lokal C Pengembangan diri Jumlah
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 94 jam tatap muka. Menurut PP No.20 tahun 2006 tentang Standar isi bahwa jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran perminggu secara keseluruhan. Oleh sebab itu di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jam mata pelajaran yang ditambah adalah Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,Ilmu Pengetahuan Sosial dengan bobot penambahan masing-masing mata pelajaran adalah (satu)les. Dengan penambahan tersebut maka jumlah jam tatap muka pada rombongan belajar real dan struktur kurikulum yang sudah ditambah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
150 Manajemen Pendidikan
Tabel 4.3 Jumlah jam tatap muka menurut jumlah real rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah di tambah di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik. kelas dan alokasi waktu KOMPONEN
Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggeris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pen. Jasmani, Olah raga dan keshatan 10. Keterampilan/TIK B. Muatan Lokal C Pengembangan diri Jumlah
Jlh jam tata p muk a
VII
VIII
IX
2
2
2
6
2
2
2
6
4 5 5
4 5 5
4 5 5
12 15 15
5
5
5
15
5
5
5
15
2
2
2
6
2
2
2
6
2 2 2* ) 36
2 2 2*) 36
2 2 2*) 36
6 2 2*) 106
A.
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 94 jam tatap muka. Menurut P P No.20 tahun 2006 tentang Standar isi bahwa jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran perminggu secara keseluruhan. Oleh sebab itu di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jam mata pelajaran yang ditambah adalah Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dengan bobot penambahan masing-masing mata pelajaran adalah (satu) les. Dengan penambahan tersebut maka jumlah jam tatap muka pada rombongan belajar real dan struktur kurikulum yang sudah ditambah dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
UPI Kampus Tasikmalaya
Tabel 4.5 Jumlah jam tatap muka pada 4 (empat) rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah ditambah di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik.
Tabel 4.4 Jumlah jam tatap muka pada 4 (empat) rombongan belajar dan struktur kurikulum yang standar di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik
KOMPONEN
C. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Bahasa Inggeris Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya Pen.Jasmani,Olah raga & keshatan 10. Keterampilan/TIK D. Muatan Lokal C Pengembangan diri jumlah
kelas dan alokasi waktu IX VI VII II a b
Jlh jam tata p muk a
2
2
2
2
8
2
2
2
2
8
4
4
4
4
16
4 4 4 4 2
4 4 4 4 2
4 4 4 4 2
4 4 4 4 2
16 16 16 16 8
2
2
2
2
8
2 2
2 2
2*)
2 2 2
8 8
2* )
2 2 2
36
3 6
*
*
) 3 6
) 3 6
2*)
KOMPONEN
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggeris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pend. Jasmani,Olah raga& keshatan 10. Keterampilan/TIK B. Muatan Lokal C Pengembangan diri
130
jumlah
kelas dan alokasi waktu IX VI VII II a b
Jlh jam tata p muk a
2
2
2
2
8
2
2
2
2
8
4 5 5
4 5 5
4 5 5
4 5 5
16 20 20
5
5
5
5
20
5
5
5
5
20
2
2
2
2
8
2
2
2
2
8
2 2
2 2 2* )
2 2 2 *) 3 6
2 2 2 *) 3 6
8 8
2*) 36
36
2*) 146
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 130 jam tatap muka. Bila rombongan belajarnya 4 (empat) dan struktur kurikulumnya sudah ditambah 4 (empat) maka jumlah jam tatap muka yang tersedia di SMP Negeri 2 Pematang Sidamanik adalah sebagai berikut.
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jamtersedia adalah 146 jam tatap muka. Menentukan jumlah kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik. Bila Guru diperkenankan mengajar lebih dari satu mata pelajaran, maka kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik menurut jumlah jam tersedia pada struktur kurikulum yang standar dan jumlah rombel yang real (lihat tabel 4.27) adalah : KG = KG = = 3,91≈ 3 (dibulatkan kebawah)
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
151
Dearlina Sinaga .
Jadi kebutuhan guru di sekolah ini adalah 3 orang guru. Dengan hanya 3 orang guru ternyata jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 31,33 jam tatap muka perminggu . ( = 31,33) Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam perminggu. Bila struktur kurikulumnya ditambah maksimal 4 (empat) pada setiap kelas atau setiap rombongan belajar (rombel ada 3) maka jumlah jam yang tersedia adalah 106 (lihat tabel 4.28). Maka kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik adalah: KG = = 4,41 ≈ 4 (dibulatkan kebawah). Kebutuhan guru disekolah ini adalah 4 orang guru. Dengan hanya 4 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,5 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila rombongan belajarnya 4 (empat) pada struktur kurikulum yang standar maka jumlah jam yang tersedia adalah 130.Kebutuhan gurunya adalah: KG = = 5,41 ≈ 5 (dibulatkan ke bawah) Kebutuhan guru disekolah ini adalah 5 orang guru Dengan hanya 5 orang guru jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila rombongan belajarnya 4 (empat) pada struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 (empat) pada setiap rombongan belajar maka jumlah jam yang tersedia adalah 146. Kebutuhan gurunya adalah: KG = = 6,08 ≈ 6 (dibulatkan ke bawah)
152 Manajemen Pendidikan
Kebutuhan guru disekolah ini adalah 6 orang guru Dengan hanya 6 orang guru jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,3 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila di sekolah ini di ada Kepala Kekolah, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas dan Kepala Perpustakaan maka Jumlah jam tersedia akan bertambah setara 78 jam tatap muka. Jumlah yang setara 78 jam tatap muka ekwivalen dengan jumlah dari tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah (18 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas (12 jam) dan tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan (12 jam) . Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (94 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 94 =172 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru : KG = = 7, 16 ≈ 7 (dibulatkan ke bawah) Kebutuhan guru disekolah ini 7 orang. Dengan hanya 7 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,57 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (106 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 106 =184 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru:
UPI Kampus Tasikmalaya
KG = = 7, 6 ≈ 7 (dibulatkan ke bawah) Kebutuhan guru disekolah ini 7 orang. Dengan 7 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,57 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (130 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 130 = 208 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru : KG = = 8, 6 ≈ 8 (dibulatkan kebawah) Kebutuhan guru disekolah ini 8 orang. Dengan 8 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (146 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 146 = 224 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru : KG = = 9,3 ≈ 9 (dibulatkan kebawah) Kebutuhan guru disekolah ini 9 orang. Dengan 9 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,8 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Jadi dapat dijelaskan agar semua guru yang jumlahnya 9 orang yang ada di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik mendapat beban kerja minimal 24 jam tatap muka, maka rombongan belajar ideal adalah 4 dan struktur kurikulum sudah ditambah maksimal 4 les , dimana 1 orang sebagai kepala sekolah, yang diperhitungkan beban kerjanya setara 18 jam tatap muka , dan 4 diantaranya mendapat tugas tambahan sebagai Pembantu kepala sekolah yang beban kerjanya masing-masing setara 12 jam tatap muka dan 1 diantaranya sebagai Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
kepala perpustakaan dengan beban kerja setara 12 jam tatap muka. Perhitungan ini benar bila guru diperkenankan mengajar bukan hanya bidang studi yang diampunya
Menentukan jumlah rombongan belajar ideal di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik Sama halnya dengan menentukan jumlah rombongan belajar di SMP negeri 2 Pamatang Sidamanik maka Sebagai Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011,spb/03/m.pan-rb/10/ 2011, 48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011,11 tahun 2011 terdapat ketetapan bahwa jumlah murid dalam satu rombongan belajar untuk SMP minimal 20 dan maksimal 32 peserta didik. Jumlah peserta didik di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik adalah 63 (enam puluh tiga) peserta didik dengan rincian di kls VII terdapat 27 peserta didik, di kls VIII terdapat 19 peserta didik dan dikelas IX terdapat 17. peserta didik. Menurut Peraturan tersebut sebenarnya hanya satu rombongan belajar yang memenuhi persyaratan jumlah siswa yaitu rombongan belajar pada kelas VII dengan jumlah siswa 27 peserta didik. Untuk Menetapkan Jumlah rombongan belajar ideal, dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011,spb/03/m.pan-rb/10/ 2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 ditetapkan rumus menghitungnya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai berikut: 3
Jri =
i 1
153
Dearlina Sinaga .
Keterangan: Jri = jumlah rombongan ideal Jm = jumlah murid RSG = ratio siswa Guru Menetukan rombongan belajar ideal di SMP Negeri 1 Pematang sidamanik dapat dihitung dengan cara : 27 19 17 Jri = 32 32 32 Jri = 0,84 + 0,59 + 0,53 Di bulatkan keatas Jri = 1 + 1 + 1 = 3 Jadi ; rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel rombongan belajar di kelas IX adalah 1 rombel Bertolak dari Peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17 disebutkan bahwa guru pemegang sertifikat Pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan yang ratio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya untuk Sekolah Menengah Pertama adalah 20:1 . Ditinjau dari segi jumlah peserta didiknya berbanding dengan jumlah gurunya maka di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik dapat diterangkan sebagai berikut: a. Bila menerapkan ratio minimal jumlah murid terhadap guru 20 : 1 maka jumlah guru yang ideal adalah 4 63 orang saja. ( = 3,15 20 dibulatkan keatas menjadi 4). Jadi dari 11 orang guru yang ada di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 7 orang. b. Bila menerapkan ratio maksimal jumlah murid terhadap guru 32: 1 maka jumlah guru yang ideal 63 adalah 2 orang saja. ( = 1,96 32 dibulatkan keatas menjadi 2). Jadi dari 11 orang guru yang ada di SMP Negeri 154 Manajemen Pendidikan
1 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 9 orang. Menentukan jumlah jam tersedia di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik. Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.panrb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 terdapat ketentuan bahwa untuk menghitung jumlah jam tersedia disuatu Sekolah Menegah Pertama (SMP) digunakanlah rumus berikut ini:
Keterangan: Jt = jam tersedia Jr = Jumlah rombel Jtm= jumlah jam tatap muka perminggu sesuai KTSP k = kelas
Menurut kondisi real di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jumlah rombongan belajarnya adalah 3 rombongan belajar yakni rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel, rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel, rombongan belajar di kelas IX adalah 1 rombel. Maka jumlah jam tersedia untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum KTSP di SMP/MTS dapat dilihat pada tabel 4.31 berikut ini.
UPI Kampus Tasikmalaya
Tabel 4.31 Jumlah jam tatap muka menurut jumlah real rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah di tambah maksimal 4 les di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik.
KOMPONEN A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia
kelas dan alokasi waktu VI VIII IX I
Jlh jam tatap muka
Tabel 4.32 Jumlah jam tatap muka menurut jumlah real rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah di tambah maksimal 4 les di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik
KOMPONEN A Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggeris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pend. Jasmani, Olah raga dan keshatan 10. Keterampilan/TIK B. Muatan Lokal
kelas dan alokasi waktu VII
VIII
IX
2
2
2
6
2
2
2
6
5 4 5
5 4 5
5 4 5
15 12 15
5
5
5
15
5
5
5
15
2
2
2
6
2
2
2
6
2 2
2 2
2 2 2* ) 3 6
6 2
2
2
2
6
2
2
2
6
4
4
4
12
4. Bahasa Inggeris
4
4
4
12
5. Matematika
4
4
4
12
6. Ilmu Pengetahuan Alam
4
4
4
12
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
12
8. Seni Budaya 9. Pen. Jasmani, Olah raga dan keshatan 10.Keterampilan/TIK
2
2
2
6
2
2
2
6
2
2
2
6
B. Muatan Lokal
2
2
2
2
C Pengembangan diri
2*)
2*)
2*)
2*)
C Pengembangan diri
2*)
2*)
32
32
32
94
jumlah
36
36
jumlah
Dengan Cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 94 jam tatap muka. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 22 tahun 2006 tentang Standar isi bahwa jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum . Satuan Pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran perminggu secara keseluruhan. Oleh sebab itu di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jam mata pelajaran yang ditambah adalah Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dengan bobot penambahan masing-masing mata pelajaran adalah 1 (satu) les. Dengan penambahan tersebut maka jumlah jam tatap muka pada rombongan belajar real dan struktur kurikulum yang sudah ditambah seperti berikut ini: Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Jlh jam tatap muka
2*) 106
Dengan Cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jamtersedia adalah 106 jam tatap muka. Bila Guru diperkenankan mengajar lebih dari satu mata pelajaran, maka kebutuhan guru di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik menurut jumlah jam tersedia pada struktur kurikulum yang standar dan jumlah rombel yang real (lihat tabel 4.31) adalah : KG = KG = = 3,91≈ 3 (dibulatkan kebawah) Jadi kebutuhan guru disekolah ini adalah 3 orang guru. Dengan 3 orang guru jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 31,33 jam tatap muka perminggu
155
Dearlina Sinaga .
.(
= 31,33) Hal ini masih berada
diantara 24 – 40 jam perminggu. Bila struktur kurikulumnya ditambah maksimal 4 (empat) pada setiap kelas atau setiap rombongan belajar (rombel ada 3) maka jumlah jam yang tersedia adalah 106 (lihat tabel 4.32). Maka kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik adalah: kg = = 4,41 ≈ 4 (dibulatkan ke bawah). Kebutuhan guru disekolah ini adalah 4 orang guru. Dengan 4 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,5 jam tatap muka perminggu. ( = 26,5 ) Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila di sekolah ini di ada Kepala Kekolah, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas, ada Kepala Perpustakaan dan ada kepala labora torium maka Jumlah jam tersedia akan bertambah setara 90 jam tatap muka. Jumlah yang setara 90 jam tatap muka ekwivalen dengan jumlah dari tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah (18 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan (12 jam), tugas tambahan 156 Manajemen Pendidikan
sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas (12 jam) , tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan (12 jam) dan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan (12 jam) . Bila tugas tambahan setara 90 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.32 (94 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 90 + 94 =184 jam tatap muka Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru : kg = = 7,6 ≈ 7 (dibulatkan kebawah) Dengan 7 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,28 jam tatap muka perminggu. ( = 26,28 ) Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu. Bila tugas tambahan setara 90 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.32 (106 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 90 + 106 =196 jam tatap muka Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru : kg = = 8,16 ≈ 8 (dibulatkan kebawah) Dengan 8 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,28 jam tatap muka perminggu. ( = 24,5 ) Hal ini masih berada di antara 24 – 40 jam per minggu. Jadi dapat dijelaskan tidak semua guru yang jumlahnya 11 orang yang ada di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka,
UPI Kampus Tasikmalaya
sekalipun srtruktur kurikulum sudah ditambah maksimal 4 les. Yang dimungkinkan hanya 8 orang guru yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka, dalam kondisi: - rombongan belajar ada 3 - Struktur kurikulum sudah ditambah maksimal 4 les . - Ada 1 kepala sekolah, Pembantu kepala sekolah ada 4, ada 1 Kepala perpustakaan dan ada 1 kepala laboratorium. Perhitungan kebutuhan guru dalam satu satuan Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama sesungguhnya harus mengacu pada prinsip: (1) Menurut Permendiknas RI No no 15 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal pendidikan dasar di Kabupaten kota pada pasal 2 ayat 2.a.6 menyebutkan bahwa disetiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran . (2) Menurut peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m. pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 dikatakan bahwa ; (a) Setiap rombongan belajar (rombel) dalam mengikuti mata pelajaran (mapel) tertentu diampu oleh 1 (satu) orang guru atau dalam satu rombel, satu mata pelajaran hanya diampu oleh satu orang Guru (b) Guru mata pelajaran hanya mengampu 1 (satu Jenis mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya. (c) Wajib mengajar yang digunakan adalah 24 jam tatap muka perminggu. Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Selanjutnya dalam peraturan bersama lima menteri itu di jelaskan bahwa Rumus perhitungan kebutuhan guru adalah: kg = keteranagan: kg=kebutuhan guru jt = jam tersedia
Oleh sebab itu kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat dihitung berdasarkan jumlah jam tersedia untuk setiap mata pelajaran . Bila di SMP Negeri 2 Pamatang sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.27 (94 jam) maka, jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.33 berikut ini. Tabel 4.33.Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum yang standar kelas dan alokasi waktu KOMPONEN
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
Jlh jam tatap muk a
VII
VII I
IX
2
2
2
6
Jlh jam tersedi a
Ke butuh an gur u
6
0,2 5
2. Pen.kewarganegar aan
2
2
2
6
6
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
12
12
4. Bahasa Inggeris
4
4
4
12
12
5. Matematika
4
4
4
12
12
4
4
4
12
12
4
4
4
12
12
8. Seni Budaya
2
2
2
6
6
9. Pend.Jasmani,olah raga kesehatan
2
2
2
6
6
10.Keterampilan/TIK
2
2
2
6
6
2
2
2
2
2
2*)
2*)
6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial
B. Muatan Lokal C. C Pengembangan diri
2*)
2*)
Jumlah
32
32
2* ) 32
0,2 5 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,2 5 0.2 5 0,2 5 0,0 8 0,0 8
dibu lat ka n ke at as 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
94
Sumber : olahan peneliti
Tabel diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2 157
Dearlina Sinaga .
Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 3 dan struktur kurikulum yang belum ditambah. Bila di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.28 (106 jam) maka, jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.34 berikut ini.
Bila di SMP Negeri 2 Pamatang sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.29 (130 jam), maka jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.35 berikut ini. Tabel 4.35 Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 4 rombel dan Struktur kurikulum yang standar kelas dan alokasi waktu IX
Tabel 4.34. Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum yang sudah di tambah maksimal 4 les . kelas dan alokasi waktu KOMPONEN VII
VII I
IX
Jlh ja m tat ap mu ka
Jlh ja m ter se dia
Kebu tuhan guru
KOMPONEN
dibul atk an ke ata s
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggeris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pendidikan Jasmani, olah raga dan kesehatan 10.Keterampilan/teknol ogi informasi dan komunikasi
2
2
2
6
6
0,25
1
2
2
2
6
6
4 5 5
4 5 5
4 5 5
12 15 15
12 15 15
0,25 0,50 0,625 0,625
1 1 1 1
5
5
5
15
15
0,625
1
5
5
5
15
15
0,625
1
2
2
2
6
6
0,25
1
2
2
2
6
6
0.25
1
2
2
6
6
0,25
1
B. Muatan Lokal
2
2
2
2
2
0,08
1
C. Pengembangan diri
2*)
2*)
2*)
2*)
2*)
0,08
1
Jumlah
32
32
32
10 6
10 6
Tabel 4.34 di atas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 3 dan struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 les.
158 Manajemen Pendidikan
12
Jl h ja m ter se di a
Keb utuh an gur u
dibu lat ka n ke at as
V II
V II I
a
b
2
2
2
2
8
8
2
2
2
2
8
8
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4
16
16
4. Bahasa Inggeris
4
4
4
4
16
16
5. Matematika
4
4
4
4
16
16
4
4
4
4
16
16
4
4
4
4
16
16
2
2
2
2
8
8
2
2
2
2
8
8
0,3 3
1
2
2
2
2
8
8
0,3 3
1
2
2
2
2
8
8
0,3 3
1
2
2
2
2
2* )
2* )
0,0 8
1
13 0
13 0
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan
6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pendidikan Jasmani, Olah raga dan keshatan 10. Keteram pilan/teknologi informasi dan komunikasi 1. Muatan Lokal
2
Jl h ja m tat ap m uk a
2. Pengembangan diri Jumlah
*
*
*
*
) 3 6
) 3 6
) 3 6
) 3 6
0,3 3 0,3 3 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,6 6 0,3 3
1 1 1 1 1 1 1 1
12
Tabel 4.35 diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 4 dan struktur kurikulum yang standar. Bila di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.30 (146 jam), maka jumlah kebutuhan guru
UPI Kampus Tasikmalaya
untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.36 berikut ini. Tabel 4.36 Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 4 rombel dan Struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 les. KOMPONEN
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggeris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Pendidikan Jasmani, Olah raga dan keshatan 10.Keterampilan/TIK B. Muatan Lokal C Pengembangan diri Jumlah
kelas dan alokasi waktu IX VII a b VII I
Jlh jam tata p muk a
Jlh jam tersedi a
8
8
2
2
2
2
2
2
2
2
8
8
4 5 5 5 5 2
4 5 5 5 5 2
4 5 5 5 5 2
4 5 5 5 5 2
16 20 20 20 20 8
16 20 20 20 20 8
2
2
2
2
8
2 2 2*) 36
2 2 2*) 36
2 2 2*) 36
2 2 2* ) 36
8 8 2*) 146
yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam adalah : 2. Guru Matematika 1 orang, dengan tugas tambahan Kepala sekolah 3. Guru IPA 1 orang dengan tugas tambahan sebagai PKS Kebu- dituhan bula atau Guru IPA 1 orang guru t dengan tugas tambahan kan ke sebagai kepala atas perpustakaan 0,33 1 4. Guru IPS 1 orang 0,33 1 dengan tugas tambahan 0,6 1 sebagai PKS. 0,83 0,83 0,83 0,83 0,33
1 1 1 1 1
8
0,33
1
8 8 2*)
0,33 0,33 0,08
1 1 1 12
4.3.8 Menentukan Jumlah Kebutuhan Guru Untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik.
Tabel 4.36 diatas Jlh Jlh Di kelas dan alokasi jam jam Kebu bula waktu memperlihatkan suatu gambaran tata tert KOMPONEN p sedi tuhan kan bahwa di SMP Negeri 2 VII VII IX mu a guru ke I Pamatang Sidamanik hanya ka atas membutuhkan 1 guru untuk A. Mata Pelajaran 2 6 6 0,2 1. Pendidikan Agama 2 2 1 5 setiap mata pelajaran. 2. Pendidikan 0,2 2 2 2 6 6 1 Perhitungan yang ditampilkan kewarganegaraan 5 0,5 4 4 4 12 12 1 pada tabel tersebut dengan 3. Bahasa Indonesia 0 0,5 rombongan belajar 4 dan 4. Bahasa Inggeris 4 4 4 12 12 1 0 struktur kurikulum yang sudah 5. Matematika 0,5 4 4 4 12 12 1 0 ditambah maksimal 4 les 0,5 6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 12 12 1 0 1. Dari tabel 4.35, dan 4.36 0,5 4 4 4 12 12 1 diatas penulis ingin 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 0 0,2 2 2 2 6 6 1 meperlihatkan hasil suatu 8. Seni Budaya 4 9. Pendidikan Jasmani, Olah 0,2 perhitungan bahwa dengan 2 2 2 6 6 1 raga dan keshatan 4 cara menambah rombongan 10.Keterampilan/TIK 0,2 2 2 2 6 6 1 4 belajar dan/atau menambah 0,2 2 2 2 6 6 1 4 struktur kurikulum maksimal B. Muatan Lokal 0,0 2) 2) 2) 2*) 2*) 1 4 les , tidak ada satu guru C Pengembangan diri 8 Jumlah 32 32 32 94 12 mata pelajaranpun yang Sama halnya dengan menentukan memenuhi beban kerja minimal 24 kebutuhan guru untuk setiap mata jam tatap muka. Kecuali Guru pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang mendapat tugas tambahan. Jadi sidamanik, maka di SMP Negeri 1 dengan hanya mengajar 1 mata Pamatang Sidamanik juga pelajaran sesuai dengan bidang menggunakan prinsip perhitungan studi yang diampu dan mendapat yang sama dan rumus perhitungan tugas tambahan maka guru di SMP yang sama yaitu: Negeri 2 Pamatang Sidamanik *
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
*
*
159
Dearlina Sinaga .
kg =
= kebutuhan guru
guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.38 berikut ini.
keterangan : kg ; jt = jam tersedia
Tabel 4.38Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum
Bila di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.31 (94 jam) maka jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.37 berikut. Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum yang masih standar . kelas dan alokasi waktu KOMPONEN VII
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
VIII
IX
Jlh jam tat ap mu ka
Jlh jam tersed ia
2
6
6
2
2
6
6
5
5
5
15
15
4. Bahasa Inggeris
4
4
4
12
12
5. Matematika
5
5
5
15
15
6. Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
15
15
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
5
5
5
15
15
8. Seni Budaya
2
2
2
6
6
9. 9 Pendidikan Jasmani, Olah raga dan kesehatan
2
2
2
6
6
10.Keterampilan/TIK
2
2
2
6
6
B. Muatan Lokal
2
2
2
6
6
C Pengembangan diri
2*)
2*)
2*)
2*)
2*)
32
32
32
10 6
2
2
2. Pendidikan kewarganegaraan
2
3. Bahasa Indonesia
Jumlah
Tabel 4.37 diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan 3 rombongan belajar dan struktur kurikulum yang masih standar. Bila di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.32 (106 jam) maka jumlah kebutuhan 160 Manajemen Pendidikan
Di Kebu bul at tuha kan n ke guru ata s
0,2 5 0,2 5 0,6 25 0,5 0 0,6 25 0,6 25 0,6 25 0,2 5 0,2 5 0,2 5 0,2 5 0,0 8
1 1 1 1
NO
NAMA GURU
Jursan Di Perguruan Tinggi
1
Robinson Sinabang
fisika
5 jam tatap muka
2
Mariani Purba
Biologi
3
Juariah
Bimb.kons
5 jam tatap muka -
4
Tumpan Rumahorbo
Sejarah
4 jam tatap muka
5
Rosidah Saragih
Sejarah
8 jam tatap muka
6
Wahyumi
Biologi
7
Ronald Manurung
Agama Kriten
5 jam tatap muka 6 jam tatap muka
8
Bukit Haloho
Mat.matika
9
Rosinta Pratiwi
Bahasa Inggeris
Beban kerja sesuai keahlian
5 jam tatap muka 15 jam tatap muka
yang sudah ditambah maksimal 4 les
1
Tabel di atas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP 1 Negeri 1 Pamatang Sidamanik 1 hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan 1 yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan 3 rombongan 1 belajar dan struktur kurikulum 1 yang sudah ditambah maksimal 4 les. 1 Dari tabel-tabel di atas penulis 12 ingin meperlihatkan hasil suatu perhitungan bahwa dengan menambah struktur kurikulum maksimal 4 les , tidak ada satu guru mata pelajaranpun yang memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka. Kecuali Guru mendapat tugas tambahan. Jadi dengan hanya mengajar 1 mata pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diampu dan mendapat tugas tambahan maka guru di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik 1
UPI Kampus Tasikmalaya
yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam adalah : Guru Matematika 1 orang, dengan tugas tambahan sebagai PKS Guru Agama Kristen Protestan 1 orang dengan tugas tambahan sebgai Kepala sekolah Guru IPS 1 orang dengan tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan atau guru IPS 1 orang dengan tugas tambahan sebagai PKS Guru IPA 1 orang dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium. Distribusi guru di SMP Negeri Kecamatan Pamtang Sidamnik menurut keahlian atau latar belakang pendidikan/jurusan diperguruan tinggi. Di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik Di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah guru ada 9 orang dengan berbagai latar belakang akademis/jurusan di perguruan tinggi yang dapat dilihat pada berikut ini. Tabel 4.39. Distribusi Guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik menurut keahlian atau latar belakang / jurusan di perguruan tinggi NO
NAMA GURU
Jursan Di Perguruan Tinggi
Beban kerja sesuai keahlian
1
Sunardi
Bahasa Indonesia
2
Suseno
Sejarah
3
Joram Sitorus
Matematika
4
Apri Yanti Damanik
Penjas
15 jam tatap muka 10 jam tatap muka 15 jam tatap muka 6 jam tatap muka
5
Nurhayati Mangunsong
Fisika
12 jam tatap muka
6
Horas Toga torop
Geografi
5 jam tatap muka
7
Tiar Panjaitan
Seni Rupa
8
. Rohben Simarmata
Agama Kristen Protestan
6 jam tatap muka -
9
Sunggul Siadari
Agama Kristen Protestan
6 jam tatap muka
10
Merli Napitu
Agama Kristen katolik Bahasa Inggeris
6 jam tatap muka 12 jam tatap muka
11
Rita Eris W. Damanik
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Bila dilihat dari keahlian guru (jurusan diperguruan tinggi) maka sebaran atau distribusi guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik menurut kebutuhan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka sesungguhnya ada beberapa mata pelajaran yang tidak tersedia gurunya, seperti guru untuk mata pelajaran Agama Islam, Guru mata pelajaran PKN, Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Guru mata pelajaran Seni Budaya, Guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah raga dan kesehatan, Guru mata pelajaran Teknologi informasi dan komunikasi, Guru muatan lokal. Jadi di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik ada 6 mata pelajaran dan 1 muatan lokal yang tidak ada gurunya sesuai dengan keahlian atau jurusan di perguruan tinggi. Sedangkan guru yang memiliki keahliah atau jurusan di perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seperti guru mata pelajaran Agama Kristen, guru mata pelajaran bahasa Inggeris, Guru mata pelajaran Matematika, guru mata pelajaran IPA, dan guru mata pelajaran IPS dengan beban kerja masingmasing guru seperti tertera pada tabel 4.39 Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa tidak ada seorangpun guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka dengan hanya mengajar pada mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian atau jurusan/latar belakang akademisnya di perguruan tinggi. Di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik Di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jumlah guru ada 11 orang dengan berbagai latar belakang akademis/jurusan di perguruan tinggi seperti terdapat dibawah ini. Bila dilihat dari keahlian guru (jurusan diperguruan tinggi) maka sebaran atau 161
Dearlina Sinaga .
distribusi guru di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik menurut kebutuhan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka sesungguhnya ada beberapa mata pelajaran yang tidak tersedia gurunya, seperti guru untuk mata pelajaran Agama Islam, Guru mata pelajaran PKN, Guru mata pelajaran Teknologi informasi dan komunikasi, Guru muatan lokal. Jadi di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik ada 3 mata pelajaran dan 1 muatan lokal yang tidak ada gurunya sesuai dengan keahlian atau jurusan di perguruan tinggi. Sedangkan guru yang memilki keahlian atau jurusan di perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seperti guru mata pelajaran agama Kristen Protestan, Guru mata pelajaran agama kristen katolik, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, Guru mata pelajaran Bahasa Inggeris, Guru mata pelajaran Matematika, guru mata pelajaran IPA, Guru Mata pelajaran IPS, Guru mata pelajaran Seni budaya, guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan olah raga kesehatan dengan beban kerja sebagaimana tertera pada tabel 4.40. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa tidak ada seorangpun guru di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka dengan hanya mengajar pada mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian atau jurusan/latar belakang akademisnya di perguruan tinggi. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Pembangunan Pendidikan yang Terdapat Dalam Beban kerja Guru. Sebagaimana diketahui bahwa beban kerja guru meliputi Tugas pokok guru dan volume waktunya . Tugas pokok guru menurut pasal 35 ayat 1 UU no 14 tahun 2005 terdiri 162 Manajemen Pendidikan
dari 6 (enam) kegiatan yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan. Dari hasil penelitian ini ada beberapa poin yang menarik yang menjadi perhatian peneliti, yaitu tentang bagaimana guru menyikapi atau melaksanakan beban kerjanya yang sesungguhnya merupakan kegiatan guru sehari-hari dalam melaksanakan tugas mengajar dan mendidik dapat diklasifikasi ke dalam empat kategori yaitu: Guru 1: Guru yang sudah sertifikasi dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya Guru 2: Guru yang sudah sertifikasi dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang akademisnya Guru 3: Guru yang belum sertifikasi dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya Guru 4: Guru yang belum sertifikasi dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang akademisnya. C. Simpulan Beban Kerja guru yang ditetapkan oleh Undang-undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah minimal 24 jam tatap muka dan maksimal 40 jam tatap muka, belum terlaksana di SMP Negeri Kecamatan Pamatang Sidamanik Tidak semua guru melakukan tugas pokoknya tersebut secara maksimal. Seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian hasil pembelajaran peserta didik, melakukan bimbingan dan latihan dan melaksanakan tugas tambahan.
UPI Kampus Tasikmalaya
Djaelani, Bisri Mustofa (2010), “Etika dan Profesi Guru”. Jogjakarta, PT. Multi Kreasi Satu Delapan.
Haerida. (…..). Asesment Otentik Mengahdapi Era Globalisasi. melalui 18/3/2013]. Jande, Karolus Pr. SKB Lima Menteri Menghebokan Dunia Pendidikan, , melalui [8/4/2013] Mulyasa (2008), “Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru”. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya Offset . Napitupulu, Ester Lince. (2011). Beban Jam Mengajar Jangan Abaikan Kualitas. melalui . [ 28/2/2013] . Perez, Miguel Fernandez and S. Gopinantan (2003), “Krisis dalam pendidikan”. Jakarta, Balai Pustaka. Rahardjo, Mudjia. (2010). Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. melalui [12/4/2013] RED / CN37 / JBSM. (2012). 5.000 Guru di Jepang Derita Penyakit Mental.Melalui [ 28 /2/2013] Sedarmayanti and Sarifuddin Hidayat (2002), “Metodologi Penelitian”. Bandung, CV. Mandar Maju. Setyiosari, Punaji (2010), “Methode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan”. Jakarta, Kencana Prenada Media group. Sugiyono. (2009), “Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D”. Bandung, Penerbit Alfabeta
Hamalik, Umar (2001), “Proses Belajar Mengajar”. Bandung, PT Bumi Aksara
Biodata singkat: Penulis Dosen Prog. Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP – UHN
Dalam pemenuhan beban kerja guru, diketahui bahwa pada umumnya guru yang telah mengajar tidak sesuai dengan latar belakang akademisnya, dimana hal ini tidak sesuai dengan amanat UU No 14 tahun 2005. C. Daftar Rujukan Agung, Iskandar (2012), “Strategi Penerapan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan di Sekolah”. Jakarta, Penerbit Bee Media Indonesia. Arikunto, Suharsimi (2006), “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”.. Jakarta, PT. Asdi Maha Satya. Azis, F (2009), “Ensikolpedia Pendidikan”. Bekasi Timur, PT. Adi Aksara Abadi Indonesia. Citta, Damma. (2007). Siapakah Guru?. [28/2/2013]. Danim, Sudarwan (2011), “Pengembangan Profesi Guru”. Jakarta, Prenada Media Grup. Depdiknas (2005),” Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta, Balai Pustaka. Depdiknas. (2009). Renstra Departemen Pendidikan Nasioanal 2010-2014. melalui . [9/4/2013]
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
163