WIRAUSAHA DALAM KAJIAN TEORITIS DAN EMPIRIS Tantri Widiastuti)* STIE Widya Manggala Semarang ABSTRAK Walaupun imbalan dalam berwirausaha cukup menggiurkan tetapi ada biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Mereka mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaga (Longenecker, Moore dan Petty, 2001). Pendahuluan Di Indonesia dimana jumlah masyarakatnya lebih dari 200 juta jiwa, antara lowongan pekerjaan yang ada
dengan jumlah pelamar sangatlah tidak sebanding. Oleh karena itu menjadi wirausaha merupakan alternatif bahkan menjadi suatu tuntutan dalam menghadapi
era serba cepat ini. Dengan munculnya wirausaha-wirausaha baru yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi perkembangan jaman maka membuat wirausahawanwirausahawan berlomba menciptakan peluang bisnis baru dimana ujung-ujungnya adalah untuk mendapatkan keuntungan. Bahkan beberapa wirausaha meninggalkan organisasi bisnis yang dimiliki orang lain untuk memulai membuka usaha sendiri karena banyak orang memandang kewirausahaaan sebagai suatu pilihan yang menarik. Hal ini dapat terlihat pada pendapat Longenecker, Moore dan Petty (2001) yaitu bahwa tiap orang tertarik menjadi wirausaha karena adanya berbagai imbalan dimana imbalan ini dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar yaitu laba, kebebasan dan kepuasan dalam menjalankan hidup. Walaupun imbalan dalam berwirausaha cukup menggiurkan tetapi ada biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Mereka mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaga (Longenecker, Moore dan Petty, 2001). Dengan kata lain selama wirausahawan mencapai suatu keuntungan tertentu maka banyak konsekuensi yang harus dihadapi. Orang yang memiliki pilihan untuk membuka usaha sendiri memiliki banyak konsekuensi dimana diantaranya adalah resiko keuangan, bekerja dalam waktu yang lebih lama dibandingkan rata-rata karyawan yang bekerja pada perusahaan milik orang lain dan ketika bisnis yang dijalaninya tumbuh menjadi besar maka wirausahawan membutuhkan orang lain untuk membantu. Apabila dalam menjalankannya
wirausahawan sedikit lengah maka sedikit demi sedikit posisinya tergeserkan oleh orang lain yang dipekerjakan bahkan pekerja ini tidak mustahil akan menjadi lawan bisnisnya. Menurut pendapat Thomas W.Zimmerer, 2002 bahwa ada konsekuensi atau kendala yang muncul pada sebuah wirausaha yaitu ketidakpastian pendapatan, resiko kehilangan seluruh investasi, bekerja lebih lama dan bekerja lebih keras, kualitas hidup rendah sampai bisnis mapan, tingkat stress yang tinggi, tanggung jawab penuh dan rasa putus asa saat menghadapi masamasa yang sulit saat permulaan bisnisnya. Pertimbangan imbalan dan konsekuensi yang muncul selama proses permulaan bisnis mempengaruhi motivasi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menjadi seorang wirausahawan. Kewirausahaan Menurut Hisrich, M.Peter dan A.Shepherd (2008) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik serta resiko social yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Dari definisi ini menekankan empat aspek dasar yaitu pertama, kewirausahaan melibatkan proses penciptaan dimana penciptaan disini adalah menciptakan suatu nilai baru. Kedua, kewirausahaan menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan. Ketiga, kewirausahaan melibatkan penghargaan menjadi seorang pengusaha dimana penghargaan ini adalah kebebasan dan kepuasan pribadi. Aspek terakhir adalah kewirausahaan merupakan
tindakan yang mengandung resiko, dikatakan demikian karena tindakan ini membutuhkan waktu namun hasil di masa yang akan datang tidak dapat diprediksi. Stevenson (1983) dalam penelitian Justin B.L Craig, Debra Johnson (2006) melihat kewirausahaan sebagai fenomena perilaku dan mendefinisikan sebuah range perilaku pada rangkaian kesatuan yang menempatkan promoter (penyelenggara) pada satu ujung dan trustee (perwalian) pada ujung yang lain. Inti dari argumen ini terlihat pada pembagian fungsi entrepreneurial antara domain entrepreneurial dan domain administratif dengan mengkaji enam dimensi penting praktek bisnis yaitu orientasi strategis, komitmen terhadap kesempatan, proses komitmen sumberdaya, konsep kontrol terhadap sumberdaya, konsep manajemen, dan kebijakan kompensasi. Konsep kewirausahaan dan bisnis kecil sangat berkaitan erat namun ada beberapa karakteristik perbedaan dari keduanya walaupun perbedaan itu sangat kecil. Seperti yang kita ketahui bahwa Dell Computer diawali sebagai usaha satu orang yang tumbuh menjadi perusahaan raksasa, pertumbuhan Dell dipacu imajinasi dan ketrampilan Michael Dell sebagai orang yang mendirikan perusahaan tersebut. Perbedaan antara kewirausahaan dan bisnis kecil menurut Griffin dan Ebert (2007), yang disebut wirausahawan adalah mereka yang menanggung resiko kepemilikan bisnis dengan pertumbuhan dan ekspansi sebagai tujuan utama. Seringkali pemilik bisnis kecil mencirikan dirinya sebagai usahawan namun banyak dari mereka tidak memiliki cita-cita memperluas bisnisnya seperti yang dilakukan wirausahawan sejati. Jadi yang
membedakan kepemilikan bisnis kecil dengan kewirausahaan adalah adanya visi, aspirasi dan strategi. Pemilik bisnis kecil tidak punya rencana untuk mencapai pertumbuhan yang hebat dalam usahanya dan hanya mencari pendapatan yang aman dan nyaman sedangkan wirausahawan termotivasi untuk tumbuh berekspansi dan membangun dengan menyiapkan diri menanggung resiko. Wirausaha Menjadi seorang wirausahawan tidaklah semudah yang dibayangkan, Menurut Meredith (1995) “menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluangpeluang dan mengumpulkan sumbersumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu”. Keberhasilan wirausahawan tidak ditentukan hanya oleh satu faktor, seperti menempati lokasi yang strategis atau sumber modal yang memadai melainkan ditentukan oleh kemampuan menunjukkan kemampuan manajemen yang baik untuk mengelola perusahaan. Seorang wirausahawan harus senantiasa mengembangkan kesempurnaan dalam berbagai hal demi keberhasilan yang diinginkan. Para wirausahawan harus berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan resiko moderat, percaya teguh pada diri dan kemampuannya mengambil keputusan yang tepat dan kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri wirausaha. Selain itu wirausahawan meluangkan sebagian besar waktunya untuk merencanakan kegiatan-kegiatan bisnis dan siap menghadapi berbagai
tantangan dalam dunia kerja, termasuk tantangan dari pesaingnya sehingga dia harus memiliki keunggulan bersaing. Hawkins dan Turla (1986) mengartikan wirausaha (entrepreneur) adalah seorang yang mampu mengatur, menjalankan, menanggung resiko bagi pekerjaan yang ditempuhnya dalam dunia usaha. Dalam pandangan mereka para wirausaha dengan sifat alaminya tidak dibedakan atas dasar jenis kelamin dan mereka ada yang bergerak dalam bidang produksi namun juga ada yang menggeluti bidang jasa. Pada dasarnya wirausaha adalah orang-orang yang bekerja secara mandiri untuk dapat meraih penghidupan yang lebih baik. Motivasi merekapun bermacam-macam yaitu untuk mendapatkan uang, memperoleh pengaruh, kebebasan berusaha, menjadi majikan, melarikan diri dari aturan yang resmi dan memberi peluang yang berharga bagi orang lain. Seorang dapat dikatakan sebagai seorang wirausaha yang berhasil jika mereka dapat mempersatukan antara impian dengan realitas yang ada. Wirausaha menurut Mussleman dan Jackson (1984), adalah seseorang yang menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu, uang dan usaha untuk memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil. Dari pemahaman diatas berarti menjadi wirausaha memiliki tanggung jawab menjadikan usaha tersebut berhasil berkembang dan mengalami kemajuan. Untuk mencapai hal itu diperlukan kualitas pribadi yang mendukung untuk dapat merencanakan, menjalankan, mengembangkan dan mengatasi berbagai permasalahan usaha maupun pribadi dan mereka yang disebut wirausaha sejati dalam mendapatkan kepuasan dan imbalan
adalah dengan cara melayani kebutuhan orang lain secara maksimal. Tingkat keberhasilan seorang wirausaha tergantung pada keseriusannya dalam bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri karena kekuatan seseorang datang dari tindakantindakannya sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Sekalipun resiko kegagalan itu ada namun para wirausaha mengambil resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar (Meredith et al., 1995). Dengan tidak berputus asa saat mengalami kegagalan maka dapat membantu wirausaha mencapai kesuksesan. Mencapai suatu kesempurnaan merupakan suatu yang ideal dalam mengejar tujuan tetapi bukan sasaran yang realistis bagi kebanyakan wirausaha, hal ini karena mencapai hasil yang sempurna demi suatu tujuan dalam jangka waktu yang terlalu lama hanya akan menghambat perkembangan pribadi wirausaha. Peran dari Wirausaha Dari hasil studi menunjukkan bahwa tak seorangpun yang dilahirkan untuk menjadi wirausahawan, namun semua orang mempunyai potensial untuk menjadi wirausahawan. Seseorang menjadi ataupun tidak menjadi sebagai wirausahawan tergantung dari lingkungan, pengalaman hidup, dan aneka pilihan pribadi. Oleh sebab itu seorang wirausaha lebih daripada sebuah pekerjaan ataupun karier. Dalam berwirausaha orang harus bersifat fleksibel dan imajimatif, mampu merencanakan, berani mengambil resiko dan membuat keputusan serta tindakan untuk mencapai tujuannya. Wirausaha juga harus dapat
bekerja dalam keadaan konflik dan keraguraguan, oleh sebab itu menjadi seorang wirausaha adalah menawarkan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Apabila seseorang bekerja untuk meningkatkan tingkat kehidupan orang lain dan memperbaiki kehidupan mereka maka berarti orang tersebut telah melayani kebutuhan masyarakat sehingga dapat dikatakan bahwa menjadi wirausaha yaitu mengabdikan diri bagi kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan bagi diri dan keluarganya. Menurut Bygrave dan Hofer, 1991 Wirausahawan adalah seseorang yang menerima kesempatan dan menciptakan organisasi melalui apa yang dikejarnya. Selain itu wirausaha turut mendorong kemajuan perekonomian suatu bangsa. Peran wirausaha ini dalam perkembangan ekonomi meliputi lebih dari sekedar peningkatan output dan pendapatan per kapita yang didalamnya mencakup prakarsa dan penetapan perubahan didalam struktur bisnis dan masyarakat. Di bidang industri wirausaha membantu perekonomian dengan menyediakan lapangan pekerjaan dan dapat memproduksi barang ataupun jasa bagi konsumen baik untuk konsumen dalam negeri ataupun konsumen mancanegara. Walaupun perusahaan raksasa menarik lebih banyak perhatian publik dan seringkali menghiasi berita media massa, bisnis kecil dan kegiatan kewirausahaannya setidaknya memberikan andil nyata bagi kehidupan sosial dan perekonomian dunia (Longenecker, Moore dan Petty, 2001). Karakteristik Seorang Wirausaha dalam Mengelola Bisnisnya
Kunci keberhasilan bagi suatu bisnis adalah adanya keterkaitan gaya manajemen dengan kepribadian wirausahawan. Seorang wirausahawan merupakan orang yang berkeinginan untuk menjadi majikan yang bisa hidup bebas dan mandiri karena dia tidak suka diperintah. Oleh karena itu keinginan wirausaha harus didukung dengan sifatsifat unggul untuk melengkapi kemampuannya dalam menjalankan usahanya. Menurut Suryana (2006) kepribadian wirausaha terletak pada : 1. Kepercayaan diri 2. Kemampuan mengorganisir 3. Kreativitas 4. Suka tantangan Sedangkan menurut Littunen (2000) mengemukakan berdasarkan pendapat Chell, Haworth dan Bearley (1991) bahwa sifat-sifat yang lazim dimiliki seorang wirausaha yang dinamakan interpersonal competence yaitu kemampuan untuk : 1. Mengendalikan diri (self control) 2. Kemauan untuk terus belajar (learning process) 3. Bekerja keras (hardwork) 4. Kemampuan berkomunikasi (master of communication) 5. Kemampuan untuk bergaul (good relation) Seorang wirausaha seharusnya dapat mampu mengendalikan temperamen, emosi, waktu dan kebiasaan demi karir di bidang bisnis yang dikelolanya. Kemauan untuk terus belajar adalah munculnya kesadaran bahwa lingkungan yang dihadapi yang berkaitan dengan usahanya bersifat dinamis sehingga untuk proses belajar sebaiknya selalu dikembangkan agar usahanya tetap survive dan berkembang seiring dengan perubahan-perubahan yang
terjadi. Bekerja keras adalah mencintai dan menghayati pekerjaanya dengan disertai rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dihadapi. Kemampuan berkomunikasi berarti memiliki teknik menyampaikan ide yang dapat diterima orang lain secara baik dan mengesankan sehingga tercipta hubungan pribadi yang akrab dan dimungkinkan sampai pada kerjasama dalam bisnis. Selain seorang wirausaha memiliki kemampuan berkomunikasi maka dia juga sebaiknya memiliki kemampuan bergaul dimana seorang wirausaha diharapkan pandai membina persahabatan dengan orang lain sehingga hal ini sangat menentukan bagi terciptanya relasi dan akses usaha. Menurut Shaver (1995) yang dalam studinya membandingkan wirausaha dan yang bukan wirausaha.bahwa seorang wirausaha memiliki motivasi, pengendalian diri, kreatif dan pengambil resiko. Seorang wirausaha memang tidak hanya dilahirkan tetapi mereka bisa dibentuk. Suatu penelitian dalam bidang psikologi menghasilkan temuan yang memiliki dua implikasi menarik yaitu bahwa keyakinan seseorang tentang potensi wirausaha dapat diubah dan pendidikan, pelatihan dan konsultasi bisnis mempunyai peran penting untuk mendukung sukses seseorang dalam berwirausaha. Apa yang dikemukakan Shaver tersebut memberikan pandangan yang berbeda dimana potensi seseorang dapat diubah dari seseorang yang kurang memiliki kemampuan berwirausaha untuk menjadi seorang wirausaha. Pembentukan karakteristik wirausaha tersebut dilakukan melalui proses pendidikan, pelatihan dan konsultasi. Hisrich dan Peters (2008) mengemukakan latar belakang dan
karakteristik seorang wirausaha yaitu (1) Pendidikan dimana tingkat pendidikan seorang wirausaha mendapatkan perhatian riset yang signifikan. Pendidikan memainkan peranan penting dalam membantu para wirausaha dalam mengatasi masalah-masalah mereka. Meskipun pendidikan formal tidak begitu penting untuk memulai bisnis baru namun pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap kesempatan bahwa para wirausaha akan menemukan peluangpeluang baru dan mengeksploitasi peluang yang telah ditemukan. (2) Nilai-nilai Pribadi, meskipun telah banyak studi mengindikasikan bahwa nilai-nilai pribadi sangat penting bagi para wirausaha , studistudi ini seringkali gagal mengindikasikan bahwa para wirausaha dapat dibedakan dari manajer, wirausaha yang tidak berhasil sehubungan dengan nilai-nilai ini namun ada aspek lain dari nilai-nilai pribadi yang sangat penting dari para wirausaha yaitu etika dan perilaku etis karena wirausaha memang berbeda dari para manajer dalam beberapa aspek etika. (3) Usia; sangat penting untuk membedakan antara usia wirausaha yang tercermin dalam pengalamannya dan usia kronologis. Dalam usia kronologis sebagian besar pengusaha memulai karier wirausaha antara usia 22 dan 45 tahun namun karier dapat dimulai sebelum atau sesudah rentang usia ini selama wirausahawan memiliki pengalaman yang dibutuhkan dan dukungan finansial serta tingkat energi tinggi yang dibutuhkan memulai dan mengelola usaha barunya dengan berhasil. (4) Sejarah Kerja; para wirausaha menyatakan bahwa usaha mereka yang paling signifikan bukanlah usaha mereka yang pertama karena sepanjang karier
mereka bersifat terbuka terhadap banyaknya peluang usaha baru dan mengumpulkan lebih banyak ide untuk membuat usaha baru. Pengalaman pembentukan usaha baru yang sebelumnya merupakan sarana untuk memprediksi dalam memulai bisnis-bisnis selanjutnya. Hasil penelitian dari Shane et al. (1993) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh orang tua sebagai wirausaha terhadap anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat dari para mahasiswa yang kuliah di jurusan bisnis kebanyakan berasal dari anak-anak pengusaha. Sejak kecil mereka sudah diarahkan untuk menjadi wirausaha dan mereka dikondisikan pada lingkungan yang membentuk mereka menjadi wirausaha. Mereka berminat menjadi wirausaha karena didorong oleh pergaulannya dengan orang-orang yang biasa berbicara dan membahas masalahmasalah seputar kewirausahaan. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa untuk melahirkan seorang wirausaha diperlikan upaya yang terarah dimana watak, perilaku, pola pikir dan cara kerja yang dikatakan sebagai personal competence sudah harus diprogram dari anakanaksebelum memasuki bangku kuliah sehingga jiwa wirausaha dapat tumbuh subur ketika mereka memasuki bangku kuliah. Cak Man Sebagai Seorang Wirausaha Melihat pengalaman pribadi dalam berwirausaha dapat memberikan gambaran mengenai perilaku yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha dimana didalamnya terdapat sejumlah pengalaman hidup, hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Selain itu juga
dapat diketahui konsep dan prinsip dalam mengelola usaha, pandangan hidupnya dalam memberikan pelayanan kepada konsumennya. Pengalaman pribadi yang didapat dari hasil deep interview dari penulis dengan Cak Man dapat digunakan sebagai gambaran bagaimana wirausahawan ini dalam mengelola usahanya dan apa saja yang dilakukannya untuk menjadikan usahanya menjadi sukses. Apabila orang mengenal gudeg dari Jogja, pempek dari Palembang maka untuk bakso masyarakat akan mengatakan ada dua jenis yaitu bakso-Malang dan baksoSolo. Berbicara mengenai bakso Malang, ada beberapa nama usaha bakso yang pernah dikenal masyarakat namun untuk sepuluh tahun terakhir orang akan mengatakan “ Bakso Kota Cak Man” karena bakso ini telah memiliki brand name yang kuat. Perusahaan penjual bakso yang memiliki motto “ Selalu Segar, Masak Hari Ini , Jual Hari Ini” telah memiliki 11 outlet di kota Malang dimana kota ini relatif tidak terlalu besar dan 77 outlet yang tersebar di seluruh nusantara seperti di Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasaar, Batam, Kediri, Samarinda, Manado, Ternate dan sampai saat ini ada permohonan dari beberapa tempat di Jawa maupun diluar Jawa yang sedang dalam proses seleksi dan penyelesaian perjanjiannya. Sesuatu yang fenomenal juga telah dilakukan oleh Bakso Kota Cak Man adalah ketika menerima Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembuat bakso terbesar di dunia dengan diameter 165 centimeter pada tanggal 8 Juli 2007 bertempat di ITC Super Mega Grosir, Surabaya.
Kesuksesan yang diraih oleh Cak Man yang memiliki nama asli H. Abdul Rachman Tukiman adalah karena dia mampu mengembangkan potensi dirinya dengan baik. Dengan berbekal pada potensi diri yang dikembangkan inilah maka pintu kesuksesan akan dapat dibuka. Kesuksesan dalam berwirausaha tidak datang begitu saja tetapi memerlukan proses yang berliku dan penuh tantangan. Dengan mengembangkan potensi diri yang baik maka akan menghasilkan pribadi yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam mencapai kesuksesan. Sebelum Cak Man memiliki perusahaan penjual baksonya, tahun 1980 beliau ikut orang lain untuk menjajakan bakso dan hal ini berlangsung selama empat tahun. Pantang menyerah dan tidak adanya rasa putus asa melekat pada diri Cak Man. Walaupun tidak dapat dikatakan bahwa ikut kerja dengan orang lain adalah buruk tetapi tidak dipungkiri bahwa bekerja dengan orang lain dapat memperkaya wawasan dan yang terpenting menemukan potensi diri yang selama ini tersembunyi yaitu bakat wirausaha. Di tahun 1984 keputusan berani mencoba dan dengan berbekal modal Rp 70.000,00 termasuk peralatan mengilhami Cak Man untuk membikin bakso sendiri dan menjajakannya dengan menggunakan gerobak. Seseorang yang telah memiliki keyakinan terhadap kesuksesan, ia akan mampu menemukan jalan keluar yang terbaik dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi. Begitu juga dengan Cak Man, pada tahun 1985 dia menikah lalu bisa membeli gerobak 12 buah sehingga pada tahun itu dia mencoba membuat bakso sendiri bahkan orang lain ikut membantu menjajakannya. Sambil membuat bakso,
Cak Man melihat peluang bahwa apabila dia dapat menjual bakso di kaki lima maka dia juga akan mendapatkan keuntungan dari penjualan minum, oleh sebab itu di tahun 1986 Cak Man mewujudkan impiannya dengan berjualan bakso di kaki lima dan di tahun 1987 bakso Cak Man telah dikenal di masyarakat. Kesuksesan akan tumbuh dari sikap mental dan keyakinan awal bahwa kesuksesan itu akan dapat diraih. Dengan sikap mental seperti ini akan menumbuhkan semangat kerja, motivasi dan kesungguhan dalam menekuni usaha yang sedang dijalankan. Semangat kerja, motivasi dan kesungguhan merupakan variabel yang banyak mendorong seseorang mencapai kesuksesan. Seseorang yang memiliki prasangka baik bahwa usaha yang dijalankan akan mencapai kesuksesan tentu ia tidak akan mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapai persoalan karena persoalan yang muncul justru memicu semangat bagaimana cara memecahkan persoalan tersebut karena ia yakin kalau ia mampu mengatasi persoalan itu, kesuksesan akan diperolehnya. Demikian juga dengan Cak Man, dengan segala rintangan yang ada dan semangat kerja kerasnya yang luar biasa maka di tahun 1990 dia sudah memiliki dua cabang warung bakso. Seiring dengan berkembangya usaha maka pada tahun 2002-2003 banyak investor yang ingin membeli usaha bakso tesebut dan ada orang Jakarta yaitu Bapak Nur Kholis yang berupaya untuk memanajemeni usaha Cak Man ini. Kerjasama dengan orang Jakarta inilah yang membuat bakso kota ada di Jakarta. Cak Man yang berasal dari Trenggalek-Jawa Timur, memberikan nama
“Bakso Kota” dengan alasan karena dia memimpikan untuk hidup di kota. Dengan masa kanak-kanak yang kurang begitu beruntung menjadikan Cak Man menjadi pribadi antusias dan berjuang dengan penuh totalitas. Dorongan untuk mencapai kesuksesan membuat Cak Man tergerak energi kreativitasnya sehingga setiap waktu Cak Man selalu melakukan eksperimeneksperimen untuk membuat varian baru dalam memproduksi baksonya. Bakso Kota ini memiliki keistimewaan dimana selain tidak menggunakan bahan pengawet, daging yang dibuat sebagai bahan baku merupakan daging pilihan dari supplier yang dapat dihandalkan dan daging yang digunakan merupakan daging yang tidak lebih dari 3-4 jam dari pemotongan jadi ketika daging ini akan diolah masih terasa hangat. Apabila supplier memberikan daging diluar syarat dari Cak Man maka daging tersebut tidak diterima. Dengan falsafah hidupnya “Gak Iso Maca Sing Penting Mulyo (Tidak Bisa Baca yang Penting Hidup Sejahtera) maka dia berusaha untuk memelihara nilai kepercayaan konsumennya dengan memberikan kualitas produk yang terbaik karena dia yakin bahwa kepercayaan bagi seorang wirausaha adalah modal utama yang harus terus dipelihara disamping aspek lain seperti kreativitas. Seorang wirausaha yang sudah kehilangan kepercayaan dari pelanggan, relasi bisnis, supplier dan lainnya maka dia akan kehilangan harta yang paling berharga. Dan sebagai insan yang agamis maka apabila dalam satu hari ada bakso yang sisa maka bakso tersebut diamalkan sehingga bakso-bakso yang dijajakan di setiap outlet dimungkinkan selalu baru.
Dalam membuat keputusan untuk berani mencoba, bagi sebagian wirausaha bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan karena diketahui bahwa aktivitas mencoba selalu dihadapkan pada resiko. Namun seorang wirausahawan tidak akan mengetahui letak kekurangannya apabila tidak mau mencoba terlebih dahulu karena dengan mencoba akan diketahui hal-hal yang menjadi kendala dan kekurangan dari usaha yang dijalankannya. Keberanian mencoba akan melahirkan semangat untuk berani menghadapi segala resiko yang akan terjadi. Keputusan untuk mencoba harus dilandasi dengan suatu perhitungan yang matang dimana perhitungan ini menyangkut kejelian dalam melihat kondisi lingkungan, arah perkembangan dan pertimbangan-pertimbangan lain yang barangkali diluar pemikiran kebanyakan orang. Seringkali kebanyakan orang melihat keputusan yang diambil seorang wirausaha tidak logis dan bersifat kontroversial tetapi kenyataannya di kemudian hari justru wirausaha tersebut dapat menikmati kesuksesan berkat keberaniannya dalam mencoba yang semula dianggap tidak logis. Demikian yang dilakukan Cak Man, dengan semangatnya maka di tahun 2006 dia membuat Franchise Bakso Kota-Cak Man dimana para investor apabila tertarik dapat melihat di website www.baksocakman.com atau dapat menghubungi langsung di PT KOTA JAYA dengan alamat Ruko Depan SMPN 5, Jl. WR Supratman Kavling 13-14 Malang dengan telepon dan Fax (0341) 336017. Membuka franchise dikatakan keputusan kontroversial karena Cak Man ini awam tentang hal itu bahkan Cak Man mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis sehingga selama
usahanya berkembang dia dibantu oleh rekannya yaitu Bapak Gatot. Ketika investor tertarik dengan franchise ini maka dari pihak Cak Man akan melakukan survei untuk melihat pangsa pasar dan bahan baku yang tersedia. Harga bakso Cak Man ini di setiap kota berbeda. Produk bakso tidak disupport dari Malang tetapi disetiap cabang dikirim tenagatenaga ahli yang berasal dari pusat dan bumbu bakso inilah yang disupport dari Malang. Ketika investor telah disetujui franchisenya sehingga terjadi kerjasama antara Cak Man dan investor namun pada kenyataannya pihak investor tidak sesuai dengan ketentuan yang telah dipersyaratkan Cak Man maka hak franchise bisa dicabut. Cak Man dalam Menghadapi Tantangan dalam Berwirausaha Problema umum yang seringkali terdengar ketika seseorang ingin berwirausaha adalah keterbatasan modal. Modal dianggap sebagai handicap utama yang membatasi gerak seseorang. Modal dapat dipandang sebagai ukuran kuantitatif dari kemampuan menanamkan suatu nilai pada waktu sekarang dengan harapan keuntungan masa mendatang. Orang yang mempunyai modal yang cukup besar berani mempertaruhkan modal untuk keuntungan jangka panjang karena mereka mempunyai modal yang cukup untuk ditanam sampai batas jangka panjang itu tiba. Namun tidak setiap orang menganggap modal sebagai faktor penghalang utama dalam berwirausaha, terdapat faktor lain yang lebih penting daripada modal dalam memulai suatu usaha yaitu gagasan/ide awal untuk memulai usaha, strategi bisnis yang akan dijalankan dan pengelolaan
modal. Hal inilah yang membuat Cak Man berani memutuskan untuk membuat bakso sendiri dan tidak ikut orang. Dengan berbekal modal yang tidak terlalu besar dan tingkat resiko yang ada maka dia berusaha mengelola usahanya secara hatihati. Ada beberapa tips yang dilakukan Cak Man berkenaan dengan adanya hal ini yaitu : Berusaha tidak meminjam modal dari bank Membuka usaha baru penuh resiko dan sifatnya spekulatif namun tidak berarti orang harus menyurutkan keinginan yang sudah dipersiapkan. Melalui pemikiran yang seksama, kehati-hatian yang tinggi dan keputusan rasional tingkat resiko yang dialami setidaknya dapat dikendalikan. Oleh sebab itu pemenuhan modal kerja seharusnya tidak menggunakan dana pinjaman dari bank karena disamping membayar angsuran pokoknya juga terkena beban bunga yang harus dibayar setiap bulan. Menurut Cak Man modal sebaiknya diperoleh dari hasil penjualan harta pribadi sehingga tidak ada resiko bunga yang harus dibayar dan dapat lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan usahanya. Jadi ketika Cak Man membuka bisnis baru maupun saat mengembangkan usahanya tidak pernah meminjam modal dari bank. Penting menyusun anggaran yang akan dikeluarkan Bagi seorang wirausaha yang akan memulai usaha baru seharusnya membuat perencanaan yang jelas, fleksibel dan realistis. Pembelian
peralatan atau apapun yang memang tidak terlalu penting sebaiknya dihindari dan apapun yang akan dibeli seharusnya didasarkan pada relevansi dengan usaha yang akan dijalankan. Sebaiknya dibuat prioritas pembelanjaan, kemudian secara bertahap kebutuhan yang lain baru akan dibeli ketika usahanya mulai dikenal pasar sehingga dengan demikian modal usaha dapat dihemat dan resiko dapat ditekan. Membuat produk yang tidak mudah ditiru Cak Man menyadari bahwa inovasi sangat diperlukan ketika seseorang ingin menjadi wirausaha. Inovasi ini dapat digali dari pengalamanpengalaman unik dan pengetahuan di dalam diri para wirausaha. Bagi Cak Man inovasi dia gali dari eksperimeneksperimennya dalam meramu bumbu bakso sekaligus variasi bakso sehingga dia berupaya untuk membuat differensiasi dari perusahaan bakso lainnya.
Promosi memainkan peranan penting terhadap ketertarikan konsumen pada produk yang ditawarkan ke pasar. Banyak promosi yang secara cepat menimbulkan minat pembeli seperti pada produk anak-anak atau barang kenyamanan (convinience goods) tetapi juga ditemukan promosi yang cenderung berpengaruh lamban terhadap respon konsumen seperti pada promosi barangbarang mewah (luxurious goods). Kesemua ini menunjukkan bahwa pada dasarnya promosi terbukti mampu menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Cak Man melihat promosi
untuk membuat usahanya semakin terkenal. Salah satu bentuk promosinya adalah dengan membangun reputasi yang baik, reputasi yang baik ini dapat diwujudkan seperti sikap ramah, jujur dan suka berderma. Menurutnya dengan reputasi yang baik maka memudahkan dalam mencari konsumen, hal ini karena orang banyak suka pada kepribadiannya. Selain itu Bakso Kota-Cak Man ini memiliki bentuk tanggung jawab sosial (Social Responsibility) terhadap lingkungan sekitar dengan cara memberikan magang pada mahasiswa yang berkeinginan magang ditempatnya. Hal inilah yang memberikan kesan sehingga nama besar usahanya semakin berkembang. Pemasaran dipandang sebagai fungsi yang penting yang didasarkan pada pandangan bahwa betapapun baiknya suatu produk yang dihasilkan perusahaan apabila tidak dapat dipasarkan maka produk tersebut tidak bermanfaat. Hukum pemasaran yang berlaku adalah bahwa produk harus menyesuaikan pada permintaan pasar sehingga produsen sebaiknya menciptakan produk yang didasarkan pada informasi pasar sasarannya. Kemampuan produsen mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasar sasaran dengan memperhatikan gerakan pesaing merupakan titik tolak potensi keberhasilan usahanya. Strategi bisnis yang dilakukan Cak Man terlihat cukup efektif untuk menjadikan usahanya sukses. Yang penting diperhatikan dari keberhasilan Cak Man adalah membuat strategi bisnis yang sederhana tetapi implementatif yang diiringi semangat untuk selalu berinovasi memuaskan konsumennya.
Kesimpulan Dalam berwirausaha orang harus bersifat fleksibel dan imajimatif, mampu merencanakan, berani mengambil resiko dan membuat keputusan serta tindakan untuk mencapai tujuannya. Menjadi wirausaha maka seseorang harus dapat bekerja dalam keadaan konflik dan keraguraguan, namun dengan berwirausaha orang dapat menawarkan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Untuk menjadi wirausaha diperlukan berbagai persyaratan yang tidak mudah bagi seseorang dalam membuka dan menjalankan usahanya sehingga usahanya menjadi berhasil. Ada karakteristik-karakteristik tertentu dimana karakteristik itu sebagai pemacu seseorang untuk memulai usaha. Secara umum karakteristik itu meliputi percaya diri, kreatif, suka tantangan, bekerja keras dan tidak mudah putus asa. Cak Man sebagai pemilik perusahaan penjual bakso diawal kariernya berani mengambil resiko memutuskan untuk tidak ikut kerja dengan orang kemudian memulai bisnisnya dengan membuat bakso sendiri. Semangat pantang menyerah dan tidak mudah putus asa membuat bisnis Bakso Kota-Cak Man berkembang pesat sampai memiliki 88 outlet diseluruh nusantara bahkan impiannya yang akan diwujudkannya adalah membuka outlet bakso di luar negeri. Menjadi wirausaha memiliki beberapa persyaratan yang meliputi berorientasi jangka panjang, motivasi yang kuat, cukup pengtahuan dan pengalaman dan pantang menyerah. Potensi seseorang dapat diubah dari yang kurang memiliki kemampuan berwirausaha menjadi berkemampuan berwirausaha. Semuanya itu dapat dilakukan melalui proses pendidikan,
pelatihan dan konsultasi. Tetapi yang dapat diubah dari proses pendidikan, pelatihan dan konsultasi ini adalah pembentukan sikap dan karakteristik wirausaha. Hal itu dilakukan untuk menghasilkan wirausahawan yang tangguh. Referensi Scarborough, M.Norman & Zimmerer, W.Thomas. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Prenhallindo; Edisi Bahasa Indonesia. Scarborough, M.Norman & Zimmerer, W.Thomas. 2002. Essensials of Entrepreneurship ans Small Bussiness Management. Prentice Hall : Third Edition. Longenecker, Justin.G, Moore, Carlos. W and Petty, J.William. 2001. Kewirausahaan : Manajemen Usaha Kecil. Penerbit Salemba Empat. Edisi Pertama. Hisrich, Robert D., and Peters, Maichael P., 1998. Entrepreneurship. The International Edition, McGrawHill, North America. Hisrich, Robert D., and Peters, Maichael P., 2008. Kewirausahaan. Penerbit Salemba Empat. Edisi Tujuh. Craig, Justin B.L., Johnson, Debra, 2006. Journal of Management Development Vol 25 No.1, pp 28-39. Establising Individual Differences Related to Opportunity Alertness and Inovation Dependent on Academic-Career Training. Meredith, Geoffrey G.et al, 1995. Kewirausahaan Teori dan Praktek, Penerbit PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Littunen, Hannu. 2000. Entrepreneurship and the Characteristics of the Entrepreneurial Personality, International Journal Entrepreneurial Behavior & Research Vol 6 No 6, 2000. Chell, E., Haworth, J. And Bearley, S. 1991. The Entreprenurial Personality Routledge. London. Hawkins, Kathleen L, and Turla, Peter A. 1986. Test Yours Entrepreneurial IQ, Barkley Book. USA. Mussleman, Vernon A. And Jackson, John H., 1984. Introduction to Modern Bussiness, Prentice Hall, Inc. USA. Shane, Scott, Kolvereid, Lars, and Westhead, Paul. 1993. Do International and Domestic Entrepreneurs Differ at Star-up? In entrepreneurship Reseach: Global