BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih (World Health Organization/WHO, 2000). Obesitas pada masa anak prasekolah (3-6 tahun) berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa (Wong, 2009). Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Dorland,WA, 2002) yang terjadi karena ketidakseimbangan antar konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan pemakaian energi (energy expenditure) (Proverawati, 2011). Pada anak umur 0-60 bulan, dikategorikan gemuk/obesitas bila berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB) > 2 SD (Kemenkes, 2010). Masalah obesitas menjadi masalah yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Di benua Eropa, Inggris menjadi negara nomer satu yang memiliki kasus obesitas terbanyak pada anak-anak, yaitu mencapai angka prevalensi 36 % disusul oleh Spanyol dengan prevalensi 27%. Di Indonesia, prevalensi obesitas anak usia 2-5 tahun terjadi peningkatan dua kali lipat. Hampir 43 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami overweight pada 1
tahun 2010 (WHO, 2000). Prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan mencapai 14%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi kegemukan lebih tinggi diperkotaan dibandingkan dengan prevalensi dipedesaan yaitu berturut-turut 10,4 % dan 8,1 % (Riskerdas, 2010). Di Kota Magelang angka obesitas anak usia balita berdasarkan TB/BB menduduki nomer 5 dari 35 kota/kabupaten se-Jawa Tengah, yaitu 18,2 %, sedangkan di Kabupaten Magelang 11,1% (Riskerdas Jateng, 2007). Obesitas berpotensi mengalami berbagai gangguan sistem tubuh, baik kardiovaskuler,
pernafasan,
endokrin,
neurologi,
integumen,
sistem
imunitas, serta gangguan psikologis dan gangguan perkambangan (Rudolph, 2006, Kliegman et al, 2006, dalam Budiyati 2011). Menurut Syarif, 2003 dalam penelitian Sartika, 2011 menyebutkan obesitas pada anak usia 6-7 tahun dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan. Ahsan, 2008, dari 40 anak yang obesitas didapatkan 29 anak (72,5%) dengan tingkat perkembangan normal, 6 anak (15%) dengan tingkat perkembangan
meragukan
dan
5
anak
(12,5%)
dengan
tingkat
perkembangan abnormal. Obesitas merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktor yang penyebabnya belum diketahui secara pasti, diduga sebagian besar obesitas disebabkan oleh faktor hereditas yaitu anak yang memiliki satu orang tua yang obesitas meningkatkan risiko obesitas 3 kali lipat, tetapi risiko obesitas 2
dapat meningkatkan 10 kali jika kedua orang tuanya obesitas (Kliegman et al, 2006); faktor lingkungan misalnya faktor aktivitas, menurut Hidayati & Hidayat, 2006 anak yang beraktivitas bermain di luar rumah kurang dari 2 jam perhari berisiko mengalami obes 3,4 kali dibanding anak yang bermain di luar rumah ≥ 2 jam dalam satu harinya; faktor gaya hidup dan perilaku makan, menurut Gillis & Bar, 2003 menjelaskan obesitas anak dan remaja berhubungan dengan perilaku konsumsi makanan anak yang mengandung karbohidrat, tinggi lemak, kurangnya sayur, makan makanan cepat saji, minuman manis dan tinggi kalori; faktor gaya asuh orang tua, menurut Cristin L & Seher, 2011, menunjukkan bahwa anak dengan gaya pengasuhan permisif 2 kali lebih berisiko terkena obesitas; serta faktor lain yaitu sosial ekonomi, dan pemberian makan terlalu dini pada bayi (Heird, 2002 dalam Hidayati, 2006). Dari studi pendahuluan yang dilakukan di TK Negeri Pembina Kota Magelang, dari laporan guru wali kelas mengatakan, dari 87 anak didapatkan 19 anak (21%) mengalami obesitas. Dari anak yang obes, 1 anak sering tidak masuk kelas karena demam bila kecapaian, 1 anak sering sesak nafas karena flu berkepanjangan, 2 anak kurang percaya diri, 1 anak tidak bisa memanjat mainan global dunia, 2 anak tidak mau mengikuti extra drumband, dan 1 anak malas dan tidak pernah menyelesaikan tugas yang diberikan. Saat wawancara dengan 2 ibu, anaknya jarang menyukai sayuran dalam makanannya dan cenderung pilih-milih makanan. Anak juga lebih
3
menyukai makan yang cepat saji daripada makanan rumah, juga karena kesibukan orang tua yang jarang memasak (Rabu, 5 Februari 2014). Di Kota Magelang masalah kegemukan/obesitas pada anak belum mendapatkan perhatian yang cukup, karena pemerintah masih disibukkan dengan masalah gizi kurang (Depkes, 2008). Untuk mengatasi kasus kegemukan pada anak memerlukan peranan dari keluarga khususnya para ibu untuk lebih memperhatikan pola asuh dan perilaku makan anak untuk mengontrol asupan makanan sehari-hari bagi anak (Miranti, 2012). Sudah banyak penelitian mengenai pola asuh dengan kejadian obesitas tetapi belum banyak yang membahas tentang pola asuh pemberian makan dengan kejadian obesitas, begitu pula dengan perilaku makan anak, banyak penelitian hanya membahas kejadian obesitas dengan pola makan anak dengan food recall dan food frequency. Pola asuh pemberian makan adalah praktik pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua atau pengasuh kepada anaknya berkaitan dengan pemberian makanan dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi kelangsungan hidup, bertumbuh dan berkembang (Emiralda, 2006). Dalam ranah pemberian makanan menurut teori Baumrind D, 1978 dalam Blissett, 2011, tipe pola asuh orang tua dibagi menjadi tipe demokratis, yaitu menu ditentukan oleh orang tua akan tetapi orang tua tetap memberikan kesempatan untuk anak memilih makanan. Tipe otoriter, penentuan menu yang akan disajikan dan waktu makan ditentukan oleh orang tua. Tipe pola asuh permisif, pemilihan makanan tergantung pada selera dan keinginan 4
anak, sehingga kontrol terhadap gizi anak di kendalikan oleh anak tersebut. Pada tipe pola asuh pengabaian, orang tua sama sekali tidak menentukan menu makanan pada anak dan membiarkan anak memilih menu makanannya sendiri tanpa ada batasan. Perilaku makan anak adalah cara atau perilaku yang ditempuh anak untuk memilih makanan berdasarkan ketertarikan terhadap makaan, keinginan untuk makan perasaan saat makan, keinginan untuk minum, kecepatan saat makan, pemilihan jenis makanan baru (Wardle, et al, 2001). Penelitian sebelumnya Aziza, 2012 hasilnya gambaran perilaku makan anak, memiliki kecederungan selalu ingin minum/desire to drink dan keinginan selalu ingin makan/food responsiveness, namun sebagian tidak memiliki kecenderungan perilaku makan dan ada yang memiliki kecenderungan lebih dari satu perilaku makan. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan pola asuh pemberian makan dan perilaku makan anak dengan kejadian obesitas pada anak prasekolah di Kota Magelang. A. Rumusan Masalah Angka kejadian obesitas di kota Magelang menduduki 5 (18,2 %) besar dari 35 kota/kabupaten se-Jawa Tengah, obesitas pada masa anak berisiko
tinggi
menjadi
obesitas
dimasa
dewasa,
yang
dapat
mengakibatkan anak kurang percaya diri, lambat bergerak, gangguan tumbuh kembang anak dan dapat menyebabkan penyakit pada seluruh 5
sistem tubuh sehingga menganggu kesejahteraan anak. Anak prasekolah dikenal sebagai masa keras kepala dan juga menjadi konsumen aktif, yaitu anak sudah dapat memilih makanan yang disukainya, anak mulai suka jajan, anak juga lebih menyukai makan yang cepat saji daripada makanan rumah. Beberapa hasil penelitian menunujukkan banyak penelitian mengenai pola asuh orang tua dengan kejadian obesitas tetapi belum banyak yang membahas tentang pola asuh pemberian makan dengan kejadian obesitas, begitu pula dengan perilaku makan anak, banyak penelitian hanya membahas kejadian obesitas dengan pola makan anak, terutama pada anak prasekolah di Kota Magelang, sehingga diharapkan penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah obesitas pada anak usia prasekolah. Dari rumusan masalah diatas muncul pertanyaan penelitian “Apakah ada hubungan antara pola asuh pemberian makan dan perilaku makan anak dengan kejadian obesitas anak di Kota Magelang Tahun 2014?” B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pola asuh pemberian makan dan perilaku makan anak dengan kejadian obesitas anak prasekolah di Kota Magelang Tahun 2014.
6
2. Tujuan Khusus a. Menganalisis hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak prasekolah di Kota Magelang tahun 2014. b. Menganalisis hubungan antara perilaku makan anak dengan kejadian obesitas pada anak prasekolah di Kota Magelang tahun 2014. C. Manfaat Penelitian 1. Orang Tua Murid Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh pemberian makan yang baik dan mengetahui perilaku makan anak yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas. 2. Guru Taman Kanak-kanak Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tentang obesitas pada anak usia prasekolah sehingga sekolah dapat membuat program yang dapat mengurangi faktor risiko yang menyebabkan obesitas pada anak usia prasekolah, misalnya menambah jam olah raga dan penyediaan makan menu sehat dikantin. 3. Tenaga Keperawatan Menambah pengetahuan bagi perawat terutama perawat anak baik di poliklinik tumbuh kembang, ruangan ataupun komunitas tentang 7
bagaimana pola asuh pemberian makan dan perilaku makan anak dan hubungannya dengan kejadian obesitas pada anak prasekolah. 4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan mengenai pola asuh pemberian makan dan perilaku makan anak dengan kejadian obesitas. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi yang ada, beberapa penelitian serupa yang pernah diteliti yang menjadikan dasar sumber penelitian ini baik dari dalam negeri ataupun luar negeri : Tabel 1. Penelitian Terdahulu Peneliti/ Tahun/Judul Penelitian
Metode dan Sampel Penelitian
Mirayanti N, 2012.
Analisis: Cross-sectional, Kuantitatif
Hubungan Pola Asuh Pemenuhan Nutrisi Dalam Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Sampel penelitiannya sebanyak 142 responden, dengan kriteria : Beda dengan peneliti : Variabel bebas hanya satu yaitu pola asuh orang tua, sedang peneliti meneliti 2 variabel bebas yaitu pola asuh orang tua dan perilaku makan anak
8
Hasil Penelitian
Tidak ada hubungan yang bermakna teridentifikasi antara pola asuh pemenuhan nutrisi dalam keluarga dengan status gizi balita
Thompson, Ph.D, PNP-BC, 2010 Parental Feeding And Childhood Obesity In Preschool-Age Children: Recent Findings From The Literature Sartika R.A.D, 2011
Analisisnya : Studi literartur terintegrasikualitatif Beda dengan peneliti : Studinya kuantitif, sampelnya adalah anak usia 5-7 tahun
Anak obes dipengaruhi oleh pemberian makan orang tua, dan pola asuh orang tua yang baik dapat menurunkan risiko obesitas pada anak prasekolah
Analisis: Cross-sectional, Kuantitatif
Faktor risiko yang paling berhubungan Sampel penelitiannya adalah seluruh anak dengan obesitas laki-laki maupun perempuan yang berusia anak usia 5-15 tahun Faktor Risiko 5-15 tahun. adalah tingkat Obesitas Pada Beda dengan peneliti : Variabelnya hanya pendidikan anak Anak 5-15 Tahun dua yang diteliti, dan obesitas anak diukur setelah dikontrol Di Indonesia menggunakan patokan antropometri status oleh variabel jenis gizi Kemenkes, 2010 (Z Skore). kelamin, riwayat obesitas ayah, kebiasaan olah raga dan merokok serta asupan protein Hubungan bermakna Analisis: Cross-sectional, Kumboyono, antara pola asuh Kuantitatif Setyoadi, Ehrria orang tua dengan Winastyo, 2013 Sampel dipilih menggunakan teknik konsumsi sayuran Hubungan Pola Asuh sampling simple random sampling, pada anak usia sebanyak 84 orang tua murid di TK prasekolah, dengan Orang tua dengan Islam Terpadu As Salam Kota Konsumsi Sayuran kekuatan korelasi Malang. pada Anak Usia sedang yaitu 0,526. Prasekolah di TK Beda dengan Peneliti : Variabel Islam Terpadu As terikatnya adalah obesitas, bukan Salam Malang. konsumsi sayuran
Tung , H.J and Yeh M.C,, 2008 Parenting style and child-feeding behaviour in predicting children's weight status change in Taiwan
Analisis: Cross-sectional, studi longitudinal Sampel penelitian sebanyak 465 pasangan orang tua-anak di SD Taiwan Tengah Beda dengan peneliti : ditambahkan satu variabel bebas, yaitu perilaku makan anak
9
Pola asuh demokrat/moderat lebih dapat mengontrol berat badan anak, juga tipe pola asuh otoriter lebih bisa memantau asupan makan dan yang dikonsumsi oleh anaknya
Sanne MPL, et al, 2013
Analisis: Cross sectional Kuantitatif
Parental self-efficacy in childhood overweight: validation of the Lifestyle Behavior Checklist in the Netherlands.
Sampel penelitian total sebanyak 392 orang tua dari anak usia 3 – 13 tahun diundang untuk mengisi dua kuesioner secara online berturutturut dengan interval dua minggu Beda dengan peneliti : Variabel yang diteliti ini adalah persepsi perilaku orang tua yang memiliki anak dengan obesitas
10
Kuesioner LBC merupakan kuesioner yang handal dan cukup valid untuk mengukur persepsi perilaku orang tua yang memiliki masalah berat badan pada anak-anak dan sejauh mana orang tua merasa percaya diri untuk mengelola masalah obesitas pada anaknya.