Edisi No 001 Mei 2015
Wawancara Khusus: Ketua LDII Sulsel, Hidayat Nahwi Rasul
Gubernur: LDII Pilar Pembangunan Mental Spiritual
Tangkal Radikalisme di Indonesia
IKLAN
03
Indeks
Pemimpin Umum Drs. H. M. Hidayat Nahwi Rasul, M.Si Redaktur Ahli Prof. Dr. Haryanto, M.Pd Dr. Sukardi Weda, SS, M.Pd, M.Si, MM, M.Sos.I Dr. Sanusi Fattah, SE, M.Si Ir. Abri, MP Drs. H. M. Renreng Tjolli, M.Ag M. Arda Usman, S.Pd.I Dr. Edi Kurniadi, M.Sc Penanggungjawab/Pemimpin Redaksi Drs. Suyitno Widodo Wakil Pemimpin Redaksi Muh. Syafei, S.Sos Redaktur Pelaksana Ilmaddin Husain Reporter Mustaufik Nurna Ningsih Sekretaris Hasanah, S.Kel Wakil Sekretaris Shofiyah Nurfadhillah Layouter Luki Ahmadi Hari Wardoyo Lucky Vic Achmad Riefai Fotografer Andi Tanwin Mattaya Muh Abduh Manager Sirkulasi & Iklan Mukhlisa Nur Andini Majroha Pracetak Yuditra Farmana, S.Pd, M.Pd Ismail Arifin, S.Pd Penerbit Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan Alamat Kantor Redaksi Jalan Urip Sumoharjo No.6 B, Kel. Sinrijala, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan Percetakan PT Fajar Utama Intermedia Konsultan Drs. H. Mufti Hendrawan, SE Johansyah Pemimpin Usaha Ir. H. Safwan Syam H. Budiono, SE Berlangganan/iklan hubungi Mukhlisa Nur Andini (0823 4849 9136)
Indeks Salam-salam Fokus
4 5
Laporan Utama
8
Galeri Kajian Khusus
19 21
Konsultasi Agama
23
Kupas Tuntas
24
Keluarga Sakinah
26
Wawancara Khusus
28
Syiar Daerah
31
Lebih Dekat Khasanah
32 34
Dakwah dan Digital
36
Aksigen
38
Tangkal Radikalisme di Indonesia
Berita MUSWIL VI LDII Sulsel
Kenali 7 Transaksi yang Haram
Hukum Menceritakan Aib Orang Lain
Empat Klaster sebagai Program Kerja
Tips Parenting Skill
Ketua DPW LDII Sulawesi Selatan
Kabupaten Luwu dan Gowa
Akibat Kufur Nikmat
Makassar Smart Masjid
Serunya Mengikuti Program PGI
tadwin Edisi 001 Mei 2015
04
Salam-salam Majalah yang ada ditangan anda saat ini adalah edisi perdana dari Majalah TADWIN. Majalah ini mengambil tagline “Syiar yang Menyejukkan”. Sesuai tagline tersebut, diharapkan majalah ini dapat menjadi corong informasi islam yang dapat mencerahkan umat. Majalah ini memuat rubrik : Salam-Salam, Fokus, Laporan Utama, Galeri, Konsultasi Agama, Keluarga Sakinah, Aksigen, Wawancara uji syukur kepada Allah Khusus, Khasanah, dan Makassar SWT, atas pertolongan-Nya, Smart Masjid. tim redaksi telah menerbitkan Terima kasih kepada semua Majalah TADWIN yang ada di tan- pihak yang telah berperan dalam gan anda saat ini.
Assalamu Alaikum...
penerbitan majalah ini. Kritik dan saran yang membangun selalu kami nantikan untuk perbaikan pada edisi mendatang. Semoga TADWIN dapat menjadi referensi informasi yang dapat membawa manfaat kepada pembaca sekalian. Selamat membaca! Redaksi
P
Cara Mengirim Berita ke Majalah TADWIN Pembaca TADWIN, salah satu rubrik yang menarik di dalam majalah ini adalah Rubrik Syiar Daerah (Syida). Rubrik ini berisi berbagai kegiatan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan. Mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga kelurahan. Menariknya, setiap warga LDII Sulsel dapat menginformasikan kegiatannya untuk dimuat dalam rubrik ini. Menjadi suatu kebanggaan apabila tulisan dapat dibaca oleh khalayak ramai. Selain sebagai ajang berbagi informasi, rubrik ini dibuat untuk memompa semangat pengurus LDII menggelar kegiatan positif di wilayahnya masing-masing. Pembaca ingin tahu bagaimana cara mengirim artikel ke TADWIN? Berikut ulasannya: 1. Cara menulis berita Menulis berita cukup mudah. Ketik naskah berita di lembar kerja Microsoft Word dengan menggunakan rumus 5 W 1 H. WHO - Siapa yang terlibat dalam peristiwa. Misanya: ketua panitia, ketua lembaga/organisasi yang hadir, pejabat yang hadir, pemateri kegiatan. WHAT - Apa yang terjadi, kejadian apa, acara apa. Misalnya penanaman potadwin Edisi 001 Mei 2015
hon. WHERE - Dimana tempat acaranya. Misalnya, di Halaman Kantor Bupati Kabupaten A, Jalan B No. 1, Kelurahan C, Kecamatan D, Kabupaten A. WHEN - Kapan kejadiannya. Gunakan format: Hari (tanggal/bulan/tahun). Misalnya, Jumat (1/5/2015). WHY – Mengapa peristiwa terjadi, apa latar belakangnya, apa tujuannya, mengapa hal itu dilakukan. Misalnya: untuk mendukung program go green pemerintah. HOW - Bagaimana proses kejadiannya, apa saja acaranya, apa yang pemateri sampaikan. Ringkasnya: siapa melakukan apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana kegiatan itu dilakukan. Lengkapi naskah dengan minimal 2 (dua) buah foto berformat JPG. Saat mengambil foto, lebih baik menggunakan Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR). Tujuannya agar foto tidak buram saat dilayout. Sertakan foto dengan caption (keterangan) berformat 5 W 1 H. Sertakan nama pengirim, nomor handphone, dan scan tanda pengenal (KTP/SIM/kartu pengenal lainnya). 2. Cara mengirim naskah ke Redaksi TADWIN Pada kotak email, tuliskan judul Syiar Daerah: Nama Kegiatan. Misalnya:
Syiar Daerah: LDII Kabupaten A Tanam Pohon Bersama Bupati. Naskah berita dan foto kegiatan lampirkan secara terpisah. Kemudian kirim ke alamat tujuan: redaksitadwin@gmail. com. Setelah terkirim, hubungi Redaktur Pelaksana TADWIN (Ilmaddin Husain) via sms atau telepon di nomor 08539445-4234 untuk memastikan penerimaan naskah yang telah terikirim. 3. Syarat untuk dimuat Tidak semua naskah yang telah dikirim akan dimuat. Beberapa pertimbangannya: (1) naskah tersebut tidak sampai ke email redaksi; (2) naskah sampai ke redaksi, namun naskah bernilai berita (news value) rendah, misalnya memuat kegiatan pribadi; (3) artikel tersebut telah ‘kadaluarsa’. Misalnya, kegiatan Mei 2015, sedangkan kirim pada Desember 2015. 4. Biaya Redaksi TADWIN tidak memungut biaya kepada pengirim naskah syiar daerah Terkecuali naskah iklan. Demikian cara membuat dan mengirim naskah berita ke Redaksi TADWIN. Semoga Allah SWT melimpahkan keamanan, keselamatan, kelancaran, dan kebarokahan-Nya.
Fokus
Tangkal Radikalisme di Indonesia Sumber : Humas LDII Sulsel
Ketua LDII Sulawesi Selatan, Hidayat Nahwi Rasul (kanan) bersalaman dengan Pangdam VII Wirabuana, Mayjen Bachtiar di Makodam VII Wirabuana beberapa waktu yang lalu
eberapa waktu belakangan, isu radikalisme hangat diperbincangkan ditengah masyarakat global. Isu ini diawali dengan munculnya kelompok yang mengatasnamakan diri Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Mereka melakukan tindakan represif terhadap pihak yang menghalang-halangi berkembangnya ideologi ISIS. Terdapat
B
berbagai analisis latar belakang kemunculan ISIS yang tiba-tiba. Yang jelas, ISIS telah membuat situasi Timur Tengah semakin bergejolak. Kelompok ini bahkan mulai mengembangkan sayapnya di Indonesia. Terbukti dengan aksi penganut ISIS Indonesia yang berani mengunggah video ajakan bergabung dengan kelompok tersebut
di dunia maya. Efeknya, sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) telah termakan doktrin dan bergabung dengan kelompok tersebut. Tentu hal ini mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri. Karenanya, pemerintah Indonesia harus memberikan pemahaman kepada warganya agar tidak terbujuk ajakan bergabung dengan ISIS. tadwin Edisi 001 Mei 2015
05
06
Fokus Negara memiliki tugas meng-counter radikalisasi sebagai upaya memberikan rasa aman bagi warganya. Rasa aman ini menjadi tolak ukur keberhasilan suatu negara. Bila negara mampu memberi jaminan keamanan bagi warganya, maka negara dikatakan berhasil. Sebaliknya, negara gagal (failure state) adalah negara yang dihiasi teror dan ancaman disintegrasi bangsa. Sementara itu, Presiden Jokowi telah menggalang kekuatan dengan negara lain dalam menangkal radikalisme. Presiden mengakui, situasi keamanan yang kondusif akan memudahkan arus perkembangan ekonomi bangsa. Sebab itu, saat perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Bandung beberapa waktu lalu, presiden mengajak Negara-Negara Asia Afrika bersatu padu memerangi radikalisme. Bila ditelisik, apa sebenarnya akar gerakan radikal di Indonesia?
Benarkah agama sebagai penyebab tunggal suburnya gerakan radikal di negeri ini? Terdapat anggapan bahwa motif radikalisme tidaklah bersumber dari aspek yang tunggal. Kesadaran ini memberi pengertian bahwa upaya penanganannya juga tidak bersifat parsial. Namun, perlu pendekatan komprehensif secara integral. Menurut Ketua DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan Hidayat Nahwi Rasul, ada tiga hal penyebab radikalisme, diantaranya menurunnya nasionalisme, kemiskinan, dan persoalan misinterpretasi terhadap ajaran agama. Sehubungan dengan merosotnya nasionalisme, Pangdam VII Wirabuana, Mayjen Bachtiar mengurai penyebabnya. Menurutnya, Indonesia mengalami degradasi nasionalisme karena kurangnya pemahaman akan kultur bangsa yang
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan usai menutup Asian African Summit 2015 di JCC Senayan, Jakarta (23/4/2015). Dalam pembukaan peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika, presiden mengajak negara-negara Asia-Afrika bersama-sama mengatasi masalah kekerasan global, termasuk radikalisme. Sumber: Antara
tadwin Edisi 001 Mei 2015
beranekaragam. Indonesia, kata bachtiar, adalah bangsa yang majemuk. Didalamnya banyak keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama. Menurut Bachtiar, kemajemukan itu adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kemajemukan, kata Bachtiar, bagaimana kita bisa menyamakan visi dan misi. “Bahwa kita ini satu nusantara, satu wawasan, satu wilayah, satu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia,” tutur jenderal bintang dua ini. Untuk itu, Bachtiar mengimbau setiap warga negara memiliki pemahaman wawasan kebangsaan. Ia menjelaskan, di dalam wawasan kebangsaan, ada rasa cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme. “Inti wawasan kebangsaan, kita sebagai warga negara harus mau memajukan negara,” tuturnya. Bachtiar menambahkan, untuk menghindari perpecahan ditengah keanekaragaman ini, diperlukan adanya alat pemersatu, yakni pancasila. Sehubungan dengan isu nasionalisme, LDII Sulawesi Selatan telah mencanangkan klaster wawasan kebangsaan dan NKRI di dalam program kerja pengurus periode 2015-2020. Klaster ini nantinya diharapkan dapat mendorong tumbuhnya rasa cinta tanah air. Salah satu strategi baru yang ISIS gunakan untuk menarik massa adalah dengan insentif material. ISIS menduduki wilayah di Irak dan Suriah yang notabenenya memiliki financial resources berupa minyak bumi. Iming-iming kekayaan ISIS gunakan untuk memobilisasi dukungan dari pihak luar. Sebab kemiskinan menjadi pemicu radikalisme, maka umat islam harus didorong agar
Fokus produktif. Umat diharapkan sejahtera kehidupan ekonominya, sehingga tidak terpengaruh oleh iming-iming kesejahteraan di negeri lain. Motif ekonomi tidak akan lagi menjadi alasan bergabung dengan kelompok ekstrem. Di dalam lingkup LDII, isu kemandirian menjadi salah satu bagian dari Program “Tri Sukses Generasi Penerus”. Dengan kemandirian ekonomi, umat islam di Indonesia tidak akan mudah tergoda untuk meninggalkan NKRI. Persoalan ketiga yang memicu radikalisme ialah misinterpretasi ajaran agama. Oleh sebab itu, pengajaran, pengertian, dan implementasi tentang ajaran islam haruslah merujuk pada hakikat Quran dan Hadis. Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan dakwahnya tidak dengan kekerasan. Nabi dalam melaksanakan dakwahnya tetap menjalin hubungan baik dengan Yahudi dan Nasrani. Nabi bahkan memberi makan kepada Orang Yahudi yang setiap hari berkata kasar kepada beliau. Nabi dalam melaksanakan dakwahnya mencontohkan sikap sabar untuk mewujudkan rahmatan lil alamin (memberi rahmat bagi alam semesta). Nilai-nilai kesabaran, ketaqwaan, dan kelembutan inilah yang harus menjadi dasar pijakan dakwah umat islam. Umat islam hendaknya memahami bahwa dakwah itu harus dilakukan secara bijak. Tidak dengan kekerasan. Islam adalah agama yang mencintai perdamaian. Islam bukan agama yang identik dengan pengeboman, maupun pemenggalan kepala. Disinilah peran ormas keagamaan seperti LDII yang harus memberikan pengertian tentang
Sumber : www.tempo.co
Islam yang sesungguhnya kepada basis massa yang ada di level grassroot (akar rumput). Hal ini senada dengan pendapat Kakanwil Kemenag Sulsel, Wahid Thahir saat menerima kunjungan pengurus LDII Sulsel beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, dalam mendakwahkan islam, harus dilakukan dengan cara bil-hikmah wal mauidzatil hasanah, untuk menampilkan Islam itu sebagai agama rahmatan lil alamin. Tugas umat islam adalah membuktikan islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam itu harus berfungsi dan dirasakan kehadirannya. Bukan hanya manusia yang merasakannya, tetapi juga alam. Didalam mewujudkan islam sebagai rahmatan lil alamin, format, bentuk, dan metodologi dakwah harus berdasarkan Alquran dan Alhadis. Diluar ketiga konteks penyebab radikalisme tersebut, perlu ada gerakan massif secara tegas menolak ISIS di Indonesia. Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo sebelumnya meminta LDII Sulsel turut berperan dalam menghalau jaringan ISIS. “Saya berharap LDII sebagai ormas yang cukup kuat dan berstruktur hingga ke desa dapat ikut
mengendalikan sehingga faham-faham yang berkedok agama itu tidak keluar dari konteks ajaran agama yang kaffah,” kata gubernur beberapa waktu lalu. Gubernur berharap, LDII bersama pemerintah dapat menjadi kekuatan untuk menghalau paham-paham radikal. “LDII atau organisasi manapun, harus memperkuat persaudaraan, jangan sampai ada gesekan serius, sehingga bisa menghasilkan solusi-solusi terhadap persoalan bangsa saat ini, termasuk ISIS,” kata Syahrul. LDII Sulsel pun dalam penyelenggaraan Musyawarah Wilayah VI di Hotel Singgasana Makassar pada 28-29 Maret 2015 yang lalu telah membuat pernyataan penolakan terhadap ISIS. Di dalam Muswil tersebut telah dirumuskan 4 klaster sebagai arah program kerja pengurus LDII Sulsel 5 tahun mendatang. Pertama, klaster wawasan kebangsaan dan NKRI. Kedua, klaster kamtibmas dan penegakan hukum. Ketiga, klaster pendidikan, peradaban, dan IPTEKS. Keempat, klaster etos kerja, produktivitas, dan entrepreneurship. (*)
tadwin Edisi 001 Mei 2015
07
8
Laporan Utama
Pancasila Pemersatu di Tengah Keanekaragaman
Pangdam VII Wirabuana, Mayjen Bachtiar, SIP, MAP berbincang dengan pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Makodam VII Wirabuana, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (13/3/2015) sore.
aat ini, warga Indonesia mengalami degradasi nasionalisme. Degradasi ini disebabkan kurangnya pemahaman akan kultur bangsa yang penuh dengan keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama. Karenanya, untuk menghindari perpecahan ditengah keanekaragaman ini, diperlukan alat pemersatu, yakni pancasila. Hal ini disampaikan Pangdam VII Wirabuana, Mayjen Bachtiar, SIP, MAP saat menerima audiensi Pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Makodam VII Wirabuana, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (13/3/2015) sore. Dalam audiensi tersebut, hadir Ketua DPW LDII Sulsel, Prof Dr Haryanto MPd beserta jajaran wakil ketua diantaranya, Dr Sukardi Weda, Ir Abri MP, dan Drs Suyitno Widodo. Sedangkan pangdam didampingi aster dan kabintaldam. Bachtiar menambahkan, sesama warga negara, jangan sampai saling bertikai. “Diantara sesama kita jangan saling menghujat. Jika saling menghujat, berarti kita tidak menghargai founding father. Kita tidak paham terhadap sejarah,” kata Bachtiar. Ia menyebutkan, kemajemukan adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kemajemukan,
S
tadwin y Edisi 001 Mei 2015
kata Bachtiar, bagaimana kita bisa menyamakan visi dan misi. “Bahwa kita ini satu nusantara, satu wawasan, satu wilayah, satu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia,” tutur jenderal bintang dua ini. Bachtiar mengimbau setiap warga negara memiliki wawasan kebangsaan. Ia menjelaskan, didalam wawasan kebangsaan, ada rasa cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme. “Inti wawasan kebangsaan, kita sebagai warga negara harus mau memajukan negara,” tuturnya. Pada kesempatan yang sama, Pangdam VII Wirabuana menyatakan kesiapannya membawakan materi bela negara dan wawasan kebangsaan pada Musyawarah Wilayah (Muswil) VI LDII Sulsel. Menurut rencana Muswil akan digelar pada 28-29 Maret 2015 di Hotel Singgasana Makassar. Cluster bela negara dan wawasan kebangsaan adalah salah satu dari empat cluster yang LDII Sulsel angkat dalam Muswil ini. LDII memandang perlu melakukan penguatan terhadap bela negara dan wawasan kebangsaan ditengah penggerusan nilai-nilai budaya, ideologi, bahkan karakter bangsa. Hal ini sebagai kontribusi LDII dalam memperkuat NKRI diera globalisasi.
Laporan Utama
Kasdam VII Wirabuana, Brigjen Rukman Ahmad, SIP saat menerima cinderamata dalam Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar, Sulawesi Selatan
Kemerdekaan Buah Perjuangan T
Tanpa perjuangan para pejuang dimasa lalu, kita tidak mungkin bisa merdeka seperti saat ini. Hal ini dikatakan Kasdam VII Wirabuana, Brigjen Rukman Ahmad, SIP saat membawakan materi wawasan kebangsaan kepada peserta Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar, Su-lawesi Selatan, belum lama ini. Rukman mengambil contoh negaranegara yang berada di kawasan timur tengah. “Kalau pada pendahulu kita tidak konsen memperjuangkan kemerdekaan, mungkin kita masih seperti Afrika.
Masih banyak negara-negara yang terbelakang karena penjajahan,” kata Rukman. Rukman bercerita, suatu saat pihaknya menutup pertandingan yudo di suatu gelanggang olahraga. Saat itu, lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan. Namun, ada seorang wanita yang sibuk menyisir rambut tanpa memperdulikan lagu Indonesia Raya. Setelah lagu kebangsaan dinyanyikan, Rukman bertanya kepada wanita men-gapa ia tak peduli pada lagu Indonesia Raya. Namun, wanita tersebut
dengan wajah kebingungan tak memberikan jaw-aban. Artinya, kata Rukman, kita belum memahami makna nasionalisme. Karenanya, menurut Rukman, diperlukan penguatan wawasan kebangsaan agar nilai-nilai yang diwariskan oleh pendahulu bangsa untuk mencapai tujuan nasional dapat dipertahankan. “Disini, perlu keseimbangan pembangunan SDM. Kaitannya dengan pendidikan, adanya upaya yang kuat untuk menciptakan emosi yang kuat antara ne-gara dan rakyat,” tuturnya.
Kasdam VII Wirabuana, Brigjen Rukman Ahmad, SIP saat membawakan materi wawasan kebangsaan kepada peserta Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/3/2015).
tadwin Edisi 001 Mei 2015
09
10
TITLE Kepala Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Drs Abdul Wahid Thahir MAg (baju putih, paling kanan) saat menerima kunjungan Pengurus DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Kantor Kemenag Sulsel, Jalan Nuri No 53, Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam pertemuan tersebut, LDII Sulsel mengundang kakanwil kemenag menghadiri Musyawarah Wilayah VI LDII Sulsel yang akan digelar pada 28-29 Maret 2015 di Hotel Singgasana Makassar.
Ormas Islam Jangan Terlibat Radikalisme O
rganisasi massa sebagai salah satu instrumen diharapkan mampu memberikan sumbangsih positif ditengah masyarakat. Ormas islam hendaknya memberikan kontribusi terhadap kemajuan umat. Hal ini disampaikan Kepala Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Drs Abdul Wahid Thahir MAg saat menerima kunjungan Pengurus DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Kantor Kemenag Sulsel, Jalan Nuri No 53, Makassar, Sulawesi Selatan. mewujudkan islam yang rahmatan lil alamin,” ucapnya. Ia menjelaskan, pihaknya menaungi semua agama yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Mudah-mudahan kementerian agama dapat menjalankan tugas dengan baik, sehingga umat semakin taat beragama, Foto bersama Pejabat Kemenag Sulsel dengan Pengurus LDII Sulsel.
tadwin Edisi 001 Mei 2015
cerdas, rukun, mandiri, dan semakin sejahtera, lahir, dan batin,” tuturnya. Hal senada diungkapkan Ketua DPW LDII Sulsel, Prof Dr Haryanto MPd. Ia menjelaskan, LDII sebagai ormas islam berupaya berdakwah dengan lebih sejuk dan santun. “Dakwah secara santun lebih mudah diterima oleh masyarakat,” kata Haryanto. Dalam audiensi turut hadir Wakil Ketua LDII Sulsel, Dr Sukardi Weda, Drs Suyitno Widodo,
Ir Yandi Bachli, dan Drs Renreng Tjolli MAg. Sedangkan Kakanwil Kemenag didampingi kabid penerangan agama islam, kabid zakat dan wakaf, dan humas kemenag. Dalam kesempatan itu, LDII Sulsel mengundang Kakanwil Kemenag Sulsel menghadiri pembukaan Musyawarah Wilayah VI LDII Sulsel yang akan digelar pada 2829 Maret 2015 di Hotel Singgasana Makassar.
Laporan Utama
Gubernur Sulawesi Selatan Dr Syahrul Yasin Limpo (paling kanan) saat berbincang dengan pengurus DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, Sulsel, Kamis (26/3/2015). Pada kesempatan tersebut, LDII Sulsel menyampaikan rencana Muswil VI LDII Sulsel yang akan digelar pada Sabtu-Minggu (28-29/3/2015) di Hotel Singgasana Makassar.
Ormas Jauhi Kebebasan yang Berlebihan utinitas organisasi dipandang penting dalam rangka membangun kekeluargaan diantara sesama. Dalam kehidupan berorganisasi, berpartai, bermasyarakat, dan bernegara yang paling penting adalah lahirnya ruang-ruang untuk membangun silaturrahim dan kekeluargaan yang kuat. Persaudaraan akan menormalisasi perbedaaan-perbedaan yang muncul. “Sebuah ormas yang sudah kehilangan ruang persaudaraan yang kuat, itu berarti gejala yang tidak terlalu bagus,” kata Gubernur Sulawesi Selatan Dr Syahrul Yasin Limpo saat menerima kunjungan pengurus DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, Sulsel, Kamis (26/3/2015). Namun, menurut Syahrul, tak ada ormas yang tak terjadi gesekan didalamnya. Kadang terjadi perhelatan musyawarah yang berujung pada perpecahan. “Kita terjebak dalam arti demokrasi
r
sebagai tujuan. Bukan sebagai instrumen mencapai tujuan,” kata Syahrul. Oleh karena itu, Syahrul berharap, LDII membatasi diri dari kebebasan yang berlebihan. “Kekeluargaan dan nasionalisme sangat penting,” katanya. Sementara itu, Wanhat LDII Sulsel Drs Hidayat Nahwi Rasul MSi pada kesempatan yang sama menyampaikan rencana perhelatan Muswil VI LDII Sulsel kepada gubernur. Muswil VI ini, menurut rencana akan digelar pada Sabtu-Minggu (2829/3/2015) di Hotel Singgasana Makassar. “Muswil kali ini mengusung tema Kontribusi LDII sebagai Learning Organization untuk Mewujudkan Sulsel yang semakin bermartabat,” imbuh Hidayat. Ia memaparkan, tema tersebut diperkuat dengan empat cluster pemikiran. Cluster pertama, kata Hidayat, bela negara dan wawasan kebangsaan. “LDII menganggap bahwa bela negara dan wawasan kebangsaan serta NKRI itu sangat urgen dan relevan terhadap persoalan ke-
kinian kita,” ucap ketua DPP LDII ini. Cluster kedua, lanjut Hidayat, cluster keamanan dan ketertiban masyarakat. “Ormas juga sangat berperan dalam mewujudkan tertib sosial,” ujarnya. Cluster ketiga, katanya, cluster pendidikan, peradaban dan ipteks. “LDII menganggap, pendidikan adalah hak bagi warga negara. Kita harapkan semua warga negara bisa mengenyam pendidikan sampai setinggi-tingginya. Karena semakin tinggi apresiasi kita terhadap pengetahuan dan teknologi, itu menandakan bahwa pengetahuan kita semakin baik,” jelasnya. Cluster terakhir, kata Hidayat, etos kerja, produktivitas, dan entrepreneurship. Terkait dengan datangnya era globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka kita berhadapan dengan persaingan talenta antar bangsa. “LDII menganggap bahwa semangat etos kerja dan produktivitas itu penting untuk dalam rangka menciptakan manusia-manusia yang lebih produktif,” tuturnya. tadwin y Edisi 001 Mei 2015
11
Laporan Utama
12
Gubernur: LDII Pilar Pembangunan Mental Spritual ubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) telah banyak mengambil peran yang strategis dan menjadi pilar dan pelapor dalam mengimplementasikan berbagai program pembangunan, khususnya di bidang pembangunan mental spritual masyarakat di Sulsel. “LDII sudah banyak memberi kontribusi positif, baik dalam bentuk pemikiran maupun pengimplementasian program bidang keagamaan yang bertujuan agar umat Islam menjadi Umat yang baik Rahmatan Lil Alamin, “kata Gubernur Syahrul dalam sambutan tertulis dibacakan Asisten III pada pembukaan Muswil VI LDII di Hotel Singgasana Makassar, Sabtu (28/3/2015). Menurut Syahrul, dalam Islam melarang umatnya melakukan kekerasan. Dakwah Islam harus dilakukan dengan mengedepankan hikmah, keteladanan yang baik dan kekuatan argumentasi. “Upaya untuk membangunan tatanan kehidupan yang adil harus menjadi agenda utama perjuangan LDII, sehingga dengan demikian dunia tempat kita hidup dan beribadah semakin terhindar dari berbagai bentuk kekerasan,”tandasnya.
G
Asisten III Pemprov Sulawesi Selatan, Drs Mappagio, MSi memberi sambutan dalam pembukaan Muswil VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana Makassar, Sabtu (28/3/2015).
Muswil VI LDII Sulsel yang berlangsung dua hari tersebut mengusung tema; Kontribusi LDII sebagai learning organization untuk mewujudkan Sulsel yang semakin bermartabat. Muswil LDII Sulsel VI yang diikuti 170 peserta terdiri atas wakil DPW dan DPC LDII dari 24 kabupaten dan kota se Sulsel untuk memilih
pengurus periode 2015-2020. Sementara Ketua DPW LDII periode sebelum Prof Dr H Haryanto, M.Pd tidak bersedia maju dalam pemilihan Ketua DPW LDII Sulsel untuk periode lima tahun mendatang. Muswil LDII Sulsel dihadiri Ketua Umum DPP LDII, Prof Dr. KH Abdullah Syam, MSc.
Asisten III Pemprov Sulawesi Selatan, Drs Mappagio, MSi memukul gong tanda dimulainya Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana Makassar, Sabtu (28/3/2015).
tadwin y Edisi 001 Mei 2015
Laporan Utama
Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Prof Dr M Ghalib MA (kiri) membawakan materi dakwah kondusif dihadapan peserta Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar, Minggu (29/3/2015).
Dai Harus Jadi Teladan ondisi umat saat ini, sebagian belum memahami ajaran islam dengan baik sehingga belum bisa mengamalkan ajaran islam itu sendiri. Ada yang merasa sudah mengamakan tetapi mash keliru. “Adapula yang sudah memahami ajaran islam, bahkan pengetahuannya baik, tapi belum beramal dengan baik,” kata Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Prof Dr M Ghalib MA dihadapan peserta Musyawarah Wilayah
K
VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar, Minggu (29/3/2015). Ghalib mengatakan, dakwah kondusif secara umum terkait dengan muballigh. Seorang muballigh, kata Ghalib, harus memiliki integritas pribadi. Integritas berarti akhlakul karimah. “Sebab dai menjadi tauladan ditengah masyarakat, maka ia harus memberikan contoh yang baik,” ungkap ulama asal Bantaeng ini.
Lebih jauh, Ghalib mengungkapkan apresiasinya terhadap para muballigh LDII. “Ada hal yang sangat saya salut dengan LDII. “Bahwa LDII tidak suka membawa proposal permintaan sumbangan.dana,” kata Ghalib. Ghalib bercerita pengalamannya mengunjungi pondok pesantren binaan LDII di Kediri, Jawa Timur. “Saya juga pernah berkunjung ke Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri dan menginap disana selama 2 hari. Disana saya dilayani dengan baik. Kemudian saya diajak ke perpustakaan yang isinya Qur’an dan Hadis yang tulisannya Arab semua,” tutur guru besar ilmu tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar ini. Menurutnya, apabila seorang muballigh membaca kitab di perpustakaan LDII dengan baik, maka itu sesuatu yang sangat luar biasa. Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Prof Dr HM Ghalib, MA (kiri) menerima cinderamata dari Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Prof Dr KH Abdullah Syam, MSc dalam perhelatan Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar, Minggu (29/3/2015).
tadwin y Edisi 001 Mei 2015
13
Laporan Utama
14
Empat Kunci Sukses Hadapi MEA Dekan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Dr Muh Jufri MPsi sedang membawakan materi etos kerja, produktivitas, dan entrepreneurship dalam sesi diskusi panel Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana, Makassar, Sabtu (28/3/2015).
ra Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Untuk menghadapinya, dibutuhkan peningkatan daya saing. Harus ada upaya lebih ekstra dalam menyongsongnya. “Tidak hanya hard skill, tetapi juga soft skill,” kata business coach, Prof Dr Muh Jufri MPsi saat membawakan materi etos kerja, produktivitas, dan entrepreneurship dalam sesi diskusi panel Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana, Makassar baru-baru ini. Lebih jauh, Jufri menjelaskan perbedaan hard skill dan soft skill. ”Hard skill ibarat perangkat komputer. Sedangkan soft skill, yaitu perangkat lunak, misalnya programnya. Soft skill, yaitu kesalehan pribadi dan kesalehan sosial,” kata Dekan Fakultas Psikologi Universitas
e
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Dr Muh Jufri MPsi (kiri) menerima kenang-kenangan usai membawakan materi etos kerja, produktivitas, dan entrepreneurship dalam sesi diskusi panel Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana, Makassar, Sabtu (28/3/2015).
tadwin y Edisi 001 Mei 2015
Negeri Makassar (UNM) ini. Ia berujar, MEA melahirkan pasar global yang mempengaruhi pasar domestik. Untuk itu, kata Jufri, masyarakat Indonesia butuh persiapan. “Kita butuh kesiapan fisik, psikologis, sosial, bahkan kesiapan religius,” kata doktor psikologi lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) ini. Pihaknya memaparkan empat kunci kesuksesan dalam menghadapi era MEA. “Saya mengatakan bahwa kunci untuk bisa eksis diera MEA, kita butuh orangorang yang memiliki fleksibilitas yang tinggi. Kita tidak bisa kaku,” ujar guru besar yang punya kemampuan menga-
nalisa tanda tangan ini. Ciri sukses kedua, menurut Jufri, adalah orang yang punya kreativitas dan kemampuan inovasi. Ketiga, agar bisa sukses, kata Jufri, dibutuhkan speed. “Kita butuh orang-orang yang berpikir cepat. Kita harus melatih kemampuan berpikir. Tidak boleh kita berkata, dulu begitu sekarang begitu, untuk apa repot-repot?” imbuh pria asal Selayar ini. Terakhir, kita butuh orang-orang yang bisa mengintegrasikan berbagai hal. “Tidak bekerja sendiri. Tetapi, bisa berkolaborasi dan bersinergi dengan semua pihak,” imbuhnya.
Laporan Utama
Rektor UNM: Pendidikan Keluarga Itu Penting S
alah satu cara merebut masa depan umat adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Jika umat dididik dengan berkualitas, maka masa depan umat bisa lebih baik. Sebaliknya, pendidikan rendah membuat skill menjadi rendah. Ironisnya, umat is-lam yang menjadi mayoritas di negeri ini, rata-rata tingkat pendidikannya hanya sebatas 7 tahun atau setara kelas 1 SMP. “Bila dibandingkan dengan Korea Selatan, Belanda, dan Amerika, relatif pendidikannya hingga jenjang perguruan tinggi,” kata Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr Arismunandar MPd saat menjadi pembicara dalam diskusi panel Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana, Makassar, Sulawesi Selatan belum lama ini. Arismunandar menambahkan, saat ini, karakter bangsa semakin melemah. Salah satu contohnya, aksi kekerasan jalanan di perkotaan semakin meningkat. Dimana 90 persen remaja pelaku geng motor berasal dari keluarga yang tidak mendapat perhatian. Sebab itu, ia menganggap, pendidikan keluarga menjadi hal yang krusial. “Benteng terakhir dari pendidikan kita dalah pendidikan keluarga. Kita su-dah punya konsep keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr Arismunandar MPd (kiri) sedang membahas pentingnya kurikulum pendidikan keluarga dalam diskusi panel Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/3/2015).
Mengapa kita tidak coba kembangkan untuk menciptakan keluarga yang bagus?” katanya. Ia mencontohkan, Wapres RI, Jusuf Kalla bisa menjadi orang hebat seperti sekarang ini karena pendidikan keluarga. “Beliau dibackup oleh keluarga yang baik,” kata pria asal Sinjai ini. Karenanya, ia mengusulkan LDII menyusun kurikulum pendidikan keluarga. “Saya menyarankan LDII punya model kurikulum untuk para orang tua muda.
Kuncinya ada dikeluarga muda, mereka mesti diajari,” ajaknya. Ia mengemukakan, tidak banyak orang tua muda yang tahu tahap perkem-bangan otak anak. “Setelah jadi doktor, saya baru sadar bahwa 50 persen otak manusia berkembang pada usia 0-6 ta-hun. Sedangkan 25 persen pada kisaran 6-8 tahun. Lalu, 25 persen pada usia 8-17 tahun. Keluarga muda, jika tak mengerti hal ini, bisa salah didik,” ungkapnya. Ia berujar, seharusnya anak yang sedang dalam tahap perkembangan lebih banyak mendapat asupan makanan yang bergizi. Bukannya orang tua yang nota-benenya tidak lagi mengalami perkem-bangan otak. Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr Arismunandar MPd (baju putih) sedang berbincang dengan Ketua DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan, Drs Hidayat Nahwi Rasul, MSi sesaat sebelum menjadi pembicara dalam diskusi panel Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/3/2015).
tadwin Edisi 001 Mei 2015
15
16
Laporan Utama
Wawali Makassar: LDII Ormas Paling Eksis W
akil Walikota Makassar Syamsul Rizal menghadiri Musyawarah Wilayah (Muswil) ke IV Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Sulsel di hotel Singgasana, Sabtu (28/3). Musyawarah yang dibuka Gubernur Sulsel yang diwakili asisten III H Map-pagio, akan berlangsung hingga 29 Maret. Mengangkat tema “Kontribusi LDII Sebagai Learning Organization un-tuk Mewujudkan Sulsel yang Semakin Bermartabat”. Turut hadir Ketua Umum LDII Prof Dr KH Abdullah Syam, Katua LDII Provinsi Sulsel Prof Dr Haryanto. Deng ical mengatakan dari dulu LDII sebagai ormas yang paling eksis dan mempunyai sistem yang lebih baik.
Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal (kiri) didampingi Ketua LDII Sulsel, Hidayat Nahwi Rasul.
Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal (kiri) menghadiri pembukaan Musyawarah Wilayah VI Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan di Hotel Singgasana Makassa, Sabtu (28/3/2015)
tadwin Edisi 001 Mei 2015
Laporan Utama
Pengurus LDII Sulsel bersilaturrahim dengan pimpinan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar beberapa waktu lalu.
UIN-LDII Komitmen Bangun Peradaban Umat U
niversitas Islam Negeri Alauddin Makassar bersama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan berkomitmen memba-ngun peradaban umat dalam menghadapi kekisruhan kehidupan berbangsa saat ini. “Dua lembaga yang tak dapat dipisahkan ini, sama berkomitmen untuk mendorong pendidikan yang membangun peradaban umat,” kata Dewan Penase-hat LDII Hidayat Nahwi Rasul saat au-diensi dengan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Prof Dr Ahmad Thib Raya, di Makassar, Rabu. Menurut dia, karut marutnya kehidu-
pan berbangsa saat ini, sedikit banyak mengganggu agenda keumatan. Kegaduhan di antara elit politik yang terjadi akhir-akhir ini, memengaruhi kehidupan berbangsa di tanah air. Sehubungan dengan hal tersebut, kata Hidayat, urgensi pendidikan Islam yang membangun peradaban sangat diperlukan. “Bicara soal pendidikan, tidak terlepas dari keislaman. Bicara soal keislaman, tidak terlepas dari bagaimana membangun manusia yang bermartabat,” ungkap salah seorang ketua DPP LDII tersebut.
Hidayat menambahkan, harapannya LDII bisa memberi kontribusi pada kehidupan berbangsa dan bernegara melalui dunia pendidikan. Alasannya, apabila kualitas SDM meningkat, maka ke-hidupan umat juga bisa lebih baik. UIN Alauddin sebagai kampus peradaban, diharapkan dapat memberi ruang kepada generasi muda untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. LDII memiliki mubaligh potensial yang sehari-harinya akrab dengan kajian Al Quran dan Hadis. Sehingga mereka bisa memperdalam ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, kata Hidayat, tentunya akan menunjang dalam kegiatan dakwah di tengah masyarakat. Dalam audiensi tersebut, turut hadir Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof Dr Ahmad Sewang MA. Hadir pula Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr Muliaty Amin MAg, Sedangkan dari LDII, hadir Ketua DPW LDII Sulsel Prof Dr Haryanto MPd dan jajaran pengurus lainnya.
Pgs Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Ahmad Thib Raya, MA (kanan) bersalaman dengan Ketua LDII Sulsel periode 2010-2015, Prof Dr Haryanto, MPd.
tadwin Edisi 001 Mei 2015
17
18
LAPORAN UTAMA
Keamanan Bukan Tanggungjawab Polri Semata Kapolda Sulsel, Irjenpol Drs. Anton Setiadji, SH, MH di Mapolda Sulsel bersalam komando dengan Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia Drs. Hidayat Nahwi Rasul, M.Si di Mapolda Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 16, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (28/1/2015). Pertemuan tersebut membahas rencana pembuatan nota kesepahaman antara kedua belah pihak bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.
Tidak hanya berfokus berdakwah secara lisan (dakwah bil lisan), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) juga mengembangkan dakwah dengan perbuatan (dakwah bil hal). Sehubungan dengan hal tersebut, LDII diberbagai wilayah di Indonesia telah melakukan langkah strategis. “Kita (LDII) berbicara soal go green, bicara ekonomi syariah, pemberdayaan masyarakat pesisir di Bantaeng, dan mangrove di Kendari. Go green, kita sudah canangkan secara nasional,” kata Ketua DPP LDII Hidayat Nahwi Rasul saat bertemu Kapolda Sulsel, Irjenpol Drs Anton Setiadji SH MH di Mapolda Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 16, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (28/1/2015). Menurut Hidayat, bagi LDII, menanam pohon adalah suatu amal jariah. Orang islam yang menanam pohon, lanjut Hidayat, lalu buahnya dimakan oleh binatang atau manusia, maka itu menjadi ladang jariah. Meskipun yang menanamnya telah meninggal dunia, pahala tetap mengalir. Hidayat menambahkan, LDII juga berpartisipasi dan bekerjasama menciptakan suasana yang kondusif ditengah masyarakat. “Dalam suasana tertib sosial dan keamanan itu, justeru tempat lahirnya tadwin y Edisi 001 Mei 2015
manusia-manusia berkualitas,” ujarnya. Disamping itu, soal mewujudkan keamanan dan ketertertiban masyarakat, kata Hidayat, bukanlah tanggungjawab polri semata. Akan tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Dilain pihak, Kapolda Sulsel Anton Setiadji memaparkan persepsi masyarakat terhadap institusi kepolisian. Selama ini, kata Anton, masyarakat masih menganggap negatif terhadap aparat. “Kalau aura negatif dikeluarkan terus, jadinya negatif. Makanya saya selalu mengajak agar kita selalu positive thinking,” kata Anton. Namun, Anton berusaha keras untuk memperbaiki institusi yang ia pimpin. “Saya tidak ingin merubah mindset masyarakat tentang polisi. Tetapi, saya ingin merubah polisi dengan baik,” kata mantan Kadiv Hukum Polri ini. Sementara itu, Wakil Ketua DPW LDII Sulsel Dr Sukardi Weda dalam kesempatan yang sama memaparkan rencana Musyawarah Wilayah (Muswil) yang akan LDII Sulsel gelar. Sukardi menjelaskan, LDII Sulsel akan melaksanakan Muswil pada 28-29 Maret 2015 di Hotel Singgasana Makassar. “Di dalam Muswil nanti tema yang kami angkat adalah LDII sebagai Learn-
ing Organization Berkontribusi untuk Mewujudkan Indonesia yang Semakin Bermartabat,” imbuh Sukardi. Dalam Muswil ke VI tersebut, LDII Sulsel mengangkat 4 kluster. Kluster pertama yang LDII angkat, jelas Sukardi, perihal bela negara dan wawasan kebangsaan. Kluster kedua, keamanan dan ketertiban masyarakat. Kluster ketiga mencakup pendidikan, peradaban, dan ipteks. Sedangkan kluster keempat berkenaan dengan produktivitas dan entrepreneurship. “Keempat kluster ini menjadi roh dari Muswil,” tutur dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) tersebut. Sehubungan dengan kluster keamanan dan ketertiban masyarakat, kata Sukardi, LDII Sulsel mengusulkan kerjasama dengan Polda dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU). Sebelumnya, Kapolda Sulsel telah mencanangkan 9 program unggulan yang salah satunya ialah “Program Kampung Kamtibmas”. “Kami berharap, ada sinergitas antara dai kamtibmas yang LDII lakukan dengan kampung kamtibmas dari Polda,” ujar Sukardi. Dalam kesempatan tersebut, Kapolda Sulsel menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas niat dan maksud LDII tersebut.
Galeri
Pangdam VII Wirabuana, Mayjen Bachtiar, SIP, MAP (kiri) sedang berbincang dengan pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Markas Kodam VII/Wirabuana, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (17/11/2014). Pada kesempatan tersebut, LDII Sulsel meminta kesediaan Pangdam membawakan materi wawasan kebangsaan dihadapan warga LDII se-Sulsel.
Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Bachtiar, SIP, MAP (tengah) berfoto bersama pengurus LDII Sulsel.
Ketua DPW LDII Sulsel, Drs HM Hidayat Nahwi Rasul, MSi (kanan) berbicang dengan Kapolda Sulselbar, Irjenpol Drs Anton Setiadji SH MH (kiri) di Mapolda Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 16, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (28/1/2015). Kedua belah pihak menjajaki peluang kerjasama dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
Foto bersama pengurus LDII Sulsel dengan Kapolda Sulselbar, Irjenpol Drs Anton Setiadji SH MH
Gubernur Sulawesi Selatan, Dr Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH (paling kanan) berbincang dengan pengurus LDII Sulsel, Kamis (26/3/2015) di Kantor Gubernur Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan. Gubernur meminta LDII Sulsel menerbitkan rekomendasi penolakan terhGubernur Sulawesi Selatan, Dr Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH sedang adap gerakan radikal. berkelakar dengan Pengurus LDII Sulsel.
tadwin Edisi 001 Mei 2015
19
20
Galeri
Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr H Arismunandar, MPd (kiri) bersalaman dengan Ketua DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel, Drs HM Hidayat Nahwi Rasul, MSi pada Rabu (4/2/2015), di Rektorat Kampus UNM, Jalan AP Pettarani, Makassar, Sulawesi Selatan. Kedua belah pihak membicarakan peluang kerjasama dalam pengembangan Bahasa Arab.
Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Dr H Arismunandar, MPd (empat dari kiri) berfoto bersama pengurus LDII Sulsel.
Pengganti Sementara (Pgs) Rektor UIN Alauddin, Prof Dr Ahmad Thib Raya MA (kanan) berbincang dengan Ketua LDII Sulsel periode 20102015, Prof Dr H Haryanto, MPd (tengah) di Rektorat Kampus UIN Alauddin, Samata, Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (11/2/2015). LDII Sulsel dan UIN Alauddin memiliki kesamaan misi dalam membangun peradaban umat.
Pengganti Sementara (Pgs) Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Ahmad Thib Raya MA (enam dari kanan) didampingi pejabat UIN Alauddin Makassar berfoto bersama jajaran pengurus LDII Sulsel.
Kepala Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan, Drs H Abd Wahid Thahir, MAg (kanan) menerima Majalah Nuansa dari Ketua DPW LDII Sulsel periode 2010-2015, Prof Dr H Haryanto, MPd. Kakanwil Kemenag Sulsel meminta LDII Sulsel menangkal radikalisme.
Foto bersama Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, Drs H Abd Wahid Thahir, Mag (tengah) bersama jajarannya dengan pengurus LDII Sulsel.
tadwin Edisi 001 Mei 2015
21
Kajian Khusus
Kenali 7 Transaksi yang Haram
P Oleh :KH Kasmudi Assidiqi, SE, MAk (Ketua Majelis Taujih wal Irsyad DPP LDII)
tadwin Edisi 001 Mei 2015
ada dasarnya, semua bentuk muamalah, hukum asalnya adalah halal. Selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Oleh karena itu, sebelum seseorang berbisnis, sebaiknya pelajari terlebih dahulu hukum-hukum muamalah agar dalam menjalani bisnis selalu sah dan benar, serta tidak terjebak dalam segala hal yang haram maupun yang syubhat. Secara umum, ada 7 (tujuh) transaksi yang diharamkan oleh agama, yaitu (1) transaksi riba; (2) gharar (ketidakpastian); (3) dharar (penganiayaan); (4) maysir (perjudian); (5) maksiat; (6) suht (barang haram); dan (7) risywah (suap). Berikut penjelasannya. 1. Transaksi Riba Secara umum, terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam. Riba menurut Alquran,
Alhadis, dan ijma’ (kesepakatan) para ulama hukumnya haram. Riba termasuk dosa besar. Riba termasuk amalan yang melebur amal kebaikan. Contoh transaksi riba: A meminjamkan barang kepada B seharga Rp. 10.000.000,-. Dibayar lunas dalam 3 bulan. Ketika telah datang waktu pembayaran, A berkata kepada B: “Utangmu kamu bayar sekarang atau kamu saya beri waktu 3 bulan lagi, tetapi utangmu menjadi Rp.12.500.000,-“ begitu seterusnya. 2. Judi (maysir) Maysir atau judi di dalam syariat islam hukumnya haram. Sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Alquran: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khomr, judi, anshob (berkurban untuk berhala), dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka menjauhilan kalian pada perbuatan-perbuatan itu
Konsultasi Agama
Hukum Menceritakan Aib Orang Lain
Oleh : KH Aceng Karimullah, SE
Assalaamu ‘alaikum wr. wb. Pak ustaz, kalau ada orang sedang membicarakan kejelekan orang lain dan kita hanya mendengar saja. Apakah kita ikut berdosa? Kemudian tersiar isu bahwa infotaiment itu haram. Tetapi, ada penyiar program infotainment di suatu TV swasta yang mengatakan bahwa infotaiment itu tidak haram karena semua yang diungkapkannya berdasarkan fakta. Bagaimana tanggapan Pak ustaz? Mohon pencerahannya. Wassalaamu ‘alaikum wr. wb. Ni
Wa’alaikumus-salaam wr. wb. Perbuatan menceritakan kejelekan orang lain, sementara orang yang kita ceritakan kejelekannya tersebut tidak ada di tengah-tengah kita, dalam Bahasa Arab-nya perbuatan itu disebut ghibah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia bermakna menggunjing. Perbutan tersebut sangat tercela. Dalam Alquran, orang yang melakukan ghibah itu di gambarkan sebagaimana orang yang sedang memakan bangkai saudaranya (yang sedang digunjing). Sedangkan orang yang menggunjing tidak akan Alloh SWT ampuni, sebelum ia dimaafkan oleh orang yang ia gunjingkan. (HR Ibnu Abid-dunia). Bahkan, ada suatu hadis meriwayatkan bahwa kelak di akhirat, ketika orang menerima catatan amalannya, ada orang yang protes kepada Alloh karena nilai amalannya tidak muncul. Padahal, ia merasa telah beramal baik. Ketika itu, Alloh menjawab ‘’Memang nilai amalanmu dihapus, karena engkau suka ghibah, menyebarkan kejelekan orang lain’’. Dilain pihak, ada orang yang melapor juga: ‘’Ya Alloh, mengapa saya mendapatkan pahala ini? Padahal, saya tidak merasa pernah mengamalkan kebaikan ini’’. Alloh pun menjawab: ‘’Ini karena kamu pernah digunjing oleh orang lain’’. Ternyata, ghibah itu dapat mengurangi nilai kebaikan kita karena pahala kita harus di berikan
kepada orang yang pernah kita buka kejelekannya. Na’uudzu billaahi min dzaalik. Masalah infotainment, yang haram itu bukan infotainment-nya. Tetapi, yang haram ghibahnya tadi, baik dalam acara infotaiment maupun diluar acara itu. Justeru yang disebut ghibah itu adalah menceritakan aib seseorang yang berdasarkan fakta nyata. Kalau tidak berdasarkan fakta, itu fitnah namanya. Ya, dosa juga. Sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa Abu Hurairoh r.a. bertanya kepada Rosululloh: ‘’Wahai rosululloh, apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?’’ Rosululloh menjawab: ‘’Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya”. Ditanyakan lagi: “Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?’’ Rosululloh menjawab: ‘’Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat apa yang kamu katakan, maka kamu telah berdusta’’. Bagaimana jika ada orang yang sedang membicarakan kejelekan orang lain, sedangkan kita hanya mendengarkan saja. Apakah kita ikut berdosa? Anda ingat ‘’perokok pasif’’? dia sendiri bukan perokok, tetapi karena dia berada di lingkungan
orang-orang yang sedang merokok, maka dia juga akan terpapar dampak negatif dari rokok tersebut. Kira-kira seperti itulah analoginya. Bila kita berada di tengah-tengah orang yang sedang ghibah, maka kita akan kebagian dosanya. Sebab meskipun kita bukan peng-ghibah aktif, tetapi kita akan tergolong menjadi pengghibah pasif. Ada pelajaran dari Rosululloh SAW sebagai berikut: ‘’Barang siapa yang melihat suatu kemungkaran, maka dia harus mengubahnya dengan tindakan. Kalau tidak mampu dengan tindakan maka dengan lisan. Kalau tidak mampu dengan lisan maka dengan hati. Dan demikian itu adalah iman yang paling lemah’’. (HR Ahmad Bin Hambal). Kalau bisa ghibah itu dihentikan dan kita alihkan ketopik pembicaraannya lain yang lebih produktif. Kalau tidak mampu, maka paling tidak, hati kita harus tidak setuju dengan ghibah tersebut. Namun, perbuatan itu tergolong iman yang paling lemah. Mestinya kita selalu ingat dengan nasehat: ‘’Dari pada kita membicarakan kejelekan dan kesalahan orang lain, lebih baik kita mengoreksi kesalahan dan kekurangan diri kita sendiri’’. Toh, kita juga sebagai manusia masih jauh dari sempurna, atau … jangan-jangan kita sendiri malah lebih banyak kesalahan dan kekurangan dari pada orang yang sedang kita gunjingkan. Walloohul-musta’aan. Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Wassalaamu ‘alaikum wr. wb. *Disadur dari Majalah Nuansa Persada
tadwin Edisi 001 Mei 2015
23
24
Kupas Tuntas
Empat Cluster sebagai Program Kerja Pendidikan, Peradaban, dan IPTEKS
D
ewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Sulawesi Selatan telah menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) VI pada Sabtu-Minggu, 28-29 Maret 2015 di Hotel Singgasana Makassar. Muswil tersebut mengusung tema sentral “Kontribusi LDII sebagai Learning Organization untuk Mewujudkan Sulsel yang Semakin Bermartabat”. Adapun 4 cluster yang LDII angkat dalam Muswil ini ialah:
Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan Di era globalisasi, kita mengalami penggerusan nilai-nilai budaya, ideologi, bahkan karakter bangsa. Maka LDII memandang perlu untuk melakukan penguatan terhadap bela negara dan wawasan kebangsaan ini sebagai kontribusi LDII dalam memperkuat NKRI diera globalisasi saat ini.
Keamanan, Ketertiban, dan Penegakan Hukum Untuk tumbuh dan berkembangnya generasi yang berkualitas diperlukan suatu jaminan keamanan, ketertiban, dan asas taat hukum. Untuk itu, LDII memandang perlu pentingnya partisipasi masyarakat sebagai wujud kerjasama dengan kepolisian memelihara ketertiban dan keamanan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bahwa penegakan hukum (law enforcement) memerlukan ketaatan warga yang diharapkan kemudian melahirkan keteraturan dan kedisiplinan sosial. Dengan tertib sosial inilah kita harapkan sebagai sebuah upaya bersama dalam rangka penegakan hukum. Makin tertib dan taat sebuah masyarakat, biasanya bersamaan dengan berkurangnya pelanggaran hukum. LDII memandang perlu ketertiban dan keteraturan yang tumbuh bersama dengan upaya penegakan hukum itu sendiri.
tadwin Edisi 001 Mei 2015
Meningkatnya persaingan antar bangsa saat ini tidak terlepas dari pada sejauh mana sebuah bangsa dapat menghargai ilmu pengetahun dan teknologi bahkan dapat dikatakan bahwa peradaban sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kemampuannya mengapresiasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, LDII menganggap bahwa proses pendidikan harus terus berjalan dan dikembangkan baik melalui proses pendidikan formal maupun non-formal. Oleh karena itu, LDII mendorong warganya khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya untuk dapat mengenyam pendidikan sampai kejenjang yang setinggitingginya. Sehubungan dengan hal tersebut, LDII memandang perlu untuk membangun kerjasama dengan perguruan tinggi di Sulawesi Selatan untuk mewujudkan SDM yang berkualitas, beradab, dan melek teknologi.
Etos Kerja, Produktivitas, dan Enterpreneurship Pada tahun 2015, Indonesia akan memasuki pasar tunggal ASEAN atau yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada era tersebut, etos kerja dan produktifitas serta jiwa entrepreneurship Bangsa Indonesia akan teruji untuk bersaing dngan masyarakat ASEAN lainnya. LDII sebagai bagian dari pada civil society memandang perlu untuk mendorong meningkatnya etos kerja bangsa melalui pendekatan 6 tabiat luhur atau 2 kesalehan, yaitu kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Kesalehan pribadi menyangkut sifat jujur, amanah, kerja keras lagi hemat. Sedangkan kesalehan sosial, LDII memangdang perlu untuk mendorong nilai-nilai kerukunan, kekompakan dan kerjasama yang baik. Dengan 2 kesalehan tersebut diatas diharapkan etos kerja dan produktivitas bangsa Indonesia dapat meningkat dan bersaing dengan masyarakat ASEAN lainnya. LDII juga mengangap perlu untuk mendorong jiwa entrepreneurship melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan ekonomi yang berbasis syariah. (*)
TITLE
tadwin Edisi 001 Mei 2015
03
26
Keluarga Sakinah
Tips Parenting Skill nak merupakan titipan dari Allah SWT kepada orang tua. Tanggung jawab orang tua terhadap titipan ini merupakan kewajiban yang harus dijaga. Orang tua bertanggung jawab terhadap anak sejak dalam kandungan hingga lahir. Setelah itu, memberikan nama yang baik, merawat, dan memberikan kasih sayang, hingga mendidiknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Disisi lain, anak juga merupakan harapan dan tumpuan orang tua kelak di kemudian hari. Oleh karenanya, orang tua tentu harus dapat memberikan bimbingan serta arahan yang tepat agar ia menjadi manusia yang baik dan berakhlak mulia sebagaimana yang kita inginkan kelak saat mereka telah dewasa. Ada banyak hal yang perlu
A
tadwin Edisi 001 Mei 2015
diketahui oleh orang tua dalam mendidik anak agar tidak salah dalam mendidik. Sebab, kesalahan dalam mendidik dapat mempengaruhi psikologis anak ketika telah tumbuh dewasa. Dalam mendidik anak, orang tua perlu memperhatikan baik buruknya tindakan dari berbagai aspek, baik dari segi aspek emosional, intelektual, maupun spiritual. Maka selaku orang tua perlu memiliki keterampilan dalam mendidik anak atau sering disebut Parenting Skill.
“
Berikut ini adalah beberapa tips parenting skill yang dapat diterapkan dalam mendidik anak. 1. Bersikap lembut dan menunjukkan kasih sayang yang tulus Bersikap lembut adalah hal mutlak yang harus dilakukan orang tua kepada anak. Sebab hanya dengan cara yang lembut, anak akan mudah mendengarkan kata-kata orang tuanya. Selain itu, orang tua juga harus menunjukkan kasih sayangnya kepada anak. Rasa kasih
Dalam mendidik anak, orang tua perlu memperhatikan baik buruknya tindakan dari berbagai aspek, baik dari segi aspek emosional, intelektual, maupun spiritual. Maka selaku orang tua perlu memiliki keterampilan dalam mendidik anak atau sering disebut Parenting Skill”
Keluarga Sakinah sayang orang tua dapat ditampakkan dengan selalu mengucapkan kata sayang kepada anak dengan ekspresi yang tulus, memeluk, dan menciumnya. Dengan begitu, anak akan merasa tersentuh dengan kasih sayang yang diberikannya. 2. Jadilah pendengar yang baik dan berikan dukungan Jika suatu ketika anak anda pulang dengan menangis, atau tampak sedih karena ada permasalahan dengan teman bermainnya, maka sebagai orang tua cobalah dekati dia dan buatlah dia agar mau bercerita. Jadilah pendengar yang baik dan mampu mendengarkan semua keluh dan kesah si kecil. Ini bertujuan untuk m e m bangun
k e p e r cayaan dirinya. Lalu berikanlah dukungan positif serta bekalilah ia dengan skill yang dapat mengatasi permasalahannya. Misalnya saja jika ia diolok oleh temannya dengan kata “kamu jelek” maka jawaban yang tepat adalah “mengolok-olok itu dosa!” Dengan begitu, orang yang selalu mengejeknya akan merasa bosan, sebab olokannya tidak ditanggapi dengan serius, dan tidak terjadi feedback yang diinginkan seperti menangis, mengadu, atau marah-marah.
3. Jangan berkata keras dan mengancam Apabila perilaku anak terkesan nakal atau bandel, cobalah untuk menahan emosi Anda dan katakan dengan lembut serta bijaksana. Hindarilah berkata keras kepada anak, apalagi sampai terdengar kata-kata ancaman. Sebab jika terjadi demikian, sama saja menanamkan sifat itu kepada anak yang akan terbawa hingga ia dewasa. 4. Berikan rasa nyaman Buatlah anak merasa nyaman ketika bersama Anda. Sesekali ajaklah ia bercanda gurau dan berdiskusi. Agar anak merasa nya-
gan yang ditanamkan oleh orang tuanya. Saat nanti ia tumbuh besar, ia tentu akan menganggap berbohong adalah hal yang wajar untuk dilakukan karena semua orang termasuk orang tuanya juga melakukannya. 6. Jangan menakut-nakuti anak Selain berbohong, orang tua juga biasanya kerap menakut-nakuti anak agar anaknya mau menurut dengan segera. Padahal orang tua tidak menyadari, bahwa tindakan ini merupakan kekeliruan. Selain bisa menjadi semacam trauma saat ia dewasa, hal ini juga mengakibatkan anak menjadi tidak mandiri sehingga dapat mengurung kreatifitasnya. 7. Menjadi teladan bagi anak Diantara beberapa tips di atas, ini merupakan hal yang paling penting. Ingat bahwa anak akan selalu meniru
kelakuan orang tuanya. Oleh karena m a n , itu, jika ingin mengajarkan suatu sebaiknya j a n g a n hal kepada anak, maka orang tua menjadi yang m e r a s a terlebih dahulu harus menjadi conpaling tahu segalanya sehingga toh. membuat Anda terkesan mendomiDemikianlah beberapa tips parnasi pembicaraan. Jadikan ia sep- enting skill, semoga dapat menjadi erti seorang teman yang juga perlu bekal bagi orang tua dalam menuntuk Anda dengarkan dengan baik didik putra-putrinya. (Sumber: berjibaku.com) dan penuh rasa simpati. 5. Jangan membohongi anak Jika anak kerap dibohongi saat masih kecil maka akan menjadi terbiasa dengan kebohongan-kebohontadwin Edisi 001 Mei 2015
27
28
Wawancara Khusus Hidayat Nahwi Rasul, Ketua LDII Sulsel Periode 2015-2020
Dakwah bil Hal untuk Wujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin
Berikut ini ulasan hasil wawancara wartawan TADWIN, Ilmaddin Husain dengan ketua terpilih Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan periode 2015-2020, Drs HM Hidayat Nahwi Rasul MSi, Jumat (24/4/2015) di Sekretariat LDII Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar. Pertama-tama, saya ucapkan selamat kepada Bapak setelah terpilih menjadi ketua LDII Sulsel periode 2015-2020. Bagaimana Bapak melihat peran serta LDII di Sulawesi Selatan? Jika kita melihat perkembangan bangsa dewasa ini, seolah-olah lembaga dakwah atau ormas islam itu menjadi sangat penting dan strategis. Kita melihat fakta telah terjadi penurunan moralitas
tadwin Edisi 001 Mei 2015
dan rendahnya etika. Dua pilar peradaban bangsa (moralitas dan etika) ini menjadi relevan dengan peran ormas islam. Bukan hanya LDII, tetapi semua ormas islam. Bagaimanapun juga, bahan baku moralitas dan etika itu lebih banyak bersumber dari nilai-nilai keagamaan. Disinilah penting dan strategisnya posisi ormas keagamaan, khususnya ormas islam. Disitu pula kita memandang bahwa LDII sebagai salah satu ormas islam, harus memberi arti dan berperan dalam proses ini. Bahwa di dalam konstalasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), banyak hal yang harus kita dorong. Terkait moralitas dan etik, yang pertama ialah kecintaan kita kepada tanah air. Itu yang paling penting. Dalam hadis dikatakan, hubbul waton minal iman. Cinta
negara itu adalah bagian dari pada iman. Oleh karena itu, bagi LDII, wawasan kebangsaan, rasa cinta tanah air, dan semangat persatuan dan kesatuan sebagai NKRI adalah final. Inilah yang penting didorong kedepan. Bagaimana rasa cinta tanah air ini bisa meningkatkan kebersamaan kita sebagai bangsa. Jika etika bergaul sebagai bangsa ini baik, maka hubungan antar suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA) itu juga akan menjadi lebih baik. Ketika kesantunan di dalam hidup bermasyarakat dapat kita dorong menjadi sebuah perilaku, maka sebenarnya kita sedang berusaha mewujudkan citacita konstitusi bangsa ini. Yaitu, menjadi bangsa yang maju, cerdas, dan unggul. Dengan demikian, maka kita harapkan akan terwujud sebuah generasi unggul yang siap bersaing dengan bangsa lain.
Kajian Khusus
agar kalian beruntung”. (Surat Almaidah: 90). Berikut beberapa pengertian judi (maysir): a. Setiap permainan yang mengandung taruhan dari kedua belah pihak b. Setiap permainan yang didalamnya diisyaratkan adanya sesuatu (berupa materi) yang diambil dari pihak yang kalah kepada pihak yang menang c. Setiap permainan yang menimbulkan keuntungan bagi satu pihak dan kerugian bagi pihak lainnya d. Segala bentuk spekulasi. Semua transaksi yang mengandung unsur spekulatif atau untung-untungan. 3. Gharar (transaksi yang menimbulkan ketidakpastian) Gharar menurut bahasa berarti tipuan yang mengandung kemungkinan besar tidak adanya kerelaan menerimanya ketika diketahui. Dan ini termasuk memakan harta orang lain secara batil. Gharar menurut istilah fiqih, mencakup kecurangan (gisy), tipuan (khidaa’) dan ketidakjelasan pada barang (jihaalah), juga ketidakmampuan untuk menyerahkan barang. 4. Dharar (kerusakan, kerugian, penganiayaan)
“
Sumber : www.tempo.co
Dharar adalah transaksi yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, ataupun ada unsur penganiayaan, sehingga bisa mengakibatkan terjadinya pemindahan hak kepemilikan secara batil. 5. Maksiat Maksiat adalah bentuk transaksi yang terkait dengan usaha-usaha yang secara langsung maupun tidak langsng melanggar (menentang) hukum-hukum Allah dan Rosulnya. Contoh: membuat pabrik minuman keras, membuat pabrik obat terlarang, membuat tempat pelacuran, membuat tempat perjudian, dan perdukunan/paranormal. 6. Barang haram (suht)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khomr, judi, anshob (berkurban untuk berhala), dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka menjauhilan kalian pada perbuatan-perbuatan itu agar kalian beruntung”. (Surat Almaidah: 90).
Barang haram adalah barangbarang yang diharamkan dzatnya untuk dikonsumsi, diproduksi, dan diperdagangkan menurut nash yang terdapat di dalam Alquran dan Alhadis. Contoh: minuman keras, narkoba, babi, darah, bangkai, patung, binatang buas yang bertaring, dan burung yang memiliki cakar kuku yang kuat. 7. Risywah (suap) Risywah adalah apa-apa yang diberikan oleh seseorang kepada hakim atau lainnya agar dia menghukumi baik untuknya atau hakim membawanya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh si pemberi suap. Menurut istilah, risywah adalah apa-apa yang diberikan untuk membatalkan barang yang benar dan membenarkan barang yang batal (salah). (*) *Disadur dari Majalah Nuansa Persada
tadwin Edisi 001 Mei 2015
22
Wawancara Khusus Pilar moralitas, saya kira penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau moralitas kita dorong menjadi baik, maka tentu akan berdampak dalam kehidupan bernegara. Korupsi, pornografi, pergaulan bebas, narkoba, dan kriminalitas akan tereliminasi dengan sendirinya. Bisa dijelaskan langkah strategis yang LDII ambil untuk mendukung tegaknya moralitas? LDII menganggap pendidikan agama islam harus dilakukan secara intensif disemua segmen, baik PAUD sampai dewasa. Pendidikan agama harus bervariasi. Tidak hanya ceramah. Akan lebih baik kalau generasi sekarang ini diajak langsung membuka Quran dan Hadis. Kita harapkan, dampak perubahan watak, kepribadian, dan karakter dapat berlangsung secara efektif. Di dalam Quran dan Hadis, mereka mempelajari kejujuran, amanah, pentingnya kerukunan, dan kekompakan. Kita harapkan, hal itu berbuah menjadi muamalah di dalam pergaulan sebagai anak bangsa. Oleh karena moralitas itu sudah dibangun, kemudian dikaitkan dengan kecintaan terhadap bangsa, saya kira akan muncul sebuah harmoni nilai. Antara nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, kemasyarakatan, dan kemajemukan akan berpadu. Inilah yang kita sebut harmoni nilai di dalam NKRI. Apakah artinya nilai-nilai agama sejalan dengan Pancasila? Bisa dibuktikan? Sejalan. Masalah ketuhanan Yang Maha Esa, qul huwallohu ahad. Masalah kemanusiaan dijelaskan dalam agama. Mengenai persatuan dijelaskan dalam agama. Mengenai musyarawarah mufakat dijelaskan dalam agama. Bahkan, masalah adil dijelaskan dalam agama. Jadi, Pancasila tidak bertentangan dengan agama. Agama Islam sangat relevan dengan Pancasila. Bahkan, penguatan pancasila dominan diperkuat oleh nilai-nilai islam. Sebab islam mengajarkan tentang pentingnya keesaan, berbuat adil, persaudaraan, dan pentingnya musyawarah. Jadi, saya kira sangat relevan. Karena itu, LDII menganggap, rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa ini akan menjadi sangat berarti jika ada pendalaman nilai-nilai yang islami. Misalnya, dalil mengenai rasa cinta
terhadap alam. Ada hadis yang mengatakan: “Barang siapa yang menanam pohon, maka pohon itu bermanfaat bagi lingkungan, burung, atau manusia maka baginya merupakan amal jariah”. Jadi, kita menanam pohon dalam rangka amal jariah. Bahwa kemudian pohon itu berdampak pada harmoni alam, tersedianya oksigen yang cukup, itu adalah akibat kita mengamalkan hadis-hadis tadi. Oleh karena itu, dakwah yang LDII kembangkan, sifatnya dakwah bil hal. Selain dakwah bil lisan, LDII juga mendorong dakwah bil hal. LDII mendorong ilmu yang didapatkan untuk dipraktekkan dalam bentuk muamalah. Betapa pentingnya partisipasi dan kontribusi. Setiap masalah, bukan hanya milik satu kelompok. Tetapi, setiap masalah adalah masalah kita bersama. Dalam konteks kebersamaan rasa inilah, LDII menggap bahwa dakwah bil hal itu penting. Dakwah bil hal itu intinya kontribusi, muamalah, dan kita bisa saling menjaga. Islam mengajarkan kita saling berbuat baik dengan tetangga. Itu adalah sebuah muamalah. Menurut saya, LDII kedepan, khususnya di Sulawesi Selatan, harus mendorong dakwah-dakwah yang sifatnya bil hal, sehingga keberadaan LDII menjadi sebuah wanaha baru, solusi, bukan problem, dan menjadi sebuah kontribusi untuk mendorong Sulawesi Selatan yang lebih bermartabat dari pada hari ini. Mengenai program kerja LDII Sulsel 5 tahun kedepan? Mengenai program kerja di 2015-2020, berdasar 4 klaster yang berkembang dalam pemikiran di Musyawarah Wilayah (Muswil) VI. Yaitu, klaster bela negara,
wawasan kebangsaan, dan NKRI. Kita harapkan, klaster ini akan melahirkan kerjasama dengan lembaga terkait untuk meningkatkan kecintaan terhadap negara. Implementasinya melalui pelatihan bela negara, seminar wawasan kebangsaan, dsb. Kemudian klaster kedua, terwujudnya penegakan hukum, kamtibmas, dan disiplin sosial. Kita harapkan, akan lahir kerjasama dengan Polda Sulsel untuk membuat dai kamtibmas. Sehingga, ormas juga ikut berkontribusi dalam mewujudkan kemanaan dan ketertiban masyarakat. Disini, LDII berharap, ada pelatihan mengenai dai kamtibmas. Soal keamanan dan ketertiban itu, LDII berkontribusi dalam bentuk ceramah dan pendekatan yang sifatnya agamis yang kita harapkan dapat menurunkan tingkat kriminalitas. Kita juga mendorong kesantunan atau keteraturan sosial. Misalnya, bagaimana agar masyarakat bisa mengendarai kendaraannya dengan baik dan benar, menggunakan helm, dan tidak membuat sampah sembarangan. Bagaimana kita menutup niat orang berbuat jahat dengan menutup kesempatan. Karena kejahatan terjadi karena adanya niat dan kesempatan. Disini, ada sebuah upaya civil society untuk mendorong kesantunan sosial dengan membuat program simpati dan berbagai hal yang bersifat solutif. Kami berkeyakinan bahwa di dalam sebuah lingkungan yang kondusif, akan lahir manusia-manusia yang berkualitas. Nah, dalam konstalasi global sekarang ini, dibutuhkan manusia-manusia berkualitas untuk head to head dengan bangsa lain. Salah satu instrumen pentingnya adalah disiplin sosial, tertib sosial,
tadwin Edisi 001 Mei 2015
29
30
Wawancara Khusus hidup bersih, dan hidup teratur. Klaster ketiga adalah klaster iptek dan peradaban. Iptek dijadikan tulang punggung peradaban. Maka, kita menginginkan masyarakat diberi ruang untuk pendidikan. Semua orang harus punya kesempatan untuk menikmati pendidikan. Dan negara harus menyiapkan ruang seluas-luasnya agar warganya bisa menikmati pendidikan. Jika pendidikan meningkat, maka apresiasi terhadap iptek akan tinggi. Jika apresiasi terhadap iptek menjadi tinggi, maka peradaban akan menjadi lebih baik, modern, manusiawi, dan rasional. Akan muncul sebuah tatanan bermasyarakat yang bisa saling menghargai. Hal-hal yang bersifat modernitas dapat diraih dengan pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, menurut saya, untuk menciptakan anak-anak yang cerdas, pendidikan harus dimulai dari balita. Maka program pembinaan PAUD akan menjadi bagian dari program yang akan datang. Bagaimana menyiapkan remaja yang mandiri dan berakhlakul karimah kita juga usahakan. Kita mempersiapkan generasi yang otaknya berpikir tentang iptek. Hatinya penuh dengan wawasan Quran-Hadis. Kemudian, perilakunya akhalakul karimah. Klaster keempat adalah klaster produktivitas, etos kerja, dan entrepreneurship. Kita ingin agar generasi yang akan datang tidak lagi bersoal pada pengangguran. Nah, salah satu hal yang mendukung jiwa kemandirian adalah etos kerja. Kita harus mendorong generasi yang akan datang memiliki etos kerja yang kuat, produktif, memiliki skill, dan se-
tadwin Edisi 001 Mei 2015
mangat kerja keras. Sebab, hari ini dan kedepan, di dalam pertarungan bangsabangsa, selain dibutuhkan kerja keras, juga dibutuhkan kerja cerdas. Oleh karena itu, kita akan mendorong, khususnya warga LDII, bisa mandiri. Kita mendorong pelaku UKM bisa mengembangkan usahanya. Produknya berkualitas dan higienis. Kita mencarikan pasarnya sehingga sustainability market. Kita mencarikan supporting permodalan dan channel teknologinya. Tentu saja, saya sangat berharap pengurus yang baru dilantik dapat membreakdown 4 klaster tersebut dalam proram kerja yang terukur, nyata, dan bermanfaat. Untuk mengimplementasikan 4 klaster ini, tentu LDII Sulsel membutuhkan dukungan pemerintah. Seperti apa wujud dukungan itu? Kita berharap banyak dukungan, karena 4 klaster ini adalah proram yang mainstreaming dengan proram pemerintah yang bisa mendorong mobilisasi masyarakat kearah yang positif. Oleh karena itu, kita harapkan dukungan pemerintah, baik dukungan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota di Sulsel, maupun dukungan lembaga terkait. Sehubungan dengan hal itu, setelah 4 klaster ini kita breakdown menjadi sebuah program kegiatan, kita akan komunikasikan dengan pemerintah kabupaten/kota. Kita akan melakukan roadshow menemui gubernur, panglima, kapolda, walikota, dan bupati untuk mengkomunikasikan hasil-hasil Muswil ini. Kita harapkan, ada semacam tindak lanjut agar pemikiran yang berkembang
dalam Muswil ini dapat didukung oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga terkait. Isu radikalisme akhir-akhir ini menjadi bola panas yang sangat cepat menggelinding. Bagaimana pendapat LDII tentang radikalisme? Saya kira, radikalisme adalah sebuah upaya yang sifatnya ideologis untuk yang merubah pandangan dan wawasan kita tentang kebangsaan. Karena itu adalah sebuah upaya pengubahan cara pandang, keyakinan atas negara, maka LDII menganggap bahwa upaya radikalisme harus kita lawan, kita tentang, dan harus kita teliti akarnya. Dalam pandangan kami, ada 3 hal penyebab radikalisme. Menurunnya nasionalisme, persoalan kemiskinan, dan persoalan mis-interpretasi terhadap ajaran agama. Pertama, melemahnya nasionalisme. Oleh karena itu, kita memiliki klaster wawasan kebangsaan. Kita mendorong rasa cinta tanah air. Kedua persoalan kemiskinan dan pengangguran. Sehubungan masalah kemiskinan, kita harus dorong masyarakat bisa produktif. Bisa sejahtera hidupnya secara ekonomi, sehingga masyarakat tidak terpengaruh oleh iming-iming kesejahteraan di negeri lain. Ketiga, kesalahinterpretasian soal ajaran agama. Kita ingin agar pengajaran, pengertian, dan implementasi tentang ajaran islam kembali pada hakikat Quran dan Hadis. Tugas kita sebagai umat islam adalah membuktikan islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam itu harus berfungsi dan dirasakan kehadirannya. Bukan hanya manusia yang merasakannya, tetapi juga alam. Nah, dalam hal mewujudkan islam sebagai rahmatan lil alamin, tentu format, bentuk, dan metodologi dakwah harus berdasarkan Alquran dan Alhadis. Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan dakwahnya itu tidak pernah melakukan kekerasan. Nabi dalam melaksanakan dakwahnya tetap menjalin hubungan baik dengan Yahudi dan Nasrani. Nabi dalam melaksanakan dakwahnya mencontohkan sikap sabar untuk mewujudkan rahmatan lil alamin. Nah, nilai-nilai kesabaran, ketaqwaan, dan kelembutan inilah yang harus menjadi dasar pijakan dakwah kita kedepan. (ih)
syiar daerah
Bupati Luwu: Pemimpin Tidak Hanya Bermodal Pintar
Sejumlah warga LDII Gowa bergotong royong membangun Masjid Nurul Muttaqin yang terletak di Jalan Karaeng Makkawari, Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, pada Kamis (19/02/2015). Warga LDII sangat antusias dan penuh semangat menyumbangkan tenaga untuk mewujudkan tempat ibadah.
LDII Gowa Gotong Royong Bangun Masjid Hampir seratusan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang ada di Kabupaten Gowa turut serta dalam kegiatan gotong royong pembangunan masjid Nurul Muttaqin yang terletak di Jalan Karaeng Makkawari, Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, pada Kamis (19/02/2015). Warga LDII yang hadir berasal dari beberapa kelurahan yang tersebar di Kabupaten Gowa. Diantaranya Kelurahan Samata, Kelurahan Batang Kaluku, Kelurahan Tamarunang Indah, Kelurahan Panciro, dan Desa Pakatto. Hadir pula dalam kegiatan ini, Kepala RW dan RT setempat serta masyarakat umum yang bermukim di sekitar area masjid. Gotong royong kali ini menyelesaikan pengecoran plat lantai dua. Dalam kegiatan ini, masing-masing warga menggunakan keahliannya. Sebagian dari mereka bertugas mencampur bahan pengecoran dengan alat bantu mesin mixer. Sebagian lagi membentuk deretan memanjang dan memindahkan se ember demi se ember bahan yang telah dicampur secara berantai hingga tempat yang ingin dicor. Menurut Ketua tim pembangunan Masjid Nurul Muttaqin, Sanial, hampir seluruh pembangunan masjid ini merupakan hasil dari gotong royong warga LDII. Namun tak jarang pula, masyarakat setempat turut membantu apabila melihat LDII sedang gotong royong. “Biasanya kalau kita sudah ramai kerja,
masyarakat sekitar datang berbondongbondong membantu kita,” tutur Sanial. Rencananya, tambah Sanial, masjid ini akan dibangun hingga lantai dua saja. Namun tidak tertutup kemungkinan, masjid ini nantinya akan dibangun hingga lantai empat. “Ini dibangun sampai lantai dua saja dulu, namun pondasinya kita sengaja bikin bisa hingga lantai tiga atau empat,” tambahnya. Salah satu dewan penasehat LDII Gowa yang juga turut hadir dalam kegiatan ini, Aris, SE, MM mengutarakan pendapatnya mengenai kegiatan gotong royong ini. Menurutnya, ada banyak nilai positif yang dapat diambil dengan diadakannya gotong royong seperti ini. “Tentunya kita mendapat pahala, selain itu kerja sama dan silaturrohim sesama warga LDII bisa kita jalin lebih erat lagi,” ucap Aris. Dilain sisi, salah satu warga LDII yang juga hadir dalam kegiatan ini, Haeruddin, SPdI, mengatakan bahwa dirinya merasa terpanggil untuk turut menyumbangkan tenaganya. Dengan berlandaskan dalil bahwa barang siapa yang membangun masjid di dunia maka dia akan dibangunkan rumah di surga, maka diapun tidak ingin melewatkan momen ini meski letak rumahnya berjarak puluhan kilometer dari masjid. “Saya selalu siap untuk hadir lagi apabila mendapat panggilan lagi. Karena ciri-ciri orang islam yang baik adalah berlomba-lomba dalam kebaikan,” tegasnya dengan penuh semangat.
Organisasi keagamaan selayaknya memberi dukungan kepada pemerintah, agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik. Pemerintahan yang baik akan mendorong umat saling bahu membahu dalam menjawab persoalan yang semakin kompleks. Antara sesama umat beragama, baik muslim maupun non-muslim, diharapkan selalu mengedepankan kemaslahatan bangsa dan negara. Berbagai metode pembinaan umat dilaksanakan agar pemeluk agama dapat melaksanakan kewajibannya kepada Pencipta dengan baik. Pembinaan umat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Seperti yang dicontohkan oleh Presiden Joko Widodo. “Kepemimpinan saat ini tidak cukup dengan modal pintar saja. Tetapi, masyarakat ingin disapa dan ingin dikunjungi,” ujar Bupati Luwu, Ir H Andi Mudzakkar, MH dalam bincang pagi bersama jajaran pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Luwu di Rumah Jabatan Bupati Luwu, Belopa, Selasa (21/4/2015). Menurut Ketua LDII Luwu, Muchlisin, SSos, seperti halnya organisasi lainnya, usai pengangkatan ketua baru, LDII juga menyempatkan beraudensi dengan pejabat setempat. “Hal ini dilakukan guna mensinergikan program-program pemerintah dengan program kerja yang dirumuskan oleh lembaga non-pemerintah. Tentu saja tujuannya agar laju pertumbuhan ekonomi, keamanan, dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) terus meningkat,” imbuh Muchlisin. Bahkan, menurutnya, dengan adanya pembinaan agama, diharapkan laju peningkatan SDM dapat lebih baik lagi. Dengan demikian, kata Muchlisin, Kabupaten Luwu dapat bersaing dengan daerah lain yang sudah lebih baik. Mukhisin menambahkan, salah satu program kerja LDII Luwu adalah menggelar pendidikan dan pelatihan standar mengajar dan kreatifitas mengelola Taman Pengajian Alquran (TPQ). LDII Luwu menamai program ini dengan tagline “Membangun Generasi Melalui Penguatan Fungsi TPQ”. “Hal ini dijalankan, untuk mendukung Perda Luwu No 1 tahun 2014 tentang peningkatan kualitas ibadah kepada Allah SWT,” jelas Muchlisin yang didampingi Sekretaris LDII Luwu, Nur Hasyim, ST. tadwin y Edisi 001 Mei 2015
31
32
Lebih Dekat
Pengurus Harian DPW LDI Sulawesi Selatan Periode 2015 - 2020 Ketua: Nama : Tempat dan Tanggal Lahir :
Drs. H. M. Hidayat Nahwi Rasul, M.Si Makassar, 26 April 1961
Agama :
Islam
Alamat :
Jalan Landak Baru VI Perumahan Pesona Landak Indak Blok A No.8, Makassar
Pekerjaan :
Direktur Center of Information and Communication Studies (CICS) (tahun 2002 sd sekarang)
Sekretaris: Nama : Asdar Mattiro, S.Sos Tempat dan Tanggal Lahir : Palopo, 4 Mei 1970 Pendidikan : Strata-1 STIA LAN Makassar, 2002 Pekerjaan : Direktur Utama Pusdiklat Pengembangan Aparatur Negara dan Legislatif Indonesia (PP-ANLI)
Wakil Ketua: Nama : Dr. H. Sukardi Weda, S.S,.M.Hum, M.Pd, MM, M.Si, M.Sos.I Tempat dan Tanggal Lahir : Pare-Pare, 5 Januari 1969; Pendidikan : Strata-1 Sastra Inggris Universitas Hasanuddin, 1993; : Strata-2 English Language Studies (ELS), Universitas Hasanuddin, 1998; Pekerjaan : Dosen Tetap Pascasarjana UNM Dosen Tetap Bahasa Inggeris FBS – UNM Nama : Dr. Ir. H. Edi Kurniadi, M.Sc Tempat dan Tanggal Lahir : Garut, 13 Februari 1965 Pendidikan : Strata-1 Fakultas Kehutanan IPB, 1987; : Strata-2 Forest Biology, Iowa State University, USA, 1998; : Strata-3 Ilmu Pengelolaan Hutan Institut Pertanian Bogor, IPB, 2013 Pekerjaan : Kepala Diklat Kehutanan Makassar Nama : Ir. H. Abri, MP Tempat dan Tanggal Lahir : Tinabogan, 5 Oktober 1966 Pendidikan : Strata-1 Universitas Tadulako Palu, 1992; : Strata-2 Universitas Hasanuddin, 2004 Pekerjaan : Dosen Universitas Bosowa (Unibos)
tadwin Edisi 001 Mei 2015
Lebih Dekat
Nama : Dr. Sanusi Fattah, SE. M.Si Tempat dan Tanggal Lahir : Mendahara, 13 April 1969 Pendidikan : Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar, 1988-1993; : Strata-2 di Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 1995-1997; : Strata-3 di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 2002-2005 Pekerjaan : Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Nama : Muchtar Mannan, S.H Tempat dan Tanggal Lahir : Pendidikan : Strata-1 Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Drs. Suyitno Widodo Tempat dan Tanggal Lahir : Jogjakarta, 3 Juli 1967 Pendidikan : Strata-1 IKIP Ujungpandang, 1997 Pekerjaan : Pengusaha biro travel haji dan umroh
Nama : H. Ishak Andi Ballado, SE Tempat dan Tanggal Lahir : Wajo, 31 Maret 1963 Pendidikan : S1 Lembaga Pendidikan Indonesia, 2002 Pekerjaan : Karyawan PT Telkom
Nama : Drs. H. M. Renreng Tjolli, M.Ag Tempat dan Tanggal Lahir : Pendidikan : S1 Ilmu Dakwah : S2 Pendidikan Islam Pekerjaan : Pegawai di Universitas Hasanuddin; Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan
Nama : Ir. H. Lahatta, M.Pd Tempat dan Tanggal Lahir : Anabanuae, 4 Juli 1962 Pendidikan : S1 Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia (UMI) : S2 Pendidikan Lingkungan Hidup Universitas Negeri Makassar (UNM) Pekerjaan : Ka. Subid. Pengelolaan SDA & Lingkungan Hidup Bappeda Sulsel
tadwin Edisi 001 Mei 2015
33
34
Khasanah
Akibat Kufur Nikmat
(Kisah Si Belang, Si Botak, dan Si Buta)
Di suatu padang rumput, terdengar bunyi seruling meliuk-meliuk, kadang gembira, kadang menyayat-nyayat. Peniupnya adalah seorang pemuda kekar berkepala botak, sambil membayangkan dirinya bagaikan bintang film India yang gagah, bercambang, dan berkumis. Tak jauh dari situ duduklah seorang pemuda berkulit belang disekujur tubuhnya. Bersandar di bawah pohon sambil melamunkan dirinya yang berubah menjadi tampan, bertelanjang dada dengan kulit yang bersinar. Sementara itu, seorang pemuda yang buta matanya berdiri mondar-mandir disekitar tempat itu dengan membawa tongkat kesayangannya. Mereka adalah tiga sahabat yang diberi cobaan oleh Alloh dalam hidupnya. Si Botak, Si Belang, dan Si Bisu menjadi julukan mereka bertiga. Banyak orang yang mencibir bahkan membuang muka bila berpapasan dengan mereka. Anak-anak kecil yang nakal sering mengolok-ngolok bahkan melepari batu kepada mereka. Masyarakat disitu memang tidak ambil peduli dengan perlakuan anak nakal itu. Mereka menganggap ketiga pemuda itu memang pantas diperlakukan seperti itu. Namun Alloh tetap sayang pada mereka. Buktinya mereka tetap bertahan hidup. Kendati dalam keadaan kurang beruntung, mereka tetap mempertahankan
tadwin Edisi 001 Mei 2015
keimanannya. Hingga suatu Alloh hendak menguji keimanan mereka. Diutuslah seorang malaikat yang berubah wujud menjadi seorang laki-laki yang tampan, mendatangi rumah Si Belang. Sungguh terkejut Si Belang. Ia terpesona melihat tamunya itu. Kemudian Si Belang mempersilahkan tamunya masuk. Di dalam rumah, mereka berbincang-bincang sebentar. Ketika hendak pulang, tamu itu meyampaikan terima kasih dan bertanya pada Si Belang. “Apa yang kau inginkan dalam hidup ini?” ucap tamu itu. Si Belang spontan menjawab. ’’Aku ingin memiliki wajah dan kulit cemerlang seperti tuan, sehingga orangorang tidak lagi jijik melihatku,’’ ucap Si Belang. Lalu tamu itu mengusap tubuh Si Belang. Keajaiban pun terjadi, kulit Si Belang perlahan-lahan berubah menjadi bersih cemerlang. Kulitnya yang kisut pun berubah menjadi kencang. Ia mencubiti badannya seolah-olah tidak percaya dengan yang terjadi pada dirinya. “Betul! betul! tidak mimpi”. “Lalu apalagi yang kau inginkan dalam hidup ini?‘’ tanya tamu itu lagi. “Oh… eh… mmm… aku ingin memiliki unta,’’ jawab Si Belang dengan malu-malu. Tamu itu lalu menepuk bahu Si Belang. “Pergilah ke belakang rumahmu. Disana telah menunggu
seekor unta yang bisa kau ternakkan. Semoga Alloh memberi barokah padamu dan juga untamu,” kata sang tamu. Akhirnya, Si Belang berlari menuju belakang rumahnya. Dilihatnya seekor unta yang gemuk disana. ‘’Unta gemuk! Oh… perutnya bunting,” girangnya. Lalu Si Belang bergegas kembali kepada tamunya untuk berterima kasih. Tetapi, tamu itu telah menghilang. Sebab tamunya sedang menuju kerumah Si Botak. Sesampainya disana, Si Botak mempersilahkan masuk sang tamu. Mereka pun berbincang-bincang sebentar. Ketika hendak pulang, tamu itu bertanya pada Si Botak. “Apa yang kau inginkan dalam hidup ini?” tanya sang tamu. Si Botak menjawab. “Andai kepalaku ini ditumbuhi rambut, betapa senangnya aku,‘’ harap Si Botak. Lalu tamu itu mengusap kepala Si Botak. Perlahan-lahan kepalanya ditumbuhi helai demi helai rambut hingga semakin lama semakin lebat. Si Botak terkesima. ’’Ajaib memang! Hebat!”. Ditarik-tarik rambutnya sambil berkata, ”Aku harus bersisir nih… hihihi….” Sebelum pergi, tamu itu kembali bertanya. “Apalagi yang kau inginkan dalam hidup ini?” Si Botak menjawab, ”Aku ingin seekor sapi yang dapat aku ternakkan”. ‘’Sekarang, dengarlah apa yang ber-
Khasanah bunyi di belakang rumahmu, semoga Alloh memberi barokah padamu dan sapimu,” ucap sang tamu. Si Botak bergegas kebelakang. “Horeee… Aku punya sapi! Horeee… Sekarang aku kaya….” Dia tidak memperdulikan tamunya yang diam-diam pergi ke rumah Si Buta. Apa yang terjadi di rumah Si Buta hampir sama dengan kejadian di rumah dua sahabatnya. Hanya saja ketika tamu bertanya tentang keinginan, Si Buta menjawab, ’’Aku ingin sekali Alloh mengembalikan kedua mataku, sehingga aku dapat melihar indahnya pemandangan dunia ini’’. Akhirnya sang tamu mengusap mata Si Buta. Perlahan-lahan penglihatan Si Buta berangsur pulih. Makin lama makin jernih. “Sungguhkah yang terjadi ini…? Mimpikah saya?” ujar Si Buta. ‘’Alloh telah mengabulkan keinginanmu. Sekarang apalagi yang kau inginkan?” kata tamu. “Yang kuinginkan? Bisa melihat saja bagiku sudah merupakan suatu pemberian yang tiada taranya. Tapi, baiklah aku hanya ingin beternak kambing,’’ jawab Si Buta. “Baiklah, sekarang lihatlah ke belakang rumahmu. Alloh telah memberikan apa yang kau inginkan. Semoga Alloh memberi barokah padamu dan pada kambingmu”. Lalu tamun itu menghilang begitu saja. Akhirnya babak baru pun dimulai…. Kehidupan Si Belang, Si Botak, dan Si Buta semakin hari semakin membaik. Usaha mereka maju pesat. Jumlah ternak yang mereka miliki terus bertambah hingga ribuan jumlahnya. Kini mereka sudah menjadi orang yang terpandang. Bertahun-tahun mereka menikmati kebahagiaan. Alloh pun senang melihat mereka. Kini tibalah ujian berikutnya. Alloh ingin menguji seberapa tinggi keridhoan, keiklasan, kejujuran, keluhuran budi, dan keimanan mereka. Alloh kembali mengutus malaikatnya untuk mendatangi ketiga orang tersebut. Malaikat itu berubah menjadi
orang tua yang lusuh, berkulit belang, lalu mengetuk pintu rumah Si Belang. Setelah pintu rumah terbuka, orang tua renta itu memohon. ‘’Wahai tuan yang baik, saya lapar, sudilah kiranya tuan memberi makan dan uang untuk meneruskan perjalanan saya,’’ kata orang tua renta itu. Si Belang menjawab dengan kasar. “Apa…? Minta makanan dan uang…? Enak saja! Aku tidak akan memberikan hartaku pada sembarang orang. Apalagi pada orang tua belang sepertimu! Kebutuhanku masih banyak, tahu!’’ bentaknya. “Tuan, bukankah dulu tuan juga miskin dan berpenyakit seperti saya? Masih ingatkah bahwa Alloh telah menolong tuan dan memberikan rezeki hingga tuan menjadi seperti sekarang ini?’’ ‘’Betul! Dulu aku memang sakit sepertimu pak tua. Tapi sekarang aku sudah sembuh dan menjadi orang terhormat. Dan semua kekayaan berasal dari warisan yang ku peroleh dari nenek moyangku. Sekarang pergilah jauh-jauh. Melihat tampangmu, membuat aku teringat masa lalu. Aku tak suka!’’ ‘’Baiklah, kalau memang tuan berkata dusta kepada saya bahwa semua kekayaan yang diberikan kepada tuan bukan dari Alloh, maka tuan akan kembali seperti semula!’’ Kemudian malaikat pergi meninggalkan Si Belang menuju ke rumah Si Botak. Ia berubah wujud menjadi orang tua lusuh berkepala botak. Lalu, ia merintih-rintih di depan pintu pagar rumah Si Botak. “Tuan, saya lapar sekali. Kepala saya pusing. Kasihanilah saya’’. ‘’Hei! kepalamu pusing bukan karena belum makan, tapi karena tak berambut. Aku tidak punya makanan untuk orang sepertimu! Masih banyak kebutuhan yang belum aku penuhi!’’ Tuan, kata orang, dulu tuan tak berambut dan miskin seperti saya. Mengapa tuan lupa akan nikmat yang telah dianugerahkan oleh Alloh?’’ ‘’Hahahaha… betul! Dulu aku memang botak. Aku bisa sembuh seperti sekarang karena rajin mengolesi kepalaku dengan berbagai ramuan obat. Dan aku bisa kaya karena aku seorang pewaris tunggal keluargaku!’’ ‘’Baiklah. Kalau memang tuan tidak meyakini kebesaran Alloh, maka tuan akan kembali seperti semula!’’ “Sungguh kasian kau orang tua. Kalau kau anggap kesembuhan
dan kekayaanku ini dari Alloh. Mengapa kau tidak minta saja dari Alloh? Nyatanya, kau tetap miskin dan botak sampai tua!’’ Akhirnya pengemis botak itu pergi dan berubah wujud menjadi orang tua yang buta. Sesampainya disana, ia berujar. ‘’Wahai tuan, bolehkah saya menumpang istirahat sebentar? Saya lelah sekali. Tongkat saya menyentuh pagar rumah anda. Saya pikir di dekatnya, tentu ada rumah”. ‘’Ah, tentu saja pak. Mari! Mari! Ku bimbing anda menuju ruang tamu’’. Si Buta mendudukan tamu di sofa, lalu melanjutkan pembicaraannya. ‘’Pak, tahukah bapak bahwa akupun dulu buta seperti bapak. Namun, Alloh telah memberi karunia kepadaku. Aku bisa melihat, rupaku tampan dan aku memilki kekayaan yang berlimpah serta keluargaku hidup sejahtera. Itu berkat doa seseorang yang tak aku kenal yang pernah mengunjungiku. Aku dulu tidak punya apa-apa. Setiap melihat nasib dan kekayaanku, aku selalu ingat bahwa semua itu adalah pemberian Alloh. Aku lebih senang bila aku dapat membagikan sebagian kebahagiaanku pada orang yang kurang beruntung seperti bapak’’. ‘’Dengarlah wahai tuan yang baik hati, bahwa orang yang dulu mengunjungi dan mendoakan tuan adalah saya. Saya adalah malaikat utusan Alloh. Berbahagialah engkau! Kau telah lulus ujian dari Alloh. Hanya yang berperasaan halus dan berbudi kepada sesamanya yang dapat merasakan kehadiran Alloh dikehidupannya. Tidak seperti kedua sahabatmu yang mengingkari kenikmatan dan kesenangan yang telah Alloh berikan. Mereka menjadi kikir, sombong dan tidak tahu berterima kasih. Perangainya menjadi kasar. Aku telah berkunjung pada mereka, tetapi aku dihina dan diusir. Lihatlah nasib mereka. Kamulah yang paling beruntung, karena kenikmatan duniawi tidak mencengkram hatimu”. Seiring dengan perkataannya, malaikat pun sirna dari hadapan Si Buta. Tiba-tiba, datanglah kedua sahabatnya sambil meraung-raung menyesali nasib mereka. Mereka telah kembali menjadi Si Belang yang lusuh dan Si Botak yang miskin. Tidak sehelai pun rambut tumbuh dikepala Si Botak. Sambil memeluk keduanya, Si Buta hanya bisa menghibur. ”Sudahlah, minta ampun dan bertaubatlah kepada-Nya. Alloh pasti berkenan dan membuka pintu maaf-Nya. Semua kekayaan, kesejahteraan adalah milik Alloh. Kita tidak punya hak apa-apa, kecuali atas izin Alloh”. Sumber: 25 Kisah Teladan Terbitan Ponpes LDII Kediri
tadwin Edisi 001 Mei 2015
35
36
Dakwah Dan Digital
Makassar Smart Masjid
B
erdasarkan data Global Web Index pada Januari 2015, ditemukan bahwa dari 255,5 juta populasi Indonesia, sebanyak 72,7 juta atau 28% persen masyarakat Indonesia adalah pengguna internet. Lima puluh empat juta atau 21% diantaranya adalah pengguna internet melalui perangkat mobile. Penggunaan internet rata-rata menghabiskan waktu 5 jam 6 menit perharinya untuk mengakses internet dibandingkan menonton televisi yang rata-rata 2 jam 29 menit perharinya. Masyarakat saat ini lebih ban-
yak menggunakan perangkat mobile karena memungkinkan mereka mengakses internet dimana dan kapan saja mereka butuhkan. Dengan data ini, dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat kita semakin intens bersentuhan dengan dunia digital, ter-
masuk untuk urusan ibadah. Umat islam akan menggunakan perangkat mobilenya untuk mencari informasi tentang masjid. Makassar Smart Masjid (MSM) adalah inovasi baru yang mulai dikembangkan untuk menjawab kebutuhan umat akan informasi masjid. Produk teknologi informasi ini pelaksanaanya akan dikelola oleh Dinas Sosial Kota Makassar bekerjasama dengan tim ICT LDII Kota Makassar. Keuntungan yang akan diperoleh dengan tersedianya MSM adalah siapapun akan lebih mudah mengakses informasi perihal masjid dan segala kegiatan yang
Sumber : http://wearesocial.sg/
tadwin Edisi 001 Mei 2015
Dakwah Dan Digital 37 berhubungan dengan masjid. Mulai dari lokasi masjid, data sejarah masjid, agenda masjid, profil muballigh, bahkan lokasi masjid yang diperlihatkan dalam peta Kota Makassar. Secara ringkas, fitur utama di dalam aplikasi MSM meliputi:
Selain itu, aplikasi ini mendukung terlaksananya cyber dakwah. Dimana cyber dakwah adalah pemanfaatan radio streaming, web, blog, sosial media, atau media teknologi informasi lainnya untuk melakukan dakwah.
2
Informasi Wisata
Kanal ini memuat informasi kuliner halal Kota Makassar. Di dalamnya tersaji informasi restoran yang memuat makanan dan minuman yang memenuhi standar kehalalan. Selain itu, di kanal ini, tersedia pula informasi wisata religi.
1
Profil lengkap masjid di Kota Makassar
Pencarian masjid dapat dilakukan berdasarkan lokasi masjid dan ditampilkan dalam peta kota Makassar. Kanal ini juga memuat sejarah masjidmasjid di Kota Makassar. Tidak ketinggalan, liputan event dan agenda masjid, baik berupa tulisan maupun video. Profil mubaligh se-Kota Makassar juga anda dapat peroleh di kanal ini.
3
Artikel dari ulama kota Makassar
4
Tersedia aplikasi khusus Smartphone
Aplikasi MSM berupa aplikasi berbasis web yang dapat diakses dengan browser dari perangkat apapun baik komputer, tablet, maupun smartphone. Khusus untuk pengguna smartphone, MSM tersedia dalam bentuk aplikasi yang dapat didownload di Google Play dan App Store. Aplikasi MSM mobile memiliki fitur yang bersifat personal seperti notifikasi agenda masjid yang dapat disubscribe. (*)
Tulisan dari ulama di kota Makassar yang berkaitan dengan masalah fiqih, ibadah, ekonomi syariah, kesehatan, keluarga sakinah, dan anak soleh.
tadwin Edisi 001 Mei 2015
38
Aksigen
Serunya Mengikuti Program PGI
Santriwan-santriwati Program “Pembinaan Generus Intensif” (PGI) diabadikan gambarnya di Masjid Nurul Huda, Mannuruki, Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan beberapa waktu yang lalu.
S
obat Aksigen, tidak terasa saat ini kita hampir memasuki pertengahan 2015. Bulan dan tahun silih berganti. Seiring perubahan zaman, teknologi informasi juga mengalami peningkatan. Dengan perangkat teknologi, penyebaran arus informasi semakin cepat. Hanya dalam hitungan detik, suatu informasi dapat tersebar dari satu benua ke benua lain. Hanya dengan menyentuh layar smartphone, informasi apapun dapat kita peroleh. Sobat Aksigen, disadari atau tidak, teknologi bagaikan dua mata pisau. Teknologi dapat digunakan untuk kebaikan dan dapat pula untuk kejelekan. Jika tidak ada benteng keimanan, maka penggunaan teknologi untuk berbuat jelek. Diluar sana banyak film, lagu, dan mode pakaian yang tidak sejalan dengan ajaran islam. Jika tidak memiliki dasar agama yang kuat, kita akan terpengaruh oleh budaya tersebut. Untuk itu, Sobat Aksigen, kita harus melindungi diri kita dari hal tersebut. Lantas bagaimana caranya? Caranya dengan membentengi diri dengan ilmu tadwin Edisi 001 Mei 2015
agama. Pembinaan secara intensif yang dilakukan Sobat Aksigen dari Makassar ini perlu dicontoh. Yuk, simak ulasannya. Sobat Aksigen dari Makassar rutin menggelar pengajian intensif. Kegiatan itu dinamakan program “Pembinaan Generasi Penerus Intensif” (PGI). Program ini pertama kali dilaksanakan pada Oktober 2014 lalu. Pesertanya para pelajar setingkat SMP dan SMA. Penasaran bagaimana metode pengajiannya? Peserta dibagi ke dalam tiga kelas. Untuk menentukan pembagian kelas, santri mengikuti tes penempatan (placement test). Para santri PGI mulai mengikuti pengajian pada Sabtu sore hingga Minggu sore setiap minggunya. Jadi, setiap akhir pecan dan hari libur, para santri diasramakan. Tempat asramanya sendiri di Masjid Nurul Huda, Jalan Mannuruki 9, Kelurahan Mannuruki, Kecamatan Tamalate, Makassar. Sedangkan kurikulum pengajian meliputi bacaan dan tafsir Alquran, tafsir hadis, tulis menulis pegon (Arab Melayu), doa-doa, pembentukan karakter, dan keterempilan sehari-hari (cara menyuci dan menyetrika pakaian).
Untuk pengajar tidak usah diragukan kompetensinya. Para santri mendapat bekal ilmu dari 10 orang dewan guru alumni Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri. Pada semester empat, santri yang telah menghatamkan Quran dan Hadis akan mengikuti magang di majelis taklim. Mereka akan terjun langsung mengajarkan ilmu yang telah didapatkan. Jika dinyatakan lulus, mereka akan diberangkatkan ke Kediri untuk menjalani ujian akhir untuk menjadi muballighmuballighot di Ponpes Wali Barokah. Dalam mengikuti program ini, antusiasme santri cukup tinggi. Terbukti, saat dibuka pertama kali, jumlah santri hanya 20 orang. Namun, kini telah melonjak hingga 70 orang. Dengan pembinaan intensif sepeti ini, diharapkan para santri PGI menjadi generasi unggulan yang faqih dalam ilmu agama, memiliki akhlakul karimah, dan memiliki kemandirian. Disamping itu, mereka kelak menjadi muballigh dan muballighot yang akan menyebarkan ilmu agama ke segala penjuru nusantara dan dunia. (*)
IKLAN
IKLAN