BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL BAGI PNS MUSLIM Menuju Sukses Dunia Akhirat
Setiap pegawai wajib menjadi seorang yang menjaga kehormatan dirinya, berjiwa mulia dan kaya hati. Jauh dari memakan harta-harta manusia dengan batil, dari apa-apa yang diberikan kepadanya berupa suap walau dinamakan dengan hadiah. Karena apabila dia mengambil harta manusia dengan tanpa hak berarti ia memakannya dengan batil, dan memakan harta dengan cara batil merupakan salah satu sebab tidak dikabulkannya do’a. [Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf Al-Amanah : 23].
TANYA : ‘Bagaimana hukum
menggunakan fasilitas pemerintah yang kecil-kecil yang tersedia di kantor untuk keperluan pribadi, seperti : pena, amplop, penggaris dan sebagainya?.’ JAWAB : ‘Menggunakan peralatan negara
yang ada di kantor-kantor pemerintah untuk keperluan pribadi hukumnya haram, karena perbuatan ini bertentangan dengan amanat yang telah diperintahkan Allah untuk dipelihara, kecuali hal-hal yang tidak merugikan, seperti penggunaan penggaris, hal seperti ini tidak berpengaruh dan tidak merugikan. Adapun menggunakan pena, kertas, mesin ketik, mesin photo copy dan sejenisnya untuk keperluan-keperluan pribadi, maka hukumnya tidak boleh karena itu semua merupakan milik pemerintah.’ [Fatawa lil Muwazhzhafin wal ‘Ummal : 31-32]
TANYA : ‘Apa hukum gaji pegawai yang
tidak konsisten dalam bertugas dan tidak melaksanakannya dengan sempurna. Apakah gajinya itu haram atau halal?.’
JAWAB : ‘Gajinya mengandung
keraguan. Hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam tugasnya sehingga gajinya tidak mengandung keraguan, karena seharusnya ia melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan benar agar gajinya halal. Jika ia tidak mempedulikan, maka sebagian gajinya haram. Maka hendaklah ia berhati-hati dan bertakwa kepada Allah
subhaanahu wata'alaa.’
[Fatawa lil Muwazhzhafin wal ‘Ummal : 6]
Allah subhaanahu wata'alaa berfirman :
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (TQS. Al-A’raaf [7] : 96).
Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (TQS. ArRuum [30] : 41). Wajib atas setiap pegawai dan pekerja untuk menggunakan waktu yang telah
dikhususkan
bekerja
pada
pekerjaan
yang
telah
dikhususkan
untuknya. Tidak boleh ia menggunakannya pada perkara-perkara lain selain pekerjaan yang wajib ditunaikannya pada waktu tersebut. Dan tidak boleh ia
menggunakan waktu itu atau sebagian darinya untuk kepentingan
pribadinya, atau kepentingan orang lain apabila tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, karena jam kerja bukanlah milik pegawai atau pekerja, akan
tetapi untuk kepentingan pekerjaan yang ia mengambil upah dengannya. [Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf Al-Amanah : 11].
DAFTAR ISI 1. MUQADDIMAH ..... 1 2. MENSYUKURI NIKMAT PEKERJAAN ..... 1 2.1 KEWAJIBAN SYUKUR NIKMAT ....... 1 2.2 LARANGAN MEMINTA-MINTA DAN MENYANDARKAN DIRI PADA ORANG LAIN ..... 3 2.3 KEWAJIBAN MENAFKAHI KELUARGA ..... 5 3. KEWAJIBAN MENUNAIKAN AMANAH ..... 6 3.1 DEFINISI AMANAH ..... 6 3.2 DALIL-DALIL TENTANG KEWAJIBAN MENUNAIKAN AMANAH ..... 6 3.3 KEUTAMAAN MENUNAIKAN AMANAH ..... 7 3.4 BAHAYA KHIANAT AMANAH ..... 8 4. MENUNAIKAN AMANAH PEKERJAAN ..... 9 4.1 AMAHAH WAKTU ..... 10 4.2 AMAHAH TUGAS ..... 11 4.3 AMAHAH HARTA ..... 12 5. PROFESIONALISME DAN KEJUJURAN ..... 12 5.1 KRITERIA DALAM MEMILIH PEGAWAI ..... 12 5.2 KETIKA PROFESIONALISME DAN KEJUJURAN TIDAK BISA DIDAPATKAN BERSAMAAN ..... 13 5.3 MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME DAN MEMBANGUN KARAKTER AMANAH ..... 14 5.4 KETELADANAN PEMIMPIN ..... 14 6. NASEHAT BAGI YANG MENGURUSI KEPENTINGAN UMUM ..... 14 6.1 BERSUNGGUH-SUNGGUH MENGUPAYAKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT ..... 15 6.2 ADIL TERHADAP RAKYAT ..... 15 6.3 JUJUR DALAM KEPEMIMPINAN DAN TIDAK MENGHKIANATI RAKYAT ..... 16 7. MENJAGA KEHORMATAN DIRI ..... 17 8. GHULUL [KORUPSI] .... 19 8.1 DEFINISI GHULUL ..... 19 8.2 DALIL-DALIL TENTANG GHULUL ..... 20 8.3 HUKUM GHULUL ..... 20 8.4 BAHAYA GHULUL ..... 21 8.5 HUKUMAN BAGI KORUPTOR ..... 22 9. RISYWAH [SUAP] DAN HADIAH ..... 23 9.1 RISYWAH [SUAP] ..... 23 9.1.1 Definisi Risywah ..... 23 9.1.2 Hukum Risywah ..... 23 9.1.3 Risywah yang Diperbolehkan ..... 25 9.1.4 Sebab Diharamkannya Risywah ..... 25 9.1.5 Kesimpulan Masalah Risywah ..... 26 9.2 HADIAH ..... 26 9.3 PERBEDAAN ANTARA SUAP DENGAN HADIAH ..... 26 9.4 PEMBERIAN YANG DIPERBOLEHKAN DAN YANG DILARANG ..... 27 9.5 SOLUSI SUAP DAN HADIAH YANG HARAM ..... 28 10. ANTARA SYAFA’AT [BANTUAN] DAN KOLUSI ..... 29 10.1 SYAFA’AT YANG DIPERBOLEHKAN DAN DIANJURKAN .... 29 10.2 SYAFA’AT YANG DILARANG ..... 30 10.3 SYAFA’AT DALAM MENCARI PEKERJAAN ..... 31
11. MEMBANGUN KETAQWAAN DIRI ..... 32 11.1 DEFINISI TAQWA ..... 32 11.2 KEUTAMAAN TAQWA ..... 32 11.3 CIRI-CIRI ORANG YANG BERTAQWA ..... 33 12. MENCUKUPKAN DIRI DENGAN YANG HALAL ..... 34 12.1 MANFAAT HARTA YANG HALAL ..... 35 12.2 BAHAYA HARTA YANG HARAM ..... 37 12.3 ZUHUD DAN QONA’AH ..... 40 13. FATWA-FATWA KEDINASAN ..... 42 13.1 MEMANFAATKAN INVENTARIS UNTUK KEPENTINGAN NON-DINAS ..... 42 13.2 MEMPEKERJAKAN BAWAHAN UNTUK KEPENTINGAN NON-DINAS ..... 44 13.3 JAM KERJA ..... 44 13.4 MENGAMBIL UPAH TANPA KERJA ..... 44 13.5 BEKERJA DI DUA TEMPAT ..... 46 13.6 HADIAH UNTUK PEGAWAI ..... 46 13.7 TIDAK MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAIMANA MESTINYA ..... 47 13.8 KOLUSI ..... 48 13.9 MEMALSUKAN SERTIFIKAT ..... 48 13.10 RISYWAH [SUAP] ..... 49 14. KHATIMAH ..... 49 15. REFERENSI ..... 50