LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL
Wanita Dan Perjuangan Biografi: Nurtina Gonibala Manggo Oleh:
Nama : Rawisma Agow Nim : 231 410 077 Telah diperiksa dan disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Sutrisno Mohamad. S.pd, M.pd
Rudy Harold. S.Th, M.si
NIP. 197401212008011006
NIP. 197508302009121002
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
“Wanita dan Perjuangan” (Biografi: Nurtina Gonibala Manggo) Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014 ABSTRAK Rawisma Agow: 2014, “Wanita dan Perjuangan, Biografi: Nurtina Gonibala Manggo”. Di bawah bimbingan Sutrisno Mohamad. S.pd, M.pd dan Rudy Harold. S.Th, M.si), Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Skripsi ini ditulis memiliki tujuan tersendiri yaitu di mana peneliti ingin mengetahui 3 hal yang pertama adalah peneliti ingin mengetahui bagaimanakah peran Nurtina Gonibala Manggo dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan masyarakat Bolaang Mongondow melalui Kelaskaraan Banteng pada tahun 1945-1949?, kedua mengangkat kembali nilai-nilai patriotisme yaitu jiwa semangat yang termuat dalam semangat hidup dan perjuangan Nurtina Gonibala Manggo, ketiga untuk mengetahui bagaimana makna perjuangan peran Nurtina Gonibala Manggo di Kelaskeraan Banteng RI. Alasan peneliti mengangkat judul ini, karena peneliti merasa prihatin terhadap mata pelajaran Sejarah Bolaang Mongondow karena ketidakadaanya, maka dari itu saya mengangkat ini, Sehingga bisa dijadikan tempat pengetahuan lokal untuk menggali kembali wawasan kebangsaan yang berbasis sejarah lokal, karena beliau merupakan wanita pejuang dari daerah Bolaang Mongondow. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pendekatan Historis dengan Metodologi Penulisan Sejarah. Secara umum Nurtina Gonibala Manggo adalah seorang wanita pejuang di Bolaang Mongondow dan sebagai pemimpin Kelaskaraan Banteng khusus wanita. Beliau berjuang mempertahankan NKRI dari tangan Belanda serta kegigihan beliau dalam berjuang sehingga beliau pernah mengalami penyiksaan selama menjadi tahanan Belanda. Perjuangan juga merupakan posisi untuk pertahanan dalam terhadap perlawanan. Kata Kunci : Nurtina Gonibala Manggo, Peran Wanita Pejuang, Organisasi dan Kelaskaraan Banteng RI.
1
RAWISMA AGOW, 231 410 077 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL, SUTRISNO MOHAMAD, RUDY HAROLD.
Tokoh yang menjadi pelopor atau emansipasi kaum perempuan adalah R.A. Kartini (1879-1904) yang cita-citanya termuat dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Kehadiraan kaum perempuan telah memberikan warna tersendiri bagi dinamika kehidupan itu sendiri, kendati sumbangsih mereka lebih sering diklaim tidak sedahsyat dengan apa yang telah diraih kaum laki-laki. Di mana kaum wanita disamakan dengan barang-barang yang hanya dimiliki kaum lelaki dan juga hanya sebagai pemuas nafsunya belaka. Pendidikan kaum wanita hanya terbatas kepada hal-hal yang berhubungan dengan
kerumahtanggaan seperti,
mengurus rumah tangga, memasak, menjahit dan mengasuh anak. Akan tetapi pada zaman modern ini, kaum wanita telah jauh melangkah kedepan. Dunia ini didominasi kaum laki-laki, sementara perempuan semakin termaginalkan dalam masyarakat. Menjadi kelompok masyarakat tanpa eksistensi dan tidak mempunyai arti seiring dengan kehadiraan masyarakat di jagat ini. Dalam masyarakat Indonesia di masa penjajahaan, perempuan belum memiliki kedudukan sampai akhir abad ke-19. Keadaan tersebut, mendorong beberapa tokoh perempuan untuk memperjuangkan hak dan kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki. Keharusan perempuan untuk keluar dari rumah dan perlawanan terhadap poligami mulai diperjuangkan. Perlunya pendidikan penentangan poligami juga mulai diperjuangkan. Usaha terobosan terhadap perjuangan kaum perempuan ternyata datangnya dari kaum perempuan juga. Mereka menginginkan persamaan hak dan kedudukan yang setara dengan pria. Sejarah proklamasi kemerdekaan republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, kaum wanita telah ditegaskan bahwa kedudukan dan haknya sama dengan kaum pria, baik sebagai penduduk maupun sebagai warga negara. Persamaan hak tersebut telah dicatumkan dalam UUD 1945. Semuanya tidak mengadakan perbedaan antara pria dan wanita. Kaum wanita mempunyai hak pilih aktif dan pasif untuk pemilihan lembaga-lembaga. Kaum wanita mendapat kesempatan yang sama dalam mendapatkan pekerjaan di mana saja sesuai dengan kemampuanya seperti halnya dengan kaum pria. Demikian pula dalam bidang
politik, kesehatan, pendidikan, hukum dan hak untuk bertindak dalam hukum serta dalam bidang ekonomi. Wanita dalam narasi sejarah peradaban Bolaang Mongondow. Di mana wanita mempunyai sebuah posisi penting dalam kehidupan yang tak ada diskriminasi dan sebagai panutan atau contoh yang baik ditiru adalah tentang wanita yang bijaksana, kuat, mempunyai posisi penting dalam perpolitikan. Di Bolaang Mongondow pada masa kepunu‟an atau pada masa kerajaan, dimana wanita masuk dalam kelompok bogani (pemimpin) yang mayoritasnya adalah laki-laki perkasa dan pemberani. Bolaang Mongondow adalah daerah yang sangat menghargai peran wanita. Wanita adalah terbangunnya nalar kesetaraan gender pada rakyat Bolaang Mongondow. Perempuan adalah bagian penting dalam kehidupan di Bolaang Mongondow. Tak adanya diskriminasi dan konsisten seiring perjalanan waktu, ada bagian dari peran sejarah wanita yang sangat panjang di Bolaang Mongondow Zaman kepunu‟an (kerajaan) inde‟ dou menguasai perpolitikan Bolaang Mongondow. Di mana menurut cerita rakyat, hanya inde dou‟ inilah wanita yang mempunyai hak untuk menasehati punu‟ (raja) dan dia juga yang menetapakan Tadohe sebagai tuang (tuan) di Bolaang Mongondow. Ada beberapa srikandi yang mendominasi popularitas sampai pada prestasi politik. Beberapa srikandi ini, mempunyai usaha terhadap isu-isu yang berkembang dalam masyarakat. Sangat terlihat bahwa wanita adalah lawan politik untuk pria di Bolaang Mongondow. Literature-literatur tentang „ke-wanitaan-an‟ di Bolaang Mongondow. Masih sangat sedikit, mengumpulkan referensi tentang wanita di Bolaang Mongondow. Perempuan Bolaang Mongondow, derajatnya naik bukan dengan melakukan perlawanan atau pemberontakan. Seperti yang dilakukan, oleh Hana Arendt yang tak sepakat dengan totalitariansme Hitler. Marsinah dengan perjuangan yang menuntut hak-hak buruh, atau Cut Nyak Dien yang menggantikan suaminya yang sudah meninggal dan memimpin pasukan. Namun derajat para tokoh sejarah wanita Bolaang Mongondow, terbangun dengan budaya dan kesadaran akan posisi
penting wanita sebagai ibu, itulah yang membangun nalar rakyat Bolaang Mongondow terhadap posisi wanita. Kisah-kisah wanita Bolaang Mongondow. Seperti kisah Silangondo yang sangat memegang teguh adat budaya, sampaisampai menghukum mati kedua anaknya yang terlibat cinta terlarang. Lain juga kisah ina‟lie seorang perempuan penyayang yang sangat mencintai anak tirinya mokodoludut, dan mengikhlaskan anak tirinya mokodoludut sebagai punu‟ (raja) dan menyerahkan tanah Bolaang Mongondow ini sebagai milik Mokodoludut. Adapun kisah heroik seorang perempuan Bolaang Mongondow yang kuat dan bijaksana yaitu ba‟ai dou hasil dari dominasi cerita tentang ba‟ai dou‟ ini, sehingga masih ada yang menganggap bahwa ba‟ai dou adalah tokoh mistik yang hari ini masih menjaga tanah Bolaang Mongondow sehingga ba‟ai dou sendiri mendapat julukan “putri lindayang” atau putri yang mempunyai kemistikan yang tinggi. Berdasarkan dokumuen-dokumen yang di sita NICA, diketahui bahwa Nurtina Gonibala Manggo adalah sosok yang sangat berpengaruh dan merupakan salah satu pemimpin Kelaskeraan Banteng RI. Adapun jabatan Nurtina Gonibala Manggo dalam organisasi itu juga terdapat para “Heiho Jumpo” dan “Seinendan” yang berasal dari anak kandung (PSII) Partai Sarikat Islam Indonesia, dengan diberikan jabatan sebagai Sekertaris. Inilah perjalanan perempuan dalam kewilayahan Bolaang Mongondow yang
memperjuangkan
Kelaskaraan
Banteng
RI.
Maka,
patut
untuk
dikembangkan dalam sebuah tulisan. Berdasarkan ekspansi di atas maka menulis dilakukan penelitian dengan formulasi judul “Wanita dan Perjuangan” (Biografi; Nurtina Gonibala Manggo). METODE PENELITIAN Penelitian ini di laksanakan di Bolaang Mongondow, karena Nurtina Gonibala Manggo berasal dari daerah Bolaang Mongondow. Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu di bulan Juni 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pendekatan Historis
dengan Metodologi Penulisan Sejarah. Peneliti mengangkat judul wanita dan perjuangan, biografi Nurtina Gonibala Manggo. Data yang didapati dalam proses pengumpulan ini melalui informan yang mengetahui dengan pasti kisah perjalanan Nurtina Gonibala Manggo, adapun informan yang berhasil di himpun berasal dari kalangan yang berbeda-beda, di mulai dari kalangan budayawan, pemerhati sejarah, akademik dan keluarga Nurtina Gonibala. Dengan mengunakan tahapan Heuristik, kritik sumber, interpretasi, histiografi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Biografi Nurtina Gonibala Manggo Nurtina Gonibala Manggo adalah seorang wanita pejuang di Bolaang Mongondow. Di mana Nurtina Gonibala Manggo sebagai pemimpin Kelaskaraan Banteng khusus wanita. Beliau berjuang mempertahankan NKRI dari tangan Belanda serta kegigihan beliau dalam berjuang sehingga beliau pernah mengalami penyiksaan selama menjadi tahanan Belanda. Dan kenapa hanya Nurtina Gonibala Manggo yang ditangkap tentara NICA? karena Juga, kiprah Beliau sebagai salah satu tokoh sentral dalam Kelaskaran Banteng yang mempunyai wilayah pengaruh kuat dan sebagai pula otak dari pemberontakan terhadap Belanda. Nurtina Gonibala melaluinya untuk memperjuangkan apa yang dilakukanya dengan para sahabatnya tidak lain adalah wujud dari upaya pengabdian kepada daerah Totabuan Bolaang Mongondow, dengan harapan agar Bolaang Mongondow sejajar dengan daerah lain dalam kancah perjuangan fisik, demi mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Nurtina Gonibala Manggo adalah orang yang mendiami Desa Molinow, beliau lahir di Kelurahaan Molinow, Kec Kotamobagu tanggal 30 November 1917. Nurtina Gonibala Manggo adalah anak tunggal atau anak satu-satunya. Nurtina Gonibala Manggo mempunyai adik tiri, ayahnya yang kedua kali menikah. Karena dulu katanya ibu Nurtina Gonibala Manggo hamil muda dengan tidak suka melihat laki-laki yaitu suaminya sendiri, oleh karena itu suaminya pergi keluar rumah dan bertemu dengan wanita yang kedua dan dinikahinya.
Adapun nama-nama saudara tiri Nurtina Gonibala Manggo, sebagai berikut: 1. Muina Manggo (Alm) 2. Hamila Manggo (Alm) 3. Yaman Manggo (Alm) 4. Langsong Manggo (Alm) 5. Nurhayati Manggo 6. Ramli Manggo (Alm) 7. Nurjana Manggo 8. Nursia Manggo Masa kecil Nurtina Gonibala Manggo, masa belia ia sudah mengenal yang namanya organisasi. Seperti yang kita ketahui Nurtina Gonibala Manggo sudah mendapat didikan sekolah Bangsa Belanda, beliau yang baru berusia 9 Tahun sudah ada keberanian memimpin pasukan khususnya wanita, beliaulah yang paling muda dari ke empat wanita yang dipimpinya pasukan, karena keberaniannya itulah maka dia selalu dijuluki Nyonya Nurtina Gonibala Manggo dan mendapat pujian “wanita utama di kecamatan Lolayan” (saat itu Bolaang Mongondow belum memasuki tingkat II pembagian kabupaten). Nurtina Gonibala Manggo dan kawan-kawan belajar tentang ketrampilan seperti Morse Alphabet yaitu kode abjad dan garis sebagai pengganti huruf atau tanda baca dalam keperluan pengiriman pesan melalui telekomunikasi, Vlag Seinen/semofor yaitu tanda berupa bendera kecil, Cari Jejak, EHBO (Earste Hulp By Ongelukken), adapun kegiatan sosial lainya seperti pertolongan pertama pada kecelakaan, olahraga, dan kesenian. Yang paling utama ditanamkan jiwa patriotisme, cinta agama, bangsa dan tanah air. Nurtina Gonibala
Manggo sekolah di H.I.S (Holandsche Inlandsche
School) tingkat sekolah dasar (SD) yang di bangun oleh Bangsa Belanda untuk pribumi dan sekolah Kweeschool tingkat (SMP/SMK) yang di bangun oleh
Bangsa Belanda dengan sekolah formal. waktu itu Nurtina Gonibala Manggo pernah mengikuti kegiatan pemuda dan kepanduan atau di sebut kegiatan pramuka. Bapak Ramelan Joyoadiguno yang mendirikan cabang kepanduan Syarikat Islam Angkatan Pandu (SIAP). Anggotanya terdiri dari anak-anak murid HIS islamiyah dan BPPI se-daerah Bolaang Mongondow. Kepanduan ini di bagi dalam dua bagian yaitu pasukan pria dan wanita, pria dipimpin oleh Zakaria Imban dan Abdul R. Mokobombang, sedangkan wanita dipimpin oleh Nurtina Gonibala Manggo dan Fatma Mokobombang. Waktu itu, Bapak Zakaria Imban juga mendirikan Pemuda Muslimin Indonesia (PMI) cabang Bolaang Mongondow dan SIAP. Oleh karena kedua organisasi ini berjalan dengan baik, dibukalah ranting-ranting di seluruh daerah Bolaang Mongondow. Adapun nama-nama guru Nurtina Gonibala Manggo, sebagai berikut: a. Harsono Cokroaminoto b. Moh. Safei Wirakoesoema c. Haji Samanhudi d. Haji Oemar Said Cokroaminoto e. Ramelan Joyoadiguno f. Adampe Dolot 2. Peran Nurtina Gonibala Manggo dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Masyarakat Bolaang Mongondow dari Penjajahan Bangsa Belanda Pada Tahun 1945-1949 ? a. Syarikat Islam dan PSSI. Sebelumnya Nurtina Gonibala Manggo aktif di peran organisasi Syarikat Islam dan PSII. pada waktu itu Syarikat Islam dipimpin oleh Haji Samanhudi, yang kemudian di ganti oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto. Di bawah kepemimpinannya, Syarikat Islam sangat berpengaruh terutama di Pulau Jawa. Sebagai bahan pertimbangan ini, maka disesuaikan dengan perkembangan yang sedang berlaku di Minahasa. Di mana Bapak. J.F.K Damopolii dan Nurtina
Gonibala Manggo waktu itu sedang menjalankan tugas penyerahan pemerintahan Jepang Tondano. Dalam upacara hari selasa 21 Agustus 1945, Bapak J.F.K Damopolii dan Nurtina Gonibala Manggo bertemu dengan pimpinan pasukan Banteng Ma’Esa yaitu Bapak. N. Somba dan Rudolf Massie di Tondano. Pada tanggal 14 Oktober 1945 di hari minggu dan sore sampai larut malam diadakan suatu pertemuan pemuda di salah satu rumah yang di anggap sangat strategis dari segala segi. Pilihan tempat yang di anggap aman itu ialah dirumahnya Nurtina Gonibala Manggo. Menggapa diadakan dirumahnya Nurtina Gonibala Manggo? karena Bpk. J.F.K Damopolii adalah bekas pimpinan PSII, sedangkan pada saat itu beliau menjabat asisten wedana kerajaan Bolaang Mongondow. kemudian Nurtina Gonibala Manggo adalah tokoh wanita bekas pimpinan SIAP pada masa PSSI yang aktif sebelum 1942, Pertemuan berjalan lancar di bawah pengawalan pemuda. Meskipun sewaktu-waktu di lalui patroli NICA, dan berhasil membentuk wadah yang pada malam itu menjadi keputusan bersama, di beri nama: “Laskar Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow” 3. Pembentukan organisasi “Laskar Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow” Setelah pertemuan ini hingga larut malam berselang dua hari, maka J.F.K. Damopolii dan Nurtina Gonibala Manggo dalam suatu kesempatan mereka dapat bertemu dengan raja H.J.C. Manoppo. Mereka telah menyampaikan bahwa, di Bolaang
Mongondow
telah
terbentuk
wadah
pemersatu
perjuangan
mempertahankan proklamasi kemerdekaan republik Indonesia di Bolaang Mongondow, yang di beri nama oleh pemuda-pemuda di Molinow dengan nama “Laskar Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow”. Seperti yang telah di ketahui raja H.J.C Manoppo bahwa di Minahasa telah terbentuk “Pasukan Banteng Ma‟Esa”. Namun, pada tanggal 23 Oktober 1945 pada hari selasa jam 16.00 datang sebuah jeep polisi yang di bawah pimpinan inspektur polisi Y.van Beugen.
Bersama anak buahnya lengkap dengan senjata sambil mengeluarkan surat perintah dari Manado tentang perintah penangkapan J.F.K Damopolii. Yang kebetulan pada saat itu selain Nurtina Gonibala Manggo hadir pula Bapak Abdurrahman Mokobombang, mereka sedang berbincang-bincang tentang situasi dan keadaan latihan Laskar Banteng di rayon masing-masing. Ketika Bapak Y.F.K Damopolii keluar rumah menuruni tangga menuju mobil polisi, Nurtina Gonibala Manggo sempat bertanya, “Terus bagaimana?”. sambil berjalan ia menjawab pendek dengan tegas mengatakan ”pomolat, akuoi moiko, moiko akuoi” yang artinya “Teruskan, saya adalah kamu dan kamu adalah saya”. Suatu keistimewaan yang sangat mengugah hati yaitu ketika mobil mulai berjalan, di tengah-tengah bayonet terhunus suara Y.F.K Damopolii, yang masih sempat mengatakan semboyan atau sumpah Kelaskaraan Banteng sambil teriak “Merdeka atau Mati!” masyarakat yang mendengar suara itu secara spontan berteriak “sekali Merdeka tetap Merdeka”. 4. Nurtina Gonibala Manggo di tangkap dan di tahan Tentara NICA Berdasarkan dokumen-dokumen yang di sita NICA, diketahui bahwa Nurtina Gonibala Manggo adalah sosok yang sangat berpengaruh dan merupakan salah satu pemimpin kelaskaraan Banteng RI. Pada tanggal 30 Desember 1945, ketika Nurtina Gonibala Manggo sedang mengikuti pemakaman zenajah almarhum ayah P.U Kombo. Tiba-tiba sebuah truk polisi NICA memasuki pekarangan rumah duka. Zelfbestuur H.D Manoppo dan Mantri Manayang yang memimpin penyergapan itu kemudian menangkap Nurtina Gonibala Manggo. Hari itu juga Nurtina Gonibala Manggo dibawa ke kantor polisi dan diserahkan kepada inspektur polisi H.H.C Manoppo. Dengan pandangan penuh kebencian H.H.C. Manoppo berkata “kamu perempuan tidak tahu malu, jual diri kepada Jepang agar mendapat senjata, kamu tidak tahu bahwa suami sudah mati ditembak NICA. dasar anjing Sukarno, bukankah kamu di beri nama kehormatan ayahku, Raja L.C. Manoppo? (karena kedekatan L.C. Manoppo dan Nurtina Gonibala Manggo adalah kedekatan antara Raja dan rakyat serta dilain sisi juga
kedekatan sebagai sahabat, hal ini jauh sebelum pemerintah Belanda yang diboncengi oleh NICA masuk kembali ke Bolaang Mongondow, setelah Belanda masuk dengan bantuan NICA maka pemerintahan Raja Bolaang Mongondow dikuasai dan seluruh struktur kerajaan) rasakan, sekarang kamu jadi “Boke in Tutupan” (babi penjara)”. Setelah puas mencaci maki, H.H.C Manoppo memerintahkan dua orang polisi membawa Nurtina Gonibala Manggo kedalam penjara yang gelap, tanpa ada penerangan. Nurtina Gonibala Manggo dikeluarkan dari kamar gelap dan dibawa ke ruang pememriksaan Pada tanggal 4 januari 1946. Di ruang itu telah menunggu Zelfbestuur commite H.D.Manoppo. Dalam pemerikasaan Nurtina Gonibala Manggo tidak menjawab setiap pertanyaan yang diajukan H.D. Manoppo. Hal ini membuat H.D. Manoppo marah, ia mencaci maki dengan kata-kata kotor dan menyakitkan bahkan ia sempat melemparkan pistolnya kemuka Nurtina Gonibala Manggo. sampai hari keempat pemeriksaan Nurtina Gonibala Manggo tetap pada pendirian, tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Peristiwa merah putih 14 Februari 1946, banyak putra indonesia yang gugur. Dengan banyak ditangkapnya para pemimpin peristiwa 14 Februari kini situasi sudah mereda. NICA lebih berhati-hati dan lunak dalam bertindak. Banyak bekas tahanan 19 Desember 1945 yang tidak diharuskan melapor. Markas di desa Molinow pun dikosongkan dan dijadikan satu dengan markas KNIL di Kotamobagu. Sementara Nurtina Gonibala Manggo masih mendekam dalam penjara, berita-berita hangat mengenai situasi perjuangan selalu dikabarkan lewat utusan. Ia merasa seakan-akan berada tengah kawan seperjuangan. Ia tetap di tahan oleh NICA karena di tuduh sebagai pemimpin umum. Ia harus bertangung jawab atas terjadinya peristiwa 19 Desember 1945 yang menyebabkan J. Kambey terluka sehingga harus menjalani perawatan. Eksistensi Nurtina Gonibala Manggo di Kelaskaran Banteng sebagai salah satu
pejuang
wanita
yang
berjiwa
patriotisme
dan
militansi
dalam
mempertahankan NKRI dari Belanda. Hal ini dibuktikan dengan ditangkapnya
Nurtina Gonibala Manggo oleh Belanda dan mengalami penyiksaan fisik selama di penjara. Oleh karena itu kebangkitan nasional pada tahun 1908, membangkitkan jiwa semangat kebangsaan bagi rakyat, Sarikat Islam mengajak rakyat untuk bersatu dalam pergerakan kemerdekaan, itulah yang menyebabkan terdorongnya Nurtina Gonibala Manggo ingin
dan maju membela mempertahankan
kemerdekaan Bolaang Mongondow. Maka, semangat jiwa patriostme yang melatarbelakangi Nurtina Gonibala Manggo aktif dalam tubuh Sarikat Islam. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Perjuangan merupakan suatu usaha untuk meraih sesuatu yang diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan. Berbicara mengenai perjuangan, pasti dalam setiap perjuangan ada yang namanya pertempuran. Ada seorang jendral yang banyak berjasa bagi bangsa dan negaranya, pada saat dia wafat maka dia akan selalu di kenang oleh bangsa dan negara tersebut sebagai seorang pahlawan.
Bahkan
bakat-pun termasuk potensi diri yang sudah ada sejak lahir dan dapat ditemukan pada ciri–ciri fisik ataupun perilaku, kemampuan juga yang selalu ada pada sesorang tergantung tingkat kesanggupan melakukannya. Perbedaan bakat dan kemampuan pasti terjadi manakala antara manusia sedang bekerja dalam organisasi (perjuangan). Siapa saja yang sudah memilki kekuatan secara bakat maupun kemampuan mereka berharap mencapai kesempurnaan diri. Perjuangan juga merupakan posisi untuk pertahanan dalam terhadap perlawanan. Perjuangan adalah segala usaha yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai kemerdekaan. Pemahaman tentang peristiwa-peristiwa besar proklamasi serta semangat kejuangan menjelang proklamasi, yang rela berjuang tanpa pamrih adalah hal relevan yang mesti dikedepankan sebagai pemahaman generasi penerus saat ini dan untuk berikutnya.
Tapi mari kita, melihat wanita dalam narasi sejarah peradaban Bolaang Mongondow. Di mana wanita mempunyai sebuah posisi penting dalam kehidupan dan sebagai panutan atau contoh yang baik di tiru adalah tentang wanita yang bijaksana, kuat, mempunyai posisi penting dalam perpolitikan. Nurtina Gonibala Manggo adalah seorang gender dan sekaligus filosof wanita pejuang. Wanita adalah singkatan dari bahasa jawa (wani ditoto) sebutan yang digunakan untuk homo sapiens berjenis kelamin dan mempunyai alat reproduksi. Sedangkan perjuangan dapat diartikan salah satu wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran, dan konflik, perkelahian (merebut sesuatu) dalam peperangan, usaha yg penuh dengan kesukaran dan bahaya. Berdasarkan pendapat
Moedjanto (1988, 25) bahwa perlawanan atau
reaksi rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di nusantara sebelum tahun 1900 mempunyai ciri-ciri: a). perlawanan/ perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal, b). menggantungkan pada tokoh kharismatik, c). belum ada tujuan yang jelas. Sementara itu, perjuangan setelah tahun 1900 Setelah berdirinya Budi Utomo, adapun ciri-cirinya: a). perjuangan bersifat nasional, b). strategi perjuangan diplomasi, c) perjuangan dengan organisasi modern. Demikian juga ter-organisasi perlawanan rakyat terhadap tentara sekutu dengan tujuan yang sama mengusir penjajah, dengan nama-nama yang berbedabeda antara lain: Barisan Berani Mati di Gorontalo, Laskar Banteng di Bolaang Mongondow, Benteng Ma’Esa di Manado, Barisan Pemuda Indonesia di Minahasa. Dengan satu tekad “Merdeka atau Mati”. Berbicara tentang konsep The Contrak Social yang digagas oleh filsuf Jhon Locke dan ditambahkan oleh Montesqiue dengan asas pembagian kekuasaan yang sampai sekarang banyak digunakan dibeberapa negara, tidak menutup kemungkinan pula dibeberapa daerah di indonesia pada umumnya dan khusunya
Bolaang Mongondow. Inilah perjalanan perempuan dalam kewilayahan Bolaang Mongondow yang memperjuangkan Kelaskaraan Banteng RI. “Wanita dan Perjuangan, Biografi Nurtina Gonibala Manggo Dalam Forum Maupun Di luar Forum Dalam Buku Laskar Banteng”. 4.2 SARAN Dinamika perjalanan Nurtina Gonibala Manggo dan kawan-kawan yang berbalut dengan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan patut ditiru karena dengan jiwa semangatnya yang begitu besar terhadap kecintaannya pada daerah Bolaang Mongondow sehingga sanggup memperjuangkan kemerdekaan untuk Bolaang Mongondow kedepan. Khusus wanita Bolaang Mongondow, banggalah kita karena mempunyai seorang srikandi yang kuat dan mampu berjuang sampai berdarah-darah hanya demi mempertahankan kemerdekaan negara republik indonesia 17 Agustus 1945. Jika bukan perjuangan mereka hari ini kita masih dalam penjajahan. “Sejarah Perjuangan Kelaskaraan Banteng“ biografi, Nurtina Gonibala Manggo dan kawan-kawan terhadap perlawanan bangsa Kolonial. Agar kita semua dapat maklum bahwa. Sejarah merupakan peristiwa, tanpa diwarnai oleh pemikiran dan ide penulis, karena sejarah adalah obyektif dan murni. Apabila harta warisan ini tidak diselamatkan maka perjuangan kisah mereka akan terlupakan, maka kita sebagai pemerhati sejarah setidaknya hanya untuk mengisahkan kembali pejalanan kehidupan Nurtina Gonibala Manggo dan kawan-kawan
seperjuangan agar tidak hanya menjadi kisah dogeng tapi ini
adalah kisah yang nyata untuk diperjuangkan. DAFTAR RUJUKAN Arifin, ZainaldanIne, I. AmirmanYousda.( Bandung;tt:37). Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumber data.
Bobi E. Modeong.2012. Skripsi : Tinjauan Historis Tentang Sarekat Islam Di Kotamobagu. Universitas Negeri Gorontalo. Kota Gorontalo Dunnebier,W.1947, 'Het bemedicineeren van eendorp in het landschapBolaangMongondow (Noord Celebes)', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde104:201-211. 1984. Mengenal Raja-Raja Bolaang Mongondow. Intan Print. Surabaya Z.A Lantong.1996. Mengenal Bolaang Mongondow. U.D. Asli Totabuan. Kotamobagu Nurtina Gonibala Manggo, 2003. Sejarah perjuangan kelaskaran Banteng RI Bolaang Mongondow. Cakra Media. Jakarta Depdikbud.1997. Biografi Pahlawan Nasional Marthin Indey dan Silas Papare. CV.Putra Sejati Raya Paputungan. 2011. Negeri Totabuan Dalam Bayang-Bayang Bogani (Lanskap Budaya, Perilaku Politik dan Kekuasaan Orang Mongondow). Pustaka Felicha. Yogyakarta Sartono Kartodirjo.1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Helius Sjamsuddin, 2012. Metodologi Sejara, Ombak. Yogyakarta Kuntowijoyo.2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : PT. Benteng Pustaka 1978/1979 “Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Yogykarta”
Mokobombang, Saleh A “sejarah perjuangan 17 Agustus 1945, dan peristiwa 19 Desember 1945 di Bolaang Mongodow oleh Lasykar Banteng. Kotamobagu/Molinow, Taufik Abdullah dan Abdurachman Surjomiharjo.1985. Ilmu Sejarah dan Histiografi, Jakarta : PT. Gramedia Mokobombang, Aminulah.T “Napak tilas mengikuti jiwa dan jejak merah putih dalam perjuangan kemerdekaan republik Indonesia” http://www.googlesearch/djekkyrdjhot/perempuanpemicuperang ,tanggan akses 10 Mei 2014 http://www.googlesearch/Tokohtokohwanitadalamduniasejarah/JhoulHistoryCollecti on.htm
, tangan akses 3 Juni 2014