WASPADA 2,9 JUTA LEBIH PENDUDUK INDONESIA MENGIDAP HEPATITIS Kita tahu bahwa Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering muncul sebagai kejadian Luar Biasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik, sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena Hepatitis. Melihat kenyataan bahwa Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan mengglobal, maka pada tahun 2010 pada sidang WHA (World HealthAssembly) ke 63 di Geneva tanggal 20 Mei 2010, Indonesia bersama Brazil dan Colombia menjadi sponsor utama untuk keluarnya Resolusi tentang Hepatitis Virus, sebagai Global Public Health Concern. Usulan ini diterima dan keluarlah resolusi tentang Hepatits nomor 63.18 yang menyatakan bahwa : a. Hepatitis virus merupakan salah satu agenda prioritas dunia b. Tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Sedunia Semenjak keluarnya resolusi tersebut, setiap 2 tahun sekali dilakukan evaluasi tingkat global tentang respons Pengendalian Hepatitis bagi negara – negara anggota WHO. Guna untuk akselerasi program Pengendalian Hepatitis tingkat global, berdasarkan evaluasi respons semenjak keluarnya resolusi 63.18, maka Indonesia bersama 14 negara lain, pada Sidang WHA bulan Mei 2014, mengusulkan resolusi untuk pengendalian Hepatitis Virus, yaitu keluarlah resolusi 67.7 tentang Aksi Konkrit dalam Pengendalian Hepatitis. SITUASI HEPATITIS DI INDONESIA ?? Di dalam menggambarkan situasi Hepatitis di Indonesia, diambil sumber data dari Pusdatin Kemenkes dan hasil Riskesdas Badan Litbangkes yang dilakukan analisis sederhana secara diskriptif. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 sebagaimana dalam gambar dibawah ini bahwa jumlah orang yang didiagnosis Hepatitis oleh Tenaga Kesehatan berdasarkan gejala – gejala yang ada, menunjukan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dengan tahun 2007. Hal ini dapat memberikan petunjuk awal ke kita tentang upaya pengendalian dimasa lalu, peningkatan akses, potensial masalah dimasa yang akan datang apabila tidak segera dilakukan upaya – upaya yang serius.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 secara Nasional diperkirakan terdapat 1,2 % penduduk di Indonesia mengidap penyakit Hepatitis, dan kondisi ini meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun 2007, yaitu sekitar 0,6 %. Apabila dikonversikan ke dalam jumlah absolut penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 248.422.956 jiwa, maka bisa dikatakan bahwa 2.981.075 jiwa penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis. Dari grafik di atas juga dapat dilihat pada tahun 2007, lima provinsi dengan prevalensi Hepatitis tertingggi adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, NAD, Gorontalo dan Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 ada 13 provinsi yang memiliki angka prevalensi di atas rata-rata Nasional yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, NAD, Nusa Tengara Barat, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan.
Prevalensi Hepatitis jika dilihat dari beberapa kelompok usia menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase di setiap kelompok usia. Gambarannya seperti di bawah ini. Dari table di atas menunjukkan bahwa perbedaan peningkatan proporsi kelompok usia 5-14 tahun; 25-34 tahun; 35-44 tahun dan 45-54 tahun adalah yang tertinggi yaitu 0.6 %. Apabila kondisi di atas disandingkan dengan upaya Immunisasi yang telah dilakukan sejak tahun 2000 hingga tahun 2013, terlihat keadaan yang cukup kontradiktif, yaitu sejak tahun 2007 hingga tahun 2013 cakupan Immunisasi HB0 cukup signifikan peningkatannya, bahkan di tahun 2012 dan 2013 cakupan immunisasi melebihi target yang ditentukan. Namun disisi lain prevalensi Hepatitis dari tahun 2007 ke tahun 2013 juga meningkat di setiap kelompok usia.
Demikian pula dengan Immunisasi HB3 dimana Cakupan imunisasi HB3 sejak tahun 2009 telah mencapai target. Imunisasi Hepatitis B ini diberikan bersamaan dengan imunisasi DPT pada saat bayi berusia 2,3 dan 4 bulan. seperti terlihat pada gambar di bawah.
Di dalam 2 tahun lalu telah terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) dari penyakit Hepatitis A yang melanda beberapa Propinsi di beberapa Kabupaten. Kendati terjadi penurunan kejadian KLB, namun tetap saja perlu diwaspadai. seperti terlihat pada gambaran di bawah.
Berdasar gambaran diatas maka perlu adanya beberapa pertimbangan tentang beberapa hal, diantaranya: • •
•
Review kebijakan, strategi, indikator, target, dan capaian termasuk identifikasi faktor pendukung, dan penghambat Advokasi dan Sosialisasi kepada pemegang kebijakan tingkat pusat, propinsi, mitra potensial, masyarakat dan LSM. Mobilisasi sumberdana dan sumberdaya utk mendukung pelaksanaan kegiatan. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. Melakukan upaya peningkatan keterjangkauan akses layanan yang berkualitas