Volume 3 Edisi Desember 2007
lssN 1858-3032
ffiMmst
BALAI BAHASA BANDA ACEH
DAFTARISI PENGANTARREDAKSI
.......................
DAFTARISI
.....,,..,.....,...-...........
i
iii
Bahasa Daerah di Aceh dan Masa Depannya
RajabBahry
1
Terdapat 7 Bahasa di Provinsi NAD, Benarkah?
MuhammadToha
10
Kata Tugas Bahasa Aceh: Suatu Tinjauan Sintaktis dan Semantis Mohammad
Rizqi
22
Konstruksi Kalimat Majemuk dalam Bahasa Aceh . Syarifuh Zmiyati .: ........................
.
44
Logat Bahasa Indonesia Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dindin
Samsud.in
58
Kemampuan Berbahasa Pria Lebih Unggul dari Wanita, Bez arkah? (Strtdi Literatur Psikolinguistik) .............................. 97 Winci Firdaus Pungutan Kata Bahasa Arab dalam Bahasa Aceh 116
Baun Thoib Soaloon SCR ...............
Pemakaian Bahasa Aceh pada Media Luar Ruang Rahmat
"""""""'
"""""""""""""
Rancangan Silabus untuk Kursus Singkat Bipa di Nanggroe Aceh Darussalam Laila
Alhiknah.
136
150
Analisis Perilaku Tokoh dalam Novel Kuduslah Cintamu Dokter Karya Mira W
Nurhaida...........
159
lrl
r-'ffi-BAIIASA DAERAX{ DI ACEII DAN MASA DEPANNYA (KASUS BAI{ASA GAYO) R.ajab Bahry 1,
I-atar Betrakang
Bahasa daerah sebenamya telah mempunyai dasar hukum yang k-uat di Indonesia. Dalam penjelasan pasal 32 dan 36 IIIJD 1945 disebutkan bahwa (1) budaya bangsa adalah buah budinya [sic] seluruh rakyat Indonesia, (2) bahasa-bahasa daerah yang terdapat di seluruh Indonesia termasuk budaya bangsa, dan (3) unsur budaya bangsa tetap dihormati dan dipelihara oleh negara (Anonim, 2002). Dari penjelasan pasal ini terlihat betapa pentingnya bahasa daerah bagi bangsa lndonesia. Bangsa Indonesia telah mengakui bahwa bahasa daerah merupakan kebudayaan bangsa Indonesia. Selanjuh:rya, bahasa daerah lebih terasa penting lagi bila dikaji pembentukan negara kita yang terdiri atas bertragai suku yang notabene beragam trahasa daerah. Artinya, bahasa daerah masih dipelihara oleh penutur masing-masilg, sedanp5kan sebagai alat perhubrmgan antarsuk-u digunakan bahasa nasional.
Ada tiga hal fakta bahasa yang perlu dipahami di Indonesia. Di Indonesia lercatat 73'l bahasa daerah, ada bahasa nasional, dan juga ada bahasa asing. Ketiga kelompok bahasa ini memprmyai kedudukan masing-masing. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan dan sebagai bahasa negara. Kedua, selain bahasa lndonesia dan bahasa asing, bahasa-bahasa di Indonesia berkedudukan sebagai bahasa daerah, selain bahasa Indonesia dan daerah, bahasa-bahasa yang dig.rnakan di Indonesia berkedudukan sebagai bahasa asing. Kedudukan serta fungsi bahasa daerah telah dirumuskan dalarn Seminar Politik Bahasa pada tahr:n 1999 (Alwi, 2000). Bahasa daerah telah ditekpkan kedudukannya sebugll"i b*lrust daerah karena dalam kegiatannya bahasa daerah digunakan sebag:ri sarana penghubung dan pendukung kebudayaan di daerah. Ke
Darussalar-n. Bahasa Gayo,
jikr
tiitinjau dari politik bahasa
nasional,
berkedudukan sebagai bsbasa d:erah atau sama keduduka:uya dengan bahasa-bahasa yang ter-<ebar di seluruh nusantara. 1"1 Sebaran Gahasa Gayo Bahasa Gavo di gunakan oleh masyarak^at Gayo yang tersebar di lima
kabupaten, yakni
A;eh Tengah, Eener N4eiah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Kakglpot Volrt;-re 3 Edisi Desember 2007
dan Aceh Tamiang (dapat dilihat dalam peta bahasa). Masvarakat di kabupaten Aceh Tengah. Bener Meriah. dan Galo Lucs pada'umumnya
penutur bahasa Gayo, sedangkan penutur bahasa Gayo di Aceh Tenggara dan Aceh Tamrang hanya sebagian kecil saja. Dialek bahasa Gayo belum diketahui secara pasti karena penelitian
ilmiah tentang dialek Gayo belum pernah dilakukan secra serius. Masalah dialek Gayo hanya sering disebut-sebut dialek Gayo Lut, dlalek Gayo Deret, dan dialek Lukup, istilah ini sering ditemukan pada skripst mai.rastswa. 1,2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Gayo Fungsi bahasa Gayo sama dengan fungsi bahasa daerah yang atia di nusantara karena semua balrasa di Indonesia selain bahasa lndonesia dan bahasa asing berk-edudkan sama. Oleh karena itu, pembahasan fungsi bahasa Gayo sama dengan pembahasan fungsi bahasa daerah lain. Fungsi bahasa
daerah yang dirumuskan dalam Seminar politjk Rahasa adalah (ll laiabang kebanggaan daerah, (2) iarrbang identitas daerah, (3) alat perhubungan dI dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4) sarai.;a, pendukung bridaya daerah dan bahasa L:donesia, dan (5) penCuk-ung sastra daerah dan sastra Indor-resia. Fungsi bahasa tiaerah ini sangat ideal lerena setiap sukr: di lndonesia Capat
mengembangkan bahasa daerah masing-niasing. Selain itu, rialam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa daereh bcrlungsi sebagei {l ) pendukring bahasa Indonesia, (2) bahasa pengantnr pada tlngkat perrnuiaan di Caefah tertentu untuk rnemperlancar penga.jarar, bahcsa Ind,.rrresra ij3dalau pele;aran lain. clan (3) sumber kebahasaan uiriuk untuk menperkaya baha:;a Indonesra. 1,3 Keadaan Bahasa Daerah
N4ichel Krauss (ibrahim, 2006) rnengeiompolikan bahasa-bahasa di iiunia kr dalam trga tipologr, yakri { I ) bahasa-b.rti.,.a I,rng p:rn':h {.ntt>ribtityJ |,rvi.;i.ages). iZi bshrsa yang terancain purnh (.cu!.*::::rr,t! !,tr :.;:t:q:c::). ,.1:.::
f i i'*t'25s-!s\3.a larrg masrh aman 1::ole /,.,., .r;. ,, r;-h-. , -.1r! riikaiegor:kan Krauss sebagai narihttnd adltrrh r.r,-,hilsa v;nc ii,:ial{ i:j!,, dinela;ali oieh anak-anak sebagar bahasa ibun)ra: ti;r}:r:,:r iorr,".go., J,: ",.,,1rr,,, adalah bahasa yang rneskipun sekarang masih tlipgir,;;, ..rcir ari,.k-acl,x .:!:ari ditillggalkan anak-anak pada masa akan d"r.r,,,,: i:1,-,:: 1r.;g sr::? :.cj.:'laj. hahasa yang mendapai sokongarr kLrat dari pe,T':r', irt.,,i. ,r::r 1emi1j1.i 6;11111|1 yang hesar.
Krauss juga menyatakan bahwa dal I {,, l3C bahasa yaitg ada :ii riunia, 13.000 di antaranya terrltasuk karesu:i . ,.;.,rr,rC. S.r..i_r iii: diejuga memperkirakan + 2.400 bahasa yang masu!: kale,:ctri qntlanzcred. p e.Lasa
.vaijg berkategori enriangeret! umurnr.\ a 5-. :i,
l,,i;., d,
iigkgloot Volun.re 3 Edisi Dqse,::'!er 20i!l
negara yang
multibahasa. Selain itu, bahasa yang befuategoi safe sekitar 600 bahasa dan umumlya bahasa ini bahasa resmi juga mempunyai penuhrr di atas satu juta.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang tergolong endan[ered umumnya bahasa yang berkedudukan sebagai bahasa daerah 1.4 Keadaan Bahasa Gayo
Keadaan bahasa Gayo akan ditinjau dari tiga aspelq yakni dan segi jumlah penutur, sikap penutur, dan kedudukannya. pertama, jumlah penutir bahasa Gayo termasuk kecil. Penutur bahasa Gayo di lima kabupaten yang ada di NAD diperkirakan belum sampai satu juta (penulis belum menemukan data yang pasti dari hasil sensus). Jumlah ini termasuk jumlah yang riskan terhadap kepunahan bahasajika sikap penutur terhadap bahasa tid;k p;sitil. Kedua, sikap penutur terhadap bahasa Gayo saat ini ada gejala yang mengkhawatirkan. Penutur bahasa Gayo yang tinggal di perkotaan banyaf yang tidak menggunakan bahasa Gayo dalam lingkungan keluarga. Artinya, komunikasi dengan anak banyak yang menggunakan bahasa Indonesia (ada fenomena yang teqadi bahwa mereka berpendapat anak akan lebih berhasil di sekolah jika komunikasi di rumah,tangga bahasa lndonesia). Ketiga, kedudukan bahasa Gayo (termasuk bahasa_bahasa daerah yang lain) tidak sama dengan yang dipunyai bahasa Indonesia (bahasa nasional) sehingga banyak orang yang tidak merasa khawatir walaupun trdak mempelajarinya. Ketidakkhawatiran ini disebabkan oleh ketidaktahuan akan fungsi bahasa daerah sehingga mereka mencari bahasa yang lain yang menurut mereka mempunyai nilai "yang lebih',. padahal, bahasa daerah harui dipela.lari sebagar jati diri seseorang dan merupakan alat berkompetisi pada tingkai lokai; bahasa Indonesia harus dikuasai sebagai alat komunikasi nasional dan alat berkompetisi secara nasional; dan juga bahasa asing dipela;ari sebagai alat berkornpetisi seeara global. 1.5 tr{asalah bahasa Gavo .Ada beberapa pennasalahan yang dihadapi bahasa Gayo antara larn
(1)_ sumbangan terhadap bahasa Indonesia
kedudukan yang sr'rategis,
kecil, (2) tidak mempunyai (3) jumlah penutur kecil, (4) persentase penutur
bahasa Gayo semakin kecil (5) tidak berwibawa atau kualitas bahasa penutr.r rendah, dan (6) perhatian pemerintah kurang.
Masalah yang perlu dipikirkan yang berkaitan dengan bahasa daerah, termasuk bahasa Gayo, adalah bagaimana menjaga agar bahasa daerah tidak punah. Masaiah ini perlu dipikirkan karena bahasa daerah tidak mempunyai kedudukan seperti yeng dimiliki bahasa Indonesia. Jika bahasa daerah dapat dipertahankan keberadaannya, kita baru dapat berharap bahwa bahasa daeiah
Kgkglpoi Volume 3 Edisi Desernber 2007
mampu memperkokoh ketahanan budaya bangsa (Lakitan, 2003). Oleh karena itu, usaha untuk melestarikan bahasa daerah perlu dilakukan. 2. Sumbangan Bahasa Gayo Terhadap Bahasa Indonesia Kecil Selama ini sumbangan bahasa Gayo terhadap bahasa Indonesia kecil. Kecilnya sumbangan bahasa Gayo terhadap bahasa Indonesia karena faL1or luar dari bahasa. Femandes (1988) mengatakan bahwa fai'1or yang
menentukan sumbangan Bal.rasa Daerah terhadap Bahasa Indonesia antara lain faktor budaya, sejarah bahasa, jumlah penutur, tingkat frekuensi pemakai, interaksi sosial para birolcrat, masyarakat pers dan media masa yang menggunakan BD itu. Jika dikaji secara mendalam, faktor-faklor yang disebutkan di atas sangat jauh dari bahasa Gayo, kecuali faktor budaya (terutama keseman didong dan saman) yang sudah dikenal secara nasional. Faktor sejarah bahasa Gayo belum banyak diteliti, jumlah penutur sedikit, tingkat frekuensi pemakaian pcmakai rendah, interaksi sosisal para birokrat jarang, masyarakat pers dan media tidak menggunakan bahasa Gayo. Faktor ini sangat merugikan bahasa Gayo karena penutur dan juga masyarakat lain tidak tertarik unluk memahami sekaligus untuk meneiiti bahasa Gayo. Oleh karena itu, penutur bahasa Gayo harus menyadari betul ha1 im. Namun, jika penutur sadar akan kedudukan dan fungsi bahasa daerah (bahasa Gayo), keadaan ini tidak akan menyebabkan punahnya bahasa Gayo 2.1 Tidak Mempunyai Kedudukan yang Strategis
Bahasa Gayo (termasuk bahasa daerah lain) tidak mempunyai kedudukan yang strategis sehingga suirt menjadi bahasa yang aman (sufe languges). Pada umumnya bahasa yang aman adalah bahasa rcsmi rtau bahasa nasional. Akan tetap:i, bahasa daerah (termasuk bahasa Gayo) sebagai salah satu penunjang budaya daerah harus ciipelihara.
llahasa yang tidak mempunyai kedudukan yang strategis akan merrjadi berbaha-va jika masyarrkat penutumya tidak sadar. Banyak masyarakat yar.lg merasa acuh tak acuh terhadap bahasa daerah. Bahasa sepertr ir:i biasanya hanya digunakan sebagai alat komunikasi dan bukan sebagai alat berpiicr dan alat ru.rtuk berekpresi. Oleh karena itu. masyarakat Gayo harus berusaha menjadikan hahasa Gayo sebagai alat berpikir dan alat mengekspresikan diri selain juga sebagai alat koinunikasi. Konsep ini dapat dilakukar,iil:e q35:1131 bahasa dikaitkan dengan kegiatan adat, misalnya, dalam peiaksanaan perkawinan- Daiam adat perka*,inan Gayo biasanya ada melengl:tn (acara penyerahan mernpelai dengan menggunakan bahasa sastra) dan jr-rga diadakan rlldorg. Narnun, sekarang ini sudah banyak acara perkawinan (terutama di kota) dengan hanya
Kekelpol Volume 3 Edisi Desember 2007
mengrmdang "organ tunggal" yang pelaksanaarmya sudah sama dengan pertunjukan kesenian nasional. 2.2 Jumlah Penutur Sed!kit
sekitar 4,5 juta jiwa yang terdiri atas sepuluh bahasa daerah. Penutur bahasa di NAD yang terbanyak menggunakan bahasa Aceh. Penutur satu bahasa daerah di Aceh (kecuali penutur bahasa Aceh) trdak ada yang mencapai jun ah satu juta penutur. Sementara itu Ferguson (1971) mengisyaratkan bahwa bahasa yang didul:ung kurang dari satu juta penutur makin lama makin menyusut jumlah penutumya. Dengan dernikiaii, penutur yang sedikit ini akan menyebabkan pernakaian bahasa bekurang dan bah'xan hilang j ika tidak diantisipasi. lJerdasarkan keadaan ini, bahasa-bahasa di Aceh yang merasa "aman" dari kepunahan hanya bahasa Aceh. Semertara itu, bahasa-bahasa yang lain, termasuk trahasa Gayo kemungkinan prurahnya masih tinggi karena jumlah penutumya sedikit. Fenulis yakin bahasa Gayo masuk daian.r kategon bahasa yang ierancam ptnah (endangered Languages). Aiasannya, sekarang bahasa Gayo memang masih digunakan, namun gejala pcnurunan jumlah penufi:r pedu diwaspadai. Srkap penutur bahasa Gayo yang sudah muiai menggunakan bahasa lain di hngkungan keiuarga memungkinkan pada masa yang akan datang anak mereka tidak lagi menggunakan bahasa Gayo. Akan tetapi, keadaan rni sebenamya fidak periu dikhawatirkan jika masyarakat Gayo memahami iungsi bahasa Gayo dan meiaksanakannya dengan konsisten. Dalam konteks ini masyarakat Gayo harus mempunlai Penduduk
di NAD
siicap bahasa yang positif yak;li, bahasa Gaya harus dipelajari dan digunakan sehagai jati diri dan alat kompelisi pada tingkat lokal, bahasa Indonesia harus digunrkan yang baik dan benar sebtgai alat kompetisi patla Iingkat nasional, dan bahnsa a.ti g harus dipelajari sebagai alat kompetisi pada tingfutt global. Penerapan konsep ini dapat dilahrkan dengan ciengan pen,.uluhan bahasa daii Pusat Bahasa,Balai Bahasa. 2,3 Fersentase Penutur Semakitr Kecii Persentase penutur bahasa Gayo semaikn memrrun! walaupun jumlah
penutur bertambah.
Ilasii
sensus penduduk 1990 secara nasional
menunjukkan bahwa dan junlah penriuduk Indonesia yang usianya lebih dari iinra iahun sekitar 174.303.277 jiwa dan tidak kurang 14.8a/o atau 25.000.145 jru,a yang trerbahasa rbu bahasa indonesia. Akan tetapi, jumlah penduduk yang menggunakan bahasa ibu bahasa Indonesia berkrsar 18,7olo atau 32.606.330 j:iwa. ini berarti bahwa sebagian orang yang berbahasa ibu bahasa daerah, yait'.r 6.832.185, tidak lagi menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehan-hari.
Kckalpol Volume 3 Edisi Desember 2007
Walaupun _ ketahui, penulis
sensus yang pasti tentang bahasa Gayo tidak penulis yakin keadaan ini dialami juga oleh penutur bahasi Gayo. Gejala yang terlihat dalam masyarakat Gayo, terutama di kota dan di perantauan, banyak yang tidak menggunakan bahasa Gayo dalam linghrngan rumah tangga. Keadaan ini sudah pasti akan memrunkan persentase penutur bahasa Gayo, sekalipun jumlah penutur bertambah. Selain penurunan penutur, penggunaan bahasa Indonesia di rumah tangga juga mempunyai pengaruh terhadap sastra daerah. Sitanggang (199g) mengatakan bahwa faktor penghambat perkembangan sasha daerah di antaranya adalah generasi muda cenderung merasa iebih bangga atau bergengsi menguasai bahasa Indonesia daripada menguasai bahasa daerah. Dengan demikian, mereka memilih bahasa Indonesia di lingkungan rumah tangga. Akibatnya, ada masyarakat yang tidak lagi mampu menguasai bahasa daerah.
Fada bulan Agustus 2007 penulis mengadakan penluluhan di Takengon, Bener Meriah, dan Blangkejeren. penulis melihat banyak sekali anak-anak SD yang sambil berjalan ke sekolah menggimakan bahasa Indonesia" Seiain itu, penuiis juga bertanya kepada beberapa orang tua tentang bahasa yang digunakan di rumah. Jawaban yang diperoleh banyak yang menggunakan bahasa Gayo, namun banyak juga yang menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan bahasa Gayo pasti akan di dapat oleh anak daiam pergaulannya nanti. Hal ini mengrsyaratkan penurunan persentase kebahasaan
bahasa Garr,o dan sekaligus penurunan L-ualitas bahasa.
2.4 Kurang Berwibawa
Bahasa Gayo kurang berwibau,a karena keberadaan bahasa Gaya baru berbentuk bahasa lisan dan belum masuk kancah bidang ilmu. Bahasa
yang berwibawa adalah bahasa yang digunakan dalam bidang ilmu,
pereiagan*an, dan teicnologi. Selain itu, bahasa yang berwibawa adaiah hahasa vang stidah mempunyai aturan secara terbulis dan.;uga yang paling penting di-iaga oieh penutumya dengan baik sehingga memilikr p€r€ncanaa.r,l yang jelas. Kea
bahasa Gayo belum terdokumen sehingga masyarakat Gayo hanya menggunai
Untuk peningkatan kervibawaan bahasa Gayo, masyarakar dengan pemerintah harus berusaha menjaga bahasa Gayo
Itckelpot Volume
-1
Edisi Desember 2007
pembuatan tata bahasa Gayo secara lengkap dan juga perencanaan bahasa serta melakukan penluluhan bahasa. Selain itu, penggalian budaya Gayo secara ilmiah harus dilakukan sehingga bahasa dalam budaya Gayo akan terdokumentasi. 2.5 Perhatian Pemerintah Sangat
Kurang
Perhatian pemerintah terhadap bahasa Gayo kurang. Artinya, usaha untuk melestarikan dan meningkatkan derajad bahasa belum diperhatikan. Bahasa dapat bertahan dari kepr.rnahan dan dapat berwibawa jika penutur dan pemerintah memeliharanya. Secara politik bahasa nasional, bahasa daerah diakui sebagai bagian dari kebudayaan nasional sehingga bahasa daaerah merupakan kekayaan
nasional. Karena merupakan kekayaan nasional, bahasa daerah wajib dipelihara oleh negara. Dalam Undang Undang Otonomi Daerah tahun 1999 disebutkan bahwa pemeliharaan bahasa daerah diserahkan kepada daerah
@awa: 2003). Berdasarkan undang-undang
ini,
pemerintah
daerah
mempunyai tugas dalam pengembangan dan pemeliharaan bahasa daerah. Kenyataan yang kita jumpai di daerah Gayo (uga termasuk di NAD) tidak sesuai dengan rmdang-undang otonomi daerah yang telah digariskan.
Peneliti tidak memprnyai data tentang usaha pemerintah daerah dalam peningkatan atau pelestarian bahasa daerah. Namun, sepengetahuan peneliti kajian tentang bahasa-bahasa daerah di daerah Gayo selama ini umumnya benrpa penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Sebagai contoh, penulis sudah membuat Kamus Gayo Lues - Indonesia sejak tahun 2000 2005. Penulis ajukan kepada Pemda Gayo Lues dan ke BRR tahun 2006 untuk dicetalg namun sampai sekarang tidak ada realisasi. Contoh kecil ini merupak bukti betapa kurangnya perhatian pemerintah Gayo terhadap bahasa.
-
2.6 Upaya Pemeliharaan Bahasa Gayo
l.
2. 3. 4. 5. 6.
Tumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap bahasa daerah. Gunakan bahasa daerah sebagai identitas daerah, misalnya lambang, dan terapkan fungsi bahasa daerah di daerah Gayo. Usahakan agar masyarakat di daerah Gayo bangga terhadap bahasa daerahnya.
Usahakan peningkatan mutu pemakaian bahasa Gayo (daerah lain) melalui penluluhan bahasa. Dukungan dari pemerintah daerah dalam bidang kebahasaan dan kesastraan.
Penelitian dan pengembangan bahasa dan sasha Gayo harus dilakukan dengan giat.
Hpkelpot Volume 3 Edisi Desember 2007
7. 8.
Pembenan penghargaan terhadap insan yang bergerak dalam bidang bahasa dan sastra Gayo.
Ada ke4a sama antara Pemda dengan pusat Bahasa, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten (hal ini sudah banyak dilakukan di provinsi lain).
3. Simpulan Penulis berpendapat bahwa masa depan bahasa Gayo ada di tangan masyarakat penutur bahasa Gayo dan pemerintah. Masyarakat Gayo harus
memahami bahwa kedudukan dan fungsi bahasa Gayo sama dengan kedudukan dan fungsi bahasa daerah iain di seluruh Indonesia. Oleh karina itu, masyarakat tidak perlu merasa rendah diri menggunakan bahasa daerah, kecuali dalam konteks resmi yang mengharuskan menggunakan bahasa Indonesia. Pemerintah daerah juga harus menyadari bahwa dengan berlakulcrya otonomi daerah, salah satu kewa.jiban adalah memelihara budaya daerah yang di dalamnya termasuk memelihara bahasa daerah. pemerintah kabupaten
yang mempunyai penutur bahasa Gayo hanrs memelihara bahasa daerah Gayo dengan cara pengkajian, penelitian, danjuga penyuluhan bahasa Gayo.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dan Sugono, Dendy (Ed). 2000. Politik Bahasa;
Risalah
Seminar Politik Bahasa, Jakafta: Pusat Bahasa Diknas
Alwi,
Hasan. 2000. Pelestanan Bahasa Daerah, dalam Bahasa Indonesia
dalam Era Globalisasi, Jakarta: Depdiknas
Anonim, 2002. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Surabaya: Bina pustaka Tama
I Wayan. 2003. Perkukuh Budaya Bangsa dengan Memantapkan Peran Bahase Daerah,MakalahKongres Bahasa Indonesra VIII, Jakarta
Bawa,
Fernandez, I.Y. 1998. Perkembangan Pengaruh Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia, dalam Bahasa Indonesi.a Menjelang 2000, Jakarta: Depdiknas
Ferguson, Charles. 1971. National Sociolinguistics Profile Formula, dalam William Bright (Ed.) Sociolinguistics. New york: Mouton & Co.
Ibrahim, G.A. 2006. Beberapa Bahasa
di Maluku (Itara Akan punah.
Makalah Seminar Pelestarian Bahasa Daerah, Jakarta
Kgkelpot Volume 3 Edisi Desernber 200?
Iakitan, Benyamin. 2003. Peran bahasa dan Sastra Daerah
dalam
Memperlatkuh Ketahanan Budaya Bangsa, Makalah Kongres Bahasa Indonesia
VIII, Jakarta
Sitanggang, S.R.H., 1998. Kehidupan dan Masa Depan Sastra Daerah di Indonesia, dalam Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000, Iakzrta: Depdikbud Sugono, Dendy, 2003. Laporan Pelaksanaan Putusan Kongres Bahasa Indonesia VII, LaporxtKongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta
Kgliglpot Volume 3 Edisi Desember 2007