AUSTRALIA AWARDS INDONESIA ANNUAL PROGRESS REPORT Volume 02 (Bahasa Indonesia)
AUSTRALIA AWARDS INDONESIA ANNUAL PROGRESS REPORT Volume 02 (Bahasa Indonesia) © Commonwealth of Australia 2013. This work is copyright. Apart from any use as permitted under the Copyright Act 1968, no part may be reproduced by any process without prior written permission from the Commonwealth. Requests and inquiries concerning reproduction and rights should be addressed to the Commonwealth Copyright Administration, Attorney–General’s Department, Robert Garran Offices, National Circuit, Barton ACT 2600 or posted at www.ag.gov.au/cca Diterbitkan oleh Australian Agency for International Development (AusAID), Jakarta, Juli, 2013 Dikoordinasi dan diedit oleh Andrea Lucman Data dikoordinasi oleh Oke Trianto
Ditulis oleh Margaret Agusta
Foto–foto oleh Jim Hendro Kaunang Dirancang oleh Bobby Haryanto Dicetak oleh RumahCetak Data dan foto–foto Endeavour Scholarships and Fellowships oleh Department of Industry, Innovation, Climate Change, Science, Research and Tertiary Education (DIICCSRTE) Australia Awards Indonesia Annual Progress Report Volume 02 – Bahasa Indonesia Diterbitkan oleh Australian Agency for International Development (AusAID), Jakarta, Juli, 2013 Diterjemahkan oleh Endang Maliki Diedit oleh Andrea Lucman
/1
Pengantar AUSTRALIA AWARDS merupakan bukti komitmen Pemerintah Australia dalam penganugerahan beasiswa dan dalam membangun hubungan berkelanjutan dengan negara–negara tetangga. Di Abad Asia ini, Australia perlu memperdalam keterlibatan regional melalui peningkatan tautan industri, pendidikan dan penelitian serta penguatan hubungan antar warga.
Daftar isi Sekilas fakta Tinjauan Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards Data Australia Awards Daftar istilah
2 7 11 23 40
Karena itulah, melalui Australia Awards, Australia dan para tetangganya dapat membangun hubungan dari dasar dengan mendukung generasi baru pemimpin regional yang memiliki ikatan dengan Australia, demikian juga melalui dukungan bagi warga Australia terbuka terhadap kawasan Asia dan telah berpengalaman langsung di wilayah tersebut. Sebagian besar alumni Australia Awards memelihara hubungan yang erat dan dekat dengan satu sama lainnya dan dengan warga Australia, menjembatani hubungan profesional, pribadi dan masyarakat. Demikian juga dengan alumni yang telah kembali ke tanah air, mereka merupakan sumber itikad baik bagi Australia. Australia Awards mencakup beasiswa dan fellowship internasional yang ditawarkan oleh Australian Agency for International Development (AusAID) serta beasiswa internasional yang ditawarkan oleh Department of Industry, Innovation, Climate Change, Science, Research and Tertiary Education (DIICCSRTE). Saya memiliki kesempatan untuk bertatap muka dengan banyak alumni Australia Awards di seluruh Indonesia, dan sejak dulu saya mengagumi komitmen dan dedikasi mereka untuk ikut serta membangun kemajuan negara mereka. Australia Awards akan meningkatkan keterlibatan Australia di Asia lebih jauh lagi menyusul komitmen Perdana Menteri dalam menyediakan 12.000 penghargaan untuk warga Asia dalam jangka waktu lima tahun melalui Asian Century White Paper—komitmen jumlah penghargaan jangka panjang pertama bagi Asia.
Pada tahun 2011, 647 Australia Awards telah dianugerahkan kepada warga Indonesia dan kepada 7 warga Australia untuk menempuh pendidikan lebih lanjut di Indonesia. Ini menempatkan Indonesia sebagai penerima Australia Awards bilateral terbesar di seluruh dunia. Laporan Australia Awards Indonesia Progress Report Volume 2 melihat dampak menyeluruh Australia Awards di Indonesia. Data yang tercantum dalam laporan ini terkait tahun kalender 2011. Namun demikian, sebagian besar kisah–kisah alumni berikut mencakup jangka waktu yang lebih luas yang menggambarkan manfaat–manfaat jangka panjang dari penghargaan yang didapat oleh perorangan dan masyarakat di sekitar mereka, termasuk juga manfaat bagi hubungan Australia dan Indonesia dalam cakupannya yang lebih luas. Saya ingin menyampaikan penghargaan atas sumbangsih seluruh alumni Australia Awards dan dukungan yang mereka peroleh dari organisasi–organisasi mereka di Indonesia. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada staf yang bertanggung jawab atas Australia Awards di Indonesia, terutama staf AusAID dan DIICCSRTE atas jerih payah mereka dalam menerbitkan laporan yang sarat informasi ini.
Greg Moriarty Duta Besar Australia untuk Republik Indonesia
Jumlah penerima Australia Awards untuk Indonesia di 2011
654 15%
yang mewakili angka Australia Awards secara global
Tiga negara penerima terbanyak di 2011
Indonesia Vietnam Papua Nugini
160
59%
25%
negara yang didukung oleh Australia Awards
penerima Australia Awards untuk Indonesia jangka panjang
bidang studi yang dipilih masuk dalam kategori ‘reformasi birokrasi dan administrasi’
Alumni Australia Awards pada Professional Development Activity (Kegiatan Pengembangan Profesional) di Ambon, Maluku.
/4
/5
ANNOUNCEMENT
PROGRAM
STUDENT SELECTION
PRE–DEPARTURE CONTACT
• Developing policy & guidelines • Establishing desired program outcomes • Managing contracts with stakeholders • Developing and managing scholarship online systems • Incorporating feedback from alumni into program creation • Promotional activities • AusAID: (Creation and Review) liaising with partner governments to identify development objectives and capacity gaps and needs
• Applicants learn about awards through promotion (employer, newspaper, radio, media releases, etc.) • Education institutions promote awards • AusAID: Posts conduct in–country promotion, targeting candidates in fields that align with the country’s development objectives
• Applicants submit award application form • Arrange selection panel • Eligibility checks & shortlisting • Selection and ranking of applications • All successful and unsuccessful applicants notified of the outcome • AusAID: Applicants shortlisted against country profiles and areas of need, most applicants are interviewed, partner–government may be part of selection processes
• Providing award holders with predeparture materials and arranging pre–departure events • Notifying stakeholders of award holders with special needs • Providing visa advice • Confirming transport and accommodation arrangements and providing assistance when required • Providing health and travel advice • AusAID: Arranging in–country language training, learning support and/or other assistance • DIICCSRTE: Allocation of a case manager to each award holder
ALUMNI RELATIONS
REINTEGRATION ASSISTANCE
GRADUATION
SUPPLEMENTARY ACTIVITIES
• Maintaining the Australia Awards Alumni Network • Updating the Australia Awards Alumni Network website • Supporting overseas posts in hosting alumni events • Issuing updates and news to alumni • Using alumni as ambassadors to promote the Australia Awards in the wider community • Continuing education and training
• Providing access to the Australia Awards Alumni Network • Mailing out award completion certificates • Posts providing reintegration assistance to award holders
• Ensuring completion of final reports and exit surveys • AusAID: Award holders graduate and return to home country for at least 2 years
• Maintaining regular contact with award holders to ensure continuing support • Monitoring award holders’ progress (including formal surveys) • AusAID: Early identification of problems arising which may adversely affect award holders’ capacity to complete their courses
• Award holders enrol and commence program with host organisation • AusAID: Award holders arrive in Australia and attend an Introductory Academic Program
COURSE
COURSE AND OUTCOMES
PROMOTION
ARRIVAL AND ENROLMENT
PROGRAM CREATION
• Maintaining phone and email contact with host organisations and institutions • Ensuring completion by host organisations and institutions of regular reporting mechanisms • Administering scholarship extensions, variations and terminations, in consultation with * Posts (AusAID) * Austraining (DIICCSRTE)
Sumber: Australia Awards 2011 Annual Progress Report
Pengantar
/7
Tinjauan
Australia Awards mendorong terbangunnya kemitraan berkelanjutan antara Australia dan negara–negara tetangganya melalui pendidikan. Tautan yang terbentuk melalui para perorangan yang menuntut ilmu di badan–badan pendidikan Australia, secara serentak meningkatkan kemampuan organisasi–organisasi negara asal, menguatkan peran Australia selaku negara tujuan pendidikan dan pelatihan bermutu tinggi serta membangun hubungan bilateral yang kokoh dengan generasi baru para pemimpin internasional di abad ke–21. Australia Awards mencakup beasiswa dan fellowships internasional yang ditawarkan oleh Australian Agency for International Development (AusAID) serta Department of Industry, Innovation, Climate Change, Science, Research and Tertiary Education (DIICCSRTE). Australia Awards ditawarkan bagi warga Asia–Pasifik, Timur Tengah, Eropa dan benua Amerika untuk pendidikan jangka pendek dan panjang. Peluang pendidikan, penelitian serta pengembangan profesional di Australia maupun bagi warga Australia untuk berkembang secara profesional melalui studi di luar negeri merupakan fitur Australia Awards.
Seorang alumnus Australia Awards mengunjungi Australia Awards Office Indonesia di Jakarta.
Australia Awards yang dianugerahkan oleh DIICCSRTE (Endeavour Scholarships dan Fellowships) menekankan pemeliharaan
tautan pendidikan, penelitian, inovasi dan profesional berkesinambungan antar perorangan, organisasi–organisasi serta negara dengan membuka peluang bagi warga berprestasi tinggi untuk mengasah keterampilan dan kesadaran global mereka. Australia Awards yang dianugerahkan oleh AusAID bertujuan mengembangkan kapasitas dan kemampuan kepemimpinan sehingga para perorangan dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan di negeri asal mereka, dan untuk membangun tautan antar perorangan pada tingkatan–tingkatan individu, institusi serta negara. Fokus Australia Awards yang dianugerahkan oleh AusAID disetujui bersama dengan pemerintah–pemerintah mitra di masing–masing negara berkembang. Di Indonesia, beasiswa–beasiswa tersebut adalah Australia Awards Scholarships, Australia Awards Fellowships dan Australia Awards Leadership Program. Di tahun 2011, Pemerintah Australia menanamkan $273,2 juta untuk Australia Awards secara global, naik dari sekitar $200 juta di tahun 2010. Investasi ini memungkinkan lebih dari 4.400 ilmuwan dan para profesional dari 160 lebih negara untuk meneruskan pendidikan, penelitian dan pengembangan
Tinjauan
profesional lebih lanjut. Sebanyak 2784 ilmuwan Australia Awards berasal dari Asia, dengan Indonesia selaku penerima beasiswa tertinggi kawasan ini pada 23,5% dari total angka untuk Asia. Secara global, sebanyak 14,8% Australia Awards dialokasikan bagi Indonesia. Sejumlah 654 penerima Australia Awards bagi Indonesia memulai pendidikan atau penelitian dan kegiatan pengembangan profesional mereka di badan–badan pendidikan di Australia dan Indonesia. Dari ilmuwan–ilmuwan ini, sejumlah 628 merupakan Australia Awards Scholarships, Australia Awards Fellowships dan Australia Awards Leadership Program dan 26 merupakan Endeavour Scholarships dan Fellowships. Dari total ini, sebanyak 267 (41%) Australia Awards adalah untuk studi jangka pendek dan 387 (59%) untuk pendidikan jangka panjang. Sebagian besar (55%) penerima beasiswa jangka panjang masuk dalam kelompok usia 25–29 tahun. Di tahun 2011, bidang studi yang terbanyak dipilih penerima Australia Awards terkait Indonesia masuk dalam bidang–bidang fokus pembangunan reformasi birokrasi dan administrasi (25%), pendidikan (13%), kesehatan (9%) dan ketahanan pangan (9%). Ini mencerminkan prioritas–prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 Pemerintah Indonesia. Pemerintah Australia memegang teguh pandangan bahwa Australia Awards merupakan alat pembangunan efektif untuk membangun hubungan yang kokoh antar negara dan dalam kawasan. Seiring meningkatnya jumlah penerima beasiswa yang kembali (alumni), dana kegiatan–kegiatan pengembangan profesional para alumni telah meningkat terkait penyelenggaraan seminar, penelitian dan kegiatan–kegiatan kemasyarakatan. Para alumni Australia Awards mencapai angka kelulusan lebih dari 95 persen dan kisah mereka membuktikan bahwa beasiswa merupakan alat pembangunan efektif dalam memperkaya kehidupan serta memberdayakan para perorangan dan organisasi, seiring memperkokoh hubungan bilateral.
/9
Para penerima Australia Awards 2011 – jenis beasiswa Australia Awards Scholarships, Endeavour Endeavour Australia Scholarships Scholarships Awards dan dan Fellowships Fellowships Fellowships dan Australia (warga (warga Awards Indonesia Australia Leadership yang belajar yang belajar Program di Australia) di Indonesia)
628
19
7
Perjalanan sejarah Australia Awards
Indonesia terdaftar sebagai anggota Colombo Plan
Total
Colombo Plan dibentuk
Colombo Plan diusulkan
Beasiswa dikelola oleh program bantuan Pemerintah Australia (di bawah nama-nama badan ADAA, ADAB, AIDAB dan AusAID)
654
EMSS
Para penerima Australia Awards 2011 – jangka pendek dan panjang
JCSS menjadi ADCOSS STP menjadi ASTASS
400
JCSS dan STP
300 200
367
100 0
Jangka panjang
Jangka pendek
Australia Awards Scholarships, Australia Awards Fellowships dan Australia Awards Leadership Program 20 15
6
10 5
14
ADS
261
Merdeka Fellowships menjadi Endeavour Awards
Endeavour Awards menjadi Endeavour Scholarships dan Fellowships
Merdeka Fellowships
outgoing Incoming
1
APS
5 0
Jangka panjang
Jangka pendek
ALAS
Endeavour Scholarships dan Fellowships ADS menjadi Australia Awards Scholarships ALAS menjadi Australia Awards Leadership Program
*untuk penjelasan mengenai akronim yang digunakan, mohon lihat daftar istilah
Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards Alumni Australia Awards selaku para pembicara di sebuah seminar PhD yang diselenggarakan oleh Australia Awards Office Indonesia.
Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards
/13
Dr Muktasam DKI Jakarta
Melany Tedja DKI Jakarta
Berbagi keahlian pertanian bagi kemakmuran desa Dr Muktasam sedari dulu memiliki keinginan kuat menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi inovatif kepada para petani melalui pendidikan non–formal. Dalam beberapa tahun terakhir, sebagai anggota berbagai tim penelitian, ia telah membantu para petani mengembangkan ternak unggas dan peternakan ternak, pertanian organik dan pengelolaan hutan, termasuk pengelolaan tanaman obat–obatan. Dr Muktasam terus menjaga jalinan komunikasi dengan masyarakat desa dan mendukung perkembangan mereka––seringkali selaku pemimpin tim dan peneliti utama. Baru–baru ini Dr Muktasam mengusulkan suatu ‘sistem satu pintu’ bagi pengembangan desa–desa dan pengentasan kemiskinan. Ia menyatakan bahwa “koordinasi, peleburan dan bahkan pencabangan program dan kegiatan perlu dilaksanakan di tingkat desa untuk mencapai sinergi dan untuk menghindari tumpang tindih serta kekacauan.” Dengan gelar S1 Ilmu Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Muktasam mendaftar dan memperoleh beasiswa Australia Awards. Ia lulus dengan gelar Masters Ilmu Pertanian dari Melbourne University di tahun 1993. Di tahun 1996, Dr Muktasam memperoleh beasiswa Australia Awards Scholarships dan mencapai gelar PhD di bidang Pengelolaan Sistem Alam dan Pedesaan dari University of Queensland di tahun 2000. Dr Muktasam menyatakan rasa terima–kasihnya atas peluang–peluang ini, “Pendidikan saya telah
Memerangi ketidak–adilan melalui efisiensi energi Melany Tedja, alumnus Australia Awards, bertekad membawa perubahan di bidang iklim, lingkungan dan masyarakat dalam satu gebrakan. Ketika ditanya mengapa ia memilih bekerja dalam bidang perubahan iklim, ia mengatakan bahwa memerangi ketidak–adilan adalah kunci penyelesaian masalah–masalah lingkungan. “Mereka yang menyebabkan kerugian lingkungan cenderung orang–orang kaya yang menggunakan mobil, pendingin ruangan dan lain–lain secara berlebihan, akan tetapi mereka yang terkena dampak langsungnya adalah yang berada di bawah garis kemiskinan,” jelas Melany.
memberikan keterampilan dan dasar yang saya perlukan untuk menjalankan penelitian nasional dan internasional dalam bidang pembangunan daerah, pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat”. “Juga merupakan sebuah kehormatan bagi saya dapat terlibat dalam penelitian bersama berbagai institusi seperti ACIAR , Yayasan Nippon dan DIKTI.” Dr Muktasam telah menyampaikan makalah–makalah di berbagai seminar dan konferensi keilmuan internasional di Australia dan lintas Asia, Eropa dan Afrika. Berbagai artikel yang ditulisnya telah dicetak di publikasi–publikasi Australia dan India—beberapa dari artikel ini bahkan telah dicantumkan sebagai bab di buku–buku pelajaran.
“Saya pertama mulai menyadari keterkaitan perubahan iklim dengan kehidupan sehari–hari kita di tahun 2003–2004. Saya bekerja di Jakarta Utara bersama mereka yang berada di bawah garis kemiskinan dan melihat secara langsung bagaimana naiknya tingkat salinitas air mempengaruhi mereka. Perubahan iklim bukanlah masalah dengan dampak tak terlihat hingga jauh ke depannya. Dampaknya ada di sini, saat ini dan mendesak,” kata Melany. Melany mendaftar dan memperoleh Australia Awards Scholarship untuk mencapai gelar Masters di bidang Pengembangan Internasional dan Analisa Lingkungan dari Monash University di tahun 2008. Ia juga terpilih berpartisipasi dalam Australia Awards Leadership Program, yang mempertemukan kelompok penerima beasiswa terpilih di Australia untuk ikut serta dalam pelatihan kepemimpinan, diskusi pembangunan serta peluang menjalin jaringan yang bermanfaat. “Saya menyadari perlu belajar bagaimana menerapkan metodologi–metodologi dan program–program agar saya dapat memberikan dampak praktis dan tidak hanya terjebak retorika.” Pengalaman Melany di Australia terbukti sangat berharga. Sesudah kembali di tahun 2009, Melany mulai memfokuskan diri pada bidang energi. “Saya
percaya bahwa energi saat ini berada pada titik genting dan kita harus menggabungkan kekuatan pasar, keuangan dan lingkungan agar dapat secara efektif melakukan perubahan langsung untuk mengurangi dampak perubahan iklim.” Saat ini Melany bekerja sebagai konsultan dan pemimpin tim bersama setempat di Manajemen Energi Denmark yang diperbantukan pada Program Efisiensi Energi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Saat ini program tersebut mengelola lebih dari 60 kegiatan dengan 110 mitra nasional aktif yang berkomitmen dalam berbagai usaha efisiensi energi. “Namun begitu, kontribusi terbesar adalah peningkatan kemampuan staf Kementerian. Sebagai program konsultasi empat tahun, kami ingin memastikan bahwa dampaknya berkesinambungan,” jelas Melany. Baru–baru ini Kementerian memenangkan NatGeo InfoGrafisme Award untuk pembuatan poster–poster yang secara efektif menjelaskan efisiensi energi. “Adalah harapan kami alat–alat baru ini dapat membantu melahirkan kesadaran efisiensi energi dan perubahan iklim di antara kelas sosio–ekonomi menengah–atas dan pada akhirnya membantu mengurangi dampak perubahan iklim bagi semua.”
Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards
/15
Ha’i Raga Lawa Nusa Tenggara Timur (NTT)
Dr Augy Syahailatuan Ambon, Maluku
Tujuan yang pantas diperjuangkan
Saat beranjak dewasa, Ha’i Raga Lawa dari Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami langsung pentingnya ketahanan pangan di masyarakat. “Kekeringan, banjir dan bencana alam tahunan lainnya menyebabkan kekurangan gizi berkelanjutan di NTT dan saya merasa tertantang memberikan sumbangsih serta membantu menemukan solusi yang lebih berkesinambungan,” papar Ha’i.
Kenangan makan ikan setiap hari sewaktu kecil di Ambon, Maluku, Indonesia Timur mendorong Dr Augy Syahailatua untuk mengambil jurusan Pengelolaan Perikanan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Adanya sebuah pusat pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan di Ambon menjadi alasan kuat lainnya ia memilih jurusan ini. Dr Augy tidak pernah menyesali pilihannya. Di tahun 2009 ia ditunjuk menjadi Direktur Laboratorium Kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Ambon.
Keinginan untuk membantu ini mendorong Ha’i melanjutkan pendidikan lebih tinggi walau menghadapi keterbatasan dana karena besar dalam keluarga dengan 11 saudara. “Saya sedang mengirim lamaran–lamaran pekerjaan, siap untuk putus kuliah, ketika saya menerima kabar gembira; hal itu merupakan berkat dari Tuhan,” kata Ha’i terkait beasiswa Pemerintah Indonesia yang diterimanya atas IP tertinggi di kelasnya. Pendidikan tersebut membuka peluang kerja di sebuah proyek Perserikatan Bangsa Bangsa pada 1999. Hal ini memotivasi Ha’i memberi sumbangsih terlebih lagi, sehingga ia mendaftar untuk Australia Awards Scholarship. Ia lulus dengan gelar Masters Kesehatan Masyarakat dalam bidang Nutrisi Masyarakat dari University of Queensland di 2008. “Pengetahuan yang saya dapatkan memainkan peranan penting dalam menganalisa dan memetakan ketahanan pangan dan gizi di NTT di mana diperlukan peta ketahanan pangan akurat untuk memastikan intervensi yang strategis,” tutur Ha’i. Ha’i, kini Asisten Program Senior – Analisa dan Pemetaan Kerentanan (VAM) serta Ketahanan Pangan di Kantor Cabang Program Pangan Dunia PBB di Kupang, menyadari bahwa bantuan pangan dan nutrisi tidaklah mudah karena faktor–faktor antropologis di berbagai masyarakat memerlukan campur tangan yang hati–hati untuk mencapai manfaat tertinggi. Ia merujuk pada peta ketahanan pangan 2005 sebagai peranan
Revitalisasi penelitian ikan di Ambon
dalam pengalokasian dana Pemerintah Indonesia bagi 100 kecamatan yang dinyatakan sebagai wilayah prioritas tinggi, dan berharap bahwa Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Timur (2011) yang turut ia kerjakan akan memberikan dampak sumbangsih lebih besar lagi. Banyak tantangan dalam penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan karena tidak semua kecamatan memiliki data terkait, dan diperlukan pembentukan kelompok kerja teknis untuk pertemuan berkala dengan Kantor Ketahanan Pangan, Kantor Kesehatan dan para perwakilan Biro Statistik. “Perjuangan tersebut sungguh tidak percuma,” tutur Ha’i penuh semangat. “Seorang wanita yang telah menerima paket–paket rehabilitasi gizi pernah menghampiri saya dengan bangga untuk memperkenalkan anak ketiganya yang lahir dengan berat ideal dan berkemampuan motorik lebih unggul dibanding kedua kakaknya pada usia yang sama. Saya dapat menyaksikan jelas kebahagiaan ibu ini.”
Dr Augy sedang melayani di Pusat Oseanografi di Ambon pada 1989 ketika ia memperoleh beasiswa Australia Awards. Ia meraih gelar Master di bidang Biologi dari University of New South Wales pada 1993 melalui penelitian tentang budidaya ikan di bawah kerjasama universitasnya dan Pemerintah Australia. Rekomendasinya untuk menjamin kesehatan populasi benih ikan dapat ditemukan dalam Austalian Fisheries Atlas. Dr Augy yang sangat bersyukur atas jaringan profesional yang dijalinnya dengan para peneliti di Australia dan negara–negara lain pada saat studi di Australia, juga meraih gelar PhD di bidang Oseanografi Perikanan dari University of New South Wales melalui beasiswa Australia Awards Scholarships. Ketika ditanya mengenai tantangan terbesar yang pernah dihadapi dalam pekerjaannya, Dr Augy menuturkan tersisanya delapan orang peneliti saja di Laboratorium Kelautan saat kepulangannya ke Ambon di 2002. Bentrokan–bentrokan kekerasan 1999–2000 menyebabkan 42 rekan sekerjanya meninggalkan Ambon untuk bekerja di laboratorium–laboratorium LIPI lainnya di seluruh Indonesia. Dr Augy mengakui bahwa semula dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Akan tetapi bersama para peneliti lain yang tersisa, ia mulai merekrut tenaga
lulusan baru hingga Laboratorium Kelautan di Ambon kini mempekerjakan 25 peneliti. Dr Augy memegang peranan penting melibatkan Laboratorium Kelautan LIPI dalam Program ‘Coral Triangle Initiative’ dan dalam mendirikan kembali bangunan LIPI yang hancur dimakan api menjadi Pusat Informasi dan Pelatihan bagi Program ‘Coral Triangle Initiative’; sebuah fasilitas kelautan dan perikanan berstandar internasional kelas satu. Walau dihadapkan pada berbagai tantangan pengelolaan sumber daya zona–zona pesisir, kelautan dan pulau–pulau kecil di Maluku, Dr Augy masih merasakan ilmu perikanan sebagai pekerjaan yang dekat di hatinya dan aktif melakukan penelitian serta menerbitkan temuan–temuannya. Dua artikel karyanya mengenai benih ikan diterbitkan di Deep Sea Research Journal pada 2011.
Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards
/17
Antoni Tsaputra Bukittinggi, Sumatera Barat
Lisda Cancer DKI Jakarta
Pemberdayaan hidup para kaum difabel
Memperkuat hubungan bilateral melalui ilmu forensik medis
Antoni Tsaputra, kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, bertekad meningkatkan layanan rehabilitasi dan pendukung untuk memperbaiki kehidupan kaum difabel Indonesia. Ia memperoleh Australia Awards Scholarship dan meraih gelar Masters bidang Jurnalisme dan Komunikasi Massa dari Griffith University pada tahun 2011. “Tidak seorangpun mau dilahirkan difabel, namun saya tidak membiarkan hal ini menghalangi saya,” tutur Antoni mengenai cacat lahir yang menyebabkannya tak dapat bergerak dari pinggul ke bawah. Dengan rekam jejak Antoni yang mengagumkan hingga saat ini, tidak dapat dipungkiri ia telah memposisikan diri dengan kuat memegang peranan penting mendorong dan memberdayakan warga Indonesia difabel menggapai kehidupan yang lebih baik dan untuk meraih keberhasilan yang sebelumnya merupakan impian semata. Sejak kanak–kanak, Antoni sudah bertekad hidup seaktif mungkin. Ia menempuh pendidikan di sekolah umum, tidak di sekolah khusus, hingga ia meraih gelar S–1 Sastra Inggris dari Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat tahun 2000. Antoni melanjutkan pelayanan di kampus sebagai Asisten Dosen sementara bekerja sebagai penterjemah lepas dan mendirikan sebuah tempat kursus bahasa Inggris kecil. Tahun 2004 Antoni mulai bekerja di Departemen Komunikasi Kantor Administrasi Kota Padang. Ketika gempa melanda Sumatera Barat di 2009, Antoni menggunakan garasinya untuk mengajar anak–anak yang gedung sekolahnya hancur. Pada Januari 2010, Antoni Tsaputra memperoleh Australia Awards Scholarship dan menjadi salah satu penerima pertama Disability Support AusAID, yang memungkinkan ayahnya, Effendi, menemaninya untuk
memberi perawatan dan bantuan untuk memfasilitasi studi Antoni di Australia. Saat ini Antoni telah mulai menerapkan peningkatan kemampuan komunikasinya untuk mendirikan suatu gerakan demi penghapusan kendala–kendala yang menghalangi para kaum difabel menjalani hidup sepenuhnya sesuai keinginan mereka. “Keinginan terbesar saya sekarang adalah mendorong para kaum difabel berjuang memperoleh hak mereka,” kata Antoni tentang misinya. Tantangan–tantangan yang dihadapi para kaum difabel di negara–negara berkembang merupakan pokok kata pengantar Antoni Tsaputra pada peluncuran World Disability Report di Canberra tahun 2011.
Lisda Cancer, seorang dokter gigi forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang saat ini menempuh pendidikan di Flinders University di bawah Australia Awards Scholarship, memiliki pengalaman langsung kerjasama bilateral dalam penanganan beberapa kasus forensik besar yang melibatkan para pihak berwenang Indonesia dan Australia.
Bali di 2002. Di samping menangani kasus–kasus teroris, Lisda juga mengidentifikasi para korban berbagai bencana di Indonesia, seperti jatuhnya pesawat di Yogyakarta pada 2007 yang menewaskan lima warga Australia. Keahlian Lisda kemudian menempatkannya sebagai satu–satunya wanita dari enam anggota tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) yang dikirim dari Indonesia untuk membantu Polisi Federal Australia mengenali para korban kebakaran hutan Februari 2009 di Victoria.
Lisda, lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 1994, mulai mengenal forensik gigi di Akademi Kepolisian, di mana ia mengikuti pelatihan dan bekerja hingga 2003. Pada saat itu Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri (Pusdokkes Polri) mulai merekrut calon dokter gigi forensik dengan menawarkan pelatihan di bidang tersebut. Lisa menargetkan lulus dari Flinders University pada 2013 dengan gelar Masters di bidang Bioteknologi dengan spesialisasi forensik DNA.
Lisda juga pernah menjabat sebagai Kepala Subbidang Kedokteran Forensik Pusdokkes Polri, seringkali bekerjasama dengan para ahli forensik dari Australia dan negara lain. Sebagai penghargaan atas bantuan para ahli forensik Pemerintah Indonesia, Pemerintah Australia membantu merenovasi laboratorium forensik DNA di Indonesia. “Bantuan teknologi komputer dan robotik yang disediakan membantu mempercepat hasil laboratorium,” tutur Lisda.
“Kasus pertama saya adalah pengeboman Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 9 September 2004.” Sesudah transfer ke Polri di 2003, Lisda membantu mengidentifikasi jenazah para teroris internasional tersangka otak pelaku penyerangan Kedutaan Besar dan pengeboman
Pada 2010, enam ahli forensik Pusdokkes Polri memperoleh Australia Awards Scholarship, ditambah oleh dua ahli forensik di 2011. Lisda menyimpulkan bahwa, “Tidak ada keraguan bagi saya bahwa keterampilan dan keahlian lebih lanjut yang kami peroleh di Australia hanya akan lebih memperkuat hubungan antar–negara ini.”
Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards
/19
Dr Ahmad Agus Setiawan Daerah Istimewa Yogyakarta
Abelian Prajnya Yodha DKI Jakarta
Sumber air tenaga surya bagi masyarakat setempat
Dr Ahmad Agus Setiawan sedang menerapkan temuan–temuan penelitian teknologi solarnya untuk merombak pedesaan Indonesia melalui kemandirian energi. Penerapan praktis kerjasama penelitian dan pengembangan Dr Ahmad Agus bersama para mahasiswa dari Curtin University, Australia dan Universitas Gadjah Mada, Indonesia, yang memenangkan Mondialogo Engineering Award (MEA) dari India di 2007, dapat dilihat melalui keberhasilan pembangunan sistem pompa air bertenaga surya di Banyumeneng, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dengan memanfaatkan dana dari MEA, Dr Ahmad Agus membimbing para mahasiswa dan anggota masyarakat setempat mendirikan sistem pompa air tenaga surya tersebut, yang saat ini menyalurkan 7.800 liter air per hari untuk memenuhi kebutuhan 118 keluarga. “Sejak 2009, para warga Banyumeneng tidak perlu lagi berjalan empat kilometer untuk mendapatkan air,” jelas Dr Ahmad Agus. Dr Ahmad Agus memperoleh Australia Awards Scholarship di tahun 2004. Ia meraih gelar PhD
dalam bidang Teknik Elektro dengan spesialisasi Sistem–sistem Energi Terbarukan dari Curtin University pada 2009. Sejak kembali ke Indonesia, ia bekerja di sebuah proyek Kemandirian Energi Desa–desa di Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pelayanan Masyarakat Universitas Gadjah Mada. Pada 22 Desember 2010, Dr Ahmad Agus merupakan salah satu dari 13 perorangan dan 7 institusi yang dianugerahkan penghargaan Persatuan Insinyur Indonesia ketika memperoleh Adhicipta Pratama Emas untuk kategori Teknik. Penghargaan ini diberikan bagi para perorangan di bawah usia 35 tahun untuk karya–karya teknologi yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara. Pada November 2011, International Energy Globe Jury di Austria memberikan penghargaan National Energy Globe Award untuk Indonesia kepada Dr Ahmad Agus dan para mahasiswanya untuk proyek “Pengembangan Sumber Tenaga dan Air Berkesinambungan untuk Daerah Terpencil dan Penanggulangan Bencana dan Rekonstruksi di Indonesia”. Sebagai puncaknya, di tahun 2011 Dr Ahmad Agus dianugerahkan Australian Alumni Award bagi Pengembangan Ekonomi dan Sosial Berkelanjutan.
Membalas budi Australia pada saat dibutuhkan
Pada 2005, Abelian Prajnya Yodha memperoleh Australia Awards Scholarship untuk meraih gelar Masters dalam bidang Diplomasi dan Urusan Strategi di Australian National University. Pengalamannya selama studi sangat membantunya dalam melaksanakan kewajibannya selaku diplomat Kantor Konsulat Jenderal Indonesia di Melbourne. Salah satu lingkup tanggung jawab Abelian adalah pembaharuan paspor dan permintaan visa serta memberikan laporan dan masukan bagi Konsul Jenderal selama berlangsungnya proses pengambilan kebijakan. Salah satu peristiwa tidak terlupakan saat Abelian berada di Australia adalah kebakaran hutan 2009 di Victoria—dikenal sebagai “Sabtu Hitam”. Konsul Jenderal meminta masukan dari para staf mengenai bantuan apa yang dapat diberikan Indonesia pada saat–saat sulit seperti ini. Abelian teringat akan pelatihan Identifikasi Korban Bencana (DVI) yang diberikan para ahli Australia bagi beberapa badan Indonesia dan mengusulkan Pemerintah Indonesia mengirim orang–orang yang sudah dilatih tersebut untuk membantu mengidentifikasi para korban kebakaran
hutan. Usulannya didukung oleh Konsul Jenderal dan disetujui Presiden pada hari yang sama. Delegasi DVI Indonesia bekerjasama dengan para petugas Austalia selama dua minggu. Abelian mengenang melakukan kunjungan setempat bersama tim didampingi polisi setempat. Yang menyedihkan, dua warga Indonesia juga ditemukan di antara para korban yang diidentifikasi. Di akhir masa kerjasama tersebut, Indonesia termasuk dalam daftar negara yang mendapatkan ucapan terima–kasih formal Pemerintah Australia atas bantuan yang diberikan saat bencana tersebut. Sekembalinya ke Indonesia, Abelian terus memberikan sumbangsih bagi hubungan bilateral dan regional. Saat ini ia menjabat selaku Kepala Seksi Direktorat Mitra Wicara dan Antar Kawasan Kementerian Luar Negeri. Tanggung jawab Abelian adalah pengelolaan program–program dan rapat–rapat dalam lingkup kerjasama ASEAN – Amerika Serikat. Beberapa program di bawah pengawasan Abelian mencakup perkembangan internasional, pengelolaan bencana dan penyusunan Rencana Kerja ASEAN – AS tahun 2011–2015, yang kemudian diratifikasi di ASEAN Summit di Bali pada November 2011.
Kisah–kisah penerima dan alumni Australia Awards
/21
Agustian Sutrisno Queensland
Samuel McGlennon Bogor, Jawa Barat
Agustian Sutrisno kini tengah meraih gelar PhD di Queensland University of Technology selaku penerima Prime Minister’s Australia Asia Scholarship di bawah Endeavour Scholarships dan Fellowships. Penelitiannya bertajuk “Transfer pengetahuan melalui program–program dua gelar: Perspektif dari sisi universitas–universitas di Indonesia”.
Samuel McGlennon adalah kandidat PhD di Australian National University (ANU) yang saat ini melakukan penelitian di Indonesia sebagai penerima Prime Minister’s Australia Asia Scholarship yang ada di bawah Endeavour Scholarships dan Fellowships. Sebelum memulai studi PhDnya, Samuel memiliki pengalaman bekerja selaku penasehat kebijakan di Departemen Perdana Menteri dan Kabinet selama beberapa tahun.
Endeavour – Prime Minister’s Australia Asia Scholarship
Penelitian Agustian menengarai jenis–jenis pengetahuan yang ditransfer, mekanisme yang digunakan dalam menyampaikan pengetahuan, dan berbagai proses yang dilibatkan dalam melembagakan pengetahuan tersebut berdasarkan perspektif universitas–universitas di Indonesia. Hal ini menempatkan transfer pengetahuan antar–universitas dalam konteks perubahan lebih luas dalam kancah pendidikan tinggi global dan dampaknya bagi kebijakan–kebijakan dan reformasi pendidikan tinggi di Indonesia saat ini. Secara umum studi tersebut menunjukkan potensi–potensi kemitraan yang bermanfaat dan berkelanjutan antara universitas–universitas Australia dan Indonesia. Sesudah menamatkan studinya, Agustian memiliki keinginan untuk menjadi ahli pendidikan tinggi di organisasi internasional seperti Bank Dunia atau UNESCO, sembari mungkin bekerja selaku dosen paruh waktu agar dapat terus terlibat dalam sektor pendidikan tinggi.
Endeavour – Prime Minister’s Australia Asia Scholarship
Selagi menjalani studi di bawah Prime Minister’s Australia Asia Scholarship, Samuel menjalankan penelitian yang mengeksplorasi potensi dan keterbatasan mekanisme seperti eco–labelling dan skema sertifikasi untuk mengatur dampak lingkungan yang dikaitkan dengan produk–produk kayu hutan tropis dan beberapa komoditi pertanian (biofuel dan minyak sawit). Selama di Indonesia, Samuel berada di bawah naungan Pusat Penelitian Hutan Internasional di Bogor.
Data Australia Awards
Seorang penerima Australia Awards membaca Braille di sebuah acara di Jakarta yang diselenggarakan oleh Alumni Reference Group (Tim Kesehatan) bekerjasama dengan Persatuan Tunanetra Indonesia.
Data Australia Awards
Endeavour Scholarships /25
Endeavour Scholarships dan Fellowships 2011 bagi warga Indonesia menimba ilmu di Australia – jenis beasiswa
6
Endeavour Postgraduate Scholarships
5
Endeavour Vocational Education and Training (VET) Scholarships
Endeavour Scholarships dan Fellowships
Prime Minister’s Australia Asia Incoming Postgraduate Scholarships
3
Endeavour Executive Fellowships*
3 2
Endeavour Research Fellowships* 0
2
4
6
8
10
6
8
10
4
6
8
10
4
6
8
10
Endeavour Scholarships dan Fellowships 2011 bagi warga Australia menimba ilmu di Indonesia – jenis beasiswa
4
Prime Minister’s Australia Asia Outgoing Undergraduate Scholarships
Endeavour Scholarships dan Fellowships di Indonesia membuka peluang beasiswa kompetitif internasional berdasar prestasi untuk studi, penelitian dan pengembangan profesional di Australia bagi warga Indonesia (incoming) serta di Indonesia bagi warga Australia (outgoing). Beasiswa–beasiswa ini dikelola oleh Department of Industry, Innovation, Climate Change, Science, Research and Tertiary Education Pemerintah Australia (DIICCSRTE). Endeavour Scholarships dan Fellowships bertujuan mempererat hubungan Australia dan Indonesia dengan membantu para mahasiswa, peneliti dan ilmuwan terbaik dan terpandai dari kedua negara untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta kesadaran global mereka melalui pendidikan dan penelitan yang berkesinambungan. Program ini juga mendorong terciptanya tautan profesional antar perorangan serta organisasi kedua negara tersebut. Endeavour Scholarships dan Fellowships di Indonesia menawarkan beragam program baik studi jangka pendek dan panjang maupun peluang pengembangan profesional. Ini mencakup pendidikan tingkat Master dan
Doktoral, serta juga pengalaman studi, penelitian dan pengembangan profesional jangka pendek yang berhubungan dengan sektor dan industri, baik bagi penerima Endeavour Scholarships dan Fellowships dari Indonesia maupun Australia. Pada putaran Endeavour Scholarships dan Fellowships tahun 2011, tercatat 20 Endeavour Scholarships terkait Indonesia, baik bagi penerima beasiswa incoming maupun outgoing. Angka ini mewakili 76,9% dari total 26 beasiswa yang dianugerahkan. Beasiswa jangka panjang ini mencakup: zzEndeavour Postgraduate Scholarships
(s/d 2 tahun untuk gelar Masters dan 4 tahun untuk PhD) zzPrime Minister’s Australia Asia Incoming Postgraduate Scholarships (s/d 4 tahun, ditambah s/d 1 tahun masa magang opsional) zzEndeavour Vocational Education and Training (VET) Scholarships (1 – 2,5 tahun) zzPrime Minister’s Australia Asia Outgoing Postgraduate Scholarships (s/d 2 tahun) zzPrime Minister’s Australia Asia Outgoing Undergraduate Scholarships (s/d 2 tahun) Secara keseluruhan, 19 warga Indonesia memulai pendidikan di Australia di bawah Endeavour Scholarships dan Fellowships
2
Prime Minister’s Australia Asia Outgoing Postgraduate Scholarships
1
Endeavour Executive Fellowships*
0
Endeavour Research Fellowships* 0
2
4
Endeavour Scholarships dan Fellowships 2011 bagi warga Indonesia menimba ilmu di Australia – bidang studi Kemasyarakatan dan kebudayaan
4
Ilmu pengetahuan alam dan eksakta
4 4
Manajemen dan perdagangan
2
Pendidikan
2
Pertanian, lingkungan dan ilmu-ilmu terkait Teknik dan teknologi terkait
1
Pangan, keramah-tamahan dan layanan pribadi
1
Teknologi informasi
1 0
2
Endeavour Scholarships dan Fellowships 2011 bagi warga Ausralia menimba ilmu di Indonesia – bidang studi
3
Kemasyarakatan dan kebudayaan
2
Ilmu pengetahuan alam dan eksakta Seni kreatif
1
Pertanian, lingkungan dan ilmu-ilmu terkait
1 0
2
*jangka–pendek
Data Australia Awards
di tahun 2011. Dari jumlah ini, tiga orang memperoleh Prime Minister’s Australia Asia Postgraduate Scholarships yang bergengsi, enam menerima Endeavour Postgraduate Scholarships (empat PhD dan dua Masters) dan lima orang menerima Endeavour Vocational Education and Training Scholarships. Kelima penerima Endeavour lainnya mencakup Research Fellowships (4 – 6 bulan) dan Endeavour Executive Fellowships (1 – 4 bulan). Ketiga bidang studi terbanyak dipilih adalah Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Eksakta serta Manajemen dan Perdagangan; masing–masing sebesar 21% dari angka keseluruhan. Tujuh warga Australia memulai pendidikan di Indonesia dengan Endeavour Scholarships dan Fellowships di tahun 2011. Enam orang menerima Prime Minister’s Australia Asia Scholarships (empat prasarjana dan dua pascasarjana). Kemasyarakatan dan Kebudayaan (43%) dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Eksakta (29%) merupakan dua bidang studi yang terbanyak dipilih.
Endeavour Scholarships dan Fellowships 2011 – tingkatan gelar
Bachelor (Outgoing)
Postgraduate (Outgoing)
Diploma, Advanced Diploma (Incoming)
20%
35%
PhD (Incoming)
10%
Masters (Incoming)
10%
25%
Para penerima dan alumni Australia Awards turut berpartisipasi dalam Disability Focus Group di Jakarta.
Data Australia Awards
Australia Awards Scholarships dan Fellowships /29
Australia Awards Scholarships (jangka panjang)
Australia Awards Scholarships dan Fellowships
Australia Awards yang dikelola AusAID bertujuan memberikan sumbangsih bagi kebutuhan pembangunan jangka panjang negara–negara mitra Australia. Peluang studi dan penelitian yang diberikan Australia Awards meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para perorangan untuk mendorong perubahan dan memberi sumbangsih bagi hasil–hasil pembangunan masing–masing negara. AusAID bekerja erat dengan para mitranya di negara–negara berkembang untuk memastikan Australia Awards mendukung prioritas–prioritas pembangunan masing–masing negara. Bidang prioriritas pembangunan yang sejalan antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 Pemerintah Indonesia dan Strategi Kerjasama Pembangunan Australia Indonesia 2008 – 2013 membuahkan delapan bidang fokus pembangunan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Reformasi birokrasi dan administrasi Pendidikan Kesehatan Pengentasan kemiskinan, wilayah tertinggal dan resolusi pascakonflik Ketahanan pangan Infrastruktur Energi dan inovasi teknologi Lingkungan hidup dan bencana alam
Dalam konteks ini, Alumni Reference Group (ARG), yang mewakili 10,000 alumni Australia Awards, baru–baru ini menjalani restrukturisasi untuk mencerminkan fokus pada kemitraan antar kedua negara dalam mencapai tujuan–tujuan pembangunan Indonesia. Struktur yang baru ini membagi 240 anggota ARG dalam delapan kelompok Tim ARG terfokus—masing–masing berpusat di bidang–bidang yang disebut di atas. Tim ARG ini merupakan tautan tak ternilai antara para alumni Australia Awards dan para pembuat kebijakan dalam Pemerintah Indonesia. Beasiswa yang ditawarkan oleh AusAID merupakan komponen utama Australia Awards dan telah memainkan peranan penting kerjasama pembangunan Australia di Indonesia selama lebih dari 60 tahun. Australia Awards tersebut ini—sejumlah 628 di tahun 2011—dianugerahkan untuk membantu para perorangan baik dari sektor pemerintah maupun swasta memberi sumbangsih pencapaian tujuan–tujuan pembangunan. Australia Awards membuka peluang baik bagi studi jangka panjang maupun pendek. Untuk memfasilitasi keikutsertaan luas dan menjamin kesetaraan penyebaran Australia Awards, AusAID mendorong para wanita, kaum difabel, etnis minoritas, warga daerah terpencil serta anggota kelompok sosio–ekonomi tersisihkan untuk melamar.
Australia Awards Scholarships membuka peluang bagi para perorangan berprestasi tinggi dari badan–badan sektor pemerintah dan swasta Indonesia untuk menimba ilmu penuh–waktu meraih gelar Masters atau Doktoral di universitas–universitas Australia yang terlibat sejalan dengan tujuan–tujuan pengembangan kapasitas sumber daya manusia yang tercantum dalam Strategi Kerjasama Pembangunan Australia Indonesia 2008 – 2013. Australia Awards Scholarships dirancang secara khusus untuk memberi pelatihan keterampilan dan pengetahuan akademis agar para perorangan dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan Indonesia. Beasiswa ini diberikan untuk studi dan penelitan di bidang–bidang strategis yang menunjang kebutuhan spesifik pembangunan Indonesia sebagaimana tertuang dalam Program–program Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Indonesia.
Komitmen terhadap tujuan–tujuan pembangunan dan kemitraan berkelanjutan dengan Indonesia tercermin dari besarnya jumlah Australia Awards Scholarships yang ditawarkan. Lebih dari 4.000 warga Indonesia telah memperoleh peluang menimba ilmu sesuai dengan bidang strategis mereka di bawah Australia Awards Scholarships sejak 1998, dengan jumlah 350 di 2011 sendiri. Australia Awards Scholarships tersedia bagi para kandidat dari sektor pemerintah dan terbuka (swasta). Sektor swasta mencakup 33% penerima beasiswa di 2011 dan sektor pemerintah mencapai 67%. Badan–badan kunci (key agencies) Pemerintah Indonesia dipilih dan disetujui oleh Pemerintah Australia dan Indonesia sebagai mitra strategis Australia Awards Scholarships dalam rangka pelaksanaan prioritas–prioritas pembangunan dan reformasi birokrasi. Kriteria utama pemilihan badan–badan ini adalah potensi sumbangsih mereka bagi pencapaian sasaran–sasaran
Para anggota Alumni Reference Group (Tim Pengentasan Kemiskinan, Wilayah Tertinggal dan Resolusi Pascakonflik) saat melakukan kunjungan ke Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Data Australia Awards
Australia Awards Scholarships dan Fellowships /31
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – kategori
33%
Swasta
67%
Pemerintah
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – Key Agencies Pemerintah Indonesia
11
Kementerian Sekretariat Negara
6
Komisi Pemberantasan Korupsi
12
Kementerian Kelautan dan Perikanan
30
Kementerian Luar Negeri
Pelatihan pra–keberangkatan mempersiapkan para penerima Australia Awards untuk masa studi di Australia. Komponen–komponen mencakup Bahasa Inggris untuk Keperluan Akademik (EAP) dan komunikasi lintas–budaya. Foto oleh Indonesia Australia Language Foundation (IALF) Bali
8
Kementerian Perdagangan
10
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
18
Direktorat Jenderal Pajak
11
Badan Pemeriksa Keuangan
7
Badan Kebijakan Fiskal
pembangunan jangka menengah yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 Pemerintah Indonesia.
8
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
5
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 0
11
22
33
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – bidang pembangunan prioritas
29%
Lain-lain Lingkungan hidup dan bencana alam
5%
Energi dan inovasi teknologi Infrastruktur Ketahanan pangan
26% 13% 10%
1% 3% 10%
Reformasi birokrasi dan administrasi
3%
Pendidikan
Kesehatan Pengentasan kemiskinan, wilayah tertinggal dan resolusi pascakonflik
Di antara key agencies Pemerintah Indonesia, penerima beasiswa paling menonjol di tahun 2011 adalah Kementerian Luar Negeri (24%), Direktorat Jenderal Pajak (14%) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (10%). Jurusan ilmu yang dipilih para penerima beasiswa disesuaikan sedekat mungkin dengan ke–delapan sektor fokus spesifik. Di tahun 2011, empat bidang studi yang paling banyak dipilih masuk dalam empat sektor fokus teratas berikut: reformasi birokrasi (26%), pendidikan (13%), kesehatan (10%) dan ketahanan pangan (10%). Bidang studi yang terbanyak dipilih di 2011 adalah Ekonomi 12%, Pendidikan dan Pelatihan 10% serta Undang–Undang, Hukum dan Sistem Judisial 9%. Hal ini mengikuti kecenderungan yang terjadi di tahun 2010.
Dari penerima beasiswa terpilih di tahun 2011, 23% berada di wilayah–wilayah fokus geografis AusAID di Nanggroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Papua. Propinsi–propinsi ini memiliki indikator pembangunan rendah dan berada antara yang termiskin di Indonesia. Akses beasiswa di wilayah–wilayah fokus geografis memiliki tantangan tersendiri—banyak pelamar kesulitan melengkapi dokumen–dokumen yang diperlukan atau untuk memenuhi persyaratan tingkat kemampuan berbahasa Inggris. Pada tahun 2011 AusAID meluncurkan program English Language Training Assistance (ELTA), atau Bantuan Pelatihan Bahasa Inggris, di Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan jumlah calon pelamar yang memenuhi persyaratan minimum kemampuan berbahasa Inggris. Program ini meraih kesuksesan luar biasa dengan 100% dari 30 peserta kohort pertama mencapai tingkat kemampuan berbahasa Inggris IELTS 5,0 atau lebih.
Data Australia Awards
Australia Awards Scholarships dan Fellowships /33
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – bidang studi akademis
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – wilayah geografis 7
Pertanian
Nanggroe Aceh Darussalam
1
Ilmu hewan
7
Anti korupsi
Sumatera Utara
9
Akuakultur/Perikanan
Riau
1 1 2
Bioteknologi Komunikasi satelit broadband Pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus
Kalimantan Barat
5
Perubahan iklim
1
Farmasi klinik Resolusi konflik Desentralisasi
Sumatera Selatan Bengkulu
9
Ilmu pembangunan
Lampung
1
Layanan disabilitas
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Tengah
8
Pengelolaan pendidikan
Ilmu lingkungan hidup
1 1 1
Fashion dan tekstil (industri tekstil dan pakaian) Keuangan Ilmu pangan Geologi Sistem dan pengelolaan keuangan pemerintahan Pengelolaan kesehatan
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
WILAYAH II
158
160
3 1 1 2
Kehutanan
Sulawesi Tenggara
WILAYAH I
7
Ilmu hukum lingkungan hidup
Sulawesi Selatan
Maluku
Nusa Tenggara Timur
1 1 1
Energi Pengembangan usaha
Papua
Kalimantan Selatan
Daerah Istimewa Yogyakarta
36
Pendidikan dan pelatihan
Sulawesi Barat
Bali
Jawa Barat
42
Ekonomi
Papua Barat
Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah
Banten
6
Pencegahan dan pengelolaan bencana
Bangka Belitung
Jambi
Sumatera Barat
5 4 4
Pencegahan penyakit menular
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Maluku Utara
Sulawesi Utara Gorontalo
WILAYAH III
120
21
80
14
19
20
28
21
15
8
Layanan kesehatan
1 6
10
11
1 1
8
9
7
Ilmu politik dan pemerintahan
1 1
Pencegahan dan penanganan ketergantungan Pengelolaan proyek
7 10
Kesehatan masyarakat
1 2 1
Kebijakan publik Kebijakan publik dengan spesialisasi analisa kebijakan
7
1
Air dan sanitasi
10
MALUKU
0 KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
JAMBI
BANGKA
RIAU
BANTEN
11 2 9
20
30
40
50
8
4
13 16
14
8
8 5
14
20 Aceh
8
10
24 0
5 0
6 2
Nusa Tenggara Barat
3
1 1
1
17
2011
8
Pencegahan tindak kriminal trans-nasional Studi wanita dan gender
2007
6
2010
1 1
Sistem berkelanjutan
6
2009
1
Pengembangan usaha kecil dan menengah Pembangunan berkesinambungan
2006
2008
13
Reformasi sektor publik Pembangunan daerah
2
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – wilayah fokus geografis
13
Administrasi publik Pengelolaan pengeluaran publik Pengelolaan masyarakat
5 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
1 1
Perencanaan dan kebijakan publik
7 DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
17
Pengelolaan sumber daya alam Keperawatan
1 2 BENGKULU
Ilmu media Metode dan teknologi untuk bio-proses hijau/biorefinery
SUMATRA BARAT
6 1 1 1
Teknik mesin
2
4
13 0
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
30
Undang-undang, hukum dan sistem judisial Kesehatan ibu dan anak
1
18
9
5
7 2
7 11
11
21 40 Nusa Tenggara Timur
5
19
60 Papua Barat
80 Papua
PAPUA
3
10
0 SUMATRA UTARA
Jurnalisme Hukum kelautan dan kebijakan publik
24
5
PAPUA BAARAT
1 1 1
Ilmu penerjemahan
7
NUSA TENGGARA TIMUR
12
Ilmu hubungan internasional
8
6
7
BALI
40
NUSA TENGGARA BARAT
2
Hubungan internasional
SULAWESI UTARA
Perencanaan infrastruktur
SULAWESI TENGAH
Teknologi informasi (pengelolaan)
KALIMANTAN SELATAN
HAM dan demokrasi
SULAWESI TENGGARA
Pengelolaan sumber daya manusia
SULAWESI SELATAN
Pengembangan sumber daya manusia
Data Australia Awards
Australia Awards Scholarships dan Fellowships /35
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – kelompok usia
Penerima Australia Awards Scholarships 2011 – tingkatan gelar
13%
30-34
36%
5%
40-44
3%
20-24
43%
2%
35-39
25-29
Perbandingan Australia Awards Scholarships untuk tingkat Master dan PhD pada 2011 ditentukan melalui diskusi Pemerintah Indonesia dan Australia. Kedua Pemerintahan menyadari adanya dasar kokoh yang dicapai melalui penganugerahaan sebagian besar beasiswa untuk tingkat Masters, di samping juga
10% Masters by Coursework
Para penerima dan alumni Australia Awards turut berpartisipasi dalam Gender Focus Group di Kupang, Nusa Tenggara Timur. pelamar difabel. Sebagai hasilnya, terdapat sembilan penerima beasiswa difabel yang lolos seleksi (empat di antaranya tunanetra).
Inklusi gender dan sosial merupakan prinsip dasar Australia Awards Scholarships. Di tahun 2011, terdapat keseimbangan gender di antara penerima beasiswa yang diajukan seiring usaha berkelanjutan bersama dengan para Kementerian Pemerintah Indonesia untuk mendorong jumlah seimbang antara wanita dan laki–laki yang diajukan selaku kandidat.
Usia para penerima beasiswa juga merupakan aspek penting penyaluran beasiswa. Para perorangan yang memenuhi persyaratan dalam kelompok umur produktif di berbagai departemen pemerintah dipercaya memiliki potensi terbaik memaksimalkan manfaat–manfaat jangka panjang pendidikan mereka sekembalinya ke Indonesia dari Australia. Harapan yang ada adalah bahwa selama mengenyam pendidikan di Australia, para penerima beasiswa akan menjalin jaringan profesional yang diandalkan, baik di tingkat regional maupun internasional. Pada 2011, sebagian besar Australia Awards Scholarships (79%) dianugerahkan bagi perorangan dalam kelompok umur 25–34 tahun. Hal ini menjamin sisa kurun waktu maksimum di angkatan kerja Indonesia sekembalinya dari mengenyam beasiswa.
Fokus Australia Awards Scholarships bagi kaum difabel membuahkan kerjasama dengan Kementerian Sosial dan beberapa organisasi non–pemerintah termasuk Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) yang pada 2011 membantu dalam produksi 100 formulir aplikasi huruf Braille untuk disebarkan ke cabang–cabang Pertuni di Indonesia. Kemitraan strategis ini menghasilkan peningkatan yang tinggi akan jumlah minat para
PhD
88%
pentingnya peningkatan kemampuan penelitian— terutama kemampuan penelitan–menjadi– kebijakan di Indonesia—sebagaimana disediakan melalui beasiswa di tingkat PhD. Pada 2011, persentase alokasi Australia Awards Scholarships adalah: Masters by Coursework 88%, Masters by Research 2% dan PhD 10%.
Para peserta Bantuan Pelatihan Bahasa Inggris (ELTA) di Kupang, Nusa Tenggara Timur, terlibat aktif dalam sebuah diskusi.
Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur dan Universitas Nusa Cendana (Kupang) merupakan mitra utama perencanaan dan pelaksanaan ELTA.
Masters by Research
Data Australia Awards
Australia Awards Leadership Program Australia Awards Leadership Program melengkapi Australia Awards Scholarships dan merupakan pengakuan akan potensi kepemimpinan yang tinggi. Australia Awards Leadership Program mempertemukan para penerima beasiswa di Australia untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan, diskusi pembangunan dan peluang menjalin jaringan bermanfaat. Sampai dengan 200 penerima Australia Awards Scholarships yang menonjol dari seluruh dunia akan menerima tawaran mengikuti Australia Awards Leadership Program di samping beasiswa mereka tersebut. Era desentralisasi dan pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Indonesia telah menegaskan kebutuhan akan adanya para pemimpin global dengan visi memaksimalkan sumber daya Indonesia yang sangat kaya bagi kepentingan seluruh rakyatnya. Dalam konteks ini, Australia
Australia Awards Scholarships dan Fellowships /37
Awards Leadership Program ditujukan bagi para perorangan dengan latar belakang akademis dan profesional luar biasa dan dengan rekam jejak yang membuktikan kualitas–kualitas kepemimpinan mereka. 88% penerima Australia Awards Leadership Program di tahun 2011 adalah untuk PhD dan 12% untuk tingkat Masters.
Penerima Australia Awards Leadership Program 2011 – tingkatan gelar
Penerima Australia Awards Leadership Program 2011 – wilayah geografis
2%
Masters by Research
Masters by Coursework
PhD
88%
45-50
6%
12%
25-29
Maluku Utara
6% 6%
12%
Nusa Tenggara Barat
6%
Jawa Timur
Daerah Istimewa Yogyakarta
12%
Ilmu Kimia dan Biologi
17%
30-34
6%
Administrasi Kebijakan
Ilmu Forensik
12%
53%
6%
41%
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Penerima Australia Awards Leadership Program 2011 – bidang studi
Di tahun 2011, 53% penerima Australia Awards Leadership Program berusia antara 35 – 39 tahun dan 17% antara 30 – 34 tahun. Data ini 35-39
6%
6%
Nusa Tenggara Timur
Penerima Australia Awards Leadership Program 2011 – kelompok usia
40-44
Para penerima Australia Awards Leadership Program menerima ucapan selamat saat upacara penganugerahan di Jakarta.
Kalimantan Selatan Jawa Barat
10% Di tahun 2011, penganugerahan Australia Awards Leadership Program terus mencerminkan kualitas sumber daya manusia baik di tingkat pusat maupun di propinsi di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun 2010, terlihat kecenderungan positif peningkatan jumlah penerima anugerah beasiswa dari wilayah–wilayah fokus geografis dengan penerima beasiswa dari Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 11%.
Sumatra Selatan
Ilmu Ekonomi
6%
Sistem Komputer
Seni, 12%Ilmu Sosial,
6%
Pendidikan dan Musik
6% 53%
University Information Days membuka peluang bagi para penerima Australia Awards untuk berkonsultasi langsung dengan para perwakilan universitas Australia sebelum mengambil keputusan akhir terkait pilihan kelas dan universitas mereka.
Kebudayaan, Sejarah dan Bahasa
12%
Data Australia Awards
/39
menunjukkan kecenderungan menggembirakan peningkatan jumlah pelamar berkarir mapan, yang mana diharapkan dapat mengabdikan bertahun–tahun lagi kepemimpinan mereka setelah masa Australia Awards mereka di Australia. Hubungan bilateral Indonesia–Australia merupakan hal utama yang mendapatkan manfaat kinerja para alumnus dengan tautan antar organisasi dan perorangan yang diperkuat sebagai hasil program ini. Di tahun 2011, bidang studi yang dipilih penerima Australia Awards Leadership Program terus mencerminkan kebijakan–kebijakan pembangunan umum Indonesia, terutama tujuan–tujuan pembangunan jangka menengah, serta prioritas–prioritas AusAID terkait. Jurusan studi yang terbanyak dipilih para penerima beasiswa ini di tahun 2011 adalah Ekonomi 53%; Seni, Ilmu Sosial, Pendidikan dan Musik 12% serta Kebudayaan, Sejarah dan Bahasa 12%. Selain itu, empat penerima terbaik Australia Awards Leadership Program di 2011 sekali lagi menerima Australia Awards Allison Sudradjat Prize yang dibentuk untuk mengenang mantan Minister Counsellor AusAID di Indonesia tersebut. Penerima anugerah ini adalah Andrey Yushard Damaledo dari Nusa Tenggara Timur (PhD Ilmu Kebudayaan, Sejarah dan Bahasa), Atun Wardatun dari Nusa Tenggara Barat (PhD Ilmu Studi Gender), Sri Wiyanti Eddyono dari Daerah Istimewa Yogyakarta (PhD Ilmu Seni) dan Syarifah Liza Munira dari DKI Jakarta (PhD Ilmu Ekonomi).
Australia Awards Fellowships (jangka pendek)
Catatan
Australia Awards Fellowships melengkapi Australia Awards Scholarships dan membuka akses untuk studi jangka pendek di Australia dengan sebuah organisasi tuan rumah. Studi ini dapat mencakup program penelitian, tautan profesional, ataupun pengayaan pendidikan yang meningkatkan pengetahuan dan pengalaman profesional. Australia Awards Fellowships dibentuk pada 2006 untuk mengembangkan kepemimpinan, mengatasi masalah–masalah pembangunan prioritas serta untuk membangun kemitraan dan tautan antar organisasi–organisasi Australia dan organisasi–organisasi mitra di negara–negara berkembang. Fellowships ditujukan untuk program studi, penelitian dan pengembangan profesional jangka pendek yang dijalankan di Australia dan oleh organisasi–organisasi Australia. Penerima fellowships adalah para profesional yang bekerja aktif di sektor–sektor pembangunan kunci yang ingin memperkaya pengetahuan mereka di bidang–bidang keakhlian khusus untuk memfasilitasi pencapaian hasil–hasil pembangunan positif di Indonesia. Pada 2011, konten program dan bidang–bidang studi yang dipilih mencerminkan tantangan–tantangan pembangunan jangka menengah hingga panjang Indonesia yang paling mendesak. Sejumlah 29% fellowships yang dianugerahkan adalah untuk bidang Pendidikan, 16% untuk studi–studi terkait HIV dan 14% untuk studi–studi terkait kesehatan.
Penerima Australia Awards Fellowships 2011 – area tematik
11.8%
Sumber Daya Air Ekonomi
Perubahan Iklim
Pendidikan
0.4%
5%
28.9%
Kepemimpinan
7.1%
16.4%
HIV
0.4%
Sumber Daya Alam
1.8%
Infrastruktur
0.7%
Keamanan
3.6%
Media
10.4%
Kelautan
13.6%
Kesehatan
Para penerima Australia Awards Scholarships mementaskan tari Yospan saat upacara perpisahan di Papua.
/42
Daftar istilah Singkatan/Akronim
Kepanjangan
ADAA
Australian Development Assistance Agency
ADAB
Australian Development Assistance Bureau
ADCOSS
Australian Development Co Operation Scholarships Scheme
ADS
Australian Development Scholarships
AIDAB
Australian International Development Assistance Bureau
ALA
Australian Leadership Awards
ALAS
Australian Leadership Award Scholarships
APS
Australian Partnership Scholarhips
ASTASS
Australian Sponsored Training and Scholarships Scheme
AusAID
Australian Agency for International Development
DIICCSRTE
Department of Industry, Innovation, Climate Change, Science, Research and Tertiary Education
EMSS
Equity and Merit Scholarships Scheme
JCSS
John Crawford Scholarships Scheme
STP
Sponsored Training Program