Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA
Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik yang menentukan produktivitas ternak babi. Mengetahui parameter yang digunakan untuk mengukur penampilan produksi dan reproduksi pada ternak babi. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui penampilan ternak babi yang umum dipelihara di Indonesia. Mengetahui pengaruh vital statistik, jumlah putting dan temperamen induk terhadap pertumbuhan dan produksi babi. Mengetahui sistem perkawinan, lama bunting, litter size, seleksi yang paling baik digunakan untuk peningkatan produksi dan reproduksi. Uraian Materi Usaha ternak babi menempati urutan ke tiga dalam penyediaan daging setelah ternak unggas dan ternak sapi/kerbau. Pola usaha peternakan babi di Indonesia saat ini sangat bervariasi dari usaha tradisional hingga industri peternakan. Peternakan babi rakyat memelihara hanya beberapa ekor hingga puluhan ekor, sedangkan usaha peternakan yang berbentuk perusahaan memelihara sampai ratusan ekor babi dari berbagai fase pertumbuhan. Produktivitas merupakan gambaran kemampuan atau daya produksi dan reproduksi
dari
ternak.
Daya
produksi
dan
reproduksi
ternak
ini
dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor tersebut, peranan peternak sangat menentukan dalam pengelolaan ternaknya untuk mencapai produktivitas yang tinggi.
105
Kemampuan berproduksi dan reproduksi yang dinilai dari berbagai parameter, berkaitan dengan sifat-sifat karakteristik masing-masing bangsa babi, terutama sifat yang mempunyai arti ekonomis, sehingga sangat perlu dipahami dan dicatat oleh peternak sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan produktivitas ternak babi. Sifatsifat karakteristik yang menentukan produktivitas babi diantaranya adalah : Sifat-sifat penampilan fisik tubuh Sifat-sifat penampilan produksi dan reproduksi Sifat-sifat penampilan karkas Sifat Penampilan Fisik Tubuh Bentuk ukuran tubuh Bentuk ukuran tubuh yang panjang merupakan salah satu alternatif pilihan dalam suatu usaha produksi ternak babi. Ternak yang panjang mengindikasikan adanya ruas tulang belakang jumlahnya lebih banyak, dan ini dapat tercapai apabila babi mendapat fasilitas perawatan yang baik sehingga akan mengalami pertumbuhan yang sempurna. Panjang karkas merupakan salah satu kriteria dalam penilaian kualitas karkas, selain ketebalan lemak punggung dan konformasi bagian-bagian karkas yang meliputi luas penampang loin, tebal ham, picnic dan boston butt. Lingkar dada dan dalam dada Lingkar dada yang lebih luas dan dalam dada yang lebih lebar adalah merupakan indikasi dalam suatu seleksi babi. Bentuk dada yang bidang dan lebar memberi kesempatan paru-paru dan jantung berkembang lebih sempurna, sehingga fungsi kedua organ tersebut untuk oksidasi dan metabolisme zat gizi akan maksimal. Hal ini akan dapat meningkatkan produktivitas penampilannya dan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan. Jumlah puting susu Bentuk ukuran tubuh yang panjang akan memberi peluang adanya puting susu lebih banyak dan posisi puting akan lebih longgar. Dengan demikian anak-anak babi akan cukup mendapatkan tempat pada waktu menyusu sehingga tidak berebutan.
106
Ketenangan induk waktu menyusui anaknya akan memacu kelenjar susu untuk mengeluarkan
susunya.
Produksi
susu
yang
lebih
banyak
akan
memacu
pertumbuhan lebih cepat. Temperamen Temperamen yang tenang menandakan terwujudnya efisiensi pakan yang lebih baik, produksi susu banyak dan setiap saat mau menyusui anaknya. Induk yang mempunyai sifat keibuan baik, akan lebih banyak menghasilkan anak yang hidup disapih dengan berat badan yang lebih baik. Sifat Penampilan Produksi dan Reproduksi Suatu ukuran perkembangan populasi ternak babi yang paling banyak digunakan adalah kemampuan atau daya reproduksi. Kesanggupan penampilan umumnya diukur dari beberapa faktor, diantaranya : Jumlah anak yang dilahirkan hidup Jumlah anak yang disapih Angka kematian selama laktasi Angka kematian selama masa pertumbuhan. Sedangkan untuk mengukur penampilan produksi digunakan parameter antar lain : Berat lahir dan berat sapih Laju pertumbuhan Efisiensi penggunaan pakan Daya penampilan produksi dan reproduksi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari segi genetik maupun lingkungan, terutama yang menyangkut sistem perkawinan, lama bunting, produksi susu induk, jumlah anak yang lahir dan disapih, sistem penggunaan pejantan dan seleksi. Sistem perkawinan Kawin ganda (double mating) menghasilkan angka kebuntingan (conception rate) 12 – 14% lebih baik dari pada kawin tunggal. Pada induk babi yang dalam masa berahi, ovulasi sel telur tidak terjadi sekaligus atau serentak tetapi terjadi berangsur-
107
angsur atau bertangga-tangga. Maka perkawinan ganda akan menghasilkan anak 0,1 ekor lebih banyak pada perkawinan hari pertama dan 0,6 ekor lebih banyak pada perkawinan hari kedua dibandingkan dengan perkawinan tunggal untuk setiap kelahiran. Rotasi pemakaian pejantan unggul tiap tahun akan meningkatkan kualitas produktivitas. Jumlah susu induk Jumlah susu yang dihasilkan induk babi berbeda-beda antara bangsa babi yang satu dengan bangsa babi yang lain. Produksi susu induk sangat penting untuk pertumbuhan dan dalam penentuan waktu penyapihan serta dalam pemberian pakan tambahan (creep feeding). Pengukuran produksi susu induk babi lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan ternak sapi. Secara tradisional, pengukuran dapat dilakukan dengan cara menimbang anak babi sebelum dan sesudah selesai menyusu. Selisih berat yang diperoleh merupakan estimasi produksi susu induk setiap kali menyusui. Puncak produksi pada masing-masing induk berbeda menurut bangsa babi, misalnya pada babi Duroc puncak produksi dicapai pada minggu ke tiga, Polland China pada minggu ke empat dan babi Landrace pada minggu ke lima. Produksi susu induk berkorelasi positif dengan jumlah anak yang disusui, total berat sapih dan berkorelasi negatif terhadap perubahan berat badan induk selama laktasi. Efisiensi produksi susu induk babi cukup tinggi sampai 45%. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kondisi tubuh pada permulaan menyusui dan aras konsumsi energi selama masa menyusui. Jumlah anak yang lahir dan disapih Jumlah ovum yang diovulasikan induk babi berkisar 7 – 22 buah. Jumlah ini cenderung meningkat sampai kelahiran ke empat atau ke lima. Dari jumlah tersebut yang berhasil dibuahi dan menjadi embryo 4 – 14 buah. Persentase ovum yang diovulasikan dan menjadi embryo pada umur 25 hari setelah kawin sangat nyata dipengaruhi oleh : Pejantan
108
Energi pakan sebelum kawin Suhu lingkungan.
Pakan yang diberikan pada induk babi sebelum dikawinkan akan mempengaruhi litter size dan kondisi anaknya.
Flushing pada babi dara menjelang dikawinkan (10–14 hari sebelum dikawinkan) akan meningkatkan kuantitas dan kualitas ovum yang diovulasikan.
Kematian embryo sebagian besar terjadi pada permulaan sampai dengan pertengahan masa kebuntingan. Pakan yang kurang memenuhi syarat dan suhu lingkungan yang tinggi akan melemahkan pertumbuhan sampai adanya kematian embryo.
Induk babi yang sudah beranak 2 – 3 kali atau lebih akan memperlihatkan jumlah anak yang dilahirkan dan anak yang disapih lebih banyak dan lebih berat serta lebih efisien dalam penggunaan pakan per kg anak babi yang disapih dibandingkan dengan babi yang pertama kali beranak.
Jumlah anak yang lahir hidup berkisar antara 8 – 10 ekor, sedangkan yang disapih rata-rata 7,5 ekor. Jumlah anak yang dilahirkan ini meningkat dari 8,7 ekor pada kelahiran pertama dan 10,9 ekor pada kelahiran berikutnya sampai dengan kelahiran ke empat serta agak konstan sampai dengan kelahiran ke delapan.
Persentase kematian anak babi sampai umur 8 minggu masih cukup tinggi yaitu 25 – 30%. Hal ini dapat diatasi dengan manajemen yang baik, sehingga persentase kematian dapat diturunkan hingga 15 – 20% dan peternak dapat melakukan penyapihan lebih awal.
Kelebihan dari penyapihan awal : Frekuensi beranak per tahun lebih besar Menghemat biaya pakan induk dan anak Memperkecil resiko dalam pemeliharaan Efisiensi tenaga dan peralatan.
Peternak komersial melakukan penyapihan pada umur 3 – 5 minggu, dengan diberi pakan secara creep feeding pada beberapa hari sebelum dilakukan
109
penyapihan. Hal ini akan membiasakan anak babi dengan pakan konsentrat selain susu induk, sehingga pada waktu disapih tidak mengalami gangguan pencernaan. Pengaruh suhu terhadap produktivitas ternak babi Ternak babi sangat peka terhadap suhu lingkungan yang ekstrim. Suhu lingkungan yang ekstrim merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting dalam produksi ternak babi. Suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah sangat berpengaruh terhadap menurunnya konsumsi pakan, rendahnya pertambahan berat badan dan efisiensi pakan, mudahnya terkena infeksi penyakit dan berakibat kematian. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada foetus pada beberapa spesies ternak, tetapi pada induk babi lebih sensitif lagi terjadinya stress dan kematian. Induk babi bunting pada umur kebuntingan 85 hari mengalami suhu ruangan di atas 37,2 oC selama tiga hari berturut-turut, yang akan mengakibatkan menurunnya konsumsi pakan, frekuensi pernapasan dan suhu rektal meningkat. Kemungkinan yang dapat terjadi pada kondisi tersebut adalah induk babi ada yang dapat bertahan menyesuaikan ke situasi normal, namun ada induk yang mengalami keguguran sampai adanya kematian. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi suhu lingkungan yang tinggi adalah menyemprotkan air ke tubuh induk babi untuk menurunkan suhu tubuh dan menyediakan air minum sepanjang hari. Suhu lingkungan yang dibutuhkan anak babi yang baru lahir mendekati suhu kritis 30 oC, kemudian menurun 20 – 23 oC untuk babi dengan berat 50 kg dan 17 – 22
o
C untuk babi dengan berat sampai 100 kg. Suhu yang ideal untuk babi yang
digemukkan adalah 17 – 18 oC.
110
Latihan soal : 1. Sebut dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak babi di Indonesia ! 2. Jelaskan bagaimana perkembangan dan prospek ternak babi di Indonesia! 3. Jelaskan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ternak babi ! 4. Jelaskan keuntungan dari penyapihan awal pada ternak babi !
RANGKUMAN SINGKAT Pola usaha peternakan babi di Indonesia saat ini sangat bervariasi dari usaha tradisional hingga industri peternakan. Peternakan babi rakyat memelihara hanya beberapa ekor hingga puluhan ekor, sedangkan usaha peternakan yang berbentuk perusahaan memelihara sampai ratusan ekor babi dari berbagai fase pertumbuhan. Sifat-sifat karakteristik yang menentukan produktivitas babi diantaranya adalah : Sifat-sifat penampilan fisik tubuh Sifat-sifat penampilan produksi dan reproduksi Sifat-sifat penampilan karkas