VIII.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI
8.1. Model Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Model
yang
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keputusan konsumsi daging sapi lokal adalah analisis regresi. Model ini digunakan karena peubah terikat (variabel Y) yang digunakan mecapai metrik. Peubah terikat yang digunakan adalah jumlah pembelian daging sapi (kg/bulan). Peubah bebas (variabel X) yang diduga berpengaruh adalah umur responden (tahun), pendapatan (ribu rupiah/bulan), pengeluaran untuk kelompok daging (ribu rupiah/bulan), harga daging sapi (ribu rupah/kg), tingkat pendidikan, frekuensi mengkonsumsi daging sapi (kali/bulan) dan jumlah anggota keluarga (orang). Model yang digunakan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi adalah model yang memenuhi asumsi OLS, memiliki kesesuaian tanda koefisien regresi dengan hipotesis, dan tingkat kesignifikansian peubah bebas secara keseluruhan. Dalam model ini taraf nyata yang digunakan adalah lima (5) persen (α = 0,05) yang artinya risiko salah dalam penarikan kesimpulan penelitian adalah lima persen. Untuk menguji asumsi normalitas dapat dilihat pada grafik KolmogorovSmirnov (Lampiran 3) dan terlihat bahwa titik-titik residual yang ada tergambar segaris dan nilai P value lebih besar dari taraf nyata lima persen yang berarti residual model faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor terdistribusi secara normal. Untuk menguji masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji Bartlett (Lampiran 4 dan Lampiran 5) dan terlihat bahwa baik daging sapi lokal maupun daging sapi impor memiliki nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variasi dari setiap unsur residual adalah sama (konstan) yang berarti tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Sedangkan untuk menguji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Berdasarkan Lampiran 1 dan Lampiran 2 terlihat bahwa semua variabel beba memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sehingga tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel. 56
Nilai R2 pada hasil regresi linier berganda daging sapi lokal sebesar 66,8 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa peubahpeubah bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal sebesar 66,8 persen dan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang lain. Sementara nilai R2 pada hasil regresi linier berganda daging sapi impor sebesar 70,6 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa peubah-peubah bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal sebesar 70,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang lain. 8.2. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal Nilai P value pada uji F sebesar 0,004 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa model dugaan signifikan pada taraf nyata lima persen. Sementara, untuk mengetahui peubah-peubah bebas yang dalam model yang signifikan berpengaruh terhadap faktor-faktor pembelian daging sapi lokal dapat dilihat pada nilai P value pada uji t. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal adalah frekuensi konsumsi dan jumlah anggota keluarga. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal karena memiliki nilai P value lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sedangkan variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal karena memiliki nilai P value lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 26. 1. Umur Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel umur bernilai negatif yaitu sebesar -0,0001. Artinya jika usia bertambah sebesar satu tahun, maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan menurun sebesar 0,0001 kg. hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan.
57
Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal T P VIF Predictor Coef SE Coef Constant -4,661 2,549 -1,83 0,085 UMUR PENDAPATAN PENGELUARAN HARGA PENDIDIKAN FREK KON ANGGOTA KELUARGA
-0,00010 -0,4744 0,0000919 0,05047 0,4885 1,4795 0,3324
0,02401 0,7030 0,0003722 0,02621 0,6317 0,6175 0,1123
0,00 -0,67 0,25 1,93 0,77 2,40 2,96
0,997 0,509 0,808 0,071 0,450 0,028 * 0,009 *
2,3 3,0 1,7 1,9 2,4 1,9 1,6
S = 1,01260 R-Sq = 66,8% R-Sq(adj) = 53,1% F hit = 4,89 P value = 0,004 Ket : * = signifikan pada taraf nyata lima persen
Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan dari nilai P value yang lebih besar dari 0,05. Sehingga dengan semakin bertambahnya usia belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal, mengingat konsumen yang berusia lanjut cenderung mengurangi konsumsi daging sapi karena alasan kesehatan. 2. Pendapatan Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,4744, artinya konsumen dengan pendapatan yang lebih besar akan mengurangi jumlah pembelian daging sapi lokal sebesar 0,4744 kg per bulan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian yaitu semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. Tidak sesuainya hasil analisis dengan hipotesa disebabkan karena konsumen dengan pendapatan yang tinggi cenderung akan membeli daging sapi yang mereka anggap lebih berkualitas. Pada tingkat kepercayaaan 95 persen, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi. ini ditunjukkan dengan nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata
58
0,05. Sehingga konsumen dengan pendapatan yang lebih tinggi belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. 3. Pengeluaran Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel pengeluaran kelompok daging yang positif sebesar 0,0000919. Artinya jika pengeluaran untuk kelompok daging meningkat sebesar Rp 1.000 per bulan maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan naik sebesar 0,0000919. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi akan meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pengeluaran kelompok daging tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya pengeluaran untuk kelompok daging belum tentu berpengaruh nyata terhadap pembelian daging sapi lokal. 4. Harga Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel harga yang positif sebesar 0,05047. Artinya jika harga daging sapi lokal bertambah Rp 1.000 per kg, maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan meningkat sebanyak 0,05047 kg. Dari uji kesesuaian tanda koefisien regresi dengan hipotesis diketahui bahwa tanda koefisien regresi variabel harga tidak sesuai dengan hipotesa awal yang menduga bahwa Semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. Hal ini dikarenakan harga daging sapi, sesuai dengan hasil tingkat kepentingan atribut, digunakan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas daging. Sehingga harga daging sapi yang relatif tinggi menunjukkan bahwa kualitasnya juga semakin baik. Semakin baik kualitas daging sapi, maka konsumen akan semakin banyak membeli daging sapi tersebut. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa peningkatan harga daging sapi belum tentu berpengaruh nyata terhadap faktor-
59
faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan konsumen menganggap harga yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa daging sapi tersebut berkualitas sehingga mereka akan lebih memilih daging sapi yang berkualitas tersebut meskipun harganya relatif tinggi. 5. Pendidikan Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa koefisien regresi untuk pendidikan bernilai positif sebesar 0,4885. Ini menunjukkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak melakukan pembelian daging sapi lokal sebesar 0,4885 kg dibandingkan konsumen dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05 sehingga konsumen dengan pendidikan yang tinggi belum tentu berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan konsumen dari hampir semua tingkat pendidikan sudah menyadari akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi untuk kesehatan. 6. Frekuensi Konsumsi Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel frekuensi konsumsi daging sapi lokal memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 1,4795. Artinya, konsumen yang lebih sering mengkonsumsi daging sapi lokal lebih banyak melakukan pembelian daging sapi lokal dibandingkan konsumen yang jarang mengkonsumsi daging sapi sebesar 1, 4795 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel frekuensi konsumsi berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 sehingga dengan meningkatnya frekuensi mengkonsumsi daging sapi, maka akan berpengaruh
60
nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena konsumen yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal tentunya akan membeli daging sapi lokal lebih banyak agar mereka dapat terus mengkonsumsinya. 7. Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk jumlah anggota keluarga bernilai positif sebesar 0,3324. Ini menunjukkan bahwa jika jumlah anggota keluarga bertambah satu orang maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan naik sebesar 0,3324 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal penelitian yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang dalam suatu rumah tangga maka akan semakin banyak pula kebutuhan mereka akan kebutuhan pangan seperti daging sapi sehingga akan semakin meningkat pula jumlah pembelian mereka terhadap daging sapi tersebut. 8.3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai P value pada uji F sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata yang dikehendaki, yaitu 0,05. Ini menunjukkan bahwa model dugaan signifikan pada taraf nyata lima persen. Sementara, untuk mengetahui peubah-peubah bebas yang dalam model yang signifikan berpengaruh terhadap faktor-faktor pembelian daging sapi lokal dapat dilihat pada nilai P value pada uji t. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor adalah umur dan frekuensi konsumsi. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor karena memiliki nilai P value yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sedangkan variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh
61
secara signifikan terhadap jumlah pembelian daging sapi impor karena memiliki nilai P value yang lebih besar dari alpha lima persen. Hasil analisis regresi faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor dapat dilihat di Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor T P VIF Predictor Coef SE Coef 0,467 1,666 0,28 0,783 Constant UMUR PENDAPATAN PENGELUARAN HARGA PENDIDIKAN FREK KON ANGGOTA KELUARGA
-0,02649 0,1270 0,0005749 0,01650 0,2776 0,8691 0,2209
0,01093 0,6039 0,0004816 0,01974 0,3651 0,3645 0,1211
-2,42 0,21 1,19 0,84 0,76 2,38 1,82
0,027 * 0,836 0,249 0,415 0,457 0,029 * 0,086
2,1 1,3 1,6 1,5 1,4 1,6 1,5
S = 0,719903 R-Sq = 70,6% R-Sq(adj) = 58,5% F hit = 5,83 P value = 0,001 Ket : * = signifikan pada taraf nyata lima persen
1. Umur Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel umur bernilai negatif yaitu sebesar -0,02649. Artinya jika usia bertambah sebesar satu tahun, maka jumlah pembelian daging sapi impor akan menurun sebesar 0,02649 kg. hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel umur merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan dari nilai P value yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga dengan semakin bertambahnya usia berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Hal ini dikarenakan semakin bertambah usia konsumen, mereka akan semakin selektif dalam memilih makanan karena khawatir akan kesehatan mereka. Terutama konsumen yang telah berusia lanjut, mereka akan mengurangi konsumsi daging sapi impor karena umumnya lemak di daging sapi impor yang cukup banyak oleh karena itu mereka akan mengurangi jumlah pembelian daging sapi impor tersebut. 62
2. Pendapatan Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,127, artinya konsumen dengan pendapatan yang lebih besar akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi impor sebesar 0,127 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian yaitu semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan membuat konsumen memilih daging yang mereka anggap berkualitas, seperti daging sapi impor sehingga jumlah pembelian daging sapi impor pun akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapaatan konsumen. Pada tingkat kepercayaaan 95 persen, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi. ini ditunjukkan dengan nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga konsumen dengan pendapatan yang lebih tinggi belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. 3. Pengeluaran Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel pengeluaran kelompok daging yang positif sebesar 0,0005749. Artinya jika pengeluaran untuk kelompok daging meningkat sebesar Rp 1.000 per bulan maka jumlah pembelian daging sapi impor akan naik sebesar 0,0005749. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi impor akan meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pengeluaran kelompok daging tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya pengeluaran untuk kelompok daging belum tentu berpengaruh nyata terhadap pembelian daging sapi impor.
63
4. Harga Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel harga yang positif sebesar 0,0165. Artinya jika harga daging sapi impor bertambah Rp 1.000 per kg, maka jumlah pembelian daging sapi impor akan meningkat sebanyak 0,0165 kg. Hasil ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan hipotesa awal yang menduga bahwa semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. Hal ini dikarenakan harga daging sapi menunjukkan kualitas dari daging itu sendiri. Semakin mahal harga daging sapi impor, maka kualitas daging sapi impor tersebut juga semakin baik. Semakin baik kualitas daging sapi, maka konsumen akan semakin banyak membeli daging sapi tersebut. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa peningkatan harga daging sapi belum tentu berpengaruh nyata terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Hal ini dikarenakan konsumen menganggap harga yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa daging sapi tersebut berkualitas sehingga mereka akan lebih memilih daging sapi yang berkualitas tersebut meskipun harganya relatif tinggi. 5. Pendidikan Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa koefisien regresi untuk pendidikan bernilai positif sebesar 0,2776. Ini menunjukkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak melakukan pembelian daging sapi impor sebesar 0,2776 kg dibandingkan konsumen dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05 sehingga konsumen dengan pendidikan yang tinggi belum tentu berpengaruh nyata terhadap jumlah
64
pembelian daging sapi impor. Hal ini dikarenakan konsumen dari hampir semua tingkat pendidikan sudah menyadari akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi untuk kesehatan. 6. Frekuensi Konsumsi Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel frekuensi konsumsi daging sapi lokal memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,8691. Artinya, konsumen yang lebih sering mengkonsumsi daging sapi impor lebih banyak melakukan pembelian daging sapi impor dibandingkan konsumen yang jarang mengkonsumsi daging sapi impor sebesar 0,8691 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel frekuensi konsumsi berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 sehingga dengan meningkatnya frekuensi mengkonsumsi daging sapi, maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Hal ini disebabkan karena konsumen yang sering mengkonsumsi daging sapi impor tentunya akan membeli daging sapi impor lebih banyak agar mereka dapat terus mengkonsumsinya. 7. Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk jumlah anggota keluarga bernilai positif sebesar 0,2209. Ini menunjukkan bahwa jika jumlah anggota keluarga bertambah satu orang maka jumlah pembelian daging sapi impor akan naik sebesar 0,2209 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal penelitian yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang dalam suatu rumah tangga maka akan semakin banyak pula kebutuhan mereka akan kebutuhan pangan seperti daging
65
sapi sehingga akan semakin meningkat pula jumlah pembelian mereka terhadap daging sapi tersebut. 8.4. Implikasi Pemasaran Strategi pemasaran merupakan salah satu strategi yang mendukung perkembangan bisnis secara keseluruhan untuk mencapai misi dan visi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu strategi pemasaran merupakan salah satu upaya untuk memperkuat bisnisnya di bidang pemasaran produk atau jasa. Berdasarkan hasil analisis sikap dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor, didapatkan strategi bauran pemasaran yang dapat diterapkan adalah : 1. Strategi produk Daging sapi yang beredar di pasaran merupakan daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) namun masih cukup banyak konsumen yang merasa kurang yakin dengan daging sapi yang beredar di pasaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil sebaran responden yang berhenti mengkonsumsi daging sapi sementara ketika mendengar isu penyakit pada sapi potong (Gambar 5). Ini perlu diperhatikan oleh pelaku usaha daging sapi karena faktor keamanan daging sapi merupakan salah satu dari lima faktor yang paling dipertimbangkan konsumen ketika membeli daging sapi. Oleh sebab itu para pelaku usaha daging sapi perlu memasang sertifikasi halal di tempat strategis dengan harapan konsumen dapat melihat sertifikasi tersebut agar mereka yakin bahwa daging sapi yang akan mereka beli itu aman. 2. Strategi harga Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan konsumen. Kebijakan pelaku usaha dalam menetapkan harga merupakan salah satu penentu kepuasan, apakah konsumen merasa puas dengan produk yang mereka beli dengan harga tertentu. Namun berdasarkan hasil analisis Fishbein dan analisis regresi, atribut harga merupakan atribut yang dinilai tidak cukup penting atau dipertimbangkan saat melakukan pembelian. Hal ini menunjukkan apabila daging sapi, baik lokal maupun impor mengalami kenaikan harga (pada tingkat tertentu) maka konsumen akan ttap melakukan pembelian. Oleh karena itu pelaku usaha daging sapi perlu merumuskan penetapan harga yang sesuai pasar yang dituju untuk masing-masing daging sapi seperti daging sapi impor untuk kalangan menengah hingga menengah
66
keatas. Sementara untuk daging sapi lokal konsumen merasa bahwa harga tersebut relatif mahal untuk kualitas daging sapi lokal yang ditawarkan sehingga perlu dilakukan perbaikan kualitas daging sapi. 3. Strategi promosi Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang penting untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sayangnya tidak semua orang suka makan daging sapi dikarenakan mereka khawatir akan kolesterol dalam daging sapi tersebut. Oleh sebab itu perlu dibuat layanan informasi mengenai manfaat gizi dalam daging sapi, termasuk kolesterol yang terkandung di daging sapi tersebut untuk menarik lebih banyak orang mengkonsumsi daging sapi. Layanan informasi ini dapat ditulis dalam bentuk poster, pamphlet, maupun iklan-iklan di media elektronik. 4. Strategi distribusi Daging sapi merupakan bahan pangan yang tidak tahan lama oleh sebab itu ketersediaan daging sapi harus terjamin di berbagai tempat penjualan daging, seperti pasar maupun supermarket. Semakin banyak tempat-tempat penjualan daging disekitar tempat tinggal konsumen akan semakin memudahkan konsumen mendapatkan daging sapi tersebut.
67