SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta)
SKRIPSI
YUKI MASILIANA BERNADIEN H34080137
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN YUKI MASILIANA BERNADIEN. Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA) Daging sapi adalah salah produk daging yang memiliki nilai perekonomian dan permintaan pasar yang tinggi. Hal ini dibuktikan dari peningkatan permintaan daging sapi sebesar 5 persen per tahunnya. Sayangnya peningkatan permintaan tersebut masih belum diimbangi oleh produksi daging sapi yang memadai sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor. Adanya kebijakan impor inilah yang kemudian memberikan dua jenis daging sapi di pasaran, yaitu daging sapi lokal dan daging sapi impor. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik konsumen daging sapi lokal dan daging sapi impor, (2) mengidentifikasi sikap konsumen untuk daging sapi lokal dengan daging sapi impor, dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi tersebut. Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga April 2012 di Kecamatan Setiabudi, Jakarta. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan dua tahap. Pertama, menentukan secara acak sederhana dua kelurahan yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel. Kedua, memilih masing-masing 25 responden dari dua kelurahan tersebut, sehingga total responden dalam penelitian ini terdiri dari 50 orang. Responden dalam penelitian dipilih secara purposive sampling berdasarkan tempat tinggal serta kesediaan mereka untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner yang disediakan. Metode pengolahan dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden daging sapi lokal dan impor. Sedangkan analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan model sikap multiatribut Fishbein dan analisis regresi. Secara umum karakteristik responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal dengan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor tidak banyak perbedaan. Masing-masing memiliki karakteristik berusia antara 17 hingga 26 tahun, wanita, memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah SMA, berpenghasilan antara Rp 1.000.000-Rp 2.500.000, memiliki jumlah anggota keluarga antara 4 hingga 6 orang serta memiliki anggaran belanja (pengeluaran) untuk kelompok daging sebesar Rp 100.000-Rp 500.000 per bulan. Perbedaan karakteristik responden daging sapi lokal dengan daging sapi impor terletak pada karakteristik pekerjaan. Responden daging sapi lokal kebanyakan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sementara responden daging sapi impor kebanyakan adalah pegawai swasta. Dilihat dari pola konsumsi daging sapi mereka, responden daging sapi lokal lebih sering membeli daging sapi rata-rata 0,5-1,5 kg per bulan di pasar tradisional. Selain itu responden daging sapi lokal juga lebih banyak yang menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 1-2 kali seminggu di
rumah mereka. Sementara untuk responden daging sapi impor rata-rata mereka membeli daging sapi sebanyak 1,51-2,5 kg per bulan di supermarket. Responden daging sapi impor lebih banyak menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 3-4 kali seminggu di rumah mereka. Berdasarkan hasil dari Multiatribut Fishbein, secara keseluruhan konsumen di Kecamatan Setiabudi memiliki sikap yang lebih positif terhadap daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor karena responden menilai semua atribut daging sapi lokal lebih baik daripada atribut daging sapi impor. Meskipun begitu beberapa atribut dari daging sapi lokal perlu ditingkatkan kualitasnya agar semakin banyak orang yang mengkonsumsinya. Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi pembelian daging sapi lokal adalah frekuensi konsumsi dan jumlah anggota keluarga. Sementara faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi pembelian daging sapi impor adalah frekuensi konsumsi dan usia.
SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta)
YUKI MASILIANA BERNADIEN H34080137
Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembellian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta)
Nama
: Yuki Masiliana Bernadien
NIM
: H34080137
Disetujui, Pembimbing,
Ir. Netti Tinaprilla, M.MA NIP 19690410 199512 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Sikap dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Yuki Masiliana Bernadien H34080137
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Desember 1990 sebagai anak dari pasangan Bapak Masduki Dullah Zaini dan Ibu Rahayu Kriswiyani. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 di TK Tegal, Jakarta. Kemudian melanjutkan ke SD Perguruan Cikini, Jakarta pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 115 Jakarta dan lulus tahun 2005. Setelah menempuh pendidikan menengah pertama, di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 26 Jakarta dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, pertolongan dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul “Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor (Studi Kasus di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta)”.
Sikap
konsumen merupakan salah satu faktor yang menjadi bagian dari perilaku konsumen dimana nantinya akan menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor perlu diketahui agar para pelaku usaha daging sapi mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap dua jenis daging tersebut serta faktor-faktor apa
yang
mempengaruhi
pembelian
tersebut
sehingga
mereka
dapat
mengembangkan produk daging sapi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2012 Yuki Masiliana Bernadien
UCAPAN TERIMAKASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Ir. Netti Tinaprilla, M.MA, yang telah memberikan bimbingan, masukan serta wawasan yang tidak ternilai harganya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji utama yang telah memberikan koreksi, masukan, dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. 3. Ibu Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan koreksi, masukan dan saran untuk penulisan yang lebih baik. 4. Bapak Sekretaris Camat yang telah membantu memberikan masukan serta informasi yang sangat berharga bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Ibu, Ayah dan Kakakku yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan tetap semangat dalam menjalani semuanya. 6. Sahabat-sahabatku yang selama ini telah menyemangatiku dalam menulis skripsi ini. 7. Temanku Farah Ratih yang bersedia menjadi pembahas seminar dan telah memberikan kritik dan sarannya yang sangat berharga. 8. Teman-teman seperjuanganku Fitri, Dian dan Ruri. Terima kasih atas masukan, dukungan, bantuan dan kebersamaannya selama ini. 9. Rekan-rekan Agribisnis angkatan 45, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaannya selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati dan melimpahkan kasih dan karunia-Nya.
Mudah-mudahan segala perhatian, doa dan bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini menjadi amal baik dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Juli 2012 Yuki Masiliana Bernadien
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
1 1 4 5 6
II.
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 2.1 Pola Konsumsi Daging Sapi ................................................... 2.2 Atribut-atribut yang Diperhatikan Konsumen Ketika Membeli Daging Sapi ............................................................. 2.3 Alat Analisis untuk Mengukur Sikap Konsumen ...............................................................................
7 7 7 8
III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 3.1.1 Perilaku Konsumen ..................................................... 3.1.2 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ................. 3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian ................................................... 3.1.4 Sikap dan Fungsi Sikap .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................
10 10 10 11
IV.
METODE PENELITIAN ............................................................ 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 4.2 Metode Penentuan Sampel ..................................................... 4.3 Data dan Instrumentasi ........................................................... 4.4 Metode Pengolahan Data ........................................................ 4.4.1 Analisis Deskriptif ...................................................... 4.4.2 Model Sikap Atribut Fishbein ..................................... 4.4.3 Analisis Regresi .......................................................... 4.5 Definisi Operasional .................................................................
21 21 21 22 22 22 22 25 29
V.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..........................
31
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 6.1 Karakteristik Responden Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor ............................................................................... 6.1.1 Usia ............................................................................. 6.1.2 Jenis Kelamin dan Status Pernikahan .......................... 6.1.3 Pendidikan Terakhir .................................................... 6.1.4 Pekerjaan ..................................................................... 6.1.5 Pendapatan per Bulan ..................................................
34
13 16 17
34 34 35 36 37 38
iii
6.1.6 Jumlah Anggota Keluarga ........................................... 6.1.7 Pengeluaran untuk Kelompok Daging ......................... 6.1.8 Kelompok Daging yang Sering Dikonsumsi ............... 6.2 Pola Konsumsi Daging Sapi ................................................... 6.2.1 Frekuensi Konsumsi dan Jumlah Pembelian Daging Sapi ................................................................. 6.2.2 Alasan Mengkonsumsi Daging Sapi ............................ 6.2.3 Tempat Pembelian Daging Sapi .................................. 6.2.4 Cara Pembelian Daging Sapi ....................................... 6.2.5 Pendapat Responden Mengenai Isu Penyakit pada Sapi Potong ................................................................... VII. SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR ............................. 7.1 Sikap Konsumen terhadap Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor ................................................................... 7.2 Komponen Evaluasi (Tingkat Kepentingan) ........................... 7.3 Komponen Kepercayaan (Tingkat Pelaksanaan) ..................... 7.4 Sikap Responden terhadap Atribut Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor .................................................................. VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI .................................................... 8.1 Model Regresi Hasil Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor ................................ 8.2 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal ................................................................... 8.3 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor ................................................................... 8.4 Implikasi Pemasaran ................................................................ IX.
39 39 37 41 41 42 44 45 46 47 47 47 49 53 56 56 57 61 66
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 9.1 Kesimpulan .............................................................................. 9.2 Saran ........................................................................................
68 68 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
70
LAMPIRAN ...........................................................................................
73
iv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Jenis Daging Segar Tahun 2006-2010 .......................................................
2
2. Asal Daging Sapi Impor Negara Indonesia dan Tetangga Tahun 2007 .......................................................................................
3
3. Jumlah Kelurahan, Kelurahan Terpilih dan Responden Terpilih Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta .....
21
4. Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan ........................................
32
5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 1990-2010 ..............................................................................
32
6. Jumlah Pasar Menurut Kelurahan dan Jenis .....................................
33
7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia ......................
34
8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......
35
9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan ..............................................................................
35
10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan ...........
36
11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ..............
38
12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan (Uang Saku) per Bulan .....................................................................
38
13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga .............................................................................
39
14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan untuk Kelompok Daging .........................................................
40
15. Kelompok Daging yang Sering Disajikan di Rumah ........................
40
16. Frekuensi Penyajian Hidangan Berbahan Baku Daging Sapi di Rumah dalam Periode Satu Bulan ....................................................
41
17. Jenis Karkas Daging yang Sering Dibeli ..........................................
42
18. Jumlah Pembelian Daging Sapi per Bulan .......................................
42
19. Motivasi Responden dalam Mengkonsumsi Daging Sapi ................
43
20. Tempat Pembelian Daging Sapi .......................................................
44
21. Alternatif Tempat Pembelian Daging Sapi .......................................
44
22. Cara Memutuskan Pembelian Daging Sapi ......................................
46
v
23. Nilai Kepentingan (ei) dan Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Daging Sapi .......................................................................................
48
24. Nilai Kepercayaan Atribut (bi) dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Daging Sapi .......................................................................................
50
25. Hasil Analisis Sikap terhadap Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor .........................................................................................
53
26. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal ..........................................................
58
27. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor ..........................................................
62
vi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor .......................................................................
20
2. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Perguruan Tinggi .....................................................................
37
3. Indikator yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Daging Sapi ..................................................................................
43
4. Sumber Informasi Responden Ketika Memilih Daging Sapi .......
45
5. Sebaran Jawaban Responden terhadap Implikasi Adanya Isu Penyakit Pada Sapi Potong ..........................................................
46
vii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Jumlah Pembelian Daging Sapi Lokal ....................................................................................
74
2. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Jumlah Pembelian Daging Sapi Impor ....................................................................................
75
3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor .......................................................................
76
4. Hasil Uji Homoskedastisitas Daging Sapi Lokal .........................
77
5. Hasil Uji Homoskedastisitas Daging Sapi Impor .........................
78
6. Kuesioner Penelitian ....................................................................
79
viii
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Subsektor
peternakan
memegang
peranan
yang
strategis
dalam
perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia. Peranan strategis tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal berikut, seperti penyedia protein hewani bagi masyarakat, peningkatan pendapatan peternak serta penyumbang pajak negara dan berkontribusi dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Karena peranan strategis itulah, produk-produk peternakan merupakan salah satu produk yang sangat penting dalam kehidupan (Ditjennak Jambi 2009). Produk utama asal ternak yang sangat penting dalam memenuhi gizi masyarakat serta menjadi komoditas ekonomi yang strategis adalah daging, telur, dan susu. Dari ketiga produk pangan tersebut, komoditas daging khususnya daging sapi adalah salah satu dari lima komoditas strategis yang diharapkan akan mencapai swasembada pada tahun 2014 mendatang. Hal ini dikarenakan permintaan akan komoditas ini yang cenderung berfluktuasi setiap tahunnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi rata-rata per kapita untuk daging cenderung tidak mengalami perubahan dari tahun 2009. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa pertumbuhan konsumsi rata-rata yang paling besar ada di daging sapi. Peningkatan konsumsi daging yang cukup besar ini membuktikan bahwa daging sapi merupakan salah satu produk yang memiliki nilai perekonomian serta permintaan pasar yang tinggi. Kebutuhan akan daging sangat erat kaitannya dengan suplai daging dari dalam negeri. Sejauh ini, tingginya permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh suplai yang memadai. Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan produksi daging sapi nasional pada tahun 2010 mencapai 261.627 ton sementara menurut data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebutkan bahwa setiap tahun masyarakat Indonesia membutuhkan sekitar 350.000-400.000 ton daging sapi. Adanya kesenjangan antara permintaan dan pasokan inilah yang kemudian membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor daging sapi untuk memenuhi permintaan dalam negeri sehingga di pasaran terdapat dua pilihan daging sapi, yaitu daging sapi lokal dan daging sapi impor.
Tabel 1. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Jenis Daging Segar, 2006-2010 (kg/kapita/tahun) Tahun No
Komoditi
Pertumbuhan 2010 dengan 2009 (%)
2006
2007
2008
2009
2010
0,313 0,052 0,052 0,261
0,417 0,000 0,052 0,261
0,365 0,000 0,052 0,209
0,313 0,000 0,000 0,209
0,365 0,000 0,000 0,209
16,67 0,00
3,024 0,052 0,052
4,119 0,052 0,052
3,806 0,052 0,052
3,598 0,052 0,052
4,171 0,052 0,052
15,94 0,00 0,00
0,104 0,052
0,104 0,052
0,00 0,00
0,052 0,052 0,052 0,052 0,052
0,052 0,052 0,052 0,052 0,052
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Daging segar 1 2 3 4
Sapi Kerbau Kambing Babi Ayam (ras dan kampung) Unggas lainnya Daging lainnya
5 6 7
Daging diawetkan 1 2
Abon Lainnya
0,010 0,000
0,021 0,052
0,016 0,000
Lainnya 1 2 3 4 5
Hati Jeroan selain hati Tetelan Tulang Lainnya
0,052 0,052 0,104 0,052 0,052
0,104 0,052 0,104 0,052 0,052
0,052 0,052 0,052 0,052 0,052
Sumber : Susenas Badan Pusat Statistik dalam Kementrian Pertanian (2011)
Ada dua pola impor daging sapi yang berlaku, yaitu pola impor daging sapi berbasis zona (zone based) dan berbasis negara (country based)1. Zone based memiliki arti pernyataan impor daging sapi bebas penyakit kuku dan mulut (PMK) ditentukan per wilayah dalam satu negara, sedangkan untuk country based berarti pernyataan impor daging sapi bebas PMK ditentukan berdasarkan seluruh wilayah di negara pengimpor. Indonesia sendiri merupakan negara yang menganut pola impor sapi berbasis negara (country based), artinya selama ini impor daging yang dilakukan di Indonesia berasal dari negara-negara yang dinyatakan bebas sapi gila, PMK, dan penyakit-penyakit lainnya yang dapat membahayakan manusia. Oleh karena itu, negara yang selama ini menjadi negara pengimpor daging sapi di Indonesia adalah Australia dan Selandia Baru.
1
Anonim. Soal Rencana Mengubah Impor Daging Sapi Berbasis Negara Menjadi Zonasi. http://www.sinartani.com/Nasional/SOAL-RENCANA-MENGUBAH-IMPOR-DAGINGSAPI-BERBASIS-NEGARA-MENJADI-ZONASI.html. [27 Februari 2012].
2
Tabel 2. Asal Daging Sapi Impor Negara Indonesia dan Tetangga Tahun 2007 Asal Daging Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand
Australia
US
NZ
India
Amerika Selatan
58% 5% 17% 26% 67%
0% 0% 3% 1% 2%
41% 0% 6% 12% 21%
83% 52% -
7% 30% 61% 4%
Sumber: MLA (Meat and Livestock Australia) dalam food review (2011)2
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis sapi lokal yang telah beradaptasi baik dengan lingkungan setempat dan telah secara turun temurun dipelihara oleh para peternak. Macam-macam sapi lokal tersebut adalah sapi Bali, Peranakan Ongole (PO), Sumba Ongole (SO), sapi Madura dan Aceh (Ditjennak 2010). Masing-masing sapi lokal ini memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan jenis sapi lain. Misalnya sapi Bali yang memiliki tulang yang terbilang kecil dibandingkan sapi jenis lain namun memiliki persentase daging yang lebih tebal atau sapi PO yang memiliki kualitas daging yang baik. Ada beberapa perbedaan antara daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Dari segi tekstur, daging sapi impor memiliki tekstur yang lebih lembut daripada daging sapi lokal. Perbedaan tekstur ini dikarenakan proses beternak yang lebih terjamin sehingga otot sapi impor tidak sekeras sapi lokal3. Sementara dari ketebalan dagingnya, daging sapi impor memiliki ketebalan daging yang lebih daripada daging sapi lokal4. Namun dilihat dari segi kepastian kehalalan, masyarakat jauh lebih mempercayai kehalalan daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor. Hal ini dikarenakan cara pemotongannya yang sudah disesuaikan dengan kaidah Islam dan terpantau oleh MUI setempat. Begitu juga dari segi kesegaran daging. Daging sapi impor biasanya dijual dalam bentuk daging beku, sementara daging sapi lokal banyak di jual dalam bentuk segar. 2
3
4
Syarif, H. Maret 2011. Asal Daging Sapi Impor Negara Indonesia dan Tetangga. Food Review 6 (3): hlm. 28 Puspitasari, A. 2012. Begini Cara Mengempukkan Daging Sapi. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/11/11/14/lun7rd-begini-caramengempukkan-daging-sapi. [27 Februari 2012]. Sompotan, J. 2011. Iga Sapi versus Impor. http://www.okefood.com/read/2011/10/05/304/511332/iga-sapi--vs-impor. [27 Februari 2012].
3
Semakin banyaknya pilihan jenis daging sapi serta keunggulan dari masing-masing jenis daging tersebut kemudian mengantarkan konsumen untuk dapat memilih daging mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka, apakah daging sapi lokal ataukah daging sapi impor. Sikap konsumen terkait kedua jenis daging ini menjadi penting untuk dipelajari lebih dalam lagi. Diharapkan dari hasil studi tentang sikap daging sapi lokal dengan daging sapi impor ini dapat memberikan pengetahuan kepada produsen akan jenis daging sapi yang lebih disukai oleh masyarakat. 1.2.
Perumusan Masalah Daging sapi merupakan salah satu kebutuhan strategis masyarakat yang
kebutuhannya saat ini banyak dipenuhi oleh pasokan dalam negeri dan impor. Hal ini dikarenakan produksi daging sapi lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak 350.000-400.000 ton daging sapi setiap tahunnya. Karena adanya kesenjangan antara permintaan dan suplai daging sapi inilah yang membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor daging sapi. oleh karena itu saat ini di pasaran terdapat dua pilihan daging sapi, yaitu daging sapi lokal dan daging sapi impor. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah dengan konsumsi daging sapi terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya Jakarta membutuhkan daging sapi sebanyak kurang lebih 50.000 ton. Sayangnya daerah ini merupakan daerah yang ketersediaan daging sapinya tergantung dari luar Jakarta. Daerah pemasok daging sapi ke Jakarta adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan NTT. Hal ini disebabkan karena tidak ada peternakan sapi di daerah ini oleh sebab itu dari seratus persen daging sapi yang dijual di Jakarta, sebanyak 70 persennya merupakan daging sapi impor sementara sisanya merupakan daging sapi lokal. Ketersediaan daging sapi lokal yang sedikit ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa masyarakat di daerah Jakarta lebih sering mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan jumlah daging sapi impor yang lebih banyak sehingga ada kekhawatiran masyarakat yang sudah terbiasaa mengkonsumsi daging sapi impor enggan beralih mengkonsumsi daging sapi lokal.
4
Seiring peningkatan pendapatan masyarakat jumlah masyarakat golongan menengah pun juga semakin meningkat. Jika menggunakan indikator bank dunia maka rata-rata warga DKI Jakarta menurut data susenas yang dikeluarkan BPS merupakan masyarakat golongan menengah. Adanya peningkatan perekonomian membuat permintaan akan daging sapi berkualitas pun semakin meningkat. Kemudian jika masyarakat, khususnya warga Jakarta, dihadapkan pada dua jenis daging sapi, daging sapi lokal dengan daging sapi impor, beserta keunggulankeunggulan dari masing-masing jenis daging sapi tersebut pilihan mana yang kemudian akan diambil oleh warga dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi mereka dalam memilih pilihan tersebut, itulah yang menjadi pembahasan utama dari penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik responden daging sapi lokal dan impor di daerah penelitian? 2. Bagaimana sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap daging sapi yang mereka pilih? 1.3.
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap konsumen
terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik responden daging sapi lokal dan daging sapi impor di daerah penelitian. 2. Mengidentifikasi sikap konsumen untuk daging sapi lokal dengan daging sapi impor. 3. Mengidentifikasi pengaruh karakteristik konsumen dalam memilih daging sapi tersebut.
5
1.4.
Manfaat Penelitian
A. Bagi pelaku usaha Manfaat penelitian bagi pelaku usaha adalah memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen daging sapi serta sebagai masukan kepada produsen daging sapi untuk mengembangkan produknya. B. Bagi penulis Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah sebagai bahan pembelajaran mengenai konsep perilaku konsumen, khususnya mengenai sikap daging sapi.
6
II. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pola Konsumsi Daging Sapi Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia (Pramono 2001). Salah satu daging ternak yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah daging sapi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat sikap konsumen terhadap daging sapi yang ada di pasaran (Pahar 2008, Purba 2006, Dano 2004, Maharany 2002, Pramono 2001, Liyanah 2001, Curtis 2006, Umberger 2003 dan Tambunan 2001). Beberapa diantara penelitian tersebut menggarisbawahi pola konsumsi daging yang ada di masyarakat. Dilihat dari pola konsumsi masyarakat, konsumen biasanya membeli daging sapi seminggu sekali bahkan kadang mereka membeli hingga sebulan sekali (Dano 2004 dan Maharany 2002). Alasan utama mereka membeli daging sapi tersebut adalah pemenuhan gizi (Pahar 2008 dan Pramono 2001) dan karena selera (Maharany 2002). Hal ini menandakan bahwa frekuensi pembelian daging sapi sangat bervariasi dan biasanya sangat dipengaruhi oleh selera konsumen. Potongan daging yang paling banyak dibeli adalah daging has karena konsumen menilai daging ini lebih bersih, lebih padat dan tidak berlemak (Pramono 2001). Selain itu potongan daging ini juga lebih mudah untuk diolah menjadi berbagai masakan karena dagingnya yang lembut (Maharany 2002). 2.2
Atribut-atribut yang Diperhatikan Konsumen Ketika Membeli Daging Sapi Daging sapi merupakan produk pangan yang cenderung meningkat
permintaannya seiring dengan perkembangan ekonomi masyarakat. Selain perkembangan ekonomi, faktor-faktor lain yang juga mendukung peningkatan permintaan daging sapi adalah pertambahan penduduk, perbaikan tingkat pendidikan serta perubahan gaya hidup di masyarakat. Perkembanganperkembangan di dalam masyarakat itulah yang kemudian membawa konsumen daging sapi pada suatu kebutuhan akan daging sapi ideal (Tambunan 2001). Setiap konsumen biasanya memperhatikan beberapa atribut yang dijadikan pegangan untuk memilih produk yang akan mereka beli (Dano 2004). Hal ini pula yang terjadi ketika konsumen dihadapkan pada pilihan daging sapi segar yang 7
akan dibeli, baik di pasar tradisional maupun daging sapi yang dibeli di pasar modern. Setidaknya ada enam atribut yang paling diperhatikan konsumen dalam membeli daging sapi, yaitu rasa, harga, kesegaran, keamanan, keempukan, dan tidak berlemak (Curtis 2006). Berdasarkan kualitas fisik daging sapi, biasanya konsumen tersebut akan memilih daging sapi yang berwarna merah segar, kenyal dengan lemak yang sedikit (Pahar 2008 dan Tambunan 2001). Selain itu konsumen juga cenderung memilih daging sapi yang permukaannya mengkilap dan agak basah, serta memiliki tekstur daging yang halus (Tambunan 2001). Sementara Purba (2006) menambahkan bahwa kesesuaian harga dengan kualitas daging serta ada atau tidaknya sertifikat daging merupakan atribut yang juga diperhatikan konsumen dalam melakukan pembelian daging sapi. Alasan utama konsumen memilih sifat-sifat fisik di atas sebagai daging sapi yang ideal menurut mereka, seperti yang dijelaskan Tambunan (2001), karena mereka yakin bahwa ciri-ciri fisik tersebut menandakan bahwa daging tersebut masih segar. Hal ini dapat dilihat misalnya dari segi kekenyalan dan kilap dari daging sapi tersebut. Daging sapi yang sudah tidak kenyal lagi dan permukaannya sudah suram kemungkinan besar berasal dari daging sapi yang tidak habis terjual hari sebelumnya. Atribut harga, meskipun termasuk atribut yang sangat penting bagi konsumen, namun memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan atribut fisik lain yang juga memiliki tingkat kepentingan atribut sangat penting (Curtis dkk 2006). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian konsumen menganggap atribut harga tidak lebih penting dibandingkan atribut fisik daging sapi (Pahar 2008, Umberger 2003 dan Maharany 2002) sedangkan sebagian konsumen akan lebih menyoroti harga dari daging sapi dibandingkan atribut fisiknya (Purba 2006 dan Dano 2004). 2.3
Alat Analisis untuk Mengukur Sikap Konsumen Selama ini penelitian mengenai sikap cenderung melihat perilaku
konsumen secara eksplisit, padahal penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sebenarnya orang memiliki dua sikap yang berbeda terhadap satu objek yang sama di waktu yang sama. Kedua sikap tersebut adalah sikap eksplisit dan sikap implisit (Friese 2006). Greenwald & Banaji dalam Friese (2006) mendefinisikan
8
sikap implisit sebagai respon positif atau negatif terhadap suatu objek yang muncul karena pengalaman masa lalu, dimana orang tersebut tidak menyadarinya. Adanya respon evaluatif dari konsumen terhadap suatu barang tentunya akan mempengaruhi konsumen ketika mereka akan melakukan proses pengambilan keputusan. Untuk menilai sikap implisit konsumen, Friese (2006) menggunakan IAT (Implicit Association Test). IAT terbukti sebagai salah satu alat yang sangat berguna dalam meneliti sikap konsumen, baik secara umum maupun implisit. hal ini dapat dilihat dari banyaknya penelitian yang berhasil mengidentifikasi merek tertentu dilihat dari sikap eksplisit dan implisit konsumen. Meskipun begitu, Friese menambahkan IAT sendiri masih belum bisa menjelaskan interpretasi absolut dari skor IAT. Oleh karena itu apabila didapat sikap implisit subjek lebih positif untuk BMW daripada untuk Mercedez bukan berarti sikap implisit subjek tersebut terhadap Mercedez adalah negatif. Selain menggunakan IAT, salah satu alat analisis yang banyak digunakan untuk mengukur sikap adalah analisis multiatribut Fishbein. Disebut model sikap multiatribut karena difokuskan pada kepercayaan konsumen tentang multiatribut suatu merek atau produk. Model multiatribut ini menerangkan proses integrasi yang mengkombinasikan pengetahuan produk (evaluasi dan kepercayaan utama) untuk membentuk sikap yang menyeluruh. Selain dapat memperkirakan sikap terhadap suatu produk, model multiatribut juga sangat berguna untuk mengidentifikasi ciri atau atribut mana yang paling penting (atau paling utama) bagi konsumen sehingga biasanya para pemasar menggunakan model ini untuk merumuskan strategi permasaran. Calder (1975) menyatakan bahwa meskipun alasan dibaliknya seringnya model ini digunakan dalam penelitian perilaku konsumen masih belum jelas, alasan yang umum digunakan adalah karena model multiatribut ini memberikan informasi mengenai struktur sikap yang menjadi dasar dalam memprediksi perilaku. Pengetahuan tentang struktur sikap tentunya menambah pemahaman atas pengambilan keputusan konsumen terhadap suatu objek. Oleh karena itu alat analisis yang digunakan untuk menguji sikap dalam penelitian ini adalah analisis multiatribut Fishbein.
9
III. 3.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi terkait dengan peran mereka sebagai konsumen. Solomon (1992) menjelaskan perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pada saat seorang individu baik sendiri
maupun
berkelompok,
melakukan
pembelian,
penggunaan,
atau
pembuangan barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Tindakan membeli ini terwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap merek, atribut, jumlah produk, tempat, waktu dan frekuensi pembelian Selain definisi yang diungkapkan di atas, beberapa ahli juga memiliki definisi sendiri mengenai perilaku konsumen. Misalnya Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang memperlihatkan konsumen
dalam
mencari,
membeli,
menggunakan,
mengevaluasi
dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Berdasarkan ketiga definisi perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan segala bentuk aktivitas orang-orang maupun konsumen untuk mendapatkan, menghabiskan, mengkonsumsi barangbarang ekonomi dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen dalam prakteknya cenderung mengarah pada perilaku yang berhubungan dengan pencarian, pembelian, dan penggunaan produk atau jasa. Menurut Setiadi (2010) dalam banyak hal, sikap terhadap produk tertentu akan mempengaruhi apakah konsumen jadi membeli atau tidak. Sikap positif terhadap produk tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut, tetapi sebaliknya sikap negative akan menghalangi konsumen untuk melakukan pembelian.
10
3.1.2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli muncul melalui tahapan-tahapan tertentu. Ada lima tahap-tahap proses proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler (2002), yaitu: pengenalan kebutuhan. pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. A. Pengenalan Kebutuhan Awal mula proses pembelian adalah saat pembeli mengenal suatu kebutuhan yang dipicu oleh suatu rangsangan, baik rangsangan internal maupun rangsangan eksternal. Penganalisaan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Sehingga pada hakikatnya tahapan ini bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian antara keadaan yang dihadapi konsumen sekarang dan keadaan yang dinginkan konsumen. B. Pencarian Informasi Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah konsumen mengenali kebutuhannya. Pada tahapan ini konsumen akan meninjau lingkungannya untuk mendapatkan data yang sesuai untuk membuat keputusan pembelian. Solomon (2006) menyatakan bahwa pencarian informasi dapat dilakukan konsumen dengan dua cara, yaitu : 1. Pencarian internal dan pencarian eksternal Pencarian internal didapat dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan para konsumen atas berbagai produk. Sedangkan pencarian eksternal didapat dari pengumpulan informasi dimana konsumen mendapatkan informasi yang mereka butuhkan melalui iklan, teman, atau orang-orang disekitarnya. 2. Pencarian sengaja dan tidak sengaja (kebetulan) Pencarian sengaja disebut sebagai pencarian aktif, sedangkan pencarian tidak sengaja merupakan cara yang lebih pasif dalam mendapatkan informasi. Pencarian sengaja merupakan hasil dari pembelajaran konsumen yang didapat pada waktu sebelumnya dimana konsumen, pada saat itu, telah melakukan pencarian informasi yang relevan atas suatu produk atau telah merasakan
11
beberapa alternatif produk secara langsung. Sementara pencarian tidak sengaja merupakan hasil dari stimuli iklan dan kegiatan promosi penjualan dari suatu produk yang dilakukan secara terus menerus sehingga orang akan terus mengingat produk tersebut. Dengan orang mengingat suatu produk tertentu, diharapkan, mereka akan membeli produk tersebut jika suatu hari nanti mereka membutuhkannya. C. Evaluasi Alternatif Setelah melalui tahap pencarian informasi, maka tahapan selanjutnya adalah evaluasi alternatif dimana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif serta membuat pertimbangan nilai terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Kriteria alternatif yang sering digunakan konsumen antara lain harga, kepercayaan akan merek, negara asal, dan kriteria yang bersifat hedonik (Kotler 1997). Menurut Kotler konsumen melihat setiap produk sebagai satu set atribut dengan kemampuan yang beragam untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen membangun suatu brand beliefs untuk setiap atribut yang ada pada masing-masing merek. Dari brand belief ini konsumen kemudian membentuk brand image atas suatu produk berdasarkan pengalaman konsumen yang telah menggunakan produk tersebut. Umumnya dari brand image itulah konsumen akan mengumpulkan beberapa alternatif produk untuk dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian. D. Keputusan Pembelian Menurut Solomon (2006) konsumen mempertimbangkan beberapa atribut produk dengan menggunakan aturan yang berbeda, bergantung pada kompleksitas dan kepentingan dari keputusan tersebut bagi mereka. Salah satu cara untuk membedakan aturan tersebut adalah dengan mengelompokkannya ke dalam : 1. Non-compensatory decision rules Konsumen akan mengeliminasi produk-produk yang tidak sesuai dengan beberapa standar yang ditentukan. Semakin terkenal suatu merek maka akan semakin besar kemungkinan konsumen ini memilih merek tersebut untuk memenuhi kebutuhannya atas suatu kelompok barang.
12
2. Compensatory decision rules Konsumen akan lebih melihat suatu produk secara utuh. Ketika kemampuan konsumen dalam mengolah informasi terbatas, biasanya konsumen ini akan lebih memilih produk yang memiliki atribut yang bernilai positif lebih banyak. Namun jika konsumen menghadapi situasi yang lebih rumit, konsumen juga akan mempertimbangkan kepentingan relatif dari atribut bernilai positif serta bobot kepentingan dari merek produk. E. Perilaku Setelah Pembelian Tahapan ini merupakan tahapan yang akan membentuk sikap dan keyakinan konsumen akan produk yang dibeli karena konsumen akan mengevaluasi hasil pembeliannya. Apabila konsumen puas, maka akan terbentuk sikap dan kepercayaan yang positif atas pembelian selanjutnya, dan sebaliknya. Solomon (2006) menyatakan bahwa kepuasan dari konsumen ini sangat dipengaruhi oleh harapan mereka atas kualitas dari produk yang mereka gunakan. Jika produk dapat memenuhi harapan konsumen, maka pengaruh positif akan diberikan konsumen terhadap produk tersebut, sebaliknya jika produk gagal memenuhi harapan konsumen maka pengaruh negatif akan diberikan konsumen terhadap produk. Ketika konsumen memberikan pengaruh negatif terhadap produk atau jasa yang mereka konsumsi, itu artinya mereka tidak puas dengan apa yang mereka dapatkan. Ketika hal ini terjadi ada kemungkinan tindakan yang akan diambil konsumen, yaitu: 1. Voice response: Konsumen dapat meminta ganti rugi keoada penjual. 2. Private response: Menyatakan ketidakpuasan terhadap produk atau toko kepada teman dan/atau keluarga. 3. Third-party response: Konsumen dapat menuliskan keluhan mereka di Koran atau bahkan mengambil tindakan hukum terhadap penjual. 3.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Keputusan konsumen untuk membeli biasanya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian tersebut. Setiadi (2010) mengemukakan ada empat faktor utama yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, yaitu 13
kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar tetapi harus benar-benar diperhitungkan. oleh karena itu penting untuk membanhas pengaruh tiap faktor terhadap perilaku pembelian. Setiadi (2010) menjelaskan dengan lebih rinci keempat faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian tersebut di bawah ini. 1. Faktor-faktor Kebudayaan •
Kebudayaan Kebudaayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk–makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.
•
Subbudaya Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Subbudaya dapat dibedakan menjadi empat jenis : kelompok nasionalisme, kelomok ras, dan area geografis.
•
Kelas sosial Kelas-kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-faktor Sosial •
Kelompok referensi Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi dibagi menjadi empat, yaitu : (1) kelompok primer, (2) kelompok sekunder, (3) kelompok aspirasi, (4) kelompok diasosiatif.
•
Keluarga Keluarga dibedakan menjadi dua kelompok dalam kehidupan pembeli, yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi merupakan orang tua seseorang dimana dari orang tualah seseorang
14
mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan
cinta. Sedangkan keluarga
prokreasi merupakan pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga yang merupakan organisasi pembeli yang paling penting. •
Peran dan status Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan status.
3. Faktor Pribadi •
Umur dan tahapan dalam siklus hidup Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis.
•
Pekerjaan Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yan gmemiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
•
Keadaan ekonomi Keadaaan ekonomi terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap membelanjakan uang.
•
Gaya hidup Adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu di balik kelas social seseorang.
•
Kepribadian dan konsep diri Adalah karakteristik psikologis yang brbeda dari setiap orang yang memandang responsnya terhadap lingkungan yang relative konsisten. Kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dan berbagai pilihan produk atau merek.
15
4. Faktor-faktor psikologis •
Motivasi Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus, resah tidak nyaman. Adapun kebutuhan lain bersifat psikogenik, yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri dan kebutuhan untuk diterima.
•
Persepsi Adalah
proses
dimana
seseorang
memilih,
mengorganisasikan,
mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama oleh karena itu pemasar harus bekerja keras menyatukan persepsi produk yang ditawarkan kepada konsumen. •
Proses belajar Menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
•
Kepercayaan dan sikap Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan sikap adalah evaluasi keseluruhan terhadap objek.
3.1.4. Sikap dan Fungsi Sikap Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis social kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Peter (1999) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan seseorang. Sementara evaluasi adalah tanggapan pengaruh pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah. Evaluasi dapat diciptakan oleh sistem afektif maupun kognitif. Sistem pengaruh secara otomatis memproduksi suatu tanggapan segera dan langsung pada rangsangan tertentu. Tanggapan afektif yang menyenangkan atau tidak menyenangkan tersebut muncul tanpa pemrosesan kognitif yang disadari terhadap 16
informasi produk tertentu. Kemudian, melalui proses pengkondisian klasik, evaluasi tersebut dapat dikaitkan dengan produk atau merek tertentu, sehingga menciptakan suatu sikap. Hal ini memiliki arti bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang konsumen terhadap objek yang dipertanyakan. Kepercayaan (kognisi) dan keinginan untuk bertindak (conation) dipandang memiliki hubungan dengan sikap tetapi merupakan konsep kognitif yang terpisah bukan bagian dari sikap itu sendiri (Setiadi 2010). Dilihat
dari
fungsinya,
Daniel
Kazt
dalam
Setiadi
(2010)
mengklasifikasikan empat sikap, yaitu : 1.
Fungsi Utilitarian Adalah fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.
2. Fungsi Ekspresi Nilai Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas mafaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya. 3. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap
yang
dikembangkan
oleh
konsumen
cenderung
untuk
melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego. 4. Fungsi Pengetahuan Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevandan tidak relevan dengan kebutuhannya. 4.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Daging sapi merupakan salah satu kebutuhan strategis masyarakat yang
kebutuhannya saat ini banyak dipenuhi oleh pasokan dalam negeri dan impor. Hal
17
ini dikarenakan setiap tahun permintaan akan daging sapi ini terus meningkat, yaitu sebesar 5 persen per tahun, sementara kebutuhan daging dalam negeri masih belum bisa terpenuhi secara mandiri sehingga untuk memenuhi pemintaan tersebut pemerintah harus mengimpor5. Fokus dari penelitian ini adalah konsumen daging sapi yang berada di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi. Daging sapi sendiri dipilih karena selama ini 70 persen daging sapi yang dijual di Jakarta merupakan daging sapi impor6. Sementara itu pemerintah mencanangkan program swasembada daging 2014 dengan harapan 90 persen kebutuhan daging sapi dalam negeri dipenuhi oleh daging sapi lokal. Namun, jika melihat kondisi yang terjadi di Jakarta, secara tidak langsung menyatakan bahwa masyarakat di daerah ini lebih terbiasa mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi, karena jumlahnya yang lebih banyak tadi sehingga ada kekhawatiran masyarakat yang sudah terbiasa memakan daging sapi impor enggan beralih ke daging sapi lokal. Oleh karena itu penelitian ini berusaha melihat bagaimana sikap masyarakat di daerah ini terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Untuk melihat sikap konsumen terhadap daging sapi dengan daging sapi impor, dilakukan penilaian terhadap tiga kategori, yaitu karakteristik konsumen daging sapi, atribut daging sapi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka masing-masing kategori tersebut dinilai dengan alat analisis yang sesuai. Penilaian terhadap karakteristik konsumen daging sapi dilakukan dengan analisis deskriptif yang dapat menduga seperti apa karakteristik konsumen daging sapi di lokasi penelitian. Sementara untuk melihat atribut-atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli daging sapi digunakan alat analisis multiatribut Fishbein. Adapun atribut-atribut daging sapi yang diteliti dalam penelitian ini adalah harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging. Sedangkan untuk melihat faktor-faktor 5 Setiadi A. Maret 2011. Pertaruhan Program Swasembada Daging Sapi 2014. Food Review 6
6 (3): hlm 22. Anonim. 2012. DKI Butuh Kuota Khusus Daging. http://www.wartakotalive.com/detil/berita/74016/DKI-Butuh-Kuota-Khusus-Daging.[27 Februari 2012]
18
yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap daging sapi yang dibelinya digunakan analisis regresi. Adapun variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini umur, pendapatan, pengeluaran untuk kelompok daging, harga daging sapi, tingkat pendidikan, frekuensi konsumsi daging sapi dan jumlah anggota keluarga. Alur kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1.
19
• • •
Kebutuhan daging sapi nasional belum bisa terpenuhi secara mandiri. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan impor daging sapi. Sehingga ada dua jenis daging sapi di pasaran, yaitu daging sapi lokal dan impor
Sosial ekonomi konsumen daging sapi lokal dan impor
Konsumen
Atribut daging sapi lokal dan impor
Proses pengambilan keputusan
Analisis deskriptif
Multiatribut Fishbein
Karakteristik konsumen daging sapi lokal dan impor
Sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor
Analisis regresi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi tersebut
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Sikap dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor
20
IV. 4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor
ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan. DKI Jakarta dipilih secara purposive karena selama ini 70 persen daging sapi yang ada di Jakarta merupakan daging impor7 dan Kecamatan Setiabudi sendiri dipilih dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat karena merupakan kawasan bisnis dan penduduk di wilayah ini merupakan orang-orang dengan tingkat ekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret sampai dengan April 2012 4.2.
Metode Penentuan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan secara acak sederhana dua kelurahan yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu memilih responden dari masing-masing kelurahan tersebut. Setiap kelurahan terpilih akan diwakili oleh 25 responden sehingga total responden dalam penelitian ini adalah 50 orang. Jumlah Kelurahan, Kelurahan Terpilih dan Responden Terpilih Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kecamatan Kelurahan Kelurahan Terpilih Responden Terpilih Menteng Atas 25 orang Setiabudi 8 Pasar Manggis 25 orang Jumlah 50 orang Tabel 3.
Responden dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan tempat tinggal mereka, apakah di Kelurahan Pasar Manggis atau di Kelurahan Menteng Atas serta kesediaan mereka untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner yang telah disediakan. Syaratsyarat pemilihan responden dalam penelitian ini diantaranya, dapat berkomunikasi dengan baik, dewasa dengan batasan umur minimal 17 tahun dan umur maksimal
7
Loc.cit
21
65 tahun serta memiliki wewenang sendiri dalam menentukan pengeluarannya untuk berbelanja misalnya ayah/suami, ibu/istri, pelajar/mahasiswa. 4.3.
Data dan Instrumentasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden rumah tangga sebagai konsumen daging sapi. Sementara data sekunder yang digunakan merupakan data penunjang dan pelengkap penelitian yang diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Perpustakaan IPB dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian. 4.4.
Metode Pengolahan Data
4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa karakteristik responden, yaitu umur, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, pendapatan serta pendidikan. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana dengan mengelompokkan responden berdasarkan jawaban yang sama dan kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. 4.4.2. Model Sikap Multiatribut Fishbein Model sikap Multiatribut Fishbein digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen. Berdasarkan model ini, sikap terhadap objek tertentu didasarkan pada peringkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut objek yang bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut produk. Tujuan dilakukannya analisis atribut untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor adalah untuk membandingkan sikap dari kedua jenis daging sapi tersebut. Dalam hal ini yang digunakan sebagai pembanding antara kedua jenis daging sapi adalah atribut produk. Secara simbolis, formulasi model Fishbein dapat dirumuskan sebagai berikut :
bi. ei
22
Keterangan : Ao
: Sikap terhadap objek
bi
: Tingkat kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i
ei
: Evaluasi kepentingan terhadap atribut i
n
: Jumlah atribut yang dimiliki oleh objek Langkah pertama yang dilakukan dalam menghitung sikap adalah
menentukan atribut objek. Atribut yang digunakan dalam analisis ini berjumlah sembilan atribut yang terdiri dari harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging. Penentuan kesembilan atribut ini didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan di wilayah penelitian serta berdasarkan artikel-artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Langkah kedua adalah menentukan pengukuran terhadap komponen kepercayaan (bi) dan komponen evaluasi (ei). Komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa objek memiliki atribut yang diberikan. Kekuatan kepercayaan biasanya diukur pada skala dengan 5 (lima) angka dari kemungkinan yang disadari yang berjajar dari sangat setuju (5), setuju (4), biasa (3), tidak setuju (2), sampai sangat tidak setuju (1). Sebagai contoh : Harga daging sapi lokal murah Sangat setuju
5
4
3
2
1
Sangat tidak setuju
Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Evaluasi atribut mengukur seberapa senang konsumen terhadap atribut dari suatu produk. Adapun komponen ei yaitu menggambarkan evaluasi (tingkat kepentingan) konsumen terhadap atribut daging sapi secara menyeluruh. Evaluasi (tingkat kepentingan) ini dilakukan pada skala evaluasi 5 (lima) angka, dimana hal tersebut menunjukkan nilai sangat penting (5), penting (4), biasa (3), tidak penting (2) dan sangat tidak penting (1). Atribut yang digunakan untuk komponen bi harus sama dengan atribut yang digunakan untuk komponen ei. Sebagai contoh : Apakah harga daging sapi penting bagi Anda Sangat penting
5
4
3
2
1
Sangat tidak penting
23
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan keseluruhan respon untuk bi dan ei. Setiap skor kepercayaan (bi) harus terlebih dahulu dikalikan dengan skor evaluasi (ei) yang sesuai. Kemudian seluruh hasil perkalian harus dijumlahkan sehingga dari hasil tabulasi dapat diketahui sikap konsumen (Ao) terhadap produk dengan membandingkannya dengan skala interval dengan rumus sebagai berikut. Skala Interval = Keterangan : m
: Skor tertinggi yang mungkin terjadi
n
: Skor terendah yang mungkin terjadi
b
: Jumlah skala penilaian yang terbentuk Maka besarnya range untuk tingkat kepercayaan dan tingkat evaluasi
(kepentingan) adalah : 5
1 5
0,8
Sehingga pembagian kelas berdasarkan tingkat kepercayaan dan tingkat kepentingan adalah : Skor
Interpretasi Tingkat Kepercayaan
Interpretasi Tingkat Kepentingan
1-1,8 1,8-2,6 2,6-3,4 3,4-4,2 4,2-5
Sangat tidak baik Tidak baik Biasa Baik Sangat baik
Sangat tidak penting Tidak penting Biasa Penting Sangat penting
Sementara besarnya range untuk kategori sikap adalah : 5x5
1x1 5
4,8
Sehingga pembagian kelas berdasarkan nilai sikap (Ao) adalah : Skor
Interpretasi Sikap (Ao)
1-5,8 5,8-10,6 10,6-15,4 15,5-20,2 20,3-25
Sangat negatif Negatif Netral Positif Sangat positif
24
4.4.3. Analisis Regresi Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan analisis regresi dengan menggunakan program komputer Minitab 14 untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian konsumen daging sapi lokal dan impor. Variabel untuk faktor-faktor tersebut bersumber dari penelitian terdahulu serta hasil pendugaan di lapangan. Analisis regresi adalah suatu teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan memodelkan hubungan berbagai variabel yaitu bagaimana pengaruh variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. Bentuk umum rumusan model regresi adalah : β X
ε
Dimana : Yi = peubah tidak bebas, dengan i = 1,2,…,n (sampel) = intersesp (konstantan) β = parameter penduga bagi X (koefisien regresi dari variabel bebas) X = variabel bebas ke-n dengan n= 1,2,…., n ε = error (galat) Pendugaan model tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut (Nasution 2009) : 1. Nilai rata-rata untuk kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu Eε = 0, untuk i = 1,2,3,…,k. 2. Ragam ε
σ2 sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi
homoscedasticity). 3. Tidak ada autikorelsi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian (ε , ε ) = 0, untuk i ≠ j. dengan demikian antara ε dan ε tidak saling bergantung. 4. Peubah bebas X saling bebas atau tidak ada kolinearitas ganda diantara peubah bebas X. 5. Peubah bebas X1,X2,X3,….,Xk konstan dalam pengambilan sampel terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu.
25
6. Kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ2. Apabila asumsi-asumsi di atas dapat terpenuhi, maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga linear terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator). Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah terjadinya multikolinearitas, memiliki ragam homogen atau disebut juga adanya masalah heteroskedastisitas, tidak adanya hubungan antar peubah atau autokorelasi (Nasution 2009). Oleh karena itu dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji homoskedastisitas untuk melihat apakah asumsi-asumsi tersebut terpenuhi. Uji autokorelasi sendiri tidak dilakukan dalam penelitian ini karena menggunakan data cross section, yaitu data yang diambil pada satu satuan waktu. Asumsi tersebut jarang dilanggar untuk jenis data cross section. 1. Uji Normalitas Asumsi normalitas mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov dengan memplotkan nilai standar residual dengan probabilitasnya pada tes normal. Jika pada grafik Kolmogrov-Smirnov titik-titik residual yang ada tergambar segaris dan nilai P value lebih besar atau sama dengan 0,05 (α = 5 persen), maka dapat disimpulkan bahwa model terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Factor (VIF) pada masing-masing variabel bebasnnya. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh (10), maka menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami masalah multikolinieritas yang serius. Sebaliknya jika nilai VIF peubah bebasnya lebih besar dari sepuluh (10), maka menunjukkan persamaan tersebut mengalami masalah multikolinieritas yang serius.
26
3. Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini dibuat plot antara standardized residual dengan faktor X. jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogeny (Nasution 2009). Untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan metode Bartlett. Apabila Bhitung < X2tabel maka terima H0, artinya data homogen. Sebaliknya apabila Bhitung > X2tabel maka tolak H0, artinya data tidak homogen. Setelah data diuji dan terbukti memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor. Berikut ini adalah model pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor :
Dimana : Yi
= Permintaan daging sapi lokal dan impor
X1 = Umur (tahun) D2 = Dummy Pendapatan D2 = 1, untuk pendapatan lebih besar atau sama dengan Rp 2.500.000 per bulan D2 = 0, untuk pendapatan kurang dari Rp 2.500.000 per bulan X3 = Pengeluaran (rupiah/bulan) X4 = Harga (rupiah/kg) D5 = Dummy Pendidikan D5 = 1, untuk responden yang telah atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. D5 = 0, untuk responden yang tidak atau belum menempuh pendidikan di perguruan tinggi. D6 = Dummy frekuensi konsumsi D6 = 1, untuk responden yang mengkonsumsi daging sapi lebih dari atau sama dengan 3 kali sebulan.
27
D6 = 0, untuk responden yang mengkonsumsi daging sapi kurang dari 3 kali sebulan. X7 = Jumlah anggota keluarga (orang). = Intersep = Koefisien regresi yang diduga (i=1,2,…,7) = unsur galat/error Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor adalah : 1. Umur Umur mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah pembelian daging sapi, dimana semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan. 2. Pendapatan Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. 3. Pengeluaran untuk kelompok daging Pengeluaran atau anggaran belanja untuk kelompok daging memiliki pengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi akan meningkat. 4. Harga daging sapi Semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. 5. Pendidikan Konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat.
28
6. Frekuensi konsumsi daging sapi Frekuensi konsumsi daging sapi berpengaruh positif dengan jumlah pembelian daging sapi, dimana semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. 7. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pembelian daging sapi, dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Model yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesishipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistic bertujjuan untuk melihat nyata atau tidaknya oengaruh peubah-peubah bebas yang dipilih terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. 1. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) Untuk menguji kemampuan (kebaikan) model untuk dugaan dilakukan dengan menghitung nilai R2 dan F-hitung. Nilai koefisien determinasi (nilai R2) digunakan untuk mengukur keragaman dari variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R2 berkisar antara nol sampai satu, semakin besar nilai R2 berarti model semakin baik. 2. Uji t statistik Uji t statistik bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing peubah bebas yang terdapat dalam model berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. Nilai kritis dalam pengujiaan terhadap koefisien regresi ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal serta memperhatikan tingkat signifikansi (taraf nyata). 4.5. Definisi Operasional 1. Rumah tangga adalah keluarga inti (suami, istri, dan anak-anak) ditambah kerabat atau lainnya yang tinggal dalam satu rumah dan makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama. 2. Konsumen rumah tangga adalah satu keluarga yang mengkonsumsi daging sapi, baik lokal maupun impor untuk kebutuhan anggota keluarga.
29
3. Pendapatan rumah tangga meliputi pendapatan ayah, ibu dan anak (bila sudah bekerja) yang tinggal dalam satu keluarga/rumah tangga dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 4. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan dalam keluarga yang tinggal salam satu rumah tangga. 5. Harga daging sapi adalah harga yang harus dibayar oleh konsumen terhadap daging sapi lokal maupun impor yang dibeli. 6. Sertifikasi daging sapi adalah penetapan dari pihak ketiga bahwa daging sapi telah memenuhi standar. 7. Kesegaran daging adalah daging yang belum diolah dan diberi bumbu. 8. Keempukan daging adalah tingkat kehalusan tekstur potongan daging sapi sehingga daging mudah dikunyah, contohnya : daging has dalam. 9. Kekenyalan daging adalah daging yang apabila ditekan dengan jari tangan bentuknya kembali seperti semula. 10. Tekstur daging adalah kandungan jaringan ikat serta ukuran berkas otot. Tekstur daging sapi dibagi menjadi tiga, yaitu halus, sedang, dan kasar.
30
V.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Setiabudi merupakan salah satu kecamatan di Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki luas wilayah sebesar 8,85 km2. Secara geografis, kecamatan ini terletak pada 06 15’ 40,8” LS dan 106 45’ 00,0” BT dan merupakan daerah dataran yang berada pada ketinggian 26,2 m di atas permukaan laut. Secara umum batas wilayah Kecamatan Setiabudi adalah : Utara : Berbatasan dengan Kali Malang Kota Administrasi Jakarta Pusat. Timur : Berbatasan dengan Jl. Prof. Dr. Sahardjo Kecamatan Tebet. Selatan: Berbatasan dengan Jl. Jend Gatot Subroto Kecamatan Kebayoran Baru. Barat : Berbatasan dengan Jl. Jend Sudirman Kota Administrasi Jakarta Pusat. Secara Administratif, Kecamatan Setiabudi terdiri dari 8 (delapan) kelurahan, 50 RW, dan 514 RT. Delapan kelurahan tersebut adalah Karet Semanggi, Kuningan Timur, Karet Kuningan, Karet, Guntur, Setiabudi, Menteng Atas, dan Pasar Manggis. Dari kedelapan kelurahan itu kelurahan yang paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Menteng Atas dan Kelurahan Pasar Manggis. Hal ini dikarenakan kedua kelurahan tersebut merupakan daerah pemukiman padat penduduk, tidak seperti kelurahan lainnya yang didominasi oleh gedung-gedung perkantoran. Data mengenai penduduk dan ketenagakerjaan di Kecamatan Setiabudi, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Tabel 4. Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah, jumlah penduduk di Kecamatan Setiabudi adalah 128.882 jiwa atau 25.843 KK dengan kepadatan penduduk mencapai 14.653 jiwa/km2. Sementara, dilihat dari komposisi penduduk antara laki-laki dan perempuan, Kecamatan Setiabudi memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan dengan sex ratio 104.37 yang berarti rata-rata setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki.
31
Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan, 2010. Jumlah Kepadatan No Kelurahan Luas (km2) KK Penduduk Penduduk 1 Karet Semanggi 0,90 1.227 3.119 4.153 2 Kuningan Timur 2,15 1..389 6.164 5.383 3 Karet Kuningan 1,79 4.902 29.760 14.305 4 Karet 0,94 1.665 16.620 14.567 5 Menteng Atas 0,90 7.318 33.607 39.984 6 Pasar Manggis 0,78 7.202 21.138 35.741 7 Guntur 0,65 1.336 4.361 7.483 8 Setiabudi 0,74 804 4.794 7.490 Jumlah 8,85 25.843 128.882 14.563 Sumber : BPS Kecamatan Setiabudi (2011)
Tabel 5 menunjukkan dengan jelas banyaknya penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Setiabudi, yaitu sebanyak 65.819 jiwa dari total penduduk di Kecamatan Setiabudi merupakan penduduk laki-laki dan sisanya sebanyak 63.063 jiwa merupakan penduduk perempuan. Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin, 1990-2010 Rasio Jenis Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin 2010 2000 1990
65.819 54.628 95.852
63.063 52.107 86.643
128.882 106.735 179.945
104.37 104.84 107.17
Sumber : BPS Kecamatan Setiabudi (2011)
Jumlah penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Setiabudi menurut data yang tercatat terdiri dari lulusan/tamatan sarjana sebanyak 13.331 orang, lulusan SMA/sederajat sebanyak 46.034 orang, lulusan SMP/sederajat sebanyak 16.742 orang, lulusan SD/sederajat sebanyak 13.009 orang. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat jelas bahwa penduduk di Kecamatan Setiabudi umumnya adalah tamatan SMA/sederajat yang berarti dapat dikatakan penduduk di wilayah ini memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya protein hewani bagi keluarga mereka. Berdasarkan tabel di bawah dapat dilihat bahwa di Kecamatan Setiabudi terdapat tiga pasar inpres, empat pasar tradisional, sepuluh pasar swalayan, tujuh mal (mall), empat waserda, dan dua minimarket. Diantara pasar-pasar yang ada di Kecamatan Setiabudi, Pasar Rumput dan Pasar Menteng Pulo merupakan dua
32
pasar yang cukup terkenal di wilayah ini karena barang-barang yang di jual atau ditawarkan di kedua pasar ini cukup lengkap, mulai dari barang kebutuhan seharihari hingga jasa penyewaan dan harga yang ditawarkan juga terjangkau. Tabel 6. Jumlah Pasar Menurut Kelurahan dan Jenis, 2010 No
Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Karet Semanggi Kuningan Timur Karet Kuningan Karet Menteng Atas Pasar Manggis Guntur Setiabudi Jumlah
Pasar Inpres 2 1 3
Pasar Tradisional 1 1 1 1 1 4
Pasar Swalayan 2 2 5 1 10
Mall
Waserda
1 6 7
1 1 1 1 4
Mini Market 1 1 2
Sumber : BPS Kecamatan Setiabudi (2011)
33
VI. 6.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Karakteristik responden yang diamati meliputi usia, jenis kelamin, status
pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan (uang saku) per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang bertempat tinggal di dua kelurahan di Kecamatan Setiabudi, yaitu Kelurahan Pasar Manggis dan Kelurahan Menteng Atas. Responden yang dipilih adalah mereka yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dan daging sapi impor dengan harapan responden dapat memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai kedua daging sapi tersebut. 6.1.1. Usia Responden berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok usia 17-26 tahun, 27-36 tahun, 37-46 tahun, 47-56 tahun dan kelompok usia 57 tahun keatas. Dengan jumlah masing-masing kelompok berturut adalah 24 responden (48 persen), 8 responden (16 persen), 3 responden (6 persen), 7 responden (14 persen) dan 8 responden (16 persen). Pada Tabel 7 dapat dilihat perbandingan tiap-tiap kelompok usia antara responden daging sapi lokal dengan responden daging sapi impor. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Usia 17-26 tahun 27-36 tahun 37-46 tahun 47-56 tahun > 57 tahun Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 15 60 0 0 2 8 1 4 7 28 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 9 36 8 32 1 4 6 24 1 4 25 100
Jumlah (orang)
%
24 8 3 7 8 50
48 16 6 14 16 100
Berdasarkan data pada Tabel 7 tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang pernah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dan daging sapi impor berada pada kelompok usia 17-26 tahun. Pada kelompok usia ini, sebanyak 60 persennya merupakan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal, sementara 36 persen merupakan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang membeli daging sapi, baik lokal maupun impor termasuk dalam kelompok anak muda yang
34
umumnya memiliki berbagai aktivitas sehingga membutuhkan bahan pangan ini untuk memenuhi asupan gizi yang seimbang. 6.1.2. Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Berdasarkan jenis kelaminnya, responden yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dan impor memiliki jenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 72 persen atau sebanyak 36 orang. Hal ini dikarenakan perempuan lebih berperan dalam urusan belanja rumah tangga daripada kaum lelaki. Secara lebih jelas ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 20 80 5 20 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 16 64 9 36 25 100
Jumlah (orang)
%
36 14 50
72 28 100
Sementara jika dilihat dari status pernikahan responden tidak ada perbedaan yang signifikan antara mereka yang telah menikah dengan mereka yang belum menikah. Sebanyak 23 responden (46 persen) merupakan responden yang telah menikah dan sisanya sebanyak 27 responden (54 persen) merupakan responden yang belum menikah. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Menikah Belum menikah Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 11 44 14 56 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 12 48 13 32 25 100
Jumlah (orang)
%
23 27 50
46 54 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih banyak mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Ini dikarenakan daging sapi impor lebih praktis untuk dimasak karena dagingnya yang cepat empuk dibandingkan daging sapi lokal. Sementara responden perempuan lebih menyukai daging sapi lokal karena umumnya mereka telah memiliki langganan penjual daging yang sering menjual daging sapi lokal sehingga mereka banyak membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal. Selain itu faktor kehalalan juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh kelompok ini ketika memilih daging sapi yang akan mereka konsumsi.
35
6.1.3. Pendidikan Terakhir Responden daging sapi lokal dan impor di Kecamatan Setiabudi berdasarkan pendidikan terakhir mereka beragam, mulai dari SD sampai dengan pascasarjana. Namun mayoritas responden merupakan lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 18 responden (36 persen), diikuti oleh kelompok pendidikan sarjana sebanyak 13 responden (26 persen), kelompok pendidikan SMP/sederajat sebanyak 6 orang (12 persen), kelompok pendidikan diploma sebanyak 5 orang (10 persen), kelompok pendidikan pascasarjana dan pendidikan lainnya masingmasing sebanyak 3 orang serta kelompok pendidikan SD/sederajat sebanyak 2 orang (4 persen). Secara lengkap ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Terakhir SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma Sarjana Pascasarjana Lainnya Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 2 8 2 8 11 44 1 4 7 28 0 0 2 8 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 0 0 4 16 7 28 4 16 6 24 3 12 1 4 25 100
Jumlah (orang)
%
2 6 18 5 13 3 3 50
4 12 36 10 26 6 6 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tiga responden memiliki pendidikan terakhir di kelompok lainnya. Mereka yang berada pada kelompok ini memiliki pendidikan terakhir berupa pendidikan profesi. Mayoritas responden yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal dengan daging sapi impor tidak berbeda, yaitu mereka yang memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat diikuti dengan kelompok sarjana. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kecamatan Setiabudi merupakan lulusan SMA/sederajat.
36
Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Perguruan Tinggi
LOKAL 38% IMPOR 62%
Gambar 2. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Perguruan Tinggi Jika dilihat berdasarkan kelompok responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir di perguruan tinggi (diploma, sarjana dan pascasarjana) maka lebih banyak responden yang mengkonsumsi daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan seseorang, selain dapat mempengaruhi pola pikir dan wawasan mereka, juga dapat menentukan tingkat pendapatan dan kelas sosial konsumen tersebut (Amelia 2008). Hal ini mungkin karena responden tersebut memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan responden lain, mereka juga akan lebih memilih daging yang menurut mereka lebih berkualitas, meskipun harganya lebih mahal. 6.1.4. Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaannya didominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 14 responden (28 persen) diikuti
oleh pegawai
swasta dan pelajar masing-masing sebanyak 13 responden (26 persen), pegawai negeri sebanyak 4 orang (8 persen), wiraswasta sebanyak 2 orang (4 persen) dan sebanyak 4 orang (8 persen) memiliki profesi lain. Untuk lebih jelasnya ini dapat dilihat pada Tabel 11. Responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal mayoritas adalah kelompok ibu rumah tangga, yaitu sebesar 36 persen sementara responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor adalah mereka yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, yaitu sebesar 32 persen. Hal ini dikarenakan kelompok
37
ibu rumah tangga biasanya telah memiliki langganan penjual daging sendiri yang lebih sering menjual daging sapi lokal. Oleh karena itu mereka lebih sering membeli dan mengkonsumsi daging sapi lokal. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa Pegawai negeri Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 8 32 1 4 5 20 0 0 9 36 2 8 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 5 20 3 12 8 32 2 8 5 20 2 8 25 100
Jumlah (orang)
%
13 4 13 2 14 4 50
26 8 26 4 28 8 100
Sementara untuk kelompok pegawai swasta, karena memiliki penghasilan yang memadai dan lebih sering berbelanja di supermarket dekat kantornya, mereka lebih banyak memilih daging sapi impor. Selain itu daging sapi impor juga dipilih karena dagingnya yang cepat empuk ketika dimasak sehingga menurut mereka lebih praktis. 6.1.5. Pendapatan (Uang Saku) per Bulan Berdasarkan tingkat pendapatan per bulan, responden dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.000-Rp 2.500.000 per bulan merupakan kelompok mayoritas, yaitu sebanyak 33 responden (66 persen), diikuti oleh kelompok berpendapatan Rp 2.500.001-Rp 5.000.000 per bulan sebanyak 9 orang (18 persen), Rp 5.000.001-Rp 7.500.000 sebanyak 4 orang (8 persen) dan kelompok dengan pendapatan di bawah Rp 1.000.000 sebanyak 4 orang (8 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan (Uang Saku) per Bulan Pendapatan (Uang Saku) per Bulan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 2.500.000 Rp 2.500.001-Rp 5.000.000 Rp 5.000.001-Rp 7.500.000 Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah % (orang) 4 16 19 76 2 8 0 0 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah % (orang) 0 0 14 56 7 28 4 16 25 100
Jumlah (orang)
%
4 33 9 4 50
8 66 18 8 100
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor adalah responden dengan penghasilan yang tinggi. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan penentu terhadap daya beli 38
seseorang, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula daya belinya. Terutama untuk produk daging impor, karena harganya kini relatif tinggi semenjak adanya pembatasan daging impor oleh pemerintah, maka hanya orang-orang dengan penghasilan yang besar yang membelinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Aulia dkk (2005) yang menyatakan bahwa daging sapi impor umumnya lebih disenangi oleh masyarakat kalangan menengah atas di Indonesia. 6.1.6. Jumlah Anggota Keluarga Responden daging sapi lokal dan daging sapi impor di Kecamatan Setiabudi mayoritas merupakan kelompok yang memiliki anggota keluarga berjumlah 4-6 orang, yaitu sebanyak 27 responden (54 persen), diikuti oleh kelompok dengan jumlah anggota keluarga 1-3 orang sebanyak 14 responden (28 persen), kelompok dengan jumlah anggota keluarga 7-9 orang sebanyak 7 responden (14 persen) dan kelompok dengan jumlah anggota keluarga 10-12 orang sebanyak 2 orang (4 persen). Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga 1-3 orang 4-6 orang 7-9 orang 10-12 orang Jumlah
Tabel
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 7 28 14 56 4 16 0 0 25 100
13
memperlihatkan
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 7 28 13 52 3 12 2 8 25 100
dengan
jelas
Jumlah (orang)
%
14 27 7 2 50
28 54 14 4 100
karakteristik
responden
berdasarkan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan data tersebut, konsumen yang mengkonsumsi daging sapi baik lokal maupun daging sapi impor kebanyakan memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4-6 orang keluarga. Keluarga ini biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan dua hingga empat anak. 6.1.7. Pengeluaran untuk Kelompok Daging Pengeluaran per bulan responden untuk kelompok daging beragam dari Rp 100.000 hingga Rp 3.000.000 dengan rata-rata pengeluaran untuk daging di Kecamatan Setiabudi adalah Rp 632.000 per bulan. Untuk melihat sebaran data berdasarkan pengeluaran daging per bulan, responden dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok dengan pengeluaran perbulan sebesar Rp 100.000-Rp
39
500.000, kelompok pengeluaran per bulan Rp 500.001-Rp 1.000.000, kelompok dengan pengeluaran per bulan Rp 1.000.001-Rp 1.500.000 dan kelompok dengan pengeluaran per bulan lebih dari Rp 1.500.000. secara lengkap ini dapat dilihat pada Tabel 14. Faktor utama yang mendukung keberagaman pengeluaran belanja responden adalah jumlah anggota keluarga responden itu sendiri. Rata-rata responden yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang memiliki pengeluaran untuk kelompok daging mendekati Rp 1.000.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin banyak pula konsumsi daging mereka sehingga pengeluaran mereka untuk kelompok daging juga akan semakin besar. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan untuk Kelompok Daging Pengeluaran per Bulan Rp 100.000-Rp 500.000 Rp 500.001-Rp 1.000.000 Rp 1.000.001-Rp 1.500.000 >Rp 1.500.000 Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah % (orang) 19 76 3 12 3 12 0 0 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah % (orang) 13 52 9 36 1 4 2 8 25 100
Jumlah (orang)
%
32 12 4 2 50
64 24 8 4 100
6.1.8. Kelompok Daging yang Sering Dikonsumsi Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan keterangan bahwa 33 responden menyatakan lebih sering menyajikan daging ayam di rumah mereka karena menurut mereka daging ayam harganya lebih terjangkau. Sementara untuk daging sapi sendiri, hanya empat responden saja yang menyatakan lebih sering menyajikan daging sapi di rumah mereka dengan alasan keluarga mereka lebih menyukai daging sapi dibandingkan kelompok daging lainnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 15. Kelompok Daging yang Sering Disajikan di Rumah Kelompok Daging Daging Ayam Daging Ikan Daging Sapi Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 16 64 6 24 3 12 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 17 68 7 28 1 4 25 100
Jumlah (orang)
%
33 13 4 50
66 26 8 100
40
Alasan utama sedikitnya jumlah responden yang memilih daging sapi sebagai makanan yang sering disajikan di rumah adalah faktor kesehatan. Kebanyakan responden berpendapat bahwa daging sapi memiliki tingkat kolesterol yang tinggi sehingga mereka takut hal tersebut dapat mengganggu kesehatan mereka padahal apabila daging tersebut diolah dengan benar dan konsumsinya tidak berlebihan, daging merah aman untuk kesehatan. Selain itu daging merupakan sumber protein yang sangat baik karena protein yang terkandung di dalam daging memiliki asam amino esensial 6.2. Pol Konsumsi Daging Sapi 6.2.1. Frekuensi Konsumsi dan Jumlah Pembelian Daging Sapi Mayoritas responden daging sapi lokal dan impor di Kecamatan Setiabudi sebesar 46 persen menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi di rumah mereka sebanyak 3-4 kali sebulan. Sementara sebanyak 40 persen responden menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi 1-2 kali sebulan dan hanya 14 persen responden yang menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi 5-6 kali sebulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Frekuensi Penyajian Hidangan Berbahan Baku Daging Sapi di Rumah dalam Periode Satu Bulan Frekuensi Penyajian 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 13 52 9 36 3 12 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 7 28 14 56 4 16 25 100
Jumlah (orang)
%
20 23 7 50
40 46 14 100
Jumlah pembelian daging sapi per bulan oleh responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama untuk jumlah pembelian 0,5-1,5 kg, kelompok kedua untuk jumlah pembelian 1,51-2,5 kg, kelompok ketiga untuk jumlah pembelian 2,51-3,5 kg dan kelompok keempat untuk jumlah pembelian di atas 3,5 kg. Berdasarkan empat kelompok terebut, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden membeli daging sapi dengan jumlah 0,5-1,5 kg per bulan yaitu sebanyak 24 responden (48 persen). Jenis karkas daging yang sering dibeli oleh konsumen adalah daging has. Hal ini dikarenakan daging has memiliki lemak yang sedikit. Selain itu daging has
41
juga dipilih karena daging ini cocok untuk diolah menjadi berbagai masakan berbahan dasar daging, terutama masakan daging rendang. Tabel 17. Jenis Karkas Daging yang Sering Dibeli Jenis karkas Has Paha Sengkel Iga Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 10 40 9 36 4 16 2 8 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 21 84 0 0 2 8 2 8 25 100
Jumlah (orang)
%
31 9 6 4 50
62 18 12 8 100
Berdasarkan data, responden daging sapi lokal cenderung lebih sering membeli 0,5-1,5 kg daging sapi per bulan, sementara responden daging sapi impor cenderung lebih sering membeli 1,51-2,5 kg daging sapi per bulan. Sedangkan secara keseluruhan, jumlah pembelian daging sapi, baik lokal maupun impor, oleh responden di wilayah ini adalah 0,5 kg per bulan. Tabel 18. Jumlah Pembelian Daging Sapi per Bulan Jumlah Pembelian 0,5-1,5 kg 1,51-2,5 kg 2,51-3,5 kg > 3,5 kg Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 16 64 4 16 4 16 1 4 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 8 32 11 44 2 8 4 16 25 100
Jumlah (orang)
%
24 15 6 5 50
48 30 12 10 100
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa responden daging sapi impor cenderung membeli daging sapi dalam jumlah yang cukup besar serta cenderung lebih sering menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi di rumah mereka dibandingkan responden daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan umumnya responden daging sapi impor merupakan responden dengan pendapatan yang lebih besar dibandingkan responden daging sapi lokal. Besar atau kecilnya pendapatan responden menentukan daya beli mereka, oleh sebab itu akan sangat memungkinkan bagi responden daging sapi impor untuk membeli daging sapi dengan jumlah yang lebih besar sehingga mereka juga lebih sering menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi di rumah mereka dibandingkan responden daging sapi lokal. 6.2.2. Alasan Mengkonsumsi Daging Sapi Motivasi responden dalam mengkonsumsi daging sapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemungkinan apakah kebutuhan mereka akan 42
daging saapi yang diiinginkan, baik b itu daaging sapi lokal mauppun daging g sapi impor. Paada Tabel 19 1 berikut ditunjukkan n bahwa motivasi/ala m san utama yang mendasarii respondenn dalam membeli m dan n mengkonnsumsi dagging sapi adalah a karena gizzi yang terkkandung di dalamnya. Daging sappi tidak hannya mengan ndung protein heewani dan lemak sajaa, tetapi juga menganndung vitam min dan miineral dalam kaddar yang cuukup tingggi, seperti vitamin v B1,, vitamin B B2, zat besi dan kalsium yaang juga sanngat bergunna bagi tubu uh. Tabel 19. Motivasi Responden R d dalam Meng gkonsumsi Daging D Sappi D Daging Sapi Lokal L Juumlah (orang) % 20 80 3 12 1 4 0 0 1 4 25 100
Motivaasi Kandungan gizi Kualitas Rasa Selera Lainnya Jumlaah
Daging D Sapi Im mpor Jum mlah (orang) % 16 64 5 20 1 4 2 8 1 4 25 100
mlah (orang) Jum
%
36 8 2 2 2 50
72 16 4 4 4 100
Keetika melakkukan pem mbelian dag ging sapi, sebagian bbesar respo onden menggunaakan indikaator warna daging seb bagai pertim mbangan daalam melak kukan keputusann pembeliann. Hal ini dilakukan karena meenurut respponden indiikator warna merrupakan inddikator yangg paling mu udah digunaakan untuk m menentukan n baik buruknya daging sapi. s Pendaapat respo onden terseebut juga didukung oleh Faturrahm man (2008) yang menyyatakan bah hwa salah saatu kriteria yang digun nakan untuk menngetahui kuualitas dagiing yang baaik adalah melalui waarna daging g sapi
jumlah responden
8 tersebut, yaitu y yang berwarna b meerah cerah (terang) ( .
30
Indikaator yang Dipertimbangkkan dalam m Pemb belian Daaging Sap pi 21
20
20 11 10
1 12
10
8
7
8
1 0 na Warn
Kesegaran Keemp pukan Indikato or Lokal Impor Lokal & Imp por
1
0
1
Bau
Gambar 3. 3 Indikatorr yang Diperrtimbangkaan dalam Pembelian Daaging Sapi 8
Fatturrahman, E. 2008. Penangannan D Daging httpp://www.fooddreview.biz/loggin/preview.p php?view&id= =55646. [1 Meei 2012].
Sapi.
43
Terkait dengan warna daging sapi, Standar Nasional Indonesia (SNI) membagi syarat mutu karkas sapi berdasarkan karakteristik warna menjadi tiga, yaitu mutu I dengan karakteristik warna merah khas daging, mutu II dengan karakteristik warna merah khas daging dan agak heterogen, serta mutu III dengan karakteristik warna merah khas daging dan heterogen. 6.2.3. Tempat Pembelian Daging Sapi Pasar tradisional merupakan tempat yang paling sering dikunjungi oleh responden untuk membeli daging sapi yang mereka inginkan. Sebanyak 33 responden (66 persen) memilih pasar tradisional sebagai tempat yang pertama kali akan mereka kunjungi untuk membeli daging sapi. Alasan utama responden memilih pasar karena letaknya yang dekat dengan rumah mereka. Untuk lebih lengkapnya ini dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Tempat Pembelian Daging Sapi Tempat Pembelian Pasar tradisional Supermarket Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 22 88 3 12 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 11 44 14 56 25 100
Jumlah (orang)
%
33 17 50
66 34 100
Responden daging sapi impor lebih sering membeli di supermarket, sedangkan responden daging sapi lokal lebih sering membeli di pasar tradisional. Hal ini dikarenakan pasar-pasar tradisional yang berada di wilayah penelitian tidak menjual daging sapi impor, sehingga responden yang senang berbelanja daging sapi impor di pasar tradisional harus mencari pasar lain di luar wilayah penelitian, seperti Pasar Rumput atau Pasar Senen, untuk mendapatkan daging yang mereka inginkan. Tabel 21. Alternatif Tempat Pembelian Daging Sapi Motivasi Pasar dekat rumah Pasar besar Supermarket Lainnya Jumlah
Daging Sapi Lokal Jumlah (orang) % 8 32 3 12 13 52 1 4 25 100
Daging Sapi Impor Jumlah (orang) % 5 20 5 20 14 56 1 4 25 100
Jumlah (orang)
%
13 8 27 2 50
26 16 54 4 100
Tabel di atas memperlihatkan alternatif tempat pembelian yang akan dikunjungi oleh responden ketika daging sapi yang mereka inginkan tidak tersedia di tempat mereka biasa membelinya. Mayoritas responden memilih untuk pergi ke
44
supermarkket ketika daging d sapi yang biasaa mereka beli tidak tersedia di teempat awal. Alasan merekka memilihh supermarrket adalahh kelengkappan barang g dan kenyamannan berbelaanja. Merekka juga cen nderung tiddak khawatiir dengan harga h daging sappi yang adaa di supermaarket karenaa menurut mereka m hargga daging baaik di pasar mauupun di supeermarket rellatif sama. Teerdapat satu responden daging sap pi lokal dan satu responnden daging g sapi impor yanng memilih alternatif laainnya. Satu u respondenn daging sappi lokal meemilih untuk meenunda pem mbeliannya apabila daging d yangg dicari tiidak tersed dia di tempatnyaa biasa berbbelanja sedaangkan satu responden daging sappi impor meemilih untuk berrbelanja di tukang sayyur apabilaa hal ini teerjadi. Hal ini dikaren nakan respondenn daging saapi lokal teersebut sang gat loyal dengan d penjjual daging g sapi tersebut. Sementara responden daging saapi impor yang y lebih memilih untuk u berbelanjaa di tukang sayur berpeendapat bah hwa dengann berbelanjaa di tukang sayur lebih hem mat karena mereka tiddak perlu mengeluarka m an uang/onggkos perjallanan, seperti biaaya ojek.
SSumber Informassi Responden Kettika Mem milih T Tempat P Pembelian Dagingg Sapi 37 20
17 1 3
kelu uarga
4
7 0
pengetahuan p sendiri lokal
3 n teman
impor
3
1
1
2
med dia cetak
1
0
1
tetangga
lokal&impo or
Gambar 4. 4 Sumber Informasi I R Responden Ketika K Mem milih Dagingg Sapi 6.2.4. Caara Pembellian Dagingg Sapi Adda tiga keemungkinann cara resp ponden meelakukan ppembelian, yaitu dengan melakukanny m ya secara terencana, t mendadak m a ataupun terrgantung siituasi. Mayoritass respondenn (76 perseen) melakukan cara pembelian p ssecara teren ncana yang artinnya responden akan meerencanakan n untuk mem mbeli daginng sapi mesk kipun persediaann daging saapi di rumah belum habis. h Di urutan u keduua, sebanyaak 20 45
persen ressponden meemilih untuk melakukaan pembeliaan daging ssapi dengan n cara tergantungg situasi, artinya reesponden akan a membbeli daginng sapi ap pabila persediaann mereka dirumah teelah habis. Sedangkaan cara peembelian secara s mendadakk hanya diilakukan oleh 4 persen n respondenn. Ini berarrti hanya seedikit respondenn yang berniat untuk membeli m dag ging sapi saaat mereka bberada di teempat berbelanjaa. Untuk lebbih lengkapnnya dapat dilihat d pada tabel t di baw wah. Tabel 22. Cara Memuutuskan Pem mbelian Daaging Sapi Caraa Memutu uskan Pembellian Terencana Tergantung Situasi Mendadak Jumlaah
D Daging Sapi Lokal L
Daging D Sapi Im mpor
Juumlah (orang)
%
Jum mlah (orang)
%
mlah (orang) Jum
%
18 5 2 25
72 20 8 100
20 5 0 25
80 20 0 100
38 10 2 50
76 20 4 100
6.2.5. Peendapat Responden Mengenai M Issu Penyakitt pada Sapii Potong Pemerintah teelah menettapkan aturran ASUH (Aman, S Sehat, Utuh h dan Halal) daalam mendiistribusikann serta mem masarkan daging d sapii dengan tu ujuan melindunggi masyarakkat. Salah saatu penyakiit pada sapi yang dapatt membahay yakan konsumenn adalah peenyakit sapii gila. Sebaanyak 50 reesponden dditanya pen ndapat apakah meereka pernaah berhenti mengkonsu umsi dagingg sapi saat ada isu pen nyakit sapi gila,, hasilnya sebanyak 52 persen n menyatakkan tidak ppernah berrhenti mengkonssumsi karenna mereka yakin y dengan n daging yaang mereka pilih sudah h baik dan aman untuk dikoonsumsi. Seedangkan seebanyak 48 persen mennyatakan mereka m pernah berrhenti menggkonsumsi daging d sapi karena takuut.
Pend dapat Re esponde en Menggenai Isu u Penyakiit pada SSapi Poto ong Tidakk berhenti kon nsumsi 52%
Beerhenti kon nsumsi 4 48%
Gambar 5. 5 Sebaran Jawaban J Reesponden teerhadap Impplikasi Adannya Isu Pen nyakit pada Sappi Potong 46
SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR
VII.
7.1. Sikap Konsumen terhadap Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor Sikap konsumen terhadap atribut produk daging sapi lokal dan daging sapi impor dianalisis dengan menggunakan model multiatribut Fishbein. Dalam model ini penilaian sikap dilakukan dengan menganalisis masing-masing komponen kepercayaan konsumen terhadap atribut produk (bi) dan komponen evaluasi yang berhubungan dengan setiap atribut tersebut (ei). Sikap konsumen terhadap jenis daging sapi (daging sapi lokal atau impor) yang dipilih oleh responden diperoleh dari nilai rata-rata tingkat kepercayaan (bi) dan evaluasi atribut produk (ei) yang diberikan responden berdasarkan prioritas. Kemudian untuk total nilai sikap keseluruhan responden terhadap atribut produk pada kedua jenis daging diperoleh dengan menjumlahkan nilai sikap masingmasing responden terhadap atribut produk pada tiap-tiap jenis daging sapi. Analisis total nilai sikap konsumen terhadap atribut produk secara keseluruhan pada kedua jenis daging sapi bertujuan untuk mengetahui penilaian masingmasing konsumen terhadap jenis daging sapi yang mereka pilih. Penentuan sikap dilakukan dengan mengurutkan hasil skala interval dari yang dianggap sangat baik hingga sangat buruk berdasarkan jenis atributnya. Atribut daging sapi yang diuji sendiri terdiri dari sembilan atribut, yaitu atribut harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging sapi. 7.2. Komponen Evaluasi (Tingkat Kepentingan) Komponen evaluasi menunjukkan bobot kepentingan suatu atribut di mata konsumen. Kategori kepentingan diperoleh dari rentang skala interval, mulai dari 1-1,8 = sangat tidak penting, 1,9-2,6 = tidak penting, 2,6-3,4 = biasa, 3,5-4,2 = penting, 4,3-5 = sangat penting. Dari hasil analisis Multiatribut Fishbein diperoleh nilai kepentingan (nilai evaluasi) atribut daging sapi yang disajikan pada Tabel 23 berikut.
47
Tabel 23. Nilai Kepentingan (ei) dan Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Daging Sapi Urutan ei ATRIBUT Kategori Kepentingan Evaluation Kesegaran Keempukan Sertifikasi Rasa Lemak Warna Tekstur Harga Kekenyalan
4,5 4,4 4,3 4,3 4,3 4 4 3,7 3,6
Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting Penting Penting Penting Penting
I II III IV V VI VII VIII IX
Berdasarkan hasil evaluasi (ei) responden dapat dilihat bahwa responden menilai kesembilan atribut daging sapi tersebut penting karena semuanya bernilai positif. Namun diantara kesembilan atribut tersebut diperoleh lima atribut dominan yang dinilai sangat penting oleh responden karena memiliki nilai lebih besar dari 4,2. Kelima atribut tersebut adalah atribut kesegaran daging sapi, sertifikasi daging sapi, rasa, keempukan daging, serta lemak daging. Atribut-atribut yang dinilai sangat penting oleh responden tersebut memiliki informasi bagi para pelaku usaha daging sapi untuk dapat meningkatkan penjualan daging sapi mereka. Misalnya untuk atribut sertifikasi, para pedagang daging sapi dapat memasang sertifikasi halal ditempat yang strategis sehingga konsumen dapat dengan mudah melihat kehalalan daging sapi yang akan mereka beli. Atribut ini berada di urutan ketiga sebagai atribut yang paling dipertimbangkan konsumen ketika membeli daging sapi. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan daging merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen dalam melakukan pembelian daging sapi sehingga para pelaku usaha sebaiknya lebih memperhatikan kondisi daging sapi yang mereka jual. Sementara untuk atribut rasa, lemak daging dan keempukan daging merupakan atribut-atribut yang dapat ditingkatkan kualitasnya melalui perbaikan pakan atau nutrisi untuk sapi potong serta perbaikan manajemen pemotongan, seperti pemilihan sapi yang akan dipotong serta penanganan sebelum dan sesudah pemotongan yang baik (Aulia 2005). Misalnya untuk atribut rasa dan lemak daging sapi yang dapat dipengaruhi oleh status nutrisi (pakan) dari ternak ketika masih hidup. Menurut Soeparno dalam Aulia (2005) sapi yang dibei pakan biji-
48
bijian menghasilkan rasa (flavor) yang lebih baik daripada daging dari sapi yang diberi pakan rumput. Sementara
untuk
atribut
keempukan
daging
(kemudahan
dalam
mengunyah) dapat ditingkatkan salah satunya dengan perbaikan penanganan saat pemotongan sapi dan pelayuan (penyimpanan daging dalam alat pendingin). Lawrie dalam Aulia (2005) menyatakan bahwa penyebab utama kealotan daging adalah karena terjadi pemendekan otot pada saat proses rigor mortis (kontraksi dan pengerasan otot segera setelah ternak dipotong) sebagai akibat dari ternak yang terlalu banyak bergerak pada saat pemotongan. Sehingga untuk menghasilkan daging sapi yang empuk adalah dengan meminimalkan gerak sapi pada saat pemotongan. Empat atribut dinilai sebagai atribut yang penting untuk ada dalam sebuah daging sapi, baik lokal maupun impor karena memiliki nilai antara 3,5 hingga 4,2. Keempat atribut tersebut adalah harga, kekenyalan daging, warna daging serta tekstur daging. Atribut-atribut tersebut dinilai penting oleh responden karena mereka menggunakan atribut-atribut ini sebagai indikator dalam memilih daging sapi yang baik. Misalnya atribut harga, adanya perbedaan harga yang mencolok dapat menjadi faktor pembanding yang digunakan responden sebelum membeli daging. Hal ini dikarenakan daging sapi ilegal ataupun daging sapi yang tidak layak jual umumnya memiliki harga yang relatif murah dibandingkan daging sapi yang berkualitas. 7.3. Komponen Kepercayaan (Tingkat Pelaksanaan) Komponen pelaksanaan menunjukkan penilaian konsumen terhadap pelaksanaan atribut produk daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Kategori pelaksanaan terbagi dalam lima kelas, mulai dari 1-1,8 = sangat tidak baik, 1,9-2,6 = tidak baik, 2,6-3,4 = biasa, 3,5-4,2 = baik, 4,3-5 = sangat baik. Hasil nilai kepercayaan atribut daging sapi lokal dan daging sapi impor dapat dilihat pada Tabel 24. Dilihat dari hasil penilaian responden terhadap tingkat pelaksanaan atribut (belief) daging sapi lokal, responden memiliki keyakinan bahwa atribut lemak merupakan atribut yang paling baik diantara atribut-atribut lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata atribut yang paling tinggi yaitu 4 poin.
49
Sedangkan atribut harga daging sapi lokal merupakan atribut yang paling tidak disukai oleh responden karena memiliki nilai rata-rata yang paling rendah. Hal ini dikarenakan responden merasa bahwa dengan kualitas yang ada, harga daging sapi lokal dinilai masih relatif mahal. Tabel 24. Nilai Kepercayaan Atribut (bi) dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Daging Sapi ATRIBUT Harga Kesegaran Sertifikasi Rasa Keempukan Lemak Kekenyalan Warna Tekstur
Daging Sapi Lokal Kategori Belief Pelaksanan 3 3,8 3,7 3,7 3,5 4 3,5 3,6 3,8
biasa baik baik baik baik baik baik baik baik
Daging Sapi Impor Kategori Belief Pelaksanan 3,4 3,3 3,2 3,4 3,6 3,9 3,4 3,4 3,7
biasa biasa biasa biasa baik baik biasa biasa baik
Sedangkan untuk penilaian kinerja atribut (belief) daging sapi impor, responden memiliki keyakinan bahwa atribut lemak juga menjadi atribut yang paling baik kinerjanya meskipun nilainya sedikit di bawah daging sapi lokal. Hal ini menunjukkan bahwa atribut perlemakan daging, baik daging sapi lokal maupun impor, sudah sesuai dengan harapan responden, meskipun perlemakan daging sapi lokal sedikit lebih baik kinerjanya dibandingkan daging sapi impor. Sementara atribut yang mendapat nilai rata-rata kinerja terendah untuk daging sapi impor adalah sertifikasi. Hal ini mungkin dikarenakan belum banyak pedagang atau penjual daging sapi yang memasang sertifikat halal untuk daging sapi yang mereka jual di kios-kios mereka sehingga masih ada konsumen yang ragu-ragu dengan keamanan daging sapi impor tersebut. Ini dapat diantisipasi penjual daging dengan memasang sertifikasi halal untuk daging sapi yang mereka jual di tempat yang strategis sehingga konsumen yakin akan keamanan daging sapi tersebut. Membandingkan nilai kepercayaan untuk kedua jenis daging sapi dapat memberikan gambaran mengenai keunggulan masing-masing atribut daging sapi di mata konsumen. Hal ini penting terutama bagi pelaku usaha daging sapi
50
sebagai tuntunan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dilihat dari atribut daging sapinya. Diantara sembilan atribut yang dibandingkan, ada dua atribut yang memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi untuk daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Kedua atribut tersebut adalah harga dan keempukan. Dilihat dari atribut harga, daging sapi impor memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi lokal. Atribut harga untuk daging sapi lokal memiliki nilai sebesar tiga poin, sedangkan untuk daging sapi impor memiliki nilai sebesar 3,4 poin. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kualitas daging sapi yang ditawarkan, untuk daging sapi impor harga tersebut dinilai cukup sesuai dibandingkan daging sapi lokal. Meskipun begitu, kategori pelaksanaan dari kedua jenis daging sapi tersebut adalah biasa yang artinya perbedaan harga antara kedua jenis daging tidak begitu jauh. Atribut keempukan untuk daging sapi impor memiliki nilai kepercayaan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan daging sapi lokal. Nilai kepercayaan daging sapi lokal untuk atribut keempukan adalah 3,5 poin sedangkan untuk daging sapi impor adalah 3,6 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai bahwa tingkat keempukan daging sapi impor lebih baik daripada daging sapi lokal. Namun, perbedaaan nilai yang hanya 0,1 poin ini menunjukkan bahwa daging sapi lokal juga memiliki tingkat keempukan yang sedikit di bawah daging sapi impor. Ini berarti para pelaku usaha daging sapi lokal memiliki kesempatan yang cukup besar untuk mengembangkan produknya sehingga dapat menyamai atau bahkan mengungguli daging sapi impor di atribut keempukan. Dilihat dari atribut kesegaran, daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Daging sapi lokal memiliki nilai atribut kesegaran sebesar 3,8 poin sementara daging sapi impor hanya memiliki nilai sebesar 3,3 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai daging sapi lokal lebih segar dibandingkan daging sapi impor. Nilai kesegaran yang tinggi untuk daging sapi lokal kemungkinan besar dikarenakan untuk daging sapi lokal pada umumnya sapi yang telah dipotong di RPH dagingnya langsung didistribusikan ke pasar-pasar untuk dijual.
51
Atribut sertifikasi untuk daging sapi lokal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Nilai atribut sertifikasi untuk daging sapi lokal adalah 3,7 poin sedangkan daging sapi impor nilainya sebesar 3,2 poin. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian masyarakat terkait sertifikasi untuk daging sapi lokal jauh lebih baik dibandingkan daging sapi impor. Atribut rasa untuk daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Nilai kepercayaan untuk daging sapi lokal adalah 3,7 poin sementara untuk daging sapi impor adalah 3,4 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai rasa daging sapi lokal lebih enak dibandingkan daging sapi impor. Atribut lemak untuk daging sapi lokal memiliki nilai yang juga sedikit lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Nilai kepercayaan untuk daging sapi lokal adalah empat poin, sedangkan nilai kepercayaan untuk daging sapi impor adalah 3,9 poin. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi lokal memiliki lemak yang lebih sedikit dibandingkan daging sapi impor. Atribut kekenyalan untuk daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang yang juga sedikit lebih tinggi daripada daging sapi impor. Untuk daging sapi lokal, nilai kepercayaannya adalah 3,5 poin sementara untuk daging sapi lokal nilai kepercayaannya adalah 3,4 poin. Perbedaan poin yang sedikit lebih tinggi untuk daging sapi lokal menunjukkan bahwa konsumen daging sapi di wilayah ini menilai bahwa kekenyalan daging sapi lokal lebih baik daripada daging sapi impor. Atribut warna untuk daging sapi lokal memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,6 poin sedangkan untuk daging sapi impor memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,4 poin. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi lokal memiliki warna daging yang lebih segar dibandingkan daging sapi impor. Kesegaran warna untuk daging sapi lokal ini mungkin dikarenakan daging sapi lokal langsung didistribusikan ke pasar-pasar setelah dipotong. Sementara untuk daging sapi impor biasanya daging ini mengalami proses pembekuan terlebih dahulu sehingga umumnya warna daging sapi impor agak kecoklatan.
52
Tekstur daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Atribut tekstur untuk daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,8 poin sedangkan untuk daging sapi impor memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,7 poin. Nilai ini menunjukkan bahwa tekstur daging sapi lokal lebih baik daripada daging sapi impor. 7.4. Sikap Responden terhadap Atribut Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Nilai sikap konsumen untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor didapatkan setelah mengalikan skor evaluasi kepentingan (ei) masing-masing atribut dengan skor kepercayaan (bi). Apabila nilai sikap untuk masing-masing atribut dijumlahkan maka akan didapat nilai sikap secara keseluruhan untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor. Untuk lebih jelasnya hasil analisis sikap ini dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Analisis Sikap terhadap Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor ATRIBUT
Kepentingan (ei)
Harga Kesegaran Sertifikasi Rasa Keempukan
3,7 4,5 4,3 4,3 4,4
Lemak Kekenyalan Warna Tekstur
4,3 3,6 4 4
∑ (ei.bi)
Daging Sapi Lokal Ao bi (ei.bi) 3 11,1 3,8 17,1 3,7 15,9 3,7 15,9 3,5 15,4 4 3,5 3,6 3,8
17,2 12,6 14,4 15,2
Daging Sapi Impor Ao bi (ei.bi) 3,4 12,6 3,3 14,9 3,2 13,8 3,4 14,6 3,6 15,8 3,9 3,4 3,4 3,7
134,8
16,8 12,2 13,6 14,8 129,1
Penentuan interpretasi sikap terhadap daging sapi lokal dan daging sapi impor dibagi menjadi lima kategori, mulai dari 1-5,8 = sangat buruk, 5,9-10,6 = buruk, 10,7-15,4 = biasa, 15,5-20,2 = baik dan 20,3-25 = sangat baik. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa untuk daging sapi lokal stribut-atribut yang memiliki sikap baik atau positif adalah kesegaran (17,1), sertifikasi (15,91), rasa (15,91), dan lemak (17,2). Hal ini menunjukkan bahwa keempat atribut tersebut merupakan atribut yang disukai oleh responden untuk daging sapi lokal. Atribut-atribut ini juga dapat digunakan oleh pelaku usaha
53
untuk dapat menarik lebih banyak orang mengkonsumsi daging sapi lokal, misalnya dengan melakukan perbaikan penanganan sebelum dan sesudah pemotongan sapi yang baik sehingga didapat daging dengan kualitas yang lebih baik juga. Selain itu sikap yang memiliki nilai paling rendah untuk daging sapi lokal adalah atribut harga. Ini dikarenakan responden merasa bahwa dengan kualitas daging yang ditawarkan, harga daging sapi lokal relatif mahal dibandingkan yang lain. Sementara untuk daging sapi impor, atribut-atribut yang memiliki nilai sikap yang baik atau positif adalah keempukan (15,84) dan lemak daging (16,77). Hal ini menunjukkan bahwa keempukan daging sapi impor sudah sesuai dengan harapan responden sehingga apabila pelaku usaha daging sapi lokal ingin menarik responden daging sapi impor untuk membeli daging sapi lokal, atribut keempukan inilah yang harus diperbaiki. Sementara atribut daging sapi impor yang memiliki nilai sikap yang paling rendah adalah kekenyalan (12,24). Ketika membandingkan nilai sikap antara daging sapi lokal dengan daging sapi impor didapatkan hasil bahwa daging sapi impor unggul di atribut harga dan atribut keempukan. Hasil ini sesuai dengan hasil pada bagian nilai kepercayaan yang juga menunjukkan keunggulan di dua atribut tersebut. Atribut harga memiliki nilai sikap untuk daging sapi lokal sebesar 11,1 poin sementara daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 12,58 poin. Sedangkan untuk atribut keempukan, daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 15,4 poin dan daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 15,84 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai daging sapi impor terutama jika dilihat dari atribut harga dan keempukannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh para pelaku usaha mengingat konsumen menilai bahwa atribut keempukan merupakan salah satu atribut yang sangat dipertimbangkan konsumen dalam daging sapi. Begitu juga dengan atribut harga karena atribut ini, meskipun urutan kepentingannya ada di nomor kedelapan, termasuk kedalam kategori atribut yang dipertimbangkan dalam daging sapi. Meskipun begitu, untuk atribut-atribut lainnya daging sapi lokal memiliki nilai sikap yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Atribut-atribut yang
54
unggul tersebut adalah atribut kesegaran, sertifikasi, rasa, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur. Atribut kesegaran untuk daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 17,1 poin sementara untuk daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 14,85 poin. Hal ini menunjukkan konsumen lebih menyukai kesegaran daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor. Ini juga terjadi untuk atribut sertifikasi daging. Atribut sertifikasi daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 15,91 poin sementara nilai sikap untuk daging sapi impor adalah 13,76 poin. Nilai sikap daging sapi lokal yang lebih besar dibandingkan daging sapi impor menunjukkan bahwa sertifikasi daging sapi lokal lebih baik. Atribut rasa dan lemak daging sapi lokal juga memiliki nilai sikap yang lebih besar dibandingkan daging sapi impor. untuk atribut rasa daging sapi lokal nilai sikapnya sebesar 15,91 poin sementara daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 14,62 poin. Sedangkan untuk atribut lemak daging sapi lokal nilai sikapnya sebesar 17,2 poin sementara untuk daging sapi impor nilai sikapnya sebesar 16,77 poin. Hal ini menunjukkan bahwa rasa dan lemak daging sapi lokal lebih disukai konsumen dibandingkan daging sapi impor. Atribut kekenyalan, warna, dan tekstur daging sapi lokal juga memiliki nilai sikap yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Ini menunjukkan bahwa ketiga atribut daging sapi lokal tersebut lebih disukai. Berdasarkan hasil nilai sikap responden, diketahui bahwa secara keseluruhan, daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 150,8 sedangkan daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 143,9. Dengan demikian secara keseluruhan responden memiliki sikap yang lebih positif tehadap daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor karena responden menilai semua atribut daging sapi lokal lebih baik daripada atribut daging sapi impor.
55
VIII.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI
8.1. Model Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Model
yang
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keputusan konsumsi daging sapi lokal adalah analisis regresi. Model ini digunakan karena peubah terikat (variabel Y) yang digunakan mecapai metrik. Peubah terikat yang digunakan adalah jumlah pembelian daging sapi (kg/bulan). Peubah bebas (variabel X) yang diduga berpengaruh adalah umur responden (tahun), pendapatan (ribu rupiah/bulan), pengeluaran untuk kelompok daging (ribu rupiah/bulan), harga daging sapi (ribu rupah/kg), tingkat pendidikan, frekuensi mengkonsumsi daging sapi (kali/bulan) dan jumlah anggota keluarga (orang). Model yang digunakan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi adalah model yang memenuhi asumsi OLS, memiliki kesesuaian tanda koefisien regresi dengan hipotesis, dan tingkat kesignifikansian peubah bebas secara keseluruhan. Dalam model ini taraf nyata yang digunakan adalah lima (5) persen (α = 0,05) yang artinya risiko salah dalam penarikan kesimpulan penelitian adalah lima persen. Untuk menguji asumsi normalitas dapat dilihat pada grafik KolmogorovSmirnov (Lampiran 3) dan terlihat bahwa titik-titik residual yang ada tergambar segaris dan nilai P value lebih besar dari taraf nyata lima persen yang berarti residual model faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor terdistribusi secara normal. Untuk menguji masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji Bartlett (Lampiran 4 dan Lampiran 5) dan terlihat bahwa baik daging sapi lokal maupun daging sapi impor memiliki nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variasi dari setiap unsur residual adalah sama (konstan) yang berarti tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Sedangkan untuk menguji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Berdasarkan Lampiran 1 dan Lampiran 2 terlihat bahwa semua variabel beba memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sehingga tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel. 56
Nilai R2 pada hasil regresi linier berganda daging sapi lokal sebesar 66,8 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa peubahpeubah bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal sebesar 66,8 persen dan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang lain. Sementara nilai R2 pada hasil regresi linier berganda daging sapi impor sebesar 70,6 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa peubah-peubah bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal sebesar 70,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang lain. 8.2. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal Nilai P value pada uji F sebesar 0,004 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa model dugaan signifikan pada taraf nyata lima persen. Sementara, untuk mengetahui peubah-peubah bebas yang dalam model yang signifikan berpengaruh terhadap faktor-faktor pembelian daging sapi lokal dapat dilihat pada nilai P value pada uji t. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal adalah frekuensi konsumsi dan jumlah anggota keluarga. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal karena memiliki nilai P value lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sedangkan variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal karena memiliki nilai P value lebih besar dari taraf nyata lima persen. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 26. 1. Umur Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel umur bernilai negatif yaitu sebesar -0,0001. Artinya jika usia bertambah sebesar satu tahun, maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan menurun sebesar 0,0001 kg. hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan.
57
Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal T P VIF Predictor Coef SE Coef Constant -4,661 2,549 -1,83 0,085 UMUR PENDAPATAN PENGELUARAN HARGA PENDIDIKAN FREK KON ANGGOTA KELUARGA
-0,00010 -0,4744 0,0000919 0,05047 0,4885 1,4795 0,3324
0,02401 0,7030 0,0003722 0,02621 0,6317 0,6175 0,1123
0,00 -0,67 0,25 1,93 0,77 2,40 2,96
0,997 0,509 0,808 0,071 0,450 0,028 * 0,009 *
2,3 3,0 1,7 1,9 2,4 1,9 1,6
S = 1,01260 R-Sq = 66,8% R-Sq(adj) = 53,1% F hit = 4,89 P value = 0,004 Ket : * = signifikan pada taraf nyata lima persen
Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan dari nilai P value yang lebih besar dari 0,05. Sehingga dengan semakin bertambahnya usia belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal, mengingat konsumen yang berusia lanjut cenderung mengurangi konsumsi daging sapi karena alasan kesehatan. 2. Pendapatan Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,4744, artinya konsumen dengan pendapatan yang lebih besar akan mengurangi jumlah pembelian daging sapi lokal sebesar 0,4744 kg per bulan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian yaitu semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. Tidak sesuainya hasil analisis dengan hipotesa disebabkan karena konsumen dengan pendapatan yang tinggi cenderung akan membeli daging sapi yang mereka anggap lebih berkualitas. Pada tingkat kepercayaaan 95 persen, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi. ini ditunjukkan dengan nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata
58
0,05. Sehingga konsumen dengan pendapatan yang lebih tinggi belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. 3. Pengeluaran Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel pengeluaran kelompok daging yang positif sebesar 0,0000919. Artinya jika pengeluaran untuk kelompok daging meningkat sebesar Rp 1.000 per bulan maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan naik sebesar 0,0000919. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi akan meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pengeluaran kelompok daging tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya pengeluaran untuk kelompok daging belum tentu berpengaruh nyata terhadap pembelian daging sapi lokal. 4. Harga Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel harga yang positif sebesar 0,05047. Artinya jika harga daging sapi lokal bertambah Rp 1.000 per kg, maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan meningkat sebanyak 0,05047 kg. Dari uji kesesuaian tanda koefisien regresi dengan hipotesis diketahui bahwa tanda koefisien regresi variabel harga tidak sesuai dengan hipotesa awal yang menduga bahwa Semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. Hal ini dikarenakan harga daging sapi, sesuai dengan hasil tingkat kepentingan atribut, digunakan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas daging. Sehingga harga daging sapi yang relatif tinggi menunjukkan bahwa kualitasnya juga semakin baik. Semakin baik kualitas daging sapi, maka konsumen akan semakin banyak membeli daging sapi tersebut. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa peningkatan harga daging sapi belum tentu berpengaruh nyata terhadap faktor-
59
faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan konsumen menganggap harga yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa daging sapi tersebut berkualitas sehingga mereka akan lebih memilih daging sapi yang berkualitas tersebut meskipun harganya relatif tinggi. 5. Pendidikan Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa koefisien regresi untuk pendidikan bernilai positif sebesar 0,4885. Ini menunjukkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak melakukan pembelian daging sapi lokal sebesar 0,4885 kg dibandingkan konsumen dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05 sehingga konsumen dengan pendidikan yang tinggi belum tentu berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini dikarenakan konsumen dari hampir semua tingkat pendidikan sudah menyadari akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi untuk kesehatan. 6. Frekuensi Konsumsi Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel frekuensi konsumsi daging sapi lokal memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 1,4795. Artinya, konsumen yang lebih sering mengkonsumsi daging sapi lokal lebih banyak melakukan pembelian daging sapi lokal dibandingkan konsumen yang jarang mengkonsumsi daging sapi sebesar 1, 4795 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel frekuensi konsumsi berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 sehingga dengan meningkatnya frekuensi mengkonsumsi daging sapi, maka akan berpengaruh
60
nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena konsumen yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal tentunya akan membeli daging sapi lokal lebih banyak agar mereka dapat terus mengkonsumsinya. 7. Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk jumlah anggota keluarga bernilai positif sebesar 0,3324. Ini menunjukkan bahwa jika jumlah anggota keluarga bertambah satu orang maka jumlah pembelian daging sapi lokal akan naik sebesar 0,3324 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal penelitian yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang dalam suatu rumah tangga maka akan semakin banyak pula kebutuhan mereka akan kebutuhan pangan seperti daging sapi sehingga akan semakin meningkat pula jumlah pembelian mereka terhadap daging sapi tersebut. 8.3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai P value pada uji F sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata yang dikehendaki, yaitu 0,05. Ini menunjukkan bahwa model dugaan signifikan pada taraf nyata lima persen. Sementara, untuk mengetahui peubah-peubah bebas yang dalam model yang signifikan berpengaruh terhadap faktor-faktor pembelian daging sapi lokal dapat dilihat pada nilai P value pada uji t. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor adalah umur dan frekuensi konsumsi. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor karena memiliki nilai P value yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sedangkan variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh
61
secara signifikan terhadap jumlah pembelian daging sapi impor karena memiliki nilai P value yang lebih besar dari alpha lima persen. Hasil analisis regresi faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor dapat dilihat di Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Impor T P VIF Predictor Coef SE Coef 0,467 1,666 0,28 0,783 Constant UMUR PENDAPATAN PENGELUARAN HARGA PENDIDIKAN FREK KON ANGGOTA KELUARGA
-0,02649 0,1270 0,0005749 0,01650 0,2776 0,8691 0,2209
0,01093 0,6039 0,0004816 0,01974 0,3651 0,3645 0,1211
-2,42 0,21 1,19 0,84 0,76 2,38 1,82
0,027 * 0,836 0,249 0,415 0,457 0,029 * 0,086
2,1 1,3 1,6 1,5 1,4 1,6 1,5
S = 0,719903 R-Sq = 70,6% R-Sq(adj) = 58,5% F hit = 5,83 P value = 0,001 Ket : * = signifikan pada taraf nyata lima persen
1. Umur Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel umur bernilai negatif yaitu sebesar -0,02649. Artinya jika usia bertambah sebesar satu tahun, maka jumlah pembelian daging sapi impor akan menurun sebesar 0,02649 kg. hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin lanjut usia orang akan mengurangi pembelian daging sapi karena alasan kesehatan. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel umur merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan dari nilai P value yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga dengan semakin bertambahnya usia berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Hal ini dikarenakan semakin bertambah usia konsumen, mereka akan semakin selektif dalam memilih makanan karena khawatir akan kesehatan mereka. Terutama konsumen yang telah berusia lanjut, mereka akan mengurangi konsumsi daging sapi impor karena umumnya lemak di daging sapi impor yang cukup banyak oleh karena itu mereka akan mengurangi jumlah pembelian daging sapi impor tersebut. 62
2. Pendapatan Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,127, artinya konsumen dengan pendapatan yang lebih besar akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi impor sebesar 0,127 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian yaitu semakin besar pendapatan rumah tangga, maka akan meningkatkan jumlah pembelian daging sapi pada setiap tingkat harga yang berlaku. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan membuat konsumen memilih daging yang mereka anggap berkualitas, seperti daging sapi impor sehingga jumlah pembelian daging sapi impor pun akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapaatan konsumen. Pada tingkat kepercayaaan 95 persen, variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi. ini ditunjukkan dengan nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga konsumen dengan pendapatan yang lebih tinggi belum tentu bisa berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. 3. Pengeluaran Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel pengeluaran kelompok daging yang positif sebesar 0,0005749. Artinya jika pengeluaran untuk kelompok daging meningkat sebesar Rp 1.000 per bulan maka jumlah pembelian daging sapi impor akan naik sebesar 0,0005749. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk kelompok daging, maka jumlah pembelian daging sapi impor akan meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pengeluaran kelompok daging tidak berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih besar dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya pengeluaran untuk kelompok daging belum tentu berpengaruh nyata terhadap pembelian daging sapi impor.
63
4. Harga Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien regresi untuk variabel harga yang positif sebesar 0,0165. Artinya jika harga daging sapi impor bertambah Rp 1.000 per kg, maka jumlah pembelian daging sapi impor akan meningkat sebanyak 0,0165 kg. Hasil ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan hipotesa awal yang menduga bahwa semakin rendah harga daging sapi, maka akan semakin tinggi jumlah pembelian daging sapi. Hal ini dikarenakan harga daging sapi menunjukkan kualitas dari daging itu sendiri. Semakin mahal harga daging sapi impor, maka kualitas daging sapi impor tersebut juga semakin baik. Semakin baik kualitas daging sapi, maka konsumen akan semakin banyak membeli daging sapi tersebut. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Ini menunjukkan bahwa peningkatan harga daging sapi belum tentu berpengaruh nyata terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Hal ini dikarenakan konsumen menganggap harga yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa daging sapi tersebut berkualitas sehingga mereka akan lebih memilih daging sapi yang berkualitas tersebut meskipun harganya relatif tinggi. 5. Pendidikan Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa koefisien regresi untuk pendidikan bernilai positif sebesar 0,2776. Ini menunjukkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak melakukan pembelian daging sapi impor sebesar 0,2776 kg dibandingkan konsumen dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui manfaat dari daging sapi untuk pemenuhan gizi seimbang sehingga jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value yang lebih besar dari taraf nyata 0,05 sehingga konsumen dengan pendidikan yang tinggi belum tentu berpengaruh nyata terhadap jumlah
64
pembelian daging sapi impor. Hal ini dikarenakan konsumen dari hampir semua tingkat pendidikan sudah menyadari akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi untuk kesehatan. 6. Frekuensi Konsumsi Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel frekuensi konsumsi daging sapi lokal memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,8691. Artinya, konsumen yang lebih sering mengkonsumsi daging sapi impor lebih banyak melakukan pembelian daging sapi impor dibandingkan konsumen yang jarang mengkonsumsi daging sapi impor sebesar 0,8691 kg per bulan. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal pada penelitian ini yaitu semakin sering konsumen mengkonsumsi daging sapi maka jumlah pembelian daging sapi pun meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel frekuensi konsumsi berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 sehingga dengan meningkatnya frekuensi mengkonsumsi daging sapi, maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi impor. Hal ini disebabkan karena konsumen yang sering mengkonsumsi daging sapi impor tentunya akan membeli daging sapi impor lebih banyak agar mereka dapat terus mengkonsumsinya. 7. Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk jumlah anggota keluarga bernilai positif sebesar 0,2209. Ini menunjukkan bahwa jika jumlah anggota keluarga bertambah satu orang maka jumlah pembelian daging sapi impor akan naik sebesar 0,2209 kg. Hal ini sesuai dengan hipotesa awal penelitian yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pembelian daging sapi juga akan semakin meningkat. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi impor. Ini ditunjukkan oleh nilai P value pada uji t yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka akan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian daging sapi lokal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang dalam suatu rumah tangga maka akan semakin banyak pula kebutuhan mereka akan kebutuhan pangan seperti daging
65
sapi sehingga akan semakin meningkat pula jumlah pembelian mereka terhadap daging sapi tersebut. 8.4. Implikasi Pemasaran Strategi pemasaran merupakan salah satu strategi yang mendukung perkembangan bisnis secara keseluruhan untuk mencapai misi dan visi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu strategi pemasaran merupakan salah satu upaya untuk memperkuat bisnisnya di bidang pemasaran produk atau jasa. Berdasarkan hasil analisis sikap dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi lokal dan impor, didapatkan strategi bauran pemasaran yang dapat diterapkan adalah : 1. Strategi produk Daging sapi yang beredar di pasaran merupakan daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) namun masih cukup banyak konsumen yang merasa kurang yakin dengan daging sapi yang beredar di pasaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil sebaran responden yang berhenti mengkonsumsi daging sapi sementara ketika mendengar isu penyakit pada sapi potong (Gambar 5). Ini perlu diperhatikan oleh pelaku usaha daging sapi karena faktor keamanan daging sapi merupakan salah satu dari lima faktor yang paling dipertimbangkan konsumen ketika membeli daging sapi. Oleh sebab itu para pelaku usaha daging sapi perlu memasang sertifikasi halal di tempat strategis dengan harapan konsumen dapat melihat sertifikasi tersebut agar mereka yakin bahwa daging sapi yang akan mereka beli itu aman. 2. Strategi harga Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan konsumen. Kebijakan pelaku usaha dalam menetapkan harga merupakan salah satu penentu kepuasan, apakah konsumen merasa puas dengan produk yang mereka beli dengan harga tertentu. Namun berdasarkan hasil analisis Fishbein dan analisis regresi, atribut harga merupakan atribut yang dinilai tidak cukup penting atau dipertimbangkan saat melakukan pembelian. Hal ini menunjukkan apabila daging sapi, baik lokal maupun impor mengalami kenaikan harga (pada tingkat tertentu) maka konsumen akan ttap melakukan pembelian. Oleh karena itu pelaku usaha daging sapi perlu merumuskan penetapan harga yang sesuai pasar yang dituju untuk masing-masing daging sapi seperti daging sapi impor untuk kalangan menengah hingga menengah
66
keatas. Sementara untuk daging sapi lokal konsumen merasa bahwa harga tersebut relatif mahal untuk kualitas daging sapi lokal yang ditawarkan sehingga perlu dilakukan perbaikan kualitas daging sapi. 3. Strategi promosi Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang penting untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sayangnya tidak semua orang suka makan daging sapi dikarenakan mereka khawatir akan kolesterol dalam daging sapi tersebut. Oleh sebab itu perlu dibuat layanan informasi mengenai manfaat gizi dalam daging sapi, termasuk kolesterol yang terkandung di daging sapi tersebut untuk menarik lebih banyak orang mengkonsumsi daging sapi. Layanan informasi ini dapat ditulis dalam bentuk poster, pamphlet, maupun iklan-iklan di media elektronik. 4. Strategi distribusi Daging sapi merupakan bahan pangan yang tidak tahan lama oleh sebab itu ketersediaan daging sapi harus terjamin di berbagai tempat penjualan daging, seperti pasar maupun supermarket. Semakin banyak tempat-tempat penjualan daging disekitar tempat tinggal konsumen akan semakin memudahkan konsumen mendapatkan daging sapi tersebut.
67
IX.
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1.
Secara umum karakteristik responden yang sering mengkonsumsi daging sapi lokal dengan responden yang sering mengkonsumsi daging sapi impor tidak banyak perbedaan. Masing-masing memiliki karakteristik berusia antara 17 hingga 26 tahun, wanita, memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah SMA, berpenghasilan antara Rp 1.000.000-Rp 2.500.000, memiliki jumlah anggota keluarga antara 4 hingga 6 orang serta memiliki anggaran belanja (pengeluaran) untuk kelompok daging sebesar Rp 100.000-Rp 500.000 per bulan. Perbedaan karakteristik responden daging sapi lokal dengan daging sapi impor terletak pada karakteristik pekerjaan. Responden daging sapi lokal kebanyakan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sementara responden daging sapi impor kebanyakan adalah pegawai swasta.
2.
Dilihat dari pola konsumsi daging sapi mereka, responden daging sapi lokal lebih sering membeli daging sapi rata-rata 0,5-1,5 kg per bulan di pasar tradisional. Selain itu responden daging sapi lokal juga lebih banyak yang menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 1-2 kali sebulan di rumah mereka. Sementara untuk responden daging sapi impor rata-rata mereka membeli daging sapi sebanyak 1,51-2,5 kg per bulan di supermarket. Responden daging sapi impor lebih banyak menyajikan hidangan berbahan baku daging sapi sebanyak 3-4 kali sebulan di rumah mereka.
3.
Secara keseluruhan responden di Kecamatan Setiabudi memiliki sikap yang lebih positif terhadap daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor karena responden menilai semua atribut daging sapi lokal lebih baik daripada atribut daging sapi impor.
4.
Frekuensi konsumsi daging sapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian daging sapi, baik lokal maupun impor.
68
semakin tinggi frekuensi konsumsi daging sapi konsumen, maka jumlah pembelian daging sapi, baik lokal maupun impor, akan meningkat. 5.
Sementara faktor lain yang juga secara signifikan mempengaruhi pembelian daging sapi lokal adalah jumlah anggota keluarga, sedangkan faktor lain yang secara signifikan pembelian daging sapi impor adalah usia.
9.2. Saran Saran yang direkomendasikan penulis kepada pelaku usaha daging sapi diantaranya adalah : 1.
Dengan kualitas yang ditawarkan untuk masing-masing daging, konsumen menilai bahwa harga daging sapi lokal masih relative mahal dibandingkan daging sapi impor. oleh sebab itu diperlukan adanya perbaikan kualitas daging sapi lokal, salah satunya melalui perbaikan manajemen ternak sehingga didapatkan kualitas daging sapi lokal yang tidak kalah dengan daging sapi impor.
2.
Selain atribut harga, atribut keempukan daging juga perlu ditingkatkan, khususnya bagi pelaku usaha yang berniat untuk menarik konsumen daging sapi impor untuk beralih mengkonsumsi daging sapi lokal. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keempukan daging misalnya dengan perbaikan manajemen pemotongan ternak seperti meminimalkan gerak sapi pada saat pemotongan sehingga daging yang dihasilkan tidak alot (liat).
3.
Secara keseluruhan, para pedagang daging sapi disarankan untuk memasang sertifikat halal daging sapi yang mereka jual di tempat yang strategis (yang mudah dilihat oleh para pembeli). Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan para pembeli daging sapi bahwa daging yang dijual di tempat tersebut adalah daging sapi yang aman untuk dikonsumsi.
69
DAFTAR PUSTAKA Amelia R. 2008. Pilihan Jenis Telur yang Dikonsumsi Rumah Tangga Pasca Kasus Flu Burung (Kasus di Hero Suoermarket Padjajaran Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Aulia OA, Dwiloka B, Arifin M. 2005. Perbaikan Manajemen Pemotongan Ternak untuk Menghasilkan Daging Sapi Lokal Berkualitas Impor. Di dalam Inovasi Teknologi Peternakan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Nasional. Bogor 12-13 September 2005. Bogor; Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 1-9. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Konsumsi Daging menurut Jenis Daging dan Daging Olahan per Kapita. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/nak/nak2011/Kons_Daging_Jenis_ Olahan_10.htm. [27 Februari 2012]. _________. 2010. Setiabudi dalam Angka 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Calder, BJ. 1975. The Cognitive Fondations of Attitudes: Some Implications for Multi-attribute Models. http://www.acrwebsite.org/volumes/display.asp?id=5767. [27 Februari 2012]. Curtis K, Cowee M, Acosta A, Hu W, Lewis S, Harris T. 2006. Locally Produced Livestock Processing and Marketing Feasibilities Assesment. www.ag.unr.edu/uced/reports/technicalreports/fy2006_2007/2006_07_13. pdf. [27 Februari 2012]. Dano AH. 2004. Analisis Keputusan Lokasi Pembelian dan Preferensi Terhadap Atribut Daging Segar (kasus di pasar swalayan Hero Padjajaran dan pasar tradisional Citeureup di Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [DITJENNAK] Direktorat Jendetral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2010. Peta Potensi Wilayah. Sumber Bibit Sapi Potong dan Rencana Pengembangannya. http://www.ditjennak.go.id/publikasi%5Cpotensi%20bibit.pdf. [27 Februari 2012]. _________. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. [DITJENNAK JAMBI] Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi. 2009. Dua Faktor Utama dalam Menunjang Swasembada Daging 2014. http://disnak.jambiprov.go.id/content.php?show=berita&id=232&kategori =Umum&title=DUA%20FAKTOR%20UTAMA%20DALAM%20MENU
70
NJANG%20SWASEMBADA%20DAGING%20TAHUN%202014. januari 2012].
[31
Engel JE, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Friese M, Wänke M, Plessner H. 2006. Implicit Consumer Preferences and Their Influence on Product Choice. Psychology & Marketing 23 (9): 727-740 Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. New Jersey: Prentice Hall _________. 2002. Marketing Management Millenium Edtion, Ed ke-10, United States of America: Pearson Custom Publishing Liyanah N. 2001. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Intensitas dan Kuantitas Konsumsi Daging Sapi (Studi Kasus di Perumahan Indraprasta, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Maharany, R. 2002. Pola Konsumsi Daging Sapi Segar pada Konsumen Rumah Tangga di Pasar Tradisional (Studi Kasus di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara) [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Nasution A. 2009. Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Mengkonsumsi Susu Cair (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nasution, NA. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rumah Tangga Terhadap Sayuran Organik di Kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Nicholson W. 1999. Teori Mikroekonomi. Prinsip Dasar dan Perluasan. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Pahar RA. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumsi Daging Sapi Rendah Lemak (Studi kasus di Supermarket Giant Point Square dan Giant Pondok Gede Jakarta) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pramono A. 2001. Perilaku Konsumen Rumah Tangga dalam Memilih Daging Sapi di Perumahan Indra Prasta Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Purba LS. 2006. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Rumah Tangga dalam Pembelian Daging Sapi Segar (Studi kasus di Marketplace Matahari Ekalokasari Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Schiffman LG dan Kanuk LL. 1994. Consumer Behaviour.New Jersey: Prentice Hall.
71
Solomon M, Bamossy G, Askegaard S, Hogg MK. 2006. Consumer Behaviour. A European Perspective. Ed ke-3. England: Prentice Hall. Solomon M. 1992. Consumer Behaviour: Buying, Having, and Being. Boston: Allyn and Bacon. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tambunan FMP. 2001. Preferensi Konsumen Terhadap Kualitas Fisik Daging Sapi Segar di Pasar Swalayan Hero Padjajaran Bogor dan Pasar Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Umberger WJ, Feuz DM, Calkins CR, Killinger KM. 2001. U.S. Consumer Preference for Domestic Corn-fed versus International Grass-fed Beef. Di dalam International Agricultural Trade Research Consortium Trade in Livestock Products. Auckland; 18-19 Januari 2001. hlm 1-24.
72
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Jumlah Pembelian Daging Sapi Lokal The regression equation is JUM PEMBELIAN_0 = - 4,66 - 0,0001 UMUR_0 - 0,474 PENDAPATAN_0 + 0,000092 PENGELUARAN_0 + 0,0505 HARGA_0 + 0,488 PENDIDIKAN_0 + 1,48 FREK KON_0 + 0,332 ANG KEL_0
Predictor Constant UMUR_0 PENDAPATAN_0 PENGELUARAN_0 HARGA_0 PENDIDIKAN_0 FREK KON_0 ANG KEL_0
S = 1,01260
Coef -4,661 -0,00010 -0,4744 0,0000919 0,05047 0,4885 1,4795 0,3324
SE Coef 2,549 0,02401 0,7030 0,0003722 0,02621 0,6317 0,6175 0,1123
R-Sq = 66,8%
T -1,83 -0,00 -0,67 0,25 1,93 0,77 2,40 2,96
P 0,085 0,997 0,509 0,808 0,071 0,450 0,028 0,009
VIF 2,3 3,0 1,7 1,9 2,4 1,9 1,6
R-Sq(adj) = 53,1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source UMUR_0 PENDAPATAN_0 PENGELUARAN_0 HARGA_0 PENDIDIKAN_0 FREK KON_0 ANG KEL_0
DF 7 17 24
DF 1 1 1 1 1 1 1
SS 35,069 17,431 52,500
MS 5,010 1,025
F 4,89
P 0,004
Seq SS 3,608 9,507 0,991 1,339 0,001 10,633 8,990
Unusual Observations Obs 2 12 21
UMUR_0 55,0 23,0 28,0
JUM PEMBELIAN_0 6,000 5,000 2,000
Fit 4,709 2,718 3,644
SE Fit 0,829 0,476 0,639
Residual 1,291 2,282 -1,644
St Resid 2,22R 2,55R -2,09R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 1,26869
74
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Jumlah Pembelian Daging Sapi Impor The regression equation is JUM PEMBELIAN = - 0,47 - 0,0265 UMUR + 0,127 PENDAPATAN + 0,000575 PENGELUARAN + 0,0165 HARGA + 0,278 PENDIDIKAN + 0,869 FREK KON + 0,221 ANG KEL
Predictor Constant UMUR PENDAPATAN PENGELUARAN HARGA PENDIDIKAN FREK KON ANG KEL
Coef -0,467 -0,02649 0,1270 0,0005749 0,01650 0,2776 0,8691 0,2209
S = 0,719903
SE Coef 1,666 0,01093 0,6039 0,0004816 0,01974 0,3651 0,3645 0,1211
R-Sq = 70,6%
T -0,28 -2,42 0,21 1,19 0,84 0,76 2,38 1,82
P 0,783 0,027 0,836 0,249 0,415 0,457 0,029 0,086
VIF 2,1 1,3 1,6 1,5 1,4 1,6 1,5
R-Sq(adj) = 58,5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source UMUR PENDAPATAN PENGELUARAN HARGA PENDIDIKAN FREK KON ANG KEL
DF 1 1 1 1 1 1 1
DF 7 17 24
SS 21,1496 8,8104 29,9600
MS 3,0214 0,5183
F 5,83
P 0,001
Seq SS 12,8475 0,2623 1,6467 0,0078 1,1778 3,4829 1,7245
Unusual Observations Obs 21
UMUR 22,0
JUM PEMBELIAN 4,500
Fit 3,365
SE Fit 0,484
Residual 1,135
St Resid 2,13R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 1,18852
75
Lampiran 3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor NORMALITAS DAGING SAPI LOKAL Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-0,008982 1,075 25 0,153 0,131
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-3
-2
-1
0 RES1
1
2
3
NORMALITAS DAGING SAPI IMPOR Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
0,001452 1,063 25 0,169 0,066
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-3
-2
-1
0 RES2
1
2
3
Nilai P value lebih besar dari taraf nyata lima persen yang berarti residual model permintaan daging sapi lokal dan daging sapi impor terdistribusi secara normal.
76
Lampiran 4. Hasil Uji Homoskedastisitas Daging Sapi Lokal Test for Equal Variances: RES1 versus Y 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations JUM PEMBELIAN_0 0,5 1 2 2,5 3 4 5 6
N 4 4 9 2 2 1 2 1
Lower 0,409953 0,343141 0,434478 0,066189 0,086745 * 0,561248 *
StDev 0,86087 0,72057 0,72763 0,18965 0,24855 * 1,60812 *
Upper 5,921 4,956 1,822 36,316 47,595 * 307,941 *
Bartlett's Test (normal distribution) Test statistic = 4,20; p-value = 0,521 Levene's Test (any continuous distribution) Test statistic = 0,77; p-value = 0,586
P value menunjukkan hasil yang lebih besar dari taraf nyata lima persen, artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas untuk daging sapi lokal.
77
Lampiran 5. Hasil Uji Homoskedastisitas Daging Sapi Impor Test for Equal Variances: RES2 versus Y 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations JUM PEMBELIAN 0,5 1 1,5 2 3 4,5
N 10 4 2 4 4 1
Lower 0,493811 0,591353 0,109259 0,572592 0,102976 *
StDev 0,79946 1,22331 0,30669 1,18450 0,21302 *
Upper 1,8209 7,9118 48,9408 7,6608 1,3777 *
Bartlett's Test (normal distribution) Test statistic = 7,29; p-value = 0,121 Levene's Test (any continuous distribution) Test statistic = 1,13; p-value = 0,370
P value menunjukkan hasil yang lebih besar dari taraf nyata lima persen, artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas untuk daging sapi impor.
78
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR No Responden:
Tanggal :
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan tugas akhir program Sarjana yang dilakukan oleh : Nama/NRP Mayor/Fakultas Universitas
: Yuki Masiliana Bernadien / H34080137 : Agribisnis / Fakultas Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor
Peneliti mohon kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan.Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner ini.
I.
DAGING SAPI
1. Daging sapi apa yang sering Anda konsumsi? a. Daging sapi lokal b. Daging sapi impor II.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ………………………………………………………………………………. 2. Umur Anda sekarang :........ tahun 3. Jenis kelamin Anda : a. Pria
b.
4. Status pernikahan : a. Menikah
b. Belum Menikah
Wanita
5. Pendidikan terakhir : a. b. c. d.
SD SMP SMA Diploma
6. Pekerjaan : a. Pelajar / Mahasiswa
e. Sarjana f. Pascasarjana g. Lainnya, sebutkan………………
e. Ibu Rumah Tangga 79
b. BUMN / Pegawai Negeri c. Pegawai Swasta d. Wiraswasta / Pengusaha
f. Pensiunan g. Lainnya, sebutkan …………………………..
7. Pendapatan Anda per bulan (untuk pelajar/mahasiswa bisa diganti dengan uang saku) a. Rp1.000.000 - Rp2.500.000 d. Rp7.500.001 – Rp10.000.000 b. Rp2.500.001 – Rp5.000.000 e. Lebih dari Rp10.000.000 c. Rp5.000.001 – Rp7.500.000 f. Lainnya, sebutkan ………………………….. 8. Jumlah anggota keluarga Anda (termasuk diri Anda) : ………………………………....... III.
KONSUMSI DAGING
2. Daging apa yang sering disajikan di rumah Anda? a. Ikan b. Ayam
c. Daging Sapi d. Lainnya, sebutkan ………………….
Alasan : …………………………………………………………………………………… 3. Berapa pengeluaran Anda per bulan untuk daging (daging merah dan daging putih)? …………………………………………………………………………………………….. 4. Apa yang memotivasi Anda mengkonsumsi daging sapi? a. Gizi yang terkandung didalamnya b. Harga
c. Kualitas daging sapi d. Lainnya, sebutkan ………………….
5. Kualitas fisik apa yang pertama kali Anda periksa saat akan membeli daging sapi? a. Warna daging d. Kesegaran b. Keempukan daging e. Lainnya, sebutkan …………………. c. Bau Alasan : …………………………………………………………………………………… 6. Dimana biasanya Anda membeli daging sapi? a. Pasar Tradisional b. Supermarket
c. Lainnya, sebutkan………………….
Alasan : …………………………………………………………………………………… 7. Darimana Anda mengetahui tempat pembelian tersebut? a. Keluarga d. Media Cetak (koran, majalah) b. Teman e. Lainnya, sebutkan………………………….. c. Media Elektronik 8. Jika daging sapi yang Anda cari tidak tersedia di tempat tersebut, tempat apa yang pertama kali muncul dalam pikiran Anda untuk membeli daging sapi yang Anda inginkan? a. Pasar Tradisional Dekat Rumah b. Pasar Tradisional Besar (seperti Ps. Senen) c. Supermarket Dekat Rumah d. Lainnya, sebutkan…………………. 80
9. Bagaimana cara Anda memutuskan pembelian daging sapi? a. Terencana b. Mendadak c. Tergantung situasi 10. Seberapa sering dagingsapi disajikan dan dikonsumsi di rumah Anda dalam periode satu bulan? a. 1-2 kali d. 7-8 kali b. 3-4 kali e. 9-10 kali c. 5-6 kali f. Lebih dari 10 kali
11. Berapa kilogram per bulan Anda sering membeli daging sapi: ……………………………………………………………………………………Kg/bulan 12. Jenis karkas/jenis peruntukan daging apa yang sering Anda beli dan berapa harganya (Rp/kg): ……………………………………………………………………………………………. 13. Alasan Anda membeli jenis karkas/jenis peruntukan daging diatas : …………………………………………………………………………………………….. 14. Pernahkah Anda berhenti mengkonsumsi daging sapi karena adanya isu penyakit pada sapi (contoh : penyakit sapi gila) a. Pernah
b. Tidak Pernah
Alasan : ……………………………………………………………………………………
MOHON LANJUTKAN KE HALAMAN BERIKUTNYA
81
III.
PENENTUAN SIKAP (Ab) TERHADAP PERILAKU TERTENTU
Petunjuk : Beri tanda (X) pada kotak yang tersedia sesuai dengan pandangan Anda sebagai konsumen daging sapi A. Tingkat Kepercayaan SS = Sangat Setuju
S = Setuju
B = Biasa
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
NO 1 2 3 4 5
Harga daging sapi murah Kesegaran daging sapi baik Sertifikasi daging sapi sudah baik Rasa daging enak Daging mudah dikunyah
6
Daging sapi memiliki lemak yang sedikit
7
Daging sapi memiliki kekenyalan yang baik
8
Daging sapi berwarna segar
9
Daging sapi memiliki tekstur/serat yang baik
82
82
KETERANGAN
DAGING SAPI LOKAL SS S B TS STS -2 -1 0 1 2
DAGING SAPI IMPOR SS S B TS STS -2 -1 0 1 2
KETERANGAN 1.
Harga SS = Jika dengan harga tersebut saya mendapatkan daging yang memiliki kualitas fisik yang baik dan saya puas dengan daging tersebut. S = Jika dengan harga tersebut, saya mendapatkan daging yang memiliki kualitas fisik yang cukup baik dan saya puas dengan daging tersebut B = Jika dengan harga tersebut, saya mendapatkan daging yang memiliki kualitas fisik yang cukup baik dan secara keseluruhan saya merasa cukup puas dengan daging tersebut TS =Jika dengan harga tersebut, saya mendapatkan daging yang memiliki kualitas fisik yang cukup baik,namun saya merasa kurang puas dengan daging tersebut STS = Jika dengan harga tersebut, saya mendapatkan daging yang memiliki kualitas fisik yang cukup baik,namun saya merasa tidak puas dengan daging tersebut 2. Kesegaran SS
= Apabila daging memiliki aroma khas daging, warna daging merah terang dan dapat disimpan dalam kulkas selama 5 hari S = Apabila daging memiliki aroma khas daging, warna daging merah, dapat disimpan 5 hari dalam kulkas B = Apabila aroma khas daging agak berkurang, warna daging agak kecoklatan, dapat disimpan 4 hari dalam kulkas TS = Apabila daging mulai berbau agak tajam, warna daging kecoklatan, dapat disimpan 3 hari dalam kulkas STS = Apabila daging mulai berbau tajam, warna daging merah gelap, dapat disimpan tidak lebih dari 3 hari dalam kulkas. 3. Sertifikasi SS
=Apabila sertifikat tsb diletakkan dekat dengan tempat daging dijajakan dan pembeli dapat langsung melihatnya S = Apabila sertifikat tsb diletakkan cukup dekat dengan tempat daging dijajakan namun pembeli masih dapat melihatnya B = Apabila sertifikat tsb diletakkan agak jauh dari tempat daging dijajakan namun pembeli masih dapat melihatnya TS = Apabila sertifikat tsb diletakkan jauh dari tempat daging dijajakan dan pembeli cukup sulit untuk melihatnya STS = Apabila tidak ditemukan sertifikat tsb di tempat penjualan daging tersebut. 4. Rasa SS S B TS STS
= Daging memiliki rasa yang gurih dan sesuai dengan selera saya = Daging memiliki rasa yang cukup gurih dan sesuai dengan selera saya = Daging memiliki rasa yang cukup gurih dan cukup sesuai dengan selera saya = Daging memiliki rasa yang kurang gurih dan kurang sesuai dengan selera saya = Daging memiliki rasa yang kurang gurih dan tidak sesuai dengan selera saya 83
5. Keempukan SS S B TS STS
= Gigi sangat mudah untuk masuk kedalam daging saat digigit dan diperlukan sedikit tenaga untuk mengunyah daging tersebut = Gigi mudah untuk masuk kedalam daging saat digigit dan diperlukan sedikit tenaga untuk mengunyah daging tersebut = Gigi cukup mudah untuk masuk kedalam daging saat digigit dan diperlukan cukup tenaga untuk mengunyah daging tersebut = Gigi sulit untuk masuk kedalam daging saat digigit dan diperlukan agak banyak tenaga untuk mengunyah daging tersebut = Gigi sangat sulit untuk masuk kedalam daging saat digigit dan diperlukan banyak tenaga untuk mengunyah daging tersebut
6. Lemak SS S B TS STS
= Apabila dari 100g daging, lemak yang terlihat dalam daging < 10% = Apabila dari 100g daging, lemak yang terlihat dalam daging antara 10%-30% = Apabila dari 100g daging, lemak yang terlihat dalam daging antara 30%-50% = Apabila dari 100g daging, lemak yang terlihat dalam daging antara 50%-70% = Apabila dari 100g daging, lemak yang terlihat dalam daging >70%
7. Kekenyalan SS S B TS STS
= Jika ditekan dengan jari daging dengan sangat cepat akan kembali ke bentuk semula = Jika ditekan dengan jari daging cepat akan kembali ke bentuk semula = Jika ditekan dengan jari daging akan membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk kembali ke bentuk semula = Jika ditekan dengan jari daging akan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali ke bentuk semula = Jika ditekan dengan jari daging tidak kembali ke bentuk semula
8. Warna SS S B TS STS
= Warna daging merah terang = Warna daging merah = Warna daging agak kecoklatan = Warna daging kecoklatan/merah tua = Warna daging merah gelap
9. Tekstur SS S B TS STS
= Tekstur daging sapi sangat halus = Tekstur daging sapi halus = Tekstur daging sapi agak halus = Tekstur daging sapi kasar = Tekstur daging sapi sangat kasar
84
B. Evaluasi 1. Apakah harga daging sapi penting bagi Anda a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 2. Apakah kesegaran daging sapi penting bagi Anda a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 3. Apakah sertifikasi daging sapi penting bagi Anda a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 4. Apakah rasa daging penting bagi Anda a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 5. Apakah kemudahan dalam mengunyah daging sapi penting bagi Anda a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 6. Apakah lemak daging sapi penting bagi Anda a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 7. Pentingkah menguji kekenyalan daging saat melakukan pembelian a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 8. Pentingkah melihat warna daging sapi saat melakukan pembelian a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa 9. Pentingkah melihat tekstur/serat dagi sapi saat melakukan pembelian a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa
TERIMA KASIH ATAS BANTUAN DAN KERJASAMA ANDA
85