VIH. KESlMfULAN DAN IMPLIKASI KJZBWAKAN 8.1. Kesimpulm
1. Peningkatan parlisipasi kerja terdidik dan tidak terdidik baik laki-laki maupun
perempuan di perkotam dan perdesaan lebih responsif terhadap jumlah
penduduk baik pada usia p r o d h f ma~lpunusia belum produhf, serta tingkat partisipasi partisipasi keqa dibandingkan faktor lainnya. Upah bukan merupakan faktot utama yang mendorong pmingkatan partisipasi kerja
terdidik dan tidak terdidik di perkotaan, ha1 ini disebabkan peningkatan partisipasi kerja terdidik di perkotaan tidak diikuti dengan kesempatan kerja yang memadai.
2. Partisipasi kerja berdasarkan tmgkat pendidikan, jenis kelamin dan wilayah
lebih besar di Pulau Jawa dibandingkan di Iuar Pulau Jawa Dermluan juga jumlah partisipasi kerja pada periode krisis ekonomi lebh besar dibandingkan pada periode sebelum krisis ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode krisis ekonorni jumlah partisipasi kerja khususnya yang masih dud& dibangh~ sekolah terpaksa meninggalkan bangku sekolah urrtuk i h t
berpartisipasi dalam pasar kerja guna membantu donomi orang tuanya 3. Peningkatan kesempatan kerja sektor industri baik laki-laL rnaupun
perempuan di perkotaan lebih responsif terhadap perubahan upah riil sektor
industri, pendapatan regional sektor industri, clan program pembangunan khususnya program bantuan pembanguam Dal~I, sedangkan di perdesaan lebih responsif terhadap perubahan program pembangunan khususnya
program pembangunan Dati I1 dan perubahan upah pekqa sektor industri di bandingkan faktor lainnya.
4. Peningkatan kesempatan kerja sektor perkmi an baik laki-laki maupun perempuan di perkotaan dan di perdesaan lebih responsif terhadap pendapatan regional sektor pertanian dibandingkan faktor lainnya 5. Peningliatan kesempatan kerja sektor jasa baili lairi-laki maupun perempuan di
perkotaan lebih responsif terhadap perubahan pendapatan regronal sektor jasa,
sedangkan di perdesaan lebih responsif terhadap perubahan program pembangunan khususnya program pembangunan Dati I1 dibandingkan fakt or
laimya. 6. Peningkatan penciptaan kesempatan kej a baik dari antar sektor, jenis kelamin,
dan wilayah lebih bear di Pdau Jawa dibandingkan dengan di luar Pulau Jamla, ha1 ini disebabkan orierrtasi pembangumm selama ini lebih banyak
diarahkan di kawasan barat Indonesia khususnya di Pulau Jawa Sedangkan jumlah penciptaan kesempatan kerja khususnya sektor industri lebih besar
pada periode sebelum krisis ekonomi dibandingkan pada peride h s i s ekonorni, sebaliknya pada sektor pertmian dan jasa, judah penciptaan kesempatan kerja lebih besar pada periode knsis ekonomi dibandingkan pada periode sebelum krisis ekonorni. 7. Jurnlah pengangpan terdidik dan tidak terdidik baik lalu-laki rnaupun
perempuan di perkotaan lebih responsif terhadap perubahan jumlah partisipasi
kej a dan perubahan kesempatan keja,sedangkan di perdesaan lebih responsif terhadap perubahan added-worker dm kesempatan kerja dibandingkan faktor lainnya
8. Upah riil sektoral lebih responsif terhadap upah minimum regional sektoral,
dan kebuhrhan hidup minimum dibandingkan faktor lainnya
Upah riil
sehqoral lebih mahal di luar Puiau Jawa dibandingkan di Pulau Jawa, demikian juga upah riil sekloral lebih mahal pada periode sebelum knsis ekonomi
dibandingkan pada periode knsis ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa turunnya upah riil sehoral pada periode krisis ekonomi disebabkan oleh
t urunnya daya beli rnasyarakat. 9. Produktivitas pekerja sektoral lebih responsif terhadap perubahan upah riil dm
konsumsi kalori di bandingkan faktor lainnya. Program peningkatan konsumsi
kalori sangat diperlukan oleh pekerja yang membutuhkan energdfisik untuk melakukan pekerjaannya (sektor pertanian dan jasa) di bandingkan pekerja yang menggunakan pikiraddi kantor dalam melakukan pekerjaannya (sektor
industri). 10. Peningkatan pendapatan regional sektoral dipengarhi secara nyata oleh
produktivitas pekerja sektoral, kesempatan kerja sektoral bai k laki-laki maupun perempuan. Namun apabila dilihat nilai elastisitasnya ternyata peni ngkatan
pendapatan regional
sektoral
lebih responsi f terhadap
produktivitas pekej a sektoral dibanbgkan faktor lainnya 1 1 . Migrasi dari desa ke kota lebih resportsif terhadap perubahan upah riil sektor
industri, sedangkan rnigrasi dari kota ke desa lebih responsif terhadap perubahan jumlah penduduk laki-lakt usia produktif di perkotaan di banding-
kan faktor lainnya Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk bermigrasi
ke kota lebih disebabkan oleh faktor penarik daripada faktor pendorong. Sebaliknya keputusan untuk bermigrasi ke desa lebih disebabkan oleh faktor
pendorong yaitu perubahan jumlah penduduk laki-laki usia prduktlf di
perkotaan. 12. Peningkatan adied-worker laki-lak dan perempuan bai k di perkotaan maupun
di perdesaan bukan dipenganh oleh upah riil sektoral melainkan dipengaruhi secara nyata oleh peubah jumlah pmduduk usia kerja yang masuk ke pasar
kerja dengan alasan rnembantu ekonomi rumahtangga dan m e m b a h penghasilan, serh dengan alasan tamatlputus sekolah.
Kondisi ini
menunjukkan bahwa pada situasi ekonomi yang sulit ini (khususnya pada
periode krisis ekonomi) yang dialami Indonaia rnernaksa seseorang untuk masuk ke pasar kerja dengan upah berapapm yang setidaknya dapat
membantu memperbaiki ekonomi rumahtangga 13. Peningkatan discmirage-worker juga bukan dipenganh oleh upah riil
sektoral, akan tetapi dipengaruhi secara nyata oleh tingginya jumlah penganggurm baik ddstri sisi jenis kelarnin maupun antar wilayah, artinya jumlah penganggum merupakan faktor penentu yang penting bagi seseorang
untuk keluar dari pasar kerja. 14. Aitematif
kombinasi penghapusan Program Inpres Sarana Kesehatan dm
penghapusan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (Simulasi
10 berdampak
negatif bagi keragaan pasar kej a dan migrasi pada periode
krisis dan sebelum krisis ekonomi di Indonesia
Sedangkan secara
keseluruhan, pada Simulasi I1 periode h s i s ekonomi memberikan dampak negatif bagi keragam pasar kerja dan migrasi yang lebih kecil dibandingkan periode sebelum knsis ekonomi.
15. Alternatif pada
Simdasi TI ini menunjukh bahawa apabila pemerintah tidak
memberikan perhatian pada peningkatan produktivibs maka keragm pasar kerja dm migrasi akan memburuk, dirnana pendapatan regonal sektoral akan
menurun. 16. Alternatif kombinasi peningkatan Program Dana Padat Karya, Program Dana
Pernbangunan, Investasi Sektord dan peningkalan Konsumsi Kalori (S imulasi I): alternatif kombinasi peningkatan Program Dana pad;
Karya, Program
Dana Pembangunan, I n v ~ t a s iSekloral dan peningkatan Konsumsi Kalori, serta penghapusan Program Inpres Sarana Kesehatan dan Program Jaring
Pengaman Sos~al Bidang Kesehatan (Slmulasi 111); alternatif kombinasi peningkatan Upah Minimum Regional Sektoral, Program Dana Padat K q a , Program Dana Pembangunan, Tnveslasi Sektoral dan peningkatan Konsumsi
Kalori (Sirnulasi IV); aitemat~fkombinasi peningkahn Kebuhhan Hidup Mmirnum,Program Dana Padat Karya, Program Dana Pembangunan, Investasi SeLto ral dm peningkatan Konsumsi KaIori (Sirnulasi V); dternatif kombinasi
peningkatan Upah Minimum Rwonal Sektoral, Program Dana Padat Karya, Program Dana Pernbangunan, lnvestasi Sektoral dan peningkatan Konsumsi
Kalori serta penghapusan Program Inpres Sarana Kesehatan dan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (Sirnulasi VI); allernatif kombiw i peningkatan Kebutuhan Hidup Mminum, Program Dana Padat Karya, Program Dana Pembangunan, lnvestasi Sektoral dan peningkatan Konsumsi
Kalori seria penghapusan Program inpres Sarana Kesehatan dm Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (Sirnulasi VII); altematif kombinasi peningkahn Upah Minimum Regional Sektoral, Kebutuhan Hidup
Minimum, Program Dana Padat Karya, Program Dana Pembangunan, Invstasi Sektoral dm peningkatan Konsumsi Kalori serta penghapusan Program Inpres Sarana Kesehatan dm Program Jaring Pengaman Sosial
Bidang Kesehatan (Sirnulasi VIII) memberikan dampak positif bagi keragaan pasar keqa dan migrasi pada periode krisis dan sebelum knsis ekonomi di
Indonesia
Secara keselunhan, pada Simulasi 1, Simulasi 111, Simulasi lV,
Simulasi V, Simulasi VI, Simulasi VII dan Sirnulasi VIZI pada periode
sebelum krisis ekonomi memberikan dampak positif yang lebih besar bagi keragaan pasar kerja dan migrasi di Indonesia dibandingkan periode knsis ekonomi. 17.Altematif pada Simulai I, temyaia menghasilkan dampak positif yang terbaik
bag keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis dan sebelum krisis
ekonomi di Indonesia dibandingkan alternatif simulasi lainnya 18. Allernatif pada Sirnulasi It1 rnemkrikan darnpak yang lebih baik setelah
Simulasi I dibandingkan simulasi lainnya, arhnya adanya tambahan penghapusan Program Inpres Saran. Kesehaf an dan penghapusan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan mampu memberikan dampak yang
lebih baik bag keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode knsis dm sebelum h s i s ekonomi di Indonesia di bandin*
adanya tambahan
peningkatan Upah Minimum Regional Sektoral atau tarnbahan peningkatan
Kebutuhan Hidup Minimum.
19. Sedangkan adanya
tambahan peningkatan Ke butuhan Hidup Minimum
(Simulasi V) mampu memberikan dampak yang lebih baik setelah Simulasi I
dan SimuIasi TTI di bandingkan adanya tambahan peningkatan Upah Minimum Regonal Sektoral (Simulasi IV).
83. ImpIikasi Kebijskan
Sebagai upaya perbaikan pasar kerja dm migrasi pada paiode krisis dm sebelurn krisis ekonomi di Indonesia, maka perlu dilakukan kaji ulang terhadap
kebijakan-kebijakan yang di lakukan pemerintah dalam menciptakan peningkatan kesempatan kej a dan pendapatan regional bagi masyarakat. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain : 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa mesin industn dm &or
faktor subsitusi bagi faktor produksi tenaga kerja
merupakan
Oleh karena itu,
peni ngkatan kesempatan kerja sebaiknya lebh diarahkm pada inves tasi yang
bersifat dabor intensive daripada capital intensiw terutama untuk wilayahwilayah yang jumlah penduduknya padat. 2.
Lebih tinggnya upah riil sektoral di luar Pula Jawa mernunghnkan terjadinya mo bilitas penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jaw& menpgat hasil penelitian ini menunjukkan upah daerah tujuan m e ~ p a k a nfaktor yang
menarik migran untuk bermigrasi. 3.
Melihat lebih responsifnya wilayah perdesaan dan dummy kepulauan terhadap perubahq maka penentuan kebijakan yang berhubungan dengan pasar k q a
dan migrasi di Indonesia sebaiknya tidak diputuskan secara rnakro tetapi lebih bersifat mi kro (kewilayahan).
4. Sektor pertanian dan jasa sebaiknya mendapat perhatian penuh dari
pemerintah.
Pemerintah sebaiknya lebh memberikan pembinaan dan
perhatian khusus pada sektor pertanian dm jasa karena sektor tersebut terbukti
mampu menjadi kaiup pengamin dalam penyerapan tenaga kej a . 5 . Pentingnya peningkatan produktlvitas pekerja sektoral dan penci ptaan
kesempatan kerja dalarn meningkatkan pdapatan regional sektoral telah
ditunjukkan oleh hasil penelitian ini. Peningkatan pendapatan regional akan
lebih cepat dilakukan dengan perbaikan efektifitas dm kualitas manusia daripada sekedar rnenambah jumlah tenaga kej a atau mdal. Oleh karena itu,
usaha-usaha peningkatan produktivitas selayaknya lebih mendapat perhatian daripada kegialan penci ptaan kapitd.
Kegiatan perbaikan pendidikan,
ketrampilan, pendidikan dan pelathan semi kesehatan pekerja sebaiknya lebih
ditingkatkan. 6. Kebijakan peningkatan upah minimum regonal sektoral, kebutuhan hidup minimum, penghapusan program inpres sarana kesehatan, penghapusan program jaring pengarnan sosial bidang kesehatan, sebaiknya dikuti dengan
usaha untuk meningkatkan konsumi masyarakat. Sehubungan dengan ha1 tersebut pemerintah lebih memusatkan perhatian pada program perbaikan
pangan dm g z i rnasyarakat. Akan lebih baik lagi, jika penghapusan ke dua program yang mengarah pada bidang kesehaian tidak dilakukan mengingat kebijakan tersebut merniliki pengaruh cukup besar terhadap keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis dan sebelum krisis ekonomi di
Indonesia.
8 3 . S a m Penelitian Lanjutan
1 . Wilayah Indon~ia terdiri atas beberapa propinsi yang masing-masing rnemiliki karakteristik pasar kerja yang berbeda. Oleh kmena itu dalarn
penel it ian lanjutan model perlu dikembangkan dengan disagregasi wilayah propinsi. 2. Tenaga kerja sektoral pada dasarnya diklasifikasikan terdidik dan tidak
terdidlk yang masing-rnasing memilih karakteristik yang berbeda
Oleh
karenanya perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan disagregasi tingkat pendidikan. 3. Migrasi dapat disebabkan oleh dm-alasan ekonomi dan non ekonomi. Oleh
karena itu dalarn penel itian lanjutan sebaiknya diamati pengaruh dari alasmalasan non ekonomi terhadap migrasi serta perlu diteliti jenis migrasi keiuar negeri dan transmigrasi.