VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH
merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi bagi pemerintah setempat dalam menerapkan PLTMH baik di wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi masyarakat mengenai aspek lingkungan dilihat dari kebisingan dan kualitas air. Hal ini berkaitan dengan segi konservasi, karena pengadaan PLTMH secara tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dalam hal ini adalah lingkungan fisik. Setiap pembangunan berarti melakukan eksplorasi ataupun modifikasi terhadap lingkungan, sehingga akhirnya akan mempengaruhi daya dukung lingkungan. Persepsi mengenai aspek ekonomi dilihat dari penambahan penghasilan dan peningkatan sarana prasarana industri kecil. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH dilihat dari keberadaan kelompok dan kinerja kelompok. Sebelum memaparkan persepsi masyarakat terhadap adanya pembangunan PLTMH, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kondisi umum masyarakat Kampung Paseban terkait dengan sebelum dan setelah adanya listrik dari PLTMH. Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban telah memberikan perubahan bagi masyarakat yang tinggal disana. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 42 responden (74%) menyatakan bahwa sebelum adanya PLTMH, mereka sudah mendapatkan listrik yang dihasilkan dari kincir tradisional sebanyak 41 responden dan lainnya menggunankan genset sebanyak 1 responden. Sisanya sebanyak 15 responden (26%) menyatakan bahwa mereka belum mendapatkan listrik. Responden yang belum memiliki sumber listrik hanya 45
mengandalkan lampu tempel yang menggunakan minyak tanah untuk penerangan di rumah mereka. Persentase kondisi responden terhadap kepemilikan sumber listrik sebelum adanya PLTMH terdapat pada Gambar 2. Tidak Ada Listrik 26%
Ada Listrik 74% Sumber : Data primer, diolah (2012)
Gambar 2. Kondisi Responden Mengenai Kepemilikan Sumber Listrik Sebelum Adanya PLTMH Setelah menggunakan listrik dari PLTMH, mereka sudah tidak menggunakan lampu tempel lagi. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih tetap memasang kincir tradisional untuk dipakai ketika listrik dari PLTMH padam. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden (100%) menyatakan bahwa keberadaan PLTMH memberikan manfaat bagi mereka. Manfaat yang dirasakan tiap responden bervariasi. Selain penerangan, responden merasakan bahwa pengadaan PLTMH ini bermanfaat bagi mereka dalam mengakses informasi baru. Selain itu, pengadaan PLTMH juga bermanfaat dalam mempermudah pekerjaan mereka. Responden yang hanya merasakan manfaat penerangan dari listrik yang dihasilkan dari PLTMH sebanyak 26%. Sebanyak 67% responden menyatakan bahwa listrik yang dihasilkan oleh PLTMH bermanfaat untuk penerangan dan dapat menambah akses informasi baru. Sebanyak 5% responden menyatakan bahwa adanya pengadaan PLTMH ini menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk
46
mereka. Sisanya sebanyak 2% merasakan bahwa adanya listrik dari PLTMH mempermudah pekerjaan mereka. Adapun persepsi masyarakat mengenai manfaat yang dirasakan, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Manfaat yang Dirasakan Responden Setelah Adanya PLTMH No. 1. 2. 3. 4.
Manfaat Penerangan Penerangan dan Akses Informasi Baru Menciptakan Lapangan Pekerjaan Mempermudah Pekerjaan Total
Jumlah Responden (orang) 15
Persentase (%) 26
38
67
3
5
1 57
2 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Selain adanya manfaat yang dirasakan responden, ada pula keluhan yang dirasakan responden. Seluruh responden (100%) menyatakan bahwa listrik yang berasal dari PLTMH masih mengalami gangguan, seperti voltase tidak stabil dan listrik yang tiba-tiba padam di malam hari. Sebanyak 100% responden menyatakan bahwa iuran yang dibebankan pada mereka masih terjangkau. Jika dibandingkan dengan sumber listrik sebelumnya yaitu minyak tanah, solar, maupun kincir tradisonal, maka pengeluaran responden untuk mendapat listrik dari PLTMH lebih murah. Pembuatan kincir tradisonal membutuhkan biaya sebesar Rp 2.000.000 untuk pemasangan pertama kali, dan biaya pemeliharaan sebulan sekali sebesar Rp 10.000, biaya perbaikan 2 bulan atau 3 bulan sekali sebesar Rp 30.000 untuk pembelian karet dan laher yang rusak. Volume minyak tanah yang digunakan untuk lampu tempel bervariasi setiap rumah tangga tergantung jumlah lampu yang digunakan. Rata-rata penggunaan minyak tanah setiap bulannya yaitu sebanyak 3 liter dengan harga minyak tanah di Kampung Paseban sebesar Rp 10.000 per liter. Satu orang responden memakai genset untuk menghasilkan listrik di rumahnya 47
sebelum adanya listrik dari PLTMH. Biaya yang dikeluarkan setiap bulan yaitu sebesar Rp 100.000. Kepuasan konsumen menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan PLTMH. Sebanyak 61% responden menyatakan bahwa kapasitas listrik yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan mereka, sedangkan sebanyak 39% responden merasa bahwa listrik yang ada saat ini belum sesuai dengan kebutuhan mereka. Responden yang merasa bahwa kapasitas listrik yang ada sekarang ini masih kurang karena mereka menginginkan jumlah listrik yang lebih besar. Mereka ingin menggunakan alat elektronik lain seperti setrika dan rice cooker. Persepsi masyarakat mengenai kapasitas listrik dari PLTMH dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Kapasitas Listrik PLTMH Indikator Kepuasan Sesuai Tidak Sesuai
Jumlah Responden (orang) 35 22
Persentase (%) 61 39
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kondisi lingkungan fisik yang ada di Kampung Paseban. Berdasarkan hasil yang didapat, sebanyak 75% responden menyatakan sangat setuju jika PLTMH tidak menimbulkan kebisingan bagi masyarakat. Sebanyak 25% responden menyatakan setuju jika PLTMH tidak menimbulkan kebisingan bagi masyarakat. Selain dari kebisingan, aspek lingkungan dapat pula dilihat dari segi kualitas air. Sebanyak 75% responden sangat setuju jika PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Responden sebanyak 18% menyatakan setuju jika PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, dan sisanya sebanyak 7% kurang setuju jika PLTMH tidak 48
menyebabkan kualitas air. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan Kampung Paseban dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Lingkungan Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH No. 1. 2.
Sub Indikator PLTMH tidak mengakibatkan kebisingan PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air
Persepsi (%) 1
2
3
4
5
Total (%)
0
0
0
26
74
100
0
0
7
18
75
100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Keterangan: 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = kurang setuju 4 = setuju; 5 = sangat setuju Setelah melakukan perhitungan dengan skala likert, maka dapat diketahui bahwa masyarakat sangat setuju jika PLTMH tidak mengakibatkan kebisingan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi sebesar 4,75. Selain itu, masyarakat sangat setuju bahwa PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, yang ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh sebesar 4,68. Masyarakat menilai bahwa PLTMH merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan, karena dampak yang ditimbulkannya dapat diminimalisir bahkan tidak ada sama sekali. Aspek lain yang dapat dilihat dari adanya pembangunan PLTMH yaitu aspek ekonomi. Aspek ekonomi meliputi penambahan penghasilan dan peningkatan sarana prasarana industri kecil. Responden yang merasakan penambahan penghasilan sangat baik setelah adanya PLTMH hanya sebanyak 5%. Sebanyak 53% responden menyatakan penambahan penghasilan yang tidak baik, Mereka menginginkan dengan adanya PLTMH dapat menambah penghasilan mereka. Sebanyak 56% responden menyatakan bahwa peningkatan sarana 49
prasarana industri kecil setelah adanya PLTMH sudah baik sementara sebanyak 30% responden menyatakan bahwa peningkatan sarana prasarana industri kecil sangat baik. Tabel 15. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Ekonomi Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH No. 1. 2.
Sub Indikator Penambahan penghasilan Peningkatan sarana prasarana industri kecil
Persepsi (%) 1 0
2 53
3 33
4 9
5 5
0
0
14
56
30
Total (%) 100 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik 4 = baik; 5 = sangat baik Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Kampung Paseban. Dari hasil perhitungan, didapat nilai persepsi responden sebesar 2,67 yang berarti bahwa masyarakat menilai bahwa penambahan penghasilan yang kurang baik. Masyarakat menilai bahwa adanya PLTMH tidak begitu berdampak pada penghasilan yang didapat. Peningkatan sarana prasarana industri kecil dinilai baik oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi responden yang diberikan yaitu sebesar 4,16. Aspek ketiga yang dapat dilihat yaitu mengenai pengelolaan PLTMH. PLTMH dikelola oleh kelompok pengguna mikrohidro. Sebanyak 54% responden menyatakan bahwa keberadaan kelompok sangat baik Sebanyak 60% responden menyatakan kinerja kelompok sudah sangat baik. Persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial kelembagaan, dapat dilihat pada Tabel 16.
50
Tabel 16. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan PLTMH Ciesek No. 1. 2.
Sub Indikator Keberadaan kelompok Kinerja kelompok
Persepsi (%) 1 0 0
2 0 0
3 12 0
4 33 40
5 54 60
Total (%) 100 100
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik 4 = baik; 5 = sangat baik Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH di Kampung Paseban. Masyarakat menilai bahwa keberadaan kelompok dan kinerja kelompok sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh kedua hal tersebut berada pada selang 4,2 sampai 5,0. Nilai persepsi masyarakat mengenai keberadaan kelompok yaitu 4,42. Nilai persepsi masyarakat mengenai kinerja kelompok yaitu 4,60. 6.2
Kinerja Produksi, Distribusi, dan Sistem Pembayaran Listrik PLTMH Ciesek
6.2.1
Kinerja Produksi PLTMH Ciesek PLTMH merupakan salah satu pembangkit listrik yang tidak menggunakan
bahan bakar sebagai media pembangkitnya. PLTMH menggunakan air sebagai media pembangkitnya. Penggunaan PLTMH relatif lebih mudah dibanding dengan pembangkit listrik jenis lainnya. Secara teknis, PLTMH memiliki tiga komponen utama yaitu air sebagai sumber energi, turbin, dan generator. PLTMH Ciesek mendapatkan energi dari aliran air yang berasal dari Sungai Ciesek. PLTMH Ciesek telah beroperasi sejak bulan Januari 2012. Potensi daya yang dihasilkan yaitu sebesar 18,8 kW atau sebesar 18.800 watt. Kapasitas daya listrik yang dihasilkan yaitu sebesar 11,2 kW atau sebesar 11.200 watt.
51
Listrik yang berasal dari PLTMH dinyalakan pukul 16.00 WIB dan dimatikan kembali pukul 07.00 WIB. Operator bertugas dalam menyalakan turbin setiap harinya. Terkadang, listrik tiba-tiba padam di malam hari, maka operator segera menuju rumah pembangkit untuk menyalakan turbin kembali. Setiap konsumen memiliki waktu pelayanan aliran listrik yang sama dari PLTMH Ciesek yaitu selama 15 jam. PLTMH Ciesek hanya mengalirkan listrik selama 15 jam untuk menjaga kondisi mesin mikrohidro agar tidak cepat rusak. Akan tetapi, khusus pada hari minggu ataupun hari libur, listrik dialirkan selama 24 jam. 6.2.2 Distribusi Listrik PLTMH Ciesek Daya listrik yang ada telah didistribusikan pada 61 rumah warga yang terletak di Kampung Paseban. Pendistribusian listrik ini dilakukan secara bertahap. Pada bulan Januari 2012, jumlah rumah yang dialiri listrik dari PLTMH sebanyak 54 rumah, bulan Februari 2012 jumlahnya bertambah menjadi 61 rumah. Masing-masing rumah diberikan pembatas daya atau Miniatur Circuit Board (MCB) dengan kapasitas 1 ampere atau setara dengan 220 volt. Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa sangat dibatasi. Hal ini didasarkan adanya ketersediaan potensi sumber daya air, kemampuan memelihara dan membiayai penggunaan listrik, serta besaran biaya pembangunan. Penggunaan listrik dari PLTMH oleh masyarakat di Kampung Paseban umumnya hanya untuk penerangan dan televisi ataupun radio di malam hari sementara pada siang hari sebagian besar masyarakat bekerja. Penggunaan daya maksimum di Kampung Paseban sebesar 110 watt pada setiap sambungan atau rumah. Daya sebesar 110 watt digunakan untuk penerangan yang menggunakan 3 buah lampu masing-masing 15 watt sehingga 52
total daya untuk penerangan berjumlah 45 watt. Selain penerangan, daya yang ada digunakan untuk penggunaan alat elektronik seperti televisi dengan daya 60 watt. Penggunaan tersebut dianggap cukup untuk kebutuhan pelistrikan perdesaan pada Kampung Paseban. 6.2.3
Sistem Pembayaran PLTMH Ciesek Sistem pembayaran listrik PLTMH Ciesek ditentukan berdasarkan
kesepakatan warga. Besarnya iuran PLTMH yang harus dikeluarkan responden hanya digolongkan menjadi dua kategori. Kategori I yaitu tarif listrik sebesar Rp 15.000 untuk konsumen listrik yang tidak memiliki barang elektronik dan kategori II yaitu tarif listrik sebesar Rp 20.000 untuk konsumen listrik yang memiliki barang elektronik seperti televisi. Pembayaran iuran listrik dilakukan setiap bulan pada tanggal 7. Penagihan iuran ini dilakukan oleh bendahara yang mendatangi setiap rumah warga. Kegiatan penagihan ini dilakukan dalam dua hari karena letak rumah yang menyebar dan sangat berjauhan. Kehadiran PLTMH Ciesek tentunya memberi keuntungan bagi masyarakat yang tinggal di Kampung Paseban. Keuntungan dari adanya PLTMH bagi masyarakat Paseban yaitu mereka tidak perlu membayar biaya pemasangan listrik. Apabila dibandingkan dengan listrik yang berasal dari PLN, untuk pemasangan baru dengan kapasitas daya terendah kelompok rumah tangga yaitu 450 VA dikenakan biaya pemasangan sebesar Rp 657.000. Selain itu, keuntungan yang dirasakan masyarakat yaitu tarif listrik yang lebih murah jika dibandingan dengan listrik dari PLN. Tarif listrik per kWh dari PLTMH Ciesek yaitu sebesar Rp 582, sedangkan tarif listrik yang berasal dari 53
PLN rata-rata sebesar Rp 729 per kWh. Tabel 17 menunjukkan tarif listrik per kWh dari PLTMH Ciesek. Tabel 17. Tarif Listrik per kWh PLTMH Ciesek dalam Satu Bulan Daya Kategori (Watt) I II
45 105
Jumlah pemakaian listrik per bulan (kWh) 15 20,25 15 47,25 Rata-rata
Layanan per hari (Jam)
Tarif listrik per bulan (Rp)
Tarif listrik per kWh (Rp)
15.000 20.000
741 423 582
Sumber: Data primer, diolah (2012)
6.3
Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan PLTMH Ciesek Pembangunan PLTMH Ciesek dilakukan pada tahun 2011 dan mulai
beroperasi menghasilkan listrik pada bulan Januari 2012. PLTMH Ciesek merupakan salah satu program dari Provinsi Jawa Barat dalam bidang listrik perdesaan. Pengadaan suatu proyek harus ditinjau dari sisi kelayakan dan keberlanjutannya agar pembangunan proyek tersebut tidak sia-sia. 6.3.1
Estimasi Kelayakan PLTMH Ciesek Estimasi kelayakan PLTMH Ciesek dilakukan dengan analisis biaya dan
manfaat yaitu perhitungan NPV. Identifikasi biaya dan manfaat proyek dilakukan terlebih dahulu untuk membuat cashflow. Biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan PLTMH Ciesek terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan. Berikut ini rincian biaya PLTMH Ciesek : 1) Biaya Investasi Biaya investasi PLTMH adalah biaya yang dikeluarkan untuk membangun PLTMH. Biaya investasi terdiri dari biaya pembangunan sarana PLTMH dan biaya lain-lain. Biaya pembangunan sarana PLTMH terdiri dari biaya pekerjaan
54
persiapan, biaya pekerjaan sipil, biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan jaringan distribusi, dan biaya instalasi rumah. Biaya lain-lain terdiri dari biaya untuk training operator dan buku manual. Biaya pekerjaan persiapan adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap awal rencana pembangunan PLTMH yang terdiri dari kegiatan setting out dan bouwplank dan kegiatan mobilisasi bahan dan alat. Biaya persiapan ini mencapai Rp 37.500.000. Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan dalam pembangunan PLTMH Ciesek. Peralatan mekanikal dan elektrikal terdiri dari turbin set, generator, panel control, ballast load, setup instalasi, aksesoris, dan transportasi pengangkutan peralatan dari Bandung ke lokasi PLTMH Ciesek. Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal PLTMH Ciesek ini mencapai Rp 291.500.000. Biaya investasi PLTMH Ciesek secara keseluruhan yaitu Rp 725.490.882 yang hanya dikeluarkan pada tahun ke 0. Komponen biaya secara lengkap disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Komponen Biaya Investasi PLTMH Ciesek Tahun 2011 Uraian Pekerjaan persiapan Pekerjaan sipil Pekerjaan mekanikal dan elektrikal Pekerjaan jaringan distribusi Instalasi rumah (SRIR) Lain-lain Total
Jumlah (Rp) 37.500.000 194.410.982 291.500.000 132.675.000 57.404.900 12.000.000 725.490.882
Sumber: Dinas ESDM Wilayah I Cianjur (2012)
2) Biaya Operasional dan Pemeliharaan PLTMH Ciesek belum memiliki pengeluaran untuk biaya tidak tetap seperti penggantian alat yang rusak. Biaya tetap dalam operasional PLTMH 55
Ciesek adalah biaya per bulan untuk menggaji karyawan yang mengoperasikan dan merawat pembangkit listrik. Biaya tetap secara rinci disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Biaya Operasional PLTMH Ciesek Tahun 2012 Personil Ketua PLTMH Administrasi Operator
Jumlah
Biaya/bulan (Rp)
1 1 2
100.000 100.000 250.000
Total Biaya/bulan (Rp) 100.000 100.000 500.000 700.000
Total Biaya/tahun (Rp) 1.200.000 1.200.000 6.000.000 8.400.000
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dialokasikan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan peralatan atau mesin PLTMH, terdiri atas pelumas, perawatan bangunan, dan perawatan jalan. Dikarenakan PLTMH Paseban masih terhitung baru dalam beroperasi dan alat-alat yang ada masih bagus, maka biaya-biaya tersebut belum dikeluarkan. Manfaat dari PLTMH berupa manfaat langsung yang diterima oleh PLTMH yang berasal dari iuran warga yang memakai listrik dari PLTMH. Besarnya iuran ditentukan berdasarkan kesepakatan warga. Iuran yang dibayarkan warga menjadi penerimaan bagi PLTMH. Total penerimaan PLTMH Ciesek yaitu Rp 13.380.000 per tahun yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Total Penerimaan PLTMH Ciesek Tahun 2012 Jenis Tarif Jumlah Rumah Total/bulan (Rp/bulan) tangga Pengguna (Rp) 15.000 21 315.000 20.000 40 800.000 1.115.000
Total/tahun (Rp/) 3.780.000 9.600.000 13.380.000
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Dalam
melakukan
estimasi
kelayakan
PLTMH,
diasumsikan
Pembangunan PLTMH Ciesek memiliki umur ekonomis proyek selama sepuluh tahun yang didasarkan pada ketahanan alat mikrohidro. Asumsi lain yang
56
digunakan adalah menggunakan tingkat suku bunga sebesar 12% yang merupakan suku bunga pinjaman. Hal ini didasarkan pada kondisi apabila masyarakat Kampung Paseban tidak mendapat hibah dari pemerintah sehingga harus meminjam dana untuk membangun PLTMH. Estimasi kelayakan dilakukan dengan dua skenario, skenario I yaitu apabila biaya investasi dimasukkan sebagai komponen pengeluaran karena modal sendiri dan skenario II yaitu biaya investasi tidak dimasukkan sebagai komponen pengeluaran karena merupakan dana hibah dari pemerintah. Skenario II merupakan kondisi yang sebenarnya dari PLTMH Ciesek. Tidak semua daerah yang berpotensi dalam mengembangkan PLTMH mendapat bantuan dana dari pemerintah. Oleh karena itu, pembiayaan berasal dari modal sendiri ataupun berupa pinjaman dan akan termasuk dalam komponen biaya. Pada PLTMH Ciesek, dana yang digunakan dalam membangun PLTMH berasal dari dana hibah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 725.490.882. Masyarakat tidak perlu mengembalikan dana tersebut, sehingga biaya investasi tersebut tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya PLTMH Ciesek. Biaya per tahun yang dikeluarkan oleh PLTMH Ciesek hanya berupa biaya operasional dan pemeliharaan PLTMH sebesar Rp 8.400.000. Penerimaan per tahun yang diperoleh oleh PLTMH Ciesek sebesar Rp 13.380.000. Perhitungan NPV dilakukan pada skenario I dan skenario II dengan asumsi penerimaan dan biaya tetap sampai akhir umur proyek. Berdasarkan perhitungan pada skenario I diperoleh NPV1 yang bernilai negatif sebesar Rp 697.352.771 dan perhitungan pada skenario II diperoleh NPV2 sebesar Rp 28.138.111.
57
NPV1 yang bernilai negatif menunjukkan bahwa proyek pembangunan PLTMH tidak menguntungkan secara ekonomi, sementara NPV2 menunjukkan bahwa proyek pembangunan PLTMH menguntungkan secara ekonomi. Pada
skenario
I
menunjukkan
bahwa
proyek
PLTMH
tidak
menguntungkan karena nilai investasi yang besar, sementara penerimaan relatif kecil. Agar proyek PLTMH ini dapat menguntungkan secara ekonomi, maka perlu adanya upaya dalam meningkatkan penerimaan. Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan listrik PLTMH yang belum terpakai. Salah satunya dengan membuat usaha penggilingan kopi. Usaha penggilingan kopi ini memanfaatkan aliran listrik dari PLTMH yang akan menjadi penerimaan bagi PLTMH. Selain itu, penambahan penerimaan juga dapat dilakukan dengan cara menambah konsumen listrik yang berasal dari masyarakat yang belum mendapat aliran listrik dari PLN. 6.3.2
Keberlanjutan PLTMH Ciesek Sejauh ini, belum ada rencana dari PLN untuk menyalurkan listrik ke
Kampung Paseban, sehingga layanan listrik oleh PLTMH Ciesek harus berkelanjutan. Ditinjau dari aspek teknis, keberlanjutan PLTMH bergantung pada ketersediaan sumberdaya air. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas air di wilayah PLTMH Ciesek harus dijaga. PLTMH dan masyarakat harus sama-sama berkontribusi dalam upaya konservasi air di wilayah PLTMH Ciesek. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat seperti tidak membuang sampah ke sungai dan tidak menebang pohon sembarangan. Upaya yang dilakukan oleh PLTMH Ciesek yaitu bekerja sama dengan Perhutani dalam melakukan penghijauan. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menjaga keberlanjutan PLTMH Ciesek.
58
Selain dari aspek teknis, keberlanjutan PLTMH Ciesek ditentukan pula dari aspek ekonomi yaitu mengenai pembiayaan PLTMH. Pembangunan PLTMH dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya yang relatif besar, begitu pula dengan PLTMH Ciesek. Pembangunan PLTMH Ciesek sangat bergantung pada hibah dari pemerintah. Selain pembiayaan pembangunan PLTMH Ciesek, ada pembiayaan pengelolaan yang masih dapat tertutupi dari iuran masyarakat. PLTMH Ciesek masih tergolong baru sehingga belum ada biaya perbaikan. Akan tetapi, perlu adanya antisipasi dalam menghadapi kenaikan biaya pengeloaan. Oleh karena itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah perubahan terhadap biaya (biaya operasional dan pemeliharaan) dan perubahan terhadap manfaat. Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan terhadap skenario II. Perubahan biaya operasional dan pemeliharaan pada skenario II diasumsikan
mengalami
peningkatan
sebesar
25%.
Hasil
perhitungan
menunjukkan NPV2 berubah menjadi Rp 16.272.642 yang menunjukkan bahwa peningkatan biaya sebesar 25% masih tetap menguntungkan atau layak untuk dilaksanakan. Perubahan terhadap manfaat yang dilakukan adalah dengan meningkatkan jumlah konsumen listrik pada konsumen kategori II yang menggunakan daya listrik sebesar 105 watt. Peningkatan ini berdasarkan adanya sisa kapasitas listrik dari PLTMH Ciesek sebesar 6055 watt. Konsumen listrik pada kategori II diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 58 orang sehingga totalnya menjadi 98 rumah tangga. Hasil perhitungan menunjukkan NPV sebesar Rp 94.923.747.
59
Keberlanjutan PLTMH Ciesek sangat bergantung pada pembiayaan dari pemerintah karena biaya investasi yang digunakan untuk membangun PLTMH terlalu mahal. Masyarakat Kampung Paseban dapat secara mandiri membangun PLTMH jika biaya yang dikeluarkan disesuaikan dengan kemampuan mereka yaitu mencari peralatan mikrohidro yang lebih murah.
60