PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BERKAPASITAS 4,88 kW DI KOTO ANAU KABUPATEN SOLOK Dafit Riandi, Kaidir1, dan Mulyanef2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Email :
[email protected] ABSTRAK Along with the progress and development of the age is by itself the science and the techology involved is growing rapidly and the need for greatly increased power and a vital one for the community. The lack of electricity supply due to the improvement of power generation state – owned companies lead the public to experience the “ Energy Crisis”. Due to the electrical energy consumpation. Therefore, to meet the needs of the electrical energy is commonly used for lighting. the authors make planning micro Hydro Power (MHP) cross flow turbine with a capacity of 4,88 kw at Koto Anau Solok, in planning the cross flow turbine first thing to do field survey the calculation of the data obtained as follow : an outer diameter of 220 mm runner, runner rounds 238,88 rpm, shaft diameter 100 mm, length 15 cm nozzle and nozzle width of 12,25 cm and the number of blades 20 pieces. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman maka dengan sendirinya ilmu dan teknologi ikut berkembang dengan pesat dan kebutuhan akan tenaga listrik sangat meningkat. Energi listrik merupakan salah satu penunjang kehidupan manusia yang sangat penting peranannya, baik digunakan untuk instalasi tenaga, hal ini terbukti dengan alat-alat elektronik dan rumah tangga lainnya. Energi listrik pada saat sekarang merupakan salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Minimnya pasokan listrik disebabkan adanya perbaikan pembangkit tenaga listrik milik perusahaan Negara mengakibatkan masyarakat mengalami “Krisis Energi”, karena kuranganya pasokan listrik dari perusahaan Listrik Negara menyebabkan masyarakat mencari energi listrik alternatif untuk memenuhi kebutuhan terhadap pemakaian energi listrik.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan energy listrik yang bias dimanfaatkan untuk penerangan maka penulis membuat Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Turbin Cross Flow. Mikro Hidro merupakan istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang menggunakan energi air, kondisi air yang bias dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian yang disebut debit air.
1.2 Batasan Masalah Penelitian ini hanya untuk membahas tentang runner, poros dan guide vane pada perencanaan turbin cross flow Pembangkit Listrik tenaga tenaga mikro hidro (PLTMH). 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan tugas akhir ini yaitu :.
1
1.
Merencanakan diameter runner dan luas pemasukan aliran air ke turbin cross flow dari data perencanaan. 2. Menghitung kecepatan air yang masuk ke sudu-sudu turbin cross flow. 3. Merencanakan diameter poros yang akan dipergunakan pada runner. 1.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat Proses Penghasilan Energi Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ini adalah: 1
Energi listrik yang dihasilkan dimanfaatkan atau digunakan sebagai penerangan atau suatu power house ataupun bisa digunakan sebagai penggerak motor-motor listrik. 2. Dapat mengetahui jenis-jenis beban yang bisa dilayani dan dapat mengetahui pengaruh dari masingmasing beban tersebut terhadap daya yang dihasilkan turbin. 3. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang telah dirancang ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa berikutnya sebagai bahan penelitian untuk dapat dikembangkan lagi. 4. Energi listrik yang dihasilkan dapat dimanfaaatkan oleh masyarakat Desa Batu Anau. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Turbin Jan Andrej Segner mengembangkan turbin air reaksi pada pertengahan tahun 1700. Turbin ini mempunyai sumbu horizontal dan merupakan awal mula dari turbin air modern. saat ini untuk pembangkit listrik skala kecil. Pada tahun 1820, Jean-Vicktor Poncelet mengembangkan turbin aliran
kedalam. Pada tahun 1826, Benoit Fourneyon mengembangkan turbin aliran dengan sudu lengkung satu dimensi. Pada 1849, James B. Francis meningkatkan efisiensi turbin reaksi aliran kedalam hingga lebih dari 90%.. Pada 1866, tukang pembuat gilingan di California, Samuel Knight menemukan sebuah mesin yang mengerjakan tuntas sebuah konsep yang berbeda jauh. Pada tahun 1879, Lester Pelton, melakukan percobaan dengan kincir Knight, dikembangkanlah desain ceruk ganda yang membuang air kesamping, menghilangkan beberapa energi yang hilang pada kincir Knight yang membuang sebagian air kembali melawan kincir. Sekitar tahun 1895. Turbin merupakan bentuk modern dari turbin Pelton yang saat ini dapat memberikan efisiensi hingga 92%. 2.2 Komponen-komponen Pada PLTMH Komponen – komponen sebuah PLTMH meliputi komponen sipil, komponen elektrikal dan komponen mekanikal. 2.2.1 komponen sipil antara lain : a. Bangunan DAM b. Bak Pengendap c. Saluran pembawa air d. Bak Penenang e. Pipa Pesat f. Rumah Pembangkit g. Saluran Pembuangan 2.2.2 Komponen Mekanikal 1. Turbin air Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis. Energi mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis, turbin air dibedakan
2
menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Tabel 2.1 Pengelompokan Turbin
impulse turbines
high
medium
head
head
Pelton
cross-
cross-
flow
flow
Turgo
low head
multi-jet
Controller berfungsi untuk mengendalikan putaran dan tegangan pada generator dan mengatur konpensasi beban untuk menyeimbangkan beban dengan daya output generator.
Pelton Turgo reaction turbines
Francis
Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam rumah turbin. 2.2.3 Komponen Elektrikal 1. Generator Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik putaran poros menjadi energi listrik. Generator memiliki bagian yang tetap yaitu stator dan bagian yang berputar yang disebut rotor, pada bagian stator dipasang kawat kumparan dan bagian rotornya dihubungkan dengan turbin. 2. Pengontrol (controller)
propeller Kaplan
Sumber : Chapter II.pdf – Universitas Sumatra Utara a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin tekanan sama arena karena aliran air yang keluar dari nosel tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan. b. Turbin Reaksi Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi.
2.3 Pemilihan Turbin setiap turbin memiliki kisaran tertentu berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik (ns dalam rpm) beberapa turbin adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Pemilihan Daerah Operasi Turbin Jenis Turbin Kaplan dan Propoller Francis Pelton
Range Ketingian (Head) (m) 2 ˂ H ˂ 40 10 ˂ H ˂ 350 50 ˂ H ˂ 1000
Cross Flow
6 ˂ H ˂ 100
Turgo
50 ˂ H ˂ 250
Sumber: Studi kelayakan dan Penyusunan Basic Design Proyek PLTA Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah.
3
Dari kapasitas Q dan tinggi air jatuh (H) dapat diperoleh daya yang dihasilkan turbin yaitu : - Pa
= Q . h . g . ήt
… (2.2)
= 0,12 x 9 x 9,81 x 0,75 = 7,946 kW Pt
PI
Sumber : (Laymand, 1998)
= Pa × ήt = Pa x 75 % = 7,946 × 0,75 = 5,959 kW = 6 kW = Pt x ήg = Pt x 82 % = 6 x 0,82 = 4,88 kW
Dimana ; Gambar 1. Pemilihan pengoperasian jenis turbin berdasarkan head dan flow.
Pa = power air (kW)
2.4 Perhitungan Kecepatan Aliran Air
Pt = Daya Turbin (kW)
Kecepatan Aliran air dapat dihitung dengan rumus :
PI = Daya Listrik (kW)
… (2.1)
VS =
g = Percepatan grafitasi (m/s2) Q = Debit aliran air (m3/s) He = Tinggi jatuh air efektif (m)
Dimana : Vs = kecepatan aliran air sungai (m/s) Ls = panjang lintasan sungai 5 m Ts = waktu tempuh (s) 2.5 Perhitungan Daya Turbin Ditetapkan : Grafitasi (g)
= 9.81 m/dt2
Efisiensi Turbin (ήt)
= 75 % = 0.75
Efisiensi Generator (ήg) = 82% 2.5.1 Daya Keluaran Turbin
t = Effisiensi turbin. Untuk turbin air harga effisiensi berkisar antara 84% - 94%. 2.6 Karakteristik Turbin Air 2.6.1 Kecepatan Jenis / Spesifik Kecepatan jenis atau jenis (specific speed) adalah kecepatan model (turbin dengan bentuk sama tetapi skalanya berlainan), yang bekerja pada tinggi 1 satuan tinggi jatuh dan debit 1 satuan debit dan mengahasilkan daya (output) 1 satuan daya. Rumusnya sebagai berikut :
4
… (2.5)
ns = Dimana : n = putaran turbin (rpm)
P = Daya yang keluar (kW) H = Tinggi jatuh effektif (m) Daya yang dimaksud dalam hal ini daya yang keluar dari setiap rotor (runner) atau setiap mulut nozzle (pancaran). Tabel 2.3 Kecepatan Spesifik Turbin Konvensional No
Jenis Turbin
1
Pelton dan kincir Francis Cross-Flow
2 3
Kecepatan Spesifik 10 – 35 60 – 300 70 – 80
Kaplan dan 300 – 1000 Propoler Sumber : (Celso Penche, 1998) 4
2.7 Perencanaan Turbin Cross Flow Turbin Cross-Flow adalah salah satu turbin air dari jeis turbin aksi (impulse turbine). Prinsip kerja turbin ini mula-mula ditemukan oleh seorang insinyur Australia yang bernama A.G.M. Michell pada tahun 1903. Kemudian turbin ini dikembangkan dan dipatenkan di Jerman Barat oleh Prof. Donat Banki sehingga turbin ini diberi nama Turbin Banki kadang disebut juga Turbin Michell-Ossberger. Turbin cross flow terdiri atas dua bagian utama, nozel dan runner. Dua buah piringan sejajar disatukan pada lingkar luarnya oleh sejumlah sudu membentuk konstruksi yang disebut runner. Nozel berpenampang persegi, mengelurkan pancaran air ke selebar runner dan masuknya
dengan sudu 160 terhadap garis singgung lingkar luar runner. Bentuk pancaran adalah pesegi, lebar dan tidak terlalu tebal. Air masuk ke sudu-sudu pada rim runner mengalir diatasnya, keluar memintas ruang kosong diantara bagian dalam rim, dan akhirnya keluar dari runner. 2.7.1 Lintasan Pancaran Air Melalui Turbin Dengan asumsi bahwa pusat pancaran air masuk roda turbin pada titik A dengan sudut absolut 1, Kecepatan relatif air pada sisi masuk, w1, bisa diketahui jika kecepatan tangensial pada sisi masuk tersebut, u1, diketahui. Sudut yang dibentuk oleh kecepatan relatif dengan kecepatan absolut dinamai sudut relatif , β1. Untuk mencapai efisiensi maksimum , sudut sudu harus sama dengan β1. Hal yang sama berlaku pada sisi keluar rim. Jika AB merepresentasikan sudu, maka kecepatan relatif air keluar dari rim, w2’ membentuk sudut β2’ terhadap kecepatan tangensial , u2’ , dan kecepatan absolutnya dapat ditentukan dari w2’, β2 , dan u2. Sudut antara kecepatan absolut tersebut dengan kecepatan tangesial adalah α2.
Gambar 2 : Segitiga Kecepatan 5
Sumber : Anjar Pengembangan Turbin Air Type Cross Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
Dengan menganggap pusat pancaran memasuki runner di titik A dengan sudut 1 terhadap garis singgung lingkar luar runner, kecepatan air sebelum masuk adalah : c1 = C (2. G. H) ½ (m/det)
... (2.6)
Dimana : g = Percepatan gravitasi (m/dtk2) H = Head air (m) C = Koefisien Nozzel Alur mutlak lintasan air diatas lengkung sudut AB bisa ditentukan seperti halnya titik senyatanya tempat air meninggalkan sudu. Dengan menganggap kecepatan mutlak C2 tidak mengalami perubahan titik C tempat air kembali masuk rim dapat ditemukan. Dititik ini C2 menjadi C3 dan alur lintasan air diatas lengkung sudut CD bisa dipastikan pula. Maka : 3 = 2
Sumber : Anjar-Pengembangan Turbin Air Type Cross Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik. Tentu tidak keseluruhan pancaran dapat mengikuti alur mutlak ini, beberapa alur partikel air cenderung saling bersilangan didalam runner 2.7.2 Mutlak
Penggambaran
Alur
Aliran
Alur aliran melintasi runner dapat digambarkan berdasarkan segitiga kecepatan dan rumus-rumus yang telah dipaparkan pada bahasan terdahulu. Demikian pun bahasan di bawah ini akan menjabarkan secara rinci alur aliran mutlak melintasi tingkat pertama runner. Sementara suatu elemen air mengalir disepanjang sudu dari sisi masuk ke sisi keluar, runner turbin berputar.Untuk memastikan titik sebenarnya tempat keluar suatu garis arus mutlak, harus memperhitungkan sudut putar runner yang terjadi selama selang waktu elemen air bergerak menempuh tingkat pertama itu. Dibuat segitiga-segitiga kecepatan perantara di seksi antara titik masuk dan keluar sudu runner.
3 = 2 1 = 4 Karena semua sudut itu saling berkaitan pada sudu yang sama.
Gambar 4 : Alur Air Memintas Turbin Gambar 3 : Segitiga Kecepatan 6
Sumber : Anjar- Pengembangan Turbin Air Type Cross Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik Rumus-rumus berikut disusun dengan urutan yang diperlukan untuk menghitung harga , rb dan r p berdasarkan besaran R1, R2, 1 dan 2 yang sudah diketahui. Konstruksi grafis geometri sudu dapat digunakan untuk memeriksa harga-harga besaran hasil perhitungan. (AnjarPengembangan Turbin Air Type Cross Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik) (
a) C=√
…(2.7)
)
(
√
)
h) rp = √
-2
… (2.14)
=√ i) = 70,96 mm ~ 71 mm
2.7.3 Lengkung Pemasukan Air dialirkan masuk turbin melalui pipa pesat berpenampang bulat adaptor, tempat perubahan penampang lingkaran menjadi persegi, menjelang masuk rumah turbin sebelum mencapai runner sekali lagi aliran disesuaikan agar masing-masing memenuhi dengan tepat persyaratan spesifik seperti :
= 141,77 mm [
b) ε = arc = arc
(
)
(
)
]
… (2.8)
]
= 17,78° c)
= 1800 – (1 + 2 + ) = 180° - ( = 42,22° d) = 1 + 2 - (1800 - 2) = 30 + 90 - ( = 24,44° e)
d =
(
=
… (2.9) ) … (2.10) )
Pada gambar 4 terlihat penampang aliran yang berbeda-beda disepanjang lintasannya dari pipa pesat sampai rumah turbin. Sisi pemasukan turbin melayani penyesuaian aliran diakir adaptor persegi menjadi pola aliran yang optimal diluasan masuk runner.
… (2.11)
)
(
a. Kecepatan masuk mutlak, c0 yang benar b. Sudut masuk mutlak, 0 yang benar.
)
= 33,88 mm f)
g)
δ = 1800 – 2 (1 + ) = 180 – 2( = 84,44° = =
(
… (2.12) )
… (2.13)
)
Gambar 5 : Aneka Penampang Aliran Di Sisi Masuk Turbin Sumber : TA Erick 2011 – Politeknik Negeri Padang Kecepatan air memasuki runner adalah :
(
= 50,42 mm
)
Co = (2gH)1/2
… (2.15)
7
2.7.4 Penstock a. Bahan Penstock Saat ini, bahan utama pipa pesat adalah pipa-pipa baja, pipa-pipa ductile dan pipa FRPM ( Fibri Reinforeed Plastic Multiunit ). Sedangkan pembangkit tenaga air skala kecil menggunakan pipa-pipa hard vinyl chloride, pipa-pipa howell atau pipa-. b. Menentukan Diameter Penstock Diameter penstock dapat ditentukan berdasarkan “ sudut rata-rata “ ( lihat gambar berikut ) dan “Disain Debit (Q)”.
Dimana : A = Luas penampang pipa pancar (m2) b0 = Lebar pipa pancar (m) L = Panjang busur pemasukan (m)
Luasan pemasukan aliran (bo) bo = 3,623
√
… (2.18)
L di tentukan oleh busur pemasukan , ° , dan diameter raner, D1 = 2 R1 . … (2.19)
L=
Dengan tinggi terjun tertentu, luas pemasukan tergantung kepada kebutuhan debit aliran. Q = A .v
… (2.20)
Dimana : Q = debit air masuk turbin [ m3/ det] A = luas pemasukan aliran [ m2]
Gambar 5 : Skema Pipa (Penstock) Menentukan diameter penstock d = 1,273 × (
)
... (2.16)
Dimana : Qd = debit m3/s
Komponen kecepatan yang berarah tegak lurus terhadap luasan pemasukan adalah komponen kecepatan mutlak diarah bujur, cm. Sehingga dengan demikian maka : Q = A . cm
2.7.5 Diameter dan Lebar Runner Luas pemasukan aliran adalah hasil kali lebar runner, bo dengan panjang busur pemasukan , L A=
V = kecepatan aliran [m/det], tegak lurus terhadap luas pemasukan
… (2.17)
… (2.21)
Dimana : Q = kapasitas air yang mengalir (m3/detik) A = luas penampang pipa yang dipakai (m2) Cm = kecepatan aliran air (m/detik) Komponen kecepatan di arah bujur ini dapat dinyatakan sebagai : Cm = c .sin
… (2.22) 8
Dimana : cm = Komponen kecepatan mutlak di arah bujur c = Kecepatan mutlak α = Sudut kecepatan mutlak Bila dikecepatan pancar bebas, dengan mengabaikan kerugian tinggi terjun akibat gesekan aliran, menggantikan kecepatan mutlak, maka : C= √
… (2.23)
2.7.6 Diameter dan Lebar Sudu Lebar lingkaran sudu dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : a = 0,19 . Di Dimana : Di = 67 mm R2 = R1 – a
Dimana : R1 = 100 mm
Diameter luar (L) dan lebar sudu sebagai berikut :
Dimana : g = percepatan gravitasi (m2)
LD =
H = tinggi terjun bersih (m)
… (2.25)
√
Dimana : Q = Debit air (m3) Menggunakan hubungan tersebut diatas, debit air masuk turbin dapat dinyatakan dengan : Q = A . cm
H = tinggi air jatuh (m) Diameter dalam turbin (D2) D2 = 2/3.D
Q = bo .L . cm Q = bo .2R1 . . . cm
… (2.26)
Dimana :
o
360o Q = bo . 2R1..o.c sin
D = diameter yang dipilih Kecepatan max runner turbin (N) N=
360o √
Q= … (2.24) Persamaan ini memuat semua besaran yang berpengaruh terhadap debit aliran masuk turbin, yaitu : = Lebar Pemasukan (mm)
√
... (2.27)
Jarak antar sudu (t) t = 0,174.D
... (2.28)
Jumlah sudu n=
… (2.29)
= Jari-Jari Raner (mm) = Sudut Busur Pemasukan akar tinggi tejun netto (m) = sinus sudut kecepatan mutlak disisi masuk runner
9
=9m–3m
3. Metodologi Penelitian
=6m 4.2 Perhitungan Kecepatan Aliran Air VSt = = = 0,49 m/s Hasil perhitungan kecepatan aliran air berikutnya dapat ditabelkan seperti berikut :
Gambar 6 : Diagram Alir Penelitian 4. Perencanaan Turbin Cross Flow 4.1 Dasar Perencanaan Turbin QT V
=VxA = s/t = 4 m / 5,5 dtk = 0,727 m/dtk A =1xh = 0,8 m x 0,5 m = 0,4 m QT = 0,727 x 0,4 = 0,290 m3/dtk = 290 ltr/dtk Data Perencanaan Tinggi air jatuh / Head (h) = 9 m Debit Turbin (Q)= 120 Ltr /dtk = 0.12 m3/dtk
Titik
Waktu (s)
0 1 2 3 4 5 6
0 11,2 11,5 10.9 11,1 11 11.4
4.3 Perencanaan Luasan Pemasukan Aliran Turbin A. Luasan pemasukan aliran (bo) Data yang diperoleh dilapangan: - Debit desain (Qd) = 120 ltr/dt = 0.12 m3/dt - Tinggi jatuh air (h) = 9 m bo
= 3,623 = 3,623
Hlosses = 1/3 . Hnet = 1/3 . 9 m =3 - Heff = Hnet - Hlosses
Kecepatan Aliran Air (m/s) 0 0,49 0,47 0,5 0,49 0,5 0,48
√
√
= 0.144 m = 144 mm ~ 140 mm Jadi dari effisiensi yang ada bo ditetapkan menjadi 140 mm 10
B. Panjang busur pemasukan air (L)
4.4.3 Geometri Sudu
Data perencanaan: -
= 100 = 21,78° L = = = 37,98 mm
Jadi besarnya luas pemasukan aliran (A) A = bo . L = 140 . 37,98 = 5317,2 4.4 Perencanaan Komponen-Komponen Utama Turbin Cross Flow 4.4.1 Perencanaan Pipa pesat Dp = (1,273 x Qd/Vopt)0,5 = (1,273 x 0,12/2,80)0,5 = 0,23 m = 23 cm 4.4.2 Nozzle
Gambar 8 : Kontruksi Geometri Sudu 4.4.4 Perencanaan Sudu Runner A. kecepatan air masuk sudu-sudu (V): V= √ = √ = 13.28 m/dt B. putaran runner (n): n = 238,88 rpm C. Momen puntir (T) T = 9,74.105. = 9,74.105. = 19480 N/mm Diameter Poros =
Gambar 7 : Nozzle Panjang A – A = Le = 15 cm = 150 mm Panjang A – B = be = 12,25 cm = 50 mm Sedangkan penampang C – C dan D – D merupakam lobang air keluar dari nozzle dimana ukuran dari penampang. Panjang C – C = D – D = 150 mm.
⁄
=
⁄
= 14,68 mm 4.4.5 Perencanaan Runner Ditentukan kecepatan spesifik maximum turbin cross flow: ns -max = 650 . H-0.5 = 650 x 9-0.5 = 216.66 m/ kW 11
n
5/4
= (ns x H ) / P
1/2
=
= 1528,87 rpm
D= Nx H5/4 D = 1528,87 x 95/4 = 216.57 mm Jadi diameter runner dibulatkan menjadi 220 mm
Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari hasil perhitungan didapat data-data dimensi komponen utama turbin sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
Turbin Jenis Turbin = Turbin Cross Flow Daya Turbin = 4,88 kW Putaran Turbin = 238,88 rpm Putaran Spesifikasi Turbin = 33,682 rpm Head Turbin =9m Kapasitas Aliran = 0.12 m3/dtk Pipa Pesat Diameter Pipa Pesat = 0,23 m Nozzle Panjang Nozzle = 15 cm Lebar Nozzle = 12,25 cm Runner
Diameter Luar Runner = 220 mm Putaran Runner = 238,88 rpm Diameter Poros = 100 mm Momen Puntir = 19480 N/mm Jarak antar sudu = 8,15 cm Jumlah sudu gerak (Z) = 20 buah
Dengan memperhatikan data hasil perencanaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Debit aliran dan tinggi air jatuh merupakan langkah awal perencanaan untuk merencanakan dimensi dari turbin.. 2. Turbin aliran silang (cross flow) sangat cocok digunakan pada kondisi alam dengan debit air yang terbatas. 3. Untuk kontruksi dan pembuatan turbin cross flow sangat sederhana dan biaya pembuatannya pun lebih murah.. 5.2 Saran 1. Untuk mendapatkan hasil putaran turbin yang lebih tinggi maka penyesuaiannya tekanan dan kecepatan air penggerak turbin diusahakan konstan agar kecepatan putaran turbin tidak berubah – rubah (konstan). 2. Pengambilan data awal akan mempengaruhi data dan perencanaan berikut nya, maka perencanaan awal tersebut diharapkan mempunyai ketelitian yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Alex Artel, Euler Meiler,1990. “ Hydraulics Engineering Manual “. Volume 2 12
Labortorium Mesin – Mesin Fluida, ITB. Arismunandar,A.1987,” Teknik Tenaga listrik,”. Pradaya Paramita. Dietzel, Frits, Daksono Sriyono, 1993. “ Turbin pompa dan Compresor “. Erlangga, Jakarta Sularso, 1983.“ Dasar Perencanaan dan Pembuatan PLTM ”, Pradya Paramita, Sularso, 1996.“ Pompa & kompresor ”, Pradya Paramita. Suwarchid, 2006.”Ilmu Turbin”, Seri Buku Teks. http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/lay man2.pdf http://lingolex.com/bilc/engine.html www.google.com www.wikipedia.com
13