VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG
Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi anggota dan pengurus kelompok; (2) partisipasi anggota dan pengurus kelompok; (3) kepemimpinan ketua kelompok; (4) tujuan kelompok. Faktor ekstern yakni: (1) kemampuan pendamping kelompok; (2) dukungan dana dan sarana Kegiatan; (3) pandangan masyarakat tentang kelompok; (4) pandangan keluarga tentang kelompok.
6.1. Faktor Intern 6.1.1. Motivasi Anggota dan Pengurus Kelompok Motivasi dalam anggota pengurus kelompok disini dapat dilihat dari tujuan anggota dan pengurus kelompok ikut atau bergabung dengan kelompok. Tujuan tersebut antara lain: (1) karena ikut – ikutan dan ingin tahu; (2) karena ada arisan dalam kelompok dan; (3) karena ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kelompok. Dari ketiga tujuan tersebut dalam kelompok mantan TKW sebagian besar bertujuan karena ikut – ikutan dan ingin tahu. Selanjutnya karena ada arisan kelompok. Dan hanya sebagian kecil yang mempunyai alasan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kelompok. Kondisi seperti diungkapkan diatas akan mempengaruhi kegiatan sebuah kelompok. Karena masih sedikit anggota atau pengurus yang mempunyai tujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang pada akhirnya mempengaruhi kegiatan kelompok. Dari anggota pengurus kelompok yang berjumlah 21 orang, anggota dan pengurus kelompok yang bertujuan ikut – ikutan dan ingin tahu sebanyak 13 orang atau 61,91%, ingin, karena ada arisan kelompok sebanyak 3 orang atau 14,29% dan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sebanyak 5 orang atau 23,80%. Anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori ikut-ikutan dan ingin tahu posisinya sangat mungkin untuk tidak aktif dalam kegiatan kelompok. Misalnya apabila ada kegiatan kelompok yang bertepatan dengan kepentingan atau urusan pribadi mereka tidak akan hadir, padahal sebagai anggota apalagi pengurus mereka mempunyai tanggung jawab. Hal ini
karena keanggotaan
39
maupun lebih bersifat hiburan atau sekedar mengisi waktu luang. Untuk alasan adanya arisan kelompok masih dapat membantu kehidupan kelompok atau kegiatan kelompok karena memang pintu masuk kelompok ini adalah melalui kegiatan yang bernuansa ekonomi, pengetahuan dan ketrampilan. Berkaitan
dengan hal motivasi sebagaimana disampaikan oleh salah
seorang pengurus Nh : ”Apabila ada kegiatan kelompok yang sudah dijadualkan sebelumnya, namun saat itu ada urusan pribadi atau keluarga yang harus saya kerjakan maka saya akan memilih untuk tidak hadir dalam kegiatan kelompok. Kan kita dalam kelompok ini bersifat sukarela ya pak, jadi walaupun tidak hadir dalam kegiatan tersebut tidak akan ada masalah”. [
Berdasarkan pernyataan tersebut
terlihat motivasi anggota pengurus
dalam mengikuti kegiatan kelompok ini masih kurang. Kondisi ini disebabkan pula oleh karena keanggotaan dan kepengurusan mereka dalam kelompok bersifat sukarela. Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh anggota kelompok yang juga pengurus kelompok berkaitan dengan motivasi anggota kelompok yang masih kurang berdampak pada kehadiran anggota dalam setiap pertemuan kelompok. Hal ini diungkapkan oleh Rh. “Motivasi anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok masih kurang. kehadiran anggota dalam kegiatan kelompok mengalami pasang surut, maksudnya kehadiran anggota kadang banyak, kadang sedikit dengan berbagai sebab dan alasan diantaranya kesibukan rumah tangga atau hal lainnya. menurut saya hal ini sangat disayangkan karena mereka akan ketinggalan informasi dan pengetahuan yang dibahas dalam setiap pertemuan kelompok. Walaupun nantinya akan diinformasikan juga kepada mereka, tapi tetap saja tidak sama dengan yang hadir dalam kegiatan tersebut. Yang jelas keberadaan kelompok ini cukup dirasakan manfaatnya oleh anggota kelompok ” Dari pernyataan tersebut dijelaskan dalam kegiatan kelompok diketahui bahwa terjadi turun naik dalam kehadiran anggota artinya kadang anggota yang hadir dalam setiap kegiatan banyak kadang sedikit namun hal tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan kegiatan rutin kelompok. Kondisi ini menunjukan motivasi anggota kelompok masih kurang dalam kelompok. Mereka yang hadir dalam kegiatan kelompok merasa anggota yang tidak hadir akan ketinggalan dalam beberapa hal terutama informasi, pengetahuan dan ketrampilan. Karena dalam pertemuan kelompok dilakukan pengorganisasian masyarakat melalui
40
diskusi kelompok. Kegiatan ini penting dalam rangka penguatan kapasitas individu maupun kelompok.
6.1.2. Partisipasi Anggota dan Pengurus dalam Kegiatan Kelompok Keberhasilan sebuah kegiatan dalam kelompok masyarakat tergantung pada partisipasi aktif masyarakat itu sendiri. Partisipasi sebagai proses dimana seluruh
pihak
dapat
membentuk
dan
terlibat
dalam
seluruh
inisiatif
pembangunan. Oleh karena itu pembangunan yang partisipatif (Participatory Development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Secara spesifik dapat dikatakan bahwa
partisipasi sosial masyarakat
adalah berupa keterlibatan aktif warga masyarakat, baik secara perseorangan, kelompok atau dalam kesatuan masyarakat, dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan sosial dan pembangunan masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosialnya. Secara konseptual partisipasi sosial merupakan alat dan tujuan pembangunan masyarakat. Sebagai alat dan sarana pembangunan masyarakat partispasi berfungsi penggerak dan pengarah proses perubahan sosial berencana, demokratisasi kehidupan sosial ekonomi dan politik yang berasaskan pemerataan
dan
keadilan
sosial,
pemerataan
pelaksanaan
serta
hasil
pembangunan, pemupukan harga diri dan kepercayaan kepada kemampuan masyarakat itu sendiriserta pemupukan rasa kesadaran dan solidaritas sosial. Sebagai tujuan, partisipasi sosial merupakan perwujudan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Partisipasi sosial masyarakat ditekankan pada kebersamaan dan saling memberikan sumbangan akan kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu sendiri. Partisipasi tidak lain adalah hasil dari konsensus sosial warga masyarakat akan arah perubahan sosial yang mereka harapkan. Ada lima aspek yang terkait dengan tipe – tipe partisipasi sosial, yaitu dari tingkatan yang paling rendah hingga ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu: (1) keanggotaan
seseorang
dalam
organisasi/kelompok/kegiatan
sosial;
(2)
frekuensi dan intensitas kehadiran seseorang dalam berbagai pertemuan masyarakat; (3) frekuensi dan intensitas seseorang dalam memberikan
41
sumbangan dana dan keuangan, bagi kepentingan masyarakat bersama; (4) keanggotaan seseorang dalam kepanitiaan yang dibentuk dalam masyarakat; (5) posisi kepemimpinan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Partisipasi sosial anggota pengurus kelompok dalam kegiatan kelompok masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan anggota pengurus kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok baik dalam pertemuan kelompok, maupun dalam aktivitas diskusi kelompok yang dilaksanakan oleh kelompok. Padahal mereka mempunyai banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Hanya tinggal kemauan, kemampuan dan luangnya waktu yang ada pada individu masing – masing. Namun menurut pendapat dari beberapa anggota kelompok menyatakan bahwa yang membuat mereka kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelompok adalah kadang kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok jauh dari tempat tinggal mereka, adanya rasa kurang mampu berbicara di depan umum karena biasanya ada dalam setiap pertemuan acara diskusi yang melatih anggota untuk agar bisa bicara dan mengemukakan pendapatnya. Pembawa acara atau yang menjadi MC pun bergilir, sehingga ada anggota yang merasa malu dan kurang percaya diri atau ada urusan mendadak seperti keluarga atau pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. 6.1.3. Kepemimpinan Ketua Kelompok Kepemimpinan
merupakan
faktor
yang
sangat
penting
dalam
mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama untuk mencapai tujuan organisasi maupun kelompok. Pada umumnya kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu proses, bukan orang. Proses dalam kepemimpinan ada tiga faktor yaitu pemimpin yang berkaitan dengan perilaku atau gaya seorang pemimpin, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Pengikut, yakni orang dipimpin atau anggota daam sebuah kelompok atau organisasi. Dan faktor situasi, yang berkaitan dengan suasana, peran fungsi dan tugas dalam sebuah kelompok. Interaksi dari ketiga faktor tersebut menghasilkan prestasi dan kepuasan.
42
Dalam konteks kelompok mantan TKW Kepemimpinan disini membahas kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok secara demoktratis atau otoriter.
Jadi kepemimpinan disini
adalah upaya yang dilakukan dalam
memimpin kelompok agar berjalan dengan baik. Dalam kelompok kepemimpinan seorang pemimpin sangatlah penting. Oleh karena kepemimpinan dalam hal ini seorang ketua kelompok dalam memimpin sebuah kelompokyang secara langsung atau tidak mempengaruhi kinerja dan keberlanjutan sebuah kelompok. Kemampuan memimpin banyak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya pendidikan, pengalaman, dan wawasan dalam berorganisasi. Kepemimpinan yang diterapkan dalam ketua kelompok mantan TKW adalah tipe demokratis, artinya anggota atau pengurus diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya tentang apa saja berkaitan dengan kelompok. Baik kegiatan maupun yang berhubungan pengembangan kelompok. Kelompok mantan tenaga kerja wanita luar negeri ini pun mengalami sebagaimana kelompok atau organisasi lainnya. Menjadi ketua kelompok atau menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok merupakan pengalaman pertama bagi ketua kelompok mantan TKW saat ini. Jadi dia merasa masih merasa harus banyak belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Menurut Rk dia ditunjuk oleh anggota kelompok untuk memimpin kelompok karena dianggap mampu memimpin. Padahal menurutnya, dia hanya berpendidikan sekolah dasar. Namun karena mendapat kepercayaan dan dukungan dari anggota lainnya maka dia pun bersedia untuk mengemban tugas tersebut. Jadi ketua saat ini bisa dikatakan
masih
belajar
menjadi
pemimpin
dalam
kelompok.
Hal
ini
menyebabkan anggota pengurus menjadi kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua atau kelompok. Karena ketua dimata anggota pengurus kelompok
terlihat masih kurang tegas dan terlalu
banyak memberikan toleransi kepada anggota pengurus, sehingga anggota dan pengurus kelompok terkesan merasa apa yang telah mereka lakukan bukan suatu masalah. Berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang anggota pengurus Bu Mm : ”Kepemimpinan yang dilaksanakan oleh ketua kelompok ini sudah baik pak. Beliau melaksanakan tugas dan perannya sangat sabar dalam membimbing dan mengajak anggota pengurus kelompok untuk terus aktif dalam mengikuti setiap kegiatan kelompok. Nantinya mengharapkan
43
kegiatan kelompok ini akan berdampak pada anggota itu sendiri dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka untuk memecahkan masalah – masalah yang dalam kehidupan sehari – hari khususnya bagi mantan tenaga kerja wanita secara pribadi dan keluarganya. Ketua kelompok sudah baik dan selalu menerima pendapat yang dianggap berguna bagi kelompok namun belum tegas kepada anggota pengurus yang lalai atau tidak melaksanakan tugas serta tanggung jawab yang telah dibebankan kepada mereka”.
6.1.4. Tujuan Kelompok Tujuan kelompok merupakan hal yang pokok yang merupakan salah satu alasan orang untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Apabila tujuan kelompok sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat merubah kondisi dirinya saat ini misalnya, maka dengan segala upaya orang tersebut akan masuk atau bergabung dan bekerja secara maksimal dalam kelompok. Dalam kajian pada kelompok mantan TKW ini ditemukan bahwa anggota dan pengurus masuk dalam kategori: (1) Tahu tujuan kelompok; (2) Tahu sedikit tujuan kelompok dan; (3) Tidak tahu tujuan kelompok. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan kuisioner yang diajukan kepada anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori tahu tujuan kelompok sebanyak 5 orang atau 23,80%, yang tahu sedikit tujuan kelompok sebanyak 9 orang atau 42,86% dan yang tidak tahu tujuan kelompok sebanyak 7 orang atau 33,34%. Kondisi ini berpengaruh pada partisipasi anggota pengurus dalam kegiatan kelompok. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota pengurus yang tidak tahu tujuan cukup banyak ditambah dengan yang tahu sedikit tujuan kelompok juga cukup banyak.
6.2. Faktor Ekstern 6.2.1. Kemampuan Pendamping Kelompok Menjadi seorang pendamping dalam sebuah kelompok dalam program yang berorientasi pemberdayaan tidaklah mudah. Pendamping atau fasilitator dituntut untuk mengetahui filosofi pemberdayaan dan memahami proses melakukan fasilitasi yang benar. Pendamping kelompok atau fasilitator setidaknya empat sifat yang harus dimiliki oleh pendamping kelompok atau fasilitator yakni: (1) problem solving (terampil dalam memecahkan masalah); (2) sense of community (peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin); (3) sense of mission ( peduli dan punya
44
keberpihakan untuk mengikuti misi); (4) honesty with others and with self ( jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain). Kemampuan pendamping kelompok disini adalah berkaitan dengan kemampuan pendamping kelompok yang diberi tugas oleh lembaga pendamping untuk membimbing dan membina kelompok binaan dalam hal ini kelompok mantan TKW yang ada di desa Cibaregbeg. Pendamping kelompok mempunyai kemampuan dalam membina dan mendampingi kelompok dengan baik. Misalnya dalam memberikan arahan saat pertemuan kelompok dan menjadi fasiitator dala kegiatan diskusi kelompok. Selain itu mempunyai jadual dalam monitoring dan pembinaan pada kelompok. Hal ini didukung oleh pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki serta pendidikan yang memadai (sarjana). Selain itu menurut anggota pengurus kelompok, pendamping kelompok cukup aspiratif dalam menanggapi masalah dan kebutuhan kelompok. Kemampuan
pendamping
kelompok
mempengaruhi
keberlanjutan
kelompok mantan TKW, karena apabila pendamping kelompok tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi motivator, pembimbing dan pembina yang baik dan profesional, maka anggota maupun pengurus kelompok juga akan menjadi kurang bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok. 6.2.2. Dukungan Dana dan Sarana Kegiatan Dalam melaksanakan kegiatannya yayasan mempunyai sumberdana atau donatur tetap yang tidak disebutkan untuk kelompok. Namun dana untuk kegiatan kelompok bisa dikatakan selalu siap sepanjang hal tersebut penting dan memang untuk pengembangan kelompok. Kelompok juga dibantu oleh lembaga pendamping untuk kegiatan pertemuan kelompok. Misalnya untuk konsumsi dan keperluan kegiatan lainnya seperti alat tulis dan alat peraga. Dana bantuan ini bersifat stimulan dan sementara, karena kedepan kelompok ini diharapkan akan menjadi kelompok yang mempunyai dana sendiri yang berasal dari iuran anggota maupun berupa bantuan dari luar berdasarkan dari pengajuan proposal kegiatan yang dilakukan oleh kelompok melalui upaya kemitraaan dengan penyumbang dana. Bantuan dana bantuan dari lembaga pendamping dimaksudkan untuk membantu kelompok dalam kegiatan anggota kelompok yang dalam tahap
45
tertentu akan dikurangi setelah melihat perkembangan dan kemajuan kelompok. Dari segi pendanaan, sudah ada donatur lain yang juga peduli dengan kegiatan kelompok. Dana yang diberikan oleh lembaga pendamping disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta kepentingan
kelompok. Karena kegiatan akan
dilaksanakan apabila ada arahan dari pendamping kelompok dan bantuan dana untuk operasional kegiatan. Misalnya ada kegiatan antar desa dalam satu kecamatan, atau di kabupaten bahkan di Jakarta pada saat hari buruh dua sampai tiga orang anggota dikirim sebagai perwakilan mewakili kecamatan dan kabupaten Cianjur. Segala keperluan akomodasi dan konsumsi disiapkan oleh pihak lembaga pendamping. Peran dana dalam kegiatan kelompok tentu sangat penting dalam menunjang bagi kelompok. Dalam konteks kelompok mantan TKW dana yang diberikan oleh pihak yayasan mempengaruhi kegiatan kelompok atau kapasitas kelompok. Sebagaimana dapat dilihat dari adanya anggota atau pengurus yang mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan TKW. Mereka dikirim dalam kegiatan baik tingkat kecamatan, kabupaten, maupun ke Jakarta. Artinya dukungan dana dari yayasan sangat memadai dan mendukung kapasitas kelompok. Demikian pula dengan sarana yang dimiliki yayasan PPSW sudah cukup dan memadai. Karena sudah memiliki perangkat komputer, mesin ketik, kertas, atau buku agenda kegiatan, brosur/pamplet maupun buku – buku yang berkaitan dengan masalah TKW, khususnya kelompok serta jaringan internet dengan membuka website Yayasan PPSW. Disamping itu petugas lapangan atau pendamping kelompok juga disediakan sarana transportasi berupa kendaraan motor untuk operasional kegiatan lapangan. Pendamping dapat mengunjungi kelompok kapan saja. Hal ini mempengaruhi kelompok mantan TKW, karena mereka merasa diperhatikan, dibimbing dan dibina oleh pendamping kelompok. Berkaitan dengan sarana dan prasarana tersebut diungkapkan oleh Bu Rw : ”Sarana dan prasarana yang dimiliki dan telah diberikan kepada pendamping kelompok oleh yayasan sudah cukup memadai. Ini sangat menunjang pelaksanaan kegiatan saya dalam memonitor dan membina kelompok dampingan, misalnya adanya kendaraan operasional ke lapangan untuk mengunjugi kelompok dampingan, sehingga kelompok dampingan merasa diperhatikan dan dibina”.
46
6.2.3. Pandangan Masyarakat Tentang Kelompok Pandangan masyarakat disini meliputi dukungan masyarakat terhadap kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg. Dukungan masyarakat dilihat dari pandangan mereka terhadap keberadaan dan kegiatan kelompok. Pada kelompok mantan TKW pandangan masyarakat mengenai keberadaan dan kegiatan kelompok masih belum sesuai dengan yang diharapkan, artinya masih menganggap kelompok ini sama dengan kelompok – kelompok lain yang dibentuk oleh pemerintah maupun LSM yang setelah dibentuk berjalan sebentar, kemudian bubar dengan sendirinya. Selain itu adanya masyarakat yang menganggap kegiatan kelompok ini hanya membuang waktu saja tidak memberi manfaat kepada anggota masyarakat.
Dipihak lain ada yang menganggap
bahwa keberadaan kelompok mantan TKW ini merupakan ancaman dan penghambat bagi kepentingan mereka. Jadi ada pihak yang merasa terganggu dengan adanya kelompok ini. Misalnya pihak yang biasa menjadi agensi/calo di tingkat lokal, yang beberapa diantaranya ada indikasi mengeksploitasi para pencari kerja ke luar negeri dan terkesan memanfaatkan kelemahan para calon TKW yang sedang membutuhkan pekerjaan. Mereka khawatir dengan adanya kelompok ini bisnis mereka akan terancam, karena melalui kelompok ini masyarakat akan tahu tentang prosedur dan legal untuk menjadi TKW dan mereka akan mampu menggali potensi yang dimiliki. Secara langsung maupun tidak kondisi ini akan berpengaruh pada kegiatan kelompok. Anggota pengurus kelompok
merasa ganjalan dari
masyarakat ini akan mempengaruhi kegiatan yang mereka laksanakan. cepat atau lambat apabila tidak diadakan sosialisasi dan informasi oleh anggota pengurus kelompok, akan berdampak pada kapasitas kelompok. Misalnya dikhawatirkan anggota masyarakat yang kurang setuju atau merasa terganggu dengan keberadaan kelompok ini akan membuat issue yang dibuat agar masyarakat lain tidak mendukung kegiatan kelompok. Namun keberadaan dan kegiatan kelompok ini mendapat dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat terutama dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan agama. Hal dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi terarah. Mereka menyampaikan tanggapan mereka terhadap aktivitas kelompok yang bertujuan memberdayakan perempuan di desa Cibaregbeg khususnya para mantan TKW. Mereka mengharapkan kelompok ini dapat
47
menjadi pelopor dan memberikan kontribusi pada pembangunan di desa terutama dalam dalam masalah perempuan. Jadi bukan hanya membantu para mantan maupun calon TKW saja. 6.2.4. Pandangan Keluarga Tentang Kelompok Pandangan keluarga disini adalah mengenai pendapat keluarga terutama anggota maupun pengurus kelompok mantan TKW dalam menyikapi keberadaan dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini terutama suami dan anak - anak, orang tua, dan saudara. Baik yang mendukung atau memberi support maupun yang melarang untuk mengikuti kegiatan kelompok. Karena dalam kegiatannya kelompok mantan TKW bukan hanya di tingkat lokal atau desa Cibaregbeg saja, tapi juga kadang sampai ke desa – desa lain. Walaupun dalam kegiatan tersebut terutama untuk yang keluar desa Cibaregbeg tidak semua anggota atau pengurus kelompok yang ikut. Mereka biasanya bergantian terutama yang dianggap mampu dan mempunyai potensi atau kemauan untuk maju dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Hasil lapangan menunjukan sebagian besar anggota atau pengurus kelompok kurang mendapat dukungan dari keluarga terutama suami. Karena mereka menganggap kegiatan ini tidak memberi manfaat khususnya secara ekonomis. Selain itu tugas pokok sebagai ibu rumah tangga jadi terbengkalai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah yang hadir dalam kegiatan atau pertemuan kelompok yang kadang tidak mencapai setengah dari jumlah anggota dan pengurus yang sebenarnya.