VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING 6.1
Analisis Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sate Sop Kambing Usaha kecil menengah mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi, yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun yang lalu banyak membuat usaha berskala besar mengalami likuidasi tetapi usaha kecil menengah mampu bertahan menghadapi krisis. Besarnya peran usaha kecil menengah tersebut diperlukan peran pemerintah untuk mendororng perkembangan usaha kecil menengah. Untuk melakukan pengembangan tersebut diperlukan analisis lingkungan untuk mengidentifikasi faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahannya serta faktor eksternal peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil menengah. Analisis lingkungan diperlukan dalam rangka menilai lingkungan usaha kecil menengah secara keseluruhan yaitu meliputi faktor-faktor yang berada di luar maupun di dalam usaha kecil menengah yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha kecil menengah dalam mencapai tujuannya. Secara umum analisis lingkungan usaha kecil dan menengah meliputi analisis lingkungan ekternal dan analisis lingkungan internal 6.2
Analisis Lingkungan Internal Sate Sop Kambing Analisis lingkungan internal diperlukan agar suatu organisasi dapat
mengetahui dengan jelas apa kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi sehingga dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada di luar perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh usaha sate sop kambing tujuannya untuk menghasilkan strategi yang dapat memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan internal dari usaha yang dijalankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha sate sop kambing diperoleh beberapa faktor strategis internal yang merupakan kekuatan dan juga akan menjadi kelemahan usaha sate sop kambing.
6.2.1. Produksi Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha sate sop kambing membutuhkan bahan baku olahan peternakan yaitu daging kambing sebagai bahan baku utama dalam menjalankan produksinya. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha sate sop kambing yaitu mengelola bahan baku menjadi produk yang siap dikonsumsi oleh konsumen. Bahan baku yang digunakan dalam usaha sate sop kambing sifatnya mudah rusak, sehingga bahan baku dipasok setiap hari agar bahan baku tetap terjaga kesegarannya. Bahan baku yang dibeli setiap hari adalah daging kambing segar yang akan diolah menjadi irisan-irisan kecil sate kambing. Pelaku usaha sate sop kambing memenuhi kebutuhan bahan baku serta bahan pelengkap lainnya seperti bumbu dapur, sayur diperoleh dari pasar tradisional yaitu pasar Leuwiliang dan pasar Jasinga. Seluruh kegiatan produksi dikerjakan bersama-sama oleh pemilik dan para pekerja, dimana kegiatan produksi tersebut dimulai dari persiapan bahan baku yaitu daging kambing sebagai bahan baku utama. Bahan baku beserta bahan pelengkap seperti bumbubumbunya diolah sampai menjadi makanan sate sop kambing yang siap disajikan. Sebagai daya tarik bagi konsumen daging kambing yang belum dipotong kecilkecil sebagai bahan utama pembuatan sate dipasang dengan cara digantung di etalase agar konsumen dapat mengetahui proses produksinya secara langsung. 6.2.2. Pemasaran Dalam menganalisis pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha sate sop kambing dapat dilihat dari bauran pemasarannya. Analisis bauran pemasaran usaha sate sop kambing meliputi produk, harga, distribusi dan promosi. 6.2.2.1 Produk Usaha sate sop kambing merupakan unit usaha yang dijalankan oleh keluarga, yang mempunyai jaringan usaha terbatas, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Kualitas produk merupakan hal yang paling penting serta menentukan konsumen dalam memutuskan untuk pembelian suatu produk yang dijual. Kualitas produk tersebut yaitu bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan atribut yang dimiliki dari produk. Produk yang ditawarkan pelaku
usaha sate sop kambing mengutamakan kualitas karena bahan baku yang digunakan dijaga agar tetap memuaskan pembeli. Kualitas produk bahan baku daging
kambing
secara
umum
merupakan
bahan
baku
pilihan
yang
pengawasannya dilakukan oleh pelaku usaha sate sop kambing dari pembelian bahan baku sampai pengolahannya hingga penjualannya. Sate sop kambing yang dihasilkan merupakan produksi sendiri hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa sate sop kambing yang dijual berkualitas baik. 6.2.2.2. Harga Harga ialah sejumlah nilai uang yang digunakan sebagai alat tukar dalam mendapatkan suatu produk atau jasa, harga jual yang ada pada setiap pelaku usaha sate sop kambing merupakan harga jual yang didasarkan dari kesepakatan yang dibuat oleh antar pelaku usaha sate sop kambing. Kisaran harga produk Rp. 1.000 per tusuk sate dan Rp. 6000 sampai Rp. 8000 per porsi untuk sop kambing. Dengan kisaran harga tersebut pelaku usaha mampu bersaing dengan pelaku usaha makanan lainnya. 6.2.2.3. Promosi Promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha sate sop kambing sebagian besar belum melakukan promosi, hal ini karena keterbatasan pelaku usaha dalam memanfaatkan
media
informasi
yang telah
ada.
Pelaku
usaha
hanya
mengandalkan informasi yang disebarkan dari pengunjung yang pernah datang ke warung usaha sate sop kambing. 6.2.2.4. Tempat Lokasi usaha sate sop kambing berada disepanjang jalan Dramaga-Jasinga yang merupakan salah satu jalan utama untuk menuju lokasi objek wisata alam dan salah satu jalan alternatif untuk ke berbagai kota di luar Kabupaten Bogor sehingga untuk pemasaran produk sate sop kambing yang dilakukan pelaku usaha hanya terkonsentrasi di wilayah sepanjang jalan Dramaga sampai Jasinga. Hal ini didasarkan peluang potensi pasar yang cukup baik, yang didukung dengan adanya objek wisata alam seperti objek wisata Curug Nangka, Curug Seribu serta objek wisata lainnya serta lokasi usaha dipinggir jalan juga merupakan kelebihan yang memudahkan pengunjung untuk bisa mencari dan menjangkau tempat penjualan sate sop kambing.
6.2.3. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia dalam suatu usaha merupakan aset yang menjadi faktor keberhasilan suatu usaha yang dijalakan, sebagian besar usaha sate sop kambing tumbuh secara tradisional yaitu merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah tenaga yang berasal dari keluarga pemilik usaha sate sop kambing selain dari tenaga keluarga juga tenaga kerja luar keluarga. Mayoritas sebanyak 61 persen pelaku usaha menggunakan tenaga kerja di luar keluarga yang berasal dari penduduk setempat dan sekitarnya hal ini merupakan kepedulian dari pelau usaha untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Biasanya tenaga kerja yang bekerja adalah pria karena dalam melakukan aktivitas usaha ini bekerja lebih dari 10 jam perhari Pelaku usaha mempekerjaan pekerja yang tidak mempunyai keterampilan atau keahlian khusus sehingga mereka melaksanakan semua pekerjaan atau tidak memiliki keterampilan kerja yang terspesialisasi yaitu para pekerja umumnya melakukan pekerjaan bersama-sama mulai dari persiapan sampai tempat usaha dibuka. Untuk keterlibatan tenaga kerja dari keluarga ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada keluarganya atau anak-anaknya tentang pekerjaan orang tuanya serta memberi bekal pengetahuan dan keterampilan. Selain itu yang menjadi faktor kekuatan yang dimiliki oleh pelaku usaha dari faktor sumber manusia adalah adanya motivasi yang kuat oleh pelaku usaha untuk mempertahankan usahanya yaitu adanya keinginan pelaku usaha mengembangkan usahanya melalui semangat dari pelaku usaha sate sop kambing. 6.2.4. Keuangan Permodalan
merupakan
faktor
utama
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan suatu usaha, karena tanpa sumber keuangan yang baik, tidak mungkin usaha yang dijalankan akan berjalan dengan baik. Sebagian besar pelaku usaha sate sop kambing rata-rata merupakan usaha yang dijalankan oleh seorangan, yang mengandalkan modal sendiri dari pelaku usaha pada saat memulai usaha. Modal pinjaman dari lembaga keuangan atau bank sulit untuk diperoleh karena sulitnya persyaratan administrasi atau beban bunga pinjaman yang memberatkan pelaku usaha. Keterbatasan sumber daya keuangan ini
merupakan sumber kelemahan selain itu pelaku usaha sate sop kambing belum melakukan pencatatan arus kas sehingga sebagian pelaku belum mengetahui seberapa besar usaha mereka tersebut memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. Tetapi sejauh ini para pelaku mengatakan perkembangan pendapatan usaha sate sop kambing setiap bulannya mengalami peningkatan dan penurunan. Salah satu faktor yang mengakibatkan hal tersebut adalah adanya tingkat persaingan dalam usaha yang sama. Berdasarkan analisis lingkungan internal yang dilakukan pada usaha sate sop kambing maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi kekuatan dan kelemahan dari usaha ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha Sate Sop Kambing No
Faktor Internal
1.
Produk
2.
Promosi
3.
Harga
4.
Tempat
5.
Sumberdaya manusia
6.
Keuangan
Kekuatan
Kelemahan
• Kualitas produk terjaga • Belum adanya promosi • Harga yang bersaing • Lokasi usaha yang strategis • Tenaga kerja berasal dari wilayah sekitar • Motivasi kuat dari pelaku usaha sate sop kambing
• Keterampilan pekerja yang belum terspesialisasi
• Belum adanya pencatatan arus keuangan
Kekuatan • Lokasi usaha yang strategis Jalan Dramaga-Jasinga merupakan salah satu jalan alternatif menuju objek wisata seperti Curug Nangka, Curug Seribu dan objek wisata lainnya. Dengan potensi yang ada tersebut sehingga banyak bermunculan usaha makanan. Salah satunya yang banyak berdiri adalah usaha sate sop kambing. Dimana usaha tersebut berada di tepi jalan sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukannya.
• Motivasi kuat dari pelaku usaha sate sop kambing Faktor kekuatan yang dimiliki oleh pelaku usaha dari faktor sumber manusia adalah adanya motivasi yang kuat oleh pelaku usaha untuk mempertahankan usahanya yaitu adanya keinginan pelaku usaha untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi setiap kali menjalankan usahanya ini terlihat dari rata-rata jam operasional pelaku usaha rata-rata 10 jam per hari, curahan waktu yang panjang ini dengan harapan pelaku usaha mendapatkan pendapatan yang tinggi selain itu juga adanya semangat pelaku usaha terus berinovasi. • Tenaga kerja yang digunakan berasal dari wilayah sekitar. Hal tersebut merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki usaha sate sop kambing. Sebagian besar pelaku usaha menggunakan tenaga kerja di lur kelurga yang berasal dari wilayah sekitar usaha sebanyak 61 persen hal ini merupakan suatu kepedulian pelaku usaha sate sop kambing untuk memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. • Harga yang bersaing Penetapan harga jual yang ada pada setiap pelaku usaha sate sop kambing merupakan harga jual yang didasarkan dari kesepakatan yang dibuat oleh antar pelaku usaha sate sop. Kisaran harga produk Rp. 1.000 per tusuk sate dan Rp. 6000 sampai Rp. 8000 per porsi untuk sop kambing. Dengan kisaran harga tersebut pelaku usaha mampu bersaing dengan pelaku usaha makanan lainnya. • Kualitas produk terjaga Kualitas produk merupakan hal yang paling penting serta menentukan konsumen dalam memutuskan untuk pembelian suatu produk yang dijual. Kualitas produk tersebut yaitu bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan atribut yang dimiliki dari produk. Produk yang ditawarkan pelaku usaha sate sop kambing mengutamakan kualitas karena bahan baku yang digunakan dijaga agar tetap memuaskan pembeli. Kualitas produk bahan baku daging kambing secara umum merupakan bahan baku pilihan yang pengawasannya dilakukan oleh seluruh pelaku usaha sate sop
kambing dari pembelian bahan baku sampai pengolahannya hingga penjualannya Kelemahan •
Keterampilan pekerja yang belum terspesialisasi Pelaku
usaha
sate
sop
kambing
yang
menjalankan
usahanya
mempekerjakan tenaga kerja yang bersal dari keluarga pemilik usaha ataupun pekerja yang berasal dari luar keluarga yang sumberdaya manusianya masih rendah. Pelaku usaha sate sop kambing mempekerjaan pekerja yang tidak mempunyai keterampilan atau kehlian khusus sehingga mereka melaksanakan semua pekerjaan atau tidak memiliki keterampilan kerja yang terspesialisasi yaitu para pekerja umumnya melakukan pekerjaan bersama-sama mulai dari persiapan sampai tempat usaha dibuka. •
Kurangnya promosi Promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha sate sop kambing sebagian besar belum pernah melakukan promosi hal ini karena keterbatasan pelaku usaha dalam memanfaatkan media informasi yang telah ada. Konsumen hanya mengetahui dari informasi rekomendasi dari rekan pengunjung sebelumnya hal ini tidak efektif dan tidak dapat menjangkau wilayah yang luas.
•
Belum ada sistem pencatatan arus keuangan Pencatatan keuangan untuk pengeluaran ataupun pemasukan belum diterapkan karena keterbatasan dalam mengelola keuangan, sebanyak 87 persen pelaku usaha sate sop kambing tidak melakukan pencatatan dengan alasan pencatatan tersebut merupakan hal yang dianggap tidak penting dan tidak terlatih untuk membuat catatan atau pembukuan yang baik sehingga pelaku usaha tidak mengetahui perkembangan usaha yang telah dijalankan.
6.3 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal dibutuhkan agar organisasi dapat memahami peluang dan ancaman utama yang dihadapi agar dapat diformulasikan strategi untuk memanfaatkan peluang secara maksimal dan menghindari ancaman. Tujuan yang ingin dicapai dari analisis lingkungan eksternal adalah agar organisasi dapat
mengetahui peluang yang dapat memberikan manfaat dan menghindari ancaman. 6.3.1 Lingkungan Makro Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan usaha sate sop kambing. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkungan makro sate sop kambing adalah ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, serta sosial dan budaya. 6.3.1.1 Faktor Ekonomi Keadaan
suatu
perekonomian
merupakan
faktor
penting
dalam
menjalankan suatu usaha. Faktor ekonomi tersebut dapat mempengaruhi daya beli serta pola konsumsi masyarakat. Suatu perekonomian yang baik akan diiringi oleh peningkatan daya beli masyarakat sehingga memungkinkan peningkatan permintaan pasar terhadap suatu produk atau jasa. Hal inilah merupakan suatu peluang bagi prospek pengembangan suatu usaha. Perekonomian Indonesia yang tidak stabil, memberikan pengaruh terhadap iklim usaha. Salah satu yang menyebabkan perekonomian Indonesia tidak stabil yaitu kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak. Meskipun pemeerintah sejak bulan Desember tahun 2008 telah menurunkan harga bahan bakar minyak dari Rp.1.500,00 per liter menjadi Rp.1.200,00 per liter namun penurunan harga tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap harga bahan baku produk. Sehingga berdampak pada kenaikan harga bahan baku olahan sate sop kambing. Hal ini menimbulkan ancaman bagi pelaku usaha sate sop kambing. 6.3.1.2 Faktor Alam Berkaiatan erat dengan kegiatan produksi suatu organisasi, faktor alam ini sangat memberi pengaruh yang besar terhadap pelaku usaha yang menjalankan usaha agribisnis karena mengunakan bahan baku yang dari alam sebagai bahan baku utama sehingga perlu adanya kerjasama pemasar agar mengantisipasi dalam mengatasi kebutuhan bahan baku, pada kegiatannya usaha sate sop kambing yang menjalankan usaha agribisnis membutuhkan bahan bakar dari alam yang pemakaian tak dapat digantikan sehingga harus memperhatikan ancaman maupun peluang yang berhubungan dengan lingkungan alam yaitu kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, peningkatan tingkat polusi. Bahan baku yang digunakan, produk olahan peternakan memilki ciri atau karakteristik dengan
produk yang umurnya pendek tidak tahan lama, dan mudah rusak. 6.3.1.3 Faktor Teknologi. Salah satu kekuatan yang paling berpengaruh dalam membentuk kehidupan manusia adalah teknologi. Teknologi senantiasa berkembang, harus selalu diikuti oleh setiap perusahaan yang ingin maju dan berkembang. Perubahan teknologi memberikan pengaruh besar terhadap suatu organisasi sehingga diperlukan inovasi-inovasi agar memberikan keunggulan kompetitif bagi suatu organisasi. Teknologi merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha. Teknologi turut berperan penting dalam menekan biaya produksi yang dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh suatu usaha. kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat seharusnya dapat dimanfaatkan pelaku usaha, penggunaan teknologi komunikasi, informasi akan menekan biaya produksi yang dapat mempengaruhi keuntungan yang dihasilkan. 6.3.1.4 Faktor politik dan hukum Lingkungan ini dibentuk oleh hukum, badan pemerintah dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu, faktor-faktor ini dapat memperbesar atau memperkecil peluang dan acaman utama bagi organisasi. Pengembangan sektor usaha kecil dan menengah dirumuskan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena terbukti mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat disekitarnya. Kebijakan tersebut melalui dukungan permodalan, teknologi, sistem informasi, kemudahan melakukan perijinan yang mendukung berkembangnya usaha. Keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor mulai dirasakan oleh pelaku usaha kecil menengah keberpihakan ini melalui pembinaan dan pemberian modal bagi pelaku usaha kecil menengah, Dukungan tersebut berupa rencana strategis lima tahunan yang ditetapkan oleh Pemda Bogor yaitu Program Pembinaan Usaha Kecil Menengah. Program tersebut memiliki beberapa tujuan, yaitu pengembangan sumber daya manusia dan penguatan modal bagi usaha kecil menengah di semua sektor usaha. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Bogor sebanyak 7.500 usaha kecil menengah yang sedang dibina oleh pihak instansi terkait di ruang lingkup Pemerintahan
Kabupaten Bogor. Hal tersebut merupakan kebijakan Pemda Bogor setempat dalam pembinaan usaha kecil menengah yang diwujudkan melalui pelatihanpelatihan dan diharapkan mampu berpengaruh pada pertumbuhan usaha kecil menengah di Kabupaten Bogor agar dapat bersaing dengan usaha kecil menengah lainnya di Indonesia. 6.3.1.5 Faktor sosial dan budaya Analisis terhadap kekuatan sosioal dan budaya sangat penting karena faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh hampir di semua produk, faktor ini selalu berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan masyarakat. Faktor sosial budaya dapat mempengaruhi apa, kapan dan bagaimana konsumen berprilaku. Sebagian besar masyarakat sekarang relatif sibuk dengan kegiatan yang dihadapi sehingga kebutuhan terhadap suatu produk lebih yang bersifat instan untuk memenuhi dari kebutuhannya. Perubahan sosial dan budaya dimana tingginya mobilitas masyarakat yang sibuk bekerja sehingga tidak sempat untuk melakukan aktifitas di rumah tangga, merupakan peluang tersendiri bagi usaha sate sop kambing. Tingginya mobilitas masyarakat di luar rumah mengharuskan untuk makan diluar rumah. Salah satu alternatif masyarakat yang mencari makanan diluar rumah adalah mendatangi restoran maupun tempat penjualan makanan yang siap untuk dimakan dan salah satunya adalah sate sop kambing. Adanya kebiasaan baru yang terjadi pada masyarakat kita untuk makan diluar rumah menjadi peluang besar bagi usaha ini untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan makan di luar rumah perlahan-lahan menjadi suatu gaya hidup bagi masyarakat saat ini. Selain itu faktor sosial yang dapat menjadi pangsa pasar yang potensial adalah peningkatan jumalah penduduk suatu populasi. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan laju penduduk Kabupaten Bogor pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2004-2007 Tahun
Indikator Jumlah Penduduk
2004
2005
2006
3.789.212
3.801.948
4.215.585
Sumber : BPS Kab. Bogor (2009)
2007 4.237.962
Bedasarkan Tabel 19 jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah penduduk dapat menyebabkan permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan makanan yang tinggi. Hal ini menjadi peluang usaha yang dijalankan oleh pedagang sate sop kambing. Perekonomian Kabupaten Bogor salah satunya didukung beberapa potensi wisata yang dimiliki. Wilayah Kabupaten Bogor bagian barat merupakan salah satu potensi wisata yang banyak digemari oleh masyarakat. Oleh karena itu dukungan pemerintah sangat berperan untuk memajukan sumberdaya yang dimiliki tersebut sebagai saran dalam memajukan perekonomian daerah. 6.3.2 Lingkungan Mikro Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung berkaitan dengan usaha dan mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar seperti pemasok, pesaing dan pelanggan. 6.3.2.1 Pemasok Suatu bisnis usaha dan perorangan yang menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pesaingnya dalam hal memproduksi barang dan jasa. dimana sumberdaya yang disediakan oleh pemasok dapat berupa bahan baku, energi, modal, tenaga kerja, jasa dan sebagainya. Kesulitan untuk memperoleh bahan baku sudah mulai dirasakan oleh pelaku usaha, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut pelaku usaha sate sop kambing melakukan kerjasama dengan beberapa pemasok agar dapat menjaga kelangsungan dari pasokan bahan baku yang digunakan. Dengan hubungan baik tersebut akan membantu pelaku usaha dalam menjaga kualitas bahan baku sehingga memudahkan pelaku usaha dalam menyeleksi bahan baku yang nantinya akan digunakan. Selain itu harga bahan baku yang sering terjadi peningkatan mengakibatkan produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha menjadi menurun. 6.3.2.2 Pelanggan Pelanggan merupakan inti dari kegiatan analis pasar, perubahan prilaku pelanggan harus selalu diantisipasi oleh suatu organisasi agar dapat disusun strategi yang tepat. Berdasarkan analisis lingkungan ini sebagian besar konsumen merupakan warga yang sebagian besar berasal dari wilayah di luar daerah yang bertujuan untuk bepergian ke objek-objek wisata ataupun warga yang menjadikan
jalan utama ini sebagai jalan alternatif untuk ke daerah lainnya. 6.3.2.3 Pesaing Perusahaan akan menghadapi pesaing baik itu yang menawarkan produk yang sama ataupun produk subtitusi, sehingga perusahaan harus memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar dari pada pesaingnya sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan strategi serta mendapat posisi yang kuat atas barang atau jasa yang ditawarkan. Tingkat persaingan yang dihadapi oleh pelaku usaha cukup tinggi, karena usaha ini mudah dimasuki oleh pelaku usaha yang baru yaitu tidak membutuhkan modal yang besar, sumberdaya manusia tidak perlu pendidikan yang tinggi, persaingan tersebut dari sesama pelaku usaha sendiri. Persaingan yang dihadapi pelaku usaha sate sop kambing adalah antara usaha sate yang lainnya dengan produk olahan peternakan seperti pesaing usaha pedagang sate ayam serta ancaman pesaing dari produk pengganti seperti usaha warung bakar ayam, warung tenda pecel lele, warung tenda nasi goreng yang lokasinya berdekatan sehingga menyebabkan terjadinya persaingan antar pelaku usaha. Hal ini merupakan ancaman yang dihadapi pelaku usaha karena mulai banyaknya usaha makanan yang berdiri disepanjang jalan Dramaga-Jasinga. Bedasarkan analisis lingkungan eskternal yang dilakukan pada usaha sate sop kambing maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi dalam usaha dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Identifikasi Peluang dan Ancaman Usaha Sate Sop Kambing No
Faktor Internal
1.
Lingkungan Mikro
2.
Lingkungan Makro
Peluang
• Peningkatan jumlah penduduk • Keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor • Pola konsumsi berubah • Bogor sebagai daerah wisata
Ancaman
• Persaingan dengan usaha sejenis • Kenaikan harga bahan bakar minyak • Menjamurnya usaha makanan
Peluang •
Pola konsumsi yang berubah Tingkat kesibukan masyarakat yang terjadi saat ini menyebabkan berkurangnya waktu untuk melakukan aktifitas di rumah tangga. Dengan keadaan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan, masyarakat cenderung makan di luar rumah. Perubahan masyarakat yang melakukan kegiatan konsumsi di luar rumah yang terjadi saat ini perlahan-lahan menjadi gaya hidup masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji. Adanya kebiasaan makan di luar rumah ini terutama pada akhir pekan menyebabkan banyaknya masyarakat yang bepergian ke daerah objek wisata untuk mengisi waktu liburan, sehingga ini merupakan suatu peluang besar bagi usaha sate sop kambing dalam mengembangkan.
•
Peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun merupakan pasar potensial bagi pelaku usaha, bedasarkan data BPS Kabupaten Bogor dari tahun 2004 sampai 2007 jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Hal ini merupakan peluang pasar potensial bagi usaha jajanan makanan sate sop kambing karena bisnis makanan merupakan salah satu alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsi akan makan akibat perubahan pola konsumsi masyarakat sekarang.
•
Keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah mulai dirasakan oleh pelaku usaha hal ini dengan adanya pembinaan usaha kecil menengah dengan menyelenggarakan program pelatihan bagi pelaku usaha yaitu pelatihan kewirausahaan, keterampilan serta pengetahuan Selain pelatihan dan pembinaan juga diberikan bantuan pinjaman modal yang difasilitasi Pemda Bogor melalui Bank Pengkreditan Rakyat. Dukungan tersebut tertuang dalam rencana strategis lima tahunan yang ditetapkan oleh Pemda Bogor yaitu program pembinaan usaha kecil menengah.
•
Bogor sebagai daerah wisata Jalur Dramaga-Jasinga merupakan salah satu pasar potensial yang dapat dimanfaatkan untuk usaha khususnya usaha makanan, karena banyaknya objek wisata alam di wilayah tersebut. Dengan adanya objek wisata tersebut maka banyak masyarakat yang ingin berkunjung baik dari daerah sekitar Bogor maupun di luar daerah Bogor seperti Bandung, Jakarta menuju ke daerah wisata sehingga akan memungkinkan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya.
Ancaman •
Persaingan dengan usaha sejenis Persaingan yang dihadapi oleh pelaku usaha sate sop kambing yang bergerak pada usaha sejenis merupakan ancaman yang ada. Persaingan yang dihadapi pelaku usaha sate sop kambing adalah antara usaha sate yang lainnya dengan produk olahan peternakan yaitu usaha pedagang sate ayam serta ancaman pesaing dari produk pengganti seperti usaha warung bakar ayam, warung tenda pecel lele, warung tenda nasi goreng yang lokasinya berdekatan sehingga menyebabkan terjadinya persaingan antar pelaku usaha. Hal ini merupakan ancaman yang dihadapi pelaku usaha karena mulai banyaknya usaha makanan yang berdiri disepanjang jalan Dramaga-Jasinga.
•
Kenaikan harga bahan bakar Bahan bakar minyak merupakan salah satu kebutuhan utama yang diguanakan untuk proses pengolahan bahan baku kambing menjadi produk yang siap disajikan bagi konsumen. Dari keseluruhan pelaku usaha sate sop kambing seluruhnya masih menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar sehingga apabila terjadinya kenaikan harga bahan bakar berakibat pada prroses pengolahan yang menimbulkan biaya produksi yang tinggi. Kenaikan harga bahan bakar ini merupakan ancaman yang dihadapi pelaku usaha sate sop kambing.
•
Menjamurnya usaha makanan Potensi wilayah Kabupaten Bogor yang terkenal dengan wisata alamnya seperti curug nangka, curung seribu yang berada di wilayah bagian barat
dari Kabupaten Bogor serta Bogor yang terkenal dengan kota kuliner, merupakan pasar yang potensial karena banyaknya warga masyarakat yang datang untuk berlibur diakhir pekan sehingga dengan potensi tersebut mulai banyak usaha makanan yang berdiri di sepanjang jalan DramagaJasinga. Menjamurnya usaha makanan ini merupakan ancaman bagi pelaku usaha sate sop kambing karena dengan banyaknya usaha makanan konsumen lebih banyak pilihan.
6.4. Analisis SWOT Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang digunakan dalam mengidentifikasi dalam berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Identifikasi sistematis atas kondisi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha serta lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh suatu usaha. Tujuan dibuatnya matriks SWOT adalah untuk mengumpulkan beberapa strategi yang memungkinkan untuk digunakan oleh pelaku usaha sate sop kambing. Hasil identifikasi faktor eksternal internal yang dilakukan pada usaha sate sop kambing yang dianalisis dengan mengggunakan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Matriks SWOT Usaha Sate Sop Kambing IFE 1. 2.
3. 4. 5.
EFE
1. 2. 3. 4.
2. 3. 4.
Peluang (Opportunities-O) Pola Konsumsi yang berubah Peningkatan jumlah penduduk Keberpihakan Pemerintah Daerah Bogor sebagai daerah wisata Ancaman (Treats-T) Persaingan usaha sejenis Kenaikan harga bahan bakar minyak Menjamurnya usaha makanan
Kekuatan (Strenghts-S) Letak Lokasi yang Strategis Motivasi kuat dari pelaku usaha Sate Sop kambing Tenaga kerja dari sekitar wilayah. Harga yang bersaing. Kualitas produk terjaga Strategi S-O
Kelemahan (Weaknesses-W) 1. Keterampilan pekerja yang belum terspesialisasi. 2. Belum adanya pencatatan arus keuangan. 3. Belum adanya promosi
Strategi W-O
1. Meningkatkan kualitas produk yang dijual (S1,S2,O1,O2,O4) 2. Ikut aktif dalam pelatihan bagi pelaku usaha sate sop kambing untuk pengembangan usaha (S2,S3,O3,O4) Strategi S-T
1. Merekrut tenaga kerja yang terampil dan berkualitas (W1,W2,O2) 2. Mengoptimalkan promosi produk (W3,O1,O2,O4) Strategi W-T
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen (S1,S2,S3,S5,T1,T3)
1. Meningkatkan keterampilan pekerja dengan memberikan pelatihan (W1,W2,T3)
Berdasarkan matriks SWOT yang ditunjukkan pada Tabel 21, alternatif strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 1). Strategi S-O (Strength-Opportunities) Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaat peluang yang ada. Alternatif strategi yang dapat digunakan a. Meningkatkan kualitas produk yang dijual Kekuatan yang digunakan adalah lokasi usaha yang strategis, motivasi kuat dari pelaku usaha, kualitas produk terjaga. Sedangkan peluang yang akan dimanfaatkan pola konsumsi yang berubah, peningkatan jumlah penduduk, dan Bogor sebagai daerah wisata. Strategi yang dapat dilakukan pelaku usaha sate sop kambing adalah dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dijual. Pelaku usaha secara langsung mengawasi kegiatan mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan, dan penjualan. Serta pelaku usaha membuat bahan atau
resep yang membedakan dengan pelaku usaha sate lainnya. Dengan strategi ini diharapkan dapat menarik konsumen serta meningkatkan loyalitas konsumen. b. Aktif mengikuti pelatihan usaha kecil dan menengah sate sop kambing Kekuatan yang digunakan adalah letak lokasi yang strategis, motivasi kuat dari pelaku usaha sate sop kambing, dan peluang yang akan dimanfaatkan adalah keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, dan Bogor sebagai daerah wisata. Keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam pengembangan usaha kecil menengah yang tertuang dalam rencana strategis lima tahunan Pemda Bogor yang memberikan pelatihan-pelatihan seperti kewirausahaan, keterampilan, manajemen diselenggarakan oleh Dinas Disperindag Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dengan mengikuti pelatihan agar pengetahuan serta keterampilan pelaku usaha sekaligus pemilik dapat meningkat. Sehingga diharapkan pelaku usaha sate sop kambing dalam melakukan usahanya dapat menerapkan pelatihan tersebut dalam usahanya. 2). Strategi W-O (Weakness-Opportunities) Strategi WO menunjukkan strategi yang meminimalkan kelemahan usaha untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat digunakan oleh pelaku usaha sate sop kambing adalah : a. Merekrut tenaga kerja yang terampil dan berkualitas Kelemahan yang akan diminimalkan yaitu keterampilan pekerja yang belum terspesialisasi dan belum adanya pencatatan arus keuangan. Sedangkan peluang yang akan dimanfaatkan adalah peningkatan jumlah penduduk. Pelaku usaha dapat menerapkan strategi merekrut tenaga kerja yang terampil dan berkualitas. Strategi ini untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki pelaku usaha. Sumberdaya yang berkualitas akan membuat usaha sate sop kambing mampu bersaing dengan usaha sejenisnya. Perekrutan tenaga kerja ini berdasarkan atas tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman usaha, dimana selama ini dalam perekrutan tenaga kerja hanya sebatas orang-orang yang lulus SD, SMP maupun SMA yang tidak memeiliki pengalaman. b. Mengoptimalkan promosi produk Kelemahan yang akan diminimalkan adalah belum adanya promosi. Sedangkan peluang yang akan dimanfaatkan adalah pola konsumsi yang berubah,
peningkatan jumlah penduduk, dan Bogor sebagai daerah wisata. Strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha dengan mengoptimalkan promosi melalui brosur, pamflet, koran. Salah satunya promosi melalui penyebaran brosur dapat dilakukan di lokasi keramaian lokasi wisata, mengingat pasar yang dibidik adalah pengunjung potensial ke wilayah objek wisata alam. 3). Strategi S-T (Strengths-Threats) Strategi ST menunjukkan strategi yang menggunakan kekuatan usaha untuk menghindari berbagai ancaman yang ada. Strategi yang dapat digunakan oleh pelaku usaha adalah : a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen Kekuatan yang akan digunakan letak lokasi yang strategis, motivasi yang kuat dari pelaku usaha sop kambing, tenaga kerja dari sekitar wilayah, dan harga yang bersaing. Sedangkan ancaman yang dihindari persaingan usaha sejenis serta menjamurnya usaha makanan. Strategi yang dapat dilakukan pelaku usaha sop kambing dengan meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen, dapat mempertahankan konsumen serta menarik konsumen yang baru jika pihak pelaku usaha dapat memberikan pelayanan dan hubungan yang baik dengan pelanggan dengan cara memberiakan pelayanan yang ramah terhadap konsumen, memperhatikan keluhan konsumen, serta menjaga kualitas produk. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan loyalitas konsumen baik yang sudah ada maupun yang baru. 4). Strategi W-T (Weaknesses-Treats) Strategi WT menunjukkan strategi yang meminimalkan kelemahan usaha untuk menghindari berbagai ancaman yang ada, strategi yang dapat digunakan adalah : a. Meningkatkan keterampilan pekerja dengan memberikan keterampilan Kelemahan yang akan diminimalkan yaitu keterampilan pekerja yang belum terspesialisasi, belum adanya pencatatan arus keuangan. Sedangkan ancaman yang dihindari persaingan usaha sejenis, dan menjamurnya usaha makanan. Strategi yang dapat dilakukan adalah pelaku usaha sekaligus pemilik dapat memberikan pelatihan ataupun contoh langsung kepada pekerjanya dengan cara turun langsung dalam menangani pekerjaan seperti membuat sate, meracik
bumbu, dan lain-lain. Tujuan ini untuk memperbaiki kualitas sumberdaya yang dimiliki sehingga dalam menjalankan usaha tersebut lebih baik dan terarah.