1019
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
VARIASI WARNA BAKTERI Vibrio sp. PADA BUDIDAYA UDANG VANAME SISTEM TRADISIONAL PLUS DENGAN APLIKASI PERGILIRAN PROBIOTIK Endang Susianingsih dan Muharijadi Atmomarsono Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Udang vanname (Litopenaeus vanname) merupakan salah satu udang introduksi yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan pemanfaatan tingkat teknologinya dapat dilakukan secara tradisional, tradisional plus, semi intensif dan intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfologi bakteri Vibrio harveyii pada budidaya udang vanname sistem tradisonal plus dengan aplikasi pergiliran probiotik. Menggunakan 9 petak tambak dengan luas 250 m2/petak,padat tebar 10 ekor/ m dengan system tradisional plus. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan yaitu :perlakuan A = pergiliran probiotik RICA-1, RICA-2, RICA-3, perlakuan B = pergiliran probiotik RICA-4, RICA-5, RICA-3 dan control tanpa probiotik yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Persiapan tambak dilakukan dengan mengikuti standar operasional pertambakan dan cara budidaya ikan yang baik. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah variasi warna bakteri Vibrio sp. yang diisolasi dari media air tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolate bakteri vibrio yang berwarna kuning berada pada kisaran 101 – 103 CFU/mL sedang isolate bakteri vibrio yang bewarna hijau juga berada pada kisaran 101 – 103 CFU/mL. Kisaran yang demikian masihl ayak (di bawah 104 CFU/mL ) untuk budidaya udang, dan kemungkinan disebakan karena pengaruh penggunaan probiotik yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakter ipatogen. KATA KUNCI: variasi warna, Vibrio sp., udang vaname, tradisional plus, pergiliran probiotik
PENDAHULUAN Udang vaname (Penaeus vannamei) atau biasa juga disebut Litopenaeus vanname merupakan salah satu udang introduksi yang cukup potensial untuk dikembangkan selain udang windu, ikan nila, ikan bandeng, ikan kakap, kepiting bakau dan rumput laut yang pemanfaatan teknologinya dapat dilakukan secara tradisional, tradisional plus, semi-intensif, dan intensif. Perkembangan budidaya udang vaname cukup pesat karena memiliki beberapa keunggulan antara lain : pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap goncangan lingkungan, dapat mengisi semua kolom air sehingga berpeluang dilakukan penebaran yang tinggi, memiliki sintasan yang tinggi, bersifat euryhaline serta pada ukuran PL-7 sudah dapat ditebar (Anonim, 2003; Poernomo, 2002). Penebaran dengan kepadatan yang tinggi telah memunculkan permasalahan berupa penurunan daya dukung tambak yang akan berpengaruh terhadap produktifitas tambak tersebut. Dampak lain yang ditimbulkan adalah terjadinya serangan penyakit yang akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi hingga kegagalan panen.Salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya tingkat mortalitas pada fase larva dan post larva udang penaid adalah vibriosis. Vibriosis merupakan penyakit yang disebabkan salah satu atau beberapa strain bakteri vibrio pathogen seperti V. alginolyticus, V. damsela, V. parah aemolyticus, V. vulnicus, V. penaecida (Lightner, 1992; Song et al., 1993; Lee et al., 1996). Strategi pengendalian penyakit pada budidaya perikanan yang banyakdilakukan adalah melalui control biologis, salah satunya dengan aplikasi probiotik (Austin & Austin, 1999). Penelitian penggunaan probiotik pada budidaya perikanan telah banyak dilakukan antara lain Haryanti et al. (2005) menginformasikan bahwa penggunaan Alteromonas sp. BY-9 sebagai probiotik maupun agen control biologi dapat meningkatkan keragaan sintasan dan pertumbuhan / kecepatan perkembangan larva udang vaname. Penggunaan bakteri probiotik untuk penanggulangan penyakit
Variasi warna bakteri Vibrio sp. pada budidaya udang ..... (Endang Susianingsih)
1020
udang memiliki beberapa keuntungan: 1) lebih aman dari pada berbagai bahan kimia; 2) tidak patogen terhadap ikan/udang; 3) tidak terakumulasi dalam rantai makanan; 4) adanya proses reproduksi yang dapat mengurangi pemakaian berulang; 5) tidak menimbulkan resistensi bagi organisme sasaran;6) dapat dipakai untuk pengendalian secara bersama-sama dengan cara proteksi yang lain. Bakteri probiotik asal tambak yang dikombinasikan dengan bakteri asal laut dan mangrove, diharapkan dapat lebih efektif dalam menanggulangi penyakit pada budidaya udang. Hasil penelitian tahun 2009 (Atmomarsono et al., 2010) menunjukkan, bahwa aplikasi bakteri probiotik secara pergiliran (BT951 bulan I, MY1112 bulan II, BL542 bulan III, dan BT951 bulan IV) menghasilkan sintasan (66,35%) dan produksi udangwindu (448,7 kg/ha/90 hari) lebih baik dari pada kontrol (39,8% dan 228,7 kg/ha/90 hari) maupun aplikasi kombinasi bakteri secara bersamaan pada budidaya udang semi-intensif dengan padat penebaran 10 ekor/m2. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di instalasi percobaan tambak Maranak, menggunakan 9 petak tambak beton berukuran 250 m 2/petak. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan yaitu perlakuan A: pergiliran probiotik RICA-1, RICA-2, dan RICA-3; perlakuan B : pergiliran probiotik RICA-4, RICA-5 dan RICA-3 serta perlakuan C kontrol tanpa probiotik yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Hewan uji yang digunakan berupa tokolan udang vaname PL42 yang sebelumnya telah diuji dengan PCR (tidak terinfeksi WSSV) sebanyak 10 ekor/m2. Kesembilan petak tambak diaerasi dengan menggunakan blower super charge. Udang diberi pakan berupa pelet sebanyak 5%dari biomassa total/ hari pada awal penebaran dan menurun hingga 1%dari biomassa total/hari pada minggu terakhir. Pemberian bakteri probiotik dilakukan setiap 2 minggu yang dimulai sejak penebaran hingga panen. Bakteri probiotik diberikan setelah dilakukan fermentasi selama 4-5 hari dengan menggunakan campuran media berupa tepung dedak (1.000 g), tepung ikan (400 g), ragi (yeast, 100 g), molase (500 g), dan dimasak dengan air tambak (20 L). Pemberian dilakukan dengan cara disebar secara merata ke seluruh bahagian tambak. Pengamatan terhadap jumlah bakteri Vibrio spp. (total vibrio count, TBV) dalam air tambak dilakukan sebulan sekali dengan menggunakan media Thiosulphate Citrate Bile-salt Sucrose Agar (TCBSA) dalam cawan petri. Data bakteri disajikan dalam bentuk tabel. HASIL DAN BAHASAN Hasil pengamatan terhadap perkembangan populasi bakteri Vibrio spp. dan warna koloni bakteri pada media TCBSA dapat dilihat pada Table 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan bakteri Vibrio spp. yang diperoleh selama penelitian berada pada kisaran 101 – 103 CFU/mL. Kepadatan bakteri yang demikian masih berada pada kisaran yang aman dan belum membahayakan baik bagi lingkungan maupun bagi udang budidaya.Kepadatan yang membahayakan bagi lingkungan dan udang budidaya adalah jika kepadatannya 104 CFU/mL. Kepadatan antar perlakuan yang dicobakan jika dibandingkan dengan control tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Tetapi dapat dikatakan bahwa perbedaan yang tidak signifikan ini terjadi karena pemberian probiotik yang dilakukan selama pemeliharaan dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti Vibrio spp. yang dapat meningkat selama proses budidaya. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam kondisi stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic patogen, sehingga keberadaan bakteri dari genus Vibrio spp. perlu diperhatikan. Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti kualitas air yang kurang baik seperti akibat adanya pemberian pakan yang tidak terkontrol mengakibatkan akumulasi limbah organik sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan anaerob yang menghasilkan H2S (Anderson etal., 1988 dalam Muliani, 2002). Akibat akumulasi H2S tersebut maka bakteri patogen oportunistik, jamur, parasit, dan virus mudah berkembang dan memungkinkan timbulnya penyakit pada udang (Tompo et al., 1993 dalam Muliani, 2002).
1021
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap populasi dan variasi warna bakteri Vibrio spp. pada budidaya udang vaname selama penelitian
Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata B1 B2 B3 Rata-rata C1 C2 C3 Rata-rata
Sampling Bulan Ke-1 Kepadatan Variasi (CFU/mL) Warna 2 Kuning 3,52 x 10 1 Hijau 3,00x 10 TNTC Kuning 3 Hijau 7,20 x 10 3 Kuning 1,03 x 10 3 Hijau 1,11 x 10 1,62 x 103 1,05 x 102 2,53 x 103 4,50 x 101 4,88 x 103 8,25 x 101 2,50 x 101 1,28 x 103 1,45 x 102 2,37 x 102 7,00 x 101 7,50 x 101 7,00 x 101 2,30 x 103 0,48 x 103
Kuning Hijau Kuning Hijau Kuning Hijau Kuning Hijau Kuning Hijau Kuning Hijau
Sampling Bulan Ke-2 Kepadatan Variasi (CFU/mL) Warna
Sampling Bulan Ke-3 Kepadatan Variasi (CFU/mL) Warna
1,00 x 101
Kuning
5,80 x 102
Kuning
1,20 x 102 1,25 x 102 2,80 x 102 5,00 x 101 0,12 x 103 1,60 x 102 2,50 x 101 7,00 x 101 9,00 x 101 1,00 x 101 2,00 x 101 0,06 x 103 1,00 x 101 3,65 x 102 2,50 x 101 6,00 x 101 3,50 x 101 5,00 x 103 0,92 x 103
Kuning Hijau Kuning Hijau
7,50 x 101
Kuning
9,5 x 101
Kuning
0,25 x 103 Kuning Hijau Kuning Hijau Kuning Hijau
9,00 x 101
Kuning
1,92 x 102
Kuning
1,15 x 102
Kuning
0,13 x 103 Kuning Hijau Kuning Hijau Kuning Hijau
4,90 x 102
Kuning
6,50 x 101
Kuning
1,62 x 102
Kuning
0,24 x 103
Variasi warna bakteri Vibrio spp. yang diperoleh selama penelitian adalah warna kuning dan hijau, sedangkan pada sampling ketiga dari penelitian hanya diperoleh warna kuning dari seluruh koloni bakteri yang dihasilkan. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasi dkk. (2012) yang mendapatkan ada 8 warna koloni bakteri penyebabv ibriosis yaitu kuning ransparan, hitam ring kuning, kuning muda, kuning, kuning bening, putih susu, putih dan kuning pekat. Perbedaan variasi warna yang ada, kuning dan hijau pada bakteri Vibrio spp. disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan dalam menguraikan sukrosa. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan warna yang ditampilkan beberapa spesies vibrio antara lain Vibrio alginolyticus yang berwarna kuning karena memiliki kemampuan untuk mengurai sukrosa sedangkan V. parahaemolyticus mempunyai kemampuan yang rendah untuk mengurai sukrosa sehingga 24 jam setelah isolasi warna koloni yang dihasilkannya adalah kuning tetapi menjadi hijau kembali. KESIMPULAN Kepadatan bakteri Vibrio spp. yang didapatkan selama penelitian berada pada kisaran 101 – 103 CFU/mL dengan variasi warna bakteri dari koloni yang dihasilkan adalah kuning dan hijau. DAFTAR ACUAN Atmomarsono, M., Muliani, Tampangallo, B. R. 2010.Aplikasi bakteri probiotik untuk peningkatan sintasan dan produksi udang windu di tambak. Hal:269-278. Dalam Sudradjat, A., Rachmansyah, Hanafi, A., Azwar, Z. I., Imron, Kristanto, A. H., Chumaidi, Insan, I. (Eds). Forum Inovasi Teknologi
Variasi warna bakteri Vibrio sp. pada budidaya udang ..... (Endang Susianingsih)
1022
Akuakultur 2010.Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Badan Litbang Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Austin, B. & Austin, D.A. 1999. Bacterial Fish Pathogen, Disease of Farmed and Wild Fish, 3 rd (revised) ed. Springer-Praxis, Goldman. P 263 – 296 Anonim 2003 Lithopenaeus vannamei sebagai aklternatif budidaya udang saat ini .PT. Central Proteina Prima (Charoen Pokphand Group) Surabaya, 18 hlm). Haryanti, Wardana, B.K, Permana, I.G.N., &Moria, S.B. 2005. Pemeliharaan Larva Litopenaus vannamei Melalui Aplikasi Bakteri Probioptik Alteromonas sp.BY-9 dalam Rachmansyah, A. Sudaryono, D. Yaniharto, M.Nadjib, Pornomo.Prosiding Konferensi Nasional Akuakultur 2005. Makassar 23 – 25 Nopember 2005. Lightner, D.V., Bell, T.A. ,Redman, R.M. ,Mohley, L.L. , Natividad, J.M., Rukyani, A.,Poernomo, A. 1992. A review of some major diseases of economic significance in Penaeid prawns / shrimps of the Americas and Indopacific. p:57-80. InShariff, M., Subasinghe, R.P., Arthur, J.R. (Eds), Diseases in Asian Aquaculture I. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Manila, Philippines. Muliani. 2002. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asal Laut Sulawesi untuk Bio kontrol Penyakit Vibriosis pada Udang Windu. Tesis.Institut Pertanian Bogor.Bogor: Nasi, L., S.B. Prayitno., dan Sarjito (2012). Kajian Bakteri Penyebab Vibriosis Pada Udang Secara Biomolekuler. ejournal. undip.ac.id / I ndex.php / pasirlaut / article / download / 2851 / 2535. Poernomo, A. 2002.Perkembangan Udang Putih Vaname (Penaeus vannamei) di Jawa Timur. Disampaikan dalam temu bisnis Udang, Makassar 19 Oktober 2002 Song, Y.L., Lee, S.P. 1993. Characterization and ecological implication of luminous Vibrio harÍeyiisolated from tiger shrimp _Penaeusmonodon.. Bull. Inst. Zool., Acad. Sin. 32, 217–220. Tompo, A., E.Susianingsih., M.I. Madeali, dan M. Atmomarsono. 2006. di dalam Murwantoko et. al. Pengaruh Vaksinasi untuk Pencegahan Penyakit pada Budidaya Udang Windu (Penaeusmonodon Fabr.) di Tambak. 27 Juli. Yogyakarta: Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM. 244-249.
1023
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
DISKUSI
Nama Penanya: Sri Puji Pertanyaan: Apa perbedaan virulensi antara bakteri Vibrio yang berwarna kuning dengan yang berwarna hijau? Tanggapan: Perbedaan variasi warna yang ada, kuning dan hijau pada bakteri Vibrio spp. disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan dalam menguraikan sukrosa. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan warna yang ditampilkan beberapa species vibrio antara lain: Vibrio alginolyticus yang berwarna kuning karena memiliki kemampuan untuk mengurai sukrosa sedangkan V. parahaemolyticus mempunyai kemampuan yang rendah untuk mengurai sukrosa sehingga 24 jam setelah isolasi warna koloni yang dihasilkannya adalah kuning tetapi menjadi hijau kembali.