SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK DARI SALURAN PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei
TITA NOPITAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Seleksi Bakteri Probiotik
dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalan teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Februari 2010 Tita Nopitawati NIM : C151070171
ABSTRACT TITA NOPITAWATI. Probiotics Selections from White Shrimp Gut to Increased Growth Performance of White Shrimp Litopenaeus vannamei. Under direction of WIDANARNI and DEDI JUSADI. The effect of probiotics isolated from white shrimp gut Litopenaeus vannamei (M2,Z3,K9 and S3) supplemented into the diet on enzym activities, growth performance of white shrimp and digestibility was investigated. A triplicate experiment were conducted using 8,0 g white shrimp. Each shrimp was fed on the diet supplemented with either probiotics produce amylase (M2), produce lypase (Z3), produce protease (Z3), produce amylase,lypase and protease (S3) or control (no supplementation of probiotics). Regardless of the strain, the application of probiotics significantly increased the bacteria population in the shrimp gut, thereby digestibility, protein and lipid retention, food efficiency and growth of shrimp significantly improved. On the other hand, shrimp fed on the diet supplemented with K9 probiotics had the best growth performance. Therefore, K9 is the best probiotics isolated from the white shrimp gut to use as a supplementarydiet for white shrimp. Keywords : probiotics, growth performance, digestibility, white shrimp.
RINGKASAN TITA NOPITAWATI. Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Udang VanameLitopenaeus vannamei. Dibimbing oleh WIDANARNI dan DEDI JUSADI. Kualitas pakan sangat menentukan laju pertumbuhan udang. Pakan yang dikonsumsi oleh udang tidak semuanya dapat dicerna namun ada yang dikeluarkan dalam bentuk limbah berupa feses dan sisa metabolisme lain seperti urin dan amoniak. Besarnya pakan yang dikeluarkan menjadi feses tergantung dari kesesuaian komponen pakan dengan kemampuan enzimatik di saluran pencernaan udang atau daya cerna. Pakan yang berkualitas selain dihasilkan dari sumber bahan pakan juga dapat dihasilkan dengan penambahan enzim dalam pakan. Peningkatan enzim pencernaan eksogen dengan memanfaatkan bakteri saluran pencernaan pada ikan telah banyak dilaporkan. Adanya informasi tentang peranan bakteri dalam saluran pencernaan yang memiliki kemampuan enzimatis atau mampu menyumbangkan enzim kecernaan endogen sehingga membantu proses penyerapan makanan,maka dibuat suatu rancangan penelitian untuk menyeleksi bakteri dari saluran pencernaan udang sebagai probiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap secara in vitro dan in vivo. Penelitian in vitro meliputi isolasi bakteri kandidat probiotik, seleksi bakterikandidat probiotik yang terdiri dari 1)uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik, 2)uji ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu, 3) uji pertumbuhan bakteri, 4)ujiaktivitas antagonistik terhadap bakteri patogen, 5)uji penempelan, 6) uji patogenitas bakteri kandidat probiotik. Uji in vivo meliputi:Uji pakan percobaan pada udang vaname yaitu: 1) uji pertumbuhan dengan beberapa parameter yang dianalisis seperti laju pertumbuhan udang, konversi pakan, retensi protein, populasi bakteri, tingkat kelangsungan hidup dan konsumsi pakan. 2) Uji daya cerna pakan dan 3) uji aktivitas enzim saluran pencernaan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.Pakan yang diujikan terdiri dari A) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase (isolat M2),B) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil lipase (isolat Z3),C) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease (isolat K9), D) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase, lipase dan protease (S3), E) pakan komersial yang tidak ditambahkan probiotik. Dari uji in vitro didapatkan beberapa isolat yang mampu menghidrolisis substrat. Adanya kemampuan menghidrolisis protein, lemakdan karbohidratini menunjukkan bahwa makromolekul yang menjadi sumber karbon mampu dimanfaatkan oleh bakteriprobiotik tersebut. Bakteri kandidat probiotik ini juga memiliki ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu sehingga
diharapkan mampu bertahan pada saluran pencernaan. Hasil dari uji penempelan menunjukkan bahwabakteri kandidat probiotik ini memiliki kemampuan menempel pada substrat yang ditunjukkan dengan tingginya populasi bakteri yang menempel per mm2. Bakteri probiotik ini juga telah teruji tidak bersifat patogen. Bakteri pobiotik yang terpilih yaitu K9, Z3, M2 dan S3 memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai probiotik. Pemberian pakan yang ditambahkan bakteri probiotik yang memiliki aktivitas enzim memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kinerja pertumbuhan udang vaname dibandingkan dengan pertumbuhan udang yang diberikan pakan kontrol atau tanpa penambahan probiotik. Hasil terbaik pertumbuhan udang vaname ditunjukkan oleh perlakuan K9 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki aktivitas enzim protease. Kecernaan yang tinggi menyebabkan protein dan energi nutrien pakan yang dapat diserap udang akan lebih tinggi sehingga energi akan lebih banyak tersimpan untuk pertumbuhan.Perlakuan K9 juga menunjukkan hasil konversi pakan yang paling baik dibandingkan lainnya.Penambahan probiotik pada pakan komersial terhadap udang uji juga memberikan pengaruh yang nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan udang uji dibandingkan kontrol. Hal ini memacu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan. Enzim protease yang disekresikan oleh isolat K9 mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Kelangsungan hidup udang uji memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh kuantitas serta kualitas pakan yang diberikan cukup untuk mempertahankan kebutuhan pokok udang serta lingkungan yang terjaga dengan baik selama pemeliharaan. Kata kunci : probiotik, kinerja pertumbuhan, kecernaan, udang vaname
©HakCiptaMilik IPB, tahun 2010 HakCiptadilindungiUndang‐Undang Dilarangmengutipsebagianatauseluruhkaryatulisinitanpamencantumkanatau menyebutkansumbernya.Pengutipanhanyauntukkepentinganpendidikan, penelitian, penulisankaryailmiah, penyusunanlaporan, penulisankritik, atautinjauansuatumasalah; danpengutipantersebuttidakmerugikankepentingan yang wajar IPB. DilarangmengumumkandanmemperbanyaksebagianatauseluruhKaryatulisdal ambentukapa pun tanpaizin IPB
SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK DARI SALURAN PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei
TITA NOPITAWATI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Nur Bambang Priyo Utomo
Judul Tesis
: Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan
Kinerja
Pertumbuhan
Udang
Vaname
Litopenaeus vannamei Nama
: Tita Nopitawati
NIM
: C151070171
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Widanarni Ketua
Dr. Dedi Jusadi Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Akuakuktur
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Enang Harris
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
Tanggal Ujian: 5 Februari 2010
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2008 ini adalah probiotik dengan judul Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Widanarni dan Dr. Dedi Jusadi selaku dosen pembimbing, Dr. Nur Bambang Priyo Utomo selaku dosen penguji yang telah banyak membantu serta memberikan saran.
Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak I Made Suitha A.Pi, Ibu Nurdiana S.Pi, ibu Khotim A.Md beserta seluruh staf Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian di BLUPPB Karawang. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua (Otong Suryaman Alm & Tinah Rostini), suami Nanang Sujana S.Pi dan putra tersayang Gavin Farandhya atas doa, cinta dan kasih sayang, pengertian serta dorongan yang selalu diberikan.
Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Akuakultur 2007 untuk kebersamaanya selama ini dan Bapak Ranta atas bantuannya selama penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2010
Tita Nopitawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis, 24 November 1978 dari Ayah Otong Suryaman (Alm) dan Ibu Tinah Rostini. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 1997 dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun 1997. Penulis memilih jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan lulus pada tahun 2001. Setelah menyelesaikan pendidikan di IPB penulis bekerja di perusahaan swasta selama 5 tahun. Penulis menikah pada tahun 2004 dengan Nanang Sujana S.Pi dan telah dikaruniai seorang putra bernama Gavin Farandhya berumur 5 tahun.
Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana dan
memilih mayor Ilmu Akuakultur. Pada tanggal 5 Februari 2010 penulis lulus dengan penelitian berjudul Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan vannamei
Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vii PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................................... 1 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Udang Vaname ...................................................................................... Kebutuhan Nutrisi Udang .......................................................................................... Aplikasi Bakteri sebagai Probiotik dalam Akuakultur............................................... Enzim Pencernaan ......................................................................................................
4 4 5 7
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 10 Prosedur penelitian ..................................................................................................... 10 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik ............................................................................. 10 Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik ............................................................................ 11 1. Uji Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik................................................ 11 2. Uji Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu ............................. 11 3. Uji Pertumbuhan Bakteri....................................................................................... 11 4. Uji Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen ........................................... 12 5. Uji Penempelan ..................................................................................................... 12 6. Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik ....................................................... 13 Uji Pakan Percobaan pada Udang Vaname ................................................................ 13 1. Uji Pertumbuhan ................................................................................................... 14 2. Uji Daya Cerna Pakan ........................................................................................... 17 3. Uji Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan .............................................................. 17 Analisis Data .............................................................................................................. 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................................... 19 Isolasi Bakteri kandidat Probiotik dari Saluran Pencernaan Udang .......................... 19 Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik ............................................................................ 19 1. Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik ....................................................... 19 2. Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu .................................... 20
ii
3. Fase Pertumbuhan Bakteri ..................................................................................... 21 4. Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen .................................................. 23 5. Penempelan Bakteri Kandidat Probiotik ................................................................ 24 6. Aktivitas Patogenitas.............................................................................................. 24 Pakan Percobaan pada Udang Vaname ...................................................................... 25 1. Pertumbuhan Udang ............................................................................................... 25 2. Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan ..................................................................... 26 Pembahasan ................................................................................................................ 27 KESIMPULAN ......................................................................................................... 31 SARAN ...................................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32 LAMPIRAN ............................................................................................................... 38
iii
DAFTAR TABEL
Halaman 1
Komposisi proksimat pakan komersial yang digunakan ................................... 13
2
Pertumbuhan relatif (PR), kelangsungan hidup (SR), konversi pakan (KP), retensi protein (RP), kecernaan total (KT) dan kecernaan protein (KP) udang vaname ................................................................................................... 25
3
Aktivitas enzim protease, lipase, amilase dan populasi bakteri......................... 26
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Tempat pemeliharaan udang dan tandon air ........................................................ 14 2 Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik ............................................... 19 3 Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik ........... 20 4 Selisih log (CFU/ml) antara jumlah isolat pada pH 2,5 dengan pH normal setiap periode pengamatan ................................................................................... 20 5 Selisih log (CFU/ml) antara jumlah isolat pada pH 7,5 dengan pH normal setiap periode pengamatan .................................................................................. 21 6 Kurva nilai kerapatan optik (Optical density) ...................................................... 22 7 Aktivitas antagonistik bakteri kandidat probiotik terhadap V.harveyi................................................................................................ 23 8 Diameter zona hambat bakteri kandidat probiotik terhadap V.harveyi................................................................................................ 23 9 Hasil uji penempelan bakteri kandidat probiotik pada lempeng baja .................. 24
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Prosedur uji hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat ........................................ 39 2 Prosedur analisa proksimat .................................................................................. 41 3 Prosedur analisa Cr2O3 pakan dan feses............................................................... 45 4 Prosedur analisis aktivitas enzim ......................................................................... 47 5 Luas zona hasil hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat................................... 49 6 Uji ketahanan asam lambung ............................................................................... 50 7 Data optical density bakteri selama 24 jam.......................................................... 51 8 Uji konfrontasi dan antagositik bakteri ................................................................ 52 9
Data penempelan bakteri pada substrat ............................................................... 52
10 Data bobot tubuh udang vaname selama pemeliharaan ..................................... 53 11 Laju pertumbuhan relatif udang vaname selama pemeliharaan (60 hari) ........................................................................................ 54 12 Kecernaan protein udang vaname ....................................................................... 55 13 Retensi protein udang vaname ............................................................................ 56 14 Perhitungan retensi protein udang vaname ......................................................... 57 15 Konversi pakan ................................................................................................... 58 16 Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (%) udang vaname selama pemeliharaan (60 hari) ............................................................................................................ 59 17 Data kualitas air selama pemeliharaan udang vaname ....................................... 60 18 Aktivitas enzim amilase, lipase dan protease udang vaname ............................. 62 19 Jumlah Populasi bakteri pada udang vaname ..................................................... 62 20 Jumlah pakan yang dikonsumsi udang vaname selama pemeliharaan (60 hari). ....................................................................................... 63
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kualitas pakan sangat menentukan laju pertumbuhan udang. Pakan yang dikonsumsi oleh udang tidak semuanya dapat dicerna namun ada yang dikeluarkan dalam bentuk limbah berupa feses dan sisa metabolisme lain seperti urin dan amoniak. Besarnya pakan yang dikeluarkan menjadi feses tergantung dari kesesuaian komponen pakan dengan kemampuan enzimatik di saluran pencernaan udang atau daya cerna. Pakan yang berkualitas selain dihasilkan dari sumber bahan pakan dapat juga dihasilkan dengan penambahan enzim dalam pakan. Pada umumnya pakan dicerna secara optimal dengan bantuan enzim dari saluran pencernaan udang sehingga energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan udang. Di dalam saluran pencernaan udang terdapat bakteri yang menghasilkan enzim pencernaan yang dapat merombak nutrien makro yang masuk melalui pakan untuk kebutuhan udang tersebut.
Kehadiran enzim dalam saluran
pencernaan sangat mempengaruhi daya cerna udang.
Penggunaan probiotik
berhasil meningkatkan keseimbangan bakteri pada saluran pencernaan yang mengakibatkan peningkatan penyerapan makanan (Parker 1974; Fuller 1989). Murni (2004) menyatakan bahwa penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. ke dalam pakan menyebabkan adanya peningkatan aktivitas enzim protease dan amilase sehingga kecernaan protein dan karbohidrat meningkat.
Dengan
demikian maka protein dan energi nutrien pakan yang dapat diserap saluran pencernaan akan lebih banyak dan mengakibatkan pertumbuhan meningkat. Hal ini berarti protein dan energi yang dapat disimpan oleh tubuh juga akan lebih tinggi yang berakibat pada tingginya retensi nutrien dan laju pertumbuhan. Probiotik dapat menguntungkan bagi inangnya karena adanya kemampuan enzimatis (Fuller & Turvy 1971; Parker 1974), memiliki kemampuan mensintesis biotin, Vitamin B12 (Sugita et al. 1991) dan enzim hidrolitik seperti amilase (Sugita et al. 1998) dan protease (Hoshino et al. 1997). Enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh bakteri ini sangat membantu dalam pemecahan molekul
2
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan udang. Dengan penyerapan pakan yang tinggi maka diharapkan energi nutrien terserap lebih dan digunakan untuk pertumbuhan. Peningkatan enzim pencernaan eksogen dengan memanfaatkan bakteri saluran pencernaan pada ikan telah banyak dilaporkan (Clarke et al. 1993; Das dan Tripathi 1991; Opuszynski dan Shireman 1994; Hoshino et al. 1997; Xue et al. 1999; Robertson et al. 2000; Spanggaard et al. 2000; Jankauskiene 2002). Bairagi et al. (2002) melaporkan bakteri aerobik yang terdapat pada saluran pencernaan sembilan ikan tawar yang diteliti mampu menghasilkan enzim yang memfasilitasi penggunaan pakan dan kecernaan.
Hasil penelitian Aslamyah
(2006) menunjukkan bahwa bakteri pada saluran pencernaan ikan bandeng berperan dalam fungsi fisiologis saluran pencernaan dengan menyumbangkan enzim protease, lipase dan amilase endogen masing - masing sebesar 41,33; 36,12 dan 22,51%.
Hasil penelitian Wang (2007) menyatakan bahwa penambahan
probiotik (campuran Rhodobacter sphaeroides dan Bacillus sp.) dalam pakan menghasilkan peningkatan bobot tubuh udang vaname. Adanya informasi tentang peranan bakteri dalam saluran pencernaan yang memiliki kemampuan enzimatis atau mampu menyumbangkan enzim kecernaan eksogen sehingga membantu proses penyerapan makanan maka dibuat suatu rancangan penelitian untuk menyeleksi bakteri dari saluran pencernaan udang sebagai probiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Pemilihan probiotik yang diisolasi dari saluran pencernaan udang diharapkan akan lebih mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan saluran pencernaan sehingga mampu hidup dan berkembang membantu proses pencernaan.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang mempunyai aktivitas enzim protease, lipase dan amilase dari saluran pencernaan untuk meningkatkan kecernaan pakan dan kinerja pertumbuhan udang vaname. Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam pengembangan bakteri sebagai
3
probiotik terutama yang berkaitan dengan nutrisi, dan penambahan bakteri dalam pakan mampu untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Umum Udang Vaname
Nama lain dari udang vaname adalah Pacific White Shrimp, West Coast White Shrimp. Taksonomi udang vaname adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Subkingdom
: Metazoa
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Crustacea
Subkelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Subordo
: Dendrobrachiata
Famili
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Subgenus
: Litopenaeus
Spesies
: Litopenaeus vannamei
Ciri-ciri udang vaname yaitu bertubuh putih bening, warna tubuh bercorak kebiru-biruan dari kromatofor yang berwarna biru dan berpusat di antara batas uropod dan telson (Robertson et al.1993). Kisaran parameter kualitas air yang optimal untuk pertumbuhan vaname antara lain pada suhu 26°C - 30°C, oksigen terlarut > 5mg/L dan alkalinitas 150-200 mg/L serta salinitas 5-35%o (Lester & Pante 1992). Aktivitas makan udang dipengaruhi oleh intensitas cahaya (Sumere & Kontara 1987) sesuai dengan sifat alami udang yaitu nokturnal (aktif pada malam hari).
Kebutuhan Nutrisi Udang Protein tidak hanya dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan namun juga digunakan sebagai sumber energi. Karena kebutuhan ini maka peningkatan protein dalam pakan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dapat meningkatkan pertumbuhan. Kandungan asam amino yang diberikan pada udang harus benar-benar seimbang karena pada saat molting krustase kehilangan sekitar
5
50-80% protein tubuh, sebagian dapat diganti bersamaan dengan nutrien lain. Kebutuhan protein udang berukuran 0-0,5 gram adalah 40% (Akiyama et al. 1992). Kebutuhan protein pada spesies omnivora seperti vaname lebih rendah dibandingkan spesies karnivora seperti Penaeus japonicus (Guillaume 1997). Kecernaan protein berkisar antara 75-93%, namun pada Litopenaeus vannamei ditemukan aktivitas enzim pencernaan untuk beradaptasi dengan komposisi pakan (Guillaume 1997).
Asam amino esensial yang dibutuhkan
krustase adalah: arginina, histidina, isoleusina, leusina, lisina, metionina, fenilalanina, threonina, triptofan dan valina. Sedangkan kebutuhan fosfolipid sebesar 2% dalam pakan terutama fosfatidikolin, kolesterol atau fitosterol serta highly unsaturated fatty acids (HUFA), polyunsaturated fatty acids (PUFA). Penelitian terbaru melaporkan manfaat fosfatidikolin dalam meningkatkan ketahanan terhadap stress (Cotteau et al. 1996).
Komponen fosfolipid dapat
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Empat asam lemak yang berperan penting pada krustase yaitu linoleic (18:2 n-6), linolenic (18:3 n-3), eicosapentanoid (EPA) (20:5 n-3) dan docosahexanoic (DHA) (22:6 n-3). Kebutuhan lemak bervariasi tergantung dari habitat, suhu, jaringan, siklus hidup dan fase molting (Shiau 1998). Kecernaan karbohidrat berkisar 80-90% namun bisa berbeda karena sumber atau derajat gelatinisasinya setelah diproses (Cousin et al.1996).
Aplikasi Bakteri sebagai Probiotik pada Akuakultur
Penelitian penggunaan probiotik dalam hewan akuatik meningkat seiring dengan permintaan akuakultur yang ramah lingkungan (Gateouspe 1999). Definisi probiotik menurut Verschuere et al. (2000) yaitu mikrob hidup yang memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap inang dengan cara meningkatkan penggunaan pakan dan nilai nutriennya, meningkatkan respon imun inang terhadap penyakit atau meningkatkan kualitas lingkungan. Menurut Fuller (1992), probiotik merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikrob hidup yang diberikan sebagai suplemen dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan. Seiring perkembangan teknologi probiotik didefinisikan sebagai sediaan sel bakteri atau komponen dari sel
6
bakteri lain yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan inangnya (Salminen et al. 1999). Menurut Irianto (2003), pada dasarnya ada 3 model kerja probiotik yaitu: menekan populasi bakteri melalui kompetisi dengan memproduksi senyawasenyawa antimikrob atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum, merubah metabolisme bakteri dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas enzim, dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag. Sementara Verschuere et al. (2000) menjabarkan beberapa kemungkinan model kerja probiotik yaitu: produksi senyawa penghambat, kompetisi senyawa kimia atau ketersediaan energi, kompetisi tempat penempelan, peningkatan respon imun, perbaikan kualitas air, interaksi dengan fitoplankton, sumber makro dan mikronutrien, dan memproduksi enzim untuk membantu pencernaan makanan. Pada ikan Salmon Atlantik dan Rainbow trout yang diberi pakan dengan penambahan bakteri probiotik Carnobacterium sp. dengan konsentrasi 5 x 1010 sel/kg pakan, isolat dapat hidup dengan baik di saluran pencernaan ikan tersebut. Setelah 14 hari dilakukan uji tantang dengan bakteri Aeromonas salmonicida, Yersinia ruckeri, Vibrio ordalii dan Vibrioa anguillarum hasilnya menunjukkan efektivitas pengurangan penyakit yang disebabkan bakteri patogen tersebut kecuali Vibrio anguillarum (Robertson et al. 2000).
Beberapa imunostimulan seperti
glukan, lipopolisakarida dan peptidoglikan telah dilaporkan mampu menstimulasi fungsi selular pada udang (Gullian et al. 2004). Selain itu pengaruh probiotik sebagai pakan tambahan yang mampu meningkatkan imun terhadap bakteri patogen Vibrio sp. dan WSSV juga telah dilakukan (Itami et al. 1998; Gullian et al. 2004). Penambahan bakteri probiotik pada ikan air tawar juga telah dilakukan pada ikan gurame dengan penambahan bakteri Bacillus sp. namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap pertumbuhan walaupun berbeda nyata dengan kontrol. Dosis yang dipakai adalah 1,0 x 109; 1,5 x 109; 2,0 x 109; 2,5 x 109; 3,0 x 109 CFU/100g pakan dan kontrol. Hasil penelitian Murni (2004) menunjukkan bahwa penambahan probiotik Bacillus sp. dalam pakan buatan dapat meningkatkan kecernaan, efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan gurame dengan dosis optimal 10 ml/kg pakan dan kepadatan bakteri 4,2 x 104 CFU/ml. Manfaat
7
penambahan yaitu meningkatkan nilai pakan, kontribusi enzim dalam saluran pencernaan, menghambat bakteri patogen, anti mutan gen dan anti karsinogen, menunjang pertumbuhan dan meningkatkan respon imun (Mohanty et al. 1993; 1996; Sharma and Bhukhar 2000; Veschuere et al. 2000; Spanggard et al. 2001; Ziaei Nejad et al. 2006; Wang et al. 2005; Wang and Xu 2006; Wang 2007). Bakteri remedian (Bacillus sp.) telah dimanfaatkan pada pemeliharaan larva udang windu dan memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan karena bakteri dan enzim yang dihasilkannya akan ikut termakan dan membantu proses pencernaan dalam saluran pencernaan udang (Handayani et al. 2000). Peningkatan kualitas air juga dapat dilakukan dengan penambahan probiotik. Baru-baru ini juga dilaporkan bahwa penggunaan probiotik komersial dalam tambak vaname dapat menurunkan konsentrasi nitrogen dan fosfor (Wang et al. 2005).
Enzim pencernaan
Enzim adalah protein yang disintesis didalam sel dan dikeluarkan dari sel penghasilnya melalui proses eksositosis.
Enzim pencernaan yang diekresikan
dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas dan mukosa usus.
Aktivitas enzim sangat erat kaitannya dengan
perkembangan sistem pencernaan (Walford & Lam 1993). Sel-sel mukosa lambung menghasilkan enzim protease dengan aktivitas proteolitik optimal pada pH rendah. Cairan pankreas banyak mengandung tripsin yaitu suatu protease yang aktivitasnya optimal sedikit di bawah alkalis, di samping itu cairan ini juga mengandung amilase, maltase dan lipase. Aktivitas enzim pencernaan meningkat dengan meningkatnya umur larva karena organ penghasil enzim juga semakin sempurna. Haryati (2002) menjelaskan bahwa aktivitas enzim pepsin, tripsin, lipase, dan amilase meningkat sejalan dengan dengan peningkatan umur dan ukuran tubuh pada ikan bandeng.
Peningkatan
terbesar yaitu pada saat larva berumur 10 hari, sedangkan aktivitas enzim tripsin terjadi pada umur 15 hari. Sampai umur 30 hari aktivitas enzim pepsin belum tercapai, karena itu pakan buatan baru dapat diberikan pada umur 15 hari.
8
Aktivitas enzim lipase telah diteliti oleh Borlongan (1990).
Organ
pencernaan utama yang mensekresikan lipase adalah usus, pankreas dan pilorik kaeka.
Ikan yang mendapatkan pakan berupa diatom dan uniseluler
dengan
kandungan lemak kasar 1,98% mempunyai aktivitas lipase yang lebih tinggi pada organ utama yang mensekresi enzim tersebut dibandingkan dengan yang diberi pakan alga hijau berfilamen dengan kandungan lemak kasar 0,98%. Ikan bandeng secara efektif dapat beradaptasi terhadap tingkat lemak dalam pakan.
Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas enzim berkorelasi dengan komposisi pakan yang dikonsumsi. Aktivitas enzim udang vaname telah diteliti oleh Wang (2008) dimana pada stadia larva aktivitas protease vaname tidak berbeda antara yang diberikan pakan dengan probiotik atau tanpa penambahan probiotik, namun pada stadia postlarva 12 dan 7-8 aktivitas proteasenya paling tinggi dan berbeda dengan udang yang diberikan pakan tanpa penambahan probiotik.
Penambahan probiotik juga
memberikan pengaruh terhadap aktivitas amilase dibandingkan udang yang diberikan makanan tanpa probiotik begitupun dengan aktivitas lipase udang vaname. Enzim amilase, protease dan lipase mempengaruhi pencernaan makanan di usus anterior. Protease yang disebut juga endopeptidase merupakan kelompok enzim pencernaan udang yang bertanggung jawab lebih dari 60% dari kecernaan total protein dalam udang (Galgani et al. 1984, 1985; Tsai et al 1986). Protease merupakan enzim yang paling banyak berperan dalam hidrolisis protein. Sedangkan dalam hidrolisis karbohidrat adalah amilase seperti yang ditunjukkan ikan mas (Zonneveld et al. 1991).
Keberadaan enzim dalam pakan akan
meningkatkan daya cerna bahan makanan. Penelitian yang dilakukan Lemos et al. 2000 tentang derajat hidrolisis pakan udang penaeid dengan sumber protein yang terdiri dari: tepung ikan menhaden, tepung kedelai, tepung limbah tuna, tepung ikan putih dan tepung langostilla dengan ekstrak enzim pencernaan udang pada konsentrasi 1 ml/10 g pakan menghasilkan derajat hidrolisis protein berkisar dari 23,20 sampai 33,99%. Aktivitas tripsin dan kemotripsin Litopenaeus vannamei lebih tinggi pada udang yang diberikan protein kualitas rendah (tepung menhaden B) dibandingkan dengan pakan lainnya.
9
Penelitian Aslamyah (2006) menunjukkan bahwa bakteri Carnobacterium sp. mampu menghidrolisis karbohidrat pakan sebesar 20,00 sampai 57,87 mg pada jumlah inokulum 1010 CFU/ml dan 20,00 sampai 58,13 mg pada jumlah inokulum 1012 CFU/ml dan bakteri tersebut berperan dalam fungsi fisiologis saluran pencernaan dengan menyumbangkan enzim protease, lipase dan amilase endogen masing - masing sebesar 41,33; 36,12 dan 22,51%
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan tahap isolasi dan seleksi bakteri kandidat probiotik yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai bulan November 2008 sampai Februari 2009. Tahap selanjutnya yaitu pemeliharaan udang vaname dilakukan di Balai Layanan Usaha Produksi Budidaya (BLUPPB) Karawang Jawa Barat dari bulan Juli sampai September 2009. Setelah pemeliharaan selanjutnya dilakukan analisa enzim di Laboratorium Bakteriologi, Pusat Antar Universitas (PAU), IPB dan analisa kecernaan serta analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Prosedur Penelitian Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik Sumber inokulum didapat dari isi saluran pencernaan udang vaname fase dewasa dengan ukuran rata-rata 10-15 g yang dilakukan dengan cara mengeluarkan saluran pencernaan udang.
Saluran pencernaan ditimbang dan
diukur panjangnya kemudian digerus dan diencerkan. pencernaan diencerkan dengan
Setiap 1g saluran
9 ml larutan fisiologis (NaCl 0,85%) steril.
Sampel hasil pengenceran kemudian ditumbuhkan pada media seawater complete (SWC) yang dibuat dari 1,25 g bakto pepton, 0,25 g yeast ekstrak, 750 ml air laut, 250 ml akuades dan 3 ml gliserol.
Sebagai sumber energi untuk bakteri
proteolitik, lipolitik dan amilolitik masing-masing digunakan susu (kasein), minyak zaitun dan tepung kanji (pati). Kultur cair bakteri dilakukan dalam suasana aerob pada suhu 29°C selama 20-24 jam.
Kultur selanjutnya diencerkan sampai 10-7 dan kemudian
ditumbuhkan kembali pada media SWC yang telah ditambahkan sumber energi. Kultur dibuat duplo dan kemudian diinkubasi pada suhu 29°C selama 20-24 jam.
11
Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik Seleksi probiotik dilakukan dengan mengamati bakteri yang mampu menghidrolisis kasein, pati dan lemak (Lampiran 1). Tahap seleksi bakteri untuk mendapatkan kandidat probiotik terdiri dari : 1. Uji Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik Pengujian ini bertujuan untuk mengukur besarnya kemampuan aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik dari masing masing isolat yang diuji melalui uji hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat (Lampiran 1).
Aktivitas protease
ditandai dengan zona bening di sekeliling isolat yang ditumbuhkan pada media agar sedangkan isolat yang tidak mampu menghidrolisis protein tidak terbentuk zona di sekitar isolat. Hasil aktivitas lipase ditandai dengan adanya warna hijau terang pada isolat yang ditumbuhkan dan aktivitas amilase ditandai dengan warna sekeliling isolat menjadi kuning cerah sedangkan isolat yang tidak mampu menghidrolisis karbohidrat warna sekeliling isolat gelap. 2. Uji Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu Kemampuan bakteri untuk bertahan dalam lambung yang berpH rendah dan saluran pencernaan yang ber-pH basa diuji dengan ketahanan asam lambung dan garam empedu. Metode ini mengacu pada Ngatirah et al. (2000) yaitu dengan menginokulasikan 1 ml isolat bakteri ke dalam satu seri tabung yang berisi 9 ml larutan media steril dengan pH 2,5 (diatur dengan penambahan HCL) dan pH 7,5 (diatur dengan penambahan NaOH) dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 29°C. Selanjutnya sel bakteri yang tumbuh dihitung dengan metode hitungan cawan setiap 2 jam selama 8 jam. Ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu ditentukan oleh selisih jumlah koloni antara kontrol dan perlakuan. Semakin kecil selisihnya maka semakin tahan terhadap asam lambung dan garam empedu. 3. Uji Pertumbuhan Bakteri Pencapaian fase ekponensial bakteri dapat ditentukan dengan fase pertumbuhan bakteri. Persiapan kultur dilakukan dengan cara menginokulasikan 0,1 ml isolat bakteri ke dalam 10 ml media kultur cair dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29°C. Sediaan ini disebut kultur segar yang kemudian diambil 1% dan diinokulasikan ke dalam media kultur steril 90 ml dan diinkubasi kembali
12
pada suhu 29°C. Pertumbuhan bakteri diamati setiap 2 jam dengan mengukur nilai
kerapatan
atau
optical
density
(OD)
dengan
menggunakan
alat
spektrofotometer dengan panjang gelombang 620 nm (Hadioetomo 1990). 4. Uji Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri kandidat probiotik dalam menghambat bakteri patogen. Bakteri patogen yang digunakan adalah Vibrio harveyi. Pertama dilakukan kultur cair bakteri patogen dan setiap kandidat probiotik. Selanjutnya dari kultur cair diambil 0,1 ml dan ditambahkan 0,9 ml larutan fisiologis steril. disebar di cawan.
Untuk bakteri patogen diambil 0,1ml dan kemudian
Kertas saring steril dicelupkan pada suspensi kandidat
probiotik dan diletakkan di atas media padat SWC yang telah disebar dengan V.harveyi. Biakan bakteri ini diinkubasi pada suhu 29°C selama 24 jam dan diamati zona bening sebagai hasil bahwa kandidat probiotik dapat menghambat V. harveyi. 5. Uji Penempelan Uji ini mengacu pada metode berdasarkan Dewanti & Wong (1993) yang menggunakan lempeng baja. Terlebih dahulu lempeng baja disterilkan dengan cara direndam dalam larutan deterjen yang dipanaskan sampai mencapai suhu 40 45°C selama 24 jam, kemudian lempeng baja dibilas dengan air panas 40 - 50°C sampai bersih lalu dikeringanginkan, selanjutnya diautoklaf pada suhu 121°C selama 20 menit. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan lempeng baja di dalam erlenmeyer 1 L dengan posisi berdiri. Erlenmeyer sebelumnya telah diisi dengan 250 ml SWC steril dan telah diinokulasi 1 ml kultur segar bakteri. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan ditempatkan dalam shaker selama 24 jam pada suhu 29°C. Setelah 24 jam lempeng baja dibilas dengan larutan buffer fosfat (BF). Kemudian permukaan lempeng diseka secara merata dengan menggunakan swab. Swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml BF dan divortex selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengenceran serial dan dihitung populasi bakteri dengan metode hitungan cawan. Jumlah bakteri yang tumbuh pada media dalam erlenmeyer juga dihitung dengan cara mengambil 1 ml cairan dari media tumbuh dan diencerkan dengan 9
13
mL buffer Fosfat. Selanjutnya dilakukan penghitungan populasi bakteri yang tumbuh dengan metode hitung cawan. Bakteri yang mampu membentuk biofilm dengan baik akan mampu menempel pada substrat yaitu usus. 6. Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik Uji patogenisitas dilakukan untuk melihat apakah bakteri yang diberikan bersifat patogen atau tidak terhadap udang.
Uji ini dilakukan dengan cara
menyuntikkan bakteri kandidat probiotik secara intramuskular dengan konsentrasi 106 CFU/ml sebanyak 0,1 ml/ekor. Udang dipelihara selama 7 hari dan diamati kelangsungan hidupnya setiap hari.
Pada akhir pemeliharaan tingkat
kelangsungan hidup udang dihitung dan dibandingkan dengan kontrol yakni udang yang disuntik dengan larutan fisiologis. Kandidat probiotik yang akan digunakan adalah bakteri yang tidak bersifat patogen yang tidak menyebabkan udang sakit dan mati pada saat uji patogenitas ini.
Uji Pakan Percobaan pada Udang Vaname Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial (Tabel 1) dan ditambahkan kandidat probiotik. Sebelum dicampurkan ke dalam pakan dilakukan kultur cair bakteri kandidat probiotik yang ditempatkan dalam shaker dengan suhu 29°C dengan kecepatan 180 rpm dan dilakukan pemanenan sesuai waktu pencapaian fase eksponensial. Hasil kultur bakteri yang didapat dipindahkan ke dalam tabung ulir dan disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Hasil endapan bakteri probiotik inilah yang dicampurkan ke dalam pakan. Probiotik sebanyak 10g/kg (Wang et al. 2007) ditambahkan ke dalam pakan dengan cara disemprotkan secara merata menggunakan spuit dengan menambahkan 2% kuning telur. Tabel 1. Komposisi proksimat pakan komersil yang digunakan Komposisi Proksimat Protein Lemak Serat Abu Air
Kandungan (%) 32% 5% 4% 15% 11%
14
Komposisi : Fish meal, shrimp meal, squid meal, soybean meal, wheat flour, soy lecithin, squid oil, fish oil, immune stimulant, vitamin, mineral, anti mold and anti oksidant Sumber : Luxindo 39 3A Pakan yang diberikan pada percobaan ini terdiri dari : A: Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase (isolat M2) B:
Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil lipase (isolat Z3)
C: Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease (isolat K9) D: Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase, lipase dan protease (S3) E: Pakan komersial yang tidak ditambahkan probiotik Selanjutnya pakan ini diberikan pada udang selama percobaan pemeliharaan untuk selanjutnya dilakukan : 1. Uji Pertumbuhan Pemeliharaan udang dilakukan pada wadah plastik ukuran 90L sebanyak 15 buah (Gambar 1). Bagian samping ditutup plastik warna hitam dengan tujuan untuk menurunkan intensitas cahaya sesuai dengan sifat udang yang aktif pada malam hari (nokturnal). Sebelum digunakan, semua peralatan diberi desinfektan dengan kaporit. Wadah plastik diisi air yang berasal dari tambak udang dengan ketinggian 70%. Air dari tambak disaring terlebih dahulu dan diberi desinfektan dengan kaporit 30 ppm kemudian dinetralkan dengan Na-thiosulfat 10 ppm dan diaerasi tinggi.
Air disterilkan selama 3 hari dan pada hari keempat udang
dimasukkan ke dalam wadah plastik.
Gambar 1. Tempat pemeliharaan udang dan tandon air
15
Udang dengan bobot rata-rata 8,35 ± 0.16 g dan panjang 10,14 ± 0,21cm ditebar dengan kepadatan 30 ekor per wadah. Pemeliharaan udang dilakukan selama 60 hari dan diberi pakan satiation sebanyak lima kali sehari, yaitu pukul 06.00, 10.00, 14.00, 18.00 dan 21.00. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5 % dari bobot tubuh udang dan selanjutnya disesuaikan dengan pertambahan bobot tubuh udang vaname. Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebanyak 10% dan penyiponan dilakukan setiap pagi hari untuk membersihkan sisa pakan dan feses. Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan ditimbang dan dicatat untuk menghitung efisiensi pakan.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan udang
dilakukan sampling setiap 10 hari sekali. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan meliputi salinitas, pH, suhu, dissolve oksigen (DO) dan amoniak.
Untuk uji pertumbuhan ini dianalisis beberapa
parameter yaitu : 1. Laju pertumbuhan relatif udang Laju pertumbuhan relatif dihitung menggunakan rumus menurut Takeuchi (1988) yaitu: PR = Wt-Wo x 100% Wo Dimana : Wo = Bobot ikan awal (g) Wt = Bobot ikan akhir (g) PR = Pertumbuhan relatif 2. Konversi Pakan (KP) Konversi pakan dihitung berdasarkan rumus menurut Takeuchi (1988) yaitu : KP =
F x 100% (Wt +Wd ) - Wo
Dimana : KP = Konversi pakan (%) Wo = Bobot rata rata ikan uji pada awal penelitian (g) Wt
= Bobot rata rata ikan uji pada waktu t (g)
Wd
= Bobot udang yang mati selama penelitian (g)
F
= Bobot pakan yang dikonsumsi selama penelitian
16
3. Retensi Protein Retensi
protein
dapat diketahui dengan melakukan analisis proksimat
kadar protein (Lampiran 2) terhadap pakan, serta tubuh udang awal dan akhir penelitian. Rumus yang dipakai berdasarkan Takeuchi (1988) : RP
=
Pt-Po x 100 Pe
Dimana : RP
= Retensi protein (%)
Po
= bobot protein dalam tubuh ikan pada waktu 0 (g)
Pt
= bobot protein dalam tubuh ikan pada waktu t (g)
Pe
= bobot protein yang dikonsumsi ikan (g)
4. Populasi bakteri Populasi bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan udang dan feses udang vaname dihitung pada awal dan akhir percobaan dengan metode hitungan cawan. Hal ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan populasi setelah diberikan pakan uji. Sampel saluran percernaan udang dan feses digerus secara terpisah dan setiap 1 g saluran pencernaan diencerkan dengan 9 ml larutan fisiologis steril. Kemudian hasil pengenceran ditumbuhkan pada media agar padat. 5. Tingkat kelangsungan hidup Tingkat kelangsungan hidup diamati setiap periode pengamatan 10 hari sampai akhir penelitian dan penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997) : S
=
Nt x 100 No Dimana : S = Derajat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah udang uji pada akhir penelitian ( ekor ) No = Jumlah udang uji pada awal penelitian ( ekor ) 6. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan dihitung dengan cara menimbang jumlah pakan awal sebelum diberikan ke udang dan setelah pemberian pakan, pakan kembali
17
ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi udang setiap hari selama masa pemeliharaan. 2. Uji Daya Cerna Pakan Pengujian daya cerna pakan dilakukan secara terpisah dari uji pertumbuhan. Pakan yang akan digunakan dihaluskan menjadi serbuk dan ditambahkan 0,6 % Cr2O3 sebagai indikator kecernaan dan CMC sebesar 20 g/kg pakan sebagai perekat (Watanabe 1988).
Selanjutnya pakan serbuk dibuat pelet lagi dan
dikeringkan. Pakan diberikan pada udang selama seminggu dan pada hari ketujuh dilakukan pengumpulan feses udang dengan cara menyipon akuarium dengan selang kecil dan ditampung dalam ember. Selanjutnya disaring dan feses yang terkumpul ditempatkan pada botol film untuk selanjutnya dianalisa (Lampiran 3). Feses yang terkumpul dikeringkan dalam oven bersuhu 110°C selama 4-6 jam. Selanjutnya dilakukan analisa kandungan Cr2O3 terhadap feses yang sudah dikeringkan (Lampiran 4). Nilai kecernaan dihitung berdasarkan Takeuchi (1988) : Kecernaan protein (%) = 1-(a’/a )/(b’/b) x 100 Kecernaan Total (%) = 1-(a’/a) x 100 Keterangan : a = % Cr2O3 dalam pakan a’ = % Cr2O3 dalam feses b’ = % protein dalam feses b = % protein dalam pakan 3. Uji Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan Uji aktivitas enzim dilakukan pada saluran pencernaan udang di akhir penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari penambahan probiotik pada pakan yang diberikan dibandingkan kontrol. Udang diambil sebanyak 6 ekor dari setiap akuarium kemudian dibedah untuk diambil saluran pencernaannya. Preparasi ekstrak enzim saluran pencernaan udang ini dilakukan pada suhu 4°C. Saluran pencernaan udang kemudian dicuci dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas penghisap. Selanjutnya usus ditimbang dan dihomogenkan dengan menambahkan larutan buffer 10 ml. Setelah homogen lalu disentrifuse selama 20 menit pada 1200 rpm untuk mendapatkan supernatan
18
yang akan digunakan pada pengujian selanjutnya yaitu aktivitas enzim (Lampiran 3). Analisis Data Data hasil isolasi dan seleksi bakteri kandidat probiotik serta aktivitas enzim saluran pencernaan udang dianalisa secara deskriptif sedangkan data hasil uji pertumbuhan dan kecernaan dianalisa secara statistika.
Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan analisa ragam dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie 1993).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik dari Saluran Pencernaan Udang Hasil isolasi bakteri kandidat probiotik dari saluran pencernaan udang didapat total sebanyak 30 isolat bakteri untuk diseleksi lebih lanjut. Isolat bakteri ini diambil berdasarkan koloni yang berbeda. Morfologi koloni isolat bakteri yang didapat adalah bulat sedang, tidak beraturan, warna krem; bulat besar menipis ke pinggir, tepian bergerigi, warna krem; bulat melebar, tepi berserabut, warna bening; bulat, menipis ke tepi, warna bening.
Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik 1. Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik Hasil uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik terhadap bakteri kandidat probiotik disajikan pada Gambar 2.
Hasil uji aktivitas proteolitik
ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni isolat, aktivitas lipolitik ditunjukkan dengan adanya warna hijau di sekeliling koloni isolat dan aktivitas amilolitik ditandai zona kuning bening di daerah isolat yang ditumbuhkan.
aktivitas proteolitik
aktivitas lipolitik
aktivitas amilolitik
Gambar 2 Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik. Hasil pengukuran luas diameter hasil aktivitas disajikan pada Gambar 3 dan Lampiran 5. Dari hasil pengukuran diameter hidrolisis protease didapatkan tiga isolat dengan diameter tertinggi sebesar 20 mm yaitu K9, K19 dan Z1. Isolat yang mampu menghidrolisis lipase paling tinggi yaitu isolat Z5 dengan diameter 12 mm disusul Z3 diameter 9 mm dan isolat yang mampu menghidrolisis amilase paling tinggi yaitu M1 dan M2 dengan diameter 15 mm. Isolat-isolat tersebut selanjutnya diuji lanjut berdasarkan tahapan seleksi bakteri probiotik. Adanya kemampuan menghidrolisis protease, lipase dan amilase ini menunjukkan bahwa
20
isolat-isolat tersebut mampu memanfaatkan sumber energi yaitu kasein, lemak dan pati yang ditambahkan pada media menjadi sumber karbon.
Gambar 3 Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik. 2. Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu Toleransi terhadap asam merupakan salah satu syarat penting suatu isolat untuk dijadikan kandidat probiotik. Hasil dari pengujian ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu disajikan pada Gambar 4, Gambar 5 dan Lampiran 6
Gambar 4 Selisih log (CFU/ml) antara jumlah isolat pada pH 2,5 dengan pH normal setiap periode pengamatan.
21
Gambar 5 Selisih log (CFU/ml) antara jumlah isolat pada pH 7,5 dengan pH normal. Hasil pengujian terhadap asam lambung menunjukkan bahwa isolat S3 dan K9 memiliki selisih terkecil yang berarti lebih tahan terhadap pH asam lambung dibandingkan isolat lainnya. Isolat harus tahan terhadap pH asam lambung untuk mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan. Apabila sel bakteri terpapar pada kondisi yang sangat asam maka membran sel dapat mengalami kerusakan dan berakibat pada hilangnya komponen-komponen intraseluler seperti Mg, K dan lemak dari sel tersebut.
Pada akhirnya kerusakan ini dapat mengakibatkan
kematian sel (Bender & Marquis 1987). Hasil pengujian terhadap garam empedu menunjukkan bahwa isolat K9 merupakan isolat yang paling mampu beradaptasi karena selisih log populasinya paling kecil diantara semua isolat. 3. Fase Pertumbuhan Bakteri Hasil pengamatan nilai kerapatan optik Optical Density ditunjukkan pada Gambar 6 dan Lampiran 7. Dari kurva pertumbuhan terlihat bahwa setiap isolat memiliki pertumbuhan yang bervariasi. Hasil pengamatan nilai kerapatan optik didapatkan rata‐rata akhir eksponensial dengan jumlah sel tertinggi terjadi pada jam ke 16 dan 18. Waktu tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar pemanenan sel bakteri.
22
Gambar 6 Kurva nilai kerapatan optik (Optical Density).
23
4. Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen Hasil uji aktivitas antagonistik ditunjukkan pada Gambar 7. Isolat bakteri kandidat probiotik rata-rata memiliki daya hambat terhadap bakteri patogen yaitu V.harveyi dimana aktivitas ini ditandai dengan adanya zona hambat di sekeliling isolat yang ditanam.
Gambar 7 Aktivitas antagonistik bakteri kandidat probiotik terhadap V. harveyi. Hasil pengukuran zona hambat isolat kandidat probiotik disajikan pada Gambar 8 dan Lampiran 8. Kandidat probiotik diharapkan mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Hal ini dapat terjadi karena kandidat yang mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen mampu menghasilkan antibakteri. Pemilihan probiotik salah satu kriterianya berdasarkan kemampuannya memiliki aktivitas antagonistik dimana pada penelitian ini ditujukan untuk bakteri patogen udang yatu Vibrio harveyi.
Gambar 8 Diameter zona hambat bakteri kandidat probiotik terhadap V.harveyi.
24
Dari hasil uji aktivitas antagonistik didapatkan hasil bahwa bakteri kandidat probiotik rata-rata mampu menekan pertumbuhan V.harveyi. Zona hambat terbaik dihasilkan oleh isolat S2 dengan diameter 13 mm namun ada satu isolat yang tidak mampu menghambat bakteri patogen yaitu isolat bakteri Z10. 5. Penempelan Bakteri Kandidat Probiotik Faktor penempelan atau adherence factor merupakan faktor yang dimiliki oleh bakteri untuk menempel dan membentuk biofilm pada permukaan padat (Characklis 1990).
Hal yang mempengaruhi sifat penempelan bakteri pada
permukaan padat adalah sifat hidrofobisitas antar sel bakteri, jarak antar sel dan adanya reseptor pada sel inang (Zita & Hermannson 1997). Uji penempelan terhadap kandidat probiotik memberikan hasil yang berbeda pada setiap kandidat probiotik seperti ditunjukkan pada Gambar 9 dan Lampiran 9. Untuk kandidat probiotik terpilih (Z3, K9, S3 dan M2) menunjukkan adanya kemampuan menempel pada substrat. Isolat K9 memiliki jumlah koloni 14.000 koloni /mm2 yang artinya isolat ini mampu menempel dengan baik.
Gambar 9 Hasil uji penempelan bakteri kandidat probiotik pada lempeng baja. 6. Aktivitas Patogenisitas Hasil yang didapat dari uji patogenisitas membuktikan bahwa kandidat probiotik yang terpilih (M2, Z3, K9 dan S3) tidak bersifat patogen. Hal ini
25
dibuktikan dari hasil kelangsungan hidup udang 100 % . Udang yang disuntik dengan isolat bakteri kandidat probiotik mampu bertahan hidup selama masa uji dan kondisi tubuhnya tidak ada perbedaan dengan udang kontrol atau yang disuntik dengan larutan fisiologis. Dengan hasil ini maka kandidat probiotik dapat diaplikasikan sebagai probiotik pada penambahan pakan yang akan diberikan pada udang. Pakan Percobaan Udang vaname 1. Pertumbuhan Udang Hasil
uji pertumbuhan disajikan pada Tabel 2 yang meliputi beberapa
parameter yang dianalisis.
Pemberian pakan yang ditambahkan kandidat
probiotik yang memiliki aktivitas enzim memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap
pertumbuhan
udang
vaname
dibandingkan
dengan
pertumbuhan udang yang diberikan pakan kontrol atau tanpa penambahan probiotik. Tabel 2 Pertumbuhan relatif (PR), kelangsungan hidup (SR), konversi pakan (KP), retensi protein (RP), kecernaan total (KT) dan kecernaan protein (KP’) udang vaname Perlakuan (jenis bakteri)
Parameter M2
Z3
K9
S3
Kontrol
PR (%)
71,2±8,9bc
63,3±2,9b
91,1±0,01d
79,5±0,04c
48,9±0,04a
SR(%)
95,56 ± 0,57a
96,67 ± 0,57a
98,02 ± 0,5a
100,0 ± 0,00a
81,11 ± 4,04a
KP(%)
2,16±0,112a
2,21±0,15a
1,83±0,09b
1,83±0,036b
2,29±0,083a
RP(%)
37,12±2,22bc
32,87±3,21b
46,97±3,27d
39,78±2,02c
23,38±1,96a
KT (%)
72,97±1,80 a b
76,16±2,33 cd
75,61±1,54 bc
78,55±0,76 d
71,78±1,98 a
KP’(%)
76,34±2,03bc
76,75±2,64cd
79,93±1,37d
79,27±1,03d
73,36±1,36a
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda pada garis yang sama menunjukkan perbedaan antar perlakuan. Hasil terbaik pertumbuhan udang vaname ditunjukkan oleh perlakuan K9 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki aktivitas enzim protease dan selanjutnya perlakuan S3 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki aktivitas protease, lipase dan amilase. Hasil pertumbuhan
26
udang vaname pada kedua perlakuan ini lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya (Lampiran 10 dan Lampiran 11). Hal ini diduga karena dengan kecernaan protein yang tinggi
yaitu 79,93%±1,37 (Lampiran 12) sehingga mampu
meningkatkan retensi protein sebesar 46,97%±3,27 (Lampiran 13 dan Lampiran 14). Perlakuan K9 juga menunjukkan hasil konversi pakan yang baik yaitu 1,83±0,09 (Lampiran 15) yang berarti bahwa pakan yang dibutuhkan untuk menjadikan kg daging sebesar 1,83 kg dan ini lebih efektif dalam penggunaan protein baik sebagai sumber energi atau sebagai zat pembangun tubuh sehingga protein yang tidak tercerna dan keluar dalam bentuk sisa metabolisme dapat dikurangi. Kelangsungan hidup selama pemeliharaan udang vaname menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan dengan kontrol (Lampiran 16). Selama pemeliharaan salinitas air 15‰ sesuai dengan kondisi di tambak udang, DO berkisar di 5,0‐6,8 dan amoniak berkisar di 0,01‐0,02 dan pH berkisar pada 7,5‐7,9 (Lampiran 17). 3. Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan Hasil uji aktivitas enzim saluran pencernaan udang disajikan pada Tabel 3 dan Lampiran 18. Dari hasil analisis aktivitas enzim pada saluran pencernaan udang didapatkan aktivitas enzim protease, lipase dan amilase saluran udang yang sejalan dengan kemampuan bakteri dalam menghidrolisis protein, lemak dan karbohidrat pada uji in vitro.
Sehingga bakteri yang mampu menghidrolisis
protein, lemak dan karbohidrat ini pada saat ditambahkan ke dalam pakan mampu menyumbangkan enzim eksogenous pada udang vaname. Tabel 3 Aktivitas enzim protease, lipase, amilase dan populasi bakteri (PB) Perlakuan (jenis bakteri) Parameter Protease (UA/menit) Lipase (µmol AL/menit) Amilase (UA/ menit) PB (Log cfu/g)
M2
Z3
K9
S3
Kontrol
0,0892
0,0975
0,1157
0,1742
0,0182
1,565
157,165
33,985
131,255
22,255
0,0022
0,0028
0,0063
0,0348
0,0134
7,14±0,019 b
7,86±0,16 b
7,96±0,33 b
7,96±0,63 b
6,07±0,05 a
27
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda pada garis yang sama menunjukkan perbedaan antar perlakuan. Penambahan probiotik pada pakan komersial terhadap udang uji juga memberikan pengaruh yang nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan udang uji (Tabel 3 dan Lampiran 19). Hal ini memacu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan. Ini dibuktikan dengan populasi bakteri yang lebih tinggi pada saluran pencernaan udang uji pada perlakuan M2, Z3, K9 dan S3 dibandingkan kontrol. Peningkatan populasi bakteri sejalan dengan aktivitas enzim protease, lipase dan amilase pada saluran pencernaan udang vaname. Pembahasan Seleksi probiotik dari saluran pencernaan udang vaname menghasilkan kandidat probiotik yang mampu mensekresikan enzim yaitu enzim protease (K9), enzim lipase (Z3) dan enzim amilase (M2) ataupun ketiga enzim baik protease, lipase dan amilase (S3). Isolat K9 sebagai bakteri proteolitik yaitu bakteri yang mampu mensekresikan enzim protease yang akan merombak protein menjadi asam amino. Isolat Z3 sebagai
bakteri lipolitik yaitu bakteri yang mampu
mensekresikan enzim lipase yang akan mencerna trigliserida dan menghasilkan asam lemak rantai panjang dan gliserol. Sedangkan isolat M2 sebagai bakteri amilolitik yaitu bakteri yang mampu mensekresikan enzim amilase yang akan mendegradasi pati menjadi maltosa dan glukosa yang kemudian diangkut ke dalam sitoplasma sel dan digunakan sebagai sumber karbon dan energi. Syarat lain suatu bakteri dapat dijadikan kandidat probiotik adalah mampu bertahan pada paparan pH asam dan basa dengan selisih log populasi yang kecil antara pH normal dengan pH asam dan pH normal dengan pH basa. Hal ini sangat penting karena bakteri probiotik harus mampu untuk bertahan pada pH asam lambung dan setelah itu probiotik akan akan berhadapan dengan garam empedu yang ber-pH basa. Bakteri yang mampu bertahan pada pH rendah atau asam dinyatakan bersifat asam atau resisten terhadap asam lambung dan yang berhasil bertahan pada pH basa dinyatakan resisten terhadap garam empedu (Chou & Weimer 1999). Keempat bakteri kandidat probiotik yang terpilih rata-rata
28
memiliki ketahanan terhadap pH asam dan basa dan tetap hidup sampai akhir pengamatan 8 jam. Hal ini diduga karena isolat diseleksi dari saluran pencernaan yang sudah beradaptasi dengan kondisi asam lambung dan garam empedu pada saluran pencernaan. Peran lainnya yang harus dimiliki suatu bakteri untuk dapat dijadikan kandidat bakteri probiotik yaitu mampu menghasilkan senyawa antibakteri yaitu peptida yang disintesis dalam ribosom sehingga menghambat perkembangan bakteri patogen khususnya V.harveyi yang banyak terdapat pada saluran pencernaan udang vaname dan mampu menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Supaya mampu hidup dan berkembang dengan baik pada saluran pencernaan maka kandidat probiotik harus mempunyai kemampuan menempel sehingga mampu mengkolonisasi substrat dengan baik. Apabila tidak mampu mengkolonisasi maka bakteri probiotik akan terlepas oleh konstraksi usus (Havenaar et al. 1992). Kandidat probiotik yang terpilih memiliki jumlah koloni yang relatif tinggi menempel pada substrat. Penambahan probiotik pada pakan komersial terhadap udang uji juga memberikan pengaruh yang nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan udang uji. Ini dibuktikan dengan populasi bakteri yang lebih tinggi pada saluran pencernaan udang uji pada perlakuan M2, Z3, K9 dan S3 dibandingkan kontrol. Hal ini memacu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan (Ziaei-Nejad et al. 2006). Peningkatan populasi bakteri sejalan dengan aktivitas enzim protease, lipase dan amilase pada saluran pencernaan udang vaname.
Dari hasil aktivitas enzim terlihat bahwa enzim
protease yang membantu penyederhanaan protein menjadi asam amino memiliki preferensi yang lebih besar digunakan sebagai energi oleh udang dibandingkan dengan enzim lipase atau enzim amilase sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan. Penambahan probiotik ke dalam pakan komersial juga memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan udang vaname.
Perlakuan K9 yaitu
29
udang yang diberikan pakan komersial yang ditambah probiotik penghasil enzim protease menghasilkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan hal ini didukung dengan retensi protein yang tinggi serta kecernaan protein yang tinggi. Kecernaan yang tinggi menyebabkan protein dan energi nutrien pakan yang dapat diserap udang lebih tinggi sehingga energi akan lebih banyak tersimpan untuk pertumbuhan. Kecernaan pakan meningkat dengan adanya penambahan probiotik dalam pakan dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan probiotik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Handayani et al. (2000) bahwa bakteri pengurai yang ikut termakan akan membantu proses pencernaan dalam saluran pencernaan udang karena bakteri ini mampu memproduksi
enzim
protease,
amilase
serta
lipase
dan
meningkatkan
keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Enzim‐enzim khusus yang dimiliki oleh bakteri ini sangat membantu dalam pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan udang. Pertumbuhan yang baik pada perlakuan K9 juga didukung dengan hasil uji in vitro bahwa isolat K9 paling besar mensekresikan enzim protease dengan diameter hidrolisa mencapai 20 mm, populasi bakteri yang menempel pada saluran pencernaan lebih banyak dibandingkan isolat lainnya dan tahan terhadap kondisi asam dan basa saluran pencernaan. Sehingga isolat K9 berkembang dengan baik pada saluran pencernaan udang dan mampu menyumbangkan enzim protease yang mendukung pertumbuhan udang vaname. Enzim protease yang disebut juga endopeptidase merupakan kelompok enzim yang paling penting pada udang karena peranannya lebih dari 60% pada pencernaan udang (Galgani et al. 1984; Tsai et al. 1986). Udang vaname memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk memanfaatkan protein sebagai sumber energi dibandingkan karbohidrat dan lemak. Sebagaimana diketahui bahwa udang vaname membutuhkan protein yang tinggi dibandingkan ikan tawar dan protein berperan sebagai zat pembangun tubuh (Watanabe 1988). Perlakuan K9 memiliki nilai retensi protein yang paling tinggi dengan konversi pakan yang
30
baik yang artinya dengan jumlah konsumsi pakan yang sama (Lampiran 20) udang perlakuan K9 lebih mampu memanfaatkan protein pakan sehingga protein yang keluar dalam bentuk amoniak akan berkurang dan hal ini berdampak baik bagi lingkungan. Selain itu dengan nilai konversi pakan yang jauh lebih rendah dibandingkan kontrol maka hal ini sangat menguntungkan bagi usaha budidaya udang. Dari hasil penelitian ini kelangsungan hidup udang uji memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan.
Hal ini diakibatkan oleh kuantitas
serta kualitas pakan yang diberikan cukup untuk mempertahankan kebutuhan pokok udang serta lingkungan yang terjaga dengan baik selama pemeliharaan.
KESIMPULAN Dari saluran pencernaan udang vaname diperoleh 4 isolat potensial bakteri kandidat probiotik penghasil enzim protease (K9), lipase (Z3), amilase (M2) dan menghasilkan enzim protease, lipase dan amilase (S3). Penambahan probiotik K9 pada pakan mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan udang sehingga probiotik K9 berpotensi untuk dijadikan probiotik komersial.
SARAN Dari hasil penelitian ini maka disarankan penggunaan probiotik K9 dalam pakan udang sehingga meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname.
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama DM, Dominy WG, Lawrence AL. 1992. Penaeid shrimp nutrition. in : Marine shrimp culture: Principles and Practise (ads A. W. fast and L. J. Lester). pp.535-566. Elsevier science, New York. Arellano CF. Olmos SJ. 2002. Thermostable 1-4 and 1-6 glucosidase enzymes from Bacillus sp isolated from a marine environment. World J microbial, Biotechnology 18, 791-795. Aslamyah S. 2006. Penggunaan mikroflora saluran pencernaan sebagai probiotik untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bairagi A, Ghosh KS, Sen SK, Ray AK. 2002. Enzyme producing bacterial flora isolated from fish digestive tracts. Aquaculture International 10 : 109-121. Bender GR, Marquis RE. 1987. Membrane ATP ases and acid tolerance of Actinomyces viscosus and Lactobacillus casei. Appl Environ Microbiol 53:2124-2128. Bergmeyer HU, Grassi M. 1983. Methods of Enzymatic Analysis. Volume ke-2. Weinheim: Verlag Chemie. Borlongan TG. 1990. Studies on the lipases of milkfish Chanos-chanos. Aquaculture 89:315-325. Brock JA, Main KL. 1994. A Guide to the common problems and diseases of cultured Penaeus vannamei. 242 pp. World Aquaculture Society, Baton Rouge. Los Angeles, USA. Characklis WG. 1990. Biofilm processes. Jon Willey and Sons. Inc Clark DJ, Lawrence AL, Swakon DHD. 1993. Apparent chitin digestibility in penaeid shrimp. Aquaculture, 109(1)51-57. Cho CY, Slingr Y, Baylay HS. 1982. Bioenergenetic of salmon fishes energetic intake, expenditure and productivity. Comp Biochemistry physiology 73B(1): 25-41. Chou LZ, Weimer B. 1999. Isolation and characterization of acid and bile tolerant isolates from strain of L. Acidophilus. Dairy science 82:23-31
33
Cousin M, Cuzon GM, Guillaume J. 1996. Digestibility of starch in Penaeus vannamei: in vivo and in vitro study on eight sample of various origin. Aquaculture, 147:(3-4)261-73. Cotteau P, Camara MR, Sorgeloos P. 1996. The effect of different level and source of dietary phospatydilcholine on the growth, survival, stress resistance, and fatty acid composition of postlarval Penaeus vannamei. Aquaculture, 147 (3-4) 261-73. Clarke RTJ, Bauchop T. 1977. Microbial Ecology of Gut. London. New York. San Fransisco : Academic Press. Das KM. Tripathy SD. 1991. Studies on the digestive enzymes of grass carp, Ctenopharingodon idella Val. Aquaculture 92: 11-21. Dewanti R, Wong ACL. 1995. Influence of culture conditions on biofilm formation by E.coli 157:H7. Food microbiology 67:456-456 Ding X et al. 2004. Effects of probiotics on growth and activities of digestive enzymes of Penaeus vannamei. J.Fish Sci. China 11, 580-584 Fuller R. 1989. Probiotics in man and animal. Microbiology 66 :365-378. Fuller R. Turvy A. 1971. Bacteria associated with the intestinal wall of the fowl (Gallus domesticus). Journal of Applied Bacteriology 34:617-622. Fuller R. 1992. Probiotics. The Scientific Basic. London, New York, Tokyo, Melbourne, Madras: Chapman and Hall. Gatesoupe, FJ. 1999. The use of probiotics in aquaculture. Aquaculture 180,147165. Galgani ML, Benyamin Y, Ceccaldi HJ. 1984. Identification of digestive proteinase of Penaeus kerathurus (Forskal) : a comparison and moult cycle. Comp. Biochem. Physiol.118A,1267-1271. Galgani ML, Benyamin Y, Van WA, 1985. Purification, properties and immunnoassays of trypsin from the shrimp Penaeus japonicus. Comp. Biochem. Physiol.81B,447-452. Gullian M, Thompson F, Rodriguez J. 2004. Selection of probiotic bacteria and study of their immunostimulatory effects in Penaeus vannamei. Aquaculture 233,1-14. Guillaume J. 1997. In Crustacean Nutrition (L.R.D’Abramo D. E. Cocklin and D.M Akiyama eds.p.26. World Aquaculture Society, Baton Rouge, LA.
34
Hadioetomo RS. 1990. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan I. Bogor. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Handayani R, Kokarkin C, Astuti SM. 2000. Pemanfaatan enzim bakteri remedian pada pemeliharaan larva udang windu. (Laporan Penelitian). Jepara : Balai Budidaya Air Payau. Haryati. 2002. Respon larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) terhadap pakan buatan dalam sistem pembenihan (disertasi). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Havenaar R, Brink BT, Huis JHJ. 1992. Selection of strain probiotics use. Chapman and Hall, London. Hoshino T et al. 1997. Isolated of Pseudomonas sp. of fish intestine excretion an active protease at low temperature. Lett. Applied Microbiology 25:70-72. Itami T et al. 1998. Enhancement of disease resistance of kuruma shrimp, Penaeus japonicus, after oral administration of peptidoglican derived from Bifidobacterium thermophilum. Aquaculture 164: 277-288. Irianto A, Austin B. 2003. Probiotic in aquaculture (Rev). Journal of Fish Disease 25, 633-642. Jankauskiene R. 2002. Bacterial Flora of Fishes from Aquaculture: The genus Lactobacillus. Institute of Ecology Akademijos 2, Vilnius 2600. Lithuania, e-mail:
[email protected]. http//www.hbu.Cas.C2-ResLim 2002-PRINT-151-154 pdf. Lemos D, Ezquerra JM, Garcia Carreno FL. 2000. Protein digestion in penaeid shrimp: digestive proteinase, proteinase inhibitors and feed digestibility . Aquaculture 186,89-105 Lester LJ, and Pante JR. 1992. Penaeidae Temperature and Salinity Responses. In : Marine Srimp Culture : Principle and Practise (eds Fast AW and Lester LJ.) pp.515-34. Elsevier, Amsterdam, Nedherlands. Mohanty SN, Swain SK, Tripathy SD. 1993. Growth and survival of rohu spawn fed on a liver basal diet. J. Inland Fish.Soc.India 25 (2),41-45. Mohanty SN, Swain SK, Tripathy SD. 1996. Rearing of Ctala (Catla catla Ham) spawn on formulated diets. J. Aquac. Trop.11, 253-258 Murni. 2004. Pengaruh penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. dalam pakan buatan terhadap aktivitas enzim pencernaan, efisiensi pakan dan
35
pertumbuhan ikan gurame. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Nakayama A, Yano Y, Yoshida K. 1994. New method for isolating barophiles from intestinal content of deep-sea fishes retrieved from abyssal zone. Applied and Enviromental Microbiology. 60 (11):4210-4212. Opuszynski K, Shireman JV. 1994. Herbivorous Fishes, Culture and Use for Weed Management. Florida. London, Tokyo: Cooperation with USFWS National Fisheries Research Centre Gainesville, CRC Press Boca Raton Ann Arbor. Robertson L, Lawrence AL, Castile F. 1993. Interaction of salinity and feed protein level on growth of Penaeus vannamei. Journal of Applied aquaculture, 2 (1)43-54. Robertson PAW et al. 2000. Use of carnobacterium sp. as a probiotic for atlantic salmon (Salmo salar L.) and rainbow trout (Oncorhynchus mykiss, Walbaum). Aquaculture .185:235-243. Sugita H, Miyajima C, Deguchi Y. 1991. The vitamin B12-producing ability of the intestinal microflora of freshwater fish. Aquaculture.165: 269280. Sugita H, Hirose Y, matsuo N, Deguchi Y. 1998. Production of the antibacterial substance by bacillus species strain NM12, an intestinal bacterium of Japanese coastal fish. Aquaculture 165: 269-280 Parker RB.
1974. Probiotics, the other half of the antibiotic story. Animal Nutrition and Health 29:4-8.
Salminen S, Ouwehand A, Benno Y, Lee YK. 1999. Probiotics: how should they be defined. Trend Food Science Technology. 10,107-110. Sharma OP, Bhukhar SKS. 2000. Effect of aquazyn-TM-1000, a probiotic on the water quality and growth, nutrien utilization and carcass composition in mrigal fry. J. Aquaculture. 4. 29-35. Shiau SY. 1998. Nutrient requirement of penaied shrimp. Aquaculture 164(14)77-93. Spanggaard S, Huber I, Nielsen J, Nielsen T, Appel KF, Gram L. 2000. The mikroflora of rainbow trout intestinal: a comparison of traditional and molecular identification. Aquaculture 182:1-15. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama. 748 hal.
36
Sumere, S. Umiyati, Endhay K, Kontara. 1987. Teknik Pembuatan Pakan Udang. INFIS manual Seri No. 50: 1 – 18 pp. Takeuchi T. 1988. Laboratory Work, Chemical Evaluation of Dietary Nutrients. Di dalam : Watanabe T, Editor. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo: department of Aquatic Biosciences, University of Fisheries. Hlm 179-288. Tsai IH, Chuang KL, Chuang JL. 1986. Chymotrypsins in digestive tracts of crustacean decapods (shrimps). Comp. Biochem. Pysiol. 85, 235240. Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Vertraete W. 2000. Probiotics bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiol. Mol. Biol. Rev.64,655-671. Walford JT, Lam TJ. 1993. Development of digestive tract and proteolytic enzyme activity in seabass Lates calcalifer larvae and juveniles. Aquaculture 109:187-205 Wang YB. 2007. Effect of probiotics on growth performance and digestive enzyme activity of the shrimp Penaeus vannamei. Aquaculture 269: 259-264. Wang YB, Xu ZR, 2006. Efects of probiotics for common carp (Cyprinus carpio) based on growth performance and digestive enzyme activities. Anim. Feed Scie. Technol. 127, 283-293. Wang YB, Xu ZR, Xia MS. 2005. The effectiveness of commercial probiotics in northern white shrimp (Penaeus vannamei L.) Pond. Fish . Sci. 71,1034-1039. Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Marineculture. JICA texkbook the general aquaculture course. Tokyo. Department of Aquatic Biosciences .Tokyo University of Fisheries Xue XM et al.1999. Characterization of cellulase activity in the digestive system of the redclaw crayfish (Cherax quadricarinatus). Aquaculture .180:373-386. Zhou XX, Yan BW, Wei FL. 2008. Effect of probiotic on larvae shrimp (Penaeus vannamei) based on water quality, survival rate and digestive enzyme activities. Aquaculture. 287;349-353. Zonneveld N, Huisman AE, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta. PT. Gramedia
37
Ziaei SN et al. 2006. The effect of Bacillus spp. bacteria used as probiotics on digestive enzyme activity, survival and growth in the indian white shrimp Fenneropenaeus indicus. Aquaculture 252, 516-524. Zita A, Hermanson M. 1997. Effect of bacterial cells surface structure and hydrophocity on attachment to activated sludge flocs. Journal Appl and Environ. Microbiol 63: 1168-1170
LAMPIRAN
Lampiran 1 Prosedur uji hidrolisis Protein, lemak dan karbohidrat.
Hidrolisis Kasein 1. Media SWC steril yang telah dicampur susu skim 2% dituang pada cawan petri 2. Inokulasikan bakteri yang akan diuji dengan metode gores pada permukaan agar yang telah memadat, disebarluaskan seluas 0,5 cm 3. Cawan petri tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu 29°C selama 24-48 jam 4. Hasil hidrolisis kasein diamati, yaitu daerah jernih pada agar, sebaliknya apabila daerah koloni tetap keruh berarti tidak terjadi hidrolisis 5. Ukur diameter wilayah yang dihidrolisis,
Hidrolisis Lemak 1. Media SWC steril yang telah dicampur dengan minyak zaitun 2% dituang pada cawan steril 2. Inokulasikan bakteri yang akan diuji dengan metode gores pada permukaan agar yang telah memadat 3. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 29°C selama 24-48 jam 4. Amati hasil hidrolisis lemak tersebut, dengan menuangkan CuSO4 jenuh pada permukaan agar cawan, Bakteri yang mampu menghidrolisis lemak, di sekitar pertumbuhan koloninya terdapat warna hijau mengkilat, sedang di daerah lain tidak, 5. Ukur diameter wilayah yang dihidrolisis
Hidrolisis Pati 1. Media SWC steril yang telah dicampur dengan kanji 2% dituang pada cawan steril 2. Inokulasikan bakteri yang akan diuji dengan metode gores pada permukaan agar yang telah memadat 3. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 29 °C selama 24 - 48 jam 4. Amati hasil hidrolisis pati tersebut, dengan menuangkan reagen Kl pada permukaan agar cawan, Bakteri yang mampu menghidrolisis pati, di sekitar
39
pertumbuhan koloninya terdapat daerah jernih atau terang, sedang di daerah lain terdapat warna gelap, 5. Ukur diameter wilayah yang dihidrolisis
40
Lampiran 2 Prosedur analisa proksimat (Takeuchi 1988).
Prosedur analisa kadar air -
Cawan dipanaskan pada suhu 110° C selama 1 jam, kemudian didinginkan alam desikator selama 30 menit dan ditimbang (A)
-
Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan, kemudian ditimbang (B)
-
Cawan dan sample dipanaskan tanpa penutup pada suhu 110° C selama 2 jam kemudian didinginkan dalam desikator sampai suhu ruang dan ditimbang (C)
(B – C) Kadar Air (%) = ________ x 100 (B - A)
Prosedur analisis kadar abu -
Cawan dipanaskan pada suhu 600 °C selama 1 jam dalam muffle furnase, kemudian dibiarkan suhu muffle furnase turun dampai 110°C, selanjutnya cawan dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang (A)
-
Sampel ditimbang sebanyak 1 sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin kemudian ditimbang (B)
-
Cawan porselin dan sample dipanaskan dalam muffle furnase pada suhu 600° C selama 1 jam kemudian dibiarkan semalam
-
Cawan porselin dan sample dikeluarkan, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (C)
(B – C) Kadar Abu (%) = ________ x 100 (B - A)
41
Prosedur analisis kadar protein
1. Tahap Oksidasi - Bahan ditimbang sebanyak 0,5 g (A) - Masukkan bahan, katalis, H2SO4 pekat 10 ml ke dalam labu kjedahl - Labu kjedahl dipanaskan pada suhu 400°C sehingga terjadi perubahan warna menjadi hijau bening, didinginkan dan diencerkan sampai 100 ml 2. Tahap Destruktif - 5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan ke dalam labu destilasi - Tambahkan 10 ml NaOH 0,05 N - Masukkan H2SO4 0,05 N sebanyak 10 ml ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes MnSO4 , dekstruksi selama 10 menit 3. Tahap titrasi - Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N - Catat hasil titran - Lakukan prosedur yang sama terhadap blanko
Kadar Protein = 0,0007 x 6,25 x (ml blanko- ml titran) x 20 x 100% A Prosedur analisis lemak -
Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 110° C selama 1 jam setelah itu didinginkan selama 30 menit dalam desikator kemudian timbang,
- Sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung filter kemudian ditutup dengan lapisan tipis dari katon abrorbent dan dikeringkan dalam oven pada suhu 90 sampai 100 °C selama 2-3 jam -
Tempatkan tabung filter di
dalam ruang ekstraksi dari alat soxhlet dan
hubungkan dengan kondensor labu ekstraksi yang telah diisi dengan 100 ml petroleum ether sebelumnya panaskan ether pada labu ekstraksi dalam water bath pada suhu 60 -70 °C selama 16 jam - panaskan labu ekstraksi pada suhu 100 C kemudian ditimbang (B) ( B-A ) - Kadar Lemak (%) = ______________________ x 100 Berat sampel
42
Prosedur analisis serat kasar - Kertas filter dipanaskan dalam oven pada suhu 110° C kemudian didinginkan di desikator selama 15 menit, - Cawan porselin dipanaskan pada suhu 550° C selama 1 jam di dalam muffle furnase, kemudian biarkan sampai suhu muffle furnase turun sampai 110° C kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit - Sample ditimbang sebanyak 1-2 gram, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 200 ml H2SO4 1,25 % panas dan 1 ml iso-amyl alcohol sebagai agen antifoam - Hubungkan labu dengan kondensor, dididihkan 30 menit ,labu diputar secara periodic agar bahan tidak mengendap - Labu dipindakan dan cairan disaring kemudian dicuci 3 kali dengan 40-50 ml air panas - Residu yang terdapat dalam filter dipindahkan ke dalam labu orijinal yang berisi air panas dan ditambahkan 50 ml NaOH 5% panas dan iso amyl alcohol lalu diencerkan dengan 200 ml air panas - Selanjutnya labu dididihkan dan disaring kembali dengan filter fiber nilon kemudian dicuci sebanyak 5 kali berturut turut dengan 40 sampai 50 ml air panas - Residu yang terdapat pada filter dipindahkan dalam kertas filter dan dicuci dengan air tambahkan 15 ml alcohol dan 10 ml ether, Selanjutnya dikeringkan pada suhu 110° C sampai tercapai bobot konstan - Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselin dipanaskan dalam muffle furnase pada suhu 550°C selama 1 jam atau sampai beratnya konstan kemudian didinginkan Berat yang hilang selama pembakaran - Kadar serat kasar (%) = ___________________________________ x 100 Berat Sampel Prosedur analisis karbohidrat -
200 mg/0,2 gram sample ditambah dengan 0,7 N HCL 20 ml kemudian dihidrolisis selama 2,5 jam dalam water bath
43
- Selanjutnya dipindahkan ke labu ukur 100 ml dan dinetralkan dengan 1 N NaOH (dengan indicator phenol red) - Protein diendapkan dengan cara menambahkan 5 ml ZnSO4 5% dan 5 ml Ba(OH)2 0,3 N - Tambahkan akuades sampai volume 100 ml dan saring dengan kertas saring - Filtrat yang dihasilkan dipipet 2 ml dan ditambah 2 ml reagent nelson sampai berubah warna biru tua - Tambahkan akuades sampai volume 25 ml , tunggu 25 menit supaya bereaksi - baca absorbansi pada panjang gelombang 500 nm Pereaksi Cu++ Larutan A
: 12 g / Na tartrat ditambahkan 24 g a 2CO3 dilarutkan dengan air hingga 60 ml dan ditambahkan 40 ml CuSO 10% dan 16 g NaHCO3 ke dalam larutan tersebut, diencerkan dengan air suling sampai 250 ml
Larutan B
: dilarutkan 180 g Na2SO4 dalam air panas, kemudian dididihkan
Pereaksi Nelson Larutan A
: 25 g Amonium Molibdat (NH)2 NO2O24, 4H2O dalam 450 ml air ditambahkan 21 ml H2SO4 (p)
Larutan B
: 3 g NaHSO ke dalam 25 ml air dicampurkan larutan A dan B sampai 1 L
Pembuatan standar : Timbang 0,0625 g dextrose dan larutkan dalam air 200 ml ( konsentrasi standar menjadi 250 ppm), Pipet 0, 5, 10, 15 dan 20 ml larutan standar perlakuan sama dengan sample, yaitu ditambahkan pereaksi Cu++ dan Nelson
Perhitungan = {[(Abs sample/Abs standar rata-rata) x (100 ml Vol akhir/bobot sampel)]X 100%} /106
44
Lampiran 3 Prosedur analisa Cr2O3 pakan dan feses. a. Penambahan cromium oksida (Cr2O3) dalam pakan
Pakan dalam bentuk tepung dicampur merata dengan Cr2O3sebanyak 0,5-1% dari jumlah pakan,
CMC sebanyak 20 g/kg pakan disiram dengan air panas dan diaduk sampai kental, lalu ditambahkan dalam pakan sambil diaduk sampai merata,
Kemudian pakan dicetak menjadi bentuk pellet dan dikeringkan,
Pemberian pakan + Cr2O3 dilakukan selama 15 hari dan koleksi feces dimulai pada hari ke 7,
b. Prosedur analisis cromium oksida (Cr2O3)
Larutan asam perklorat sebanyak 3 ml ditambahkan ke dalam labu kjeldahl, feses ditimbang sebanyak 0,1-0,2 g dalam berat kering dan ditambahkan 5,0 ml larutan asam nitrat (specific gravity 1,42), kemudian dipanaskan perlahan-lahan selama 30 menit sampai volume larutan 1,0 ml,
Larutan
didinginkan,
setelah
dingin
larutan
diaduk
untuk
menghancurkan feses, kemudian tambahkan 3,0 ml asam perklorit (70%),
Selanjutnya larutan didestruksi (untuk menghancurkan logam-logam) dengan cara memanaskan larutan dengan suhu tidak terlalu panas ± 80 O
C selama 10 menit sampai kelihatan uap putih dan larutan berganti
warna dari hijau menjadi kuning atau orange,
Larutan didinginkan dan diencerkan dengan akuades sampai 100 ml, kemudian didiamkan selama beberapa menit pada suhu ruang,
Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 350 nm, Y = 0,2089X + 0,0032 Dimana : Y = Absorbsi X = Cr2O3 mg/100 ml
45
Perhitungan nilai kecernaan berdasarkan rumus Takeuchi (1988), yaitu : Kecernaan total= 100 x (1 – a’/a) Kecernaan nutrien = 100 x (1-a/a’ x b/b’) Keterangan : a’ = indikator Cr2O3dalam feses (%) a = indikator Cr2O3dalam pakan (%) b’ = nutrien dalam feses (%) b
= nutrien dalam pakan (%)
46
Lampiran 4 Prosedur analisis aktivitas enzim. Amilase Substrat usus diambil sebanyak 1 ml, Tahap selanjutnya dengan melakukan prosedur seperti di bawah ini : Sumber: (Bergmeyer dan Grassi,1983) Perlakuan
Blanko (ml)
Standar (ml)
Sampel (ml)
- Soluble starch dalam
1,0
1,0
1,0
-
1,0
-
1,0
-
1,0
-
-
-
buffer sitrat pH 5,7 - Maltosa standar - Ekstrak enzim - Akuades
Dikocok dan diinkubasi dalam shaker water bath pada suhu 32 C selama 30 menit DNS
3,0
3,0
3,0
Panaskan pada suhu 100 C selama 10 menit Diencerkan dengan akuades sampai volume tertentu atau tergantung kepekatan warna Didiamkan beberapa menit pada suhu ruang , kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm
Ppm ______ 360,32
X
1 ____ 30
X 100 = Unit/menit/ml
Lipase - Substrat lipase stabil ( minyak zaitun 1,5 ml ditambah 1,5 ml Tris-HCL 0,1 sebagai buffer dengan pH 8 - Kemudian ditambahkan 1,0 ml ekstrak enzim - Campuran dihomogenkan dan diinkubasi selama 6 jam pada suhu 37° C - Reaksi dihentikan dengan menambah 3 ml etil alkohol 95% - Titrasi sample dengan NaOH 0,01 N dengan menggunakan Thymopthalein 0,9% (w/v) dalam etanol sebagai indicator - Prosedur yang sama dilakukan terhadap blanko - Satu unit aktivase lipase didefinisikan sebagai volume NaOH 0,05 N yang dibutuhkan untuk menetralisir asam lemak yang dilepaskan selama 6 jam inkubasi dengan substrat, setelah dikoreksi dengan blanko
47
Protease Substrat usus diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan 0,2 ml CaCl2 2 mmol/L, Tahap selanjutnya dengan melakukan prosedur seperti di bawah ini :
Perlakuan
Blanko (ml)
Standar (ml)
Sampel (ml)
- Buffer borat (0,01 M, pH 8,0)
1,0
1,0
1,0
- Substrat kasein (20 mg/ml pH 8,0
1,0
1,0
1,0
- HCL ( 0,05 mg/ml )
0,2
0,2
0,2
- Enzim dalam CaCl2 (10 mmol/l)
-
-
0,2
- Tirosin standar (5 mmol/l)
-
0,2
-
- Akuades
0,2
-
-
Diinkubasi dalam shaker water bath pada suhu 37°C selama 10 menit - TCA (0,1 M)
3,0
3,0
3,0
- Akuades
-
-
0,2
- Enzim dalam CaCl2 (10 mmol/l
0,2
0,2
-
Didiamkan pada suhu 37°C selama 10 menit, selanjutnya sentrifuse dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit - Filtrat
1,5
1,5
1,5
- Na2CO3 (0,4 M)
5,0
5,0
5,0
- Folin ciocalteau
1,0
1,0
1,0
Diamkan pada suhu 37° C selama 20 menit, kemudian baca absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm
Rumus aktivitas protein OD sample – OD Blanko U/menit/ml = _______________________ x faktor pengenceran x T-1 OD Standar – OD Blanko Dimana U = Aktivitas enzim dalam international Unit per menit OD = Absorbansi T = Waktu (menit)
48
Lampiran 5 Luas zona hasil hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat isolat bakteri. Hasil hidrolisis (mm) No
Isolat
1
K19
20
2
Z3
13
3
M2
1
15
4
Z1
20
8
5
Z10
6
Z5
5
12
7
Z11
5
3
9
8
Z7
6
2
4
9
M1
1
10
S3
2
8
3
11
S2
13
9
3
12
K9
20
Protease
Lipase
Amilase 2
9
8
12
15
49
Lampiran 6 Uji Ketahanan Asam lambung. Jumlah Populasi Mikrob Periode Pengamatan NO
ISOLAT 2 normal
pH 2,5 7
1,1 x 10
6
4 pH 7,5 7
1,2 x 10
7
pH normal 1,4 x 107
1,2 x 10
pH 2,5
pH 7,5 7,
2,4 x 10
normal 7
6,6 x 10
8
pH 2,5 7
4,2 x 10
pH 7,5 7
5,8 x 10
7
pH normal 8,1 x 107
4,2 x 10
7
6,1 x 107
pH 2,5
pH 7,5
1
K19
1,3 x 10
2
Z3
2,5 x 107
2,1 x 107
2,4 x 107
2,8 x 107
2,1 x 107
2,5 x 107
3,6 x 107
2,8 x 107
3,4 x 107
4,8 x 107
3,5 x 107
3,8 x 107
3
M2
2,6 x 107
2,1 x 107
2,3 x 107
3,7 x 107
5,3 x 107
3,5 x 107
6,3 x 107
5,8 x 107
5,9 x 107
8,3 x 107
7,5 x 107
6,8 x 107
4
Z1
1,8 x 108
1,4 x 108
1,6 x 108
2,2 x 108
1,5 x 108
1,9 x 108
4,6 x 108
1,7 x 108
2,5 x 108
6,6 x 108
1,8 x 108
2,6 x 108
5
Z10
3,8 x 107
3,1 x 107
3,6 x 107
5,8 x 107
3,6 x 107
4,1 x 107
8,7 x 107
4,7x 107
6,1 x 107
9,6 x 107
4,9 x 107
6,3 x 107
6
Z5
4,9 x 107
4,3 x 107
4,6 x 107
6,7x 107
4,7 x 107
5,1 x 107
7,2 x 107
5,1 x 107
6,7 x 107
2,7 x 108
1,2 x 108
2,3 x 108
7
Z11
2,9 x 108
2,5 x 108
2,6 x 108
4,7 x 108
3,2 x 108
4,3 x 108
5,1 x 108
3,9 x 108
4,8 x 108
6,4 x 108
4,5 x 108
5,1 x 108
8
Z7
8,7 x 107
8,1 x 107
8,4 x 107
9,8 x 107
9,1 x 107
8,8 x 107
1,5 x 108
1,0 x 108
1,2 x 108
1,9 x 108
1,3 x 108
1,4 x 108
9
M1
5,5 x 107
5,0 x 107
5,1 x 107
7,5 x 107
5,3 x 107
6,8 x 107
8,7 x 107
5,7, x 107
7,8 x 107
9,7 x 107
6,9 x 107
8,1 x 107
10
S3
3,6 x 107
3,1 x 107
3,2 x 107
6,8 x 107
4,7 x 107
5,4 x 107
7,6 x 107
5,8 x 107
6,7 x 107
8,2 x 107
6,3 x 107
7,6 x 107
11
S2
5,7 x 107
3,3 x 107
5,3 x 107
9,4 x 107
5,6 x 107
7,4 x 107
1,7 x 108
9,7 x 107
1,2 x 108
1,7 x 108
1,2 x 108
1,7 x 108
12
K9
6,5 x 107
5,9 x 107
6,4 x 107
7,5 x 107
6,7 x 107
7,8 x 107
8,0 x 107
7,5x 107
7,5 x 107
9,1 x 107
7,3x 107
7,8 x 107
50
Lampiran 7 Data optical density bakteri selama 24 jam.
NO
OPTICAL DENSITY (CFU/mL) Periode pengamatan (Jam) ISOLAT 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
1
M1
0,453
0,659
0,724
0,872
1,009
1,186
1,28
1,32
1,378
1,409
1,233
1,208
0,906
2
K9
0,231
0,419
0,687
0,814
1,045
1,051
1,144
1,282
1,441
1,47
1,527
1,527
1,512
3
S2
0,221
0,451
0,625
0,982
1,129
1,394
1,398
1,381
1,415
1,523
1,552
1,562
1,569
4
K19
0,087
0,105
0,475
0,766
0,821
1,039
1,295
1,304
1,354
1,304
1,271
1,13
1,367
5
Z10
0,235
0,438
0,543
0,898
1,107
1,239
1,329
1,397
1,528
1,781
1,429
1,389
1,118
6
Z11
0,276
0,371
0,467
0,91
1,151
1,281
1,379
1,403
1,537
1,607
1,59
1,296
1,197
7
Z5
0,245
0,434
0,543
0,91
1,043
1,183
1,266
1,332
1,333
1,346
1,483
1,071
1,003
8
S3
0,225
0,436
0,585
0,794
0,939
1,155
1,158
1,343
1,483
1,507
1,503
1,501
1,542
9
M2
0,221
0,451
0,749
0,983
0,992
1,126
1,311
1,312
1,473
1,429
1,38
1,351
1,245
10
Z3
0,261
0,386
0,648
0,707
0,724
1,125
1,221
1,209
1,214
1,268
1,339
1,335
1,227
11
Z7
0,376
0,758
0,869
0,972
1,063
1,169
1,217
1,24
1,243
1,28
1,294
1,41
0,903
12
Z1
0,351
0,611
0,629
0,892
0,964
1,0892
1,247
1,557
1,654
1,663
1,689
1,531
1,022
51
Lampiran 8 Uji konfrontasi dan antagonistik bakteri. No
Isolat
Daya Hambat
Diameter zona hambat ( mm)
1
K19
+
10
2
Z3
+
8
3
M2
+
12
4
Z1
+
9
5
Z10
-
0
6
Z5
+
8
7
Z11
+
10
8
Z7
+
2
9
M1
+
10
10
S3
+
9
11
S2
+
13
12
K9
+
11
Lampiran 9 Data penempelan bakteri pada substrat. Isolat
Jumlah koloni yang menempel/mm2
K19
6,519
Z3
6,815
M2
3,852
Z1
8,000
Z10
7,704
Z5
4,444
Z11
4,148
Z7
4,444
M1
7,407
S3
10,370
S2
0,474
K9
1,422
52
Lampiran 10 Data bobot tubuh udang vaname selama pemeliharaan. Lama pemeliharaan (Hari) 0 10 20 30 40 50 60
PERLAKUAN A1 8,20 9,10 11,60 12,60 12,90 13,20 13,60
A2 A3 B1 B2 8,10 8,30 8,30 8,50 9,13 10,10 9,40 9,10 11,30 11,20 12,30 11,90 13,53 12,32 12,50 12,30 13,98 12,80 12,90 12,90 14,60 13,00 12,90 13,23 14,70 13,80 13,61 13,61
B3 8,20 9,10 11,40 12,00 12,80 13,12 13,60
C1 8,20 10,50 13,30 13,80 14,00 15,30 15,60
C2 8,40 10,20 13,60 13,90 14,30 15,70 16,10
C3 8,20 10,10 12,10 12,70 13,80 14,30 15,70
D1 8,40 10,10 11,70 12,60 13,50 14,67 15,30
D2 8,60 10,30 12,10 12,70 13,50 14,00 15,00
D3 8,30 9,60 12,30 12,80 13,20 14,24 15,10
E1 8,40 9,00 9,80 10,,2 11,20 11,80 12,80
E2 8,60 9,00 9,80 10,40 11,50 12,00 12,90
E3 8,60 8,90 9,60 10,20 11,10 11,70 12,40
53
Lampiran 11 Laju pertumbuhan relatif udang vaname selama pemeliharaan (60 hari)
SK Between groups Within groups Total
Perlakuan E B A D C Sig
Perlakuan
Pertumbuhan Relatif
A1 A2 A3 Rata-rata±SD B1 B2 B3 Rata-rata±SD C1 C2 C3 Rata-rata±SD D1 D2 D3 Rata-rata±SD E1 E2 E3 Rata-rata±SD
65,9 81,5 66,3 71,2±8,9 64,0 60,1 65,9 63,3±2,92 90,2 91,7 91,5 91,1±0,76 82,1 74,4 81,9 79,5±4,39 52,4 50,0 44,2 48,9±4,21
JK 3079,34
db 4
KT 769,8
251,162
10
25,116
3330,51
4
N 3 3 3 3 3
1 48,87a
Fhit 30,651
2 63,33b 71,23bc
1
0,82
3
sig 0,000
4
71,23cd 79,47c 0,72
91,13d 1
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan antar perlakuan
54
Lampiran 12 Kecernaan protein udang vaname. Perlakuan
Kecernaan protein(%)
A1 A2 A3 Rata-rata±SD B1 B2 B3 Rata-rata±SD C1 C2 C3 Rata-rata±SD D1 D2 D3 Rata-rata±SD E1 E2 E3 Rata-rata±SD
74,68 75,72 78,60 76,34±2,03 74,43 76,19 79,62 76,75±2,64 80,53 79,45 77,83 79,27±1,37 81,06 79,03 79,71 79,93±1,03 71,83 72,69 75,56 73,36±1,36
. SK Between groups Within groups Total
Perlakuan E A B C D sig
JK 82,29
db 4
KT 20,57
35,63
10
3,56
117,94
4
N 3 3 3 3 3
1 73,36a 76,33bc 76,74cd
0,06
Fhit 5,77
sig 0,011
2 76,33b 76,74c 79,27d 79,93d 0,054
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan antar perlak
55
Lampiran 13 Retensi protein udang vaname. Perlakuan
Retensi Protein (%)
A1 A2 A3 Rata-rata±SD
36,38 39,61 35,36 37,12±2,22
B1 B2 B3 Rata-rata±SD C1 C2 C3 Rata-rata±SD D1 D2 D3 Rata-rata±SD E1 E2 E3 Rata-rata±SD
29,93 32,21 36,46 32,87±3,21 43,57 50,10 47,23 46,97±3,27 40,62 37,47 41,25 39,78±2,02 24,59 24,42 21,12 23,38±1,96
SK Between groups Within groups Total
Perlakuan E B A D C Sig
JK 914,902
db 4
KT 228,725
69,093
10
6,905
983,994
4
N 3 3 3 3 3
1 23,3767a
2 32,8667b 37,1167bc
Fhit 33,104
3
sig 0,000
4
37,1167c 39,1700c 46,9667d
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan antar perlakuan
56
Lampiran 14 Perhitungan retensi protein udang vaname. Keterangan bobot udang
bobot udang
kadar protein
kadar protein
kadar protein
kadar protein
awal (gram)
akhir (gram)
tubuh awal (%)
tubuh awal (g)
tubuh akhir (%)
A1
8,20
14,10
16,41
134,56
A2
8,10
15,10
16,30
A3
8,30
14,10
B1
8,30
B2
Perlakuan
Konsumsi pakan
kadar protein
Protein yang
(g)
pakan (%)
dikonsumsi udang (g)
Retensi Protein (%)
tubuh akhir (g)
Protein yang disimpan dalam tubuh (%)
Protein yang disimpan dalam tubuh (g)
17,84
251,54
1,43
116,98
1005,00
32,00
321,60
36,38
132,03
17,39
262,59
1,09
130,56
1030,00
32,00
329,60
39,61
16,52
137,12
17,83
251,40
1,31
114,29
1010,00
32,00
323,20
35,36
13,90
16,90
140,27
17,12
237,97
0,22
97,70
1020,00
32,00
326,40
29,93
8,50
13,90
16,85
143,23
17,57
244,22
0,72
101,00
980,00
32,00
313,60
32,21
B3
8,20
14,00
16,64
136,45
17,83
249,62
1,19
113,17
970,00
32,00
310,40
36,46
C1
8,20
15,80
16,20
132,84
17,32
273,66
1,12
140,82
1010,00
32,00
323,20
43,57
C2
8,40
16,50
16,30
136,92
17,82
294,03
1,52
157,11
980,00
32,00
313,60
50,10
C3
8,20
16,20
16,90
138,58
18,07
292,73
1,17
154,15
1020,00
32,00
326,40
47,23
D1
8,40
16,00
16,50
138,60
17,42
278,72
0,92
140,12
1078,00
32,00
344,96
40,62
D2
8,60
15,50
16,60
142,76
17,41
269,86
0,81
127,10
1060,00
32,00
339,20
37,47
D3
8,30
15,60
16,70
138,61
17,82
277,99
1,12
139,38
1056,00
32,00
337,92
41,25
E1
8,40
13,20
16,20
136,08
16,45
217,14
0,25
81,06
1030,00
32,00
329,60
24,59
E2
8,60
13,30
16,50
141,90
16,78
223,17
0,28
81,27
1040,00
32,00
332,80
24,42
E3
8,60
12,90
16,30
140,18
16,42
211,82
0,12
71,64
1060,00
32,00
339,20
21,12
57
Lampiran 15 Konversi pakan udang vaname. Perlakuan
Konversi pakan (%)
A1 A2 A3 Rata-rata±SD B1 B2 B3 Rata-rata±SD C1 C2 C3 Rata-rata±SD D1 D2 D3 Rata-rata±SD E1 E2 E3 Rata-rata±SD
2,264 2,044 2,186 2,164±0,112 2,336 2,266 2,034 2,212±0,158 1,93 1,75 1,79 1,83±0,094 1,89 1,95 1,94 1,93±0,036 2,37 2,21 2,28 2,29±0,08
SK Between groups Within groups Total
Perlakuan C D A B E Sig
JK 0,461
db 4
KT 0,115
0,109
10
0,011
0,570
4
N 3 3 3 3 3
1 1,83a 1,93a
0,267
Fhit 10,565
sig 0,001
2 2,16b 2,21b 2,29b 0,184
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan antar perlakuan
58
Lampiran 16
Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (%) udang vaname selama pemeliharaan (60 hari).
Perlakuan
Jumlah Populasi awal (ekor)
Jumlah populasi akhir (ekor)
A B C D E
30,00 ± 0,00 30,00 ± 0,00 30,00 ± 0,00 30,00 ± 0,00 30,00 ± 0,00
28,67 ± 0,57 28,67 ± 0,57 29,67 ± 0,57 30,00 ± 0,00 24,33 ± 4,04
SK Between groups Within groups Total
JK 4,462
db 4
KT 1,116
22,331
10
2,231
26,773
4
Perlakuan A B C D E Sig
N 3 3 3 3 3 3
Tingkat Kelangsungan hidup (%) 95,56 ± 0,57 96,67 ± 0,57 98,02 ± 0,57 100,00 ± 0,00 81,11 ± 4,04
Fhit 0,500
sig 0,737
SR 95,56 95,56 95,56 96,67 96,67 0,418
Keterangan : (p<0,05) Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan antar perlakuan
59
Lampiran 17 Data kualitas air selama pemeliharaan udang vaname. PERLAKUAN A
Waktu ULANGAN 1
ULANGAN 2
ULANGAN 3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
NO2
NH3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
NO2
NH3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
NO2
NH3
Awal
15
25,6
6,46
7,92
110
0,002
0,000685
15
26
6
7,78
122
0,032
0,0006
15
26,6
6,73
7,97
122
0,032
0,022
Tengah
15
26,2
6,76
8,03
112
0,002
0,00097
15
26,2
6,97
8,07
130
0,047
0,0011
15
26
6,79
8,06
120
0,041
0,028
Akhir
15
26,3
5,19
7,75
164
0,013
0,02
15
26,3
6,5
7,84
176
0,014
0,023
15
26,3
6,5
7,99
162
0,015
0,042
NO2
NH3
Salinitas
Suhu
DO
NO2
NH3
PERLAKUAN B
Waktu ULANGAN 1 Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
ULANGAN 2 NO2
NH3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
ULANGAN 3 pH
Alkalinitas
Awal
15
25,7
6,2
7,86
120
0,02
0,015
15
26,3
5,31
7,73
122
0,015
0,453
15
26,2
5,9
7,82
110
0,04
0,0126
Tengah
15
26,2
6,6
7,92
124
0,023
0,0246
15
25,6
5,8
7,88
128
0,0018
0,408
15
25,9
6,7
8,06
118
0,04
0,0157
Akhir
15
26,3
5,09
7,8
178
0,017
0,029
15
26,3
4,04
7,7
186
0,015
0,0269
15
26,3
5,83
7,85
168
0,017
0,0234
PERLAKUAN C
Waktu ULANGAN 1
ULANGAN 2
ULANGAN 3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
NO2
NH3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
NO2
NH3
Salinitas
Suhu
DO
pH
Alkalinitas
NO2
NH3
Awal
15
25,9
6,24
7,73
120
0,031
0,00057
15
26
5,85
7,82
122
0,032
0,0154
15
25,9
6,18
7,77
110
0,034
0,000434
Tengah
15
25,9
6,6
8,04
122
0,038
0,0014
15
25,6
5,8
8,05
126
0,037
0,00096
15
26,2
6,7
7,89
122
0,039
0,000537
Akhir
15
26,3
4,43
7,54
150
0,016
0,025
15
26,3
5,04
8,16
156
0,016
0,038
15
26,3
5,77
7,4
170
0,02
0,0103
60
PERLAKUAN D
Waktu ULANGAN 1 Sal
Suhu
DO
pH
Alkal
ULANGAN 2 NO2
NH3
Sal
Suhu
DO
pH
ULANGAN 3 Alkal
NO2
NH3
Sal
Suhu
DO
pH
Alkal
NO2
NH3
Awal
15
25,5
6,02
7,73
120
0,032
0,352
15
26
5,87
7,76
123
0,031
0,0125
15
25,9
5,76
7,8
124
0,023
0,0122
Tengah
15
25,9
6
8,04
124
0,034
0,0269
15
26,2
6,64
8,05
136
0,036
0,026
15
25,9
5,76
7,86
148
0,029
0,0165
Akhir
15
26,3
4,48
7,5
182
0,017
0,0269
15
26,3
4,43
7,72
220
0,013
0,0275
15
26,3
4,68
7,56
202
0,018
0,0023
PERLAKUAN E
Waktu ULANGAN 1
ULANGAN 3
ULANGAN 2
Sal
Suhu
DO
pH
Alkal
NO2
NH3
Sal
Suhu
DO
pH
Alkal
NO2
NH3
Sal
Suhu
DO
pH
Alkal
NO2
NH3
Awal
15
25,4
5,86
7,9
123
0,0182
0,432
15
25,4
6,2
7,8
123
0,044
0,432
15
25,5
5,7
7,75
132
0,121
0,0158
Tengah
15
25,9
6,02
7,97
138
0,0068
0,483
15
25,7
6,5
8,07
140
0,07423
0,464
15
26
6,48
7,83
94
0,122
0,032
Akhir
15
26,3
4,11
7,4
184
0,016
0,0172
15
26,3
5,23
7,64
184
0,016
0,0195
15
26,3
5,93
7,45
184
0,016
0,0305
61
Lampiran 18 Aktivitas enzim amilase, lipase dan protease udang vaname. Perlakuan A B C D E
Aktivitas protease (UA/menit) 0,0892 0,0975 0,1157 0,1742 0,0182
Aktivitas amilase (UA/menit) 0,0022 0,0028 0,0063 0,0348 0,0134
Aktivitas lipase (µmolAL/menit) 1,570 157,17 33,990 131,26 22,260
Lampiran 19 Jumlah Populasi bakteri pada udang vaname. Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata B1 B2 B3 Rata-rata C1 C2 C3 Rata-rata D1 D2 D3 Rata-rata E1 E2 E3 Rata-rata
SK Between groups Within groups Total
Saluran pencernaan awal akhir 8
Feses awal
akhir
4,8 x 10 6,4 x 108 4,3 x 108
6,5 x 10 3,5 x 109 3,6 x 109
3,2 x 10 3,5 x 107 3,7 x 107
4,2 x 107 5,2 x 107 3,9 x 107
5,0x108±1,097
5,96x109±1,704
4,43x107±0,25
5,1x107±0,681
5,2 x 108 4,7 x 108 5,2 x 108
4,7 x 109 6,7 x 109 6,5 x 109
4,2 x 107 4,3 x 107 4,8 x 107
4,9 x 107 4,8 x 107 5,6 x 107
5,0x 108±0,2
5,96 x 109±1,1
4,43 x 107±0,3
5,1 x 107±0,4
6,7 x 108 3,9 x 108 4,8 x 108
3,5 x 1010 6,5 x 1010 5,4 x 1010
3,2 x 107 3,5 x 107 3,6 x 107
6,2 x 107 5,2 x 107 5,7 x 107
5,13 x 108±1,3
5,13 x 1010±1,5
3,4 x 107±0,1
5,7 x 107±0,5
8
9
5,4 x 10 3,6 x 108 4,8 x 108
7,5 x 10 6,4 x 1010 7,3 x 1010
3,7 x 10 3,1 x 107 3,4 x 107
6,2 x 107 5,8 x 107 4,2 x 107
4,6 x 108±0,9
7,1 x 1010±0,5
3,6 x 107±0,3
5,4 x 107±0,8
8
10
7
9
7
7
4,4 x 10 5,4 x108 3,7 x 108
5,6 x 10 4,6 x 109 5,6 x 109
3,2 x 10 3,3 x 107 3,5 x 107
3,7 x 107 5,2 x 107 4,2 x 107
4,5 x 108±0,8
5,23 x 109±0,5
3,33x 107±0,1
4,4 x 107±0,7
JK 8,092
db 4
KT 2,023
1,093
10
0,109
9,184
14
Fhit 18,51
sig 0,008
62
Perlakuan E A B C D Sig
N 3 3 3 3 3
1 6,0667a
2 7,670b 7,860b 7,963b 7,966b 0,714
1,000
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan antar perlakuan (p<0,05)
Lampiran 20
Jumlah pakan yang dikonsumsi udang vaname selama pemeliharaan (60 hari). Perlakuan
Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)
A1 A2 A3 Rata-rata±SD B1 B2 B3 Rata-rata±SD C1 C2 C3 Rata-rata±SD D1 D2 D3 Rata-rata±SD E1 E2 E3 Rata-rata±SD
1005,00 1030,00 1010,00 1015,00±13,23
1030,00 1040,00 970,00 1013,33±37,86
1040,00 980,00 1010,00 1010,00±30,00
1015,00 1005,00 1032,00 1017,33±13,65
1010,00 1005,00 1010,00 1008,33±2,89
63