Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
PENGARUH APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN UDANG Litopenaeus vannamei Erna Afri Nengsih Biologi/Pasca Sarjana Biologi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Jl. Bioteknologi No.1 USU
[email protected]
Abstark Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuan udang Litopenaeus vannamei. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dalam memperbaiki kualitas air dalam budidaya udang serta mengetahui pengaruh pemberian probiotik teradap pertumbuan Litopenaeus vannamei. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan yaitu perlakuan probiotik 0.1, 0.3, 0.5 g serta tanpa pemberian probiotik (kontrol). Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Temperatur, pH, total bacteri, DO, ammonia, salinitas, alkalinitas dan Vibrio diukur setiap harinya. Sedangkan bobot dan sintasan hidup udang diukur pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik 0.3 dan 0.5 g meningkat dengan sintasan hidup sebesar 82.66% dan 70.66%, sedangkan berat 8.89 g dan 7.71 g, selain itu menurunkan total vibro sebesar 510 sel/ml dan ammonia 0.015 mg/l. Kata kunci : Litopenaeus vannamei, kualitas air, probiotik, sintasan.
EFFECT OF APPLICATION OF PROBIOTICS ON OF WATER QUALITY AND SHRIMP Litopenaeus vannamei AND GROWTH ABSTRACT A study on effect of probiotic on water quality and growth of shrimp Litopenaeus vannamei has been conducted. The purpose of this study was to determine the effect of probiotic in improving water quality in shrimp farming and in the growth of Litopenaeus vannamei. Probiotic treatments were 0.1, 0.3, 0.5 g and control (no probiotic). Each treatment was repeated three times. Temperature, pH, bacterial cell, DO, ammonia and salinity, alkalinity, Vibrio were measured daily, while weight and survival rate of shrimp were measured the end of study. The result showed that probotic treatment of 0.3 g and 0.5 g increased the survival rate by 82.66% and 70.66%, while shrimp weight increased by 8.89 g and 7.71 g, sespectively. The treatment reduce vibrio cell by 510 cell/ml and ammonia by 0.015 mg/l. Keywords: Litopenaeus vannamei, probiotics, , survival, water quality.
Pendahuluan
hampir 80% berasal dari family Penaeidaea. Pada awal perkembangan budidaya udang di Indonesia ialah Penaeus monodon (Jumbo Tiger Prawn) dan Penaeus marquensis. Serangan penyakit dan penurunan kualitas air sehingga menyebabkan produksi udang terus menurun.
Udang merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi, selain itu udang juga merupakan salah satu ekspor perikanan Indonesia yang telah memberikan devisa yang cukup besar bagi negara. Indonesia merupakan salah satu Negara pengekspor udang terpenting di dunia di samping Cina, Thailand, India Vietnam dan beberapa Negara Amerika Latin (FAO, 2006). Jenis udang yang dikembangkan di Indonesia
Tahun 2000 para pengusaha mulai beralih pada jenis Litopenaneus vannamei karena dianggap lebih tahan terhadap serangan penyakit dan sistem budidaya yang
11
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
dikembangkan lebih kepada sistem semiintensif dan intensif. Puncak keberhasilan budidaya udang Litopenaneus vannamei pada tahun 2005, dengan peningkatan produksi tiga kali lipat (Rangkuti, 2007).
Kabupaten Serdang Bedagai. Bibit yang digunakan pada penelitian ini pada stadia post larva 10 (PL 10) artinya pemiliharan 10 hari pada stadia post larva), sebelum dilakukan panen terlebih dahulu dilakukan scoring/stress test.
Keberhasilan ini juga tidak berlangsung lama karena beberapa tahun ini pun produksi tidak stabil dan cenderung menurun meskipun tidak drastis. Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi pengekspor udang dengan luas area tambak seluas 20.000 ha namun sekitar tahun 2005-2006 pernah mengalami kegagalan ekspor ke Eropa. Hal ini disebabkan produk udang yang mengandung residu antibiotik nitrofurans, kloramfenikol, malachite green, dan bakteri Vibrio parahaemolyticus (Kusman, 2007).
Desain penelitian Penelitian ini menggunakan tank fiber sebagai wadah budidaya dengan tonase air sebanyak 500 L, pemilihan penggunaan tank fiber ini diharapkan menggambarkan kondisi pada areal tambak. Padat tebar bibit yang dimasukkan pada tank fiber 100 ekor/500 L dengan 3 kali ulangan pada masing-masing perlakuan. Dengan gambaran sebagai berikut ; Kontrol : padat tebar udang 100 ekor/500 L tanpa pemberian probiotik
Dari tahun 2008-2009 produksi udang budidaya turun 15% (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009), mengandung residu antibiotik nitrofurans, kloramfenikol, malachite green, dan bakteri Vibrio parahaemolyticus (Kusman, 2007). Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kelangsungan budidaya udang tersebut. Sejauh ini belum ada informasi yang jelas tentang pengaruh pemberian probiotik komersil baik secara langsung maupun tidak langsung dalam budidaya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan pertumbuhan udang Litopenaneus vannamei di Desa Kuala Putri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Dosis 0.1 g : padat tebar udang 100 ekor/500 L dengan pemberian probiotik 0.1 g Dosis 0.3 g : padat tebar udang 100 ekor/500 L dengan pemberian probiotik 0.3 g Dosis 0.5 g : padat tebar udang 100 ekor/500 L dengan pemberian probiotik 0.5 g Perlakuan Kultur Probiotik ` Probiotik yang digunakan adalah probiotik komersil (siap pakai) dalam bentuk padat. Produk yang digunakan adalah probiotik produk INVE. Sebelum diaplikasikan ke media budidaya terlebih dahulu di kultur sesuai dengan takaran/dosis perlakuan penelitian, dengan komposisi bakterinya adalah bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus licheniformis. Sebanyak 250 ml air tawar, 1 g kaolin dimasukkan ke dalam beaker glass lalu diaerasi selama setengah jam kemudian sebanyak 1 ml molase dimasukkan ke dalam wadah kultur, kemudian diaerasi selama 2 jam. Probiotik ditebar ke dalam perlakuan sesudah selesai pemberian pakan, sekitar jam 08.00 – 10.00 pagi.
Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10Maret-10Mei 2014 di Desa Kuala Putri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Bibit udang yang digunakan Bibit udang yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Hatchery Kuala Putri Permai Kecamatan Pantai Cermin Hasil dan pembahasan
Tabel 3. Nilai rata-rata harian suhu, pH, dissolved oxygen dan salinitas Perlakuan Parameter
Unit
Pagi Kontrol 0.1
0.3
Siang 0,5
Kontrol 0.1
12
0.3
Sore 0,5
Kontrol 0.1
0.3
0,5
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
Suhu pH DO Salinitas
0C
mg/l Ppt
ISSN 2443-1230
28.0 28.22 27.16 28.24 27.59 3 28.67 28.03 8.36 8.41 8.43 8.37 8.39 8.38 8.47 5.35 5.30 5.30 5.30 5.43 5.41 5.39 20 20 Hasil pengukuran dissolved oxygen (DO) selama penelitian diperoleh data bahwa DO rata-rata pada pengukuran pagi, siang dan sore hari saat penelitian berada pada kisaran 5.185.43 mg/l. DO selama penelitian berada dalam kisaran optimal. DKP (2007) menyatakan bahwa oksigen terlarut yang baik untuk budidaya udang> 3.5 mg/l. Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersedianya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, segala aktivitas biota akan terhambat. Zonneveld et al., (1991) menjelaskan bahwa kebutuhan oksigen pada budidaya udang mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan pada spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolisme udang. Selain itu Fegan (2003) menambahkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut selama pemeliharaan udang Litopenaeus vannamei berkisar antara 3-8 mg/l. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media pemeliharaan masih optimal dan cukup baik mendukung pertumbuhan serta kelangsungan hidup udang.
27.15 27.52 27.67 27.51 27.56 8.44 8.40 8.42 8.46 8.42 5.18 5.36 5.32 5.33 5.31 20
Kualitas air yang sesuai bagi kehidupan organisme akuatik merupakan faktor penting karena berpengaruh terhadap reproduksi dan kelangsungan hidup organisme perairan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme serta berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Boyd (1981) menambahkan bahwa suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Hasil pengukuran pH selama penelitian diperoleh data bahwa pH rata-rata pada pengukuran pagi, siang dan sore hari saat penelitian berada pada kisaran 8.36-8.47. Derajat keasaman (pH) selama penelitian berada dalam kisaran optimal. DKP (2007) meyatakan pH optimal untuk budidaya udang berkisar pada 7.8-9.0. Purba (2012) menambahkan bahwa derajat keasaman (pH) air media pemeliharaan larva udang Litopenaeus vannamei selama penelitian 7.7-8.7. kisaran pH tersebut masih dianggap layak bagi kegiatan pembenihan udang Litopenaeus vannamei serta mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Menururt Ghufron et al., (2007) perairan asam akan kurang produktif, atau dapat membunuh hewan budidaya, hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Budidaya perairan berhasil baik pH 6.5 – 9.0, dan kisaran optimal adalah pH 7.5 – 8.7.
Sedangkan hasil pengukuran salinitas selama penelitian berada dalam kisaran optimal berkisar antara 20 ppt. Nilai ini masih tergolong baik dan masih dalam batas toleransi larva Litopenaeus vannamei. Xincai dan Yongquan (2001) menyatakan bahwa salinitas optimal untuk udang vannamei berkisar antara 5-35 ppt.
Tabel 4. Nilai rata-rata mingguan ammonia. alkalinitas, dan total Vibrio Vibrio Kuning Amoniak Alkalinitas (cfu ) (mg/l) Parameter (mg/l) Perlakuan
Vibrio Hijau (cfu 10)
K
0.1
0.3
0.5
K
0.1
0.3
0.5
K
0.1
0.3
0.5
K
0.1
0.3
0.5
1
0.015
0.015
0.015
0.015
150
150
150
150
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0.025
0.031
0.025
0.021
150
150
144
142
12
9
5
8
2
1
0
0
3
0.215
0.214
0.213
0.213
152
150
144
140
22
19
12
10
5
5
5
5
4
0.224
0.225
0.227
0.218
152
152
144
142
30
20
8
5
8
5
3
7
5
0.248
0.318
0.102
0.119
148
150
138
140
30
18
10
5
8
5
1
1
Minggu
13
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
6
0.221
0.264
0.102
0.111
148
152
135
137
22
15
10
10
12
5
1
1
7
0.291
0.232
0.109
0.111
152
152
137
141
21
17
8
12
9
4
0
2
8
0.299
0.287
0.101
0.111
152
152
137
144
25
20
8
12
9
2
0
2
Menurut Samocha et al., (1993), bahwa kandungan amonia untuk stadia yuwana udang Litopenaeus vannamei berkisar antara 0.4 – 2.31 mg/l. Poernomo (1998) menjelaskan bahwa pengaruh langsung dari kadar amonia yang tinggi tapi belum mematikan adalah rusaknya jaringan insang. Lembaran insang akan membengkak sehingga fungsi ingsang sebagai alat pernapasan akan terganggu.
kontrol (tanpa pemberian probiotik) sekitar 5.85 g dan 5.99 g. Hal ini diduga karena jumlah bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan udang dan hidup di dalamnya meningkat sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri tersebut di dalam saluran pencernaan udang mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Gatesoupe 1999; Moriaty 1998; Fardiaz 1992). Menurut Effendie (1979) menjelaskan bahwa pertumbuhan udang dipengaruhi oleh keturunan, jenis kelamin, umur, kepadatan, parasit, dan penyakit serta kemampuan memanfaatkan makanan. Pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan, karena konsumsi pakan menentukan masukan zat nutrisi ke dalam tubuh yang selanjutnya dipakai untuk pertumbuhan dan keperluan lainnya.
Alkalinitas selama penelitian masih dalam kisaran optimal. Total alkalinitas dalam budidaya udang sangat penting. Alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tetapi juga mempengaruhi parameter kualitas air lainnya seperti pH air yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi budidaya (Ghufran et al., 2007). Total koloni bakteri air untuk semua perlakuan yang terdapat selama waktu pemeliharaan masih dalam batas normal, hal ini dapat dilihat dari hasil pengecekan dari minggu pertama-delapan. Alabi et al., (1996) menyatakan batas normal bakteri yaitu pada kisaran 104cfu/ml tidak membahayakan bagi hewan budidaya, pada budidaya udang pengendalian kualitas air secara biologis dapat dilakukan melalui aplikasi probiotik.
Gambar 2. Sintasan hidup udang Litopenaeus vannamei selama 60 hari
Gambar 1. Pertumbuhan berat Litopenaues vannamei selama 60 hari
Harefa (1996) menyatakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelulusan hidup larva udang vannamei yaitu kualitas air pada media pemeliharaan dan kualitas pakan. Faktor pertama yaitu kualitas air, kualitas air yang baik pada media pemeliharaan akan mendukung proses metabolisme dalam proses fisiologis. Faktor kedua adalah kandungan nutrisi dari pakan yang dikonsumsi. Kandungan nutrisi dari pakan sangat mempengaruhi tingkat kelulusan hidup. Selanjutnya Yuwono (2005) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
udang
Perlakuan probiotik dengan dosis 0.3 g memberikan pertumbuhan yang tinggi yaitu 8.89 g. Selanjutnya yang terendah pada perlakuan probiotik dengan dosis 0.1 g dan
14
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
kelangsungan hidup organisme ditentukan ketersedian pakan yang sesuai dan dari faktor lingkungan itu sendiri.
(BMP) pada budidaya udang intensif. Jepara: Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Air Payau.
Kesimpulan dan Saran
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan pertama. Yayasan Dwi Sri Bogor: 112.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa ; 1.
2.
3.
FAO. 2006. Food and agriculture organisation of the united nations. Fisheries Departement and Statistical Database and Software Version 230 www.FAO.org( 20 April 2013).
Probiotik dapat memperbaiki kualitas air seperti pH, ammonia, alkalinitas, dan total vibrio dalam budidaya udang Litopenaeus vannamei.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 168.
Pertumbuhan udang pada perlakuan probiotik 0.1 g mengahsilkan berat udang sebesar 5.85 g , perlakuan probiotik 0.3 g menghasilkan berat udang sebesara 8.89 g, peralakuan probiotik 0.5 g menghasilkan berat udang sebesar 7.71 g dan kontrol (tanpa perlakuan pemberian probiotik) menghasilkan berat udag sebesar 5.99 g.
Fegan DF. 2003. Budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Asia Gold coin Indonesia specialities. Jakarta. Gatesoupe FJ. 1999. The use of probiotics in aquaculture. Aquaculture 180: 147-165. Gautier DM. Bastidas L. Aragon W. Urango C. Ramos S. Garcia JA. Pastrana & Newmark F. The relative importance of natural food and pelleted feed in the gut content of Litopenaeus vannamei raised in semi –intensive ponds- role of benthic diatoms, Aquaculture 2001. The Annual International Conference and Exhibition of the World Aquaculture Society Books of Abstracts, Jan 21-25, 2001. Orlando. Florida. USA: 247.
Sintasan/kelulusan hidup udang Litopenaeus vannamei pada perlakuan probiotik 0,1 g menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 60.33%, perlakuan probiotik 0.3 g menghasilkan tigkat kelulusan hidup sebesar 82.66%, perlakuan probiotik 0.5 g mehasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 70.66% dan kontrol (tanpa perlakuan pemberian probiotik) 63.66%.
Saran
Ghufron MH, Kordi AB & Tanjung B. 2007. Pengolahan kualitas air dalam budidaya perairan. Rineka cipta : Jakarta.
Disarankan agar penelitian selanjutnya melakukan kombinasi aplikasi probiotik bakteribakteri pengurai dengan meningkatkan padat tebar udang dan penelitian dilakukan dalam skala tambak.
Harefa F. 1995. Pembudidayaan artemia untuk pakan udang dan ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Daftar Pustaka
Kusman. 2007. Antibiotik ancam ekspor udang Indonesia. Diakses di http://budidaya lobster air tawar.com).[ 7 April 2013].
Alabi AO,Yudiati E & Jones DA. 1996. Bacterial level on peneid larvae culture. DecemberJanuary 1996. Bangkok. Thailand. World Aquaculture Conference.
Moriarty DJW. 1998. Control of luminous Vibrio species in penaeid aquaculture ponds. Aquaculture 164: 351-358.
Boyd CE. 1981. Water quality management for pond fish culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. The Netherlands :318.
Poernomo A. 1998. Teknologi probiotik untuk mengatasi permasalahan tambak udang dan lingkungan budidaya. Disampaikan pada seminar The National Symposium on Development and Scientific and
Dinas Kelautandan Perikanan (DKP). 2007. Penerapan best management practices
15
12
Jurnal Biosains Vol.1 No. 1 April 2015
ISSN 2443-1230
Technology Innovation in aquaculture. Semarang. Januari : 27-29.
1. Crustacean agriculture. Fishery Biologist. National Sea Grant College Progran Silvie Spring. Maryland: 113210.
Purba CY. 2012. Performa pertumbuha, kelulusa hidup, dan kandungan nutrisi larva udang vannamei (Litopenaeus vannemei) melalui pemberian pakan artemia produk lokal yang diperkaya dengan sel diatom. Journal of Aquaculture Management and Technology 1(1): 102-115.
Xincai C & Yongquan S. 2001. Shrimp culture. China international training course on technology of marineculture (Precious Fishes). China yiamen municipal science & technology commission: 107-113. Yowono E. 2005. Kebutuhan nutrisi Crustaceae dan potensi cacing Lur (Nereis, polychaeta) untuk pakan udang 5(1): 42-49.
Rangkuti FY. 2007. Indonesia fishery products shrimp report 2007. Gain Report ID7024. Jakarta. USDA Foreign Agricultural Service.
Zonneveld N, Huisman EA & Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama: 318.
Samocha TM, Lawrence AL & Bray WA. 1993. Design and operationof an intensive nursery raceway system for penaeid shrimp. James P. Mc Vey (ed) CRC Handbook of mariculture 2nd edition Vol
16
13