Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
VARIASI PENGUATAN OLEH GURU BAHASA BALI YANG TELAH LULUS SERTIFIKASI DALAM INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR DI SMP NEGERI SE-KOTA SINGARAJA
Gede Pande Widiarta, Sang Ayu Putu Sriasih, Made Sri Indriani Jurusan Pendidikan Bahasa Bali Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) variasi penguatan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi dalam interaksi belajar-mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja, (2) kiat-kiat guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja dalam interaksi belajar-mengajar, dan (3) dasar pertimbangan guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja menggunakan penguatan dalam interaksi belajar-mengajar. Subjek penelitian menggunakan penyampelan purposive sampling. Sampel penelitiannya adalah guru pengampu mata pelajaran bahasa Bali di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, dan SMP Negeri 6 Singaraja. Objek penelitiannya adalah variasi penguatan yang digunakan guru dalam interaksi belajar-mengajar. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif-kualitatif dengan langkah-langkah identifikasi, klasifikasi, reduksi, tabulasi, interpretasi, pendeskripsian data, dan pengambilan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan variasi penguatan yang digunakan yaitu penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan sentuhan, penguatan tanda, dan penguatan mendekati. Penguatan gabungan yang digunakan berupa penguatan verbal dan gestural, penguatan verbal dan sentuhan, penguatan verbal dan tanda, serta penguatan verbal dan mendekati. Kiat menggunakan penguatan kepada kelompok guru terlebih dahulu menunjuk kelompok yang akan diberikan penguatan, sedangkan untuk memberikan penguatan pada individu guru terlebih dahulu menunjuk siswa lalu memberikan penguatan. Dasar pertimbangan guru menggunakan penguatan dalam interaksi belajarmengajar (1) penggunaan variasi penguatan dapat memotivasi siswa; (2) selain memotivasi siswa yang berperilaku positif, penguatan juga memotivasi siswa yang berperilaku kurang agar berperilaku positif; (3) siswa merasa diperhatikan dengan adanya penggunaan variasi penguatan; (4) penggunaan penguatan menimbulkan rasa bangga dan puas pada siswa saat proses belajar-mengajar; dan (5) penggunaan penguatan yang bervariasi dapat menghidupkan suasana kelas selama proses belajar-mengajar berlangsung. Kata kunci: variasi penguatan, interaksi belajar-mengajar, sertifikasi guru Abstract This study aims to describe (1) variation of reinforcement by Balinese language teachers who have passed the certification in the teaching-learning interactions in Junior High School as the city of Singaraja, (2) tips Balinese language teachers who have passed the certification in Secondary Schools as the city of Singaraja in the teaching-learning interactions, and (3) the consideration Balinese language teachers who have passed the certification in Secondary Schools as the city of Singaraja use reinforcement learning in interaction. Sampling research subjects using purposive sampling. Research samples are subject language teacher
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
Bali at SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, and SMP Negeri 6 Singaraja. The research object is a variation of reinforcement used by teachers in the teaching-learning interaction. Data were collected using the methods of observation, interviews, and documentation. Data were analyzed with descriptive-qualitative measures identification, classification, reduction, tabulation, interpretation, description of the data, and making conclusions. The results showed that variations used reinforcement verbal reinforcement, reinforcement gestural, touch reinforcement, token reinforcement, and reinforcement approach. Joint reinforcement used in the form of verbal and gestural reinforcement, reinforcement verbal and touch, verbal reinforcement and signs, as well as verbal reinforcement and approaching. Tips for using a reinforcement to the first group of teachers appointed group will be given reinforcement, while strengthening the individual to provide in advance appoint teachers and students provide reinforcement. Basic considerations in the interaction of teachers use reinforcement learning (1) the use of varied reinforcement to motivate students, (2) in addition to motivating students to behave positively, strengthening also motivate students to behave less positive behavior, (3) students feel cared for by the use of variation of reinforcement, (4) the use of reinforcement creates a feeling of pride and satisfaction in students while teachinglearning process, and (5) use a varied reinforcement can liven up the class during teaching and learning take place. Key words: variation reinforcement, teaching-learning interaction, teacher certification PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang kini berlaku di Indonesia menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dirasakan oleh siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006:3). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pengajaran bahasa, khususnya bahasa Bali merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di Provinsi Bali yang diberikan pada jenjang sekolah dasar hingga menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan hasil revisi dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Oleh karena itu, kurikulum menekankan aspek kompetensi yang diharapkan akan menghasilkan lulusan yang lebih baik dan siap menghadapi kehidupan di masyarakat. Selain itu, pengembangan kurikulum ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar maupun melaksanakan secara efektif, belajar hidup bersama dan berguna bagi orang lain melalui proses belajar yang aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengikuti setiap mata pelajaran.
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan proses belajarmengajar di sekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Mengajar adalah menciptaan kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal-balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar (Usman, 2010:4). Guru merupakan jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum tentu dapat disebut guru. Untuk menjadi guru diperlukan syaratsyarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dalam berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Belakangan ini gencar dibicarakan mengenai program sertifikasi guru. Program sertifikasi ini dilakukan untuk pengakuan keprofesionalan guru di bidangnya. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Berkaitan dengan bidang studi bahasa Bali maka sudah dilakukan program sertifikasi guru bahasa Bali. Program ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mengakui kompetensinya dalam bidang studi bahasa Bali. Belakangan ini, beberapa guru-guru bahasa Bali yang sudah tersertifikasi merupakan guru-guru yang latar belakang pendidikannya adalah sarjana Agama Hindu. Akan tetapi, guruguru tersebut memiliki kompetensi dalam bidang studi yang diampunya (bahasa Bali) sebab sudah mengajarkan bahasa Bali dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini terjadi mengingat guru yang berlatar pendidikan sarjana bahasa Bali yang layak untuk mengikuti sertifikasi masih sedikit. Sebagai guru yang telah mengikuti program sertifikasi guru, seorang guru harus menguasai kompetensi pedagogik. Salah satu subkompetensi dalam kompetensi pedagogik guru diharapkan mampu melaksanakan pembelajaran yang kondusif, yang dijabarkan ke dalam indikator esensial: (a) memotivasi peserta didik melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang bersifat interaktif, (b) menjelaskan materi bidang studi, (c) menfasilitasi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar, (d) memberi penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran, dan (e) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksikan pengalaman belajar yang telah dialami (Trianto dan Titik, 2007:90). Dari penjabaran kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru dalam mengikuti program pengujian sertifikasi
dapat dilihat bahwa seorang guru dituntut untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, diantaranya keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan. Sebagai orang yang memegang peranan penting dalam proses belajarmengajar dan sudah tersertifikasi, seorang guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar. Bagi seorang guru keterampilan dasar mengajar sangat penting untuk dikuasai jika ingin menjadi seorang guru yang profesional, karena selain menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan guru dalam proses belajarmengajar. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki adalah keterampilan memberikan penguatan kepada peserta didik. Keterampilan memberikan penguatan juga merupakan bagian keterampilan dasar mengajar yang telah diperoleh guru sewaktu menempuh pendidikannya untuk memeroleh gelar sajana pendidikan. Penguatan inilah yang paling memberi kesan pada siswa jika guru melakukannya dengan benar. Penguatan yang diberikan tidak hanya meningkatkan partisipasi siswa dalam interaksi belajar-mengajar tetapi penguatan juga bisa menimbulkan keakraban antara siswa dan guru. Dari pengalaman peneliti sewaktu menempuh pendidikan ditingkat menengah pertama, guru jarang memberikan penguatan. Pengalaman sama juga didapatkan peneliti sewaktu melaksanakan PPL-Real di salah satu Sekolah Negeri yang ada di Kabupaten Buleleng. Di sisi lain banyak teori yang menyatakan bahwa memberi penguatan akan menciptakan terulangnya perilaku yang positif. Berpijak dari pengalaman tersebut peneliti ingin mengetahui variasi penguatan yang digunakan oleh guru, kiat guru menyampaikan penguatan, dan alasan yang mendasari guru menggunakan penguatan tertentu.
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
Singaraja memiliki julukan sebagai kota pendidikan. Sebagai kota pendidikan sekolah-sekolah di Singaraja tentu memiliki guru-guru yang andal dan profesional dalam mengadakan proses belajarmengajar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk meneliti variasi penguatan yang digunakan dalam interaksi belajar-mengajar guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja. Sehubungan dengan penelitian ini, ada penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti lain yang berjudul "Variasi Penguatan dalam Interaksi BelajarMengajar Guru Bahasa Indonesia yang Telah Lulus Sertifikasi di SMP Negeri Singaraja" oleh Ni Kadek Widi Ari Yantini (2011). Berangkat dari latar belakang di atas, secara umum masalah yang dihadapi, adalah sebagai berikut. Bagaimanakah variasi penguatan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi dalam interaksi belajar-mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja? Secara khusus, masalah yang dihadapi, yakni (1) Apa sajakah variasi penguatan yang dilaksanakan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja dalam interaksi belajar-mengajar? (2) Bagaimanakah kiat-kiat guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja dalam menggunakan variasi penguatan kepada siswa saat interaksi belajar-mengajar? (3) Apakah dasar pertimbangan guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja menggunakan variasi penguatan dalam interaksi belajar-mengajar? Sejalan dengan permasalahan di atas, secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan variasi penguatan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi dalam interaksi belajar-mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan jenis variasi penguatan yang dilaksanakan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja dalam interaksi belajar-mengajar, (2) mendeskripsikan kiat-kiat guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri
se-Kota Singaraja dalam menggunakan variasi penguatan kepada siswa saat interaksi belajar-mengajar, (3) mendeskripsikan dasar pertimbangan guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja menggunakan variasi penguatan dalam interaksi belajar-mengajar. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi, (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel penelitian, (3) objek penelitian, (4) metode pengumpulan data dan instrumen, dan (5) teknik analisis data. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tersebut dengan tujuan untuk saling melengkapi gambaran hasil studi mengenai fenomena yang diteliti dan untuk memperkuat analisis penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru di SMP Negeri se-Kota Singaraja. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik penyampelan purposive sampling. Sampel penelitiannya adalah guru pengampu mata pelajaran bahasa Bali di SMP Negeri 1 Singaraja, SMP Negeri 2 Singaraja, SMP Negeri 3 Singaraja, dan SMP Negeri 6 Singaraja. Setiap sekolah akan diwakili oleh seorang guru pengampu mata pelajaran Bahasa Bali yang sudah tersertifikasi. Objek penelitian ini adalah variasi penguatan yang ditunjukan dalam interaksi belajar-mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu metode observasi dengan menggunakan instrumen berupa pedoman observasi, metode wawancara dengan menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara tidak terstruktur, dan metode dokumentasi dengan menggunakan instrumen berupa kamera. Setelah pengumpulan data dilakukan, langkah berikutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data tersebut meggunakan metode deskriptif
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
kualitatif. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007:248), menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan yang penting dan yang dipelajari, dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010:246) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini adalah sebagai berikut. Pertama, identifikasi data berarti memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan dalam bentuk lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi secara satu persatu. Kedua, klasifikasi data adalah menggolongkan aneka ragam jawaban yang diberikan responden ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Ketiga, reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta membuang data yang tidak perlu. Keempat, tabulasi data merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data menjadi tabel-tabel data. Kelima, interpretasi data merupakan pemberian makna terhadap suatu data yang bersifat faktual. Keenam, pendeskripsian data diartikan sebagai penampilan sekumpulan informasi yang sudah disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan penarikan suatu simpulan atau suatu tindakan. Ketujuh, pengambilan simpulan yaitu ditarik simpulan sesuai dengan hasil data yang diperoleh dan telah melalui proses analisis data. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Singaraja, SMP Negeri 2 Singaraja, SMP Negeri 3 Singaraja, dan SMP Negeri 6 Singaraja, sebelum guru memulai pembelajaran terlebih dahulu guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan silabus. Guru SMP Negeri 1
Singaraja, SMP Negeri 2 Singaraja, SMP Negeri 3 Singaraja, dan SMP Negeri 6 Singaraja menggunakan variasi penguatan verbal dan nonverbal berupa penguatan gestural, penguatan sentuhan, penguatan tanda, dan penguatan mendekati. Guru SMP Negeri 1 Singaraja menggunakan penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan mendekati. Guru juga menggunakan penguatan gabungan, yakni gabungan penguatan verbal dan gestural. Guru SMP Negeri 2 Singaraja menggunakan penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan sentuhan, penguatan tanda, serta penguatan mendekati. Guru menggunakan penguatan gabungan, yakni gabungan penguatan verbal dan gestural, serta gabungan penguatan verbal dan tanda. Guru SMP Negeri 3 Singaraja menggunakan penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan tanda, serta penguatan mendekati. Guru juga menggunakan penguatan gabungan, yakni gabungan penguatan verbal dan gestural, dan gabungan penguatan verbal dan mendekati. Guru SMP Negeri 6 Singaraja menggunakan penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan sentuhan, serta penguatan mendekati. Guru juga menggunakan penguatan gabungan, yakni gabungan penguatan verbal dan gestural, gabungan penguatan verbal dan sentuhan, dan gabungan penguatan verbal dan mendekati. Penguatan yang digunakan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi ditujukan kepada kelompok dan individu secara berimbang. Penguatan yang digunakan juga telah segera sesaat siswa melakukan tingkah laku positif. Penguatan yang digunakan juga telah bervariasi karena guru telah menggunakan 3 sampai 5 bentuk penguatan yang ada. Dari hasil wawancara keempat sekolah tersebut dapat disimpulkan beberapa alasan guru menggunakan variasi penguatan. Pertama, penggunaan variasi penguatan dapat memotivasi siswa. Kedua, variasi penguatan juga memotivasi siswa yang berperilaku kurang. Ketiga, siswa merasa lebih diperhatikan dengan adanya
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
penggunaan variasi penguatan. Keempat, penggunaan variasi penguatan menimbulkan rasa bangga dan puas pada siswa saat mengikuti proses belajarmengajar. Kelima, penggunaan penguatan yang bervariasi dapat menghidupkan suasana kelas selama proses belajarmengajar berlangsung. Pembahasan hasil penelitian mengenai variasi penguatan dalam interaksi belajar-mengajar guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja, dibagi menjadi tiga komponen pembahasan, yaitu (1) variasi penguatan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi dalam interaksi belajar-mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja, (2) kiat-kiat guru yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja menggunakan variasi penguatan, dan (3) dasar pertimbangan guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja menggunakan penguatan dalam interaksi belajar-mengajar. Berdasarkan hasil penelitian, variasi penguatan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi dalam interaksi belajar-mengajar di SMP Negeri se-Kota Singaraja, dapat peneliti uraikan secara lebih mendalam dalam pembahasan berikut. Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada bagian sebelumnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru bahasa Bali di SMP Negeri se-Kota Singaraja pada umumnya sudah menggunakan penguatan yang bervariasi dalam berinteraksi selama proses belajarmengajar karena menggunakan 3 sampai 5 bentuk penguatan. Variasi penguatan yang digunakan meliputi penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan sentuhan, penguatan tanda, dan penguatan mendekati. Guru SMP Negeri 1 Singaraja, SMP Negeri 2 Singaraja, SMP Negeri 3 Singaraja, dan SMP Negeri 6 Singaraja juga menggunakan penguatan gabungan yang berupa penguatan verbal dan gestural. Guru SMP Negeri 2 Singaraja menggunakan penguatan verbal dan tanda. Guru SMP Negeri 3 Singaraja menggunakan penguatan verbal dan mendekati, serta guru SMP Negeri 6 Singaraja menggunakan penguatan verbal dan sentuhan, penguatan verbal dan
mendekati. Penguatan yang digunakan oleh guru disesuaikan dengan respons dari siswa. Penguatan yang digunakan secara bervariasi oleh guru sejalan dengan temuan Sariasih (2006:76) bahwa penggunaan variasi peguatan dapat menghindarkan peserta didik dari rasa bosan, mengantuk serta menjaga konsentrasi, niat, perhatian perserta didik dalam menerima pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan dikemukakan Usman (2010:83) yang mengungkapkan bahwa jenis penguatan yang dipakai oleh guru sebaiknya bervariasi. Tindakan guru ini sejalan dengan pendapat Rohani (2004:14) yang mengungkapkan bahwa penguatan yang diberikan oleh seorang guru sangat diperlukan untuk meningkatkan peranan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pendapat Djamarah (2005:167) yang mengungkapkan bahwa guru dapat memberikan penguatan kepada peserta didik sebagai respons atas perilakunya. Dalam proses belajar mengajar guru SMP Negeri 1 Singaraja, SMP Negeri 2 Singaraja, SMP Negeri 3 Singaraja, dan SMP Negeri 6 Singaraja tidak menggunakan penguatan kegiatan. Tindakan guru tidak menggunakan penguatan kegiatan dapat dimaklumi karena cenderung memerlukan waktu yang cukup banyak, padahal alokasi waktu pembelajaran sangat terbatas. Guru SMP Negeri 1 Singaraja dan SMP Negeri 3 Singaraja tidak menggunakan penguatan sentuhan. Sementara itu, guru SMP Negeri 1 Singaraja, SMP Negeri 3 Singaraja, dan SMP Negeri 6 Singaraja tidak menggunakan penguatan gabungan penguatan verbal dan tanda, karena penguatan tanda yang berupa benda dianjurkan untuk tidak digunakan. Tindakan ini sejalan dengan pendapat Usman (2010:82) bahwa penguatan tanda yang berupa benda sebaiknya jangan terlalu sering digunakan agar siswa tidak terbiasa mengharapkan sesuatu sebagai imbalan. Selain itu, Mudjiman (2006:124) mengungkapkan bahwa guru harus memberikan penguatan dengan bijaksana. Dengan demikian, guru sebaiknya berhatihati saat menghargai usaha siswa dengan komponen penguatan agar bermanfaat bagi
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
siswa tersebut dan tidak menimbulkan dampak negatif. Guru SMP Negeri 1 Singaraja, SMP Negeri 2 Singaraja, dan SMP Negeri 3 Singaraja tidak menggunakan penguatan gabungan penguatan verbal dan sentuhan. Tindakan guru tersebut bertolak belakang dengan pendapat Hasibuan dan Moedjiono (2009:59) yang mengungkapkan bahwa penguatan yang diberikan oleh seorang guru ditujukan untuk menghargai penampilan dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru SMP Negeri 1 Singaraja dan SMP Negeri 2 Singaraja juga tidak menggunakan penguatan gabungan penguatan verbal dan mendekati. Tindakan ini bertolak belakang dengan pendapat Djamarah (2005:103) bahwa pendekatan guru yang dilakukan secara lahiriah dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran. Kiat-kiat guru menggunakan variasi penguatan dilakukan dengan memberikan kepada kelompok siswa, individu, dengan segera, dan bervariasi. Setiap guru telah menggunakan penguatan dengan berimbang, baik untuk kelompok maupun individu siswa dan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Penguatan juga digunakan dengan segera sesaat setelah siswa berperilaku positif selama proses belajar mengajar. Penggunaan penguatan dengan segera sejalan dengan pendapat Usman (2010:83) yang menyatakan bahwa penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung kurang efektif. Dari segi variasi penggunaan penguatan, guru telah menggunakan penguatan dengan bervariasi karena menggunakan lebih dari tiga bentuk penguatan yang ada. Penggunaan penguatan yang bervariasi sejalan dengan pendapat Djamarah (2005:105) yang menyatakan bahwa pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Usman (2010:83)
juga berpendapat bahwa jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena hal ini akan menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan akan kurang efektif. Guru SMP Negeri 1 Singaraja menggunakan variasi penguatan, karena penguatan yang bervariasi tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar-mengajar, menghargai pendapat siswa, menghidupkan suasana kelas, dan membuat siswa merasa lebih diperhatikan. Alasan guru tersebut sejalan dengan Djamarah (2005:124) yang mengemukakan bahwa pemberian penguatan secara bervariasi dapat meningkatkan keberhasilan penguatan itu sendiri. Dengan demikian usaha siswa dalam berperilaku positif dapat diberikan penghargaan berupa penguatan, apalagi penguatan tersebut diberikan dengan lebih variatif. Siswa akan merasa dihargai yang berdampak pada meningkatnya bersemangat siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar sehingga suasana menjadi lebih kondusif. Guru SMP Negeri 2 Singaraja memanfaatkan variasi penguatan karena penguatan dapat memotivasi siswa untuk terus berperilaku baik. Penguatan yang diberikan juga dapat menimbulkan rasa bangga dan kepuasan tersendiri pada siswa saat proses belajar-mengajar berlangsung hingga berdampak pada meningkatnya keinginan siswa untuk aktif dalam interaksi belajar-mengajar. Alasan guru tersebut merupakan penegasan terhadap pendapat Rohani (2004:14) yang mengungkapkan bahwa bila siswa mendapatkan motivasi ekstrinsik yang berupa penguatan, ia akan terus berupaya meningkatkan prestasinya. Guru SMP Negeri 3 Singaraja menggunakan komponen variasi penguatan saat interaksi belajar-mengajar karena variasi penguatan dapat meningkatkan semangat siswa dalam interaksi belajarmengajar. Menggunakan komponen variasi penguatan yang bervariasi selain memotivasi siswa yang berperilaku positif, siswa yang berperilaku kurang baik dapat termotivasi menjadi lebih baik dalam interaksi belajar-mengajar. Hal tersebut
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
sejalan dengan pendapat Djamarah (2005:118) yang mengemukakan bahwa penguatan dapat mengubah perilaku siswa dan memotivasi kepada mereka. Djamarah (2005:118) juga mengungkapkan bahwa penguatan yang positif dapat meningkatkan frekuensi perilaku siswa yang baik atau positif pula. Variasi penggunaannya dapat meningkatkan perhatian peserta didik, dalam hal ini peserta didik mau belajar lebih giat lagi, memacu siswa lain agar mengikuti pelajaran. Sementara itu, guru SMP Negeri 6 Singaraja memanfaatkan variasi penguatan karena variasi penguatan dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam proses belajarmengajar, variasi penguatan membuat siswa merasa lebih diperhatikan, penguatan juga dapat menimbulkan rasa bangga pada diri siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rohani (2004:14) yang mengungkapkan bahwa bila siswa mendapatkan motivasi ekstrinsik yang berupa penguatan, ia akan terus berupaya meningkatkan prestasinya. Djamarah (2005:124) yang mengemukakan bahwa pemberian penguatan secara bervariasi dapat meningkatkan keberhasilan penguatan itu sendiri. Penguatan yang digunakan oleh guru bahasa Bali yang telah lulus sertifikasi di SMP Negeri se-Kota Singaraja telah bervariasi dan digunakan dengan segera guna memotivasi siswa untuk terus berperilaku positif saat proses belajar berlangsung. Hendaknya semua guru menggunakan penguatan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa dan menunjukkan keprofesional guru sebagai salah satu wujud nyata guru yang telah disertifikasi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan secara umum dan secara khusus. Guru bahasa Bali di SMP Negeri seKota Singaraja pada umumnya sudah menggunakan penguatan yang bervariasi selama proses belajar-mengajar. Berdasarkan jumlah frekuensi variasi
penguatan yang digunakan oleh guru bahasa Bali di SMP Negeri se-Kota Singaraja menunjukkan terdapat adanya penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penguatan yang paling sering digunakan sebab jumlahnya sebanyak 120. Selanjutnya, penguatan nonverbal meliputi penguatan mendekati (28), penguatan gestural (19), penguatan tanda (13), dan penguatan sentuhan (11). Selain penguatan nonverbal, terdapat pula penguatan gabungan, yakni gabungan pengutan verbal dan gestural (36), gabungan penguatan verbal dan mendekati (18), gabungan penguatan verbal dan sentuhan (7), serta gabungan penguatan verbal dan tanda (7). Secara khusus, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, guru sudah menggunakan penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan yang digunakan berupa penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan sentuhan, penguatan tanda, dan penguatan mendekati. Penguatan gabungan yang digunakan berupa penguatan verbal dan gestural, penguatan verbal dan sentuhan, penguatan verbal dan tanda, serta penguatan verbal dan mendekati. Kedua, kiat-kiat guru menggunakan penguatan ditujukan kepada siswa secara berkelompok dan individu sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Kiat guru menggunakan penguatan kepada kelompok guru terlebih dahulu menunjuk kelompok yang akan diberikan penguatan, sedangkan untuk memberikan penguatan pada individu guru terlebih dahulu menyebutkan nama atau melihat langsung kepada siswa yang akan diberi penguatan. Dilihat dari segi kesegeraan dalam penggunaan, guru telah menggunakan penguatan dengan segera sesaat siswa melakukan tindakan positif selama proses belajar-mengajar. Dilihat dari variasi penggunaan penguatan, guru telah menggunakan penguatan dengan bervariasi karena telah menggunakan penguatan sedikitnya tiga bentuk penguatan dalam satu kali pertemuan. Ketiga, berdasarkan hasil wawancara keempat sekolah tersebut dapat disimpulkan beberapa dasar pertimbangan guru menggunakan variasi
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
penguatan. Pertama, penggunaan variasi penguatan dapat memotivasi siswa. Kedua, variasi penguatan juga memotivasi siswa yang berperilaku kurang. Ketiga, siswa merasa lebih diperhatikan dengan adanya penggunaan variasi penguatan. Keempat, penggunaan variasi penguatan menimbulkan rasa bangga dan puas pada siswa saat mengikuti proses belajarmengajar. Kelima, penggunaan penguatan yang bervariasi dapat menghidupkan suasana kelas selama proses belajarmengajar berlangsung. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, variasi penguatan yang digunakan oleh guru dalam interaksi belajar-mengajar perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Guru dapat mencoba menggunakan penguatan kegiatan yang tidak menyita banyak waktu, seperti memberikan kesempatan bagi siswa yang berperilaku positif untuk menyanyikan lagu yang disukai atau yang sedang trend bersama siswa lainnya. Kedua, sekolah hendaknya menyediakan waktu khusus untuk guru berdiskusi dengan teman sejawat, berkenaan dengan variasi penguatan yang digunakan oleh guru dalam interaksi belajar-mengajar. Diskusi dengan teman sejawat bisa juga dilakukan untuk menemukan jenis penguatan yang lebih bervariasi dari segi jenis dan bentuk penguatan. Ketiga, peneliti lain dapat meneliti variasi penguatan yang digunakan oleh guru di sekolah dan daerah lain untuk mengetahui jenis-jenis penguatan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA Ali, H. Muhammad. 1992. Guru dalam Interaksi Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satua Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Jendral Manajemen.
Direktorat
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994. Yogyakarta: Depdikbud. Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswanzain. 2006. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum. Hasibuan, JJ dan Moedjiono. 2009. Interaksi Belajar-Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jalal,
Fasli. 2007. Serifikasi Guru. Departemen Pendidikan Nasional.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri (Self-motivated Learning). Surakarta: UNS Press. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rasdakarya. Muslich, Mansur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Volume: Vol: 1 No: 1 Tahun 2014
Prahesti, 2012. “Subyek dan Obyek Penelitian”. Tersedia pada http://prahesti10411084. blogspot.com/2012/01/ makalahsubyek-dan-obyek-penelitian.html. (Diakses tanggal 5 Februari 2013). Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rustaman. 2013. "Proses Pembelajaran". Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/ 8128/3/BAB%25202. (Diakses tanggal 4 Juni 2013). Sariasih, Ida Ayu Komang. 2006. Variasi Pengajaran Membaca Indah Kelas V Sekolah Dasar 4 Kaliuntu. Skripsi. (tidak diterbitkan). Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Suandi, I Nengah. 2008. Metodologi Penelitian Undiksha: Singaraja.
Pengantar Bahasa.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknis Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara. Trianto dan Titik Triwulan Tutik.2007. Sertifikasi dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Usman, Uzer. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Winaputra, Udin S. 1997. Strategi BelajarMengajar. Depdikbud. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.