1 Value Clarification Technique sebagai Strategi Penyadaran Diri Mahasiswa untuk Tidak Menggosip dan Bijak dalam Gunakan Jejaring Sosial Drs Sri Harmianto, M.Pd Abstrak Pembelajaran VCT Value Clarification Technique (Teknik Mengklarifikasi Nilai) memiliki keunggulan untuk mengungkap nilai diri yang telah dimiliki mahasiswa dan dapat untuk menanamkan karakter jujur, bersahabat/komunikatif dan tanggungjawab serta nilai-nilai yang sesuai dengan tatanan norma agama. Pembelajaran VCT ini dilaksanakan dengan memberikan cerita kasus selanjutnya mahasiswa diminta mengisi matrik yang berisikan butir-butir pernyataan yang kontroversial terkait kebiasaan mahasiswa menggosip dari mulut ke mulut maupun melalui jejaring sosial. Dengan menggunakan higher question digali dan diklarifikasi jawaban mahasiswa tersebut, sekaligus ditanamkan karakter dan nilai yang baku. Kata kunci: VCT (Teknik Mengklarifikasi Nilai), Gosip, Jejaring sosial. *) Disampaikan dalam Seminar Nasional “Pendidikan Menuju Generasi Emas” Tanggal 31 Mei 2014 di Program Studi PGSD FKIP Universitas Islam Sultan Agung Semarang. **) Dosen Program Studi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
A. Pendahuluan Salah satu wujud ciri kedewasaan seseorang yaitu ditandai oleh cara orang tersebut menanggapi suatu berita atau informasi. Kadang berita atau informasi masih memerlukan klarifikasi untuk dipercaya sebagai suatu berita yang benar. Kebenaran suatu berita dapat diketahui dari indicator BAL yaitu Benar Akurat dan Lengkap. Benar yaitu berita atau informasi tersebut benar ada atau benar-benar terjadi, akurat yaitu jelas sumber berita atau jelas orang yang menyampaikan informasi tersebut dan serta lengkap yaitu jenis kejadian, kebenaran berita tersebut dibatasi oleh keakuratan misal waktu tertentu, tempat tertentu. Rendahnya kesadaran seseorang untuk mengkaji suatu berita memenuhi unsur BAL dapat menyebabkan berita yang belum tentu kebenaraannya tapi dianggap menjadi berita benar. Hal ini dianggap menyebarkan gossip bahkan bisa menjadi fitnah. Isu, kata orang, katanya, Jare (bhs jawa), ceunah (bhs Sunda)
merupakan sebutan lain dari Gosip. Gosip sering diistilahkan sebagai desasdesus (http://id.wikipedia.org). Gosip merupakan memperbincangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip tidak dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh orang yang merupakan objek gosip. Apabila gosip menyebar dari mulut ke mulut maka hampir seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat dalam gosip. Misalnya gosip tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Si A dengan Si B, gosip ini dalam waktu singkat akan segera menyebar. Warga masyarakat yang telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis kepada orang yang digosipkan, bahkan kadang yang digosipkan tidak tahu jika dirinya sedang digosipkan. Gosip sifatnya laten, sehingga biasanya orang sangat menjaga agar tidak menjadi objek gosip. Dalam pandangan agama Islam maka gossip dikenal dengan nama ghibah, Ghibbah adalah membicarakan orang lain atau saudara tentang sesuatu
2 yang dia benci. Dijelaskan dalam dialog Rasullulah yaitu saat ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?. Rasullulah menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah, dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan). Ghibah dan gosip dapat disebarkan dari mulut ke mulut dan pada era globalisasi alat komunikasi modern digunakan pula sebagai penyebar gossip, antara lain jejaring sosial facebook. Kalangan generasi muda sangat akrab dengan jejaring sosial facebook dan sejenisnya. Kadang tidak disadari bahwa isi berita atau ungkapan emosi dan perasaan yang dituliskan pada facebook akan dibaca oleh banyak pihak, yang berakibat muncul salah tafsir/salah paham dan lebih jauh lagi bisa berkembang menjadi fitnah. Permasalahan yang muncul bagaimana mengurangi dan membetengi generasi muda khususnya mahasiswa agar tidak melakukan perbuatan ghibah baik yang disebarkan dari mulut ke mulut maupun menggunakan sarana alat komunikasi elektronik. Dengan keunggulan VCT diharapkan penanaman karakter jujur, bersahabat/komunikatif dan tanggungjawab dapat ditanamkan dengan VCT ini. Facebook (FB) dan SMS (short message services) dan jejaring sosial lainnya memiliki keunggulan sebagai media komunikasi yang cepat, praktis dan relatif murah. Dengan mudahnya berkirim tulisan melalui jejaring sosial berakibat perbuatan menyebarkan gossip sering tidak disadari si pelaku karena dirinya merasa yang dikatakan atau ditulis tersebut adalah suatu “kebenaran”. Lingkup penyebaran gossip dari mulut
ke mulut dan gossip yang disebarkan dengan SMS lebih terbatas dibandingkan melalui facebook. Mahasiswa yang sedang beranjak menjadi manusia dewasa, masih tidak menyadari bahwa jejaring sosial yang semula hanya sebagai ajang ungkapkan rasa dapat menjadi boomerang bagi dirinya karena mengungkap aib dirinya dan rahasia dirinya atau mengungkap aib orang lain yang dalam kata lain menjadi gosip dan fitnah. B. Value Clarification Technique VCT atau Teknik pengungkapan klarifikasi nilai/sikap/ moral, merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa diminta untuk mengidentifikasi nilai, sikap, moral, mengklasifikasi diri dan menilai, serta mengambil kesimpulan dan keputusan. Teknik klarifikasi nilai ini akan berhasil jika ada keterbukaan dan kesiapan diri siswa untuk membuka hati dan pikirannya. VCT terdiri dari teknik percontohan; analisis nilai; daftar/matrik wawancara, yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. Teknik di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam upaya penyadaran diri, karena VCT mengemban misi untuk membina nilai, moral, sikap dan perilaku siswa, disamping membina kecerdasan (knowledge) mahasiswa. Menanamkan suatu nilai kepada mahasiswa dalam metode VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina mahasiswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) dapat dilakukan dengan teknik pengajaran untuk
3 membantu mahasiswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Keunggulan/Kekhasan VCT menurut Kosasih dan beberapa sumber lain; a Mampu membina dan mempribadikan nilai dan moral. b Mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan. c Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri mahasiswa dan nilai moral di kehidupan nyata. d Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri mahasiswa terutama potensi afeksinya. e Mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan. f Mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. g Menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi. h Mudah mengungkap sikap, nilai dan moral mahasiswa terhadap suatu kasus yang disajikan oleh guru. i Mengukur/mengetahui tingkat kesadaran mahasiswa tentang suatu nilai. j Membina kesadaran mahasiswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya. k Menanamkan suatu nilai kepada mahasiswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. l Melatih dan membina mahasiswa cara menilai, mengambil keputusan
terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat. m Teknik pembelajaran membantu mahasiswa mencari dan menentukan nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. n Pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (pengalaman individu atau pandangan advokasi). Menurut Kosasih, VCT memiliki beberapa teknik penanaman nilai sosial pada anak didik. a. Evocation approach (Pendekatan Evokasi/Ekspresi Spontan). Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan tanggapan, perasaan, penilaiannya dan pandangannya terhadap sesuatu hal (yang diperagakan/dirangsang guru melalui peragaan/stimulus). b. Pendekatan Inculcation atau pendekatan Sugestif Terarah. Pendekatan ini melalui stimulus dari guru, siswa diarahkan menuju suatu kesimpulan/pendapat yang sudah ditentukan. c. Pendekatan Awareness atau Kesadaran. Siswa melalui kegiatan tertentu dibimbing untuk mengklarifikasi dirinya atau orang lain. d. Moral Reasoning atau menentukan kejelasan moral. Pendekatan ini, melatih siswa untuk berpikir kritis pada suatu masalah yang diberikan guru dan mengklarifikasi dirinya pada pemecahan masalah/solusi. e. Pendekatan Analysis atau Analisis Nilai. Siswa diajak mengadakan analisis nilai yang ada pada suatu media/stimulus mulai dari analisis
4 seadanya berupa reportasi sampai pengkajian secara teliti dan akurat. f. Value Clarification atau Klarifikasi Nilai. Siswa dibina kesadaran emosional nilainya melalui cara yang kritis rasional dengan mengklarifikasi dan menguji kebenaran/kebaikannya. g. Commitment Approach atau Pendekatan Kesepakatan. Pendekatan ini memantapkan acuan kesepakatan nilai yang dapat diterima siswa sehingga melatih siswa untuk disiplin dalam pola berpikir dan perbuatannya serta membina integritas sosial siswa. h. Union Approach. Siswa terlibat langsung dan merasakan hal-hal atau stimulus yang diberikan oleh guru sesuai dengan kehidupan nyata. Sesuai tulisan ini maka VCT yang digunakan pendekatan Awareness atau Kesadaran dan Value Clarification atau Klarifikasi Nilai. Langkah-langkah teknik pembelajaran sebagai berikut: Kegiatan awal. 1 Mengkondisikan kelas dengan setting kursi kelas berbentuk U, dosen membacakan cerita kasus atau cerita. Adapun kasus yang disampaikan ke mahasiswa bisa diunduh dari internet atau buatan sendiri. Untuk pembelajaran VCT ini menggunakan cerita yang diunduh dari internet yang sesuai dengan tujuan pembelajaran“Kumpulkan kembali kapas-kapas itu.” Cerita tersebut sebagai berikut: Kumpulkan Kembali Kapas-Kapas Itu! (Sumber:http://www.abisabila. com/2010/12-/kumpulkan-kembalikapas ka-pas-itu.html). Berhati-hatilah menjaga lidah karena ketajamannya bisa melebihi pedang, bahkan bisa mematikan kehidupan seseorang sedangkan nyawa masih
melekat di badan. Fitnah yang ditimbulkan lidah adalah lebih kejam dari pembunuhan, hal ini sudah sering kali kita dengar. Dan kultum yang aku ikuti di masjid Asy- Syifa bada’ sholat Dzuhur siang itu kembali menyadarkanku, bukan saja dasyatnya efek yang ditimbulkan fitnah, tapi juga betapa sulitnya menebus kesalahan, memulihkan nama baik dan hak-hak kehidupan mereka yang menjadi korban. Adalah si Fulan, yang karena rasa iri dan dengkinya kepada seorang tokoh terkemuka, kemudian tega menfitnah sang tokoh. Dalam waktu sekejap, fitnah terhadap sang tokoh menyebar hingga ke pelosok desa, bersambung dari mulut warga yang satu ke warga yang lainnya. Terlebih orang yang menjadi korban fitnah ini adalah orang yang selama ini terpandang, memiliki pengaruh di masyarakatnya. Kabar fitnah yang menghebohkan akhirnya sampai ke telinga sang tokoh, termasuk siapa yang pertama kali menyebarkan berita tidak benar ini. Tidak terpancing emosi, sebaliknya sang tokoh tenang-tenang saja menanggapi berita miring tentang dirinya yang kini menjadi perbincangan hampir seluruh warga di setiap tempat dan pertemuan. Ia yakin bahwa kebenaran akan menemukan jalannya, siapa yang berdusta akan terbongkar kedoknya, hanya tinggal menunggu waktunya saja. Keyakinan sang tokoh terbukti. Beberapa hari setelah fitnah menyebar ke seluruh masyarakat tanpa sedikitpun membuat sang tokoh tersulut emosinya, datanglah si Fulan ke rumah sang tokoh. Dengan berurai air mata, ia mengakui semua kejahatannya, sengaja menyebarkan
5 berita dusta kepada masyarakat. Sang tokoh yang sudah tahu sebelum si Fulan mengaku, hanya tersenyum dan mengabulkan permohonan maaf sang Fulan. “Apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan? Apa tidak terlalu ringan jika anda hanya memaafkan tanpa memberi saya hukuman?“ Si Fulan masih belum yakin dengan pemberian maaf sang tokoh. Menurutnya, akan lebih tenang batinnya apabila selain memohon maaf, ia melakukan sesuatu sebagai bukti bahwa ia benar-benar menyesal dan sang tokoh memaafkan tanpa rasa dendam sedikitpun. Bekerja tanpa dibayar sekalipun akan Fulan sanggupi bila memang itu yang sang tokoh kehendaki. “Aku sudah memaafkan dirimu, sebelum dirimu datang dan meminta maaf padaku. Hanya saja, jika kau meminta hukuman agar tenang hatimu, aku hanya ingin besok engkau datang lagi kesini dengan membawa sekarung kapas“ jawab sang tokoh tenang. “Baik! Besok saya akan datang dengan sekarung kapas yang engkau minta“. Fulan senang bukan kepalang. Betapa gampang ia mendapatkan maaf, bahkan tebusan kesalahannyapun hanya sekarung kapas. Dengan mudah ia bisa mendapatkan kapas dari pohon randu yang banyak tumbuh di pekarangannya. Apalagi saat ini pohon randu itu sedang berbunga. Barangkali sang tokoh yang pernah ia fitnah ini sedang menginginkan bantal kapas yang benar-benar empuk. Kalau tahu hanya akan diminta sekarung kapas, tak perlu ia ketakutan. Sehari berikutnya, dengan wajah sumringah si Fulan kembali mendatangi rumah sang tokoh dengan
sekarung kapas yang dimintanya. Seberapa berat sih kapas sekarung, cukup dengan satu tangan si Fulan bisa membawanya tanpa harus mengeluarkan tenaga yang berarti. “Letakkan kapas itu di tengah halaman“ sang tokoh memberikan instruksi pada si Fulan. “Nanti, ketika angin bertiup kencang, buka ikatan karungnya“ sang tokoh menambahkan. Semula Fulan berpikir sang tokoh ingin melihat apakah kapas yang dibawanya benar-benar sudah kering dan berkualitas bagus. Tapi membuka ikatan karung saat angin bertiup kencang sungguh tak Fulan mengerti apa yang sang tokoh inginkan. “Ah, peduli amat apa yang ia inginkan. Yang penting aku sudah membawakan kapas yang ia minta. Paling-paling nanti setelah karung aku buka dan kapas terbang terbawa angin, aku hanya diminta membersihkan halaman dari kapaskapas yang berserakan. Sangat mudah! Apalagi kalau anginnya kencang, otomatis halaman rumah ini akan bersih dengan sendirinya. Sungguh aneh sang tokoh ini. Begitu mudah ia memaafkan, bahkan memberi hukuman saja seperti mainan“ pikir si Fulan. Begitu angin bertiup kencang, dengan santainya si Fulan membuka ikatan karung yang berisi kapas di tengah halaman. Bahkan ia sengaja membuka karung itu lebar-lebar agar kapas dalam karung itu cepat habis terbawa angin dan selesai sudah hukumannya. “Kapasnya sudah habis terbawa angin, bahkan tak satupun yang tersisa di halaman. Masih adakah yang harus saya kerjakan? “ tanya Fulan dengan senyum lega di bibirnya.
6 “Engkau ingin benar-benar kesalahanmu menfitnah terhapus?” tanya sang tokoh tenang. Ada sesuatu yang sama sekali tak diduga oleh si Fulan. Senyum di bibirnya nyata sekali menunjukan bahwa dia merasa semua urusannya selesai sudah. “Ya, tentu saja. Katakan apa lagi yang harus saya lakukan? Saya akan segera lakukan dan setelah itu saya akan segera pulang, anak dan istri saya sudah menunggu di rumah“ jawab si Fulan tak sabar. Ia ingin segera terbebas dari semua rasa bersalahnya pada sang tokoh. “Baiklah kalau kau menyanggupinya. Sekarang, kamu ambil karung itu dan kumpulkan kembali semua kapaskapas tadi, jangan ada yang tercecer sedikitpun“ jawab sang tokoh. “Mengumpulkan kembali kapaskapas yang sudah menyebar terbawa angin? Mana mungkin?!“ si Fulan benar-benar terkejut. Jika bukan karena kesalahan yang telah ia lakukan, ingin sekali rasanya dia marah. Ia putus asa. Ia telah menyanggupi apapun yang akan diminta sang tokoh, tapi kini tak mungkin baginya mengumpulkan kembali kapas-kapas yang sudah terbawa angin, terbang entah kemana. Sang tokoh sudah menduga bahwa si Fulan tidak akan mampu melakukan apa yang ia minta. Dengan tenang ia menghampiri Fulan. “Begitulah ketika fitnah kau sebarkan. Bagai kapas yang diterbangkan angin, menyebar ke seluruh arah. Sulit dikendalikan, bersambung dari mulut yang satu ke mulut yang lainnya, hingga seluruh masayarakat tahu dan percaya akan berita dusta yang kau sampaikan. Aku hanya manusia, tak pantas berlaku angkuh dan tak memaafkanmu. Tapi, apakah dengan
permohonan maafmu lantas semua pandangan negatif orang tentang diriku berubah seketika? Dalam benak mereka sudah terekam berita palsu tentang diriku. Sekarang berapa banyak orang yang termakan fitnahanmu, kau sendiri tidak bisa memastikan. Meskipun kau datangi mereka satu persatu, tak bisa mengembalikan keadaan seperti semula sebelum mereka termakan dustamu“ tenang sang tokoh menjelaskan. Si Fulan terkulai lemas, air matanya jatuh tak tertahan lagi. Ia menangis dan menyesali. Betapa dasyat fitnah yang telah ia ciptakan. Dan ia lebih menangis karena karena betapa sulit baginya untuk mengembalikan keadaan, membersihkan nama baik sang tokoh dan mengembalikan hakhak hidupnya seperti semula. Benar kata sang tokoh bahwa ia tak tahu pasti berapa banyak orang yang sudah termakan fitnahannya. Tidak mudah menghentikan berita yang terlanjur menyebar. Tidak gampang mengubah opini dan menghapus image buruk masyarakat terhadap sang tokoh. Si Fulan terus menangis, dan tangisannya tak mampu mengembalikan keadaan. Satu pelajaran berharga dari kisah si Fulan di atas. Merinding aku membayangkan betapa dahsyat dampak yang diakibatkan oleh sebuah fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan kiranya bukan sebatas ungkapan saja, tapi nyata adanya. Bagaimana tidak, seseorang yang menjadi korban fitnah akan kehilangan nama baiknya, kehilangan hak-haknya, kehilangan kehidupannya sementara nyawa masih berada dalam tubuhnya. Juga, betapa sulit untuk mencabut, meralat fitnahan
7 yang sudah terlanjur menyebar, bersambung, berpindah dari satu mulut ke mulut lainnya. Tak terkendali seberapa jauh ia akan menyebar, seberapa banyak orang yang akan termakan dan akhirnya turut menyebarkan fitnah itu. Ngeri rasanya membayangkan jadi korban fitnah, apalagi menjadi penyebar fitnah. Astaghfirulloh! Betapa sulit menebus kesalahan yang terlanjur dilakukan meskipun sang korban telah memaafkan namun tidak berarti selesai semua urusan. Masih ada keharusan membersihkan nama baik korban, mengembalikan semua hak-hak yang terampas, mengembalikan opini masyarakat yang terlanjur terbentuk. Sungguh sangat tidak mudah, apalagi apabila si korban sudah terlanjur meninggal sementara maaf belum didapatkan. Astaghfirulloh! Nau’zubillah! 2 Setelah disampaikan kasus maka mahasiswa diberi arahan cara mengisi matrik pernyataan dan diminta mengisi matrik dengan penuh kejujuran. Kegiatan inti 3 Mahasiswa mengisi matrik skala sikap kepada siswa dengan topik “Kumpulkan kembali kapas-kapas itu” yang berisi pernyataan dan pendapat mahasiswa. 4 Beberapa mahasiswa disuruh mengisi matrik yang ditempel di papan tulis dan semua mahasiswa menuliskan pada buku masing-masing. 5 Isi matrik sebagai berikut: N O 1
2
PERNYATAAN
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
4 12
Pada mulanya mendengar teman menggosip dan akhirnya ikut asyik menggosip Menghindar atau menjauh dari temanteman yang suka
13
menyebar gossip/ngrasani dimanapun dan kpd siapapun Menyebar gosip org lain melalui facebook/online walau tahu akan menyebar dibaca org banyak Membuka aib sendiri dengan cerita/curhat pada teman dekat Membuat tulisan atau mengajarkan/berdakwah kepada teman-teman bahaya mengfitnah/menggosip sbg dosa besar Menyebarkan gosip/rumor/jere/katanya menggunakan sms/tulisan Memarahi dan menasehati teman yang menyebar gossip sebagai dosa besar Membuat gosip baru untuk balas dendam atau sekedar senang saja karena agar dianggap serba tahu Tidak sadar ikut menyebar gosip "jerekatanya-rumor" dengan cara ngrumpi dari mulut ke mulut Tanpa sadar membuka aib sendiri dengan curhat melalui facebook atau sms. Merasa risih jika mendengar teman menggosip sehingga menghindar dari kumpulan teman yang ngrumpi Merasa menyesal dan berdosa telah menyebar gosip dan ingin minta maaf tapi merasa malu dan takut. Menahan diri untuk tidak menyebar gosip walau sangat ingin ikut ngrumpi.
8
14
15
Dipermalukan oleh teman yang membuka aib, yang sebelumnya diajak curhat. Selalu berdoa " Ya Allah, jauhkan aku dari dibukanya aib, difitnah dan dari hal-hal yang menakutkan"
1 = tidak pernah 2 = kadang-kadang
3 = sering 4 = baru akan
6 Dosen menjelaskan hasil isian matrik yang sudah diisi oleh mahasiswa. 7 Dosen memanggil mahasiswa untuk dilakukan dialog tanya jawab dengan pertanyaan tingkat tinggi (high question). Misal pernyataan tentang “Pada mulanya mendengar teman menggosip dan akhirnya ikut asyik menggosip”. Guru memberikan pertanyaaan yang meliputi : Apa yang dirasakan …, Apa yang terjadi .. 8 Mahasiswa yang lain diminta memberikan tanggapan tentang pernyataan mahasiswa yang ditanya. 9 Pada akhir tanya jawab tersebut, dilakukan dengan tujuan penanaman sikap dan nilai pada mahasiswa. Kegiatan penutup 10 Melakukan kegiatan evaluasi yaitu dosen memberikan nasehat dan kesimpulan dari proses pembelajaran melalui VCT. 11 Dosen mengkonfirmasi dan menanamkan nilai pesan moral yaitu berhati-hatilah dalam berkomentar atau membuat peryataan di FB/SMS. C. Pembahasan Dari kegiatan pembelajaran VCT di atas ternyata ditemukan hal-hal yang menarik karena mahasiswa yang gemar melakukan gossip kemudian saat mengisi matrik memberikan tanda silang pada kolom “tidak pernah” langsung diprotes oleh mahasiswa lain karena tidak mengisi dengan jujur. Sebaliknya mahasiswa yang mengisi dengan jujur namun isi pernyataannya berisikan hal
yang negatif atau tidak patut ditiru maka langsung mahasiswa lainnya berkomentar menasehati. Dosen dapat menanamkan dampak negatif dari kebiasaan jelek menggosip dari mulut ke mulut maupun menggunakan jejaring sosial. Cerita kasus di atas juga menarik dan menyentuh perasaan mahasiswa sehingga muncul komentar bahwa mulai sekarang harus hati-hati jika berkomentar khususnya melalui jejaring sosial. Hal yang menarik lainnya yaitu saat dibahas alasan mahasiswa yang memilih jawaban “baru akan”, karena ternyata ada mahasiswa “Merasa menyesal dan berdosa telah menyebar gosip dan ingin minta maaf tapi merasa malu dan takut”. Dengan demikian mahasiswa ini baru akan bertobat dan tidak akan menyebar gossip lagi. Moment ini harus segera dimanfaatkan oleh dosen untuk menanamkan nilai-nilai ajaran agama dengan dikatikan dengan Al Mujadalah ayat 12. DAFTAR PUSTAKA Ariantha, putra. 2011. Model Pembelajaran VCT. [online]. Tersedia: putra-ariantha.blogspot. com/2011/10/model-pembelajaran-vct.html (Diakses pada Hari Minggu, 12 Januari 2014, pukul 15.25 WIB) Djahiri,A.Kosasih.1985.Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan GAMES dalam VCT. Fatih, Ari. 2012. Value Clarification Technique (VCT) dalam PKn. [Online]. Tersedia: arifatih.wordpress. com/2012/01/16/value-clarificationtechnique-vct-dalam-pkn/ (Diakses pada Hari Minggu, 12 Januari 2014, pukul 15.16 WIB) Taniredja,Tukiran,dkk.2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
9 Biodata Penulis: Nama : Drs Sri Harmianto, M.Pd Institusi :Program Studi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwo-kerto Jabatan :Ketua Program Studi PGSD Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat :Jalan Beringin K.75 Perumahan Berkoh Indah Purwokerto 53146 Email :
[email protected] Telepon : 0816694957