Ramadhan, Momentum Penyadaran Diri UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., mengajak kepada kita, khususnya jemaah Masjid Ulul ‘Azmi Kampus C UNAIR untuk benar-benar bisa memanfaatkan bulan suci Ramadhan 1437 H ini untuk meningkatkan ibadah dan kecintaan kepada Allah SWT. Mengapa hal itu ditekankan, karena yang bisa memuliakan diri kita ini selain kita sendiri juga Allah yang memberi kesempatan. “Allah memberikan kesempatan kepada kita melalui bulan Ramadhan ini harus bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin,” kata Rektor dalam “Kultum” (Kuliah tujuh menit) perdana di Masjid “Ulul ‘Azmi” Kampus C UNAIR, Senin (6/6). Kultum ini merupakan kesempatan pertama mengawali tradisi Ramadhan di UNAIR setelah masjid bantuan Alumni UNAIR itu diresmikan Jumat (27/5) lalu. Menurut Guru Besar Bidang Akuntansi FEB UNAIR ini, kalau ingin mulia di hadapan Allah maka tidak ada jalan lain selain harus memanage nilai-nilai kecintaan kita kepada Allah. Misalnya rela berkorban untuk tidak terlalu mencintai dunia (hubbud dunya), menjaga kehormatan untuk tidak berbuat tercela semisal menjadi koruptor, dan tidak melakukan perbuatan hina. “Karena itu mari kita kelola cinta kita kepada Allah secara sadar bahwa kita ini hamba-NYA, dan bukan hamba dunia. Sebab hubbud dunya secara berlebihan bisa merusak kemuliaan kita dihadapan Allah,” lanjut Rektor. Disebutkan bahwa hal diatas merupakan satu dari dua hal yang harus bisa kita atasi, setidaknya momentum itu dimulai pada Ramadhan bulan yang penuh hikmah ini. Hal yang kedua adalah posisi kita sebagai konsumen pada dunia yang mengarah pada kapitalistik dan sosialisme, dimana kedua paham tersebut tidak
berkembang sesuai ajaran Islam. ”Kapitalisme itu mengarah kepada kepentingan dunia, yang merangsang untuk cinta dunia secara berlebihan,” tambahnya. Peringatan itu sudah terjadi, yakni sebanyak 20% penduduk Indonesia sudah menguasai 80% kekayaan alam Indonesia. Harta kekayaannya tidak saja tidak habis untuk tujuh turunan, tetapi mungkin juga untuk belasan turunan. Artinya, hanya 20% kekayaan alam Indonesia saja yang harus dibagi untuk 80% penduduk Indonesia lainnya. Inilah yang juga mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi dan jurang kaya-miskin yang semakin lebar. ”Karena itu di bulan Ramadhan inilah sebenarnya kita diajarkan dan diharapkan untuk tahu diri, dan melalui puasa sesungguhnya Allah mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhiratnya. Harta benda dan kekayaan bukan segala-galanya, dan puasa mengajarkan kita untuk tidak menjadi hamba dunia,” demikian Prof. Moh Nasih dalam ceramah kultumnya. (*) Penulis : Bambang Bes Editor : Nuri Hermawan
Nominasi Tak Biasa dalam “Cangkrukan” Hima Budidaya Perikanan UNAIR Banyuwangi UNAIR NEWS – Cangkrukan (Jawa-red) atau lebih dikenal dengan nongkrong bareng, sering dijadikan sebagai sarana untuk saling mengakrabkan antar-sesama. Namun kali ini, Prodi Budidaya Perikanan PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi memodifikasi
kegiatan “Cangkrukan” sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi mahasiswa, yang dihelat pada Jumat (28/10) kemarin. Menurut Alfian Handiyanto Putra (21), ketua pelaksana, bahwa “Cangkrukan” ini sudah menjadi agenda rutin prodi ini selama dua tahun berturut-turut. Tujuannya untuk meningkatkan semangat mahasiswa sekaligus menyambut kehadiran mahasiswa baru angkatan 2016. “Ini program kerja divisi PSDM Hima BP (Budidaya Perikanan) dengan mengusung tema sharing santai pengalaman dan motivasi dengan melibatkan jajaran dosen dan seluruh mahasiswa prodi perikanan dan kelautan yang ada di PDD Banyuwangi,” tambah Alfian. Menurut Hapsari Kenconojati, S.Si., M.Si., dosen Pembina Hima BP, dalam kegiatan ini juga dipaparkan lebih mendalam terkait visi dan misi prodi budidaya perikanan, tantangan kedepan, juga terkait sasaran pasca-kampusnya. Tujuannya agar mahasiswa lebih mengenal prodinya dan lebih mencintai pilihannya ini. Bagi Eva Wahyuni Pratiwi (20), Staff PSDM, keunikan kegiatan ini yaitu adanya pemberian hadiah kepada mahasiswa yang terpilih dengan nominasi-nominasi yang tidak biasa. Tujuannya untuk menumbuhkan budaya malu dan mau berubah. Nominasi yang tidak biasa ini meliputi mahasiswa KULTUR (Kuliah Tidur) yaitu nominasi bagi mahasiswa yang sering tidur saat ada kuliah di kelas. Kemudian mahasiswa KUWI (Kuliah Wi-fi) yaitu nominasi bagi mahasiswa yang kerjanya hanya cari Wi-fi gratis di kampus. Kemudian nominasi mahasiswa TELADAN (Telat Datang) yaitu bagi mahasiswa yang sering datang telat. Nominasi mahasiswa KUPU (Kuliah Pulang) yaitu bagi yang jarang mau terlibat kegiatan kepanitiaan maupun organisasi, dan terakhir yaitu mahasiswa IWAK RAME yaitu nominasi bagi mahasiswa prodi perikanan yang sering gaduh saat dikelas. “Harapan kami setelah diadakan kegiatan ini mahasiswa prodi BP
bisa lebih dekat dengan dosen, juga dengan sesama prodi BP. Tidak hanya itu, saya juga berharap teman-teman mau berubah setelah mendapat nominasi yang tidak biasa ini,” kata Dani Taufik, ketua Hima BP 2016 sambil tertawa. Yang pasti, bagi Yunus Yovia R (18) dan Santika Dwi L (17), peserta cangkrukan, kegiatan ini sangat menarik, karena dapat meningkatkan motivasi agar lebih bersemangat dalam belajar. Nominasi-nominasi yang diberikan juga sangat unik, selain itu juga sebagai pengalaman baru yang tak terlupakan. Mereka berharap kegiatan ini bisa sering diadakan, tidak hanya sekali setahun saja, tapi bisa dua kali dalam satu semester. (*) Penulis: Siti Mufaidah Editor: Bambang Bes
Sivitas UNAIR Ajari Warga Perikanan
Banyuwangi Budidaya
UNAIR NEWS – Warga Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, tampak bersemangat sekali saat melaksanakan uji coba budidaya ikan mujaer dan ikan patin, di kolam ikan miliknya. Antusiasme itu terlihat jelas ketika melaksanakan kegiatan yang bertema “Pelatihan Terpadu Budidaya Perikanan 2017” bersama mahasiswa UNAIR PSDKU Banyuwangi, pekan lalu. Dengan didampingi sejumlah dosen prodi Budidaya Perikanan UNAIR Banyuwangi, warga Desa Tamansari itu dengans enang melakukan uji coba budidaya hingga proses memanen ikan mujaer dan ikan patin.
Menurut M. Faizal Ulkhaq, S.Pi.,M.Si., pengajar program studi S-1 Budidaya Perikanan yang mendampingi kegiatan ini menjelaskan, bahwa pelatihan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat sivitas prodi Budidaya Perikanan. Tujuannya untuk membuka wawasan dan meningkatkan sumber pemasukan dari segi ekonomi dan meningkatkan kualitas pangan pada warga desa setempat. ”Hal ini kami lakukan karena melihat adanya potensi air yang cukup melimpah di Desa Tamansari, sedangkan kualitas airnya juga sangat bagus. Jadi sayang kalau tidak dimanfaatkan. Selain itu warga setempat juga sangat antusias ketika kami berikan pelatihan dan pembinaan tentang budidaya ikan ini,” lanjut Faizal. Sementara itu Barirotul Azizah, salah satu mahasiswa program studi S-1 Budidaya Perikanan UNAIR Banyuwangi menambahkan, sebenarnya kegiatan ini sudah dilaksanakan sekitar enam bulan silam. Pada saat itu diawali dengan pelatihan kepada warga. Materinya mulai pemilihan bibit ikan, penyebaran bibit, hingga proses memanennya. ”Modal awalnya dari pihak kampus (UNAIR) yang menyiapkan, selebihnya untuk pengembangannya kami serahkan kepada warga setempat, tentunya dengan tetap ada pemantauan dari kami,” tambah Azizah. Salah seorang warga yang mengikuti pelatihan, Supriyanto (35) mengungkapkan rasa senangnya dengan kegiatan ini. “Kolam ikan kami jadi terasa hidup. Sebab awalnya hanya ikan kecil, sekarang sudah bisa dipanen dan dikonsumsi. Ini semua karena airnya bagus jadi ikannya cepat besar dan sekarang sudah berkembang biak,” katanya. (*)
Penulis: Siti Mufaida Editor: Bambang ES
Rektor: Publikasi Ilmiah dan Internasionalisasi Akan Lebih Diperhatikan UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., berharap semua pihak baik dosen, anggota Senat Akademik dan Majelis Wali Amanat (MWA) dan mahasiswa bersinergi untuk terus berupaya meningkatkan perankingan universitas pada sisi apa pun, baik tingkat nasional dan internasional. ”Mohon maaf ini saya manas-manasi karena posisi kita masih belum maksimal, padahal kita punya potensi untuk menuju pada posisi yang kita harapkan. Academic reputation misalnya, di tingkat internasional UNAIR bisa meningkat dari tahun lalu di posisi 559, tahun ini di posisi 435. Dari indikator ini sebenarnya sudah masuk 500 dunia,” kata Rektor. Hal itu disampaikan dalam dialog sebelum buka puasa bersama yang diselenggarakan Senat Akademik (SA) Universitas Airlangga, Selasa (6/6). Hadir dalam acara yang dibuka Ketua Senat Akademik Prof. Dr. Muhammad Amin, dr., Sp.P(K) ini sebagian besar anggota SA, sebagian anggota MWA asal Surabaya, para Wakil Rektor dan Dekan. Rektor menjelaskan, kedepan masalah publikasi dan internasionalisasi akan lebih diperhatikan, terutama dari sisi internalnya untuk ditingkatkan. Berkenaan dengan inilah, Rektor didepan anggota SA dan MWA, juga menyampaikan bahwa mulai 1 Juni 2017 lalu membentuk unit baru bernama Airlangga Global Engagement (AGE). Rancangannya untuk mencoba mendorong dan memberikan perhatian dan fokus secara lebih pada dua hal
itu. ”Agar bagaimana lebih memberi fokus dan perhatian pada prodiprodi kita menjadi lebih bertaraf dan berkelas internasional dan tersertifikasi, international outbond dan kerjasama internasional juga lebih baik lagi,” kata Prof. M Nasih.
KETUA BEM UNAIR Anang Fajrul Ukhwaluddin dalam dialog dengan SA dan MWA. (Foto: Bambang Bes) Pada unit baru AGE inilah Rektor mempercayakan kepemimpinan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Dra., M.Si., untuk menggawangi dalam memberikan perhatian lebih fokus pada upayaupaya internasionalisasi tersebut. ”Tetapi diharapkan Bu Nyoman tidak sekedar menggawangi, sebab kalau lawannya seperti Real Madrid maka akan bobol terus. Jadi Bu Nyoman juga bagaimana menjadi penyerang atau striker AGE untuk memberi dorongan dan perhatian lebih pada internasionalisasi yang kita harapkan,” katanya. Sebagai pengganti Prof. Nyoman sebagai Direktur Pendidikan, Rektor mengumumkan dijabat oleh Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA., yang sebelumnya Ketua Pusat Penjaminan Mutu (PPM). Harapannya, dengan mengetahui persoalan mutu
pendidikan dan sekarang memimpin di bagian pendidikan maka akan mengetahui kekurangannya untuk bisa diperbaiki. ”Kita berharap publikasi yang terindeks Scopus akan terus meningkat, orientasinya tidak saja pada kuantitas tetapi juga pada kualitas. Setidaknya 400 publikasi bisa tercapai,” Rektor berharap. Dalam kesempatan ini, Keua SA Prof. Muhammad Amin juga menyampaikan ucapan terima kasih atas terobosan, capaian, dan apresiasi yang sudah dikerjakan. Ia berharap suatu saat bisa berdialog dengan Ketua AGE Prof. Ni Nyoman untuk sharing mengenai tugas barunya agar terlaksana sesuai yang kita harapkan. (*) Penulis: Bambang Bes
Mahasiswa UNAIR Jadi Panitia Acara Dongeng Anak UNAIR NEWS – Pada Minggu (14/2) lalu, digelar acara Jatim Mendongeng 2016 di Masjid kampus B. Kegiatan itu dilaksanakan oleh RZ dan didukung oleh para donatur, Indosat Ooredoo, Odoj, Suara Muslim FM, dan Kreasi Langit. Sejumlah mahasiswa UNAIR turut ambil bagian sebagai panitia. Antara lain, Siti Mustaghfiroh (farmasi), Etik Trisusilowati dan Alif Suudiyah (keperawatan), Diana Fitri Latifah (kebidanan), Setya Ayu S. Jamilatul munawaroh, dan Ika Hajrotin Nisa (ekonomi islam), serta Priambudi Agung (kedokteran hewan). Kak Hadian tampil membawakan dongeng cerita nabi-nabi di hadapan anak-anak yang memenuhi venue acara. Kisah-kisah tersebut memiliki pesan utama, mengajak generasi penerus untuk
menjadi pribadi yang baik. “Kami ingin berbagi keceriaan dan pelajaran melalui kisah-kisah nabi yang inspiratif,” kata Siti Mustaghfiroh.
Prosesi pelepasan balon yang sudah di bubuhi tulisan cita cita dari siswa-siswi (Foto: UNAIR NEWS) Usai dongeng selesai, terdapat hiburan yang tidak kalah menarik dari nasyid Afisena SMA IT Al-Uswah. Dengan lagu aransemen Balonku Ada Lima, Burung Kakak Tua, dan ABC yang di ketua oleh Kak Adil. Suara yang merdu nan indah membuat seluruh siswa-siswi atau hadirin gembira. Di penghujung acara, dilakukan pembagian bingkisan. Ada pula prosesi pelepasan balon yang di bawahnya sudah di bubuhi tulisan cita cita dari siswa-siswi selaku hadirin. Mereka tampak sangat senang dan gembira saat melepaskan balon cita cita. (*)
Penulis: Rio F. Rachman
Sikap Over Potensial Buat Mandiri
Protective Anak Sulit
UNAIR NEWS – Semua orang tua pasti menyayangi anaknya masingmasing. Tidak mungkin mau meninggalkan anak sendiri di suatu tempat tanpa kepastian. Juga, untuk secara langsung menjaga orang tua harus bijak dengan sikap itu justru menjerumuskan
ingin selalu bersama buah hati dan melindungi. Meski demikian, tidak over protective. Sebab, dan membuat anak sulit mandiri.
Sebagai contoh, tatkala anak sudah menginjak usia SD. Orang tua tidak perlu menunggui mereka di luar pagar sekolah. Tindakan ini seolah-olah menunjukkan rasa tidak percaya dengan sekolah. Padahal, sekolah seharusnya sudah mendapat kepercayaan penuh dari wali siswa. Di sisi ini, sejak awal semestinya orang tua telah memilih sekolah yang diyakini baik. Pakar Psikologi UNAIR Dr Dewi Retno Suminar MSi mengatakan, di sejumlah kota besar, sikap over protective ini masih terlihat. Dijelaskan Wakil Dekan Fakultas Psikologi tersebut, di beberapa sekolah yang berlokasi di pusat kota, kadang terlihat pemandangan ini. Orang tua menunggui anak-anaknya di luar pagar sekolah. Di jam istirahat, anak-anak mengerumini orang tua di sekitar gerbang sekolah. Sekadar untuk mengobrol, minta uang jajan, atau curhat. “Kalau sikapnya begitu, bagaimana anak bisa lekas mandiri?” ujar dia. Dewi menuturkan, orang tua kadang campur tangan terhadap siapa guru yang mengajar siswa. Pernah, di suatu kota, terdapat
mutasi guru besar-besaran, orang tua protes. Karena orang tua menganggap, guru yang selama ini mengajari anaknya sudah mapan dan baik. Mereka khawatir, guru baru malah membuat kualitas anak jadi menurun. Sepantasnya, saat menyekolahkan anak di suatu tempat, orang tua mesti sepakat dengan sistem yang ada di sekolah tersebut. Bila yang dipilih adalah sekolah negeri, mutasi antar sekolah menjadi hal lumrah. Selayaknya juga, disadari dan disetujui. Jangan malah cawe-cawe di tengah jalan. Pada bagian lain, pergantian guru sebenarnya membuat wawasan anak bertambah. Para siswa jadi belajar bertemu orang-orang baru. Kalau memang orang tersebut pada awalnya kurang sesuai dengan mereka, anak-anak itu pun secara alamiah dapat belajar menyesuaikan diri. “Di
masyarakat,
kita
tidak
bisa
memilih
untuk
hanya
bersosialisasi dengan orang-orang tertentu. Maksudnya, kita harus siap bila suatu saat berjumpa dengan orang-orang yang tidak diduga. Nah, pelajaran untuk beradaptasi dengan orang baru itu bisa dimulai sejak di sekolah,” ungkap Dewi. Untuk memecahkan persoalan sikap over protective tersebut, dibutuhkan treatment khusus. Intinya, masyarakat dan orang tua mesti disadarkan tentang pentingnya mempercayai sekolah yang sudah dipilih sendiri. Juga, pentingnya meyakini kemampuan yang dimiliki oleh anak. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Ilmu Akuntansi Wujudkan Good Governance
Potensial Corporate
UNAIR NEWS – Ranah ilmu akuntansi begitu luas. Penelitian yang berbasis dibidang ini pun beragam jenisnya. Dari begitu banyak topik yang patut dijadikan riset, setidaknya ada tiga lingkup tema yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga tema tersebut yakni Green Accounting, Forensic Accounting, dan Behavioral Accounting. Green
Acoounting
membahas
tentang
cost
lingkungan
yang
didalamnya terdapat suatu usaha/perusahaan. Biaya yang timbul diluar akibat beroperasinya suatu usaha/perusahaan, perlu dihitung secara rinci. Salah satu gunanya yaitu menjadi parameter dalam memutuskan jumlah Corporate Social Responsibility (CSR). CSR ini diberikan pada lingkungan dan azasnya, untuk memberi timbal balik pada masyarakat sekitar. Sementara itu, Forensic Accounting menyoroti tentang alur penghitungan keuangan dan aspek-aspek yang mengitarinya. Umumnya, dipakai saat ingin mengetahui jumlah kesalahan tata kelola atau penghitungan dalam ranah ini. Pada suatu titik, riset menyeluruh soal tema ini dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan yang bersinggungan dengan kriminalitas. Sedangkan Behavioral Accounting, mengkaji soal suatu sistem akuntansi yang berpengaruh terhadap tingkah laku masyarakat di sekitarnya. Selain itu, tema ini bisa pula difokuskan pada pengaruh individu di sebuah organisasi atau struktur yang menggunakan sistem tersebut. “Tiga tema tersebut menarik untuk dijadikan materi penelitian para mahahasiswa. Sebab, hubungannya erat dengan kehidupan sehari-hari ataupun dalam bermasyarakat,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR Prof Dr I Made Narsa
SE., MSi., Ak. Ia mengatakan, penelitian aplikatif dibidang akuntansi bertujuan mewujudkan Good Corporate Governance. Sehingga yang jelas, tata kelola sebuah struktur mesti dibuat efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan berlandaskan falsafah “TARIF”, yakni transparan, akuntabel, responsibel (bertanggungjawab), independen, dan fair (adil dan tidak merugikan pihak manapun). (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh
Dosen Favorit Bisa Jadi Magnet Pertemuan Alumni UNAIR NEWS – Universitas Airlangga memiliki alumni yang tersebar di berbagai penjuru wilayah, baik di Indonesia maupun luar negeri. Meski belum ada jumlah resmi tentang alumni sejak awal tahun lulus, kini UNAIR berusaha merangkul kembali ratusan ribu alumninya di berbagai daerah. Buktinya, sejak trimester akhir 2015 sampai pertengahan tahun 2016 saja, ada banyak kegiatan kumpul alumni yang dilaksanakan di berbagai daerah, seperti Kendari, Jakarta, dan Bogor. Salah satu alumnus UNAIR di Jakarta, Mochammad Taufik Hidayat mengatakan, pertemuan alumni merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan alumni yang tersebar di berbagai daerah. Baginya, kegiatan itu penting diselenggarakan demi memunculkan kembali rasa bangga dan memiliki terhadap almamater. “Penting untuk ditingkatkan rasa pride dan sense of belonging-
nya. Karena ketika masuk ke Jakarta, jaringan alumni itulah yang bermain,” tutur Taufik yang kini bekerja sebagai pejabat pengelola konten di Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Menurut Taufik, ada banyak cara untuk merekatkan ikatan alumni UNAIR. Mereka bisa didekati dengan beragam cara berdasarkan tahun lulus. Apabila alumni tersebut lulus sebelum dekade 1990an, pertemuan-pertemuan alumni di berbagai wilayah merupakan cara tepat. Karena mereka belum begitu melek dengan teknologi. Lagipula, pertemuan alumni yang lama sudah lulus, bisa bernostalgia tentang masa-masa manis selama kuliah dulu. Taufik juga menyarankan agar menggunakan dosen-dosen favorit pada masa itu untuk menjadi magnet bagi para lulusan. “Pas kuliah kan pasti ada dosen-dosen favorit tuh. Ajak aja para dosen favorit itu untuk mengundang alumni,” tutur Taufik ketika ditemui di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (17/8). Bagi alumni dengan tahun lulus setelah dekade 1990an, bisa jadi mereka sudah akrab dengan teknologi terkini seperti media sosial. Menurut Taufik, tak ada salahnya, UNAIR mendekati alumni dengan membentuk forum-forum, baik melalui grup WhatsApp, Facebook, dan media sosial yang lainnya. Para lulusan bisa diundang dalam satu grup berdasarkan program studi, fakultas, maupun tahun lulus. Menambahkan keterangan Taufik, Jojo Raharjo, alumni UNAIR yang kini menjadi staf Deputi IV Kepresidenan RI, mengatakan, akan lebih baik apabila jejaring alumni bisa diperkuat sampai tingkat program studi. Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
PIH Soft Launching UnairStore, Tempat Beli Souvenir Khas UNAIR UNAIR NEWS – UNAIR kembali membuat langkah terobosan. Kali ini, melalui UnairStore. Sebuah unit pengembangan branding kampus yang dikelola Pusat Informasi dan Humas (PIH). Soft Launching unit ini dilaksanakan Jumat (19/2) di gedung FISIP. “Kami menjual souvenir resmi yang eksklusif dan hanya ada di tempat ini,” kata Suko Widodo, ketua PIH. “Ini baru soft launching. Secara resmi UnairStore baru dibuka pada 1 Maret mendatang. Sedangkan fitur online hingga saat ini masih on progress” kata dosen departemen komunikasi tersebut. Dia mengungkapkan, ide pembuatan UnairStore tak lepas dari banyaknya orang yang memburu souvenir khas UNAIR. Sebagian masyarakat Indonesia berpikir, belum ke Surabaya bila tak mampir ke UNAIR. Nah, kalau sudah berkunjung ke kampus ini, belum afdol bila tidak bawa oleh-oleh berupa souvenir cantik. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Pakar DBD dan Tifus FK UNAIR Berpulang UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali kehilangan salah seorang putra terbaiknya. Guru Besar bidang Ilmu Penyakit Dalam sub Tropik dan Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Prof. Eddy Soewandojo, dr., Sp.PD., K-PTI, FINASIM meninggal dunia pada Kamis (2/6). Almarhum kelahiran Jakarta, 25 November 1940 itu tutup usia pada 76 tahun. Sebelum dikebumikan di TPU Keputih Surabaya, jenazah disemayamkan terlebih dulu di Aula FK UNAIR. Sanak keluarga, kerabat, teman sejawat dan para guru besar berkumpul di Aula memberikan penghormatan terakhir, Jumat pagi (3/6). Direktur RS UNAIR, Prof. Dr. Nasronuddin, dr., Sp.PD., K-PTI, FINASIM turut berbagi pengalaman mengenai sosok almarhum Prof. Eddy semasa hidup. Menurut Prof. Nasron, almarhum dikenal sebagai seorang guru yang baik dan jujur. Dalam bidang penyakit tropik dan infeksi, almarhum menjadi panutan karena dikenal ulet dan amat memiliki perhatian khusus terhadap permasalahan penyakit demam berdarah dengue maupun demam typoid. Beliau juga banyak menghasilkan karya penelitian sebagai salah satu upaya menanggulangi permasalahan DBD di Indonesia. Bahkan sang profesor juga dikenal banyak berkontribusi dalam inovasi melalui uji klinis obat-obatan penyakit demam berdarah. “Yang selalu beliau tekankan adalah pentingnya upaya pencegahan DBD ketimbang mengobatinya,” ungkap Prof. Nasron. Selain menaruh perhatian besar pada permasalahan penyakit DBD, Prof. Eddy juga dikenal menonjol dalam penanggulangan demam tifoid atau penyakit tifus. Kala itu, Prof. Eddy menjadi salah satu tokoh kunci dalam pengembangan riset pengobatan tifus pada tahun 2002 bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lembaga kesehatan dari Hongkong, dan tujuh perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Alhasil, dengan perjuangan bersama dihasilkan sebuah terobosan obat anti-demam tifus bernama Levofloxacin. Antibiotik ini dinilai lebih unggul dibandingkan jenis antibiotik lainnya seperti kelompok Fluoroquinolone, yakni Ciprofloxacin. Levofloxacin mampu menurunkan panas lebih awal daripada
Ciprofloxacin. Selain itu, efek samping seperti mual, muntah, dan gangguang fungsi hati lebih ringan daripada Ciprofloxacin. Antibiotik ini cukup diberikan selama tujuh hari namun dengan dosis cukup sekali sehari. Sehingga, lebih efektif dalam mencegah komplikasi dan memperpendek pengobatan. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor III UNAIR periode 2009 – 2014 Prof. Soetjipto, dr., MS, Ph.D, pun punya pengalaman istimewa tersendiri bersama Prof. Eddy. Selain dikenal sebagai salah satu pakar penyakit tropik dan infeksi, Prof. Tjip juga mengenal Prof. Eddy sebagai guru yang menaruh perhatian cukup besar pada perkembangan kurikulum pendidikan kedokteran. Karena sama-sama menekuni pendidikan kedokteran, salah satu yang paling dikenang dari sosok Prof. Eddy, adalah kegemaran almarhum untuk selalu berdiskusi mengutarakan berbagai pemikiran kolektif, dan berbagai inovasi perkembangan modul demi meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran ke depan. Pribadi yang ‘lurus’ Prof. Troeboes Poerwadi, dr., Sp.S, adalah salah seorang yang turut menghadiri prosesi persemayaman jenazah Prof. Eddy. Kedatangannya tidak hanya sebagai teman seangkatan di FK UNAIR, tapi juga sekaligus sebagai kawan sepermainan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.
“Prof. Eddy adalah teman dekat saya sejak sama-sama sekolah di SMA 2 Surabaya. Dulu dia ketua kelas. Terkenal pendiam, tekun tapi gampang diakali. Karena saya dengan teman lainnya yang nakal, dia tidak. Kalau saya bolos sekolah, dia yang saya suruh jaga kelas bersama murid perempuan lainnya,” kenang Prof. Troboes. Pertemanan keduanya pun berlanjut hingga masuk perguruan tinggi FK UNAIR. Selama menempuh pendidikan, Prof. Troeboes
dan Prof. Eddy telah melalui banyak suka duka. “Salah satu yang berkesan adalah kami dulu punya grup namanya ‘Kaipang’. Ini kumpulan mahasiswa konyol dan ndak berduit. Jadinya, kami kalau belajar di selasar kampus. Setiap ada perayaan Dies Natalis UNAIR, kami selalu sibuk jadi tukang. Tukang menata meja kursi untuk acara. Seru pokoknya,” kenangnya. Di mata Prof. Troeboes, Prof. Eddy adalah sosok teman belajar dan teman main yang baik. Prof. Eddy termasuk pribadi yang ‘lurus’ dan tidak suka neko-neko. “Prof. Eddy kala itu anak seorang pejabat gubernur. Setiap kali habis ada acara kunjungan tamu dari luar negeri yang disambut di rumah dinas, beliau selalu telepon saya dan kawan lainnya. Dia meminta kami untuk ke rumahnya. Mreneo, ana panganan neng kene. Tamune wis mulih (Kesinilah, ada banyak makanan disini, karena tamu sudah ndak ada),” kenangnya menirukan ucapan Prof. Eddy kala muda. Kepergian Prof. Eddy tentu menyisakan kesedihan mendalam bagi Prof. Troeboes. Yang lebih menyedihkan lagi, beberapa teman seangkatan tahun 1960an sedikit demi sedikit mendahului dirinya untuk menghadap Sang Khalik. Belakangan, kondisi kesehatan Prof. Eddy memang menurun. Prof. Troeboes terakhir bertemu dengan Prof. Eddy beberapa bulan lalu di sebuah acara pesta pernikahan. “Semenjak sakit, Prof Eddy menjadi pelupa. Tapi dia paling ingat dengan saya,dengan istri saya yang juga temannya sejak kecil saja dia malah lupa,” ungkapnya. (*) Penulis: Sefya Hayu I. Editor: Defrina Sukma S.