Validitas Pemeriksaan Radiografi Bite-Wing Pada Karies Sekunder Restor; Amalgam
Adam MalikHamudeng,* AsdarGani** * BagianllmuKedokteranGigiAnak ** Bagian Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia ABSTRACT Secondary caries is one of cause the importance of commutation of amalgam restoration. The ; existence of sekunder karies can be detect with visual method and tactile sensation with sonde, but this not applicable if the lesion is small or not seen. The difficulty to detect this lesion can be done through bite-wing radiography to support the diagnosis. Rudolphy
1
describe that at large and medium cavity will
seen radio-lusen at inspection of radiography, while for small cavity will seen the image of radio-opasitas. Result of prospective study indicate that grey discolouration have 50% sensitifity and 91% spesifity in detecting secondary caries. Keyword: bite wing radiography; secondary caries. ABSTRAK Sekunder
karies
merupakan
salah
satu
penyebab
perlunya
penggantian restorasi amalgam. Deteksi adanya karis sekunder dapat dilakukan
dengan
metode
visual
dan
sensasi
taktil
dengan
menggunakan sonde. Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika lesinya kecil dan tidak terlihat. Kesulitan pendeteksian ini dapat dibantu dengan pemeriksaan
radiografi
bite-wing
untuk
penegakan
diagnosis.
Disebutkan bahwa pada kavitas besar dan sedang akan terlihat radiolusen pada pemeriksaan radiografi, sedangkan pada kavitas kecil akan terlihat gambaran radio-opak. Hasil penelitian prospektif ini menunjukkan bahwa grey discolouration mempunyai sensitivitas 50%, dan sensitivitas 91 % dalam mendeteksi karies sekunder. Kata kunci: Radiografi bite-wing, karies sekunder Koresponden: Bahruddin Thalib, Bagian Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Kandea No.5, Makassar, Indonesia. E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN
sulit untuk didiagnosis secara akurat,
Karies yang timbul pada tepi
apalagi bila lesi tidak membentuk
restorasi disebut karies rekuren atau
kavitas.12,4
karies
Dalam
sekunder.
restorasi
yang
restorasi
Dari
berbagai
dilakukan,
memerlukan
75%
penggantian
suatu
dilakukan
sudah
disebabkan
tersebut
Bahkan
karies
sebuah
sekunder.
penelitian
in
pemeriksaan
vitro,
keadaan
karies sekitar tumpatan pada gigi yang
restorasi, dan sebagian diantaranya oleh
penelitian
dicabut,
kemudian
dibelah
di
gigi-gigi
laboratorium.
yang
Hasilnya menunjukkan bahwa ternyata
dilakukan di Skotlandia melaporkan
gigi-gigi yang didiagnosis mempunyai
bahwa
karies
separuh
dari
tumpatan
sekunder
pada
simulasi
amalgam yang rutin dilakukan dalam
pemeriksaan klinis tidak selalu sesuai
pelayanan
dengan yang ditemukan sesudah gigi
kesehatan
gigi
umum
hanya dapat bertahan kurang dari 5
dibelah.''
tahun dan sesudahnya perlu diganti.2
penting mendapatkan suatu metode
Karies sekunder merupakan kriteria
diagnosis yang valid untuk mendeteksi
penting
menentukan
keberadaan karies sekunder Pada
penggantian restorasi, namun karies
makalah ini akan dibahas mengenai
sekunder bukanlah penyebab satu-
pentingnya
satunya
karies
dalam
kegagalan
Beberapa tampilannya anatomi
tumpatan.
Oleh
karena
penegakan
sekunder
faktor
lain
seperti
amalgam
yang
buruk,
bentuk
radiografi bite-wing.
yang
kurang
baik,
pada
dengan
sangat
diagnosis restorasi
menggunakan
dan
pecahnya gigi atau tumpatan juga
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan
Gambaran
penyebab
itu
untuk
2
mengganti tumpatan.
Dari penelitian yang dilakukan 1
histologis
karies
sekunder pada restorasi amalgam Pemeriksaan histologis lesi dini
oleh Foster, dijelaskan bahwa salah
karies sekunder memberikan beberapa
satu penyebab utama penggantian
indikasi
atau terlepasnya tumpatan amalgam
terbentuk. Ketika tumpatan amalgam
adalah timbulnya karies sekunder, baik
telah diletakkan, permukaan jaringan
yang didiagnosis secara radiografis
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
(31%) maupun melalui observasi klinis
email atau dentin permukaan dan
(14%).3 Sayangnya karies sekunder
email atau dentin pada dinding kavitas.
tentang
bagaimana
lesi
Oleh karena itu lesi karies sekunder
1) yang hanya akan terbentuk bila ada
dibagi menjadi dua bagian, yaitu lesi
kebocoran
luar yang terbentuk pada permukaan
molekul atau ion hidrogen di antara
gigi sebagai hasil serangan pertama
restorasi dan dinding kavitas.1
bakteri,
cairan
mulut,
dan lesi dinding {wall lesion) (gambar
Ket: Serangan asam Gambar 1. Diagram karies sekunder. Lesi karies terlihat dalam dua bagian, yaitu lesi luar yang terbentuk pada permukaan gigi akibat serangan pertama dan lesi dinding kavitas terbentuk sebagai akibat
-kebocoran antara
restorasi dan dinding kavitas. (Sumber: Kidd EAM, Joyston-Bechal S. Essential of dental caries: Thedeseaseand its management. A lih bahasa: SumawinataN, Faruk S. Jakarta: PenerbitEGC; 1991. p.l 88) Celah di sekitar tepi tumpatan
Dalam cairan ini, lesi dinding
yang tidak terdeteksi secara klinik ini
bisa tampak sebagai zona translusen
mikro.2
atau sebagai zona gelap sepanjang
Pemeriksaan pada gigi yang telah
dinding kavitas. Bila lesi mencapai
diekstraksi menunjukkan bahwa lesi
dentino-enamel junction (DEJ), lesi
luar dan lesi dinding dapat terjadi
akan menyebar ke lateral meliputi
bersama atau sendiri-sendiri.
permukaan dentin yang lebih luas.
dikenal
dengan
celah
Lesi dini karies sekunder di
Suatu
lesi luas
juga bisa terjadi
email akan terlihat lebih jelas di bawah
sebagai hasil serangan pertama pada
mikroskop polarisasi pada sediaan
permukaan email.2
yang
diletakkan
quinoline.
dalam
cairan
Tanda klinis
luas
Menurut Rudolphy dkk,7 secara klinis
gigi
dapat
diindikasikan
di
sekitarnya
mungkin
menunjukkan adanya karies sekunder. Tumpatan
yang
besar
mengalami karies sekunder apabila
menyebabkan
terjadi diskolorisasi, pecahnya tepi
adanya karies. Namun jika selain
tambalan dan terdapat fissura (parit)
diskolorisasi, tumpatan juga berparit
yang dalam pada tepi restorasi. Dalam
maka ada indikasi kuat terjadinya
simposium internasional di
karies
tahun
1987
membahas restorasi
yang kriteria
gigi,
Florida
antara
lain
diskolorisasi
dapat
sekunder,
dan
tanpa
perawatan
operatif mungkin diperlukan.27
penggantian
ditetapkan
bahwa
restorasi harus diganti apabila pasien
PEMBAHASAN Karies
sekunder
mempunyai masalah celah tepi, cacat
didiagnosis
pada restorasi yang menyebabkan
visual, sensasi taktil menggunakan
hilangnyafungsi, dan jika karies aktif
sonde,
meluas ke dentin.7 Celah tepi dan
Radiografi bite wing mempunyai arti
cacat restorasi, meskipun subjektif,
penting dan sering digunakan untuk
tapi tampak jelas. Sedang aktivitas
menegakkan
karies
sukar
sekunder, namun belum jelas sejauh
didiagnosis bila tidak ada kavitas. Oleh
mana karies sekunder tersebut dapat
karena itu untuk mengatasi masalah
dideteksi dengan metode ini.2
dalam
tersebut
dentin
radiografi
akan
bite
wing
seringdigunakan.7
melalui
dapat
dan
pemeriksaan
radiografi
bite-wing?
diagnosis
karies
Penelitian yang dilakukan oleh Rudolphy dkk menunjukkan bahwa
Interpretasi pada diskolorisasi
diagnosis
karies
sekunder
oklusal
sekitar tumpatan yang pinggirannya
dengan restorasi amalgam adalah
rapat secara klinis sukar dilakukan.
valid pada lesi medium dan besar.
Pada tumpatan amalgam, perubahan
Namun, pada lesi yang lebih kecil
warna ini mungkin disebabkan oleh
belum jelas. Pada lesi kecil lebih
produk korosi sehingga kedaan ini
sering dideteksi sebagai radio-opak
sukar
karies.
dibanding
ukuran
radiolusen. Hal ini penting menjadi
daerah
perhatian, sebab secara tradisional
diskolorisasi. Tumpatan yang kecil
dokter gigi biasanya hanya berpatokan
dengan daerah keabu-abuan yang
pada radiolusen dalam mendiagnosis
dibedakan
Perkiraan tumpatan
dengan
didasarkan dan
atas
ukuran
sebagai
gambaran
karies. Umumnya, hanya radiolusen
hasil oklusi tubulus dentin oleh apatit
yang dianggap sebagai lesi karies.
dan oktokalsium fosfatase, tetapi hal
Pada penelitian ini gambaran radio-
tersebut
opak
radio-opak. Gambaran radio-opak ini
yang
berdekatan
dengan
tidak
restorasi juga dianggap sebagai karies
bermakna
sekunder.
mendiagnosis
Namun
demikian,
titik
radiopak tidak selalu didapatkan pada
memberi
gambaran
penting
dalam
karies
sekunder,
khususnya pada karies yang kecil.8
karies sekunder, sebab dibutuhkan
Pada penelitian Rudolphy dkk,
waktu kira-kira 1-5 tahun agar ion
dilakukan
timah dan zink dari restorasi amalgam
radiografis dengan teknik bite-wing
untuk penetrasi ke dalam dentin yang
terhadap 112 gigi yang mempunyai
karies sehingga dapat dikenal sebagai
lesi
radio-opak.
4
pengamatan
berdasarkan
secara
gambaran
radiolusen, radio-opak dan kombinasi
Gambaran radio-opak ini dapat
keduanya.
Ternyata
dapat
diinterpretasikan secara keliru sebagai
diidentifikasi 72 gigi (sensitivitas 64%)
liner atau base. Karena itu, pada
dan
penelitian
menunjukkan radio-opak tapi tidak
yang
dilakukan
oleh
hanya
satu
gigi
Rudolphy dkk, semua potongan gigi
mengalami
yang
bawah
(spesifisitas 98%). Lebih lanjut pada
mengecek
penelitian tersebut didapatkan bahwa
diperiksa
stereomicroscope
di untuk
lesi
Selanjutnya
radiografi bite-wing (100%o), sebagian
radiologis
dan
pemeriksaan
tampak
pada
bahwa
besar pada lesi sedang (89%), dan
opasitas yang disebabkan oleh zink
pada lesi kecil hanya terdeteksi pada
dan
40% kasus.7 Hasil di atas didukung
timah
didapatkan
selalu
sekunder
keberadaan bahan liner dan base. dilakukan
besar
karies
yang
dalam
jaringan
karies
berbeda dengan liner atau base? Penelitian
yang
penelitian lain oleh Rudolphy dkk,
dilakukan
yang melakukan pengamatan pada
Shrout dan Hildebolt, mendapatkan
karies
bahwa
amalgam.
34%
menemukan
dokter garis
mendiagnosisnya skelerotik
dan
gigi
radio-opak
sebagai hanya
mengidentifikasinya
yang
6%
dengan
dentin yang benar.
Dentin skelerotik sendiri merupakan
sekunder
restorasi
Penelitian
klas
II
tersebut
menunjukkan sensitivitas 73% dan 80%,
spesifisitas
90%
dan
95%
berturut-turut untuk gigi molar dan premolar.4
Di sisi lain, walaupun penelitian prospektif
juga
dilakukan
oleh
penelitian
dengan
menggunakan
kombinasi
pemeriksaan
radiografis
Rudolphy dkk., menunjukkan hasil
dengan metode visual dengan sampel
berbeda,
yang lebih banyak karena akan sangat
tapi
Ketley
dan
Holt
menunjukkan peningkatan sensitivitas
membantu
bermakna
pada
validitas pemeriksaan karies sekunder.
pemeriksaan
radiografik
kombinasi
dalam
peningkatan
dengan
metode visual.9 Menurut Goldberg
DAFTARPUSTAKA
dkk., disamping kualitas tepi restorasi,
1. Kidd
EAM,
Joyston-Bechal
S,
status oral hygiene juga mempunyai
Beighton D. Diagnosis of secondary
pengaruh kuat terhadap timbulnya
caries: a laboratory study.
1
karies sekunder. "\\
Dent J
SIMPULAN
2. Kidd
Dari pembahasan di atas mengenai
Br
1994; 176: 135-9.
EAM,
Essential
Joyston-Bechal
S.
of dental caries: the
validitas pemeriksaan radiografi bite-
disease and its management. Alih
wing pada karies sekunder restorasi
bahasa: SumawinataN, Faruk S.
amalgam,
Jakarta: EGC;1991.p.36.
dapat
pemeriksaan cukup
disimpulkan
radiografi
valid
bite-wing
LV.
Validity
of
clinical
untuk
judgements for the presence of
sekunder
secondary caries associated with
karies restorasi amalgam, validitas
defective amalgam restorations. Br
pemeriksaan radiografis akan lebih
Dent J 1994;177:89-93
menegakkan
tinggi
digunakan
3. Foster
diagnosis
bila
ditunjang
pemeriksaan/tanda
oleh
MP,
Gorter
Y,
van
seperti
Loveren C, van Amerongen JP.
terjadi diskolorisasi luas pada restorasi
Validity of radiographs for diagnosis
amalgam yang kecil, tepi tumpatan
of secondary caries in teeth with
yang pecah, fissura yang dalam (parit)
class II amalgam restorations in
pada
vitro. Caries Res 1997;31:24-9.
tepi
klinis
4. Rudolphy
restorasi,
serta
grey
discolouration mempunyai sensitivitas 50%
dan spesifisitas
91%
dalam
5. Merrett MC W, Elderton RJ. An in vitro study of restorative dental
mendeteksi karies sekunder.
treatment
SARAN
caries. Br Dent J 1984; 157: 128-
Menindaklanjuti disimpulkan,
apa
yang
disarankan
telah
adanya
33.
decisions
and
dental
6. Kidd EAM, O'Hara JW. The caries status
of
occlusal
amalgam
restorations with marginal defect. J Dent Res 1990; 69: 1275-7.
results. J Am Dent Assoc 1990; 120: 683-6. 9. Ketley CE, Holt RD. Visual and radiographic diagnosis of occlusal
7. Rudolphy MP, van Amerongen JP,
caries in first permanent molars and
Penning Ch, ten Cate JM. Grey
in second primary molars. Br Dent J
discolouration and marginal fracture
1993;174:364-70.
for the diagnosis of secondary caries
in
molars
with
occlusal
10.Goldberg J, Tanzer J, Munster E, Amara J, Thai F, Birkhed D. Cross-
amalgam restorations: an in vitro
sectional
study. Caries Res 1995;29:371-6.
recurrent enamel caries, restoration
8. Shrout
MK,
Interpretation dentinal
dan of
Hildebolt
CF.
base-metal
radiopacities:
survey
of
clinical
marginal
evaluation
integrity,
and
of
oral
hygiene status. J Am Dent Assoc 1981; 102: 635-41.