V. PELAKSANAAN PERANAN KOMITE SEKOLAH
Proses Pembentukan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa
5.1.
Sebelum Komite Sekolah dibentuk, organisasi wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat di SMAN 1 Liwa adalah Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). BP3 dibentuk oleh sekolah bersama-sama dengan kepala sekolah, guru dan orang tua siswa. Namun dalam pelaksanaannya, wadah BP3 cenderung top down, artinya sejak terbentuknya, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan BP3 didominasi oleh pihak sekolah. Selain itu BP3 hanya berperan memberikan kontribusi kebijakan sarana dan prasarana di SMAN 1 Liwa, dan tidak memiliki peranan dalam kebijakan peningkatan mutu p e n d i d i i di SMAN 1 Liwa.
Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan hasil pendidikan yang diberikan oleh sekolah, dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upaya peningkatan mutu, pemerataan, efisiensi penyelenggaraan pendidikan diperlukan dukurigan dan peranserta masyarakat untuk bersinergi dalam suatu wadah yang tidak sekedar lembaga pengumpul dana pendidikan dari orang tua siswa (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah, 2002). Pada tahun 2002, dibuat kebijakan oleh pemerintah tentang pembentukan wadah Komite Sekolah sebagai pengganti BP3. Proses pembentukan Komite Sekolah di SMAN 1 Liwa adalah sebagai berikut: pertengahan Bulan Desember 2005, Kepala Sekolah SMAN 1 Liwa mengundang ketua dan pengurus BP3 SMAN 1 Liwa, dalam pertemuan tersebut kepala Sekolah mensosialisasikan keberadaan Komite Sekolah sesuai dengan kebijakan pemerintah sebagai pengganti BP3. Kepala sekolah menjelaskan hal-hal berkaitan dengan Komite Sekolah, selain itu Kepala Sekolah SMAN 1 Liwa menyampaikan terima kasih kepada pengurus atas perannya selama ini dan Kepala Sekolah mengharapkan agar pengurus BP3 membantu SMAN 1 Liwa walaupun telah berganti menjadi Komite Sekolah. Mendapat penjelasan dari Kepala Sekolah SMAN 1 Liwa, pengurus Komite Sekolah memahami dan menyadari pentingnya Komite Sekolah dan mereka berkomitmen untuk
membantu SMAN 1 Liwa dalam proses pembentukan kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa. Hasil pertemuan tersebut sepakat untuk niengadakan pertemuan lanjutan dengan seluruli orang tua siswa dan Sekaligus memilih ketua Komite Sekolah, akhirnya disepakati Kepala Sekolah dan pengurus BP3 pada minggu kedua Bulan Januari 2006 untuk mensosialisasikan wadah Komite Sekolah kepada orang tua siswa bertepatan pada pengambilan rapor siswa semester ganjil. Dalam pertemuan tersebut kepala sekolah dan ketua pengums BP3 mensosialisasikan keberadaan Komite Sekolah dan sekaligus acara perpisahan pengurus BP3. Dalam acara perpisahan, Ketua BP3 (Burhanudin) mengatakan bahwa dirinya tidak iugin lagi menjabat sebagai pengurus di wadah organisasi Komite Sekolah SMAN 1 Liwa, dengan alasan memberikan kesempatan kepada yang lain, Burhanuddin tetap berkomitmen untuk membantu SMAN 1 Liwa. Pertemuan tersebut sepakat untuk mengundang kembali o m g tua siswa dalam acara pembentukan Komite Sekolah. Pada tanggal 20 Februari 2006 pihak sekolah mengundang seluruh orang tua siswa SMAN 1 Liwa namun yang hadir 124 orang, Pertemuan tersebut sepakai memilih 1r.Kuswanto (orang tua siswa) sebagai ketua Komite Sekolah dan memilih pengurus Komite Sekolah lainnya dari orang tua siswa (dua orang), pemakilan guru, dan tokoh masayarakat. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan pembentukan pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa periode 200612010. 5.2.
Struktur Organisasi Komite Srtkolah SMAN 1 Liwa Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dibentuk tanggal 20 Februari 2006
berdasarkan Surat Keputusan Kepala SMAN 1 Liwa No. 2.2204112006 tentang Susunan Kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa periode 200612010, Susunan kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa periode 200612010 disajikan dalam Tabel 17. Sementara struktur organisasi pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa terdapat dalam Lampiran 1.
Tabel 17. Susunan Kepengurusan Komite Sekolah S M . 1 Liwa Periode 2006/2010
Tabel 17, memperlihatkan bahwa kepengurusan Komite Sekolah di SMAN 1 Liwa terdiri dan pemakilan orang tua siswa sebanyak lima orang (41,66 persen), tokoh mayarakat empat orang (33,33 persen) dan unsur dewan guru tiga orang (25 persen).
5.3 Pelaksanaan Peranan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa Menurut Direktomt Pendidikan Dasar d m Menengah (2001), perman ymg dijalankan Komite Sekolah adalah, a). Pemberi pertimbangan (advisory agencyl, b). penddmg ('supporting agency), c). pengontrol (controlling agency) d m
d). mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat. Berdasarkan realitas sosial di SMAN 1 Liwa, pelaksanaan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dijelaskan sebagai bedcut: a. Pemberi Pertimbangan (advisory agency)
Perm Komite Sekolah SMAN 1 Liwa sebagai pemberi pertimbangm kepada pihak sekolah cukup baik. Walaupun Komite Sekolah baru terbentuk,
namun peran sebagai pemberi pertimbangan kebijakan sekolah sudah bejalan. Peran konkrit dalam pemkri kebijakan yang dilakukan oleh Komite Sekolah SMAN 1 Liwa adalah pertimbangan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 1 Liwa. Pada Bulan Juli 2006, kepala SMAN 1 Liwa mengajukan usul dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah berupa meja dan kursi sebanyak 75 buah, Komite Sekolah SMAN 1 Liwa menyetujui usul kepala sekolah SMAN 1 Liwa, namun jumlahnya sebanyak 50 buah yang berasal dan sumbangan orang tua siswa siwa SMAN 1 Liwa. Peranan Komite Sekolah lainnya memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: 1). Kebijakan dan program pendidikan, 2). Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAF'BS),
3). Kriteria kineja satuan pendidikan, 4)- Kriteria tenaga kependidiian, 5). Kriteria fasilitas pendidikan. Pelaksanaan fungsi yang dilakukan oleh Komite
Sekolah SMAN 1 Liwa tersebut masih rendah. Hal tersebut disebabkan Komite Sekolah baru melaksanakan fungsi dalam kriteria fasilitas pendidikan.
b). Pendukung (supporting agency) Komite Sekolah SMAN 1 Liwa telah melakukan petan penddmng
(supporting agency) dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Pada Bulan April 2006, Komite Sekolah SMAN 1 Liwa mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat untuk membangun gedung baru karena kurangnya sarana d m prasarana gedmg di SMAN I Liwa. Di samping itu Komite Sekolah SMAN 1 Liwa berupaya untuk menghimpun dana dari masyarakat (orang tua siswa) dan Ikatan Alumni SMAN 1 Liwa. Komite Sekolah SMAN 1 Liwa juga mencari donatur pernbangunan sarana dan prasarana pendidiian, baik dari alumni maupun dari orang tua siswa namun belum optimal. Komite Sekolah menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan p e n d i d i di satuan p e n d i d i i . Pelaksanaan peranan tersebut masih belum bejalan dengan baik. Selma ini dana dari masyarakat (orang tua siswa) untuk pembangunm fasilitm sekolah masih sedikit, hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
c). Pengontrol (controlling agency)
P e i a n Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dalam pengontrol masih belim berjalan dengan baik. Selama ini yang berperan sebagai pengontrol adalah pihak sekolah (SMAN 1 Liwa). Rendahnya peran kontrol yang dilakukan oleh Komite sekolah karena usia Komite SMAN 1 Liwa masih relatif baru. Pelaksanaan peranan evaluasi dan pengawasan masih belum bejalan secara optimal, hal tersebut disebabkan oleh kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa masih baru. Pelaksanaan pengontrolan yang dilakukan oleh Komite Sekolah SMAN 1 Liwa adalah memeriksa laporan pertanggunpjawaban dari pihak sekolah mengenai penggnnaan dana pendaftaran siswa baru tahun ajaran 200612007 oleh kepala sekolah SMAN 1 Liwa kepada komite sekolah. Besarnya dana berasal dari 225 orang pendaftar, masing-masing pendaftar membayar Rp. 50,000,00 (lima
puluh ribu pi ah), yang digunakan sebagai biaya administrasi dan insentif bagi kesejahteraan panitia Penerimaan Siswa Baru (PSB) SMAN 1 Liwa.
d). Mediator antara Pemerintah (eksekutif) dengan Sekolah
Peran Komite Sekolah SMAN I Liwa sebagai mediator mtara pemetintah dengan SMAN 1 Liwa sudah beqalan, walaupun belum optimal. Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan SMAN 1 Liwa, pihak sekolah melibatkan masyarakat (orang tua siswa) sebagai salah satu p e n g w s Komite sekolah, Sementara itu Komite Sekolah juga melibatkan partispasi orang tua siswa, dengan mengundang orang tua siswa dalam penentuan kebijaka. di SMAN 1 Liwa seperti pembangunan sarana dan prasarana sekolah. Komite Sekolah SMAN 1 Liwa telah memberikan peranan sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat, Pada Bulan April 2006, Komite Sekolah SMAN 1 Liwa mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat unhk membangun gedung baru karena kurangnya sarana dan prasarana gedung di SMAN 1 Liwa. Pada saat ini Komite Sekolah merintis kerjasama dengan masyarakat (perorangan, organisasi, dunia usaha, dan dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bennutu, Pelaksanaan fungsi tersebut masih dalam tahap awal, sehingga perlu pengoptimalan fungsi lebih
lanjut. Output dan peran pelaksanaan kerjasarna antara Komite Sekolali dengan pihak luar masih belum nampak, 5.4.
Analisis Partisipasi Masyarakat dalam B~rbagaiKegiatan di Sekolah Pada kajim ini, partisipasi betagam pihak dalam kegiatan pe~ldidikmdi
SMAN 1 Liwa diietahui, dengan membandiigkan tingkat partisipasi orang tua siswa, pengurus Komite Sekolah, dan guru. Dengan perbandingan tersebut, dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat (khususnya orang tua siswa) mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi. 5.4.1.
Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Psreneanaan Indikator partispasi gum, pengurus Komite Sekolah dan orang tila sis-wa
dalam perencanaan adalah (1) menghadiri pertemuan dengan Komite Sekolah,
(2) Terlibat dalam menyusun rencana kegiatan sekolah, d m (3) Menyampaikan usul dalam rapat rencana kegiatan sekolah. Partisipasi gu-
pengurus Komite dan
orang tua siswa dalam perencanaan secara garis besar disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18. Partisipasi Masyarakat, Guru dan P~ngurusKomite Sekolah dalam Pcrencanaan Kegiatan Pendidikan di SMAN 1 Liwa Tahun 2008 Tingkat Partisipasi Responden (Persentase) Jenis Partisipasi a. Menghadiri Pertemuan Komite b. Terlibat dalam menyusun rencana kegiatan sekolah c. Menyampaikan usul dalam rapat rencana kegiatan sekolah
p'nwrus
Orang tua siswa
86,66
Komite Sekolab 100,OO
86,66
80,OO
44,OO
55,55
100,OO
38,OO
Guru
'
72,OO
Dari Tabel 18 di atas di dapatkan bahwa rata-rata kehadiran guru, pengurus Komite Sekolah dan orang tua siswa dalam menghadiri rapat dalam perencanaan kegiatan pendidiian di SMAN 1 Liwa sangat tinggi dimana rata-rata
k e h a d i i di atas 70 persen artinya partisipasi kehadiran gum, pengurus Komite dan orang tua termasuk sedang, dimana partisipasi Komite Sekolah tinggi yang mencapai 100 persen kehadiran dari seluruh anggota Komite Sekolah. Tingginya tingkat kehadiran pengurus Komite Sekolah dalam rapat, hal ini dikarenakan msa tanggung jawab para pengurus terhadap pertemuan tersebut. Tingkat kehadiran kedua yaitu guru dimaia dari 45 guru yang dilakukan wawancara sebanyak 39 orang atau 86,66 persen yang hadir dalam pertemuan penentuan rencana kegiatan SMAN 1 Liwa, tingginya partisipmi guru dalam menghadiri pertemuan dengan komite disebabkan guru mempunyai lebih banyak kesempatan. Tingkat ketiga yaitu partisipasi masyarakaVorang tua siswa dari sampling yang diambil sebanyak 50 orang tua siswa sebanyak 36 orang atau sebesar 72 persen &an menghadiri kegiatan rapat, Tingkat partisipmi masyarakaVorang tua siswa ini masuk dalam kategori sedang, ha1 ini menandakan bahwa orang tua siswa memiliki rasa tanggungjawab &an
keberlangsungan pendidikan
yang
bennutu
bagi
anak-anaknya. Indikator kedua dalam partisipasi perencanaan adalah terlibat dalam rangka menyusun rencana kegiatan sekolah. Selama ini pihak yang paling berperan dalam menyusun rencana kegiatan sekolah adalah guru sebesm 84,66 persen. Sementara pengurus Komite Sekolah hanya berpartisipasi sebesar 80 persen dan orang tua siswa sebesar 44 persen. Rendahnya partisipmi orang tua siswa dalam menyusun rencana kegiatan di sekolah karena orang tua siswa yang hadir dalam rapat dengan pihak sekolah cenderutlg bersikap pasif, kebanyakan orang tua siswa tidak mengetahui bagaimana cara penentuan kegiatan sekolah kedepan untuk peningkatan mutu pendidikan. Indiiator ketiga partisipasi stakeholders dalam perencanaan adalah menyampaikan usul dalam rapat perencanaan. Pada prinsipnya indikator partsipmi dalam menyampaikan usul saat rapat perencanaan sama dengan terlibat dalam penyusunan program kegiatan sekolah, namun ini lebih ditekankan pada aktivitas individu dalam kehadirannya di rapat penyusunan program. Partisipasi guru menyampaikan usul dalam rapat rencana kegiatan sekolah tergolong sedang. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara yang sebesar 55,55 persen guru memberikan kontribusi pemikiran dalam rapat tersebut. Sementara pmisipasi komite sekolah
dalam memberikan usul sebesar 100 persen. Hal itu menggambarkan peranan Kornite Sekolah dalam memberikan kontribusi pemikiran tergolong tinggi. Sementara partisipasi orang tua siswa memberikan usulan tergolong rendah, yaitu sebesar 38 persen lebii rendah dari partisipasi guru, artinya dari sebanyak 50 orang yang di wawancara sebanyak 19 orang yang hanya memberikan usulannya. Rendahnya usulan dari orang tua siswa di karenakan kurang mengetahuinya orang tua siswa akan kegiatan yang tepat bagi anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu tinggi, akibat kurang mengetahuinya apa yang h a s di usulkan membuat orang tua siswa cenderung lebih pasif di bandingkan dengan unsur guru dan pengums Komite Sekolah, Selain itu pertemuan yang memakan waktu yang cukup lama membuat orang tua siswa merasa bosan dalam rapat, sehingga membuat peran masyarakat' orang tua siswa masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat di simpulkan bahwa guru dan Komite Sekolah memiliki peran yang tinggi terhadap prencanaan kegiatan pendidikan di SMAN 1 Liwa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, Berdasarkan hasil wawancara juga dapat di simpulkan bahwa peran masyarakatlorang tua siswa masih rendah terutama dalam ha1 pemberian usul untuk penentuan kegiatan pendidikan. 5.4.2.
Analiis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Sckoial~
hdiiator partisipasi Srakeholdc~sSMAN 1 Liwa (guru, pengurus K&e Sekolah dan orang tua siswa) dalarn pelaksanaan adalah (1) terlibat dalam pelaksanaan kegiatan sekolah; (2) memberikan sumbangan uang dalam kegiatan sekolah, dan (3) memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan sekolah, (4) mendorong siswa dalam pembimbingan belajar, (5) mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan sekolah, dan (6) Prioritas yang diberikan pada tugas yang terkait dengan sekolah. Pada Tabel 19 menunjukkan, partisipasi guru, pengurus Komite Sekolah dan masyarakat dalam berbagai kegiatan di SMAN 1 Liwa. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh SMAN 1 Liwa adalah percyaan Idul Adha pada hari Senin 8 Desember 2008 dan perpisahan siswa kelas tiga hari Sabtu 28 Juni 2008 yang
bertempat di SMAN 1 Liwa.
*
Tabel 19. Bentuk dan Tingkat Partisipasi Guru, Pengurus Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa Tingkat Partisipasi Itesponden (Persentase) Jenis Fartisipasi Peilgiiriis Orang tua Guru Komite siswa Sekolah 1. Terlibat dalam berbagai 77,77 60,OO 40,OO kegiatan sckolah 24,44 2, Memberikan sumbangall 109,OO 30,QO uang dalam kegiatan sekolah 3. Memberikan batuan tenaga 95,55 40,OO 20,OO dalam kegiatan sakolah 4. Mendorong siswa dalam 100,OO 60,OO 100,OO pembimbingan belajar 5. Mendorong siswa untuk aktif 88,88 60,OO 42,OO dalam kegiatan sekolah Pada kegiatan perayaan hari besar keagamaan dan acara perpisahan di
SMAN 1 Liwa guru memiliki parfisipasi yang tinggi dalam keterlibatan pelaksanaan kegiatan tersebut atau sebesar 77,77 persen, Sementara pengurus Komite Sekolah yang terlibat dalam kegiatan hari besar keagamaan dan perpisahan siswa kelas tiga sebesar 60 persen atau partisipasi Komite Sekolah terlibat dalam kegiatan sekolah masuk dalam kategori sedang. Biasanya pengurus komite yang terlibat dalam kegiatan tersebut, karena diberi tanggungiawab oleh sekolah untuk membantu kelancaran acara tersebut. Biasanya pengurus Komite Sekolah diundang oleh pihak sekolah dan menyampaikan sarnbutan sebagai perwakilan Komite Sekolah. Sementara anggota Komite Sekolah yang tidak memiliki kewajiban secara khusus dalam acara, biasanya kurang terlibat. Sementara itu keterlibatan nlasyarakat (dalanl ha1 ini adalah orang tua siswa) dalam pelaksanaan kegiatan sekolah hanya sebesar 40 persen atau tergolong rendah. Orang tua siswa dalam pelaksanaan biasanya melibatkan diri apabila diminta oleh pihak sekolah, apabila tidak diminta orang tua siswa cenderung bersifat pasif. Hanya sedikit orang tua siswa yang hadii dalam kegiatan hari keagamaan di SMAN 1 Liwa, karena selain acaranya hanya berlaku untuk siswa, juga hanya sebagian orang tua siswa sebagai perwakilan yang diundang. Pada kegiatan perpisahan siswa kelas tiga, orang tua siswa kelas tiga sebagian besar
hadii dalam acara tersebut, karena acara perpisahan, menurut orang tua siswa kelas tiga merupakan acara "pertemuan terakhir" dengan pihak sekolah. Namun ada juga sebagian orang tua siswa hadir ke SMAN 1 Liwa hanya sekedar menonton acara perpisahan, karena dalam acara perpisahan tersebut ada pertunjukan seni, tari, drama yang dimainkan oleh siswa kelas satu dan kelas dua. Indiiator kedua dalam pelaksanaan di SMAN 1 Liwa adalah memberikan sumbangan dalam kegiatan sekolah. Contoh bentuk sumbangan di SMAN 1 Liwa adalah sumbangan uang dalam acara perpisahan siswa kelas iiga dan pembayaran honor guru yang mengadakan pelajaran tambahan bagi siswa kelas tiga. Partisipasi guru dalam memberikan sumbangan sebesar 24,44 peesen atau termasuk kategori sangat rendah, anggota Komite Sekolah 100 persen atau masuk dalam kategori tinggi dan orang tua siswa sebesar 30 persen atau masuk dalam kategori rendah. Anggota Komite Sekolah paling tinggi partisipasinya dalam memberikan sumbangan dalam kegiaian sekolah, karena pengurus Komite Sekolah, merasa mempunyai tanggungjawab dalam kegiatan sekolah dan merasa malu apabila tidak menyumbang. Selain itu biasanya yang dud& di kepengurusan Komite Sekolah merupakan orang-orang memilii kemampuan ekonomi yang memadai, sehingga bersedia membantu, Partisipasi gum justPu lebii rendah di bandingkan orang tua, hal ini dikarenakan anggapan sebagian guru jika kegiatan yang diadakan di sekolah maka pmdanaannya hams berasal dari siswa, sedangkan partisipasi orang tua siswa juga masih tergolong rendah, hal ini dikarenakan ekonomi orang tua siswa di SMAN 1 Liwa raia-rata tergolong menegah ke bawah. Indikator ketiga partisipasi dalam pelaksanaan adalah memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan di sekolah. Salah satu kegiaian yang telah dilakukan oleh sekolah adalah acara peringatan hari besar keagamaan dan acara perpisahan di SMAN 1 Liwa. Guru memiliki pariisipasi yang tinggi memberikan sumbangan tenaga, yaitu sebesar 95,55 persen. Guru bersama-sama dengan kepala sekolah mempersiapkan mulai perencanaan, sampai pelaksanaan acara perpisahan siswa kelas tiga. Sementara pengurus Komite Sekolah berpartisipasi dalam memberikan sumbangan tenaga sebesar 40 persen atau masuk dalam kategori rendall dan orang tua siswa hanya sebesar 20 persen atau masuk dalam kategori sangat rendah. Rendahnya partisipasi dalam memberikan sumbangan tenaga, karena orang tua
siswa lebii disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing dan beranggapan bahwa kegiatan yang dilakukan di sekolah sudah dapat tertangani dengan baik oleh guru dan siswa sekolah SMAN 1 Liwa. Indikator keempat partisipasi orang tua siswa dalam pelaksanaan adalah mendorong siswa dalam pembimbingan belajar. Pada indikator ini, partisipasi
guru tergolong tinggi sebesar 100 persen, hal ini di karenakan adanya rasa tanggungiawab yang besar dalam diri masing-masing guru SMAN 1 Liwa. Pengurus Komite Sekolah sebesar 60 persen atau termasuk dalam kategori sedang dan orang tua siswa sebesar 100 persen. Partisipasi orang tua siswa tergolong tinggi dibuktikan dengan sikap dan perilaku orang tua siswa dalam mendorong, membimbing dan memperhatikan anak-anaknya dalam belajar di rumah. Orang tua siswa senantiasa mengontrol anak-anaknya belajar di rumah. Indikator kelima partisipasi dalam pelaksanaan adalah mendorong siswa untuk aktii dalam kegiatan di sekolah. Persentase partisipasi guru, pengurus Komite Sekolah dan orang tua siswa berturut-turut sebesar: 88,88 persen atau tergolong tinggi, 60 persen atau tergolong sedang dan 42 persen atau tergolong rendah. Faktor pendorong partisipasi guru tinggi adalah karena kesadaran tentang manfaat dari kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh siswa, antara lain: OSIS, PMR, Pramuka dan kesenian. Sedangkan parsipasi Komite Sekolah sedang, hal ini di karenakan kurang mengetahuinya ekstra k u l i i e r yang ada di SMAN 1 Liwa, Sementara itu rendahnya partisipasi orang tua siswa dalam mendorong anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstra kuriiler adalah kekhawatim orang tua siswa terhadap anaknya tidak dapat membagi waktu. Namun juga ada orang tua siswa yang membolehkan anaknya mengikuti kegiatan sekolah yaitu sebesar 42 persen atau temasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan lima indikator dalam pelaksanaaa kegiatan di sekolah maka partisipasi orang tua siswa (masyarakat) dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah masih tergolong rendah, 5.4.3. Analisis P-rtisipasi Masyarakat dalam P~ngawasan
'Tingkat partisipasi berbagai unsur SMAN 1 Liwa dalam p e n g a w m terdiri atas dua indikator, yaitu (1) ikut serta dalam pengawasan kegiatan sekolah,
(2) menegur apabila ada yang menyimpang dalam kegiatan sekolah. Perbandingan antara paaisipasi guru, orang tua siswa dan pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dalam pengawasan disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Bentuk Tingkat Partisipasi dalam Pengawasan Oleh Guru,
Jenis Partisipasi
Berdasarkan Tabel 20, indikator ikut serta dalam pengawasan kegiatan SMAN 1 Liwa. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh SMAN 1 Liwa adalah pengawasan keuangan yang diterima oleh sekolah tahun pelajaran 200712008. Dalam neraca keuangan terdapat sumbangan dari orang tua siswa melaui Komite Sekolah sebesar Rp.167.292.000, selain sumbangan oleh orang tua siswa terdapat juga beberapa sumber pendanaan antara lain Bantuan Operasional Sekolah sebesar Rp. 109.159.000. Uang yang masuk ke SMAN 1 Liwa tersebut digunakan sebagai biaya operasional kegiatan pendidikan. Pada akhir tahun kegiatan pendidikan, pihak sekolah yang terdiii atas beberapa majelis guru mempertanggungiawabkan penggunaan dana tersebut. Partisipasi guru dalam pengontrolan kegiatan adalah tergolong tinggi, sebesar 88,88 persen, pengurus Komite Sekolah sebesar 80 persen atau tergolong tinggi dan orang tua siswa (masyarakat) sebesar 14 persen atau tergolong sangat rendah. Tingginya partisipasi guru dalam pengawasan kegiatan di sekolah, karena guru memiliki tanggungjawab yang besar sehingga dengan kesadaran tinggi para guru melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan di sekolah dibawah koordinasi kepala sekolah. Sementara itu pengawasan yang dilakukan oleh orang tua siswa cenderung sangat rendah, hal itu disebabkan orang tua siswa yang tidak terlibat aktif dalarn kegiatan pendidikan di sekolah atau orang tua kurang berpartisipatif, temasuk dalam hal pengawasan kegiatan
keuangan di SMAN 1 Liwa. Orang tua siswa yang aktif dalam pengawasan hanya orang iua siswa yang menjadi pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa. Indikator menegur apabila menyimpang dalam kegiatan di SMAN 1 Liwa, terdiri atas: partisipasi guru dalam menegur apabila ada melanggar tergolong tinggi yaitu sebesar 100 persen, sementara itu partisipasi Komite Sekolah dalam pengawasan tergolong sedang yaitu sebesar 60 persen, hal iiu disebabkan karena Kornite SMAN 1 Liwa masih belum berfungsi optimal. Tingkat partisipasi orang tua siswa dalam menegur pada tingkat yang sangat rendah y a k sebesar 20 persen,
Sangat rendahnya partisipasi orang tua siswa dalam pengawasan disebabkan oleh keseganan orang tua siswa uniuk menegur apabila ada penyimpangan dalam kegiatan di SMAN 1 Liwa. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa partisipasi orang tua siswa (masyarakat) dalam pengawasan masih tergolong sangat rendah. Tabel 21. Raia-raia Tingkat Partisipasi Guru, Komiie Sekolah dan Orang Tua Siswa Jenis Partisipasi
Hasil analisis partisipasi guru, pengurus komite sekolah dan orang tua siswa dalam fimgsi perencanaan, pelaksaaaan, dm pengawasan dalam rangka meningkatkan mutu p e n d i d i i di SMAN 1 Liwa diperoleh kesimpulan bahwa peran guru dalam ketiga fungsi tersebut lebih besar dibandingkan dengan tingkat partisipasi p e n p komite sekolah dan orang tua siswa. Besarnya partisipasi
guru ini dikarenakan besamya rasa tangguagjawab guru akan pekerjaannya sebagai pendidik yang mengharuskan memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik. Tingkat partisipasi guru dalam perencanaan, pelaksanaan d m pengawasan mencapai rata-rata 82,69 persen atau tergolong tinggi. Posisi kedua adalah partisipasi pengurus Komite Sekolab, besar persentase partisipasi Komite Sekolah mencapai mta-mta 75,78 persen atau tergolong tinggi.
Persentase tingkat partisipasi tersebut menggambarkan bahwa Komite Sekolah telah berpemn cukup baik dalam rangka peningkatan mutu p e n d i d i i di SMAN 1 Liwa. Sedangkan partisipasi orang tua masih rendah, yaitu sebesar rata-rata 38,24 persen. Rendahnya partisipasi orang tua dalam menjalankan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dikarenakan ketidakhhuan orang tua siswa akan sistem pendidikan dikarenakan 65 persen dari orang tua siswa adalah sebagai petani, selain itu juga keterbatasan waktu untuk menghadiri acara-acara di sekolah dikarenakan orang tua siswa lebih mementingkan kepentingan pekejaan, sedangkan acara-acara sekolah sering diadakan pada hari-hari efektive. Rendahnya partisipasi orang tua siswa juga tejadi karena orang tua merasa bahwa tangungjawab pendidiian yang bermutu merupakan tanggungjawab guru.