USAHA-USAHA KH. HAMAM DJA’FAR DALAM MENGHIDUPKAN PONDOK PESANTREN PABELAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : Mei Annisa NIM 1112011000050
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK
Mei Annisa (NIM: 1112011000050). Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam Dja’far, untuk mengetahui usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan, untu mendeskripsikan hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far dalam usaha-usaha menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan mengamati sistem pendidikan Pondok Pesantren Pabelan, kemudian wawancara langsung dengan keluarga dan kerabat yang berjumpa dengan KH. Hamam Dja’far, sumber data primernya KH. Ahmad Mustofa sebagai adik kandung KH. Hamam Dja’far dan KH. Ahmad Najib Amin sebagai anak KH. Hamam Dja’far teknik pengumpulan data selanjutnya adalah dokumentasi, berupa foto-foto kegiatan para santri, kegiatan KH. Dja’far dan buku-buku tentang Pondok Pesantren Pabelan seperti KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pabelan. Teknik analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik content analysis, dimaksud untuk menggali usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan dan kemudian diuraikan kembali sebagaimana hasil analisis, dengan maksud untuk memahami, menggali informasi, tantangan, dan usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keadaan Pondok Pesantren Pabelan pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far, mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ekonomi, sosial, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam mewujudkan ide-idenya, beliau menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, keadaan ekonomi dan sumber daya manusia yang sangat rendah adalah masalah yang harus KH. Hamam hadapi. Beliau menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dengan masyarakat, pemuda dan tokoh-tokoh desa Pabelan, tidak hanya itu KH. Hamam mendidik masyarakat dengan memberikan contoh dari aspek pertanian, penambangan pasir, dan penghijauan lingkungan. Usaha-usaha yang dilakukan KH. Hamam dalam mengidupkan Pondok Pesantren Pabelan antara lain yaitu pada aspek tujuan, pendidik, peserta didik, lingkungan, lembaga pendidikan, media, kurikulum, metode, evaluasi dan manajemen.
i
ABSTRAC
Mai Annisa (NIM: 1112011000050). Efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan Boarding School. This study aims to determine how to gather information, obstacles, challenges, and efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan boarding school. This research is qualitative research and using the phenomenological approach to explore on efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan boarding school. Data collection techniques used in this research is the direct observation observe Pabelan boarding school education system, conducted direct interviews with the family and relatives who met with KH. Hamam Dja'far, documentation of student activities’s, KH. Hamam Dja'far activities’s pictures and books about Pabelan boarding school. Data analysis techniques in this study, researchers used the technique of content analysis, in this paper is to explore efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pabelan boarding school and later elaborated returned as results of the analysis, with the intent to understand, gather information, challenges, and efforts KH. Hamam Dja'far in turn Pebelan boarding school. Research shows that a state boarding school Pabelan during the leadership of KH. Hamam Dja'far, experienced a rapid growth in the economic, social, especially in the field of education. In order to realize his ideas, he faced many obstacles and challenges, the economic situation and human resources are so low is a problem that must KH. Hamam face. He completed the problem by discussing with the community, youth and village leaders Pabelan, not only the KH. Hamam educate the public by providing examples of aspects of farming, sand mining, and environmental greening. KH. Hamam Efforts in turn Pabelan boarding school, they are, in terms of its goals, educators, students, environmental, educational institutions, media, curriculum, methods, evaluation and management.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan skripsi ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pembaharuan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan Oleh KH. Hamam Dja’far”. Shalawat beserta salam semoga Allah senantiasa melimpahkannya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan tuntutan bagi kita (umat Islam) kejalan yang di ridhoi Allah SWT. Kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir, semoga Allah senantiasa meridhai segala usaha kita, amin. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2.
Dr. H. Abdul Majid Khon. M.Ag, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswi di jurusan Pendidikan Agama Islam.
3.
Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang juga memberikan bimbingan dan dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
iii
4.
Dr. Sururin, MA selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam yang memberikan arahan, bimbingan dan dukungannya kepada penulis untuk cepat menyelesaikan studi.
5.
Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag. Sebagai pembimbing skripsi, yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7.
Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam peminjaman buku-buku yang dibutuhkan.
8.
Pimpinan Pondok Pesantren Pabelan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian bagi penulisan skripsi ini.
9.
Para Staf Pondok Pesantren Pabelan serta seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Pabelan, yang telah membantu dan memberikan banyak informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi ini.
10. Ayahanda Alm. Syamhudi dan Ibunda Juyati tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih dan sayang yang tak terhingga, yang tidak bisa dibalas dengan apapun, dan selalu mendo’akan serta memberi dukungan dengan segala pengorbanan dan keihklasan. (semoga Allah membalas segala pengorbanan bapak dan ibu). 11. Terima Kasih juga untuk Deni Pahlefi, SE dan Mamah Muslikah, adek Nanda Wijayanti, adek Juang Hadi Wibowo, adek Sulton Abni Sukaji Yusuf, keluarga Ngabidiyah dan keluarga Sutiem tercinta yang selalu memberikan dukungan. 12. Teman-teman PAI B angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang selalu dikampus menjaga komitmen untuk terus bersama dan saling membantu dalam proses belajar.
iv
13. Terima Kasih juga untuk teman-teman Kost Seulanga yang selalu bersama-sama baik suka ataupun duka sejak awal semester kuliah hingga sekarang. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan penelitian ini dari awal sampai akhir, semoga Allah senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, 25 November 2016 Penyusun
Penulis
v
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRAC.............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Identifikasi Masalah .....................................................................................6 C. Fokus Penelitian ...........................................................................................6 D. Rumusan Masalah ........................................................................................6 E. Tujuan Penelitian .........................................................................................7 F. Manfaat Penelitian .......................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori .................................................................................................8 1. Pengertian Usaha ....................................................................................8 2. Pengertian Menghidupkan .....................................................................8 3. Pendidikan ..............................................................................................9 a. Pengertian Pendidikan ......................................................................9 b. Pengertian Pendidikan Islam ..........................................................10 4. Sistem Pendidikan Islam ......................................................................11 a. Pengertian Sistem Pendidikan Islam ............................................11 b. Komponen atau Unsur-Unsur Sistem Pendidikan Islam .............12 1) Tujuan Pendidikan Islam .........................................................12 2) Pendidik ...................................................................................13 3) Peserta Didik ...........................................................................14 4) Lingkungan Pendidikan ...........................................................15 5) Lembaga Pendidikan ...............................................................17
vi
6) Media pendidikan ....................................................................17 7) Kurikulum ...............................................................................19 8) Metode .....................................................................................21 9) Evaluasi ...................................................................................22 10) Manajemen ..............................................................................23 5. Pondok Pesantren .................................................................................24 a. Pengertian Pondok .........................................................................24 b. Elemen-Elemen Pesantren .............................................................25 c. Bentuk-Bentuk Pesantren ...............................................................27 B. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................31 B. Metode Penelitian .......................................................................................31 C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................32 D. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data .......................................37 E. Analisis Data ..............................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................................40 1. Pondok Pesantren Pabelan ...................................................................40 2. Lintas Kehidupan KH. Hamam Dja’far ...............................................45 3. Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam Menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan.................................................................................49 B. Pembahasan ................................................................................................67 1. Hambatan dan Tantangan KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan ...................................................................67 2. Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam Menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan ................................................................................70
vii
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................93 B. Saran ...........................................................................................................94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian. 2. Hasil Observasi di Pondok Pesantren Pabelan. 3. Hasil Wawancara KH. Ahmad Najib Amin (Pimpinan Pondok Pesantren Pabelan. Anak pertama KH. Hamam Dja’far). 4. Hasil Wawancara KH. Ahmad Mustofa (Pimpinan Pondok Pesantran Pabelan, dan Satu-satunya adik KH. Hamam Dja’far). 5. Hasil Wawancara Bapak Khudori (Santri Pondok Pesantren Pabelan dan sekarang mengabdi menjadi guru Pondok Pesantren Pabelan). 6. Hasil Wawancara Bapak Dr. Mahfudz Masduki, MA (Santri dan Guru Pondok Pesantren Pabelan). 7. Hasil Wawancara Bapak Muhtarom (Guru pertama di Pondok Pesantren Pabelan dan kerabat KH. Hamam Dja’far). 8. Surat Bimbingan Skripsi 9. Surat Permohonan Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah. 10. Surat Keterangan Penelitian dari Pondok Pesantren Pabelan. 11. Uji Referensi.
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Negara kita telah merdeka lebih dari 70 tahun. Bukan waktu yang sebentar bagi sebuah negara untuk mempersiapkan bangsa yang maju. Sebuah negara akan maju jika anak bangsanya memiliki moral yang baik. Namun sangat disayangkan, dalam Harian Surat Kabar Kompasiana menyebutkan, kini terjadi kemerosotan moral seperti tawuran antar pelajar, seks bebas, penggunaan
narkoba,
dan tindakan kriminal
dilingkungan penerus bangsa ini.
1
yang lainnya, terjadi
Kondisi semacam ini memunculkan
pertanyan, bagaimana selama ini pendidikan di negara kita? seharusnya dunia pendidikan menjadi ranah penting dalam pembangunan karakter sumber daya manusia, dan menjadi agent of change (agen-agen perubahan) sebuah bangsa. Dewasa ini pendidikan Islam termasuk di dalamnya pesantren dan madrasah tengah menghadapi tantangan serius. Seperti yang disebutkan dalam jurnal yang ditulis Sholehuddin bahwasanya, “pada era ini pendidikan Islam
menghadapi
komersialisasi
tantangan
pendidikan,
globalisasi
mengakumulasi
yang
berakibat
kapital
dan
terjadinya mengeruk
keuntungan. Pendidikan mereka jadikan sebagai komoditi dan tidak semua masyarakat dapat mengaksesnya”.2 Presiden Megawati juga menyatakan, “pendidikan agama justru mengembangkan sikap fanatisme yang berlebihan sehingga toleransi sangat rendah”.3 kritik seperti ini memang tidak dapat dipungkiri, karena pendidikan agama selama ini hanya mementingkan popularitas dan dokmatis, hanya
1
Kamaludin Makmuun, “Kemerosotan Moral Pertanda Kehancuran Bangsa,” artikel diakses pada 17 juni 2015 dari http://www.kompasiana.com/kamaludinmakmuun/kemerosotan-moralpertanda-kehancuran-bangsa_55547b2b6523bd3e164af02f 2 Sholehuddin, “Tantangan Pesantren dalam Komersialisasi Pendidikan di Tengah Globalisasi,” Lentera Pendidikan, vol. 15, 2012, h. 221. 3 Muhammad Munadi,”Pendidikan Agama dan Toleransi,” At- Tarbawi, vol. 3, 2005, h. 49-50.
1
2
sebatas menghafal teks tanpa ada pemaknaan realitas. Sehingga para siswa hanya sekedar menghafal tanpa mengetahui maknanya. 4 Era globalisasi seperti saat ini, menghadirkan banyak peluang namun juga tantangan, kondisi seperti ini tidak bisa dihindari oleh siapapun termasuk pendidikan Islam. Pendidikan Islam dituntut untuk bisa lebih menyaring segala hal yang terjadi akibat globalisasi karena tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam juga diharapkan bisa berperan dan mewarnai peradaban dunia dan tidak hanya berorientasi pada tujuan yang bersifat eskatologis (hidup setelah mati).5 Dengan berbagai masalah yang dihadapi pendidikan Islam saat ini, seharusnya bukan dijadikan untuk penghambat berlangsungnya pendidikan, namun untuk koreksian dan dijadikan tantangan sebagai pembaharuan pendidikan Islam di negara kita yang tidak lain adalah pesantren. Pesantren harus mampu melahirkan generasi yang memiliki integritas, daya saing yang tinggi. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah dikenal jauh sebelum lembaga pendidikan lainya ada di Indonesia. Pesantren telah memberi andil yang besar dalam menyiarkan ajaran agama Islam ke seluruh Nusantara meskipun dengan kesederhanaan dan keterbatasan prasarana yang dimiliki. Menurut M. Dawam Rahardjo, sebagaimana yang dikutip Arief Armai, pernah
„menuduh‟
pesantren
sebagai
lembaga
yang
kuat
dalam
mempertahankan keterbelakangan dan ketertutupan.6 Perkembangan dunia (globalisasi), pesantren dihadapkan pada beberapa perubahan sosial-budaya. Sebagai konsekuensi logis dari perkemangan ini, pesantren mau tidak mau harus memberikan respon yang mutualis. Sebab, pesantren tidak dapat melepaskan diri dari bingkai perubahan-perubahan itu.7
4
Ibid. Abd. Haris, “Pemecahan Dikotomi Keilmuan Pendidikan Islam dengan Pendekatan Filsafat Ilmu,” Nizamia, vol. 8, 2005, h. 139. 6 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRDS Press, 2005), h. 41 7 Ibid., h. 43 5
3
Segala bentuk kegiatan di pesantren dipengaruhi oleh kiai sehingga dalam setiap pesantren memiliki beragam variasi pembelajaran sesuai dengan kiai. Kemudian dalam buku sejarah pendidikan Islam di Indonesia menyebutkan bahwa pesantren amat tergantung pada daya tarik kiai, pesantren akan menjadi mundur dan mungkin menghilang, jika tidak ada yang mewarisinya.8 Pesantren juga mempertahankan sistem tradisionalnya.9 Penelitian ini akan membahas tentang usaha-usaha KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan. Beliau merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan. Dengan pandangan yang luas dan wawasan yang dalam terhadap ajaran Islam mempengaruhi pemikiran KH. Hamam Ja‟far dalam menghadapi persoalan pendidikan, sosial, dan ekonomi Pabelan. Sejumlah ide dan pemikirannya yang luas mempu memperbaiki sosial, ekonomi, dan yang pasti pendidikan di Pabelan dan sekitarnya. Beliau merupakan murid Kiai Imam Zarkasyi, lahir di Desa Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, pada hari sabtu paing, 26 Februari 1938, beliau adalah sulung dari dua putra pasangan Kiai Dja‟far dan Nyai Hadijah. KH. Hamam besar di bawah pengasuhan adik kakek pihak ibu. Dalam keluarga K.H Hamam mengalir darah ulama yang diturunkan oleh KH. Muhammad Ali bin Kiai Kertotaruno, pendiri Pondok Pabelan (sekitar tahun 1800-an) yang pertama dan pengikut setia Pangeran Diponegoro. Menurut masyarakat setempat, Kiai Kertotaruno adalah keturunana Sunan Giri, salah satu wali penyebar agama Islam di Tanah Jawa. 10 Pendidikan KH. Hamam Dja‟far pada masa anak-anak dimulai dari ngaji dengan Kiai Cholil. Desa Pabelan ketika KH. Hamam Dja‟far kecil, merupakan sebuah desa yang sangat tertinggal di antara desa-desa lainnya, baik dibidang pendidikan, ekonomi, dan informasi. Melihat kondisi yang
8
Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1986), h. 54 Ibid., h. 61 10 Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2008), h. 60 9
4
sedemikian rupa tertinggal dalam segala bidang. Maka setelah menamatkan Sekolah Rakyat (SR), beliau mondok di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur selama kurang lebih 11 tahun (1952-1963). Di Gontor, KH. Hamam berguru secara langsung dan sangat dekat dengan salah satu “Trimurti Gontor” yaitu KH. Ahmad Sahal.11 Setelah 11 tahun nyantri beliau harus mematuhi Kiai Cholil yang memintanya pulang untuk meneruskan dan sekaligus menjadi pimpinan Pondok Pabelan yang sudah sekian lama vakum. Ketika melihat keadaan lingkungan di sekitar desa Pabelan. Yang dikutip oleh Umi Musyarrofah dari Komaruddin Hidayat menuliskan bahwa, pada waktu itu masyarakat Pabelan dan sekitarnya sangat memprihatinkan. Masyarakatnya mengalami kemunduran, kondisi ekonomi dan sosial melemah, pengangguran meningkat, masyarakat terpecah kedalam beberapa fraksi yang sekali-kali menimbulkan ketegangan sosial. Krisis ini terutama (ekonomi dan pendidikan).12 Dengan keadaan yang seperti ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam pada diri KH. Hamam Dja‟far. Lalu beliau menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh KH. Hamam Dja‟far kemudian melahirkan generasi yang menjadi sosok dinamis, terbuka, percaya diri, menjadi gawang Islam moderat dan
progresif
menyongsong perkembangan zaman. Penelitian tentang Pondok Pesantren Pabelan yang dilakukan oleh Khoirul Bariyah tentang “Peranan Pondok Pesantren Pabelan Dalam Perubahan Sosial Di Pabelan Mungkid Magelang Pada Masa KH. Hamam DJa'far 1965-1993”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam Dja‟far membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat baik dalam
11
Ibid., h. 61 Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Ja’far dan Pesantren Pabelan, (Jakarta: UIN Press, 2009), h. 6. 12
5
bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan budaya.13 Ahmad Zamharir juga meneliti tentang “Peranan Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Pondok Pesantren Pabelan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah)”. Menyatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan merupakan suatu proses pemberdayaan dan transformasi masyarakat secara efektif, peranan sosial Pondok Pesantren Pabelan dalam masyarakat dapat diketahui dari realitas.14 Penelitian yang dilakukan oleh Umi Musyarofah dengan judul “dakwah KH. Hamam Dja‟far dan Pondok Pesantren Pabelan.” Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KH. Hamam adalah tuan rumah yang sekaligus teman yang baik untuk berdiskusi, keterbukaan dan dialog merupakan salah satu watak KH. Hamam Dja‟far yang terlihat dalam kehidupan Pondok, dakwah KH. Hamam Dja‟far baik melalui media lisan (kuliah subuh) yang diselenggarakan di serambi masjid mampu mengentaskan kebodohan dan keterbelakangan agama bagi masyarakat Pabelan, kemudian dakwah KH. Hamam melalui Pesantren Pabelan baik dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan pengadaan air bersih mampu menjawab permasalahan keterbelakangan Pabelan dan KH. Hamam merupakan kiai
yang energik mampu
menggabungkan kebutuhan masyarakat dan keinginan dari anggota masyarakat berpadu dengan Pondok Pesantren Pabelan.15 Atas pemaparan diatas membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang “USAHA-USAHA
KH.
HAMAM
DJA’FAR
DALAM
MENGHIDUPKAN PONDOK PESANTREN PABELAN”.
13
Khoirul Bariyah, “Peranan Pondok Pesantren Pabelan Dalam Perubahan Sosial Di Pabelan Mungkid Magelang Pada Masa Kh Hamam Ja'far 1965-1993,” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2010, h. i, tidak dipublikasikan 14 Ahmad Zamharir, “Peranan Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Pondok Pesantren Pabelan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah),” Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2005, h. i, tidak dipublikasikan. 15 Umi Musyarrofah, op. cit., h. 67-69.
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu sebagai berikut: 1. Tantangan yang dihadapi pesantren seperti komersialisasi pendidikan, tuntutan masyarakat global yang semakin beraneka ragam, dan toleransi yang rendah. 2. Pendidikan Islam dituntut untuk melahirkan generasi yang mampu memiliki daya saing yang tinggi tanpa meninggalkan syariat agama Islam. 3. Pendidikan, sosial, ekonomi, dan kehidupan masyarakat di sekitar Pondok Pabelan sangat memprihatinkan. 4. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang kuat dalam mempertahankan keterbelakangan dan ketertutupan.
C. Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka fokus penelitian ini adalah pada usaha-usaha KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan, yang dimaksud disini yaitu usaha-usahanya pada sistem pendidikan yaitu meliputi komponen tujuan, pendidik, anak didik, lingkungan, lembaga pendidikan, media pendidikan, kurikulum, metode, evaluasi, dan manajeman, pada masa KH. Hamam Dja‟far.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut: 1.
Bagaimana keadaan Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam Dja‟far?
2.
Bagaimana usaha-usaha KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan?
3.
Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja‟far dalam usaha-usaha menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan?
7
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban kualitatif terhadap pertanyan utama yang tersimpul dalam rumusan masalah. Lebih rinci tujuan itu dapat diungkapkan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui keadaan Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam Dja‟far.
2.
Untuk
mengetahui
usaha-usaha
KH.
Hamam
Dja‟far
dalam
menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan. 3.
Untuk mendeskripsikan hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja‟far dalam usaha-usaha menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan.
4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang kiranya dapat diambil dari sosok KH. Hamam Dja‟far adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas kepada penulis pada khususnya dan praktisi pendidikan pada umumnya, dari sosok KH. Hamam Dja‟far sebagai tokoh yang berpengaruh di desa Pabelan dan Pondok Pesantren Pabelan. Serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang usaha-usaha yang dilakukan KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Pengertian Usaha Menurut Budhi Setyono, “Usaha dapat diartikan sebagai segala upaya untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya seorang siswa berusaha memecahkan soal-soal dalam ujian”.1 Menurut Aip Saripudin dkk, “Kata usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah berbagai aktivitas yang dilakukan manusia, contohnya Vaentino Rossi berusaha meningkatkan kelajuan motornya untuk menjadi juara dunia Moto GP yang kedelapan kalinya”.2 Menurut Harmaizar, “Usaha adalah suatu bentuk yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan baik yang diselenggarakan oleh perseorangan maupun yang lainnya”.3 Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa usaha adalah segala upaya kegitan atau aktivitas dengan mengarahkan pikiran dan tenaga untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
2. Pengertian Menghidupkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menghidupkan adalah memnyebabkan hidup, membuat hidup, menyalakan. Contohnya pembantu itu menghidupkan lilin.4
1
Budhi Setyono, Bahas Total Soal Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia SMA IPA Kelas XI, (Yogyakarta, Indonesia Tera, 2011), cet. 1, h. 107 2 Aip Saripudin, Dede Rustiawan K, dan Adit Suganda, Praktis Belajar Fisika Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam, (T.tp.: PT Grafindo Media Pratama, t.t), h. 70 3 Harmaizar Z, Menangkap peluang Usaha, (Bekasi: CV Dian Anugerah Perkasa, t.t), h. 14 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. 2, h. 324
8
9
Menurut Ahzami Samiun, “menurut beliau hidup adalah lawan dari mati, interpretasi dari kata menghidupkan adalah manusia sebelumnya belum pernah ada hingga akhirnya dimulailah penciptaan awalnya”.5 Kemudian “hidup dan mati adalah istilah yang berlawanan seperti terang dan gelap, jika diam adalah makna asal mati secara bahasa, maka gerak adalah makna asal kehidupan”.6 Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa menghidupkan adalah sebelumnya pernah ada kemudian tidak, hingga akhirnya dimulailah kembali.
3. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pendidikan”, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos, Istilah ini berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).7 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata didik, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses; cara; perbuatan mendidik.8 Menurut Ahmad Tafsir, “Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru, mencakup pendidikan formal, maupun nonformal serta informal”.9
5
Ahzami Samiun Jazali, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, Terj. Dari Al-Hayaatu FilQur’an al-Kariim, oleh Sari Narulita, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), cet. 1, h. 1 6 Umar Sulaiman al asygar, Ensiklopedia Kiamat, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2011), h. 27 7 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, op. cit., h. 17 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit., h. 263. 9 Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h. 6
10
Menurut Heri Jauhari Muchtar, “Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya”.10 Menurut Ibrahim Amini, “Pendidikan adalah memilih tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang diperlukan, dan membantu seseorang individu agar menjadi objek pendidikan sehingga potensi dalam dirinya dapat berkembang dan bergerak menuju kesempurnaan yang diharapkan”.11 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan, mengaktifkan atau membangkitkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Melalui upaya pengajaran, pelatiahan, perbuatan mendidik, dan lain sebagainya. Dengan adanya pendidikan manusia dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
b. Pengertian Pendidikan Islam Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Istilah al-ta’dib merupaka term yang tepat dalam khazanah bahasa Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran, dan pengasuhan yang baik sehingga makna al-tarbiyah, dan al-ta’lim sudah tercakup didalam term al-ta’dib.12 Menurut Ahmad Tafsir, “Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai degan ajaran Islam. Bila disingkat pendidikan Islam
10
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 2, h.
14 11
Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Terj. Dari Ta’lim va Tarbiyat oleh Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 5. 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 120
11
adalah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin”. 13 Menurut Samsul Nizar, “Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologinya Islam”. 14 Muhaimin, Suti‟ah dan Nur Ali, “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu al-Qur‟an dan sunnah”.15 Dari beberapa pengertian di atas terlihat bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan kepada peserta didik atau seseorang dengan berlandaskan al-Qur‟an dan sunnah, dengan tujuan agar peserta didik menjadi manusia yang dapat mengarahkan hidupnya sesuai dengan nilai-nilai Islam.
4. Sistem Pendidikan Islam a. Pengertian Sistem Pendidikan Islam Menurut
Armai
Arief,
“Sistem
pendidikan
Islam
adalah
seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikkan yang berorientasi pada ajaran Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan dalam mencapai tujuan”.16 Menurut Arifin, “Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam, sistem kegiatan belajar-mengajar diprogramkan ke dalam struktur kurikulum yang berjenjang pula dari sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang semakin meningakat mutunya. Antara materi, metode, tujuan pendidikan harus saling berkaitan, berdaya saling mengembangkan sehingga benar-benar efektif, dan 13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007), cet. 7, h. 32. 14 Samsil Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 32 15 Muhaimin, Suti‟ah, dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 3, h.29 16 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 70
12
efisien, dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan Islam yang hendak dicapai”.17 Menurut Hasan Basri, “Sistem pendidikan Islam adalah dalam pendidikan Islam terdapat gagasan, prinsip-prinsip, dan sub-sistem lainya yang saling berhubungan”.18 Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud sistem pendidikan Islam adalah suatu kesatuan komponen yang terdiri dari unsur-unsur pendidikan untuk mencapai tujuan sesuai dengan ajaran Islam.
b. Komponen atau Unsur-Unsur Sistem Pendidikan Islam Komponen dalam sistem pendidikan Islam terdiri dari: tujuan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan, lembaga pendidikan, media, kurikulum, metode, evaluasi, manajeman.19 Untuk menghasilkan out put dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen berjalan dengan baik, dari semua komponen di atas merupakan langkah menuju tujuan pendidikan itu sendiri. 1) Tujuan Pendidikan Islam Ada beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan pendidikan Islam. Menurut Ahmad Tafsir, tujuan pendidikan Islam adalah pertama, tujuan umum pendidikan Islam ialah muslim yang sempurna, atau manusia yang taqwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah kepada Allah. Kedua, tujuan khusus pendidikan Islam adalah muslim yang sempurna itu ialah manusia yang memiliki jasmani sehat serta kuat, akalnya yang cerdas serta pandai, dan hatinya taqwa kepada Allah.20 Kemudian M Arifin mengatakan pendidikan Islam bertujuan mengembangkan pola kepribadian manusia yang bulat yang 17
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 3, h. 77 18 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 148 19 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 70 20 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., h. 51
13
mencakup
semua
aspek,
aspek
jasmaniah,
aspek
spiritual,
intelektual, ilmiah maupun bahasa yang diperlukan untuk hidup sebagai anggota masyarakat. Pendidikan Islam mendorong agar semua aspek dapat berkembang secara maksimal guna mancapai kesempurnaan hidup.21 Menurut Abdurrahman An Nahlawi, “Tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial”.22 Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah membentuknya pribadi yang beriman, berakhlak, berilmu dan berketerampilan yang senantiasa berupaya mewujudkan dirinya dengan baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup karena didorong oleh sikap ketaqwaan dan penyerahan dirinya kepada Allah SWT agar memperoleh ridho-Nya.
2) Pendidik Kata pendidik berasal dari kata didik, artinya memelihara, merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan. Selanjudnya dengan awalan pe hingga menjadi pendidik, yang artinya orang yang mendidik.23 Menurut Sukring, “Pendidik adalah orang dewasa yang memberikan bimbingan, memiliki kapasitas ilmu, sehat jasmani dan ruhani, ikhlas menjalankan perintah Allah demi mengabdi pada bangsa dan agama”.24
21
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. 3, h. 40-41 22 Abdurrahman An Nahlawi, Buku pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, penerjemah Shihabuddin. Terj. Dari Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. 1, h. 117 23 Ramayulis, op. cit., h. 208 24 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 81
14
Menurut Syafruddin Nurdi, “Guru adalah bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya tetapi guru merupakan seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya
mampu
merencanakan,
menganalisis,
dan
menyimpulkan masalah yang dihadapi”.25 Menurut
Ahmad
Tafsir,
“Pendidik
adalah
orang
yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif psikomotorik, maupun potensi efektifnya”.26 Beberapa definisi di atas mengisyaratkan, bahwa guru adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dari berbagai aspek, guru tidak hanya mentrasfer ilmu namun membimbing, sehingga anak didik mampu menyelesaikan masalah dalam hidupnya
3) Peserta Didik Ketika kita menelaah tentang pendidikan, kita akan menemukan kata-kata peserta didik. Banyak yang membahas tetang pengertian peserta didik dan memiliki berbagai macam makna, Siapakah sesungguhnya peserta didik itu?. Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad, “Peserta didik adalah semua orang yang melibatkan diri dalam kegiatan pendidikan atau dilibatkan secara langsung, yaitu semua masyarakat yang mengikuti kegiatan informal”.
pembelajaran
di
lembaga
pendidikan
formal
dan
27
Menurut Ahmad Syar‟i, “Peserta didik adalah manusia muda, baik dari segi biologis maupun psikologis, tetapi bisa pula manusia
25
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 7 26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., h. 74 27 Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 133
15
dewasa yang masih memerlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup”.28 Menurut Marimba, “Pengertian umum, peserta didik mencakup manusia seluruhnya, tanpa pembatasan usia. Setiap manusia berpeluang untuk dididik".29 Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah sasaran atau objek dan sekaligus sebagai subjek pendidikan, yang mencakup seluruh manusia tanpa dibatasi usia yang masih memerlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
4) Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan atau tempat suatu kegiatan pendidikan, akan sangat mempengaruhi pada diri peserta didik. Lingkungan pendidikan yang baik akan menghasilkan penerus bangsa yang baik pula, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan anak didik, dalam sistem pendidikan Islam dikenal tiga lingkungan pendidikan Islam seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. a) Lingkungan Keluarga Pendidikan dilakukan sejak anak dalam Rasulullah
SAW
memerintahkan
kepada
kandungan
ibu-ibu
yang
mengandung agar banyak melakukan dzikir dan membaca alQur‟an, dan ketika anak lahir didengarkan adzan dan iqamat di telinga anak sebagai kalimat yang mengandung ketauhidan kepada Allah.Orang tua dan anggota keluarga yang serumah sebagai pendidik, sedangkan pendidik adalah profil manusia
28
Ahmad Syar‟i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), cet. 2, h. 44 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Alma‟arif, 1980), cet. 4, h. 32 29
16
yang setiap hari didengar perkataannya, dilihat, dan ditiru prilakunya oleh anak-anaknya.30 Maka dari itu orang tua diharapkan membentuk lingkungan keluarga yang Islami karena anak mudah meniru apa yang ia lihat, seperti perbuatan orang tuanya atau anggota keluarga yang lainnya, semua aktivitas dalam keluarga harus dipantau dan diarahkan, seperti nonton televisi, internet dan lain sebagainya, anak harus selalau diperhatikan dan dibina. karena lingkungan keluarga
sangat
berpengaruh
bagi
pertumbuhan
dan
perkembanan seorang anak. b) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah terdiri atas tempat belajar dan mengajar, lingkungan sekolah merupakan tindak lanjut dari pendidikan di lingkungan keluarga. Pendidikan di sekolah diarahkan untuk melatih perkembangan daya intelektual anak didik dengan memberikan materi yang sesua dengan tingkat usia dan kematangan anak.31 Guru dalam lingkungan sekolah merupakan pelaku utama, guru harus selalu bertaqwa kepada Allah SWT, senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan semua laranganNya. Para pendidik harus dibekali ilmu yang luas; akhlaq, sehat jasmani dan rohani, berpenampilan menarik, rapi, dan sopan.32 c) Lingkungan Masyarakat Setelah berada di lingkungan sekolah peserta didik pasti akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat. Setalah mendapatkan bekal dari sekolah di sinilah peserta didik akan mengamalkan ilmu yang ia dapat dan menerapkan teori-teori yang sudah ia pelajari.
30
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 115 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 77 32 Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 118 31
17
Sebagai manusia penting untuk bermasyarakat karena kita makhluk sosial yang saling membutuhkan, banyak ayat-ayat alQur‟an yang menyebutkan kata-kata perkumpulan atau jama‟ah tersebut
menunjukkan
pentingnya
perkumpulan
bagi
masyarakat.33
5) Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan
Islam
adalah wadah
atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.34 Lembaga-lembaga
pendidikan
dapat
berbentuk
formal
(pendidikan diberikan di sekolah yang terikat pada aturan-aturan tertentu), informal (berupa kursus yang aturan tidak terlalu ketat), dan non formal (pendidikan diberikan di lingkungan keuarga).35 Lembaga-lembaga pendidikan Islam
diselenggarakan sesuai
dengan syariat Islam, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia terdiri dari pesantren, madrasah, majlis taklim, dan Institusi Agama Islam Negeri.
6) Media pendidikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia media adalah alat; sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan sepanduk; perantara, penghubung.36 Menurut Ulian Barus dan Suratno, “Media pembelajaran adalah alat dalam proses belajar
33
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 173 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), cet. 1, h. 37-39 35 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 79 36 Departemen pendidikan Nasional, op. cit., h.726 34
18
mengajar antara guru dan peserta didik untuk mempermudah tercapainya tujuan pendidikan”.37 Menurut Arief Armai, “Media adalah alat-alat atau benda yang dapat membantu kelancaran proses pendidikan yang pada masa klasik sudah memadai sesuai dengan zamannya lalu mulai meningkat pada masa pertengahan dan pada masa modern alat-alat tersebut sudah semakin canggih”.38 Menurut Yudi Munadi, “Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.39 Dari penejelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah segala perantara, alat yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara efisien dan efektif. Ada empat kelompok besar media menurut Yudi Munadi, yaitu pertama media audio yang terlibat pendengaran seperti program radio, rakaman, kedua media visual yang terlibat penglihatan misalnya gambar, buku, poster, komik, diorama dan lan sebagainya, ketiga media audio visual yang melibatkan pendengaran dan penglihatan misalnya film dokumenter, video, film drama dan lain sebagainya, keempat multimedia sifat pesannya pengalamann langsung misalnya komputer, pengalaman berbuat: lingkungan nyata dan karyawisata, permainan, simulasi dan lain sebagainya.40
37
Ulian Barus dan Suratno, Pemanfaatan Candi Bahal Sebagai Media Pembelajaran Alam Terbuka dalam Proses Belajar Mengajar, (Medan: Perdana Mitra Handalan, 2012), h. 18 38 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 79 39 Yudi Munadi, Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 7-8 40 Ibid., h. 54-55
19
Dari penejelasan di atas maka dapat disimpulkan ada beberapa kelompok media pendidikan yaitu pertama media audio yang terlibat pendengaran seperti program radio, rakaman, kedua media visual yang terlibat penglihatan misalnya gambar, buku, poster, komik, diorama dan lan sebagainya, ketiga media audio visual yang melibatkan pendengaran dan penglihatan misalnya film dokumenter, video, film drama dan lain sebagainya, keempat multimedia sifat pesannya pengalamann langsung misalnya komputer, pengalaman berbuat: lingkungan nyata dan karyawisata, permainan, simulasi dan lain sebagainya.
7) Kurikulum Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.41 Menurut Zainal Arifin, “Kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi atau materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di halaman sekolah maupun luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan”.42 Menurut Ahmad Tafsir, “Kurikulum adalah pengalaman belajar, karena pengalaman belajar yang banyak berpengaruh dalam kedewasaan anak, tidak hanya mempelajari mata-mata pelajaran”.43 Dari definisi di atas, terlihat bahawa kurikulum bukan hanya dokumen yang dicetak tetapi pengalaman belajar atau semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi atau materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di halaman sekolah maupun luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. 41
Ramayulis, op. cit., h. 308 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengemangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4 43 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, op. cit., h. 53-54 42
20
Para ilmuan Islam telah menjaskan apa saja yang harus dibahas atau dipelajari oleh manusia selaku hamba Allah, yaitu sebagai berikut: Al-Ghazali membagi menjadi dua kelompok ilmu dilihat dari kepentinganya, yaitu: a) Ilmu fardhu’ain (wajib) yang wajib diketahui semua orang muslim yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumberkan dalam kitab suci Allah dan Sunnah. b) Ilmu fardhu kifayah yang bisa dipelajari setiap muslim, ilmu ini yang dimanfaatkan untuk memudahkan hidup dunawi,contohnya ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu pengetahuan sosial dan lain sebagainya. 44 Kemudian Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam yaitu: a) Ilmu lisan yaitu ilmu lughah, nahwu, bayan dan satra (adab) atau bahasa yang tersusun secara puitis (sya‟ir). b) Ilmu naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi, ilmu ini seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, ushul fiqh dan lain sebagainya. c) Ilmu aqli yaitu ilmu yang dapat mengembangkan daya pikir atau kecerdasannya, seperti filsafat dan ilmu pengetahuan yang lainnya.45 Dari penjelasan diatas maka kita dapat memahami bahwa kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam, sebaiknya semua kategori diatas perlu dilakukan namun harus dimodifikasi atau disempurnakan sesuai dengan tuntutan zaman.
44
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 80 Ramayulis, op. cit., h. 319-320
45
21
8) Metode Metode dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalm ilmu pengetahuan), cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.46 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah “Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.47 Menurut Idrus Alwi dkk, “Metode adalah upaya yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nayata untuk mencapai tujuan pembelajaran”.48 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode
adalah
seperangkat
cara
yang
digunakan
untuk
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan tertentu, agar tercapai tujuan yang ditetapkan. Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan: yang saya dengar saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya kerjakan saya pahami.49 Dari pernyataan di atas menyatakan perlunya tentang cara belajar aktif, jika guru hanya berbicara dan siswa mendengarkan maka pembelajaran itu kurang diingat. Belajar itu tidak cukup jika hanya dengan mendengar dan melihat. Disini terlihat bahwa perlunya memiliki metode yang efektif dan menarik. ada beberapa macam metode pendidikan menurut para tokoh. Menurut Idrus Alwi, Ida Saidah dan Umi Nihayah, macammacam metode pembelajaran
yaitu metode
jigsau, metode
investigasi, metode Student team-achievement devisions, teamgame- tournament, metode number heads togather, metode make- a 46
Departemen pendidikan Nasional, op. cit., h. 740 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010 ), cet. 4, h. 46 48 Idrus Alwi, Ida Saidah, dan Umi Nihayah, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Pendidik dan Tenaga Pendidik, (Jakarta: Saraz Publising, 2014), cet. 1, h. 62 49 Melvin L. Siberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2014), cet. 10, h. 23 47
22
match, metode think pair dan share, metode role playing, metode mind mapping, metode power of two.50 Metode pendidikan yang digunakan pada masa klasik (610-1258 M) sebagai berikut: ceramah, hafalan, membaca tadarus, tanya jawab, bercerita, menulis, metode khusus. Masa pertengahan (12581800 M) sebagai berikut: ceramah, hafalan, membaca-menulis, membaca-tadarus, tanya jawab, cerita lewat buku, menulis AlQur‟an mulai ada titik, keyakinan atau pembenaran, mudzakarah, umum dan sederhana, metode khusus, menyeluruh, pemberian contoh, membimbing. Masa modern (1800-sekarang) sebagai berikut: ceramah menggunakan media, hafalan mandiri, membaca dengan pemahaman, murid bertanya dan menjawab, cerita lewat media, menulis Al-Qur‟an secara utuh sintesis analasis, diskusi, deduktif, induktif, komprehensif, demonstrasi.51 Macam-macam
metode
pembelajaran
yang
digunakan
Rasulullah yaitu sebagai berikut: metode drill dan eksperimen, metode asistensi, metode tanya jawab, metode drama.52 Dari penjelasan di atas terlihat bahwa seorang pendidik perlunya memiliki metode yang efektif dan menarik sehingga siswa untuk ingin tahu.
9) Evaluasi Pendidikan merupakan proses pengembangan, mengaktifkan atau membangkitkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai secara efektif dan efisien, maka diperlukan evaluasi. Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia 50
Idrus Alwi, Ida Saidah, dan Umi Nihayah, op. cit., h . 92-96 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 47- 49 52 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadist-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), cet. 1, h. 63-64 51
23
adalah nilai.
53
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia evaluasi
adalah penilaian: hasil itu hingga saat ini belum diperoleh.54 Menurut Purwanto, “Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria”.55 Menurut Ngalim Purwanto, “Evaluasi yaitu kegiatan yang terencana dan dilakukan berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan kagiatan
yang dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung, dan pada akhir program”.56 Dari penjelasan di atas terlihat bahwa evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil (tes dan non tes) dan setandar kriteria, evaluasi dilakukan tidak hanya diakhir namun diawal, saat proses berlangsung dan diakhir.
10) Manajemen Dalam kamus besar bahasa indonesia manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.57 Menurut Jejen Musfa, “Manajeman umumnya diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi, pengarahan, dan pengawasan, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.58 Menurut Muhaimin dkk, “Manajeman adalah suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu”.59 Salah satu hal penting dalam lembaga pendidikan adalah manajemen keuangan. Suatu lembaga dalam hal ini sering 53
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 1 Departemen pendidikan Nasional, op. cit., h. 310 55 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), cet. 6, h. 1 56 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 16, h.3- 4 57 Departemen pendidikan Nasional, op. cit., h. 708 58 Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 2 59 Muhaimin, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah atau Madrasah, (Jakarta: Kencana, 20120, cet. 4, h. 4 54
24
mengalami permasalahan yang serius bila pengelolaannya kurang baik. dalam masalah keuangan perlunya pengolalaan yang transparan dan baik. masalah keungan dikelola di bagian administrasi lembaga pendidikan yang biasanya dipegang bendahara.60 Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang baik, sehingga menghasilkan manusia-manusia yang mampu memjawab tantangan zaman. Kemudian manajemen meliputi segala aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah diracang.
5. Pondok Pesantren a. Pengertian Pondok Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pondok adalah bangunan untuk tempat sementara; madrasah dan asrama (tempat mengaji, belajar agama Islam).61 Sementara pesantren adalah asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji.62 Menurut Zaini menyebutkan bahwa, “Pesantren berasal dari kata „santri‟ yang diberi awalan pe- dan akhiran -an, yang berarti sebuah pusat pendidikan Islam tradisional. Guru pesantren disebut kiai, yaitu orang tua terhormat atau guru agama yang mandiri dan berwibawa”.63 Menurut Samsul Nizar pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan dan pengajaran lainnya dalam menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran agama.64
60
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 83 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 888. 62 Ibid., h. 866 63 Zaini Muchtarom, Santri dan Abang di Jawa, jilid II, (Jakarta: INIS, 1998), h. 6 64 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. 1, h. 87 61
25
Dari keterangan di atas penulis dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki asrama atau tempat seseorang santri menginap atau tinggal. pengajarannya berorientasi pada ajaran agama Islam yang dibersamai dengan suatu kegiatan untuk mendalami agama Islam, namun tidak hanya itu juga tetapi juga harus mengamalkannya.
b. Elemen-Elemen Pesantren Walaupun pesantren mangalami perubahan, namuan ada beberapa ciri khas di dalam pesantren. Adapun ciri-ciri khas pondok pesantren yang sekaligus menunjukkan unsur-unsur pokoknya, serta membedakan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Menurut Amin Haedari ada beberapa unsur-unsur dalam pesantren yaitu: 1) Kiai, merupakan figur sentral di sebuah pesantren, kiai tidak hanya sebagai pemimpin spiritual namun kiai memegang peranan penting dalam mengendalikan dan mengatur sebuah pondok pesantren. Kiai juga mengajarkan kitab-kitab klasik dengan metode sorogan, wetonan. 2) Santri, adalah seorang yang menuntut ilmu di pondok pesantren, jumlah santri biasanya menjadi tolak ukur perkembangan pondok pesantren. Santri ada dua yaitu santri mukim (santri selama menuntut ilmu tinggal di pondok pesantren) dan santri kalong (santri yang tinggal di pondok pesantren). 3) Asrama Pondok, pondokan merupakan bangunan asrama tempat para santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan kiai. Di pondok inilah para santri menetap, belajar, beribadah, dan bergaul bersama. 4) Masjid, merupakan modal dasar utama tempat mendidik dan melatih para santri mengamalkan tata cara ibadah pengajaran kitab
26
terutama yang kental dengan aroma Islaminya dan menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan. 5) Kitab-kitab literatur klasik Islam atau yang dikenal dengan kitab kuning.
Pondok
pesantren
tradisional
biasanya
lebih
mengutamakan pengajaran kitab-kitab klasik tersebut, sedangkan pondok pesantren yang lebih modern seringkali menjadikan sebatas komplemen.65 Menurut Muljono, unsur-unsur pesantren yang diklasifikasikannya kedalam beberapa hal yaitu: 1) Pondok, adalah asrama para santri yang dibangun di dalam kompleks pesantren, disinilah santri belajar dibawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan santri. 2) Masjid, dalam kontek pesantren masjid dan kiai merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan erat satu dengan lainnya. Masjid digunakan kiai sebagai pusat kegiatan. 3) Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik, secara sederhana kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab dan ditulis menggunakan aksara Arab dapat dipahami kitab kuning atau kitab gundul. Dalam hal ini kitabkitab klasik Islam yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu: nahwu dan saraf, fiqih, usul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, dan cabang-cabang lainnya. 4) Santri, dalam pesantren terkenal beberapa macam setatus santri yaitu santri mukim (biasanya santri tinggal di pesantren dalam waktu yang lama dan memiliki tanggung jawab mengajar santrisantri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah) dan santri kalong (mereka yang berasal dari keliling pesantren, mereka ini memiliki rumah orang tua yang letaknya tidak jauh dari pesantren, dengan begitu mobilitas mereka tetap tinggal di rumah milik orang tuanya). 65
Amin Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Kependidikan, Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDIS dan Media Nusantara, 2006), cet.1, h. 88
27
5) Kiai, dipandang sebagai lembaga kewahyuan, ia merupakan pemimpin karismatik dalam bidang agama. Pengaruh kiai tergantung
pada
kualitas
pribadi,
kemampuan,
dan
kedinamisannya.66 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur atau elemen penting dalam pesantren secara umum ada lima elemen yang tidak dapat dipisahkan yaitu Kiai, Santri, Pondok, Masjid, Kitab-Kitab,
c. Bentuk-Bentuk Pesantren Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam kenyataannya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, pengelompokannya berdasarkan karaktristik pengajaran dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk pesantren dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1) Pesantren Tradisional (Salaf) Dalam konteks keilmuan, pesantren tradisional merupakan jenis pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikannya. Pelajaran (kurikulum dalam arti sempit) pondok salafiah memberikan ciri yang membedakan dengan lembaga pendidikan lain. Adapun metode pengajaran dalam pondok salafi yaitu: wetonan atau bandongan, sorogan, dan hafalan. Metode sorogan adalah menyodorkan kitabnya untuk minta diajari dengan teknik ini antara santri dan kiai terjadi interaksi langsung. Kemudian bandongan adalah belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri dan biasanya kiai menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajari. Metode hafalan adalah santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.67 66
Muljono Damopolii, Pesantren Modern IMMIM: Pencetak Muslim Modern, Ed.1, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), cet.1, h. 66-78. 67 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara, op, cit., h. 116
28
Jenjang pendidikan yang dipakai dalam pesantren tidak dibatasi. Bila seorang santri telah menguasiai suatu kitab atau beberapa kitab yang lulus ujian dan diuji oleh kiai, maka diperbolehkan pindah ke kitab sebelumnya. Kenaikan kelas pada pondok salafiyah, tidak ditandai dengan kitab yang dipelajari tersebut, dan kitab-kitab yang paling rendah sampai kepada kitabkitab tingkat tinggi. Dalam menggunakan sarana, pondok pesantren salafiyah mengamalkan prinsip kesederhanaan. 68 Pada pesantren tradisional kemutlakan seorang kiai sebagai pemegang kekuasaan dan penentuan suatu keputusan, pesantren ini biasanya secara manajemen pun adalah manajeman keluarga.69 2) Pesantren Modern Yang dikutip oleh Umi Musyarofah menurut Masdar, “Pesantren
tradisional
modern
adalah
pesantren
yang
menggabungkan sistem tradisional di satu sisi dan di sisi lain menggunakan sistem madrasah (klasikal), yang mengarahkan kepada sistem atau pola modern dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam”.70 Ciri-ciri pesantren modern menurut Umi Musyarofah sebagai berikut: kewenangan seorang kiai tidak mutlak lagi akan tetapi sudah ada pembagian tugas di antara para pengurusnya, dari segi pengajaran menggunakan cara-cara tradisional juga memakai sistem modern (sistem kelas dan kurikulum) dengan menggunakan tingkatan-tingkatan. Pesantren ini juga mengadakan kegiatan pendidikan formal untuk memberikan keseimbangan antara tuntutan dunia dan ukhrawi (pelajaran-pelajaran agama).71 Menurut Siti Muriah yang dikutip oleh Umi Musyarofah ciriciri pesantren modern yaitu: 68
Ibid., h. 117-118 Umi Musyarofah, op, cit., h. 23 70 Ibid., h. 23 71 Ibid., 69
29
a) Memakai cara diskusi dan tanya jawab dalam penyampaian materi. b) Adanya pendidikan kemasyarakatan. Segenap santri berlatih memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan dialami dalam masyarakat. c) Santri diberi kebebasan, akan tetapi harus bertanggung jawab. d) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas para santri segala sesuatu mengenai kehidupan santri diatur dan diselenggarakan sendiri oleh santri dengan cara demokrasi, gotong royong, dan dalam suasana ukhuwah yang mendalam. Tetapi semua tidak terlepas dari pengawasan dan bimbingan pengasuhan-pengasuhannya. e) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas sesuatu dalam kehidupan dan kegiatan belajar sehari-hari, tata tertib, dan disiplin.72
B. Hasil Penelitian Relevan Penelitian Pondok Pesantren Pabelan yang dilakukan oleh Khoirul Bariyah tentang “Peranan Pondok Pesantren Pabelan Dalam Perubahan Sosial Di Pabelan Mungkid Magelang Pada Masa KH. Hamam DJa'far 1965-1993”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam Dja‟far membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan budaya.73 Persamaan yaitu sama meneliti Pondok Pesantren Pabelan dan KH. Hamam Dja‟far namun penelitian ini fokus pada perubahan sosial di Pabelan Mungkid Magelang pada masa KH. Hamam Dja‟far, sedangkan penelitian yang dilaksanakan sekarang fokus terhadap usaha-usaha KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan. 72
Ibid., Khoirul Bariyah, op, cit., h. i.
73
30
Penelitian yang dilakukan Ahmad Zamharir meneliti tentang “Peranan Pesantren Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Pondok Pesantren Pabelan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah)”. Menyatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan merupakan suatu proses pemberdayaan dan transformasi masyarakat secara efektif, peranan sosial Pondok Pesantren Pabelan dalam masyarakat dapat diketahui dari realitas.74 Persamaannya yaitu sama meneliti tentang Pondok Pesantren Pabelan, namun penelitian yang dilakukan Ahmad Zamharir fokus terhadap peranan pesantren dalam pemberdayaan masyarakat, sedangkan penelitian yang penulis laksanakan sekarang fokus pada usaha-usaha KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Musyarofah dengan judul “dakwah KH. Hamam Dja‟far dan Pondok Pesantren Pabelan.” Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KH. Hamam adalah dakwah KH. Hamam Dja‟far baik melalui media lisan (kuliah subuh) yang diselenggarakan di serambi masjid mampu mengentaskan kebodohan dan keterbelakangan agama bagi masyarakat pabelan, kemudian dakwah KH. Hamam melalui Pesantren Pabelan baik dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan pengadaan air bersih mampu menjawab permasalahan keterbelakangan Pabelan.75 Penelitian yang dilakukan Umi Musyarofah fokus terhadap dakwah KH. Hamam Dja‟far, sedangkan penelitian yang dilakukan sekarang fokus terhadap usaha-usaha KH. Hamam Dja‟far dalam menghidupkan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan, persamaan penelitian ini sama-sama meneliti Pondok Pabelan dan KH. Hamam Dja‟far.
74
Ahmad Zamharir, op, cit., h. i. Umi Musyarrofah, op.cit., h. 67-69
75
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi dekat 4 gunung, yaitu gunung Merapi, gunung Merbabu, gunung Sindoro-Sumbing dan gunung Menoreh, tepatnya di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tepatnya berada di jalan yang menghubungkan antara Yogyakarta dan Semarang. Kirakira 35 kilometer dari arah Yogyakarta, 4 kilometer. Waktu dilaksanakannya penelitian tanggal 01 sampai 11 September 2016.
B. Metode Penelitian Metode
penelitian
dapat
diartikan
sebagai
cara
ilmiah
untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.1 Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, tindakan, motivasi, persepsi dan lain sebagainya.2 Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, yang dikutip oleh Iskandar menurut Bogdan dan Biklen, penelitian dengan pendekatan fenomenologis berusaha memahami makna dalam suatu peristiwa atau fenomena yang saling berpengaruh dengan manusia dalam situasi tertentu.3 Dikarenakan penelitian fenomenologis merupakan jenis pendekatan penelitian kualitatif, dimana peran peneliti adalah sebagai instrumen kunci dalam mengumpulkan data, dan menafsirkan data. Alat pengumpulan data 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2013), h. 6 2 Lexy J Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2010), h. 6 3 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), cet. 5, h. 206
31
32
biasanya menggunakan pengamatan langsung, wawancara, studi dokumen, sedangkan kesahihan dan keterandalan data menggunakan triangulasi.4 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis, dan merupakan jenis penelitian kualitatif, untuk menggali tentang usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan, peneliti melakukan pengumpulan data, fakta dan informasi. Dalam memperoleh data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Untuk kesahihan dan keterandalan data menggunakan triangulasi.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Observasi Observasi
atau
pengamatan
merupakan
suatu
kegiatan
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan peneliti.5 Karena
dalam penelitian kualitatif tidak cukup dengan
penuturan seseorang saja. Maka dalam penelitian ini, dibutuhkan observasi langsung mengamati sistem pendidikan Pondok Pesantren Pabelan, dengan tujuan untuk menambah informasi secara nyata mengenai usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan. Tabel 3.1 Instrumen Observasi Variabel
Dimensi
Komponen-
Tujuan
Komponen
4 5
h. 3
Indikator 1) Visi dan misi 2) Tujuan Pondok Pabelan
Ibid., h. 207 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014), cet. 1,
33
3) Panca jiwa dan Moto
Sistem Pendidikan
Pendidik
Islam
1) Jumlah guru 2) Kegiatan guru
Anak Didik
1) Kegiatan santri Pondok Pabelan. 2) Jumalah santri Pondok Pabelan.
Lingkungan
1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat
Lembaga Pendidikan Media
1) Lembaga pendidikan 2) Organisasi Pondok Pabelan 1) Laboratorium 2) Media pembelajaran
Kurikulum
1) KMI 2) Mengukuti Pemerintah
Metode
1) Ceramah 2) Diskusi 3) Bandongan 4) Sorogan 5) Wetonan 6) Active learning
Evaluasi
1) Lisan 2) Tulis
Manajeman
1) Terbuka 2) Tertutup
b.
Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam mencari informasi berdasarkan tujuan. Wawancara dapat dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal) di tempat
34
resmi di tempat umum atau tidak resmi.6 Wawancara dilakukan langsung dengan keluarga dan kerabat yang berjumpa dengan KH. Hamam Dja’far. Tabel 3.2 Instrumen Wawancara Variabel
Dimensi Tujuan
Pertanyaan 1) Apa
yang
berdirinya
melatar Pondok
belakangi Pesantren
Pabelan? 2) Apa pula yang menjadi tujuan Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam memimpin? 3) Apa visi dan Misi Pondok Pesantren Pabelan pada masa KH. Hamam
Kompon enKompon en Sistem Pendidi kan Islam
memimpin? Pendidik
1) Sebelum KH. Hamam memimpin, ada berapa jumlah gurunya?
apa
saja tugas guru? Dan siapa saja yang menjadi guru?. 2) Ada berapa guru yang membantu KH. Hamam dan siapa saja? 3) Apakah pada waktu itu guru yang mengajar
sesuai
dengan
bidang
pendidikannya? 4) Apa saja tugas guru waktu itu hingga sekarang? 5) Apakah sekarang guru-guru sudah sertifikasi? 6) Bahasa apa yang digunakan guru
6
Iskandar, op. cit, h. 219
35
ketika berinteraksi dengan santri? Anak Didik
1) Ada berapa jumlah santri pada masa sebelum KH. Hamam memimpin dan pada masa perintisan kembali? 2) Di Pondok Pabelan ada berapa macam santri, (santri kalong dan santri yang tinggal di asrama)? 3) Apa saja kegiatan santri sehari-hari?
Lingkungan
1) Bagaimana penciptaan lingkungan yang baik bagi santri di Pondok Pesantren Pabelan? 2) Apakah tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pesantren Pabelan ada dan berjalan dengan baik pada masa sebelum KH. Hamam memimpin sampai sesudah memimpin?
Lembaga Pendidikan
1) Pada masa sebelum KH. Hamam memimpin
apakah
ada
aspek
kelembagaan? 2) Bagaimana aspek kelembagaan pada masa KH. Hamam memimpin? Media
1) Apa saja media pembelajaran yang digunakan pada masa kiai Hamam dan masa sebelumnya? 2) Bagaimana
perkembangan
media
pembelajaran di Pondok Pabelan pada saat ini? Kurikulum
1) Bagaiamana kurikulum di Pondok Pesantren Pabelan? 2) Apa saja mata pelajaran yang ada di
36
Pondok Pabelan pada masa sebelum KH. Hamam memimpin sampai KH. Hamam memimpin? 3) Apa sajakah ekstrakulikur yang ada dipondok pabelan dari dulu hingga sekarang apa saja yang masih eksis? Metode
1) Apa saja metode pengajaran yang digunakan? 2) Bagaimana
metode
pengajaran
Pondok Pabelan pada masa KH. Hamam dan sebelumnya? Evaluasi
1) Evaluasi apa yang digunakan di Pondok Pabelan? 2) Bagaimana
evaluasi
di
Pondok
Pabelan pada masa KH. Hamam dan sebelumnya? Manajeman
1) Bagaimana
manajemen
Pondok
manajemen
Pondok
Pabelan? 2) Bagaimana
Pabelan pada masa KH. Hamam? 3) Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki
oleh
Pondok
Pesantren
Pabelan? 4) Apa saja prestasi
yang pernah
didapat Pondok Pesantren Pabelan pada
masa
Hamam
kepemimpinan
Dja’far
dan
KH. masa
setelahnya? 5) Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far dalam
37
usaha-usaha menghidupkan Pondok Pesantren Pebelan?
c.
Dokumentasi Dokumentasi berupa penelaahan terhadap dokumen pribadi, foto, rekaman kaset, dokumen resmi, referensi-referensi atau peraturan (literatur laporan, tulisan, buku dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian).7 Dalam penelitian ini menggunakan foto-foto kegiatan para santri dan KH. Dja’far dan buku-buku tentang Pondok Pesantren Pabelan.
2. Prosedur Pengolahan Data Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
D. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini (kualitatif) dilakukan teknik sebagai berikut: 1.
Kredibilitas (keteralihan) Menurut
Moleong,
validitas
desain
kualitatif
menunjukkan
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.8 Teknik pemeriksaan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong Triangulasi adalah cara terbaik untuk 7 8
Ibid., h. 221 Lexy J Melong, op. cit, h. 324
38
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori.9 Peneliti dapat melakukannya dengan jalan sebagai berikut: pertama, mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. Kedua, mengeceknya dengan berbagai sumber data. Ketiga, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan dapat dilakukan.10 2.
Dependabilitas (kebergantungan) Dependabilitas dapat diulangi oleh peneliti lain dengan metode dan situasi yang sama. Namun hal ini tidak mungkin terjadi dalam penelitian kualitatif, karena situasi dalam penelitian kualitatif itu natural, sehingga tidak memungkinkan direkonstruksi kembali oleh orang lain dan dalam waktu yang berbeda.11 Reabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan untuk mempertajam uraian dekriptif, yaitu penggunaan data wawancara dan dokumen dengan konfirmasi berulang-ulang terhadap responden.
3.
Konfirmabilitas (kepastian) Pengujian ini dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Oleh karena itu penelitian berusaha meningkatkan kredibilitas agar hasil penelitian bisa diterapkan oleh orang lain.12
9
Ibid., h. 332 Ibid. 11 Ibid., h. 325 12 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: T.pn, 2015), h. 77 10
39
E. Analisis Data Menurut Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.13 Teknik analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunnakan teknik content analysis (analisis isi). Yang dikutip oleh Nurul azmi, menurut Nana dan Ibrahim “Analisis isi adalah metode peneliti yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari buku atau dokumen. Kemudian isi dianalisis dan dibuat secara sistematis. Oleh sebab itu, hasil olahan tersebut akan menghasilkan temuan yang bersifat deskriptif analitik”.14 Analisis isi dalam sekripsi ini dimaksud untuk menggali usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan dan kemudian diuraikan kembali sebagaimana hasil analisis, dengan maksud untuk memahami usaha-usaha KH. Hamam Dja’far dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan. Dalam prosedur pelaksanaannya, peneliti menentukan objek yang akan dianalisis baik yang berasal dari sumber primer maupun sekunder dengan membuat instrumen penelitian terlebih dahulu. Instrumen tersebut berupa indikator-indikator yang digunakan untuk mengklasifikasikan data. Selanjudnya data yang telah terklasifikasi dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif analitik.
13
Lexy J Melong, op. cit., h.280 Nurul Azmi Safitry, “Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga, Studi Komparasi Pemikiran Abdurrahman An-Nahlawi dan Zakiah Daradjat,” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016, h. 19, tidak dipublikasikan 14
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Pondok Pesantren Pabelan a.
Letak Geografis Pondok Pesantren Pabelan Secara geografis Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan terletak di desa Pabelan atau sering disebut dengan Mbelan, kecamatan Mungkid, kabupaten Magelang. Posisi Pondok Pesantren Pabelan sangat setrategis karena berada di tengah-tengah aktivitas bidang sosial dan pendidikan, di sebelah utara dengan jarak 10 km terdapat dua lembaga pendidikan yaitu SMU Taruna Nusantara dan SMU Seminari (Katolik), 4 km sebelah timur berdiri SMU Van Lith di Muntilan, sementara 8 km sebelah barat berdiri megah cagar wisata Candi Borobudur dan Vihara Budha dekat Candi Mendut, di sebelah selatan berjarak 12 km terdapat lembaga tinggi AKMIL Magelang, jarak kota Yogyakarta dengan Pondok Pabelan 35 km disebelah tenggara Pabelan.1 Komplek Pesantren Pabelan terlihat masih asri dan alami dengan dihiyasi pohon-pohon langka dan berukuran besar, sepi dari suara kebisingan perkotaan karena Pondok Pesantren Pabelan terletak sekitar 1,5 km dari jalan raya Yogyakarta Semarang. Suasana tenang juga ditunjang dengan alat transportasi yang melawati Pondok Pesantren Pabelan hanya delman atau dokar, ojek sepeda motor dan angkutan pedesaan itupun jumlahnya hanya sedikit.2 Pada saat menuju Pondok Pesantren Pabelan kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah yaitu hamparan sawah sejauh mata memandang dan pegunungan yang seolah-olah menjadi benteng
1 2
Observasi Pondok Pesantren Pabelan, Pabelan, 1-7 September 2016. Ibid.
40
41
pelindung disekitar desa Pabelan, karena Pondok Pabelan berada di lembah antara gunung Merapai, Sumbing, dan gunung Menoreh.3 Terlihat di sekitar Pondok Pesantren Pabelan masyarakat hilir mudik melewati kawasan pesantran untuk menuju ke sawah, tampak anak-anak desa bermain dengan bebas di komplek pesantren karena kawasan pesantren tidak diberi pagar. Jawaban KH. Hamam Dja‟far ketika ditanya tentang lingkungan pesantren yang tidak dipagar, “saya punya pemikiran jangan sampai pondok ini terpisah dari lingkungan, terpisah dari masyarakat, serta pagar hati itu lebih kuat dari pada pagar tembok atau pagar hidup berupa tanaman.”4
b. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pabelan Kiai Muhammad Ali mendirikan Pondok Pesantren Pabelan pada abad 19, ketika itu masih tanah kosong. Pondok Pesantren Pabelan muncul, tumbuh dan berkembang bersama dengan munculnya desa Pabelan sehingga keberadaan desa Pabelan tidak bisa lepas dari keberadaan Pondok Pesantren Pabelan. Menurut cerita ketika Pondok Pesantren Pabelan dibangun pada waktu itu masih tanah kosong, kemudian banyak orang yang bermukim di sekitar Pesantren dan menjadi santri Pondok Pesantren Pabelan.5 Pondok Pesantren Pabelan didirikan dalam bentuk pengajian wetonan, seperti pesantrenpesantren lain umumnya yang mengajarkan agama Islam berdasarkan kitab-kitab klasik.6 Pada abad ke-19, terjadi Perang Diponegoro (1825-1830), yaitu perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap penjajah Belanda, waktu itu seluruh santri Pondok Pabelan terpanggil ikut membela perjuangan
3
Ibid. Sadjijo Slamet Budihardjo, “Ustadz Hamam yang Saya Kenal”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 466 5 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, Pabelan, 10 September 2016. 6 Wawancara Pribadi dengan Khudori, Pabelan, 10 September 2016. 4
42
Pangeran Diponegoro. Akibat Perang Diponegoro kegiatan Pondok Pesantren Pabelan menjadi terhenti, untuk sementara waktu.7 Kemudian pada tahun 1900-an, kehidupan pondok pesantren ramai kembali. Hal ini disebabkan tampilnya tokoh Kiai Anwar yang menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan.8 Saat itu Pondok Pabelan dikenal hingga ke provinsi lain karena terdapat tiga Pondok Pesantren, dengan tiga orang kiai dan spesialisasi yang berbeda: Pondok Pabelan Barat diasuh oleh Kiai Adam yang dipelajari ilmu AlQur‟an, Pondok Pabelan Tengah diasuh oleh Kiai Anwar yang dipelajari ilmu fiqh, yang kemudian dilanjutkan oleh Kiai Chalil, sedangkan Pondok Pabelan Timur diasuh oleh Kiai Asrori yang mempelajari ilmu nahwu.9 Pabelan Timur yang diasuh Kiai Asrori merupakan pondok yang terbesar dengan jumlah santrinya yang diperkirakan mencapai ribuan.10 Namun seperti pesantren pada umumnya, kiai merupakan elemen paling esensial dari Pesantren Pabelan. Setelah kiai wafat santri-santri semakin sedikit dan lambat laun Pondok Pabelan vakum.11 Pada tahun 1953 terjadi peristiwa diambilnya 12 warga Pabelan oleh aparat Polres (Polisi Resort) Magelang secara tiba-tiba. Mereka diduga terlibat kegiatan desersi Bataliyon 426 Jawa Tengah. Karena ketidakpahaman
warga
terhadap
permasalahan
politik,
warga
menganggap para desertir sebagai tamu biasa. Selama 10 hari, mereka di inapkan di markas kepolisian Pejagoan Magelang. Namun, mereka akhirnya dilepaskan karena tidak ditemukan cukup bukti. Secara resmi
7
Umi Musyarrofah, op. cit., h. 5 Ibid. 9 Ahmad Mustofa, “Mas Hamam itu Sosok Humanis yang Bersungguh-Sungguh”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h.153 10 Wawancara Pribadi dengan Muhtarom, Pabelan, 8 September 2016. 11 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa, Pabelan, 11 September 2016. 8
43
kejadian tersebut dapat terselesaikan.12 Bisa dikatakan pada setelah kejadian itu, Pondok Pesantren Pabelan mengalami kemerosotan, karena ketakutan warga atas kejadian itu, pondok semakin kosong dan akhirnya vakum. Dengan
berjalannya
waktu,
masyarakat
Pabelan
menjadi
kehilangan pegangan dan panutan yang dapat dipercaya pada kalangan masyarakat, kemudian pendidikan, sosial dan ekonomi masyarakat semakin
melemah,
masyarakat
terkotak-kotak
dalam
berbagai
golongan, kemudian pengangguran semakin meningkat pada tahun 1962-1965.13 Melihat keadaan diatas membuat hati seorang pemuda yang baru pulang mondok dari Jawa Timur, tergugah untuk melakukan pembaharuan pada desa Pabelan. Beliau menginginkan kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat Pabelan berubah. Tetapi beliau tidak gegabah, KH. Hamam waktu itu seorang pemuda yang berusia 23 tahun, mencoba mencari tahu selama dua tahun. Ditemuilah tokohtokoh sepuh desa Pabelan dan anak-anak muda yang pengangguran, dari hasil pendekatan selama dua tahun, beliau menyimpulkan bahwa sebenarnya mereka ingin berubah, yang anak muda ingin melanjutkan belajar dan tokoh-tokoh tua juga ingin kondisi keterbelakangan di Pebelan berubah, tetapi tidak tahu bagaimana memulainya, dengan bekal pendekatan dua tahun dan ilmu yang didapat dari mondok di Pesantren Gontor dan beberapa pesantren di Jawa Timur lainnya. KH. Hamam dengan bismilah mencoba memulai kembali Pesantren Pabelan.14 Pada tahun 1961 KH. Hamam Dja‟far kembali ke pondok. Setelah kembali beliau menikah dengan gadis asli pabelan, namun beliau harus segera kembali ke Gontor untuk menyelesaikan tugasnya
12
Ibid. Umi Musyarrofah, op. cit., h. 6 14 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. 13
44
mengajar di sana dan baru benar-benar kembali pada awal tahun 1965.15 Langkah pertama KH. Hamam Dja‟far yaitu melakukan pendekatan secara pribadi kepada para sesepuh, tokoh masyarakat, dan pemuda dari segala golongan.16 Mereka diajak berdialog memikirkan bersama nasib desa Pabelan dan masyarakat yang mengalami kemunduran. Beliau
sangat
antusias
dalam
bertukar
pikiran,
berusaha
mengembangkan gagasan konkrit, objektif, jujur terhadap materi, kedudukan atau setatus sosial. Kiai Hamam memanfaatkan berbagai pertemuan yang ada baik di masjid, mushola, tempat orang hajatan, di pinggir sawah, kolam, dan bahkan KH. Hamam tidak segan-segan ikut nimbrung dalam obrolan para pemuda dasa.17 Pada pertengahan 1965 KH. Hamam mendirikan organisasi Persatuan Pemuda Pabelan (PPP) kemudian dibina dan diberi motivasi pada malam sabtu, kemudian beliau juga membuat wadah kegiatan bagi kaum tua dengan organisasi Pemeliharaan Tradisi Islam Pabelan (PTIP). Dan memberikan pembinaan ruhani setiap malam selasa kepada masyarakat dalam kajian tasawuf modern.18 Dengan adanya forum komunikasi itu, rencana KH. Hamam untuk mendirikan Pondok Pabelan semakin mendapat dukungan kuat dari masyarakat.19 Kemudian KH. Hamam meresmikan berdiri kembali Pondok Pesantren Pabelan dengan mencari hari baik, dan hari itu adalah pada
15
Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa , op. cit. Wawancara Pribadi dengan Muhtarom, op. cit. 17 Zainal Arifin Ahmad, “K. H. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 102-103 18 Ahmad Mustofa , “Mas Hamam itu Sosok Humanis yang Bersungguh-Sungguh”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h.155. 19 Zainal Arifin Ahmad, “K. H. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, Ibid., h. 103 16
45
hari sabtu paing, 28 agustus 1965. Setelah saat itu Pondok Pesantren resmi berdiri.20 KH. Hamam menghidupkan pondok dengan berproses, kemudian pondok resmi berdiri kembali pada hari sabtu paing, 28 agustus 1965. Ketika pondok sudah diresmikan berdiri kemudian muncul masalah tentang Pondok Pabelan dijadikan pondok putra atau putri, awalnya putra, kemudian para ulama dan tokoh-tokoh yang memiliki anak perempuan komplain, bahwa mereka memiliki anak perempuan. Dengan adanya masalah itu jadilah Pabelan, Pondok Pesantren campuran.21 Dengan adanya hal ini menunjukkan bahwa Pondok Pabelan sudah sangat modern dan berbeda dengan pondok-pondok disekitar Pabelan. Waktu itu saja Pondok Gontor belum ada putri dan hanya putra saja.22 2. Lintas Kehidupan KH. Hamam Dja’far a.
Riwayat Hidup KH. Hamam Dja’far KH. Hamam Dja‟far lahir di desa Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, pada hari sabtu paing, 26 Februari 1938, adalah sulung dari dua putra pasangan Kiai Dja‟far dan Nyai Hadijah. KH. Hamam Dja‟far besar di bawah pengasuhan adik kakek pihak ibu, yaitu kiai Cholil yang tinggal di sebelah selatan dari masjid Pondok. Dalam keluarga KH. Hamam Dja‟far mengalir darah ulama yang diturunkan oleh Kiai Muhammad Ali bin Kiai Kertotaruno, pendiri Pondok Pabelan (sekitar tahun 1800-an) yang pertama, yang juga pengikut setia Pangeran Diponegoro. Menurut masyarakat setempat, Kiai Kertotaruno adalah keturunana Sunan Giri, salah satu wali penyebar agama Islam di Tanah Jawa.23
20
Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa, op. cit. Ibid. 22 Wawancara Pribadi dengan Mahfudz Masduki, Pabelan, 9 September 2016. 23 Ana Suryana Sudrajat, “Warisan KH. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 60 21
46
Hal ini dapat dilihat dari silsilahnya, yaitu Sunan Giri-Kiai Sobo (Juru Mertani)-Kiai Abdul Ghoni-Kiai Kertotaruno-Kiai Muhammad Ali (Pendiri Pondok Pabelan tahun 1800). Kiai Muhammad Ali menurunkan Kiai Imam. Generasi Kiai Muhammad Ali II adalah Kiai Hasbullah-Kiai Anwar-Kiai Dimyati dan Kiai Cholil- Kiai Ja‟far-Kiai Hamam dan Kiai Ahmad Mustofa. Sedangkan istri KH. Hamam Dja‟far
juga putri kiai, yaitu KH. Abdullah Umar dari Pondok
Banaran yang jika ditarik ke atas bersambung ke Pangeran Diposono, keturunan Hamengku Buwono (HB) III.24 Sewaktu anak-anak KH. Hamam Dja‟far diangkat menjadi anak Kiai Cholil, karena beliau tidak dikaruniai anak. Ketika KH. Hamam Dja‟far belum masuk sekolah, pada siang hari ia main di tempat orang tuanya dan di malam hari ia menginap di rumah kiai Choli. Sewaktu sudah masuk sekolah kemudian ia di rumah Kiai Cholil terus. Kiai Cholil seorang kiai yang mengajarkan tafsir Qur‟an, disela-sela kesibukkannya, beliau masih sempat mengolah sawah.25 KH. Hamam Dja‟far tumbuh dalam lingkungan keluarga yang selalu dekat dengan agama, dan hidup ditengah-tengah keluarga para kiai yang mengajarkan ilmu-ilmu agama atau keIslaman. Diceritakan oleh Kiai Ahmad Mustofa, bahwa dulu ketika masih kanak-kanak di Pabelan terdapat tiga pondok, yaitu pondok timur, pondok barat, pondok tengah.26 KH. Hamam pastilah beruntung lahir dari keluarga kiai, baik dari pihak ibu maupun ayah. Kakeknya seorang kiai yang bernama Kiai Dimyati dan memiliki seorang ayah juga yang bernama Kiai Anwar.
24
Zainal Arifin Ahmad, “KH. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, Ibid., h. 98-99 25 Umi Musyarrofah , op. cit., h. 13. 26 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa, op. cit.
47
Mbah Buyut pernah menyatakan, saat KH. Hamam berusia tiga tahun, bahwa cucunya itu kelak akan menjadi seorang kiai besar.27 KH. Hamam Dja‟far semasa mudanya aktif di Gerakan Pemuda Anshor (merupakan organisasi dibawah wadah Nahdhotul Ulama). Beliau menikah dengan Djuhanah Rafi‟ah, putri Kiai Bakir, pada tahun 1964.28 Pada waktu KH. Hamam Dja‟far menyunting, Rr. Hj. Djuhanah Rafi‟ah menjabat sebagai wakil ketua Nasyiatul „Aisiyah (NA), sedangkan KH. Hamam Dja‟far salah satu ketua Pemuda Ansyor.29 Dari pernikahan ini KH. Hamam Dja‟far dan
Rr. Hj.
Djuhanah Rafi‟ah dikaruniai dua anak yaitu Ahmad Najib Amin, lahir 27 Juli 1966, dan Ahmad Faiz Amin, lahir 27 Juni 1971. Ahmad Najib Amin yang beristrikan Nurul Faizah, putri almarhumah Prof. Dr. Husnul Aqib Suminto, kini melanjudkan estafeta kepemimpinan ayahnya di Pondok Pesantren Pabelan.30 Ketika beliau pulang dari Gontor tahun 1963, dalam usia 23 tahun, KH. Hamam Dja‟far kembali ke kampung halamannya dan kemudian menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan yang cukup lama vakum karena para santri-santrinya ikut terjun dalam peperangan melawan penjajah Belanda. Dengan menempati tanah seluas lima hektar, Pondok Pesantren Pabelan resmi berdiri kembali tanggal pada 28 Agustus 1965. Dengan niat akan mengadopsi sistem yang dipakai di Gontor. Artinya pesantren yang didirika tahun 1965 adalah pesantren yang sudah mengajarkan juga ilmu-ilmu setingkat pendidian mengengah pertama dan menengah atas kedua.31
27
Komaruddin Hidayat, dkk., Pondok Pabelan dan Mobilitas Kaum Santri, (Jakarta: Pondok Pabelan, 2015), h. xi 28 Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 61 29 Umi Musyarrofah, op. cit., h. 16 30 Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat. loc. Cit. 31 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit.
48
KH. Hamam Ja‟far wafat pada 17 Maret 1993 pada usia 54 tahun, karena sakit beberapa waktu lamanya dengan meninggalkan seorang istri dan dua orang putra. Beliau dimakamkan di pemakaman masjid Pondok Pesantren Pabelan. Meski beliau telah tiada, tetapi spirit perjuangan dan pengabdian hidupnya demi agama, Negara, dan bangsa senantiasa mengalir.32 Dalam buku Kiai Hamam Ja‟far dan Pondok Pabelan Kesansian Santri, Kerabat, dan Sahabat, Ahmad Najib Amin menuliskan sebagai berikut, Walaupun bapak tidak meninggalkan sesuatu yang bersifat materi (tulisan atau karangan atau kurikulum baku) untuk bisa menjadi pegangan para penerus, tetapi buat saya semua kelihatan jelas, sejelas gaya dan cara
bapak mendidik yang lebih sering
memberi tantangan bukan tuntunan, lebih sering memberi tugas bukan memberi nasehat, lebih sering memberikan santri mengalami, bukan mendengar cerita pengalaman orang lain.33 b. Latar Belakang Pendidikan KH. Hamam Dja’far Dari kecil KH. Hamam Dja‟far didik langsung oleh Kiai Cholil, dan KH. Hamam Dja‟far juga ngaji di Pondok Pabelan yang awalnya dibagi menjadi tiga
pondok.34 Ketika KH. Hamam kecil Pabelan
merupakan desa tertinggal dari desa yang lainnya dari berbagai bidang. Ketika beliau remaja dikenal sebagai anak yang disegani, waktu itu ada sekelompok pemuda Pabelan yang menamakan dirinya sebagai pemuda Napoleon, dan ditakuti oleh pemuda-pemuda. Namun
32
Zainal Arifin Ahmad, “K. H. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 99 33 Ahmad Najib Amin, “Bapak Saya, Kiai Hamam Dja‟far”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, Ibid., h. 169 34 Ahmad Mustofa, “Mas Hamam itu Sosok Humanis yang Bersungguh-Sungguh”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h.152
49
ketika berhadapan dengan KH. Hamam tunduklah pemuda Napoleon tersebut.35 Melihat desa Pabelan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan Kemudian beliau meneruskan Sekolah Rakyat, setelah menamatkan Sekolah Rakyat di desanya tahun 1949, KH. Hamam Dja‟far melanjutkan ke Sekolah Menengah Islam di Muntilan sampai tahun 1952.36 KH. Hamam Dja‟far kemudian mondok di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Kemudian beliau mondondok lagi di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur selama kurang lebih 11 tahun (1952-1963). Di Gontor KH. Hamam Dja‟far berguru secara langsung kepada “Trimurti” pendiri Pondok Moderen Darussalam Gontor: KH. Ahmad Sahal, KH. Zainudin Fanani, dan KH. Imam Zarkasyi.37 Ketika di Gontor beliau aktif dalam kegiatan kepanduan dan konsulat Magelang.38 3. Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam Menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan a.
Visi, Misi, Panca Jiwa dan Moto Pondok KH. Hamam Dja‟far menghidupkan pondok dengan visi terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikir bebas. Kemudian misinya sebagai berikut: 1) Menanamkan
dan
meningkatkan
disiplin
santri
untuk
melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menanamkan
jiwa
keikhlasan,
kesederhanaan,
ukhuwah
islamiyah, mendiri, dan bebas. 35
Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa, op. cit. Umi Musyarrofah , op. cit., h. 15 37 Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 61 38 Umi Musyarrofah. loc. cit 36
50
3) Menyelenggarakan
pendidikan
formal
dengan
kurikulum
pesantren yang disesuaikan dengan pendidikan nasional. 4) Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenali jati diri dan lingkugannya, serta mempunyai motivasi dan keberanian utuk memilih peran di masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 5) Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri yang berkhidmat kepada masyarakat, Negara dan Agama.39 Nilai-nilai dasar yang ditanamkan KH. Hamam Dja‟far kepada santri-santrinya tidak berbeda dengan nilai-nilai yang ditanamkan di Pondok Gontor yaitu: 1) Panca Jiwa Pondok Nilai-nilai yang ditanamkan dalam panca jiwa pondok pesantren, yaitu: Jiwa Keihlasan, Jiwa Kesederhanaan, Jiwa Ukhuwwah Islamiyah, Jiwa Berdikari, Jiwa Bebas.40 2) Moto Pondok Nilai-nilai yang ditanamkan dalam panca jiwa pondok pesantren,
yaitu:
Berbudi
Tinggi,
Berbadan
Sehat,
Berpengetahuan Luas, Berpikir Bebas.41
b. Pendidik Awalnya KH. Hamam dalam mengajar menangani semuanya sendiri. Kemudian dengan berjalnnya waktu dibantu oleh adik kandungnya Ahmad Mustofa dan seorang keluarga dekatnya, Wasit Abu Ali.42 Untuk perekrutan guru, tidak seperti sekarang yang sesuai dengan bidang pendidikannya, perlu diingat bahwa dulu sangat langka
39
Brosur Pondok Pesantren Pabelan. Ibid 41 Ibid 42 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa, op. cit. 40
51
yang sudah sarjana, guru-guru yang mengajar tanpa izajah tetapi mereka memiliki keahlian yang mumpuni.43 Pada tahun 1981 seluruh guru berjumlah 75 orang, terdiri dari 56 orang laki-laki dan 19 perempuan. Kebanyakan tergolong usia muda, antara 18 tahun sampai 35 tahun. Kebanyakan berasal dari lingkungan pondok, alumni Pondok Pesantren Pabelan, dan alumni Pondok Gontor Jawa Timur. Dari 75 guru ada 8 orang sarjana selebihnya sarjana muda dan lulusan KMI Pabelan dan Gontor.44 Dalam berinteraksi dengan murit guru-guru menggunakan bahasa Arab, Inggris dan Indonesia.45 Di Pondok Pabelan ada pelajaran yang unik dan mungkin jarang dilakukan oleh para pendidik adalah mewajibkan santri menulis buku harian dan karangan lepas. KH. Hamam Dja‟far dengan membaca buku harian akan melihat kegiatan dan jalan pikiran santri secara transparan karena setiap pagi buku dikumpulkan, dibaca dan diberi komentar.46 KH. Hamam adalah guru yang selalu memotivasi santrinya dengan mengatakan: “anak-anakku, kalian semua adalah bintang, sudah barang tentu bintang ketemu bintang tidak nampak sinarnya, tapi kelak setelah kalian meninggalkan Pondok ini dan kembali ke masyarakat, akan tampak kalian di antara batu-batu kebanyakan”.47
c.
Peserta Didik Berawal dari 35 santri dengan 19 lelaki, 16 wanita yang belajar di lantai beralaskan tikar, tanpa meja tulis.48 Tempat belajarnya bermula
43
Wawancara Pribadi dengan Mahfuz Masduki, op. cit. Moh. Amaluddin, “Kiai Hamam Pemimpin Pondok Pabelan”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 395 45 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. 46 Komaruddin Hidayat, “Oh Pondokku, Ibuku”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 21 47 Pak najib 48 Bahtiar Effendi, “Etos yang Terus Mengalir”, dalam Muhammad Nasirudin (ed.), Setengah Abad Pondok Pabelan, Perjalanan Meraih Impian, (Yogyakarta: Pustaka Sempu, t.t.), h. vii 44
52
di serambi masjid, lalu pindah ke ruang pendopo rumah keluarga kiai. Santri pada awalnya pada siang hari belajar di emperan masjid.49 Para guru mengajar hanya menggunakan satu-satunya papan tulis, walaupun dengan kesederhanaan pelajaran tetap berjalan dengan lancar dan para santri belajar dengan tekun.50 Agak berbeda dengan pesantren di sekitar. Pondok Pesantren Pabelan yang diasuh oleh KH. Hamam para santrinya terdiri atas lakilaki dan perempuan. “mendidik pria itu hanya mendidik dia seorang. Tetapi kalau mendidik perempuan di samping mendidiknya, juga mendidik suami, anak serta keluarga”.51 KH. Hamam memulai Pondok Pesantren Pabelan dengan model campuran dan itu mengundang reaksi dari berbagai pihak. Ditambah santriwati berseragam rok merah selutut, baju putih dan menggunakan dasi merah darah. Hal ini membuat para tokoh dan ulama di sekitar Pabelan bereaksi negatif. “kami sengaja memancing perhatian orang agar mereka mau melihat pondok. Toh semua hanya alat sementara. Adapun selanjutnya bukan begitu pakaian seragam para santri,” kata KH. Hamam Dja‟far.52 Pada tahun akhir 70-an, pesantren Pabelan menjadi sangat kondang dan seolah menjadi pesantren percontohan se-Jawa Tengah, santrinya setiap tahun bertambah dan berasal dari berbagai daerah termasuk Timor Timur, jumlah santri pada saat itu mencapai 1000 orang.53 Dengan latar belakang pekerjaan orangtua: 32,8% petani, 30,7% pedagang, 2,7% ABRI, 1,4% pegawai swasta dan pemong desa.54 49
Komaruddin Hidayat, “Oh Pondokku, Ibuku”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 18 50 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Mustofa, op. cit. 51 Umi Musyarrofah, op. cit., h. 65 52 Wawancara Pribadi dengan Mahfuz Masduki, op. cit. 53 Muhammad Aji Surya, “Nyantri di Pabelan: Episode Nano-Nano”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 9091 54 Umi Musyarrofah, op. cit., h. 36
53
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan memiliki dua jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong (tinggal di rumah). Pada umumnya santri kalong berasal dari sekitar lingkungan Pondok Pesantren Pabelan.55 Santri kalong pada saat santri menginjak kelas enam santri diwajibkan untuk menetap di pondok guna mendapatkan pelajaran yang lebih. Dan santri-santri yang sudah senior diberi tanggung jawab untuk mendampingi dan membimbing adik-adiknya.56 Di Pondok Pesantren Pabelan diajarkan konsep kerukunan beragama. Di asrama para santri dikondisikan agar tidak menonjolkan golongan, partai, etnis, bahkan orang tuanya. Semua bergaul dengan kesetaraan dan kerukunan. KH. Hamam Dja‟far mengajarkan para santri untuk tidak berlaku eksklusif kepada sesama santri. Oleh karena itu baik Ustadz maupun santri terdiri dari berbagai golongan, bahkan pernah ada pula guru yang beragama non- Islam, para santri datang dari berbagai macam latar belakang NU, Muhammadiyah, Persis, maupun yang lainnya.57 Para santri Pondok Pesantren Pabelan diberi kebebasan namun mereka dididik untuk bertanggung jawab, hal ini terlihat dari kehidupan mereka sehari-hari di asrama pondok, santri hidup dalam serba kesederhanaan, tapi penuh kegiatan.58 Santri mengatur diri sendiri dengan gotong royong secara demokratis dengan penuh suasana persaudaraan melalui Organisasi Pondok Pesantren Pabelan (OPP), semacam OSIS di SMU.59 Setiap santri Pondok Pabelan harus mengkuti Khutbah iftitah atau khutbatul arsy, hal ini identik dengan ospek atau MOS-nya SMP dan
55
Wawancara Pribadi dengan Khudori, op. cit., Observasi Pondok Pesantren Pabelan, op. cit., 57 Umi Musyarrofah, op. cit., h. 33-34 58 Ibid., h. 35 59 Observasi Pondok Pesantren Pabelan, op. cit. 56
54
SMA. Khutbatul iftitah ini dipersiapkan mental dan pikiran santri dan pemikiran santri untuk menjadi santri Pondok Pesantran Pabelan.60 Kegiatan santri Pondok Pabelan seperti kebanyakan pondok pesantren yang ada di Indonesia, santri di Balai pendidikan Pondok Pesantren Pabelan memiliki berbagai aktvitas yang telah diprogram untuk dilaksanakan. Program kegiatan yang dilaksanakan oleh santri dituangkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari selama dua puluh empat jam sehari yang harus dipatuhi oleh para santri.61 Kegiatan harian santri Pondok Pesantren Pabelan dimulai pukul empat pagi, para santri dibangunkan oleh petugas pondok (santri yang dapat jadwal untuk bulis). Para santri dibangunkan untuk menunaikan sholat subuh, mereka melakukan senam pagi kemudian dilanjutkan dengan olah raga pilihan sendiri, yaitu voli, bulu tangkis, atau tenis meja. Bersenam pagi dan berolahraga berlangsung dari pukul 05.00 sampai dengan pukul 07.25 para santri makan pagi dan menyiapkan diri untuk mengikuti pelajaran pelajaran di ruang kelas. Pelajaran dikelas dilaksanakan pada hari sabtu sampai dengan rabu, dimulai pukul 09.00 dan diakhiri pukul 13.00, sedangkan dengan pada hari kamis pelajaran berlangsung dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00. Hari jum‟at libur, tidak diselenggarakan pelajaran.62 Pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 14.00 para santri melakukan solat dhuhur berjamaah dan makan siang. Jamaah dhuhur para santri tidak diwajibkan sholat di masjid, namun kini sholat jamaah dhuhur wajib di masjid. Kemudian makan siang dilakukan di ruang makan yang terletak di komplek pondok. Tersedia lima tempat makan. Setiap santri ditentukan tempat ia makan setiap harinya.63
60
Imam Munadjat, “KH. Hamam Dja‟far Selalu dalam Totalitas Peran”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 25-26 61 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. 62 Moh. Amaluddin, “Kiai Hamam Pemimpin Pondok Pabelan”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 397-398 63 Ibid., h. 398
55
Pada pukul 14.00-15.30 diselenggarakan kursus bahasa Arab dan Inggris yang diperuntukkan bagi santri kelas I, agar mereka mampu mengikuti program pendidikan pada kelas berikutnya, antara lain penggunaan bahasa Arab sebagai pengantar pada pelajaran agama, praktek berpidato dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris, percakapan bahasa Arab dan Inggris dengan ustadz pembimbingnya dan sebagainya.64 Pukul 16.00 sampai pukul 17.30 para santri melakukan olah raga voli, bulu tangkis, tenis meja, atau berenang. Pada pukul 18.15 sampai dengan pukul 19.00 para santri diwajibkan sholat magrib berjamaah dan membaca Al-Qura‟an baik di masjid maupun di asrama masingmasing. Pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 20.00 makan malam.65 Sesudah makan para santri belajar secara individual di bawah bimbingan dan pengawasan ustadz pembimbing. Bagi santri yunior, bimbingan diberikan pula oleh santri senior. Pembimbing santri senior disebut pendamping, mereka kelas VI, agar bimbingan berjalan dengan lancar, para pendamping ditempatkan menyebar secara merata di setiap kamar asrama.66 Kemudian kegiatan mingguan santri adalah latihan berpidato, krida dan prakarya (latihan ketrampilan), dan latihan pramuka. Latihan berpidato menggunakan bahasa Arab dan Inggris di hadapan kelompok santri. Latihan itu diselenggarakan setiap hari kamis malam dan ahad malam. Setiap santri diberi kesempatan melakukan pidato satu kali dalam setiap latihan. Jadwal pidato disusun oleh para santri sendiri, dalam hal ini dibuat oleh pengurus organisasi santri. Krida dan prakarya dilakukan setiap kamis siang seusai mengikuti pelajaran di ruang kelas, berbentuk kerja praktel membersihkan halaman komplek pondok. Praktek PKK santri puteri dan kerja praktek lain ditentukan 64
Ibid. Ibid. 66 Ibid. 65
56
oleh ustazd atau pengurus pondok. Latihan pramukaan dilaksanakan pada hari kamis sore, diselenggarakan oleh pengurus pramuka.67 Pembaharuan
KH.
Hamam
berdampak
sampai
setelah
kepemimpinannya, sepanjang lima tahun 2003-2008 santri Pabelan berhasil menjadi duta pendidikan Indonesia ke Amaerika Serikat (AS) dalam program Youth Exchange and Study (YES), kemudian tahun 1977 Bahtiar Effendi santri Pabelan lolos dalam program sejenis dengan nama American Field Service (AFS). Beasiswa untuk santri Pabelan lebih banyak berasal dari luar negeri.68 Tidak hanya itu di Pondok Pesantren Pabelan santri-santrinya mengikuti program Internasional Award For Young People (IAYP) dikenal juga dengan nama The Duke of Edinburgh’s Internasional Award.
d. Lingkungan Masyarakat Pondok Pesantren Pabelan itu juga masyarakat santri karena menurut cerita ketika Kiai Muhammad Ali tahun 1820 menjadikan pesantren, ketika itu masih babat alas, jadi tanah kosong dijadikan pesantren jadilah orang-orang bermukim di sekitar Pesantren dan menjadi santri beliau, mungkin karena belum terlalu lama merdeka dan perekonomian belum maju jadi etos kerja masyarakat itu lemah sekali, sehingga dapat dilihat kondisi ekonomi dan pendidikan itu sangat rendah. Kata-kata kondusif itu bisa dijadikan tantangan untuk berbuat maksimal dan bisa juga dikatakan lingkungan pendidikan sangat tidak kondusif karena berat sekali menghadapi itu. Tetapi alhamdulilah, karena semua santrinya berasal dari Pabelan sehingga ketika lulus kemudian menjadi bagian masyarakat Pabelan. Di Pabelan 3 lingkungan pendidikan ada di
67
Ibid. Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2009), h. 210 68
57
dalamnya semua sehingga semuanya saling berkesambungan dan saling melengkapi.69 Tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan yaitu sebagai berikut. Ketika anak diserahkan oleh orang tuanya untuk mondok, kiai sebagai pengasuh pondok bertindak sebagai kepala keluarga (lingkungan keluarga), sedangkan guru dan santri merupakan anggota keluarganya. Lingkungan sekolah diwakili oleh KMI dan Madrasah. Lingkungan masyarakat, terutama di sekitar lingkungan Pondok Pabelan, masyarakat merupakan laboratorium kehidupan bagi santri Pabelan.70 Pada masa KH. Hamam Dja‟far penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk menjadi bagian yang sama penting dalam proses pendidikan. Kehidupan santri diatur selama 24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif. Di pondok santri memperoleh pendidikan kemasyarakatan, latihan berorganisasi dan kepemimpinan. Tidak hanya itu namun penempatan santri di asrama tidak didasarkan dari suku, daerah, kelas dan lainlain, penempatan tidak permanen namun setiap semester selalu diadakan perpindahan kamar.71 Tidak hanya lingkungan di dalam Pondok Pesantren Pabelan tetapi lingkungan masyarakat Pabelan, Pesantren Pabelan memiliki peranan penting dalam perubahan desa Pabelan. Gubuk-gubuk sebelumnya tidak memiliki ventilasi dan jendela karena kealasan keamanan. Kemudian lantai dapur dan lantai ruang tinggal tanah liat telah berubah secara mendasar. KH. Hamam merubah rumah dengan memiliki jendela, kebun kecil yang berguna dan terawat, tempat penyerap jamban yang jaraknya dari sumur diatur, dan di mana-mana
69
Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 72-74 71 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. 70
58
ditanam pohon baru sehingga desa-desa sekitar pesantren terkesan higienis.72 Pada
tahun
1980
Pondok
Pesantren
Pabelan
menerima
penghargaan The Aga Khan Award for Architecture walaupun tak ada penemuan arsitektural yang luar biasa, Pondok Pabelan mampu mengembangkan ekspresi arsitektural yang asli yang menjawab tuntutan pedesaan modern, alasan 9 juri memilih Pondok pabelan adalah pertama juri umum kagum pada pendidikan pesantren seperti yang dilakukan Pabelan, di samping mendidik para santri juga melatih masyarakat setempat. Kemudian mampu menerjemahkan nilai Islam ke dalam arsitektur, dibangun dengan bahan-bahan setempat, tidak mewah cukup sehat dan tidak merusak lingkungan. Arsitektur Pondok Pesantren Pabelan memiliki makna yaitu perpustakan sebagai simbol ilmu pengetahuan yang terletak di bagian timur pondok, setelah perpustakaan ada lapangan, yang menggambarkan dunia yang bakal diarungi dengan bekal ilmu pengetahuan itu. Berikutnya masjid, tempat bersujud kepada Allah sebagai perlambangan bahwa apa pun peran yang dibawakan oleh seseorang di dunia, di barat masjid ada komplek pemakaman, sebagai pertanda bahwa hidup tidak langgeng dan pada akhirnya kembali kepada sang pemilik hidup.73 Tidak hanya penghargaan Aga Khan saja, pada tahun 1982 KH. Hamam memperoleh penghargaan Kalpataru dari presiden Republik Indonesia sebagai penyelamat lingkungan.74 KH. Hamam menanam pohon jeruk, segera menjadi pembelajaran bagi santri dan masyarakat, sehingga ketika pohon itu berbuah lebat masyarakat secara otomatis meniru dan santri mengingatnya. KH. Hamam memelihara kambing, ayam, KH. Hamam menata lingkungan pondok sehingga menjadi ijo
72
Umi Musyarrofah, op. cit., h. 47 Ana Suryana Sudrajat, “Warisan K. H. Hamam Dja‟far 1938-1993 Sekilas Biografi”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 58 74 Ibid., h. 59 73
59
royo-royo, kiai menerima tamu dari luar negeri, juga ketika kiai memberlakukan santri, semuanya menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat. Bahkan bagaimana santri berpakaian, bagaimana bersikap dan berprilaku santri di luar maupun di dalam Pondok, semuanya akan dibaca masyarakat sebagai bahan pembelajaran.75 KH. Hamam menciptakan lingkungan
yang mendidik santri
dengan membangun jaringan intelektual dengan berbagai kalangan tidak hanya dari tokoh-tokoh pemikir pendidikan Islam saja, bahkan tokoh
pendidikan Katolik
Ivan
Illich dari AS
dan Romo
Mangunwijaya.76
e.
Lembaga Pendidikan Manajemen Pondok Pesantren Pabelan pada masa perintisan, KH. Hamam tidak mengelola sendiri namun dibantu oleh beberapa staf dan dijalankan oleh dua lembaga yaitu: lembaga majlis guru dan lembaga tata usaha.77 Dengan berjalannya waktu dalam pengelolan, Pondok Pesantren Pabelan memiliki beberapa lembaga yaitu yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan, kemudian di bawah pimpinan ada lembaga-lembaga pembantu yang terdiri dari Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah (KMI), Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan Pondok Pabelan, Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf
Pondok
Pabelan
(SPPWPP),
Balai
Pengkajian
dan
Pengembangan Masyarakat (BPPM), Keluarga Besar Pondok Pabelan
75
Muhammad Balya, “Kiai Hamam Dja‟far Sebagai Pemimpin dan Pendidik”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h.193 76 Zainal Arifin Ahmad, “K. H. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, Ibid., h. 107 77 Moh. Amaluddin, “Kiai Hamam Pemimpin Pondok Pabelan”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, Ibid., h. 394
60
(KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS).78
f.
Media Pada masa sebelum KH. Hamam memimpin hanya kitab saja medianya, pada masa KH. Hamam menggunakan media yang ada di alam atau lingkungan sekitar, kemudian menggunakan gambar dan benda aslinya. Alhamdullilah sekarang media pembelajaran tidak hanya menggunakan media alam atau gambar saja, namun sekarang sudah ada laboratorium bahasa, tata busana, kimia, fisika, biologi, komputer. Dan sekarang bisa menggunakan proyektor dan lain sebagainya.79
g.
Kurikulum Di Pondok Pabelan tidak diajarkan dikotomi pelajaran agama dan umum, menurut KH. Hamam semuanya adalah ajaran Islam, asalkan diniati ibadah dan mendatangkan kebaikan buat manusia dan masyarakat.80 Pondok Pabelan dengan kesederhanaannya tetap menyediakan guru, walaupun tidak selalu terikat dengan latar belakang pendidikannya, karena waktu itu sangat langka sekali sarjana,
sehingga
guru-guru
yang
mengajar
sesuai
dengan
kebutuhan.81 Pabelan berbeda dengan model pesantren yang dikembangkan para kiai terdahulu, Pondok Pabelan di bawah KH. Hamam menggunakan kurikulum KMI (kuliyatul Mu‟alimien Islamiyah) seperti yang dipakai di almamater beliau yaitu Pondok Moderen “Darussalam” Gontor, Ponorogo dan pendidikan di kelas dengan
78
Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. Ibid. 80 Komaruddin Hidayat, “Oh Pondokku, Ibuku”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 20 81 Wawancara Pribadi Dengan Muhafuz Masduki, op. cit. 79
61
classikal.82 Kemudian tahun 1990-an itu tidak satu pun perguruan tinggi yang menerima lulusan pesantren tanpa ijazah formal. Sehingga resmi tahun 1991 di Pondok Pesantren Pabelan berdiri MTS dan MA. Pondok Pesantren Pabelan tetap menggunakan kurikulum KMI namun kelas 3 dan kelas 6 tetap ikut UN.83 Di Pondok Pesantren Pabelan mempelajari ilmu agama saja namun ilmu-ilmu umum yang lain, seperti berhitung, ilmu bumi, sejarah, aljabar, ilmu ukur, bahasa inggris, dan lain sebagainya.84 Program pendidikan Pondok Pesantren Pabelan ada beberapa macam yaitu sebagai berikut: 1) Pendidikan Umum, menyangkut ilmu pengetahuan umum yang diberikan pada kelas I, II, III setingkat dengan SLTP dan kelas IV, V, VI diberikan pelajaran setingkat dengan SLTA.85 2) Pendidikan Kepramukaa, pendidikan kepramukaan berkaitan dengan kegitan keterampilan dan pembinaan kepribadian, kepramukaan Pondok Pesantren Pabelan bernomor Gugus Depan 12.19/ 12.20-12.71/ 12.72. Pramuka Pondok Pabelan ikut aktif dalam kepengurusan serta kegiatan-kegiatan yang diadakan pramuka Kabupaten Magelang, bahkan tanggal 21-27 Januari 1982 Ahmad Najib Amin salah satu seorang pramuka Penggalang Terap Gugus Depan 1261 Pondok Pesantren Pabelan diberikan kesempatan untuk mewakili Kwarda Pramuka Jawa Tengah mengikuti The Annual Islamic Jamboree di Doha Qatar.86 3) Pendidikan Kesenian, yang diadakan setiap kamis malam setelah latihan pidato, dan pada jum‟at pagi, di antaranya sebagai berikut: folk song, orkes Melayu, drama, baca puisi, seni lukis, kaligrafi, band, qasidah missal, drum band, qira‟ah, seni bela diri. Dengan 82
Ahmad Faiz Amin, “KH. Hamam Dja‟far di Mata Anak”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 172 83 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. 84 Komaruddin Hidayat, dkk., op. cit., h. xii 85 Umi Musyarrofah, op. cit., h. 37 86 Ibid.
62
berbagai jenis kegiatan kesenian Pondok Pesantren Pabelan mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh OPP juga mengikuti lomba persahabatan dengan pondok di sekitar Pondok Pabelan.87 4) Olah Raga, kegiatan ini dilakukan di setiap pagi dan sore hari terdapat berbagai macam kegiatan olah raga yaitu sebagai berikut: sepak bola, tenis meja, atletik, senam, bulu tangkis, bola voli, renang. Demikian juga dengan kegiatan olah raga, para santri sering mengikuti perlombaan persahabatan.88 5) Pendidikan dan Latihan Ketrampilan. Kegiatan ini erat kaitannya dengan program pengembangan masyarakat desa dan pendidikan kepramukaan, pendidikan ketrampilan ini sudah diberikan sejak awal
berdirinya
pondok
pada
tahun
1965.
Dalam
perkembangannya selanjutnya pelaksanaan kegiatan ketrampilan seperti: pertanian, perternakan, perikanan, pertukangan dan koperasi dilakukan dengan kerjasama dengan dinas-dinas yang bersangkutan. Kemudian Pondok Pesantren Pabelan ditunjuk dan ditetapkan sebagai salah satu di antara 4 pesantren di Indonesia sebagai pilot proyek pesantren pembangunan, yang mendapat peralatan
ketrampilan
ketrampilan
yang
dari
pemerintah.
diselenggarakan
Beberapa
meliputi:
jenis
pertanian,
perkebunan, perternakan dan perikanan, pertukangan kayu, pertukangan batu, perbengkelan, kerajinan, elektronika, fotografi, PKK,
administrasi,
manajemen,
perkoperasian,
dan
perpustakaan.89 Pelatihan baik untuk santri dan masyarakat maupun pesantren di seluruh Indonesia. Dalam pelatihan tenaga pengembangan masyarakat berkerja sama dengan LP3ES (Lembaga Pelatihan, Pendidikan, dan Perkembangan Ekonomi dan Sosial) Jakarta.90 87
Ibid., h. 38 Ibid. 89 Ibid., h. 38-39 90 Ibid., h. 45-46 88
63
Tidak hanya LP3ES, Pesantren berulang kali dijadikan ajang berbagai pelatihan. Tahun 1970 diadakan latihan pertukangan kayu dan batu selama delapan bulan bekerja sama dengan LP3ES dan PLKI Yogyakarta. Tahun 1976 diadakan latihan kerajinan bambu bekerja sama dengan LP3ES, SPIK Yogyakarta dan Pusat Kerajinan Bambu RIDAKA Pekalongan. Kemudian tahun 1987 diadakan latihan kader kesehatan bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten Magelang. Pada tahun 1979 diadakan latihan teknologi tepat guna (TTG) bekerja sama dengan LP3ES, Yayasan Mandiri ITB. Tahun 1980 diadakan lagi latihan teknologi tepat guna (TTG) berkerja sama dengan LP3ES, Yayasan Mandiri, dan Yayasan Dian Desa Yogyakarta. 91 Selain latihan-latihan tersebut di Pondok Pabelan diadakan pula penataran dan pendidikan tingkat daerah maupun tingkat nasional. Seperti pada tahun 1975 diadakan pendidikan dan latihan pesantren tingkat daerah dan nasional oleh Departemen Agama, pada tahun 1976 diadakan pendidikan dan latihan guruguru madrasah ibtidaiyah se-Jawa Tengah oleh kantor wilayah Departemen Agama Jawa Tengah. Kemudian pada tahun 1977 diadakan pendidikan dan latihan guru-guru madrasah ibtidaiyah se-Jawa Tengah dan DIY, serta pada tahun yang sama pula diadakan penataran wartawan bidang agama tingkat nasional yang bekerja sama dengan departeman agama dan PWI pusat.92
h. Metode Metode yang digunakan dalam pengajaran kitab kuning adalah wetonan, bandongan, sorogan. Kemudian ketika Kiai Hamam membangun kembali maka metode yang digunakan tidak jauh berbeda 91
Zainal Arifin Ahmad, “KH. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 109 92 Ibid.
64
dengan Pondok Gontor dan sekolah di sekitar. KH. Hamam melakukan pembaharuan metode pengajan dengan menghadirkan sistem klasikal.93 Dulu di sungai Pabelan dekat Pondok terdapat batu besar yang oleh masyarakat sekitar dikeramatkan, konon karena ada makhluk penghuninya, KH. Hamam memerintahkan santrinya, “kencingilah batu itu! Jika nanti ada apa-apa saya yang bertanggung jawab sepenuhnya”. Demikianlah ternyata tidak ada akibat apapun terhadap santri yang berani mengencingi. Hal ini salah satu cara KH. Hamam membrantas khurafat dan tahayul, santri Pabelan dididiknya untuk murni-lurus dalam beribadah serta kuat dalam tauhid-aqidahnya.94
i.
Evaluasi Evaluasinya tetap sama dengan sekolah-sekolah lainnya, cuman dulu waktu masa KH. Hamam tidak ada ujian nasional. Ujian itu dilaksanakan dalam rangka belajar, ada tes lisan juga tes tulis.95 Pada sebelum KH. Hamam memimpin evaluasinya diuji oleh kiai tentang suatu kitab kuning tertentu, sekarang Pondok Pesantren Pabelan ada tes tertulis dan lisan, juga mengikuti UN. Soal-soal pelajaran umum dari kemenag sendiri, dan soal mapel bahasa dan agama yang membuat dari pihak Pondok Pesantren Pabelan, dari sisi kualitasnya ada kelebihan dan kekurangannya, evaluasinya ada tulis dan lisan. Pada masa sebelum KH. Hamam ujiannya hanya lisan, mereka sangat meguasai kitab tertentu, karena kelulusan mereka harus menguasai satu kitab tertentu sampai diakui oleh kiainya.96
93
Wawancara Pribadi dengan Mahfud Masduki, op. cit. Sadjijo Slamat Budihardjo, “Ustadz Hamam yang Saya Kenal”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 467 95 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit. 96 Wawancara Pribadi dengan Khudori, op. cit. 94
65
j.
Manajeman KH. Hamam Dja‟far pada tahun 1965 sampai 1970, yaitu pada masa perintisan pembangunan kembali Pondok Pesantren Pabelan, KH. Hamam Dja‟far dikatakan tidur pagi selepas subuh merupakan acara tetap. Pada kurun waktu itu kiai mempunyai kebiasaan untuk berjalan malam mengelilingi kampung Pabelan yang dilakukan untuk mencari inspirasi untuk pengembangan pondok. Kemudian pada sore hari kiai pergi keluar rumah untuk melihat secara langsung keadaan pertanian pondok atau kolam ikan milik pondok yang berada diluar komplek pondok.97 Biaya pendidikan untuk santri yang berasal dari desa Pabelan tidak ditarik biaya pendidikan, dan pada awal pembangun Pondok Pabelan, KH. Hamam mengajak santri dan masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang terkena banjir lahar dingin untuk tempat penambangan batu dan pasir yang digunakan untuk membangun sarana pendidikan dan sarana umum Pabelan. Sebagain dijual untuk membiayai pembangunan sarana tersebut.98 Sedangkan lahan yang sudah ditambang direklamasi sehingga menjadi lahan yang produktif. Dengan mengubah lahan non produktif jadi produktif, yang dilaksanakan secara tertencana dan terarah sehingga menghasilkan lingkungan hidup yang produktif dan baik bagi masyarakat dan ekosistem yang ada. Pondok Pesantren Pabelan mendapatkan penghargaan Kalpataru.99 KH. Hamam sangat lihai dalam memanajeman Pondok Pesantren Pabelan, memasuki periode tahun 1970 merupakan masa keemasan Pondok Pesantren Pabelan. Santri-santri semakin berdatangan dari berbagai daerah, KH. Hamam juga memperluas jaringan dengan
97
Moh. Amaluddin, “Kiai Hamam Pemimpin Pondok Pabelan”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit., h. 406-409 98 Ahmad Faiz Amin, “KH. Hamam Dja‟far di Mata Anak”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, ibid., h. 174 99 Ibid.
66
tokoh-tokoh cendikiawan muslim seperti Nurcholis Madjid, Dawam Raharjo, Asep Fathudin, dan Zamroni. KH. Hamam mengundang 40 orang ahli pendidikan selama dua pekan di Pabelan guna membahas apa yang sebaiknya diajarkan kepada santri.100 Selain itu KH. Hamam menjalin kerja sama dengan pemerintah, kemudian Dr James Grant, direktur UNICEF dari kantor pusat PBB di New York datang ke Pabelan untuk melihat program usaha kesehatan masyarakat di Pabelan. Popularitas Pabelan semakin meningkat ketika dibuat film Al Kautsar di lingkungan Pondok Pesantren Pabelan tahun 1977 dengan menampilkan KH. Hamam sebagai pengasuh pondok dan pemeran utama, WS Rendra, sebagai santri akan dikirim dakwah di pedalaman Sumatera.101
k. Sarana dan Prasarana Pada awalnya hanya memiliki tempat belajar di serambi masjid, dan pindah ke pendopo rumah keluarga kiai.102 Kemudian pada tahun 1968 mulai mengawali pembelajaran di kelas bambu depan masjid di lingkungan Pondok Pesantren Pabelan.103 Pada tahun 70-an Pondok Pesantren Pabelan belum memiliki MCK yang memadai santri putra ada 500 orang dan kamar mandi hanya ada delapan, sehingga para santri mandi di sungai Mbelan. Kemudian tahun 80-an banyak kamar mandi yang dibangun, jumlahnya ada 20 dan kamar kecilnya.104 Penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pabelan dilengkapi dengan komplek pesantren terdiri dari masjid, rumah kiai, beberapa bangunan asrama, ruang administrasi, ruang tamu, bangunan kantin, 100
Abu Nuris dan Tim, “Lima Puluh Tahun Pondok Pabelan”, Majalah Keluarga Besar Pondok Pesantren Pabelan, Pabelan, 28 Agustus 2015, h. 9 101 Ibid., h. 10 102 Komaruddin Hidayat, “Oh Pondokku, Ibuku”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, ibid., h. 18 103 Imam Munadjat, “KH. Hamam Dja‟far Selalu dalam Totalitas Peran”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, ibid., h. 24 104 Muhammad Aji Surya, “Nyantri di Pabelan: Episode Nano-Nano”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, ibid., h. 85
67
dan kantor balai pengkajian dan pengembangan masyarakat (BPPM) desa, dan bangunan sanggar Bakti Pramuka, serta ruang kelas.105 Peralatan pendidikan yang dimiliki Pondok meliputi bangku siswa, meja kursi guru, meja kursi tamu, meja kursi tata usaha, almari, papan tulis alat peraga, dan buku-buku. Pondok juga memiliki fasilitas untuk olah raga dan seni. Fasilitas olah raga adalah sebagai berikut bola voli, bulu tangkis, tenis meja, renang, senam, dan bela diri. Fasilitas kesenian mencakup untuk melakukan kesenian gambus, orkes melayu, band, kasidah, folksong, seni lukis, drama dan puisi.106
B. Pembahasan 1.
Hambatan
dan
Tantangan
KH.
Hamam
Dja’far
dalam
menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan Sejak awal berdiri Pondok Pesantren Pabelan mengalami perubahan dalam sistem pendidikan. Pondok Pesantren Pabelan tidak berbeda dengan institusi lainnya, dalam sejarah dan perkembangannya. Ada masa-masa berjaya dengan jumlah santri dan prestasi yang diaraih dan ada masa-masa vakum tidak melaksanakan aktivitas pendidikan. Pondok Pesantren Pabelan pada awalnya tidak berbeda dengan pesantren saat itu yang ada di Indonesia. Pondok Pesantren Pabelan beberapa kali mati suri, dan keadaan masyarakat
desa
Pabelan
pada
tahun
1962-1965
mengalami
keterbelakangan dalam berbagai bidang. Hal ini membuat hati KH. Hamam Dja‟far tergerak, beliau memiliki cita-cita untuk meningkatkan ekonomi, sosial, dan pendidikan desa Pabelan. Untuk mewujudkan citacitanya, KH. Hamam Dja‟far memilih jalur pendidikan. KH. Hamam Dja‟far menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan dengan memperbaharui sistem pendidikan dari berbagai aspek.
105
Moh. Amaluddin, “Kiai Hamam Pemimpin Pondok Pabelan”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, ibid., h. 399 106 Ibid., h. 400
68
Untuk mewujudkan cita-citanya beliau menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang harus dihadapi, seperti memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan, kemudian beliau berusaha memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa kita adalah Islam yang harus bersatu demi desa Pabelan yang maju, karena pada waktu itu desa terpecah belah dalam beberapa golongan. Kemudian keadaan ekonomi yang sangat rendah adalah masalah yang harus KH. Hamam hadapi. Beliau menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dengan masyarakat, pemuda, dan tokoh-tokoh desa Pabelan, tidak hanya itu KH. Hamam mendidik masyarakat dengan memberikan contoh dari aspek pertanian, penambangan pasir, dan penghijauan lingkungan. KH. Hamam mengajak warga Pabelan yang putus sekolah untuk melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Pabelan dengan gratis. Sebenarnya masalah yang dihadapi desa Pabelan adalah rendahnya sumber daya manusia. Jika pendidikan diperbaiki maka keadaan ekonomi, sosial, pendidikan akan meningkat. Tidak dapat disangkal pula bahwa maju atau mundurnya suatu negara tergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Terbukti seperti negara Jepang dan Singapura menjadi negara maju karena memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Abuddin Nata bahwa pendidikan merupakan segenap usaha menumbuhkan segenap potensi, psikis, bakat, minat, talenta dan lain sebagainya yang dimiliki manusia.107 Dengan mengembangkan yang ada didalam diri manusia maka kualitas sumber daya manusiapun meningkat. Hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam tidak berhenti begitu saja, ketika pondok resmi berdiri dengan menerima santri putra. Munculah masalah baru yaitu para tokoh dan kiai yang ada di desa 107
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 19
69
Pabelan ada beberapa diantara mereka memiliki anak putri, mereka meminta agar anak-anak mereka bisa didik juga, kemudian dengan pemikiran yang matang KH. Hamam memutuskan berdirilah pondok dengan santri putra dan putri. Keadaan desa dan Pondok Pesantren Pabelan mengalami kemajuan pesat dalam berbagai bidang, pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja‟far, terbukti dengan perekonomian semakin meningkat, keadaan desa Pebelan tertata dengan rapi dan bersih, kemudian warga memiliki WC dan sumur. Tidak hanya itu masyarakat menjadi bersatu tanpa ada perpecahan karena golongan, masyarakat sholat di satu masjid yang sama walau berbeda (NU, Muhammadiah, Persis, Masyumi dan lain sebagainya). Pada masa KH. Hamam tamu hilir mudik datang ke Pondok Pesantren Pabelan contohnya tokoh-tokoh cendikiawan muslim seperti Nurcholis Madjid, Dawam Raharjo, Asep Fathudin, Zamroni, dan lain sebagainya. Kemudian pelatihan untuk mayarakat dilakukan di desa Pabelan dengan pelaksanaannya di komplek Pondok Pesantren Pabelan, seperti pelatihan untuk santri dan masyarakat maupun pesantren di seluruh Indonesia. Dalam pelatihan tenaga pengembangan masyarakat berkerja sama dengan LP3ES (Lembaga Pelatihan, Pendidikan, dan Perkembangan Ekonomi dan Sosial) Jakarta, yang bertujuan agar seluruh pondok pesantren mampu mengembangkan dirinya ke arah perubahan yang kongkret, pelatihan ini berlangsung selama enam bulan dengan pola kegiatan berbentuk studi dan praktek pengembangan masyarakat di lapangan. Tidak hanya LP3ES, tapi KH. Hamam Dja‟far juga membangun kerja sama dengan berbagai lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah (LSM). Pesantren berulang kali dijadikan ajang berbagai pelatihan. Tahun 1970 diadakan latihan pertukangan kayu dan batu selama delapan bulan bekerja sama dengan LP3ES dan PLKI Yogyakarta. Tahun 1976 diadakan latihan kerajinan bambu bekerja sama
70
dengan LP3ES, SPIK Yogyakarta dan Pusat Kerajinan Bambu RIDAKA Pekalongan. Kemudian tahun 1987 diadakan latihan kader kesehatan bekerja sama dengan dinas kesehatan Kabupaten Magelang. Pada tahun 1979 diadakan latihan teknologi tepat guna (TTG) bekerja sama dengan LP3ES, Yayasan Mandiri ITB. Tahun 1980 diadakan lagi latihan teknologi tepat guna (TTG) berkerja sama dengan LP3ES, Yayasan Mandiri, dan Yayasan Dian Desa Yogyakarta.108 2. Usaha-Usaha KH. Hamam Dja’far dalam Menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh KH. Hamam Dja‟far di Pondok Pesantren Pabelan dalam aspek sistem pendidikan yaitu sebagai berikut: a.
Tujuan Pondok Pesantren Pabelan tumbuh dan berkembang dengan bersama munculnya desa Pabelan, Pondok telah memberikan corak nilai kehidupan masyarakat Pabelan. Pada dasarnya tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Pabelan pada masa sebelum KH. Hamam memimpin, tidaklah berbeda dengan pesantren umumnya di Indonesia. Sebagaimaan yang dikutip oleh Hasbullah bahwa tujuan pondok pesantren yaitu membimbing santri untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam, dengan ilmu agamanya dan mengembangkan penguasaan ilmu agama agar dapat menjadi muslim yang menyadari dan menunaikan hak dan kewajiban sebagai umat Islam.109 Untuk
mewujudkan
ide-idenya,
KH.
Hamam
memilih
menghidupkan kembali Pondok Pesantren Pabelan yang telah lama
108
Zainal Arifin Ahmad, “KH. Hamam Dja‟far dan Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Ajip Rosidi (ed.), Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat, op. cit. 109 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001), cet. 4, h. 24-25
71
vakum. Pondok Pesantren Pabelan yang KH. Hamam hidupkan kembali ini dibangun di atas tanah 5,5 hektar yang diintegrasikan dengan sistem dan metode pendidikan modern. Dalam artian idealisme, jiwa dan sistem asramanya tetap mengacu pada dunia pesantren, namun penyelenggaraannya dilakukan secara efektif dan efisien dengan metode pendidikan modern. Untuk mewujudkan ideidenya KH. Hamam merumuskan visi dan misi yang telah penulis tuangkan pada pembahasan sebelumnya. Kemudian KH. Hamam menanamkan pada santri nilai-nilai dasar yang digunakan Pondok Gontor Jawa Timur yang tertuang dalam Panca Jiwa Pondok Pesantren, yaitu: 1) Panca Jiwa Pondok Nilai-nilai yang ditanamkan dalam panca jiwa pondok pesantren, yaitu: a) Jiwa Keihlasan. Yang dimaksud disini jiwa keikhlasan berarti sepi ing pamprih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena keinginan memperoleh keuntungan tertentu, namun segala pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Semua gerak pesantren harus didasari jiwa keikhlasan, baik kiai, ustadz, santri, maupun masyarakat harus memiliki jiwa ini, yaitu tulus dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Kiai ikhlas dalam mendidik, kemudian santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri, para pembantu kiai ikhlas mambantu kiai dalam menjalankan proses pendidikan dan para
masyarakat
harus
tulus
dan
ikhlas
dalam
nasehatnya
selalu
memondokkan anaknya. KH.
Hamam
dalam
setiap
menekankan pentingnya bersikap ikhlas dalam segala hal. KH. Hamam mengajarkan pada kita bahwa semua kerjaan itu landasannya lilllah ikhlas karena ketika mengerjakan
72
sesuatu hanya karna Allah justru kita pasti akan berbuat yang terbaik bukan sekedar gugur kewajibannya, itu terbukti dengan apa yang dilakukan KH. Hamam mendapat penghargaan Aga khan tingkat dunia, kemudian kalpataru. b) Jiwa Kesederhanaan. Kehidupan
di
pondok
diliputi
oleh
suasana
kesederhanaan, berarti hidup apa adanya tanpa dibuat-buat, tanpa dilebih-lebihkan. Sederhana disini bukan hanya pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Kesederhanaan itu berarti sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran. Salah satu wujud implementasi dari kesederhanaan di Pondok Pesantren Pabelan adalah pendidikan dilaksanakan dengan kederhanaan, kiai, ustadz, santri tampil dengan sederhana,
fasilitas
pendidikan
ditampilkan
dengan
sederhana, tetapi semangat dan motivasi tetap harus tinggi. Cermin kesederhanaan Pondok Pabelan terlihat pada bangun-banguna asrama dan kelas yang sangat sederhana, disesuaikan dengan lingkungan pedesaan yang jauh dari kemewahan. Alasan kesederhanaan menjadi nilai yang mewarnai pendidikan, hal ini sejalan dengan yang ditulis Umi Musyarofah bahwa, dengan kesederhanaan para santri dan semua guru tidak berorientasi kepada materi, melainkan karya, dengan sederhana tetap bisa menjadi pemimpin dan orang yang terhormat. Tetapi kesederhanaan bukan berarti miskin. Boleh saja kaya, bahkan dianjurkan untuk kaya asal sikap dan prilaku tetap wajar dan memberi manfaat pada sesama.110
110
Umi Musyarrofah, op. cit., h. 33
73
Dengan
penanaman
nilai
ini
santri
akan
mengedepankan nilai subtansi, bukan materi. Dalam kehidupan dunia modern yang begitu kuat dan dikuasai oleh kepentingan materi, dalam kondisi saat ini, hal tersebut sangat relevan untuk ditanamkan. c) Jiwa Ukhuwwah Islamiyah. Bentuk soladaritas antara antar sesama umat Islam, kehidupan
di
pondok
pesantren
diliputi
suasana
persaudaraan, segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persuadaraan sebagai sesama muslim. Kuatnya nilai persaudaraan ini, Pondok Pesantren Pabelan terkenal dengan pondok non-sektarian. KH. Hamam langsung memberikan contoh kepada santri-santri dan masyarakat tentang pentingnya nilai persaudaraan bagi kehidupan umat manusia. Jangan pernah lupa bahwa Islam itu rohamatan lil aa’lamin bukan rohmatan lil muslimin. KH. Hamam bergaul dengan seluruh lapisan masyarakat, golongan, dan agama. Tamu-tamu yang berkunjung ke Pondok Pesantren Pabelan demikian banyak dan beragam, birokrat, pedagang, politikus, sampai artis. Contohnya Affandi, Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, Sutjipto Wirosardjono, Djohan Effendi, Aswab Mahasin,
Romo
Mangunwijaya, dan masih banyak lagi. Di Pondok Pesantren Pabelan diajarkan kerukunan beragama, di asrama para santri dikondisikan untuk tidak menonjolkan golongan, partai, etnis, bahkan orangtuanya. Semua bergaul dengan kesetaraan dan kerukanan. Karena pada dasarnya masyarakat terdiri dari berbagai macam agama dan golongan yang harus santri hadapi, bahkan ada guru non-Islam di Pondok Pesantren Pabelan.
74
d) Jiwa Berdikari. Kesanggupan menolong diri sendiri tidak saja dalam arti santri sanggup belajar dan berlatih smengurus segala kepentingannya sendiri. Hal ini tidak kalah penting, berdiri diatas kaki sendiri. Tidak hanya santri yang berdikari namun pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus mampu berdikari, sehingga ia tidak menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau belas kasih pihak lain. KH. Hamam selalu menanamkan pada santri bahwa harus mampu hidup sendiri tetapi tidak indiviualistik, karena itu kemampuan berorganisasi menjadi penting di Pondok Pesantren Pabelan. Kemandirian dibiasakan pada santri dengan melalui organisasi, dan hidup di asrama terlepas dari campur tangan orangtua dan guru. e) Jiwa Bebas. Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar. Kebebasan ini bukan berarti bebas sebebasnya, bebas tetap berpegang pada al-Qur‟an dan sunnah tidak hanya itu bebas bukan berarti kehilangan tujuan dan prinsip. Dalam
berkreasi
santri
diberikan
kebebasan
didalamnya, dan kebebasan berpikir, KH. Hamam ketika memberikan
nasehat
dan
khutbah
berisi
tentang
keberhasilan orang-orang yang besar yang berskala nasional dan global, kemudian para santri diberikan fasilitas oleh KH. Hamam untuk bertemu para pemikir, para santri diajak berkelana dalam pikiran dan dilatih untuk bebas berfikir, tetapi tidak melupakan pijakan. 2) Moto Pondok
75
Nilai-nilai yang ditanamkan dalam panca jiwa pondok pesantren, yaitu: a) Berbudi Tinggi. Hal ini merupakan inti dan tujuan utama dari seluruh proses pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan pesantren. Dengan berbudi tinggi akan menghasilkan akhlak karimah. KH. Hamam mengajarkan kesantunan kepada seluruh santrinya. KH. Hamam sangat marah ketika santrinya berkata bohong atau tidak jujur. Ada beberapa sikap yang beliau tidak sukai dan sering diutarakan dihadapan santri dalam segala hal, seperti kemayu (bersikap seolah-olah ayu atau cantik padahal tidak), kemaki (seolah-olah bijak dan pintar padahal tidak), kementus (bersikap seolah-olah jagoan atau pemberani padahal tidak). b) Berbadan Sehat. Seseorang haruslah sehat jasmani, disamping itu juga sehat rohani, dengan tubuh yang sehat seseorang akan dapat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dengan baik. Agar hidup dapat terus berlangsung maka tubuh harus sehat. Keberlangsungan hidup masa yang akan datang berkaitan dengan keadaan tubuh masa kini. KH. Hamam sangat menekankan kesehatan tubuh. Maka dari itu olah raga menjadi aktivitas wajib bagi santri Pabelan. Beliau pula sebagai pelopor lingkungan, dengan penghijauan kembali maka udara bersih dan segar akan selalu ada. Beliau selalu mengemukakan “jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat dan demikian sebaliknya”. c) Berpengetahuan Luas.
76
Para santri dibekali dengan berbagai pengetahuan untuk menjadi bekal hidup mereka. Dengan bekal pengetahuan yang luas seseorang akan menjadi lebih arif dalam bersikap. Tetapi harus tetap diperhatikan bahwa berpengetahuan luas itu tidak boleh lepas dari berbudi luhur. Beberapa nasehat KH. Hamam menggambarkan orang yang berpengetahuan luas, tidak hanya itu beliau mencontohkan dengan menerima tamu-tamu dari bermacam-macam bidang dan berdikusi semalaman suntuk. d) Berpikir Bebas. KH. Hamam berarti memiliki sikap terbuka dan bertanggung jawab dalam menghadapi persoalan apapun, bebas disini bukan berarti tidak ada batasannya. Seorang santri bebas untuk memilih lapangan perjuangannya di masyarakat. Penerapan jiwa bebas ini dilandasi dengan budi tinggi dan didasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang benar yang didasarkan kepada kitab dan sunnah.
b. Pendidik Berdirinya Pondok Pesantren Pabelan bermula dari seorang kiai yang piawai dalam segala hal. Pondok Pesantren Pabelan sebelum KH. Hamam memimpin tidaklah berbeda dengan pesantren tradisional yang lainnya. Kiai yang mengajarkan kitab-kitab klasik kepada santri-santrinya. Dan santri-santri yang sudah sampai pada tinggkat kitab yang tinggi maka akan membantu kiai mengajarkan kitab klasik untuk pemula. Secara intelektual, yang dikutib oleh Muljono dari Abudin Nata mengemukan bahwa seorang kiai haruslah memenuhi persyaratan akademik yaitu menguasai ilmu agama secara mendalam, ilmunya diakui masyarakat, menguasai kitab kuning dengan baik, taat beribadah, mandiri dalam bersikap, tidak mau mendatangi penguasa,
77
mempunyai genealogi dengan kiai-kiai lain, dan mempunyai atau memperoleh ilham.111 KH. Hamam menghidupkan Pondok Pabelan dibantu dengan beberapa tenaga pendidik, pada awalnya guru-guru hanyalah orangorang disekitar KH. Hamam, syarat mengajar hanya ikhlas dan menguasi yang diajarkan. Setiap ustadz mendapat tugas mengajar satu atau dua mata pelajaran tertentu. Saat itu guru-guru yang mengajar yang sudah sarjana belum ada, kemudian pada tahun 1981 jumlah guru mulai banyak, para guru mengajar berasal dari lingkungan pondok, alumni Pondok Pabelan, alumni Pondok Gontor, bahkan ada guru non-Islam di Pondok Pesantren Pabelan beliau mengajar mata pelajaran bahasa inggris karena beliau berasal dari Amerika dan ada beberapa guru non-Islam yang mengajar ekstrakulikuler seperti pramuka. KH. Hamam merupakan kiai dan guru yang ideal, beliau selalu memotivasi santri-santrinya dengan mengatakan: “anak-anakku, kalian semua adalah bintang, ketika bintang bertemu bintang tidak nampak sinarnya, tapi kelak setelah kalian meninggalkan pondok ini dan kembali kemasyarakat, akan tampak kalian diantara batu-batu kebanyakan”.112 Tidak hanya memotivasi namun beliau mendidik masyarakat dengan cara memberikan contoh salah satunya menanam pohon langka di lingkungan pondok, kemudian KH. Hamam merubah rumah dengan memiliki jendela, kebun kecil yang berguna dan terawat, tempat penyerap jamban yang jaraknya dari sumur diatur, dan di mana-mana ditanam pohon baru sehingga desa-desa sekitar pesantren terkesan higienis.
c.
111
Peserta Didik
Muljono Damopolii, op. cit., h. 76 Wawancara Pribadi dengan Kiai Ahmad Najib Amin, op. cit.
112
78
Sebelum KH. Hamam memimpin santri-santrinya awalnya warga desa, karena pada awalnya pondok didirikan masih tanah kosong, jadi pondok berdiri diikuti dengan berdirinya desa Pabelan. Kemudian berkembang dan santrinya berdatangan dari berbagai daerah, namun sangat disayangkan santri-santri pondok mulai tidak ada ketika ditingga meninggal kiai. Hal ini sejalan dengan yang ditulis oleh Samsul Nizar bahwa berdirinya pondok pesantren bermula dari seorang kiai yang menetap di suatu tempat. Kemudian datanglah santri yang ingin belajar kepadanya dan turut pula bermukim datanglah santri yang ingin belajar kepadanya dan turut pula bermukim ditempat itu.113 Kemudian menurut Amin Haidari bahwa kiai memegang peranan penting dalam mengendalikan dan mengatur sebuah pondok pesantren.114 Usaha KH. Hamam dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan beliau memilih untuk memiliki dua macam santri yaitu santri mukim (santri yang tinggal di asrama) dan santri kalong ( para santri yang berasal dari desa Pabelan). KH. Hamam menghadirkan Pesantren Pabelan dengan co-education (campuran), dengan adanya santri putra dan putri tanpa ada batas seperti tembok yang tinggi, bahkan jarak antara asrama putra dan putri hanya berkisar 15 meter. Pada tahun 1980-an, KH. Hamam pernah menyinggung tentang pentingnya membuka wawasan santri. tentang lawan jenis atau yang saat ini marak dengan wawasan gender, di Pondok Pabelan sudah digalakkan dari awal Pondok Pabelan berdiri kembali. Menurut KH. Hamam mendidik pria itu hanya mendidik dia seorang. Tetapi kalau mendidik perempuan di samping mendidiknya, juga mendidik suami, anak serta keluarga. Karena seorang ibu merupakan ujung tombak sebuah keluarga dan negara, jika para ibu 113
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasullulah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 4, h. 288 114 Amin Haedari, op. cit., h. 87
79
pandai maka jika kelak memiliki anak maka anaknya akan didik dengan benar dan baik. Menurut KH. Hamam santri kelas V dan VI berusia cukup matang untuk mengenal satu sama lain agar kelak jika selesai dari pondok mereka tidak canggung dalam pergaulan sosial. Tetapi KH. Hamam tetap memberikan rambu-rambu pergaulan antara santri putri dan putra ibarat hubungan bibi dan keponakannya. Untuk santri putra, kiai selalu berpesan bahwa jodoh mereka sekarang duduk di bangku SD, dan pesan kiai untuk santri putri adalah jodoh mereka sekarang ada di bangku perguruan tinggi. KH. Hamam menghidupkan Pondok, santri diwajibkan tinggal di asrama untuk santri yang berasal dari luar desa Pabelan tetapi untuk santri yang asal desa Pabelan tidak tinggal di asrama. Kehidupan santri diatur selama 24 jam dan diprogramkan dalam kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif untuk pencapaian tujuan yang telah dirancang. Para santri mendapatkan pendidikan kemasyarakatan, kepemimpinan, dan sosial. Penempatan santri di asrama tidak didasarkan strata sosial, daerah, kelas, atau prestasi. Penempatan tidak bersifat permanen, setiap satu semester selalu diadakan perpindahan kamar. Jadwal kegiatan santri di Pondok Pabelan yaitu sebagai berikut: 1) Harian NO 1.
JAM
KEGIATAN
04.00-05.00
Bangun tidur
Sholat subuh berjamaah
Olah raga (senam pagi, voli, bulu tangkis, atau tenis meja)
2.
05.00-17.25
3.
09.00-12.30
Makan pagi Persiapan masuk kelas Masuk kelas pagi
80
4.
12.30-14.00
Keluar kelas
Sholat zhuhur
Makan siang
Persiapan masuk kelas
5.
14.00-15.30
Masuk kelas siang
6.
15.30-16.00
Sholat ashar berjamaah
7.
16.00-17.30
Persiapan untuk olah raga Aktivitas pengembangan minat dan bakat dalam bentuk olah raga voli, bulu
tangkis,
tenis
meja,
atau
berenang.
Mandi dan persiapan ke masjid untuk jamaah magrib
8.
9.
17.30-1815
Membaca al-Qur‟an
Shalat jamaah magrib
Membaca al-Qur‟an
18.30-19.00
Makan malam
10. 19.00-20.00
Sholat isya berjamaah
11. 20.00-22.00
Belajar malam terbimbing
12. 22.00-04.00
Istirahat dan tidur
2) Mingguan NO
HARI
KETERANGAN
1.
Sabtu
Tidak ada perubahan jadwal
2.
Ahad
Pagi hari seperti jadwal harian, malam hari setelah jama‟ah isya ada latihan pidato (muhadarah).
3.
Senin
Tidak terdapat perubahan dari jadwal harian
4.
Selasa
Tidak terdapat berubahan dari jadwal
81
harian 5.
Rabu
Pagi hari, setelah jama‟ah subuh, latihan percakapan bahasa Arab atau Inggris.
6.
Kamis
Pagi hari sampai siang kegiatan di kelas, krida dan prakarya, pada sore hari kegiatan pramuka, malam hari latihan pidato (muhadarah).
7.
Jum‟at
Libur, dan kerja bakti pembersihan lingkungan.
Dengan kegiatan yang diatur selama 24 jam berdampak sampai saat ini. Sepanjang lima tahun 2003-2008 santri Pabelan berhasil menjadi duta pendidikan Indonesia ke Amaerika Serikat (AS) dalam program Youth Exchange and Study (YES), kemudian tahun 1977 Bahtiar Effendi santri Pabelan lolos dalam program sejenis dengan nama American Field Service (AFS). Beasiswa untuk santri Pabelan lebih banyak berasal dari luar negeri. Tidak hanya itu di Pondok Pesantren Pabelan santri-santrinya mengikuti program Internasional Award For Young People (IAYP) dikenal juga dengan nama The Duke of Edinburgh’s Internasional Award.
d. Lingkungan Lingkungan memiliki peran penting dalam proses pendidikan. Di Pesantren guru dan murid dalam lingkungan yang sama sehingga memungkinkan terjadi interaksi dan proses pendidikan secara terus menerus. Sehingga santri dapat belajar langsung dengan guru tidak hanya mengenai keilmuan saja tetapi santri bisa langsung belajar mengenai persoalan kehidupan. Tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan, ketika anak diserahkan oleh orang tuanya untuk mondok, kiai sebagai pengasuh pondok bertindak sebagai kepala keluarga (lingkungan keluarga), sedangkan guru dan santri merupakan anggota keluarganya.
82
Lingkungan sekolah diwakili oleh KMI dan Madrasah. Lingkungan masyarakat,
terutama
disekitar
lingkungan
Pondok
Pabelan,
masyarakat merupakan laboratorium kehidupan bagi santri Pabelan. Kemudian kiai dan guru menjadi teladan bagi para santri. Pada masa KH. Hamam Dja‟far penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk menjadi bagian yang sama penting dalam proses pendidikan. Kehidupan santri diatur selama 24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif. KH. Hamam menciptakan lingkungan sosial yang baik dengan cara penempatan santri di asrama tidak didasarkan dari suku, daerah, kelas dan lain-lain, penempatan tidak permanen namun setiap semester selalu diadakan perpindahan kamar. Pesantren Pabelan memiliki peranan penting dalam dalam perubahan lingkungan desa Pabelan. KH. Hamam mengatur desa dengan begitu baik sehingga rumah-rumah yang awalnya tidak memiliki jendela kemudian beliau rubah dengan memiliki jendela, memiliki kebun kecil yang berguna dan terawat, tempat penyerap jamban yang jaraknya dari sumur diatur, dan di mana-mana ditanam pohon baru sehingga desa-desa sekitar pesantren terkesan higienis dan hijau sejauh mata memandang.
e.
Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan pada awalnya merupakan pesantren tradisional. Kiai merupakan unsur kelembagaan yang paling penting. ketika kita melihat sejarah Pondok Pesantren Pabelan terlihat pondok beberapa kali vakum, hal itu terjadi karena tidak adanya kiai yang melanjutkan untuk menjadi pemimpin pondok, lambat laun santri Pondok Pesantren Pabelanpun habis dan pondok vakum untuk sementara waktu.
83
Hal diatas terlihat bahwa tradisi Pondok Pesantren dalam aspek kelembagaannya pada umumnya adalah milik kiai atau keluarga dari turunan kiai itu sendiri. Dan kiai merupakan elemen yang paling esensial dari pesantren, perkembangan pesantrenpun tergantung pada kepiawaian kiai dalam segala hal. Kiai dan keluarganya merupakan pemilik aset yang dimiliki oleh pesantren. Ketika kiai wafat maka akan digantikan oleh turunannya atau ahli waris jika tidak ada yang melanjutkan maka pesantren akan vakum atau mati. Hal ini terlihat bahwa pesantren tidak jauh berbeda dengan kerajaan-kerajaan, namun pesantren seperti kerajaan kecil. Ketika
KH.
Hamam
memimpin
secara
kelembagaan
menerapkan sistem baru dengan cara mewakafkan pondok kepada umat melalui Badan Wakaf. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan Pondok sudah dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada. Setiap kegiatan dikelola oleh lembaga tertentu. Distribusi wewenang dan tugas lembaga-lembaga tersebut dilakukan untuk memperlancar dan menjamin keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran didalamnya. Lembaga-lembaga yang ada di Pondok Pesantren Pabelan yaitu sebagai berikut: 1) Yayasan Wakaf Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan yang melaksanakan tugas sesuai amanat pendiri Pondok Pabelan KH. Hamam Dja‟far, bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran serta bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan Pondok Pesantren Pabelan dengan taat kepada ajaran agama Islam dan tunduk pada peraturan dan perundang-undangan negara yang berlaku. Yayasan Wakaf ini berkewajiban menetapkan peraturan dan atau ketentuan bagi setiap lembaga di bawahnya sesuai sunnah dan disiplin pondok yang berkhidmat kepada masyarakat
84
dalam
membentuk
karakter
atau
pribadi
ummat
guna
kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. 2) Pimpinan Pimpinan Pondok Pabelan yakni mandataris Yayasan Wakaf yang berkewajiban dan bertugas menjalankan keputusan Yayasan Wakaf, memimpin lembaga-lembaga yang berada di lingkungan Balai Pendidikan Pondok Pabelan dan bertanggung jawab kepada Yayasan Wakaf. Dalam menjalankan kewajiban dan tugasnya Pimpinan berfungsi memimpin penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, pengasuhan para santri sesuai sunnah dan disiplin pondok, pembinaan dan pengawasan. Untuk melakukan hal di atas lembaga-lembaga pembantu yang terdiri dari: Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah (KMI), Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan Pondok Pabelan, Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), Keluarga Besar Pondok Pabelan (KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP) dan Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS). 3) Sekretariat Sekretariat Pondok Pabelan yakni lembaga pembantu langsung Pimpinan dalam perencanaan, koordinasi, kelancaran pelaksanaan dan evaluasi kebijakan Pimpinan dengan tugastugas yang meliputi bidang pendidikan dan pengajaran, perlengkapan,
sarana
prasarana,
hubungan
masyarakat,
administrasi dan tugas lain yang sejalan. Lembaga pembantu langsung Pimpinan ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang sekaligus sebagai Sekretaris Pimpinan dibantu beberapa orang sesuai kebutuhan yang pengangkatannya diusulkan oleh Pimpinan dan disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
85
4) Kepengasuhan Lembaga pembantu langsung Pimpinan dalam pelaksanaan bidang pembinaan kehidupan santri sehari-hari di lingkungan pesantren guna mencapai karakter atau pribadi santri yang dijiwai
keikhlasan,
kesederhanaan,
ukhuwah
diniyah,
kemandirian, dan kebebasan sesuai sunnah dan disiplin pondok. Lembaga Kepengasuhan ini terdiri dari beberapa orang sesuai dengan kebutuhan yang dipimpin langsung oleh pimpinan. 5) Kulliyat al-Mu‟allimien al-islamiyah (KMI) Lembaga pembantu dan bertanggung jawab kepada pimpinan yang berkewajiban dan bertugas menyelenggarakan pendidikan formal pesantren dengan suatu kurikulum yang disusun berdasarkan visi dan misi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan guna mencapai profil santri yang berakhlak mulia, bebadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas sesuai sunnah dan disiplin pondok dalam menjalankan tugasnya KMI berwenang melaksanakan ketatausahaan, pendidikan dan pengajaran serta kegiatan lain yang sejalan dengan selalu mempertimbangkan kondisi objektif yang ada dan tetap mengedepankan nilai-nilai pondok. Lembaga KMI ini dipimpin oleh seorang direktur dibantu beberapa orang sesuai kebutuhan yang pengangkatannya diusulkan oleh pimpinan dan disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun.
6) Perpustakaan Perpustakaan Pondok Pabelan yakni lembaga pembantu dan bertanggung jawab kepada pimpinan yang berkewajiban dan bertugas
menyelenggarakan
pelayanan
kepustakaan
bagi
kepentingan pendidikan dan pengajaran di Balai Pendidikan Pondok Pabelan. Dalam menjalankan tugasnya perpustakaan berwenang melaksanakan ketatausahaan, dan kegiatan lain yang
86
sejalan dengan tetap berdasarkan pada visi dan misi Balai Pendidikan Pondok Pabelan. Lembaga Perpustakaan ini dipimpin oleh seorang Kepala dibantu beberapa orang sesuai kebutuhan yang pengangkatannya diusulkan oleh pimpinan dan disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun. 7) Keluarga Besar Pondok Pabelan (KBPP) Lembaga ikatan alumni dan keluarga besar Pondok Pabelan yang berkewajiban dan bertugas menghimpun semua alumni dan mendayagunakan segenap potensi alumni baik moril maupun materiil dalam rangka turut serta mengembangkan Balai Pendidikan Pondok Pabelan. Lembaga KBPP yang bertaggung jawab kepada Pimpinan
ini dipimpin oleh seorang Ketua
dibantu beberapa orang sesuai kebutuhan yang dipilih melalui musyawarah untuk maksud tersebut dan disahkan oleh Yayasan Wakaf Pondok Pabelan untuk jangka wahtu 5 (lima ) tahun. 8) Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) Lembaga pembantu dan bertanggung jawab kepada Pimpinan yang berkewajiban dan bertugas menyelenggarakan pengkajian,
penelitian
dan
pengembangan
dalam
upaya
pemberdayaan Pondok Pabelan dan masyarakat sesuai visi dan misi Pondok Pabelan. Dalam menjalankan tugasnya BPPM berwenang menjalankan Ketatausahaan dan kegiatan lain sesuai bidangnya tanpa meninggalkan sunnah dan disiplin pondok. Lembaga BPPM ini dipimpin oleh seorang direktur dibantu beberapa orang yang dibutuhkan yang pengangkatannya diusulkan oleh Pimpinan dan disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun. 9) Sekretariat Pemeliharaan dan Perkuasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP)
87
Lembaga pembantu dan bertanggung jawab kepada pimpinan yang berkewajiban dan bertugas menyelenggarakan pemeliharaan dan perluasan wakaf guna mendukung dana dan pembiayaan
Balai
Pendidikan
Pondok
Pabelan.
Dalam
menjalankan tugasnya SPPWPP berwenang melaksanakan ketatausahaan,
pencarian
dan
penghimpunan
dana
serta
pengembangan usaha produktif, tanpa meninggalkan sunnah dan disiplin pondok. Lembaga SPPWPP ini dipimpin oleh seorang ketua
dibantu
beberapa
orang
sesuai
kebutuhan
yang
pengangkatannya diusulkan oleh pimpinan dan disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun. 10) Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP) Yang dimaksud adalah lembaga pembantu dan bertanggung jawab kepada pimpinan yang berkewajiban dan bertugas menyelenggarakan pemeliharaan tradisi Islam dan sunnah Islam dalam masyarakat sesuai dengan visi dan misi Balai Pendidikan Pondok Pabelan. Lembaga PTIP ini dipimpin oleh seorang ketua dibantu beberapa orang sesuai kebutuhan yang pengangkatannya diusulkan oleh pimpinan dan disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun. 11) Badan Amil Zakat Infak Sedekah (BAZIS) Lembaga pembantu dan bertanggung jawab kepada Pimpinan yang berkewajiban dan bertugas menyelenggarakan pengumpulan dan pembagian ZIS dalam berkhidmat kepada masyarakat guna kesejahteraan lahir batin sesuai visi dan misi Balai Pendidikan Pondok Pabelan. Lembaga BAZIS ini dipimpin oleh seorang ketua dibantu beberapa orang sesuai kebutuhan yang pengangkatannya diusulkan oleh pimpinan dan
88
disahkan oleh Yayasan Wakaf untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun.115
f.
Media Pendidikan Media merupakan alat yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara efisien dan efektif. Pondok Pesantran Pabelan Sebelum KH. Hamam memimpin media pembelajarannya hanya menggunakan kitab-kitab saja kemudian pondok vakum sangat lama. Kemudian KH. Hamam menghidupkan pondok dengan menggunakan media pembelajaran, tidak hanya buku atau kitab tetapi menggunakan gambar, dan benda aslinya, dengan perkembangan jaman media di Pondok Pesantren Pabelan berkembang dengan adanya berbagai macam laboratorium dan teknologi yang memadai. Dengan menggunakan media yang ada di lingkungan sekitar anak akan semakin memahami, kemudian guru-guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pembuatan media dengan menggambar, dan membuat
media
yang
sederhana.
Ada
penelitian
dengan
menambahkan media visual pada pembelajaran, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 35%. Kemudian ketika menggunakan media
visual
dalam
pembelajaran
kosa
kata
menunjukkan
peningkatan hingga 200%.116 Media visual contohnya gambar memang tidak banyak memiliki banyak kata-kata, namun itu lebih efektif dari pada hanya berceramah saja. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran merupakan hal yang penting. Anak akan merasa nyaman dalam pembelajaran ketika mereka mengalaminya. 115
Data Sekertariatan Pondok Pesantren Pabelan Melvin L. Siberman, op. cit., h. 25
116
89
g.
Kurikulum Usaha KH. Hamam selanjudnya adalah pada aspek Kurikulum di Pabelan. Perubahan itu menyangkut materi-materi yang bersifat umum, tetapi terhadap materi agama perubahannya dilakukan dengan hati-hati. Kurikulum Pondok Pesantren Pabelan sebelumnya sama dengan pesantren tradisional yang hanya mengajarkan kitab-kitab klasik dan untuk ketentuan-ketentuan lainnya tidak berbeda dengan pesantren lainnya. Seperti yang dituliskan oleh Samsul Nizar bahwa Jenjang pendidikan yang dipakai dalam pesantren tradisional tidak dibatasi. Bila seorang santri telah menguasai suatu kitab atau beberapa kitab yang lulus ujian dan diuji oleh kiai, maka diperbolehkan pindah ke kitab sebelumnya. Kenaikan kelas pada pondok salafiyah, tidak ditandai dengan kitab yang dipelajari tersebut, dan kitab-kitab yang paling rendah sampai kepada kitab-kitab tingkat tinggi. Dalam menggunakan sarana, pondok pesantren salafiyah mengamalkan prinsip kesederhanaan.117 Pondok Pesantren Pabelan pada waktu itu sama seperti yang di tuliskan oleh Samsul Nizar. Kemudian KH. Hamam datang dan menghidupkan
Pondok
kembali,
kurikulumnya
tidak
hanya
mengajarkan ilmu agama tetapi juga mengajarkan ilmu duniawi. KH. Hamam mengintegrasikan keduanya sehingga berjalan bersamasama. Pabelan berbeda dengan model pesantren yang dikembangkan para kiai terdahulu, Pondok Pabelan dibawah KH. Hamam menggunakan kurikulum KMI (Kuliyatul Mu’alimien Islamiyah) seperti yang dipakai di almamater beliau yaitu Pondok Moderen “Darussalam” Gontor, Ponorogo. Tetapi ada sedikit berbeda, lain Gontor lain pula Pabelan yang mau menerima kerjasama dengan 117
Ibid., h. 117-118
90
lembaga luar bahkan dengan kalangan non-muslim baik secara pribadi maupun institusi. Kemudian tahun 1990-an itu tidak satu pun perguruan tinggi yang menerima lulusan pesantren tanpa ijazah formal. Sehingga resmi tahun 1991 di Pondok Pesantren Pabelan berdiri MTS dan MA. Pondok Pesantren Pabelan tetap menggunakan kurikulum KMI namun kelas 3 dan kelas 6 tetap ikut UN.
h. Metode Metode itu berperan penting dalam keberhasilan dalam proses pendidikan. Suatu kurikulum dirancang dengan baik, namun tidak menjamin berhasil dalam proses pendidikan dan pengajaran. Kurikulum itu penting namun lebih penting metode. Kita bisa mempelajari suatu hal yang baik, dengan cara mengerjakannya, mencoba, dan mempraktekkan. KH. Hamam dalam metode pengajaran dengan memberikan contoh, kemudian santri dan masyarakat akan mencobanya dan pada akhirnya praktek, seperti KH. Hamam mencotohkan dalam menanam jeruk, ketika berbuah dan berhasil maka masyarakat akan mencontohnya. Ketika pembelajaran di kelas beliau dan guru-guru menggunakan metode yang digunakan di Gontor yaitu diarec metod, ceramah, diskusi, tanya jawab, kemudian dengan berjalannya waktu kini guru-guru menggunakan metode active learning. Metode yang digunakan di Pondok Pesantren Pabelan sudah ideal. Hal ini sejalan dengan apa yang ditulis Melvin L. Siberman dalam bukunya bahwa, untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain. Tidak hanya itu siswa perlu mengerjakannya, mencoba, mempraktekkannya.118
118
Ibid., h. 10
91
Usaha KH. Hamam dalam aspek metode tidak hanya menggunakan
metode
bandongan,
sorogan,
wetonan,
tetapi
menggunakan metode seperti yang digunakan di pondok Gontor.
i.
Evaluasi Pendidikan merupakan sebuah program, untuk mengetahui apakah apakah penyelenggaraan pendidikan sudah mencapai tujuan atau belum maka untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program pendidikan mencapai tujuannya secara efektif dan efisien maka diperlukan sebuah evaluasi. Dalam aspek evaluasi, KH. Hamam tes tertulis dan lisan, juga mengikuti UN. KH. Hamam selalu mengingatkan bahwa ujian itu dilaksanakan dalam rangka belajar, bukan belajar untuk ujian. Untuk ujian lisan yang diujikan materi-materi agama dan untuk ujian tulis yang diujikan materi umum dan agama. Tidak hanya itu KH. Hamam juga menilai perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku santrinya. dalam menilai santrinya KH. Hamam langsung mengamati santri-santrinya. Tekni evaluasi yang digunakan di Pondok Pesantren pabelan sudah ideal, karena KH. Hamam menggunakan evaluasi tes dan non tes. Prof Arief Armai menuliskan dalam bukunya bahwa tujuan metode tes bertujuan untuk mengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid, kemudian tujuan evaluasi nontes untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid.119 Dengan penejelasan ini terlihat bahwa KH. Hamam melakukan usaha-usaha menghidupkan Pondok dalam sistem pendidikan yaitu evaluasi.
j.
Manajeman Manajemen mencakup segala aktivitas yang berhubungan dengan pengelompokan suatu proses untuk mencapai tujuan suatu
119
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam, op. cit., h. 62-67
92
Pondok Pesantren. Seperti Yang dikutip oleh Jejen Musfah dari Weihrich dan Koontz menuliskan bahwa manajemen adalah proses perencanaan dan pemeliharaan lingkungan di mana individu, berkerja bersama dalam kelompok, mencapai tujuan-tujuan terpilih secara efektif.120 Manajemen Pondok Pesantren pada umumnya bersifat tertutup, terpusat dan kekeluargaan. Manajemen Pondok Pesantren Pabelan Sebelum KH. Hamam memimpin manajemen pondok bertumpu pada kiai, sehingga ketika kiai meninggal pondokpun juga ikut hilang. KH. Hamam berusaha mengatasi kelemahan pondok terdahulunya, beliau menjalankan pesantren berdasarkan prinsipprinsip transparasi dan akuntanbiliti serta kebersamaan. Kegiatan dan pengelolaan Pondok Pesantren Pabelan antara lain transpantasi dalam penyelenggaraan keuangan, sirkulasi keuangan pondok diatur secara transparan dengan administrasi yang tertib, setiap lembaga dan organisasi melaporkan sirkulasi keuanga kepada pimpinan
secara
leguler.
Seluruh
lembaga
dan
organisasi
merencanakan programnya secara terbuka dalam forum. Mekanisme perencanaan program dimulai dari lembaga yayasan wakaf kemudian lembaga-lembaga lainnya. Ada hal yang unik dari KH. Hamam, beliau bisa dikatakan jarang tidur malam, waktu itu beliau isi dengan diskusi dengan para tokoh dan KH. Hamam memiliki kebiasaan keliling kampung pada pertengahan malam. Kemudian beliau membuat memo untuk OPP dan para staf, memonya berisi tentang apa yang harus diperbaiki, dibersihkan, dan lain sebagainya. Kemudian pada sore hari kiai pergi keluar rumah untuk melihat secara langsung keadaan pertanian.
120
Jejen Musfah, op. cit., h. 2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada awalnya Pondok Pesantren Pabelan merupakan pondok tradisional, dari asepek sistem pendidikanya tidak jauh berberbeda dengan pondok tradisional lainnya pada waktu itu, Pondok Pabelan vakum karena penjajahan dan meninggalnya kiai. Kemudian KH. Hamam pulang ke Pabelan dengan tujuan menghidupkan pondok yang telah lama vakum, guru-guru yang mengajar tidak hanya kiai saja tetapi orang-orang yang memimiliki kemampuan dibidang pendidikan, santri-santrinya tidak hanya laki-laki tetapi ada santri putri, putra dan ada dua macam santri di Pabelan yaitu mukim dan kalong. Materi yang diajarkan tidak hanya kitab klasik tetapi ada pelajaran umum dan agama. Pada masa KH. Hamam kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KMI dan kurikulum digunakan ditetapkan pemirintah. Evaluasinya ada tertulis dan lisan, metode mengajarnya sudah menggunakan sistem klasikal yang terpimpin secara terorganisir dalam bentuk pengajaran di dalam kelas dalam jangka waktu yang ditetapkan. Manajemennya tidak hanya kiai yang mengelola tetapi dibantu dengan lembaga-lembaga yang ada. Dalam menjalankan pesantren KH. Hamam berdasarkan prinsip-prinsip transparasi dan akuntanbilitas serta kebersamaan. 2. Hambatan dan tantangan KH. Hamam dalam menghidupkan Pondok Pesantren Pabelan. Beliau berusaha memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa kita adalah Islam yang harus bersatu demi desa Pabelan yang maju, karena pada waktu itu desa terpecah belah dalam beberapa golongan. Kemudian keadaan ekonomi yang sangat rendah adalah masalah yang harus KH. Hamam hadapi. Beliau menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dengan masyarakat, pemuda dan tokoh-
93
94
tokoh desa Pabelan, tidak hanya itu KH. Hamam mendidik masyarakat dengan memberikan contoh dari aspek pertanian, penambangan pasir, dan penghijauan lingkungan. KH. Hamam mengajak warga Pabelan yang putus sekolah untuk melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Pabelan dengan gratis. Sebenarnya masalah yang dihadapi desa Pabelan adalah rendahnya sumber daya manusia.
B. Saran 1. Diharapkan senantiasa mempertahankan dan mengembangkan segala prestasi yang telah dicapai serta meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan demi kemajuan bangsa. 2. Terus melanjutkan usaha-usaha KH. Hamam dalam hal bahasa, metode, media, kurikulum, mempertahankan hal yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Pesantren. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana Pondok Pesantren.
DAFTAR PUSTAKA al asygar, Umar Sulaiman. Ensiklopedia Kiamat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2011. Alwi, Idrus,. Saidah, Ida,. dan Nihayah, Umi,. Panduan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Pendidik dan Tenaga Pendidik. Jakarta: Saraz Publising, Cet. 1, 2014. Amini, Ibrahim. Agar Tidak Salah Mendidik Anak. Penerjemah Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah. Jakarta: Al-Huda, 2006. An Nahlawi, Abdurrahman. Buku pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, penerjemah Shihabuddin. Terj. Dari Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press, Cet. 1, 1995. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidika Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. -----------------. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRDS Press, 2005. Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner). Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 3, 1994. ---------------. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 3, 1995. Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengemangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Bariyah, Khoirul. “Peranan Pondok Pesantren Pabelan Dalam Perubahan Sosial Di Pabelan Mungkid Magelang Pada Masa Kh Hamam Ja'far”, Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2010. Tidak dipublikasikan Barus, Ulian dan Suratno. Pemanfaatan Candi Bahal Sebagai Media Pembelajaran Alam Terbuka dalam Proses Belajar Mengajar. Medan: Perdana Mitra Handalan, 2012. Basri, Hasan dan Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2010. Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.
95
96
Damopolii, Muljono. Pesantren Modern IMMIM: Pencetak Muslim Modern, Ed 1. Jakarta: Rajawali Press, Cet.1, 2011. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed 3. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. 2, 2002. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta, Cet. 4, 2010. Haedari, Amin. Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Kependidikan, Keagamaan, dan Sosial. Jakarta: LekDIS dan Media Nusantara, Cet.1, 2006. Haris, Abd. Pemecahan Dikotomi Keilmuan Pendidikan Islam dengan Pendekatan Filsafat Ilmu. Nizamia. 8, 2005. Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. 1, 1996. -------------. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. 4, 2001. Hidayat, Komaruddin, dkk. Pondok Pabelan dan Mobilitas Kaum Santri. Jakarta: Pondok Pabelan, 2015. Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi, Cet. 5, 2013. Jazali, Ahzami Samiun. Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an, Terj. Dari AlHayaatu Fil-Qur’an al-Kariim, oleh Sari Narulita. Jakarta: Gema Insani Press. Cet. 1, 2006. Karni, Asrori S. Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam. Jakarta: PT Mizan Publika, 2009. Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi: Hadist-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2012. Makmuun, Kamaludin. “Kemerosotan Moral Pertanda Kehancuran Bangsa”, www.kompasiana.com, 17 Juni 2015. Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Alma’arif, Cet. 4, 1980. Melong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2010.
97
Muchtar, Heri Jauhari. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 2, 2008. Muchtarom, Zaini. Santri dan Abang di Jawa. jilid II. Jakarta: INIS, 1998. Muhaimin. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah atau Madrasah. Jakarta: Kencana, Cet. 4, 2012. Munadi, Muhammad. Pendidikan Agama dan Toleransi. At- Tarbawi. 3, 2005. Munadi, Yudi. Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press, 2012. Musfah, Jejen. Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2015. Musyarrofah, Umi. Dakwah K.H. Hamam Ja’far dan Pesantren Pabelan. Jakarta: UIN Press, 2009. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. -------------------. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. ------------------. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasullulah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana, Cet. 4, 2011. ------------------. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara. Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2013. Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Nuris, Abu dan Tim. “Lima Puluh Tahun Pondok Pabelan”. Majalah Keluarga Besar Pondok Pesantren Pabelan. Pabelan, 28 Agustus 2015. Pedoman penulisan skripsi fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: T.pn, 2015. Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 16, 2012. Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 6, 2014.
98
Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2015 Rosidi, Ajip. Kiai Hamam Ja’far Dan Pondok Pabelan: Kesaksian Santri, Kerabat, dan Sahabat. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2008. Safitry, Nurul Azmi. “Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga, Studi Komparasi Pemikiran Abdurrahman An-Nahlawi dan Zakiah Daradjat,” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016, tidak dipublikasikan Saripudin, Aip. Dkk. Praktis Belajar Fisika Untuk Kelas XI Sekolah MenengahAtas Program Ilmu Pengetahuan Alam. T.tp.: PT Grafindo Media Pratama, t.t. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI, 1986. Setyono, Budhi. Bahas Total Soal Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia SMA IPA Kelas XI. Yogyakarta: Indonesia Tera. Cet. 1, 2011. Sholehuddin. Tantangan Pesantren dalam Komersialisasi Pendidikan di Tengah Globalisasi. Lentera Pendidikan. 15, 2012. Siberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. Dari Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien. Bandung: Nuansa Cendekia, Cet. 10, 2014. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2013. Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, Cet. 1, 2014. Sukring. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Suti’ah, Muhaimin dan Ali, Nur. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. 3, 2004. Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet. 2, 2011. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 7, 2007.
99
--------------------. Metodelogi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 1997. Z, Harmaizar. Menangkap peluang Usaha. Bekasi: CV Dian Anugerah Perkasa, t.t. Zamharir, Ahmad. “Peranan Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Pondok Pesantren Pabelan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah),” Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang: 2005. tidak dipublikasikan.
1. LAMPIRAN DOKUMENTASI
Potret diri dalam usia 15 tahun (1954)
Memotret diri sendiri melalui cerita
Di rumah, makan bersama keluarga
Mengajari Ahmad Najib (1973)
(1973)
Bersama keluarga (1991)
Bersama Hamka dalam kegiatan MUI pusat (1976)
Mentri Prof. Dr. Emil Salim (kiri)
Bersama staf. Tampak antara lain
meninjau pondok (1989)
Muh. Balya, Qowaid, Imam Munajat, Muhfudz Masduki, Radjasa Mu’tasim, Wasit Abu Ali, dan Ahmad Mustofa (1980)
M. Basri (kanan), Ahmad Mustofa
Menparpostel Soesilo Soedarman
(tengah) rapat bersama pak Hamam.
bertamu di Pondok Pabelan (1991)
Bersama KH. Abdullah Syukri
Bersama KH. Abdullah Syukri
Zarkasyi di Amerika Serikat (1984)
(1984)
Penutupan Pendidikan Latihan
Drs. H. Kafrawi Ridwan, Sekjen
Keterampilan (Diklat) se-Jawa Tengah
Departemen Agama RI bersama
di Pondok Pabelan (1983)
peserta Penataran Wartawan Bidang Agama (1979)
Kegiatan Diklat di Pondok (1985)
Bersama seniman, Amir Yahya (kedua dari kanan) ketika berkunjung ke Pondok Pabelan (1979)
Umar Kayam dan Emha Ainun Nadjib
Berbincang dengan tamu (Utomo
berkunjung ke Pondok Pabelan (1979)
Dananjaya, Dawam Raharjo, Muchtar Abbas, Nasihin Hasan).
Rendra (kanan) dan Habib Chirzin
Perayaan atas penerimaan Aga
(kiri) ketika suting “Al-Kautsar”.
Khan Award (1980)
Kiai Hamam bersama Presiden
Kiai Hamam (kiri) bersama
Pakistan setelah menerima Aga Khan
presiden Suharto, Mentri KLH
Award (1980)
Prof. Emil Salim (tengah) berfoto bersama para penerima Kalpataru 1982 di Istana Negara.
Masjid Pondok Pabelan sebelum direhabilitasi
Kolam diselatan masjid (1982)
Jamaah solat magrib santri (1981)
Jamaah solat
Drumband putri tahun 70-an
Kegiatan bela diri santri Pabelan pada tahun 70-an
Anggota Cadika 1975
Kondisi kelas pada tahun 70-an
Santri sedang berpose di ruang kelas
Koperasi tahun 70-an
menggunakan seragam dan kerudung pada zamannya
Kamar santri putri tahun 70-an
Asrama putra Pabelan tahun 70-an
Ruang tamu tahun 70-an
Sumur belakang asrama putri
Asrama santri putri
Perpustakaan Pondok Pesantren Pabelan tahun 70-an
Pertukangan di Pondok Pesantren
Asrama putri
Pabelan
Pertukangan santri Pondok Pabelan
Asrama putra
Penghargaan Aga Khan Award
Penghargaan Kalpataru
Penghargaan Manggala Karya Bakti
Kegiatan latihan bela diri
Husuda Arutala
Santri berfoto dengan ellen and fira
Santri indigo dilaksanakan di
di pabelan
Pondok Pabelan
Guru-guru Pondok Pabelan dan ustaz
Marcing band santri putri Pondok
Samir bersama Khairul Umam
Pabelan
(sutradara film KCB)
Silaturohim ust Habib Hirzin
Santri putra Pondok Pabelan
bersama Prof Dr Malik Badri
mengikuti Jambore Nasional.
Mendapat kunjungan dari teman-
Kreasi santri
teman non muslim
Santri putri waktu-waktu istirahat di
Voli santri putri
hari jum’at
Kegiatan adinugraha Internasional
Kreasi seni santri putra
Santri sedang latihan band
Senam pagi santri putra
Kegiatan kursus mahir dasar
Santri putra Pondok Pabelan terpilih
pramuka
mengikuti Jambore Nasional.
Santri berbincang-bincang bersama
Santri berpose dengan Max
dengan Max Bevilacqua
Bevilacqua (orang Yahudi yang mendapat kesempatan untuk mengajar Bahasa Inggris dan mendalami Islam di Pabelan)
keputrian santri Pondok Pabelan
2. LAMPIRAN HASIL OBSERVASI Tanggal : 1 September – 7 September 2016 Tempat : Pondok Pesantren Pabelan
Variabel
Dimensi
Indikator
Keterangan
Tujuan
a. Visi
dan KH. Hamam Dja’far menghidupkan
misi
pondok dengan visi terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan
sehat,
berpengetahuan
luas dan berpikir bebas. Kemudian misinya sebagai berikut: Menanamkan dan meningkatkan disiplin Kompon enKompon en Sistem Pendidi kan Islam
santri
melaksanakan
untuk
ajaran
agama
Islam dalam kehidupan seharihari. Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan,
ukhuwah
islamiyah, mendiri, dan bebas. Menyelenggarakan formal
pendidikan
dengan
kurikulum
yang
disesuaikan
pesantren
dengan pendidikan nasional. Mendidik
dan
mengantarkan
santri untuk mampu mengenali jati diri dan lingkugannya, serta mempunyai
motivasi
dan
keberanian utuk memilih peran di masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri
yang
berkhidmat
kepada masyarakat, Negara dan Agama b. Panca jiwa Panca dan Moto
Jiwa
keikhlasan,
Pondok:
jiwa
jiwa
kesederhanaan,
jiwa berdikari, jiwa ukhuwwah diniiyah, jiwa bebas. Moto Pondok: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan
luas,
berpikiran
bebas. Pendidik a. Kegiatan guru
Guru di Pondok Pesantren Pabelan ada yang tinggal di pesantren, dan ada yang tinggal di lingkungan pesantren. Kegitan guru-guru yang berada
didalam
pesantren
mengawasi kegiatan santri dan membantu
santri-santri
dalam
segala hal. Anak
a. Kegiatan
Didik
santri
Acara hari sabtu sampai kamis:
jama’ah sholat shubuh
Pondok Pabelan.
04.00-05.00 WIB Bangun tidur,
05.00-06.00 WIB ada yang baca Alqur’an, ada yang piket, ada yang olah raga dan pada hari rabu
jadwalnya
adalah
muhadasah.
06.00-07.00
WIB
Mandi,
sarapan
07.09-13.30 WIB Sekolah
13.30-14.00 WIB Sholat dhuhur berjama’ah dan makan siang
14.00-15.30
WIB
Ekstra
kurikuler atau jam tambahan untuk santri.
15.30-16.00 WIB Sholat ashar di asrama dengan berjama’ah
16.00-16.45 WIB Olah raga
16.45-17.15 WIB Mandi
17.15-18.10 WIB masuk masjid, baca al-qur’an, sholat maghrib berjama’ah.
18.10-18.45 WIB Ke kamar untuk
belajar
dengan
pendamping/Muroqib,
belajar
mengaji
18.45-19.05
WIB
Makan
Malam
19.05-19.30 WIB Sholat Isya’ dan mufrodatan perkamar
19.30-21.00
WIB
belajar
malam, ada yang les bahasa jepang juga, dan pada malam senin dan jum’at acara adalah muhadoroh
22.00-04.00 WIB Wajib Tidur, dan ada yang bulis.
Acara pada hari Jum’at:
04.00-05.00 WIB Bangun tidur, jama’ah sholat shubuh
05.00-06.00 WIB kuliah subuh
06.00-07.00
WIB
Mandi,
sarapan
07.09-09.00 WIB amal masal atau bersih-bersih lingkungan Pondok Pesantren
09.00-13.00
WIB
perizinan
keluar pondok, yang dikelola oleh OPP atau keputrian
13.30-15.30 WIB simakan alQur’an, kegiatab selanjudnya seperti kegiatan biasanya.
b. Jumlah
Jumalah santri putra 252, kemudian
santri
untuk santri putri 254, jadi jumlah
Pondok
santri 506. Dari berbagai daerah di
Pabelan.
Indonesia. Di Pabelan ada dua macam santri yaitu: santri kalong yang berasal dari desa pabelan, dan santri mukim. Santri kalong pada saat santri menginjak kelas enam santri diwajibkan untuk menetap di pondok
guna
mendapatkan
pelajaran yang lebih. Dan santrisantri yang sudah senior diberi tanggung
jawab
mendampingi
dan
adik-adiknya
untuk
membimbing
Lingkun gan
a. Lingkungan Lingkungan keluarga, formal, dan keluarga
masyarakat,
Kiai
mewakili
b. Lingkungan keluarga, direktur beserta aparatnya sekolah
mewakili formal, dan lingkungan
c. Lingkungan masyarakatnya masyarakat
adalah
asrama.
Lingkungan ini terjalain dengan baik karena diatur oleh OPP, pimpinan
selama
24
jam,
lingkungan sekolah terjalin antara santri dan guru selama 24 jam karena guru ada yang tinggal di Pondok.
Posisi Pondok Pabelan
berada di lembah antara gunung merapai, sumbing, dan gunung Menoreh, sehingga suasana belajar terasa sangat nyaman karena udara di Pabelan sangatlah sejuk. Kemudian untuk Posisi Pondok Pesantren Pabelan sangat setrategis karena berada di tengah-tengah aktivitas
bidang
sosial
dan
pendidikan, disebelah utara dengan jaraj 10 km terdapat dua lembaga pendidikan Nusantara
yaitu SMU Taruna dan
SMU
Seminari
(Katolik), 4 km sebelah timur berdiri SMU Van Lith di Muntilan, sementara 8 km sebelah barat berdiri megah cagar wisata Candi Borobudur dan Vihara Budha dekat Candi Mendut, di sebelah selatan
berjarak 12 km terdapat lembaga tinggi AKMIL Magelang, jarak kota Yogyakarta dengan Pondok Pabelan 35 km disebelah tenggara Pabelan.
Hal
ini
membuat
pemikiran santri-santri berkembang dengan
baik
perbedaan
walaupun
dengan
banyak
murid-murid
lembaga pendidikan yang ada di sekitar Pabelan. Lembaga a. Lembaga Pendidik an
pendidikan
Ada lembaga Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling
tinggi
organisasi
dalam
Pondok
tata
Pabelan,
kemudian dibawah pimpinan ada lembaga-lembaga pembantu yang terdiri dari Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah
(KMI),
Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan
Pondok
Pabelan,
Pepustakaan
Pondok
Pabelan,
Sekretariat
Pemeliharaan
dan
Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan
Masyarakat
(BPPM), Keluarga Besar Pondok Pabelan
(KBPP),
Pemelihara
Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS).
Media
a. Laboratoriu m b. Media
Media pembelajarannya sekarang sudah ada laboratorium bahasa, komputer,
pembelajar
fisika,
an
masih
tata
busana,
biologi,
kimia,
guru-guru
menggunakan
juga media
lingkungan sekitar. Kurikulu a. KMI
Kurikulumnya
ada
KMI
dan
m
b. Mengukuti
kurikulum sesuai yang berjalan
Pemerintah
seperti pendidikan umum lainnya. Keduanya berjalan dengan baik.
Metode
a. Ceramah b. Diskusi c. Bandongan d. Sorogan e. Wetonan f. Active learning
Evaluasi
Ketika pengajaran kitab kuning masih
mengggunakan
metode
sorogan, bandongan, dan wetonan. Namun ketika pengajaran di kelas sudah menggunakan metode active learning
a. Lisan
Ujian yang dilakukan ada tertulis,
b. Tulis
dan lisan. Dan ada tes dan non tes, seperti
halnya
sekolah-sekolah
umum lainnya, namun di Pabelan ada ujian materi pelajaran KMI. Manajem a. Manajemen Manajemen an
Pondok
pondok
dibantu
banyak lembaga yang ada, tidak hanya dijalankan oleh Kiai saja, tetapi
banyak
lembaga
yang
membantu. Untuk keuangan spp dipegang oleh santri dan dibantu oleh bendahara Pondok Pabelan. Dan untuk anak yang asli dari
desa Pabelan tidak dikenai biaya pendidikan, jadi gratis. Untuk anak yang mukim dikenai biaya 600.000 untuk biaya spp dan b. Sarana dan prasarana
makan. Sarana dan prasarana Masjid,
ruang
multimedia,
kelas, studio
ruang musik,
lapangan olah raga, kantin, dapur, air
pam,
kopontren,
gedung
asrama,
perpustakaan,
tele
center, balai kesehatan santri dan masyarakat, laboratorium
3. HASIL WAWANCARA DENGAN KH. AHMAD NAJIB
Nama
: KH. Ahmad Najib Amin (Pimpinan Pondok Pesantren Pabelan. Anak pertama KH. Hamam Dja’far)
Tempat dan Waktu
Pewawancara
: Pabelan, 10 September 2016 (11:00 WIB)
: Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Apa yang saya dengar langsung dari Alm Kiai Hamam Dja’far ketika beliau pulang dari Gontor tahun 1963. Waktu itu kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat Pabelan itu sangat tertinggal, yang melanjutkan sekolah itu langka sekali. Sehingga beliau
menginginkan
kondisi
ekonomi
dan
pendidikan masyarakat Pabelan berubah. Tetapi beliau tidak gegabah, karena Pabelan itu masih ada peninggalan pesantren lama, kemudian Kiai Hamam waktu itu seorang pemuda yang berusia 23 tahun, mencoba mencari tahu. Ditemuilah tokoh-tokoh sepuh desa Pabelan waktu itu dan anak-anak muda yang pengangguran, proses selama dua tahun itu, kemudian beliau menyimpulkan bahwa sebenarnya mereka ingin berubah, yang anak muda ingin melanjutkan belajar dan tokoh-tokoh tua juga ingin kondisi keterbelakangan di Pebelan berubah, tetapi mungkin
tidak
tahu
bagaimana
memulainya,
kemudian dengan bekal pendekatan dua tahun dan ilmu yang didapat dari mondok di Pesantren Gontor
dan beberapa pesantren di Jawa Timur lainnya. Kemudian Kiai Hamam dengan bismilah mencoba memulai kembali Pesantren Pabelan pada tanggal 28 agustus 1965, dengan niat akan mengadopsi sistem yang dipakai di Gontor, artinya pesantren yang didirikan tahun 1965 adalah pesantren yang sudah mengajarkan
ilmu-ilmu
setingkat
pendidian
mengengah pertama dan menengah atas kedua. Kemudian
dikumulkan
para
pemuda,
berhasil
terkumpula 35 anak-anak muda Pabelan, yang waktu itu tidak sekolah termasuk salah satunya adalah Prof. Komaruddin Hidayat, kemudian terkumpul 19 lelaki, 16 wanita, lalu dimulailah sistem seperti di Gontor dengan KMI-nya tahun 1965. Pewawancara
: Apa pula yang menjadi tujuan Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Waktu itu ketika Kiai
Hamam memulai kembali
pondok itu sudah tutup dan tidak ada kegiatan lagi. Untuk tujuan awal adalah meningkatkan ekonomi dan pendidikan masyarakat Pabelan. Pewawancara
: Apa visi dan misi Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Kiai Hamam Dja’far menghidupkan pondok dengan visi terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin
yang berbudi
tinggi,
berbadan
sehat,
berpengetahuan luas dan berpikir bebas. Kemudian misinya sebagai berikut: Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan,
ukhuwah islamiyah, mendiri dan bebas. Menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan pendidikan nasional. Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenali jati diri dan lingkugannya, serta mempunyai
motivasi
dan
keberanian
utuk
memilih peran di masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Mendidik
dan
menjadi
manusia
mempersiapkan mandiri
santri
untuk
yang berkhidmat
kepada masyarakat, Negara dan Agama Pewawancara
: Sebelum Kiai
Hamam memimpin, ada berapa
jumlah gurunya? apa saja tugas guru? Dan siapa saja yang menjadi guru?. Narasumber
: Pada waktu itu gurunya hanya kiai saja. Waktu Kiai Hamam memulai pendidikan, hanya pak Wasit, pak Abu Ali, pak Ahmad Mustofa, pak Balya. Kemudian latar belang pendidikan mereka yang dari pesantren hanya bapak (Kiai Hamam) saja, pak Wasit, pak Ahmad Mustofa, dan pak Balya tidak pernah mondok, kemudian karena pak Balya dari awal selalu mendampingi Kiai
Hamam, walau tidak mondok
beliau paham langkah-langkah dari Kiai Hamam. Pewawancara
: Apakah pada waktu itu guru yang mengajar sesuai dengan bidang pendidikannya?
Narasumber
: Kiai Hamam juga selalu mengingatkan kita, bahwa di dunia ini yang tidak berubah hanya dua yaitu Allah SWT dengan segala sifat rohman, rohim dan seterusnya, dan adanya perubahan yang terus
menerus terjadi. Dulu itu semua lulusan kelas 6 wajib praktek
mengajar
satu
tahun,
tetapi
dalam
perkembangannya ada sertitifikasi guru, guru yang mengajar harus yang ekspred dibidangnya dengan sertifikat yang mereka miliki, sehingga sekarang anak-anak praktek masih ada, tetapi untuk pelajaran tertentu memang kita merekrut guru-guru dari luar yang memang keahliannya dibidang itu. Tetapi tentu dengan terlebih dulu mereka, harus mengalami seperti halnya santri ada khutbatul iftitah dan mereka juga harus mengalami tahap itu, jadi dikenakan dulu pesantren karena orang sering bilang tiga pusat pendidikan itu ada tiga yaitu sekolah, rumah, lingkungan, la disini ada tiga-tiganya dan ada di dalam sebuah keluarga besar. Pewawancara
: Apa saja tugas guru waktu itu hingga sekarang?
Narasumber
: Guru tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga mereka buka memberi contoh tetapi menjadi contoh bagi santri-santri sehingga tindak tanduk mereka juga harus mencerminkan contoh untuk sanrti itu. KH. Hamam selalu memotivasi santri-santrinya dengan mengatakan: “anak-anakku, kalian semua adalah bintang, ketika bintang bertemu bintang tidak nampak
sinarnya,
meninggalkan
tapi
pondok
kelak ini
dan
setelah
kalian
kembali
ke
masyarakat, akan tampak kalian di antara batu-batu kebanyakan” Pewawancara
: Apakah sekarang guru-guru sudah sertifikasi?
Narasumber
: Alhamdulilah hampir semua guru kita sudah ikut sertifikasi.
Pewawancara
: Bahasa apa yang digunakan guru ketika berinteraksi
dengan santri? Narasumber
: Untuk guru yang dari luar ya terpaksa mereka menggunakan bahasa Indonesia, untuk anak-anak Insya Allah seperti itu, yaitu mencoba memaksakan dua bahasa Arab dan Inggris.
Pewawancara
: Ada berapa jumlah santri pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin dan pada masa perintisan kembali?
Narasumber
: Sebelum Kiai Hamam memimpin ada ratusan, namun waktu itu pondok berhenti, dan pada masa perintisan lagi ada 35 anak-anak muda Pabelan, yang waktu itu tidak sekolah termasuk salah satunya adalah Prof. Komaruddin Hidayat, kemudian terkumpul 19 lelaki, 16 wanita.
Pewawancara
: Di Pondok Pabelan ada berapa macam santri, (santri kalong dan santri yang tinggal di asrama)?
Narasumber
: Balai
Pendidikan
Pondok
Pesantren
Pabelan
memiliki dua jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong (tinggal di rumah). Pada umumnya santri kalong merupakan santri yang bertempat tinggal disekitar lingkungan pondok sehingga memungkinkan santri dapat mengikuti hampir seluruh kegiatan pembelajaran di Pondok. Kemudian yang membedekan kita dengan lembaga lain, dulu kita pernah mengusulkan pada almarhum calon santri yang mau masuk itu diseleksi , supaya bagus, kemudian kata beliau,
yang mau masuk
itukan minimal sudah taman SD atau ibtidaiyah, artinya kelulusan dia sudah di akui oleh lembaga pendidikan formal, kenapa harus kita seleksi lagi, beliau bilang kalo ada sekolah yang dianggap favorit
tetapi yang mau masuk harus dengan syarat nem yang tinggi dan sebagainya itu. itu bukan sekolah yang bagus, karena bahannya sudah bagus ya mesti keluarnya bagus lagi, pendidikan yang baik kata Kiai Hamam adalah
yang mau menerima siapa saja
kemudian didik ditempa kemudian output-nya bagus, itu sekolah yang bagus, jadi kalo di Pabelan seleksi itu hanya untuk pengelompokan kelas saja. Semua orang bisa belajar di Pondok Pabelan, jangan pernah lupa Islam itu rohamatan lil aa’lamin bukan rohmatan lil muslimin. Termasuk kita menerima teman-teman non-muslim yang berkunjung dan belajar di Pabean, hidayah itu ditangan Allah, siapa tahu mereka diterima disini kemudian dapat kesan yang baik lalu penasaran, pernah ada kasus orang datang ke Pabelan alhamdulilah dapat hidayah. Pewawancara
: Apa saja kegiatan santri sehari-hari?
Narasumber
: Seperti kebanyakan pondok pesantren yang ada di Indonesia, santri di Balai pendidikan Pondok Pesantren Pabelan memiliki berbagai aktvitas yang telah
diprogram
untuk
dilaksanakan.
Program
kegiatan yang dilaksanakan oleh santri dituangkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari selama dua puluh empat jam sehari yang harus dipatuhi oleh para santri. Para santri di Balai Pendidikan Pondok Pesantrren Pabelan memulai kegiatan sehari-hari dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali. Setelah bangun pukul empat pagi, santri melaksanakan sholat secara berjamaah yang kemudian dilanjutkan dengan mengaji kemudian olahraga atau muhadsah dan bersih-bersih dan mulai mempersiapkan diri untuk
kegiatan belajar-mengajar disekolah secara formal yang dimulai dari pukul 07.30 sampai pukul 14.00 WIB pada hari sabtu-kamis. Pada pukul 12.30 santri melaksanakan sholat secara berjamaam, dan makan siang. Setelah sekolah berakhir pukul 14.00-15.30 , santri masih harus mengikuti pelajaran tambahan sampai menjelang shalat ashar. Setelah santri selesai mengikuti pelajaran tambahan, santri sholat asyar berjamah dikamar, kemudian santri melakukan berbagai kegiatan seperti pengajian matajurumiah, pengajian kitab safinatunnajah serta kegiatan olah raga bagi santri yang berminat atau melakukan berbagai
kegiatan
ekstrakurikuler
lain
seperti
marching band. Selain kegiatan diatas, para santri juga diwajibkan mengikuti kegiatan pramuka pada hari kamis. mukhadhoroh (latihan pidato) pada hari senin dan jum’at, dan pengajian kitab kuning. Pada sore hari mulai pukul 18.00 para santri diwajibkan sholat
magrib secara
berjamaah dan mengaji
kemudian dilanjutkan pembacaan Shalawat Nabi, kemudian makan malam, lalu sholat Isya. Setelah Shalat Isya santri melaksanakan mufrodatan kamar dan belajar serta melakukan kegiatan bebas sesuai kinginan santri sampai pukul 22.00, dibawah bimbingan dan pengawasan ustadz pendamping. Bagi santri yunior bimbingan dilaksanakan juga oleh santri senior yang diambil dari kelas VI dan ditempatkan menyebar di setiap kamar dalam asrama. Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan libur pada hari Jum’at, sehingga setelah kegiatan yang dilaksanakan oleh para santri pun berbeda dengan hari-hari lain,
berbeda dengan sekolah formal lain yang meliburkan siswanya pada hari minggu. Kegiatan para santri sehari-hari diawalai setelah usai melaksanakan shalat shubuh secara berjamaah, santri mengikuti khotbah shubuh dan qiro’ah, kemudian selesai qiro’ah para santri diijinkan bersantai sampai saat dhuhur. selesai sholat dhuhur dan makan siang santri mengikuti simakan al-Qur’an sampai ashar kemudian mengikuti pelatihan pencak silat sampai menjelang magrib, setelah magrib kegiatan santri tidak berbeda dengan hari-hari biasa. Pewawancara
: Bagaimana lingkungan pendidikan Pondok Pabelan Pada masa sebelum dan semasa KH. Hamam Dja’far memimpin?
Narasumber
: Jadi masyarakat Pabelan itu juga masyarakat santri karena menurut cerita ketika Kiai Muhammad Ali tahun 1820 menjadikan pesantren, ketika itu masih babat alas, jadi tanah kosong dijadikan pesantren jadilah orang-orang bermukim di sekitar Pesantren dan menjadi santri beliau, mungkin karena belum terlalu lama merdeka dan perekonomian belum maju jadi etos kerja masyarakat itu lemah sekali, sehingga dapat dilihat kondisi ekonomi dan pendidikan itu sangat rendah. Kata-kata kondsif itu bisa dijadikan tantangan untuk berbuat maksimal dan bisa juga dikatakan
lingkungan
pendidikan
sangat
tidak
kondusif karena berat sekali menghadapi itu. Tetapi alhamdulilah, karena semua santrinya berasal dari Pabelan sehingga ketika lulus kemudian menjadi bagian masyarakat Pabelan. Di Pabelan 3 lingkungan pendidikan ada di dalamnya semua sehingga
semuanya
saling
berkesambungan
dan
saling
melengkapi. Pewawancara
: Bagaimana penciptaan lingkungan yang baik bagi santri di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk menjadi bagian yang sama penting dalam proses pendidikan. Kehidupan santri diatur selama 24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif. Di pondok santri memperoleh pendidikan kemasyarakatan, latihan berorganisasi dan kepemimpinan. Tidak hanya itu namun penempatan santri di asrama tidak didasarkan dari suku, daerah, kelas dan lain-lain, penempatan tidak permanen namun setiap semester selalu diadakan perpindahan kamar.
Pewawancara
: Apakah tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan ada dan berjalan dengan baik pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai sesudah memimpin?
Narasumber
: Tiga lingkungan pendidikan pada masa Kiai Hamam pada awalnya sudah berjalan, keluarga, sekolah, dan masyarakat saling terkait. Kiai Hamam melatih santri berinteraksi langsung dengan masyarakat
Pewawancara
: Pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin apakah ada aspek kelembagaan?
Narasumber
: Pada
masa
sebelum
bapak
memimpin
yang
mengelola hanya kiai saja. Pewawancara
: Bagaimana aspek kelembagaan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Pada masa perintisan hanya ada beberapa lembaga saja lembaga majlis guru dan lembaga tata usaha.
Dengan berjalannya waktu kemudian ada lembagalemabaga lain yaitu: Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan, kemudian dibawah pimpinan ada lembaga-lembaga pembantu yang terdiri dari Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah (KMI), Kepengasuhan, Sekretariat
Balai
Pendidikan
Pondok
Pabelan,
Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), Keluarga Besar Pondok Pabelan (KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS). Pewawancara
: Apa saja media pembelajaran yang digunakan pada masa Kiai Hamam dan masa sebelumnya?
Narasumber
: Pada masa sebelumnya hanya kitab saja medianya, pada masa Kiai Hamam menggunakan media yang ada di alam atau lingkungan sekitar dan gambar.
Pewawancara
: Bagaimana perkembangan media pembelajaran di Pondok Pabelan pada saat ini?
Narasumber
: Alhamdullilah sekarang medai pembelajaran tidak hanya menggunakan media alam atau gambar saja, namun sekarang sudah ada laboratorium bahasa, tata busana, kimia, fisika, biologi, komputer. Dan sekarang bisa menggunakan proyektor dan lain sebagainya.
Pewawancara
: Bagaiamana
kurilukum
di
Pondok
Pesantren
Pabelan? Narasumber
: Kurikulum kalo intinya sebenarnya kita tetap KMI, kita mengadopsi apa yang diajarkan di Gontor.
Tahun 90-an itu tidak satu pun perguruan tinggi yang mau menerima lulusan pesantren tanpa ijazah formal. Sehingga kemudian resmi tahun 91 di Pabelan berdiri tsanawiyah dan aliyah, bukan karena kita berubah, pelajaran tetap sama tetapi nanti anak kelas 3 ikut eptanas belum ujian nasional waktu itu, untuk apa supaya nanti mereka lulus dari Pabelan kalo mau melanjutkan keperguruan tinggi tidak terlambat karena persoalan ijazah. Jadi kita menyesuaikan diri saja, 2005 kita pernah diajak oleh Gontor untuk ikut sistem muadalah, jadi waktu itu ada peraturan mentri yang
mengatakan bahwa sistem KMI gontor itu
setara dengan SMA, 2005 kita masuk. jadi 20052012 itu ada kita KMI kemudian anak-anak eptanas, tahun 2012 kita dikumpulkan oleh kementrian agama tidak boleh dalam satu lembaga ada, seolah olah dualisme gitu, tetapi kita harus milih salah satu KMI dengan muadalah atau sanawiyah atau aliayah, kita tetap KMI namun kelas 3 dan kelas 6 tetap ikut UN. Pewawancara
: Apa saja mata pelajaran yang ada di Pondok Pabelan pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Dulu sebelum hanya mempelajari kitab-kitab klasik, kemudian Kiai Hamam mengikuti sistem KMI, jadi tidak hanya ilmu agama saja namun ilmu dunia juga diajarkan di Pabelan hingga sekarang.
Pewawancara
: Apa sajakah ekstrakulikur yang ada dipondok pabelan dari dulu hingga sekarang apa saja yang masih eksis?
Narasumber
: Yang masih ada sampai sekarang hanya pramuka, dan muhadoroh. Kemudia ada mercing band, silat.
Pewawancara
: Apa saja metode pengajaran yang digunakan?
Narasumber
: Metode pembelajarannya sudah klasikal, ketika mengaji masih mempertahankan dengan metode sorogan dan bandongan.
Pewawancara
: Bagaimana metode pengajaran Pondok Pabelan?
Narasumber
: Pada masa sebelum Kiai Hamam metodenya seperti pesantren salaf, kemudian pada masa Kiai Hamam metodenya seperti Pondok Gontor, dan seperti sekolah yang lainnya.
Pewawancara
: Evaluasi apa yang digunakan di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya tetap sama dengan sekolah-sekolah lainnya, cuman dulu waktu masa KH. Hamam tidak ada ujian nasional. Ujian itu dilaksanakan dalam rangka belajar, ada tes lisan juga tes tulis.
Pewawancara
: Bagaimana evaluasi di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Pada masa sebelum
Kiai
Hamam
memimpin
evaluasinya dengan kriteria apabila seorang santri telah menguasiai suatu kitab atau beberapa kitab yang lulus ujian dan diuji oleh Kiai, maka diperbolehkan pindah kekitab selanjudnya. Pada masa Kiai Hamam memimpin evaluasinya tulis dan lisan, kemudian menggunakan tes dan non tes juga. Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Kiai Hamam dalam memanajeman dengan terbuka, dan dibantu oleh staf-staf yang ada pada lembagalembaga yang ada di Pondok Pabelan.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Pada masa sebelum
Kiai
manajemen pondok hanya
Hamam
memimpin
kiai yang mengelola,
namun pada masa Kiai Hamam sangat terbuka dan dibantu beberapa staf-staf yang ada.
Pewawancara
: Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Alhamdulilah sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok saat ini sudah lengkap, dulu waktu jaman KH. Hamam sarana dan prasana yang dimiliki sangat sederhana sekali, namun semangat untuk belajar santri sangat tinggi.
Pewawancara
: Apa saja prestasi yang pernah didapat Pondok Pesantren Pabelan pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far dan masa setelahnya?
Narasumber
: KH. Hamam mengajarkan pada kita bahwa semua kerjaan itu landasannya lilllah ikhlas karena ketika mengerjakan sesuatu hanya karena Allah justru kita pasti akan berbuat yang terbaik bukan sekedar gugur kewajibannya,
itu
terbukti
dengan
apa
yang
dilakukan KH. Hamam mendapat penghargaan Aga khan tingkat dunia, kemudian kalpataru kemudian 2007 untuk pengelolaan kesahatan santri dan masyarakat kita mendapat penghargaan manggala karya bakti husuda arutala itu dari SBY langsung yang menyerahkan. Jadi kita bekerja bukan karena pengen dapat penghargaan atau mau prestasi tetapi kita bekerja lilah, jadi kita harus bekerja yang terbaik. Pewawancara
: Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam
Dja’far
dalam
pembaharuan
Pondok
Pesantren Pebelan? Narasumber
: Pertama ketika beliau ingin memulai, waktu itu di Pabelan itu konfliknya sangat tinggi. Ini semua keluarga di Pabelan tapi simbah-simbah itu ada yang Nu-nya kuenceng banget, ada yang mashuni, ada
yang Muhammadiah, itu susah disatukan, dan bahkan saya mempunyai mbah beliau kiai Dimyati sampai memutuskan tidak ngomong kalo tidak diajak ngomong orang, karena itu udah males karena kalo ngomong nanti pasti ribut dengan sesepuhnya, tantangan
KH.
Hamam
adalah
menyatukan perbedaan-perbedaan
bagaimana
yang ada
di
Pabelan untuk saling menghormati, karena agama saja la ikrou fiddin, apa lagi hanya untuk sekedar hanya paham-paham yang seperti itu.
4. HASIL WAWANCARA K.H AHMAD MUSTOFA Nama
: K.H Ahmad Mustofa (Pimpinan Pondok Pesantran Pabelan. Satu-satunya adik KH. Hamam Dja’far)
Tempat dan Waktu
Pewawancara
: Pabelan, 11 September 2016 (17:00 WIB)
: Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Pondok Pabelan itu ada sudah lama, namun turun naik seperti halnya pondok pesantren tradisioal lainnya. Akan bercerita sekilas. Ketika Kiai Hamam dewasa pondok mengalami seperti halnya pesantren pada umumnya, kiai merupakan elemen paling esensial dari Pesantren Pabelan. Setelah kiai wafat santri-santri semakin sedikit dan lambat laun Pondok Pabelan vakum. Dulu ketika saya dan mas Hamam masih kanak-kanak di Pabelan terdapat tiga pondok, yaitu Pondok Timur, Pondok Barat, Pondok Tengah. Waktu itu Pabelan merupakan desa tertinggal dari desa yang lainnya dari berbagai bidang. Ketika Kiai Hamam remaja dikenal sebagai anak yang disegani, waktu itu ada sekelompok pemuda Pabelan yang menamakan dirinya sebagai pemuda Napoleon, dan ditakuti
oleh
pemuda-pemuda.
Namun
ketika
berhadapan dengan KH. Hamam tunduklah pemuda Napoleon tersebut. Pada tahun 1953 terjadi peristiwa diambilnya 12 warga Pabelan oleh aparat Polres (Polisi Resort) Magelang secara tiba-tiba. Mereka diduga terlibat kegiatan desersi Bataliyon 426 Jawa Tengah. Karena ketidak pahaman warga terhadap
permasalahan politik, warga menganggap para desertir sebagai tamu biasa. Selama 10 hari, mereka di inapkan di markas kepolisian Pejagoan Magelang. Namun, mereka akhirnya dilepaskan karena tidak ditemukan cukup bukti. Secara resmi kejadian tersebut
dapat
terselesaikan.
KH.
Hamam
menghidupkan pondok dengan berproses, kemudian pondok resmi berdiri kembali pada hari sabtu paing, 28 agustus 1965. Ketika pondok sudah diresmikan berdiri kemudian muncul masalah tentang Pondok Pabelan dijadikan pondok putra atau putri, awalnya putra, kemudian para ulama dan tokoh-tokoh yang memiliki anak perempuan komplain, bahwa mereka memiliki anak perempuan. Dengan adanya masalah itu jadilah Pabelan, Pondok Pesantren campuran. Jadi latar belakang berdirinya pondok adalah keprihatinan Kiai
Hamam terhadap desa dan
Pondok Pabelan. Pewawancara
: Apa pula yang menjadi tujuan Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Tujuannya adalah meningkatkan ekonomi, sosial, dan pendidikan warga Pabelan. Tujuan lainnya adalah agar alumni atau lulusan Pabelan bukan mencari kerja namun menciptakan pekerjaan. Kiai Hamam pernah berkata bahwa pendidikan adalah pemilihan yang tepat untuk meningkatkan harkat dan martabat
umat dan
bangsa
Indonesia, ketika
ekonomi terpuruk keadaan sosial tidak menentu. Pewawancara
: Apa visi dan Misi Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Kiai Hamam Dja’far menghidupkan pondok dengan
visi terdidiknya santri menjadi mukmin, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikir bebas. Kemudian misinya sebagai berikut: a. Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyah, mendiri, dan bebas. c. Menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan pendidikan nasional. d. Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenali jati diri dan lingkugannya, serta mempunyai
motivasi
dan
keberanian
utuk
memilih peran di masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. e. Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri yang berkhidmat kepada masyarakat, Negara dan Agama Pewawancara
: Sebelum Kiai
Hamam memimpin, ada berapa
jumlah gurunya? apa saja tugas guru? Dan siapa saja yang menjadi guru?. Narasumber
: Waktu itu Pondok Pabelan merupakan pondok salaf jadi yang mengajar hanya Kiai saja dan dibantu oleh santri-santri yang sudah kitab tinggi.
Pewawancara
: Apakah pada waktu itu guru yang mengajar sesuai dengan bidang pendidikannya?
Narasumber
: Para guru mengajar hanya menggunakan satusatunya
papan
tulis,
walaupun
dengan
kesederhanaan pelajaran tetap berjalan dengan
lancar dan para santri belajar dengan tekun, awalnya KH.
Hamam
menangani
semuanya
sendiri.
Kemudian, dibantu oleh saya dan keluarga dekatnya, Wasit Abu Ali. Waktu itu guru-guru yang mengajar sesuai dengan kebutuhan, kalo mampu mengajar dibidangnya maka dia boleh mengajar. Pewawancara
: Apa saja tugas guru waktu itu hingga sekarang?
Narasumber
: Tugasnya tidak hanya transfer ilmu namun juga menjadi
contoh
bagi
santri-santri,
kemudian
memberikan semangat, dan lain sebagainya. Pewawancara
: Apakah sekarang guru-guru sudah sertifikasi?
Narasumber
: Guru-guru untuk saat ini hampir semuanya sudah sertifikasi semua datanya bisa minta ke kantor KMI
Pewawancara
: Bahasa apa yang digunakan guru ketika berinteraksi dengan santri?
Narasumber
: Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab. Namua untuk guru yang dari luar menggunakan bahasa Indonesia. kemudian Pondok Pabelan pernah ada guru dari Mesir, dan dari Amerika, di sini santri bisa prakek langsung berbicara dengan orang-orang asing, tidak hanya itu santri-santri
pada
hari
jum’at
juga
praktek
menggunakan bahasa ke Borobudur. Pewawancara
: Ada berapa jumlah santri pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin dan pada masa perintisan kembali?
Narasumber
: Pada masa perintisan lagi ada 35 anak-anak muda Pabelan, yang waktu itu tidak sekolah termasuk salah satunya adalah Prof Komaruddin Hidayat, kemudian terkumpul 19 lelaki, 16 wanita. Kemudian sebelum Kiai Hamam memimpin ada ratusan dan
dari berbagai daerah. Pewawancara
: Di Pondok Pabelan ada berapa macam santri, (santri kalong dan santri yang tinggal di asrama)?
Narasumber
: Pondok Pesantren Pabelan memiliki dua jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong (tinggal di rumah). Pada umumnya santri kalong merupakan santri yang bertempat tinggal disekitar
lingkungan
pondok
sehingga
memungkinkan santri dapat mengikuti hampir seluruh kegiatan pembelajaran di Pondok. Pewawancara
: Apa saja kegiatan santri sehari-hari?
Narasumber
: Kegiatannya anda bisa melihat kegiatan santri sehari-seharinya. Di Pondok kegiatan sehari-sehari santri sudah terorganisir dan dipantau oleh OPP, ustazah, ustaz, dan pimpinan.
Pewawancara
: Bagaimana lingkungan pendidikan Pondok Pabelan Pada masa sebelum dan semasa KH. Hamam Dja’far memimpin?
Narasumber
: Sebelum
Kiai
Hamam
memimpin
keadaan
lingkungan sekitar pondok pada waktu itu tidak kondusif, masyarakat terbelakang dari segala bidang, ditambah adanya penjajah. Kemudian pada masa Kiai Pabelan
Hamam lingkungan pendidikan Pondok sudah
menciptakan
3
mulai
membaik,
lingkungan
karena
pendidikan
Kiai saling
mendidik santri-santri dan warga pabelan. Pewawancara
: Bagaimana penciptaan lingkungan yang baik bagi santri di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk menjadi bagian yang sama penting dalam proses pendidikan. Kehidupan santri diatur selama
24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatankegiatan yang produktif dan kondusif. Seperti Kiai Hamam menanam tanaman sehingga tanah kering dan gersang menjadi subur kembali dan hijau. Pewawancara
: Apakah tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan ada dan berjalan dengan baik pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai sesudah memimpin?
Narasumber
: Pada masa Kiai Hamam ketiga lingkungan berjalan dengan baik, Kiai Hamam sangat memikirkan masyarakat. Pondok Pabelan pada waktu itu berkerja sama dengan LSM, IPM (institut pengembangan masyarakat). Gerakan pemberdayaan sosial secara sistematis digodak di Pabelan di bawah proyek Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang digagas oleh aktifis muda LP3ES. Namun proyek setelah selesa maka berhenti.
Pewawancara
: Pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin apakah ada aspek kelembagaan?
Narasumber
: Dahulu yang mengurus pondok hanyalah kiai, seperti haknya pondok salaf lainnya pada waktu itu.
Pewawancara
: Bagaimana aspek kelembagaan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Pada masa perintisan hanya ada beberapa lembaga saja lembaga majlis guru dan lembaga tata usaha. Dengan berjalannya waktu kemudian ada lembagalembaga lain yaitu: Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan, kemudian dibawah pimpinan ada lembaga-lembaga Kulliyat
pembantu
al-Muallimin
yang
terdiri
al-Islamiyah
dari
(KMI),
Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan Pondok Pabelan, Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan
Masyarakat
(BPPM),
Keluarga
Besar Pondok Pabelan (KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS). Pewawancara
: Apa saja media pembelajaran yang digunakan pada masa Kiai Hamam dan masa sebelumnya?
Narasumber
: Media pembelajarannya yang digunakan hanya kitab-kitab kuning saja, pada masa Kiai Hamam yang digunakan tidak hanya buku-buku dan kitab namun alam sekitar yang digunakan.
Pewawancara
: Bagaimana perkembangan media pembelajaran di Pondok Pabelan pada saat ini?
Narasumber
: Dahulu hanya media alam dan gambar saja, namun kita sekarang sudah ada laboratorium yang lengkap.
Pewawancara
: Bagaiamana
kurilukum
di
Pondok
Pesantren
Pabelan? Narasumber
: Balai
Pendidikan
Pondok
Pesantren
Pabelan
menggunakan kurikulum KMI, kita mengadopsi apa yang diajarkan di Gontor. Tahun 90-an itu tidak satu pun perguruan tinggi yang mau menerima lulusan pesantren tanpa ijazah formal. Sehingga kemudian resmi tahun 91 di Pabelan berdiri tsanawiyah dan aliyah, kita tetap KMI namun kelas 3 dan kelas 6 tetap ikut UN. Pewawancara
: Apa saja mata pelajaran yang ada di Pondok Pabelan pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Sebelumnya mata pelajarannya seperti layaknya pondok salaf lainnya. Dan ketika Kiai Hamam memimpin mata pelajaran yang ada tidak hanya mata pelajaran agama tapi ada umum juga.
Pewawancara
: Apa sajakah ekstrakulikuler yang ada dipondok pabelan dari dulu hingga sekarang apa saja yang masih eksis?
Narasumber
: Yang masih ada seperti pramuka, muhadoroh, yang wajib.
Pewawancara
: Apa saja metode pengajaran yang digunakan?
Narasumber
: Metode yang digunakan dalam pengajaran kitab kuning
adalah
wetonan,
bandongan,
sorogan.
Kemudian ketika Kiai Hamam membangun kembali maka metode yang digunakan tidak jauh berbeda dengan Pondok Gontor dan sekolah disekitar. Pewawancara
: Bagaimana metode pengajaran Pondok Pabelan?
Narasumber
: Metode berubah keklasikal sampai sekarang ada yang menggunakan metode actve learning.
Pewawancara
: Evaluasi apa yang digunakan di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya tes tulis dan lisan.
Pewawancara
: Bagaimana evaluasi di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya dahulu diuji oleh Kiai tentang suatu kitab kuning tertentu, kalau sekarang kita ada tes tertulis dan lisan, kita juga mengikuti UN.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Dalam memanajemen pondok Kiai Hamam tidak turun langsung namun dibantu staf dan sangat terbuka, Kiai Hamam hanya mengawasinya. Dan Kiai kebiasaan setiap tengah malam keliling desa dan pondok untuk melihat apa yang terjadi.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Dulu hanya kiai yang mengurus pondok namun Kiai Hamam memperbaharui dengan adanya lemabagalembaga yang menjalankan pondok pesantren.
Pewawancara
: Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Anda bisa melihat sarana yang dimiliki pondok, dahulu pondok hanya memiliki sarana yang sangat tradisional, namun kini alhamdulilah sudah lengkap.
Pewawancara
: Apa saja prestasi yang pernah didapat Pondok Pesantren Pabelan pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far dan masa setelahnya?
Narasumber
: KH. Hamam mendapat penghargaan Aga khan tingkat dunia, kemudian kalpataru kemudian 2007 untuk pengelolaan kesahatan santri dan masyarakat kita mendapat penghargaan manggala karya bakti husuda arutala itu dari SBY langsung yang menyerahkan. Jadi kita bekerja bukan karena pengen dapat penghargaan atau mau prestasi tetapi kita bekerja lilah, jadi kita harus bekerja yang terbaik.
Pewawancara
: Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam
Dja’far
dalam
pembaharuan
Pondok
Pesantren Pebelan? Narasumber
: Memberikan pengertian masyarakat, pondok ini berdiri kembali dengan gaya Gontor jadi Islam semuanya, karena di sini dulu anak NU ya sekolah di sekolahan NU, begitu pula dengan Muhammadiyah. Di Pondok Pabelan belajar agama Islam, baju organisasi dilepas dulu ketika belajar di Pabelan, ketika keluar terserah pada individunya.
5. HASIL WAWANCARA KHUDORI
Nama
: Khudori (Santri Pondok Pesantren Pabelan dan sekarang
mengabdi
menjadi
guru
Pondok
Pesantren Pabelan) Tempat dan Waktu
Pewawancara
: Pabelan, 10 September 2016 (23:00 WIB)
: Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Karena keadaan masyarakat
pabelan sangat
memprihatinkan dan miskin dalam segala hal. Dengan
hal
itu
KH.
Hamam
mendirikan
menghidupkan Pondok kembali dengan harapan membantu mengentaskan kemiskinan ilmu Pewawancara
: Apa pula yang menjadi tujuan Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Tujuannya
adalah
membantu
mengentaskan
kemiskinan ilmu di masyarakat Pabelan. Pewawancara
: Apa visi dan Misi Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Visi dan misi tidak perlu saya sebutkan lagi karena anda bisa melihat pada visi dan misi pondok yang tertulis di tembok.
Pewawancara
: Sebelum Kiai Hamam memimpin, ada berapa jumlah gurunya? apa saja tugas guru? Dan siapa saja yang menjadi guru?.
Narasumber
: Gurunya hanya Kiai saja, dan tugasnya seperti halnya guru-guru pada pondok salafi lainnya.
Pewawancara
: Apakah pada waktu itu guru yang mengajar sesuai
dengan bidang pendidikannya? Narasumber
: Dulu gurunya ada yang lulusan Gontor, dan dari berbagai perguruan tinggi, dan siapa saja yang mampu
mengajar
dalam
bidang
tertentu.
kemudian dengan berjalannya waktu guru harus mengajar
sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikan. Dulu dengan sekarang sama namun tidak seketat saat ini. dulu gurunya putra semua saat saya mondok. Pewawancara
: Apa saja tugas guru waktu itu hingga sekarang?
Narasumber
: Tugasnya mendidik santri menjadi insan kamil, mentranfer ilmu,
menjadi
contoh
dan lain
sebagainya. Pewawancara
: Apakah sekarang guru-guru sudah sertifikasi?
Narasumber
: Guru-guru untuk saat ini hampir semuanya sudah sertifikasi, datanya bisa minta ke kantor KMI
Pewawancara
: Bahasa
apa
yang
digunakan
guru
ketika
berinteraksi dengan santri? Narasumber
: Untuk
guru-guru
yang
mengajar
agama
menggunakan bahasa Arab seperti di Gontor, kemudian untuk guru-guru pelajaran umum menggunakan bahasa Indonesia Pewawancara
: Ada berapa jumlah santri pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin dan pada masa perintisan kembali?
Narasumber
: Awal berdiri ada 35 anak-anak muda Pabelan, yang waktu itu tidak sekolah, kemudian menimba ilmu di Pondok Pesantren Pabelan. Pada masa sebelumnya ada ratusan santri dari berbagai daerah.
Pewawancara
: Di Pondok Pabelan ada berapa macam santri,
(santri kalong dan santri yang tinggal di asrama)? Narasumber
: Pondok Pesantren Pabelan memiliki dua jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong (tinggal di rumah). Pada umumnya santri kalong merupakan santri yang bertempat tinggal disekitar lingkungan pondok.
Pewawancara
: Apa saja kegiatan santri sehari-hari?
Narasumber
: Anda selama beberapa hari disini anda pasti tahu apa saja kegiatan santri-santri
Pewawancara
: Bagaimana
lingkungan
pendidikan
Pondok
Pabelan Pada masa sebelum dan semasa KH. Hamam Dja’far memimpin? Narasumber
: Lingkungan pendidikan Pondok Pabelan dari keluarga, sekolah, Masyarakat ada dipondok dan menjadi kesatuan untuk membentuk karakter santri baik.
Pewawancara
: Bagaimana penciptaan lingkungan yang baik bagi santri di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk kehidupan santri diatur selama 24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif.
Pewawancara
: Apakah tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan ada dan berjalan dengan baik pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai sesudah memimpin?
Narasumber
: Pada masa Kiai Hamam ketiga lingkungan berjalan dengan baik, Kiai
Hamam sangat
memikirkan masyarakat. Pondok Pabelan pada waktu itu berkerja sama dengan LSM, IPM (institut pengembangan masyarakat). Masyarakat
dan Pondok menjadi satu kesatuan. Pewawancara
: Pada masa sebelum Kiai
Hamam memimpin
apakah ada aspek kelembagaan? Narasumber
: Dahulu yang mengurus pondok hanyalah Kiai , seperti haknya pondok salaf lainnya pada waktu itu.
Pewawancara
: Bagaimana aspek kelembagaan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Pada masa perintisan hanya ada beberapa lembaga saja lembaga majlis guru dan lembaga tata usaha. Dengan
berjalannya
waktu
kemudian
ada
lembaga-lemabaga lain yaitu: Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan, kemudian dibawah
pimpinan
ada
lembaga-lembaga
pembantu yang terdiri dari Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah (KMI), Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan Pondok Pabelan, Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), Keluarga Besar Pondok Pabelan (KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS). Pewawancara
: Apa saja media pembelajaran yang digunakan pada masa Kiai Hamam dan masa sebelumnya?
Narasumber
: Media pembelajarannya yang digunakan hanya kitab-kitab kuning saja, pada masa Kiai Hamam yang digunakan alam sekitar.
Pewawancara
: Bagaimana perkembangan media pembelajaran di
Pondok Pabelan pada saat ini? Narasumber
: Kalo media pembelajaran, dulu perkembangan IPTEK
tidak
seperti
menggunakan
Lab.
penyampaian
materi
sekarang,
Alam
sehingga
medianya,
biasanya
untuk
menggunakan
benda aslinya, tidak seperti sekarang ini. kalo tidak ada barangnya maka gurunya menggambar Pewawancara
: Bagaiamana kurilukum di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Dulu sistemnya hanya terjemah dari bahasa Arab ke jawa, kemudian KH. Hamam memperbaharui dengan Kurikulum integrited kurikulum, di KMI memang sudah ada materi pelajaran umum, bahasa inggris, alam, hayat, sejarah dan lain sebagainya disamping materi agama. Kemudian ketika
santri
pabelan
menghadapi
masalah
dibutuhkan ijazah, kemudian Pabelan mengikuti tuntutan masyarakat, tahun 91 Pabelan ada MTS dan MA, jadi mengalami penyesuaian dalam berbagai hal. Pewawancara
: Apa saja mata pelajaran yang ada di Pondok Pabelan
pada
masa
sebelum
Kiai
Hamam
memimpin sampai Kiai Hamam memimpin? Narasumber
: Dulu hanya tafsir, fiqh, dan tasawuf. Pada masa KH. Hamam materinya umum dan agama.
Pewawancara
: Apa sajakah ekstrakulikur yang ada dipondok pabelan dari dulu hingga sekarang apa saja yang masih eksis?
Narasumber
: Yang masih ada seperti pramuka, muhadoroh, yang wajib.
Pewawancara
: Apa saja metode pengajaran yang digunakan?
Narasumber
: Dulu pondok hanya menggunakan metode sorogan dan
bandongan,
kemudian
KH.
Hamam
memperbaharui Pondok Pesantren Pabelan dengan metode clasikal dikelas, dengan berbagai metode. Pewawancara
: Bagaimana metode pengajaran Pondok Pabelan?
Narasumber
: Metode berubah ke klasikal sampai sekarang ada yang menggunakan metode actve learning.
Pewawancara
: Evaluasi apa yang digunakan di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya tes tulis dan lisan.
Pewawancara
: Bagaimana evaluasi di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Avaluasinya dahulu diuji oleh Kiai tentang suatu kitab kuning tertentu, kalau sekarang kita ada tes tertulis dan lisan, kita juga mengikuti UN. Soalsoal pelajaran umum dari kemenag sendiri, dan soal mapel bahasa dan agama kita buat sendiri, dari sisi kualitasnya ada min plusnya, evaluasinya ada tulis dan lisan. Pada masa sebelum KH. Hamam ujiannya hanya lisan, mereka sangat meguasai kitab tertentu, karena kelulusan mereka harus menguasai satu kitab tertentu sampai diakui oleh kiai nya.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Dalam memanajemen pondok Kiai Hamam tidak turun langsung namun dibantu staf dan sangat terbuka, Kiai Hamam hanya mengawasinya. Dan kiai kebiasaan setiap tengah malam keliling desa dan pondok untuk melihat apa yang terjadi.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Dulu hanya kiai yang mengurus pondok namun Kiai
Hamam memperbaharui dengan adanya
lemabaga-lembaga yang menjalankan pondok
pesantren. Kemudian KH. Hamam memiliki keingin bahwa masayarakat paling tidak miskin ilmu, karena waktu itu masyarakat miskin segala hal, jadi santri asli Pabelan tidak dipungut biaya. Pewawancara
: Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Anda bisa melihat sarana yang dimiliki pondok, dahulu pondok hanya memiliki sarana yang sangat tradisional, namun kini alhamdulilah sudah lengkap.
Pewawancara
: Apa saja prestasi yang pernah didapat Pondok Pesantren Pabelan pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far dan masa setelahnya?
Narasumber
: Aga Khan Award, kalpataru, Manggala Karya Bakti Husada Arutala.
Pewawancara
: Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far dalam pembaharuan Pondok Pesantren Pebelan?
6. HASIL WAWANCARA DR. MAHFUDZ MASDUKI, MA Nama
: Dr. Mahfudz Masduki, MA
(Guru Pondok
Pesantren Pabelan ) Tempat dan Waktu
Pewawancara
: Pabelan, 9 September 2016 (09:00 WIB)
: Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Hal ini sudah banyak ditulis, namun saya akan menjelaskan secara singkat saja, pada waktu itu masyarakat Pabelan dalam keterbelakangan, baik ekonomi maupun pendidikan, terpanggillah Kiai Hamam untuk memperbaiki keadaan ini, kemudian dikumpulkan anak-anak Pabelan kemudian didik tanpa memungut biaya.
Pewawancara
: Apa pula yang menjadi tujuan Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Tujuan
awalnya
meningkatkan
ekonomi
dan
pendidikan masyarakat desa Pabelan Pewawancara
: Apa visi dan Misi Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Visi dan misi seperti yang pada brosur atau bukubuku
Pewawancara
: Sebelum Kiai Hamam memimpin, ada berapa jumlah gurunya? apa saja tugas guru? Dan siapa saja yang menjadi guru?.
Narasumber
: Gurunya hanya kiai saja, dan tugasnya seperti halnya guru-guru pada pondok salafi lainnya. Kemudian pada masa awal Kiai Hamam hanya dibantu saudara-saudaranya semua, dan sahabat-
sahabat Kiai Hamam, kemudian dengan berjalannya waktu datangnya alumni-alumni lulusan Gontor yang ada di sekitar Pabelan. Pewawancara
: Apakah pada waktu itu guru yang mengajar sesuai dengan bidang pendidikannya?
Narasumber
: Kalo dulu sesuai dengan kebutuhan, tidak selalu terikat bidang pendidikan, kemudian dulu sangat langka
yang sudah sarjana,
guru-guru
yang
mengajar tanpa izajah tetapi mereka memiliki keahlian. Tidak seperti sekang ini. Pewawancara
: Apa saja tugas guru waktu itu hingga sekarang?
Narasumber
: Tugasnya mendidik santri menjadi insan kamil, mentranfer
ilmu,
menjadi
contoh
dan
lain
sebgainya. Pewawancara
: Apakah sekarang guru-guru sudah sertifikasi?
Narasumber
: Guru-guru untuk saat ini hampir semuanya sudah sertifikasi.
Pewawancara
: Bahasa apa yang digunakan guru ketika berinteraksi dengan santri?
Narasumber
: Untuk guru yang dari luar ya terpaksa mereka menggunakan bahasa Indonesia, kemudian untuk pelajaran agama menggunakan bahasa Arab.
Pewawancara
: Ada berapa jumlah santri pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin dan pada masa perintisan kembali?
Narasumber
: 35 anak-anak muda Pabelan, yang waktu itu tidak sekolah. Kemudian terkumpul 19 lelaki, 16 wanita.. Pada masa sebelumnya ada ratusan santri dari berbagai daerah.
Pewawancara
: Di Pondok Pabelan ada berapa macam santri, (santri kalong dan santri yang tinggal di asrama)?
Narasumber
: Pondok Pesantren Pabelan memiliki dua jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong (tinggal di rumah). Pada umumnya santri kalong merupakan santri yang bertempat tinggal disekitar lingkungan pondok. Dan Pabelan memiliki santri putra dan putri. Dengan adanya hal ini menunjukkan bahwa Pondok Pabelan sudah sangat modern dan berbeda dengan pondok-pondok disekitar Pabelan. Waktu itu saja Pondok Gontor belum ada putri dan hanya putra saja
Pewawancara
: Apa saja kegiatan santri sehari-hari?
Narasumber
: Seperti yang anda lihat bisa anda tulis.
Pewawancara
: Bagaimana lingkungan pendidikan Pondok Pabelan Pada masa sebelum dan semasa KH. Hamam Dja’far memimpin?
Narasumber
: Lingkungan pendidikan Pondok Pabelan dari keluarga, sekolah, Masyarakat ada dipondok dan menjadi kesatuan untuk membentuk karakter santri baik.
Pewawancara
: Bagaimana penciptaan lingkungan yang baik bagi santri di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk kehidupan santri diatur selama 24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif.
Pewawancara
: Apakah tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan ada dan berjalan dengan baik pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai sesudah memimpin?
Narasumber
: Pada masa Kiai Hamam ketiga lingkungan berjalan dengan baik, Kiai Hamam sangat memikirkan
masyarakat, Kiai
Hamam juga memperbaiki
lingkungan dengan menanam tumbuhan, membuat kolam ikan dan lian sebagainya kemudian Pondok Pabelan pada waktu itu juga berkerja sama dengan LSM, IPM (institut pengembangan masyarakat). Pewawancara
: Pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin apakah ada aspek kelembagaan?
Narasumber
: Dahulu yang mengurus pondok hanyalah kiai, seperti haknya pondok salaf lainnya pada waktu itu.
Pewawancara
: Bagaimana aspek kelembagaan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Pada masa perintisan hanya ada beberapa lembaga saja lembaga majlis guru dan lembaga tata usaha. Dengan berjalannya waktu kemudian ada lembagalemabaga lain yaitu: Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan, kemudian dibawah pimpinan ada lembaga-lembaga pembantu yang terdiri dari Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah (KMI), Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan Pondok Pabelan, Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), Keluarga Besar Pondok Pabelan (KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS).
Pewawancara
: Apa saja media pembelajaran yang digunakan pada masa Kiai Hamam dan masa sebelumnya?
Narasumber
: Media pembelajarannya yang digunakan hanya kitab-kitab kuning saja, pada masa Kiai Hamam
yang digunakan benda aslinya. Pewawancara
: Bagaimana perkembangan media pembelajaran di Pondok Pabelan pada saat ini?
Narasumber
: Sekarang pondok sudah menggunakan IPTEK dan lain sebagainya.
Pewawancara
: Bagaiamana
kurilukum
di
Pondok
Pesantren
Pabelan? Narasumber
: Kurikulumnya dulu KMI, kita mengadopsi apa yang diajarkan di Gontor. Tahun 90-an itu tidak satu pun perguruan tinggi yang mau menerima lulusan pesantren tanpa ijazah formal. Sehingga kemudian resmi tahun 91 di Pabelan berdiri tsanawiyah dan aliyah.
Pewawancara
: Apa saja mata pelajaran yang ada di Pondok Pabelan
pada
masa
sebelum
Kiai
Hamam
memimpin sampai Kiai Hamam memimpin? Narasumber
: Dulu sebelum hanya mempelajari kitab-kitab klasik, kemudian Kiai Hamam mengikuti sistem KMI, sehungga santri tidak hanya belajar kitab klasik namun juga belajar pelajaran umum dan agama.
Pewawancara
: Apa sajakah ekstrakulikur yang ada di Pondok Pabelan dari dulu hingga sekarang apa saja yang masih eksis?
Narasumber
: Yang masih ada seperti pramuka, muhadoroh, yang wajib.
Pewawancara
: Apa saja metode pengajaran yang digunakan?
Narasumber
: Dulu pondok hanya menggunakan metode sorogan dan
bandongan,
kemudian
KH.
Hamam
memperbaharui Pondok Pesantren Pabelan dengan metode clasikal dikelas, dengan berbagai metode. Pewawancara
: Bagaimana metode pengajaran Pondok Pabelan?
Narasumber
: Metode pembelajarannya sudah klasikal, karena keterbatasan sehingga serambi majis dan dan teras rumah warga digunakan sebagai kelas untuk belajar, ketika mengaji masih mempertahankan dengan metode sorogan dan bandongan. Pak Hamam menggunakan metode seperti dari Gontor seperti dairec metod.
Pewawancara
: Evaluasi apa yang digunakan di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya hanya dua kali pertengahan dan akhir tahun, ada lisan dan tulis.
Pewawancara
: Bagaimana evaluasi di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Avaluasinya dahulu diuji oleh kiai tentang suatu kitab kuning tertentu, kalau sekarang kita ada tes tertulis dan lisan, kita juga mengikuti UN.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Saya melihat segala kebijakan dan penanganan tetap KH. Hamam. Walaupun ada ketua majlis guru, sekertaris, tetapi yang menjalankan ya kiai seperti halnya pondok-pondok yang lainnya. Jadi pelaksanaan pak kiai dan kebijkan tetap pak Kiai .
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Dulu hanya kiai yang mengurus pondok namun Kiai
Hamam memperbaharui dengan adanya
lemabaga-lembaga pesantren.
yang
Kemudian
menjalankan
KH.
Hamam
pondok memiliki
keingin bahwa masayarakat paling tidak miskin ilmu, karena waktu itu masyarakat miskin segala hal, jadi santri asli Pabelan tidak dipungut biaya. Pewawancara
: Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Anda bisa melihat sarana yang dimiliki pondok,
dahulu pondok hanya memiliki sarana yang sangat tradisional,
namun
kini
alhamdulilah
sudah
lengkap. Pewawancara
: Apa saja prestasi yang pernah didapat Pondok Pesantren Pabelan pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far dan masa setelahnya?
Narasumber
: Aga Khan Award, kalpataru, Manggala Karya Bakti Husada Arutala.
Pewawancara
: Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far
dalam
pembaharuan Pondok
Pesantren Pebelan? Narasumber
: Pada periode awal itu terutama pada tantangan sesama ulama didaerah, karena pak Hamam melakukan suatu hal yang baru dan tidak ada di pesantren yang lainnya, yang modelnya menulis dipapan tulis dan belajar ilmu-ilmu umum. Seperti pesantren besar di sekitar Pabelan, seperti Watu Congol, Payaman, dan lain sebagainya. Pak Hamam melakukan pembaharuan pondok pada metodenya, metodenya
berbeda
dengan
pesantren
lain,
pasantren waktu itu di sekitar Pabelan hanya ngaji kitab-kitab klasik dan menggunakan bahasa Jawa, waktu itu ada penolak dari para Kiai di sekitar Pabelan,
karena
dimasa
awal
santri-santri
berseragam pakai rok mereh selutut, pakai baju putih dan rambut diikat dua, hal ini memang sengaja Kiai Hamam buat agar orang-orang perhatian ke Pabelan, dengan seperti ini orangorang pada bertanya, atau menarik perhatian orangorang dengan begini orang-orang pada datang.
7. HASIL WAWANCARA MUHTAROM Nama
: Muhtarom (pak Hamam itu putra buleknya pak Muhtarom Guru pertama di Pondok Pesantren Pabelan dan kerabat KH. Hamam Dja’far)
Tempat dan Waktu
Pewawancara
: Pabelan, 8 September 2016 (08:00 WIB)
: Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Pabelan itu terkenal dengan keterbelakangan ekonomi dan pendidikan, kemudian karena waktu itu KH. Hamam menyaksikan saat penjajah
Pewawancara
: Apa pula yang menjadi tujuan Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Meningkatkan
ekonomi
dan
pendidikan
masyarakat Pabelan. Pewawancara
: Apa visi dan Misi Pondok Pesantren Pabelan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Visi dan misi seperti yang pada brosur atau bukubuku
Pewawancara
: Sebelum Kiai
Hamam memimpin, ada berapa
jumlah gurunya? apa saja tugas guru? Dan siapa saja yang menjadi guru?. Narasumber
: Dulu ya hanya pak Kiai saja yang mengajar dan ada dibantu santri-santri yang sudah sampai pada kitab tinggi.
Pewawancara
: Apakah pada waktu itu guru yang mengajar sesuai dengan bidang pendidikannya?
Narasumber
: Guru-guru di jaman KH. Hamam mengajar sesuai dengan kemampuan guru itu sendiri, dan guru-
guru yang mengajarpun diawal masih kerabat semua. Kemudian setelah berjalan Pabelan banyak guru dari Pondok Gontor. Guru-gurunya waktu itu siapa yang mampu mengajar maka dia bisa menjadi guru, kemudian dengan berjalannya waktu barulah banyak guru dari gontor dan IAIN Jogyakarta. Kalau serakarangkan yang mengajar harus sesuai dengan ijazah yang mereka miliki. Pewawancara
: Apa saja tugas guru waktu itu hingga sekarang?
Narasumber
: Tugasnya mendidik santri menjadi insan kamil, mentranfer ilmu,
menjadi
contoh
dan lain
sebgainya. Pewawancara
: Apakah sekarang guru-guru sudah sertifikasi?
Narasumber
: Saya tidak tahu itu, lebih baik bertanya pada yang ada di kantor KMI
Pewawancara
: Bahasa
apa
yang
digunakan
guru
ketika
berinteraksi dengan santri? Narasumber
: Kemampuan berbahasa Arab guru waktu itu hanya ada dua orang KH. Hamam dan pak Muid, kemudian barulah beberapa tahun kedepan guruguru umum menggunakan bahasa Indonesia kemudian untu pengajaran agama menggunkan bahasa Arab.
Pewawancara
: Ada berapa jumlah santri pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin dan pada masa perintisan kembali?
Narasumber
: Pabelan Timur yang diasuh Kiai
Asrori
merupakan pondok yang terbesar dengan jumlah santrinya yang diperkirakan mencapai ribuan. Kemudian pada masa KH. Hamam Awal berdiri 38 orang yang pertama, kemudian belajarnyapun
duduk dilantai, bangku panjang itu dijadikan meja, seperti Komaruddin termasuk didalamnya. Pewawancara
: Di Pondok Pabelan ada berapa macam santri, (santri kalong dan santri yang tinggal di asrama)?
Narasumber
: Pondok Pesantren Pabelan memiliki dua jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong (tinggal di rumah).
Pewawancara
: Apa saja kegiatan santri sehari-hari?
Narasumber
: Anda bisa melihatnya sendiri tanpa harus saya jelaskan.
Pewawancara
: Bagaimana
lingkungan
pendidikan
Pondok
Pabelan Pada masa sebelum dan semasa KH. Hamam Dja’far memimpin? Narasumber
: Lingkungan pendidikan sangat terasa, karena dimana-mana santri belajar, dan saling belajar satu sama lain, dan jika tidak mengetahui baru menemui guru, santri-santri juga terjun langsung untuk berinteraksi dengan masyarakat, sehingga sangat tampak lingkungan pendidikannya.
Pewawancara
: Bagaimana penciptaan lingkungan yang baik bagi santri di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Penciptaan lingkungan dirancang secara sistematis untuk kehidupan santri diatur selama 24 jam diatur dan diprogram .
Pewawancara
: Apakah tiga lingkungan pendidikan di Pondok Pabelan ada dan berjalan dengan baik pada masa sebelum Kiai Hamam memimpin sampai sesudah memimpin?
Narasumber
: Pada masa Kiai
Hamam ketiga lingkungan
berjalan dengan baik, Kiai memikirkan masyarakat, Kiai
Hamam sangat Hamam juga
memperbaiki tumbuhan,
lingkungan membuat
dengan
kolam
ikan
menanam dan
lain
sebagainya Pewawancara
: Pada masa sebelum Kiai
Hamam memimpin
apakah ada aspek kelembagaan? Narasumber
: Dahulu yang mengurus pondok hanyalah Kiai .
Pewawancara
: Bagaimana aspek kelembagaan pada masa Kiai Hamam memimpin?
Narasumber
: Pada masa perintisan hanya ada beberapa lembaga saja lembaga majlis guru dan lembaga tata usaha. Dengan
berjalannya
waktu
kemudian
ada
lembaga-lemabaga lain yaitu: Yayasan Wakaf Pondok Pabelan yakni lembaga paling tinggi dalam tata organisasi Pondok Pabelan, kemudian dibawah
pimpinan
ada
lembaga-lembaga
pembantu yang terdiri dari Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyah (KMI), Kepengasuhan, Sekretariat Balai Pendidikan Pondok Pabelan, Pepustakaan Pondok Pabelan, Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP), Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM),
Keluarga
Besar
Pondok
Pabelan
(KBPP), Pemelihara Tradisi Islam Pabelan (PTIP), Badan Amil Zahat Infak Sedekah (BAZIS). Pewawancara
: Apa saja media pembelajaran yang digunakan pada masa Kiai Hamam dan masa sebelumnya?
Narasumber
: Media pembelajarannya yang digunakan hanya kitab-kitab kuning saja, pada masa Kiai Hamam yang digunakan benda aslinya.
Pewawancara
: Bagaimana perkembangan media pembelajaran di Pondok Pabelan pada saat ini?
Narasumber
: Sekarang pondok lebih maju, jadi menggunakan media yang sudah canggih.
Pewawancara
: Bagaiamana kurilukum di Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Kurikulumnya kita seperti di Gontor yaitu KMI, namun sekarang kita menyesuakan dengan yang diluar sehingga harus ada MTS dan MA.
Pewawancara
: Apa saja mata pelajaran yang ada di Pondok Pabelan pada masa sebelum Kiai
Hamam
memimpin sampai Kiai Hamam memimpin? Narasumber
: Dulu sebelum hanya mempelajari kitab-kitab klasik, pada masa Kiai
Hamam ada pelajaran
agama seperti di gontor dan pelajaran umum. Pewawancara
: Apa sajakah ekstrakulikur yang ada dipondok pabelan dari dulu hingga sekarang apa saja yang masih eksis?
Narasumber
: Yang masih ada seperti pramuka, muhadoroh, yang wajib.
Pewawancara
: Apa saja metode pengajaran yang digunakan?
Narasumber
: Dulu pondok hanya menggunakan metode sorogan dan
bandongan,
kemudian
KH.
Hamam
menggunakan metode pengajarannya juga kita seperti di Gontor. Pewawancara
: Bagaimana metode pengajaran Pondok Pabelan?
Narasumber
: Metode pembelajarannya sudah klasikal, seperti di Gontor.
Pewawancara
: Evaluasi apa yang digunakan di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya hanya ada lisan dan tulis.
Pewawancara
: Bagaimana evaluasi di Pondok Pabelan?
Narasumber
: Evaluasinya dahulu tergantung pada Kiai nya, kalau sekarang kita ada tes tertulis dan lisan.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Saya melihat segala kebijakan dan penanganan tetap KH. Hamam, namun Kiai Hamam dibantu oleh staf-staf.
Pewawancara
: Bagaimana manajemen Pondok Pabelan?
Narasumber
: Dulu hanya Kiai yang mengurus pondok namun Kiai
Hamam mengadakan adanya lemabaga-
lembaga yang menjalankan pondok pesantren. Pewawancara
: Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Pabelan?
Narasumber
: Kita memiliki sarana dan prasarana pada awalnya sangat sederhana, asrama hanya dari bilik bambu, namun dengan perkembangannya banyak bantuan datang seperti gedung presiden, itu dari presiden Suharto, gedung Kuwaid itu dari dubes Kuwaid, dan gedung jepang dari jepang dan masih banyak lagi, anda pasti bisa melihatnya.
Pewawancara
: Apa saja prestasi yang pernah didapat Pondok Pesantren Pabelan pada masa kepemimpinan KH. Hamam Dja’far dan masa setelahnya?
Narasumber
: Aga Khan Award, kalpataru, Manggala Karya Bakti Husada Arutala.
Pewawancara
: Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi KH. Hamam Dja’far dalam pembaharuan Pondok Pesantren Pebelan?
Narasumber
: Hambatan dan tantangannta seperti meningkatkan ekonomi, pendidikan masyarakat pabelan, dan menyatukan masyarakat pada waktu itu, yang terpecah karena golongan-golongan.