Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) USAHA TANI CABAI RAWIT PADA PERTANIAN LAHAN KERING DI KECAMATAN BINANGUN KABUPATEN BLITAR (STUDI KASUS DESA SALAMREJO DAN DESA SUMBER KEMBAR) FARMING CAYENNE PEPER AGRICULTURAL LAND DRY IN BINANGUN SUB-DISTRICT BLITAR (DISTRICT CASE STUDY SALAMREJO VILLAGE AND SUMBER KEMBAR VILLAGE) Oleh : Dian Oktavina Pratiwi, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kesesuian antara faktor fisik dan faktor pembatas dengan syarat tumbuh tanaman cabai rawit; 2) Faktor non fisik yang mempengaruhi usaha tani cabai rawit; 3) Pengelolaan usaha tani cabai rawit pada pertanian lahan kering; 4) Hambatan dan solusi dalam usaha tani cabai rawit pada pertanian lahan kering; 5) Perbedaan produktivitas bersih di kedua daerah penelitian; 6) Hubungan antara biaya produksi dengan produktivitas bersih di kedua daerah penelitian. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan dalam penelitian ini pendekatan keruangan.Variabel penelitian ini yaitu faktor fisik, faktor non fisik yang mempengaruhi usaha tani cabai rawit, pengelolaan, hambatan dan solusi, produktivitas usaha tani cabai rawit. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kepala rumah tangga petani lahan kering yang mengusahakan tanaman cabai rawit sebesar 1.283 kepala rumah tangga petani.Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10% yaitu 93 kepala rumah tangga petani yang terbagi menjadi dua yaitu 60 kepala rumah tangga petani di Desa Sumber Kembar dan 33 kepala rumah tangga petani di Desa Salamrejo. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional Random Sampling. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data meliputi editing, koding, dan tabulasi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dengan data frekuensi tabel tunggal dan tabel silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kesesuaian faktor fisik dengan syarat tumbuh yaitu: a) Faktor fisik di Sumber Kembar tidak sesuai, faktor fisik di Salamrejo sesuai, b) Faktor pembatas berupa curah hujan, topografi, temperatur, pH tanah, dan ketersediaan air. 2) Faktor non fisik yang mempegaruhi usaha tani cabai rawit yaitu: a) Besar modal di Sumber Kembar lebih kecil dibandingkan di Salamrejo, b) Sumber Kembar lebih banyak menggunakan tenaga kerja upah dibandingkan Salamrejo, c) Jenis transportasi motor lebih banyak digunakan di Salamrejo dibandingkan di Sumber Kembar, d) Kedua daerah penelitian menggunakan alat pengolah lahan yang sama, e) Petani di Sumber Kembar lebih banyak tidak terlibat penyuluhan dibandingkan petani di Salamrejo. 3) Pengelolaan usaha tani cabai rawit yaitu: a) Lama pengolahan lahan 2-17 hari lebih banyak digunakan petani di Sumber Kembar dibandingkan di Salamrejo, b) Pembibitan sendiri lebih banyak dilakukan di Sumber Kembar dibanding di Salamrejo c) Pemeliharaan di Salamrejo lebih intensif dibanding di Sumber Kembar. 4) Hambatan dalam usaha tani cabai rawit yaitu: a) Hambatan fisik yang dirasakan petani di Sumber Kembar lebih besar dibanding di Salamrejo, solusinya yaitu membuat bedengan, pemberian pupuk organik, b) Hambatan modal lebih besar dirasakan di Sumber Kembar dibandingkan di Salamrejo, solusinya meminjam kepada keluarga, menyimpan hasil panen berupa uang c) Hambatan yang berasal dari serangan hama lebih besar di rasakan di Salamrejo dibandingkan di Sumber Kembar, solusinya melakukan penyemprotan. 5) Perbedaan produktivitas usaha tani cabai rawit yaitu: a) Produksi rata-rata pertahun di Salamrejo lebih besar dibandingkan di Sumber Kembar, b) Rata-rata produktivitas kotor di Sb.Kembar lebih rendah dibandingkan di Sl.Rejo, c) Biaya produksi lebih besar di Sb.Kembar dibandingkan di Salamrejo, d) Rata-rata produktivitas bersih di Sumber Kembar lebih rendah dibandingkan di Salamrejo. 6) Hubungan biaya produksi dengan produktivitas bersih usaha tani cabai rawit di daerah penelitian yaitu: a) Di Sumber Kembar adalah hubungan positif tetapi lemah karena besar biaya produksi yang rendah produktivitas bersih yang diterima rendah, b) Salamrejo hubungannya yaitu negatif linier sempurna karena sistem pengelolaan yang masih sederhana, kondisi fisik yang sesuai untuk tanaman cabai rawit. Kata kunci: Usaha tani cabai rawit, Perbedaan produktivitas usaha tani cabai rawit
1
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.)
ABSTRACT The purpose of this research is to find out: 1) The compatibility between the physical factors and the limiting factors with the requirements for cayenne pepper plants to grow; 2) The non-physical factors that affect the agricultural business of cayenne pepper; 3) The management of the agricultural business of cayenne pepper on upland farming; 4) The obstacles and the solutions of the agricultural business of cayenne pepper on upland farming; 5) The differences of net productivity in both research locations; 6) The relation between the production cost and net productivity in both research locations. This research is designed in descriptive-quantitative. It employs spatial approach. The research variables are the physical and non-physical factors that affect the agricultural business of cayenne pepper, the management, obstacles and solutions, and productivity of the agricultural business of cayenne pepper. The population of this study consists of the head-of-household farmers of upland farming who plant cayenne pepper with a number of 1.283 people of the head of household farmers. The technique to determine the number of samples uses Slovin’s formula with 10 % level error; they are 93 the head of household farmers who are divided into two, 60 the head of household farmers in Sumber Kembar Village and 33 the head of household farmers in Salamrejo Village. The sampling technique uses Proportional Random Sampling. The data collection techniques include observation, interview, and documentation. The data organization techniques include editing, coding, and tabulation. The data analysis technique is descriptive analysis with one-way frequency table and crosstab. The results show that 1) The compatibility between the physical factors and the growth requirements are: a) The physical factors are not compatible in Sumber Kembar but compatible in Salamrejo, b) The limiting factors are rainfall, topography, temperature, soil pH, and water supply. 2) The non-physical factors that affect the agricultural business of cayenne pepper are: a) The amount of capital in Sumber Kembar is smaller than Salamrejo, b) Sumber Kembar employs more wage labors than Salamrejo does, c) Motor transportation is more used in Salamrejo than Sumber Kembar, d) Both research locations use the same land processing tools, e) The amount of farmers in Sumber kembar who are not involved in counseling is much more than the farmers in Salam Rejo. 3) The management of the agricultural business of cayenne pepper are: a) The duration in cultivating the land by farmers in Sumber Kembar is 217 days longer than Ssalamrejoo, b) Self-seeding is more used in Sumber Kembar than Salam Rejo, c) The maintenance in Salam Rejo is more intensive than Sumber Kembar. 4) The obstacles of the agricultural business of cayenne pepper are: a) The physical obstacles faced by Sumber Kembar farmers are bigger than in Salamrejo, the solution is making seedbed and giving organic fertilizer, b) The obstacle in terms of capital is bigger in Sb.Kembar than Sl.Rejo, the solution is borrowing from families and saving money from the harvest, c) The obstacle which comes from the pest attack is bigger in Salamrejo than Sumber Kembar, the solution is undertaking pest control. 5) The differences of productivity in the agricultural business of cayenne pepper are: a) The annual average production in Salamrejo is bigger than Sumber Kembar, b) The gross productivity in Sumber Kembar is lower than Salamrejo, c) The production cost in Sumber Kembar is bigger than Salamrejo, d) The average net productivity in Sb.Kembar is lower than Sl.Rejo. 6) The relation between the production cost and net productivity of the agricultural business of cayenne pepper in both research locations are: a) In Sumber Kembar there is a positive relationship but it is weak because the lower the production cost results the lower net productivity, b) In Salamrejo there is a perfect negative linear relationship because the management system is still simple, which is an appropriate physical condition for cayenne pepper. Keywords: The agricultural business of cayenne pepper, The differences of productivity of the agricultural business of cayenne pepper
2
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) sebab lahan kering memiliki potensi
I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris,
dan peluang yang sangat besar untuk di
pertanian menjadi mata pencaharian
kembangkan
penting bagi sebagian besar penduduk
datang. Kondisi ini dapat di tinjau dari
Indonesia. Pembangunan dalam sektor
sifat dan karakteristiknya. Potensi yang
pertanian mencakup pertanian tanaman
dapat di kembangkan di lahan kering
pangan, perkebunan, perikanan, dan
adalah sebagai pertanian, perkebunan,
peternakan. Pembangunan pertanian
peternakan, dan kehutanan dengan
sub sektor pangan merupakan sektor
tujuan meningkatkan produksi tanaman
terpenting
dan hasil perkebunan. Salah satu yang
dalam
masyarakat pertanian
di yang
kehidupan
di
masa
yang
akan
perdesaan.
Jenis
sudah di kembangkan oleh pemerintah
diusahakan
oleh
adalah pertanian lahan kering.
penduduk Indonesia sangat beragam, seperti pertanian lahan kering dan
Pertanian lahan kering adalah lahan
pertanian lahan basah. Lahan kering
dengan kebutuhan air untuk tanaman
merupakan hamparan lahan yang tidak
tergantung sepenuhnya oleh air hujan
pernah tergenang atau digenangi air
dan tidak pernah tergenang air secara
pada sebagian besar waktu dalam
tetap. Musim tanam pada pertanian
setahun atau sepanjang waktu. Ciri
lahan kering didasarkan atas keadaan
utama yang menonjol di lahan kering
musim dalam setahun. Periode tanam
adalah
air,
makin
pada pertanian lahan kering ditentukan
produktivitas
lahan,
oleh awal mulai hujan turun. Panjang
tingginya variabilitas kesuburan tanah,
periode tanam biasanya ditentukan
macam spesies tanaman yang di tanam,
berdasarkan data iklim rangkai waktu
serta
paling tidak selama 20 tahun yang
terbatasnya
menurunnya
aspek
sosial,
ekonomi
dan
kemudian diekstrapolasi dan dianalisis
budaya. Lahan kering sebenarnya memiliki
guna menentukan tanggal awal dan
potensi yang sama dengan lahan basah.
tanggal akhir untuk suatu kawasan
Melihat kondisi saat ini sebagian besar
(Fred L. Benu, 2013:14-19).
lahan basah (sawah) telah mengalami alih
fungsi
lahan
dan
Salah satu wilayah di Pulau Jawa
hasil
yang memiliki pertanian lahan kering
produktivitas pangan menurun drastis
adalah di wilayah Kabupaten Blitar.
dari tahun-ketahun. Pemerintah mulai
Luas pertanian lahan kering berbasis
melirik pengembangan lahan kering
tegalan di Kabupaten Blitar kurang 3
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) lebih 127.154 Ha dan luas lahan basah 31.725
Kenyataannya
dalam
mengelola
pada tahun 2010 (BPS
usaha tani cabai rawit pada lahan
Kabupaten Blitar dalam Angka 2011).
kering petani di kedua daerah tersebut
Kabupaten Blitar merupakan salah satu
sering
wilayah di Provinsi Jawa Timur bagian
permasalahan sehingga berpengaruh
selatan, secara astronomis terletak di
terhadap produktivitas usaha tani cabai
111025’-112020’BT
rawit.
89051’LS.
7057’-
dan
Secara
administrasi
mendapatkan
permasalahan-
Permasalahan
diantaranya,
yang
kondisi
fisik
ada diduga
berbatasan dengan Kabupaten Kediri di
kurang sesuai dengan syarat tumbuh
sebelah utara dan Kabupaten Malang di
tanaman cabai rawit sebab wilayah
sebelah timur, Samudera Hindia di
penelitian berada di ketinggian ± 120-
sebelah
Kabupaten
450 mdpl. Rata-rata curah hujan
Tulungagung dan Kabupaten Kediri di
tahunan 15 mm/thn dengan rata-rata
sebelah barat.
hari hujan 53 hari/thn, keterbatasan air
selatan,
serta
sebab
Kecamatan Binangun merupakan salah
satu
kecamatan
pertanian
di
kedua
daerah
penelitian hanya mengandalkan air
yang
hujan,
memanfaatkan potensi lahan kering
wilayahnya
pegunungan,
untuk pertanian. Menurut data BPS
berada
kemiringan
di lereng
wilayah mencapai 30%.
tahun 2014, kecamatan ini memiliki luas lahan kering sebesar 7.557 Ha
Usaha tani cabai rawit memerlukan
dibandingkan dengan luas lahan basah
modal yang cukup besar, keterbatasan
yang hanya 122 Ha. Wilayah di
modal yang di miliki oleh petani dalam
Kecamatan
mengembangkan
Binangun
yang
usaha
tani
cabai
memanfaatkan lahan kering sebagai
rawit, terutama modal untuk pembelian
pertanian cabai rawit adalah di Desa
plastik penutup, pupuk dan obat-obatan
Sumber Kembar dan Desa Salamrejo.
yang harganya relatif naik setiap kali
Diduga kedua daerah
ini memiliki
masa tanam tiba. Hal ini mendorong
kondisi fisik yang hampir sama untuk
petani harus mencari pinjaman untuk
usaha
sehingga
mendapatkan modal. Besarnya biaya
sebagian besar petani di kedua daerah
produksi yang dikeluarkan petani untuk
tersebut memanfaatkan tanaman cabai
usaha tani
rawit yang untuk pertanian lahan
kurang
tani
cabai
rawit
kering. 4
cabai
sebanding
rawit
terkadang
dengan
besar
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) produktivitas bersih yang diterima
Salamrejo
selama satu kali musim panen.
Kembar)”.
Sistem pengelolaan
usaha tani
dan
Desa
Sumber
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan
cabai rawit yang tergolong masih tradisional. Pupuk dan obat-obatan
penelitian
yang digunakan untuk memberantas
berusaha menggungkapkan fakta–fakta
hama
menggunakan
menggunakan
angka-angka
bahan kimia tetapi kurang maksimal.
penyajiannya.
Penelitian
Pengetahuan petani lahan kering yang
Sumber Kembar dan Desa Salamrejo
masih
Kecamatan
dan
penyakit
rendah
terkait
upaya
deskriptif
Binangun
kuantitatif
dalam
di
Desa
Kabupaten
meningkatkan produksi usaha tani
Blitar. Variabel penelitian meliputi
cabai rawit. Jarang sekali di adakan
faktor fisik, faktor non fisik yang
penyuluhan
pertanian.
mempengaruhi usaha tani cabai rawit,
Disamping itu juga terdapat permainan
pengelolaan usaha tani cabai rawit,
harga antara tengkulak dan pedagang
hambatan dan solusi usaha tani cabai
sehingga harga yang di berikan kepada
rawit, perbedaan produktivitas bersih,
petani tidak menentu, relatif rendah
hubungan antara biaya produksi dan
dan mengakibatkan kerugian.
produktivitas
dari
dinas
penelitian Faktor
aksesibilitas
bersih.
meliputi
Populasi
populasi
fisik
juga
semua lahan kering yang dimanfaatkan
mempengaruhi usaha tani cabai rawit
untuk usaha tani cabai rawit di
sebab aksesibilitas di wilayah Desa
Kecamatan Binangun, populasi non
Salamrejo dan Desa Sumber Kembar
fisik terhadap 1.283 Kepala Rumah
tergolong sangat sulit karena kondisi
Tangga (KRT) Petani yang terbagi
jalan yang rusak parah akibat truk-truk
kedalam dua desa. Sampel penelitian
pengangkut dengan muatan yang berat,
berjumlah 93 KRT petani yang terbagi
jarak yang cukup jauh dari pusat kota,
menjadi dua yaitu 60 KRT petani di
merupakan
pegunungan.
Desa Sumber Kembar dan 33 KRT
Berdasarkan permasalahan di atas,
petani di Desa Salamrejo. Waktu
peneliti
Penelitian
daerah
tertarik
untuk
melakukan
dilaksanakan
bulan
penelitian dengan judul “Usaha tani
November 2014-Juni 2015. Teknik
Cabai Rawit pada Pertanian Lahan
pengumpulan data dengan wawancara,
Kering di Kecamatan Binangun,
observasi, dan dokumentasi. Analisis
Kabupaten Blitar (Studi Kasus Desa 5
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu
Rejoso,
Salamrejo,
Ngembul,
penyajian hasil pengolahan data dalam
Tawang
Rejo,
Binangun.
bentuk tabel frekuensi dan tabel silang.
Kemiringan lereng antara 0-8% berada di Desa Kedung Wungu
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
bagian utara.
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografi
c. Jenis Tanah Wilayah yang memiliki jenis
a. Letak, Luas dan Batasan Daerah
tanah litosol, mediteran dan renzina
Penelitian Kecamatan Binangun terletak pada
posisi
berada di wilayah Umbul Damar,
7°21'LS-7°31'LS-
110°10'BT-111°40'BT.
Ngandri,
Sukorame,
Birowo,
Secara
Sumber
Kembar,
dan
administrasi Kecamatan Binangun
Wungu.
Wilayah
dengan
termasuk
tanah mediteran cokelat kemerahan
ke
dalam
wilayah
berada
Timur tepatnya berada di bagian
Binangun, Rejoso, Ngembul, dan
selatan. Luas wilayah ± 81,18
Tawang rejo. Jenis tanah regosol
km .
Batas-batas
Kecamatan
administrasi
Binangun
wilayah
jenis
Kabupaten Blitar Provinsi Jawa
2
di
Kedung
Salamrejo,
cokelat keabuan berada di wilayah
adalah
sebagian kecil wilayah Kedung
sebagai berikut :
Wungu bagian utara.
Sebelah utara :Kecamatan
d. Fisiografis
Kesamben, Selopuro
Wilayah
di
Kecamatan
Sebelah selatan: Kecamatan Wates
Binangun yang berada di wilayah
Sebelah barat :Kecamatan
bukit lipatan yaitu wilayah Umbul
Panggungrejo,Sutojayan
Damar,
Sebelah timur : Kabupaten Malang
Birowo,
Ngandri, Sumber
Kedung
b. Topografi Wilayah
Kembar,
dan
Salamrejo,
Kecamatan
Binangun, Rejoso, Ngembul, dan
variasi
Tawang rejo, sedangkan wilayah
kemiringan lereng. Wilayah di
yang berada di fisiografi vulkan
Kecamatan Binangun yang berada
yaitu
di
bagian utara.
binangun
di
Wungu,
Sukorame,
memiliki
kemiringan
lereng
15-25%
wilayah
Kedung
adalah di Desa Umbul Damar, Ngadri,
Sukorame,
Birowo,
Sumber Kembar, Kedung Wungu,
e. Tata Guna Lahan 6
Wungu
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) Penggunaan
lahan
di
Kecamatan Binangun paling banyak
Kecamatan Binangun didominasi
memiliki mata pencaharian pokok
oleh tegalan atau pertanian lahan
sebagai petani (81,67%).
kering sebesar 48%, kebun 29%,
B. Hasil dan Pembahasan
sawah tadah hujan 6%, semak dan rerumputan
1%,
1. Karakteristik
permukiman
a. Jenis Kelamin Responden Kepala rumah tangga petani
f. Kondisi Hidrologis air
Rumah
Tangga Petani Cabai Rawit
13%, lain-lain 3%.
Sumber
Kepala
di
Kecamatan
cabai
rawit
di
kedua
daerah
Binangun berasal dari sumur gali,
penelitian berjenis kelamin laki-laki,
sumber mata air, dan sungai.
masing-masing
Terdapat
persentase
satu
sungai
yang
desa 80%
dan
memiliki (Ds.Sumber
mengalir sepanjang musim yaitu
Kembar)
76%
(Desa
sungai Brantas.
Salamrejo). Kepala rumah tangga berjenis kelamin perempuan adalah
g. Kondisi Klimatologis Kecamatan Binangun berada
20% (Ds.Sumber Kembar) dan 24%
di tipe curah hujan C yang
(Ds.Salamrejo). Alasan perempuan
termasuk agak basah. Rata-rata
di kedua daerah penelitian menjadi
curah hujan selama 10 tahun 902,0
kepala rumah tangga petani karena
mm/tahun. Rata-rata bulan basah
ditinggalkan oleh suami sementara
7,7.
kering
waktu untuk merantau ke luar
di
daerah, dan adapula yang telah
Rata-rata
3,3.Tipe
bulan
curah
Kecamatan
hujan
Binangun
kurang
bersetatus janda.
sesuai untuk usaha tani cabai
b. Umur Responden
rawit.
Persentase paling besar untuk umur responden adalah 42% di
2. Kondisi Demografis Jumlah
Kecamatan
Ds.Sumber Kembar dan 48% di
Binangun pada tahun 2010 sebanyak
Desa Salamrejo yaitu 40-49 tahun.
43.012 jiwa dengan jumlah penduduk
Umur dengan persentase terendah
laki-laki 21.673 jiwa dan jumlah
adalah 20-29 tahun sebesar 5%
penduduk perempuan adalah 21.339
(Ds.Sumber Kembar) dan 3%
jiwa. 67% penduduk di Kecamatan
(Ds.Salamrejo). Hal ini karena
Binangun
dalam usaha tani cabai rawit
umur
penduduk
berada
produktif.
pada
kelompok
Penduduk
di
membutuhkan 7
tenaga
yang
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) cekatan
terutama
dalam
Mata pencaharian sampingan
pemeliharaan tanaman cabai rawit.
sebagain
responden
di
penelitian
responden
di
kedua daerah penelitian adalah
c. Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan
besar
terakhir
untuk
peternak dengan besar persentase
kedua
daerah
70% (Ds.Sumber Kembar) dan
besar
80% (Ds.Salamrejo). Pemilihan
paling
persentasenya adalah tingkat SD,
mata
masing-masing daerah penelitian
sebagai
sebesar 49% (Ds.Sumber Kembar)
responden mampu memanfaatkan
dan 55% (Ds.Salamejo). Kondisi
kotoran ternak sebagai pupuk
ini terjadi karena dalam usaha tani
organik
cabai rawit tidak membutuhkan
pembelian pupuk.
pendidikan
khusus
karena
sampingan
peternak
dan
karena
menekan
biaya
e. Luas Lahan Pertanian Luas Lahan ≤ 1.327 m2 lebih
responden memperoleh dari petani lain dan turun-temurun.
banyak digunakan responden di kedua daerah penelitian sebesar
d. Mata Pencaharian Responden
42% (Ds.Sumber Kembar) dan 27%
1). Mata Pencaharian Pokok Responden di kedua daerah penelitian
pencaharia
sebagian
(Ds.Salamrejo).
Kondisi
ini
besar
menunjukkan usaha tani cabai rawit
memiliki mata pencaharian pokok
dalam skala kecil, responden di
sebagai
besar
kedua daerah peenlitian merupakan
75%
petani gurem. Luas lahan dengan
(Ds.Sumber Kembar) dan 88%
persentase terendah 6% sebesar
(Desa
Persentase
20.000 m2 berada di Ds. Salamrejo,
terendah untuk mata pencaharian
karena responden di desa ini telah
pokok
2%
mengetahui potensi fisik daerah
(Ds.Sumber Kembar). Hal ini
tersebut cukup sesuai untuk usaha
karena mata pencaharian sebagai
tani cabai rawit.
petani,
persentasenya
yaitu
Salamrejo).
adalah
supir
sopir membutuhkan ketrampilan khusus
dan
kesulitan
2. Pembahasan Hasil Penelitian
dalam
a. Kesesuaian Faktor Fisik dengan
membagi waktu sebagai petani.
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit
dan
Faktor
Pembatas
Usaha Tani Cabai Rawit. 2). Mata Pencaharian Sampingan 8
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) b. Faktor Non Fisik Usaha Tani 1) Kesesuaian dengan
Faktor Syarat
Fisik
Cabai
Tumbuh
fisik
pada
Pertanian
Lahan Kering
Tanaman Cabai Rawit Faktor
Rawit
1). Modal
Ds.Sumber
Lama
usaha
tani
yang
Kembar kurang sesuai untuk
dijalankan responden di kedua
usaha tani cabai rawit sebab
daerah penelitian paling besar
terdapat lima syarat tumbuh cabai
nilai persentasenya adalah 1-10
rawit yang tidak sesuai seperti
tahun,
curah
persentasenya 33% (Ds.Sumber
hujan,
temperatur,
topografi,
pH
tanah,
dan
masing-masing
Kembar)
besar
dan
30%
ketersediaan air. Faktor fisik
(Ds.Salamrejo). Usaha tani yang
Ds.Salamrejo sesuai untuk usaha
dijalankan tergolong baru karena
tani cabai rawit karena empat
responden
syarat tumbuh cabai rawit dengan
mengetahui potensi yang dimiliki
factor
lahan kering dapat dimanfaatkan
fisik
seperti,
di
Ds.Salamrejo
ketinggian
tempat,
modal
Rawit
yang
responden
2). Faktor Pembatas Dalam Usaha Cabai
lama
untuk tanaman cabai rawit. Besar
temperatur, jenis tanah, pH tanah.
Tani
belum
di
dikeluarkan kedua
daerah
peenlitian berbeda. Responden di
Pada
Ds.Sumber Kembar paling besar
Pertanian Lahan Kering Faktor pembatas di kedua
persentasenya
untuk
modal
daerah penelitian terbagi menjadi
adalah Rp. ≤1.964.000 (35%).
dua
Responden di Ds. Salamrejo 30%
yaitu
faktor
pembatas
permanen dan non permanen.
mengeluarkan
Faktor
Rp.1.964.001-3.928.000.
pembatas
permanen
modal
sebesar
seperti curah hujan, temperatur.
perbedaan besar modal
Faktor pembatas non permanen di
dikeluarkan
kedua daerah penelitian seperti,
usaha tani yang dijalankan dalam
topografi, ketersediaan air, tetapi
skala kecil. Asal modal yang
untuk pH tanah menjadi faktor
digunakan responden di kedua
pembatas
daerah
khusus
untuk
Ds.Sumber Kembar.
karena
penelitian
yang
orientasi
dengan
persentase tertinggi adalah dari modal 9
sendiri,
masing-masing
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) desa
memiliki
persentase
tertinggi masing-masing daerah
92%(Ds.Sumber Kembar), 91%
penelitian
(Ds.Salamrejo).
(Ds.Sumber Kembar) dan 73%
2) Luas
Lahan
dan
pengaruh
terbesar
70%
(Ds.Salamrejo). Hal ini karena
Status
Kepemilikan Lahan Persentase
yaitu
untuk
banyak
sedikitnya
jumlah tenaga kerja, luas lahan,
status lahan dan luas lahan yang
dan waktu pengerjaan.
digunakan responden di kedua
4) Jenis
Transportasi
Untuk
daerah penelitian yaitu ≤ 1.327
Menuju Lahan Pertanian dan
m2 dengan status lahan milik
Mengangkut Hasil Panen
sendiri, dengan besar persentase
Responden di kedua daerah
40% di Desa Sumber Kembar
penelitian untuk menuju lahan
dan 27% di Desa Salamrejo. Hal
pertanian,
dengan
besar
ini karena responden di kedua
persentase
tertinggi
yaitu
daerah
menggunakan
penelitian
menggunakan
dapat
keuntungan
motor.
Masing-
masing
daerah
sepenuhnya tanpa harus berbagi
memiliki
persentase
dengan pemilik lahan.
yaitu 61% (Ds. Sumber Kembar) dan
3) Tenaga Kerja Responden di kedua daerah penelitian
sebagian
76%
peenlitian tertinggi
(Ds.Salamrejo).
penggunaan motor untuk menuju
besar
lahan
pertanian
menunjukkan
menggunakan
tenaga
kerja
jarak lokasi pertanian dengan
upah,
masing-masing
permukiman cukup jauh, lebih
persentase
tertinggi
penelitian
yaitu
daerah
menghemat waktu.
63%
5) Teknologi Pengelolaan Usaha
(Ds.Sumber Kembar) dan 54% (Ds.Salamrejo). tenaga kerja responden
Tani Cabai Rawit
penggunaan upah
lebih
Alat untuk mengolah lahan
menurut
untuk usaha tani cabai rawit di
menghemat
kedua daerah penelitian paling
waktu dan tenaga. Total biaya
besar
untuk tenaga kerja upah yang
menggunakan
digunakan responden di kedua
masing-masing
daerah penelitian adalah Rp. ≤
(Ds.Sumber Kembar) dan 85%
1.820.000,
(Ds.Salamrejo).
untuk
persentase 10
nilai
persentasenya alat
tradisional,
sebesar
85%
Pengolahan
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) lahan
menggunakan
alat
menjadi anggota kelompok tani.
tradisional untuk meminimalisir
Penyebabnya
keursakan
tanah,
pengrekrutan anggota dibatasi
alat
atau berquota, masih bersifat
struktur
menekan
biaya.
Asal
karena
sistem
pengolahan lahan 100% di kedua
kekeluargaan.
daerah
penelitian
penyuluhan pertanian di kedua
peroleh
dari
responden
campuran
yaitu
daerah penelitian paling banyak
membeli dan membuat sendiri. 6) Pengembangan
Usaha
Frekuensi
dilakukan setiap 2 bulan sekali, besar
Tani
persentasenya
58%
Cabai Rawit pada Pertanian
(Ds.Sumber Kembar) dan 64%
Lahan Kering
(Ds.Salamrejo).
Pemilihan
Pengetahuan tentang usaha
waktu penyuluhan 2 bulan sekali
tani cabai rawit yang di peroleh
untuk menghindari kejenuhan
responden
dari responden dalam mengikuti
di
kedua
daerah
penelitian, dengan melihat nilai persentase
pada
Keterlibatan responden di
masing-masing daerah penelitian
kedua daerah penelitian terhadap
adalah dari petani lain yaitu 57%
kegiatan
(Ds.Sumber Kembar) dan 52%
rendah, karena sebagian besar
(Ds.Salamrejo).
responden
terendah
tertinggi
penyuluhan pertanian.
persentase
3%
penyuluhan.
berasal
Hal
ini
dari
Kembar
terjadi
penyuluhan
di
Ds.Sumber
(57%)
Ds.Salamrejo
cukup
(52%)
maupun tidak
karena pengetahuan yang berasal
mengikuti penyuluhan. Hal ini
dari petani lain lebih efektif
karena waktu penyelengaraan
karena berdasarkan pengalaman.
penyuluhan mengganggu waktu
7) Kegiatan
bekerja, terpusat di balai desa
Pengembangan
dengan jarak yang cukup jauh
Usaha Tani Cabai Rawit Kelompok tani yang aktif di Ds
Sumber
banyak
Kembar
dibandungkan
dengan
lebih di
c. Pengelolaan Usaha Tani Cabai Rawit
responden
di
Kering
Kembar
(70%)
Ds.Sumber
(73%)
tinggal
responden.
Ds.Salamrejo. Sebagian besar
Ds.Salamrejo
tempat
dan tidak 11
pada
Pertanian
Lahan
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) cara membeli bibit. Pemilihan
1) Pengolahan Lahan Pengolahan
lahan
untuk
pembibitan sendiri dipilih oleh
usaha tani cabai rawit terdiri dari
sebagain besar responden karena
empat
responden
tahap.
Biasanya
dapat
menentukan
pengolahan lahan untuk tanaman
bibit yang bagus, menghemat
cabai rawit bersamaan dengan
biaya, meminimalisir bibit cabai
pengolahan lahan untuk tanaman
yang
jagung,
melakukan
sistem
sebab
menggunakan
tumpang gilir.
pengolahan
lahan
Lama
kurang
baik,
dapat
pengawasan
yang
lebih intensif. Cara pembibitan
yang
sendiri
yang
dibutuhkan responden di kedua
responden
di
daerah penelitian paling besar
penelitian
masih
nilai persentasenya yaitu 67%
tradisional,
(Ds.Sumber Kembar) dan 52%
persemaian tidak permanen.
(Ds.Salamrejo) adalah 2-17 hari.
Umur
Persentase terendah adalah 2%
olah,
Kembar)
dan
82%
(Desa
2% adalah pada umur 53-65
lahan masih tradisional, jumlah
hari.
tenaga kerja yang terbatas.
Penerapan
umur
pembibitan paling banyak adalah
2) Pembibitan Tanaman Cabai
27-39 hari karena pada umur
Rawit
tersebut bibit cabai rawit telah
untuk
ideal untuk di tanam, telah
cara memperoleh bibit cabai
memiliki akar yang kuat, dan
rawit di kedua daerah penelitian
resiko tanaman mati relatif kecil.
berasal dari pembibitan sendiri yaitu, 94% (Ds.Sumber Kembar) 88%
yang
Salamrejo). Persentase terendah
yang digunakan untuk mengolah
dan
pembibitan
masing desa 80% (Ds.Sumber
tidak dalam satu lokasi, alat
tertinggi
menggunakan
hari. Besar persentase masing-
lahan
pertanian yang terpecah atau
Persentase
tergolong
nilai persentasenya adalah 27-39
tani cabai rawit karena luas di
daerah
daerah peenlitian paling besar
pengolahan lahan untuk usaha
yang
kedua
diterapkan responden di kedua
yaitu 50-65%. Perbedaan lama
lahan
dilakukan
(Ds.Salamrejo).
Persentase terendah 6% dengan 12
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) 3) Penanaman Tanaman Cabai
4) Pemeliharaan tanaman Cabai
Rawit
Rawit
Penamanan cabai rawit pada
Jenis
pupuk
yang
daerah penelitian menggunakan
paling
ssstem tumpang sari. Alat yang
responden
digunakan
untuk
Kembar (33%) dan responden
menanam cabai rawit yaitu luju.
di Ds.Salamrejo (34%) adalah
Penanaman tanaman cabai rawit
pupuk Za, Ponska, dan organik.
biasanya
dilakukan
Sedangkan
pertengahan
bulan
responden
saat
Desember
banyak
yang
digunakan
di
Ds.Sumber
responden
yang
pupuk
Za,
menggunakan
sampai akhir Februari. Jarak
Ponska, dan mutiara, dan pupuk
tanam
kandang hanya sebesar 3%. Hal
yang
responden
di
diterapkan daerah
ini menunjukkan senagian besar
penelitian berbeda. Responden
responden di kedua daerah
di Ds. Sumber Kembar paling
penelitian menggunakan pupuk
banyak menerapkan jarak tanam
Za, Ponska, dan organic karena
15-20 cm (55%), sedangkan
ketiga jenis pupuk tersebut
responden
umum
di
kedua
Ds.Salamrejo
digunakan
paling banyak menerapkan jarak
memperoleh
tanam
Frekuensi
26-30
Perbedaan
cm
(49%).
jarak
mempengaruhi
pupuk.
pemupukan
dilakukan secara berkala yaitu
pertumbuhan,
3-5 kali dalam satu kali musim tanam.
Jarak tanam yang diterapkan di
Sistem
Ds.Salamrejo cukup jauh antara satu tanaman dengan tanaman karena
untuk
memberikan
cahaya
pengairan
yang
digunakan
responden
Ds.Sumber
Kembar
di dan
Ds.Salamrejo 100% berasal dari
ruang
air hujan. Alasanya di kedua
perkembangan akar, meratakan penerimaan
subsidi
tanam
produksi tanaman cabai rawit.
lainnya
petani,
daerah
matahari
oleh tanaman cabai rawit.
peenlitian
memiliki
saluran
irigasi,merupakan
daerah
kering.
Frekuensi
disesuaikan 13
tidak
atau
pengairan tergantung
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) oleh oleh curah hujan yang
(Ds.Sumber Kembar) dan 22%
turun di daerah penelitian.
(Ds.Salamrejo)
Responden Kembar
di
Ds.Sumber
paling
banyak
terjadi karena gangguan cuaca. Cara memberantas hama porong 100%
modern (62%),berbeda dengan
Responden
Ds.Salamrejo
secara
Ds.Sumber
86.401-172.800, sedangkan di
campuran
Ds.Salamrejo
untuk menghindari kerusakan tanaman,
di
mengeluarkan biaya obat Rp.
Pemilihan
penyiangan
herbisida.
Kembar (43%) sebagian besar
(67%) menggunakan penyiangan campuran.
menggunakan
penyemprotan
cara penyiangan yang digunakan di
hama
porong. Serangan hama porong
menggunakan cara penyiangan
responden
adalah
(42%)
mengeluarkan
menghindari
Rp.
172.801-
penyusutan kandungan organik
259.200.
dalam tanah. Pendangiran di
memperlihatkan
Ds.Salamrejo
daerah
lebih
menggunakan
penelitian
dilakukan
Data
banyak
tersebut
sedikit berbeda tergantung cara
obat-obatan untuk memberantas
penyianagan. Ketika responden
hama dan penyakit.
menggunakan penyiangan secara
6) Panen dan Pasca Panen
modern maka pendangiran harus
Tanaman cabai rawit siap
menunggu
1
minggu
sebab
dipanen setelah berusia antara
menunggu
kandungan
bahan
3,5-4
kimia
menghilang.
dengan cara
responden
Ds.Sumber
Kembar (97%) dan di Ds.
dapat
Salamrejo (85%) melakukan
pendangiran
dan
di
mekanik
dilakukan secara bersamaan. 5) Hama
Frekuensi
pemetikan dalam satu bulan
penyiangan
menggunakan maka
berbeda
bulan.
Penyakit
pemetikan sebanyak 4 kali,
yang
karena menyesuaikan tingkat
Menyerang Tanaman Cabai
kematangan buah cabai dan
Rawit
permintaan
pasar.
pemetikan
responden
Ds.Sumber
Kembar
Hama dan penyakit yang paling tanaman
banyak cabai
menyerang rawit
27%
Waktu di (43%)
dilakukan pada pagi hari karena 14
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) menghindari
sinar
matahari
Wilayah
yang
biasanya
yang dapat merusak buah cabai,
dijadikan pendistribusian hasil
berbeda dengan responden di
panen cabai rawit di kedua
Ds.Salamrejo yang melakukan
daerah penelitian paling besar
pemetikan pada pagi,siang,dan
adalah di luar provinsi yaitu
sore (55%), karena mengejar
Jakarta, Kalimantan, Sumatera,
harga
dan Bali.
pasar,
mempercepat
proses pemetikan.
d. Hambatan
usaha tani cabai rawit di kedua
peemtikan untuk menghindari
daerah penelitian adalah hambatan
kerusakan buah, agar tidak
campuran.
jual.
yaitu
pemasaran cabai rawit paling banyak
di
kedua
Besar desa
rawit kepada tengkulak. Besar
hasil karena
panen
ke
hasil
daerah
pegunungan,
teras
iring,
pemberian
pupuk kandang, pengolahan lahan menggunakan
langsung
cara
pengistirahatan
tradisional,
lahan
untuk
beberapa bulan.
pertanian. Kegiatan pemasaran
pendistribusian
di
penganti
tengkulak,
mencangkup
Desa
mengatasi yaitu membuat bedengan
mendatangi responden ke lahan
selalu
untuk
Tanah kurang subur. Solusi untuk
menjual
tengkulak
88%
digunakan untuk mengairi pertanian.
ini
responden di kedua daerah memilih
masing-masing
terdabatasnya sumber mata air yang
hanya
menunjukkan sebagian besar
penelitian
adalah
berada
untuk tempat menjual hasil
Hal
persentase
daerah penelitian karena wilayah ini
Salamejo. Persentase terendah
1%.
keempat
yang kompleks terjadi di kedua
Kembar dan 97% di Desa
sebesar
dari
Desa Salamrejo. Hambatan fisik
adalah 82% di Desa Sumber
pasar
perpaduan
campuran
Sumber Kembar dan 67% untuk
persentase masing-masing desa
adalah
Hambatan
hambatan faktor fisik yang ada.
daerah
penelitian menjual buah cabai
panen
dalam
Hambatan fisik yang menyerang
dilakukan bersamaan dengan
harga
Solusi
Usaha Tani Cabai Rawit
Sortasi buah cabai rawit
menurunkan
dan
Hambatan
tempat
non
fisik
paling
banyak responden di kedua daerah
panen.
penelitian 15
dapatkan
adalah
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) kekurangan modal. Masing-masing
e. Perbedaan Produktivitas Usaha
besar persentase di kedua daerah panelitian yaitu 77%
Tani Cabai Rawit
untuk Desa
1) Produksi
Sumber Kembar dan 73% untuk
dalam
satu
kali
musim panen
Desa salamrejo. Hambatan yang
Rata-rata produksi cabai rawit
berasal dari tenaga kerja menduduki
dalam satu kali musim panen
persentase terendah yaitu 2% dan
untuk Ds.Sumber Kembar adalah
terdapat di Desa Sumber Kembar.
1.247,65 kg dan rata-rata di
Penyebab
Ds.Salamrejo
responden
di
kedua
2.819,03
kg.
daerah penelitian sebagian besar
Perbedaan besar produksi cabai
mengalami
hambatan
berupa
rawit di kedua daerah penelitian
kekurangan
modal,
karena
di pengaruhi oleh jarak tanam
responden enggan mengambil resiko
yang terlalu dekat, gangguan
yang cukup tinggi untuk meminjam
cuaca, pola pemeliharaan yang
ke
bank,
sehingga
responden
kurang tepat, dan ketersediaan air
modal
seadanya.
di daerah penelitian tergolong
mengatasinya
sedikit dan hanya mengandalkan
menggunakan Solusi
untuk
meminjam modal kepada keluarga,
curah hujan.
menyimpan sisa hasil panen berupa uang
maupun
barang
2) Produktivitas Kotor
untuk
Produktivitas
dijadikan modal cadangan.
kotor
merupakan hasil perkalian dari
Hambatan yang berasal dari
produksi dalam satu kali musim
pengelolaan mayoritas responden di
panen dikalikan harga jual. Rata-
kedua daerah panelitian berasal dari
rata produktivitas kotor yang
serangan
diterima responden di Ds.Sumber
dan
gangguan
hama
penyakit. Masing-masing sebesar
Kembar
63% di Desa Sumber Kembar dan
berbeda. Rata-rata produktivitas
72% di Desa Salamrejo. Solusi yang
kotor di Ds.Sumber Kembar Rp.
telah
7.547.117,
sedangkan
Ds.Salamrejo
Rp.
dilakukan
pemberian
oleh
responden
pestisida
dengan
dan
Ds.Salamrejo
di
16.180.879.
frekuensi maksimal 4 kali dalam
Perbedaan ini dipengaruhi oleh
satu kali musim tanam.
produksi cabai di Desa Sumber Kembar
lebih
sedikit
dibandingkan dengan produksi 16
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) cabai rawit di Desa Salamrejo.
per satuan luas lahan. Rata-rata
Rata-rata
yang
produktivitas bersih per 1000 m2
ditetapkan oleh tengkulak kepada
dalam satu kali musim panen di
responden cukup rendah, kondisi
daerah penelitian untuk Desa
fisik yang kurang sesuai terutama
Sumber Kembar Rp.3.923.859
di Desa Sumber Kembar.
dan Rp 15.913.815 untuk Desa
harga
jual
Salamrejo.
3) Biaya Produksi Biaya produksi merupakan
Hal
yang
menyebabkan perbedaan cukup
jumlah uang yang yang harus di
besar
keluarkan petani dalam usaha
produktivitas bersih di Desa
tani cabai rawit. Rata-rata total
Salamrejo dan Desa Sumber
biaya produksi yang dikeluarkan
Kembar yaitu karena adanya
responden
perbedaan
di
kedua
daerah
pada
rata-rata
perlakuan
seperti
penelitian adalah Rp. 1.596.810
penerapan jarak tanam, kondisi
(Desa
Sumber
Kembar),
fisik di Desa Salamrejo sesuai
Desa
Salamrejo
untuk usaha tani cabai rawit di
Rp.1.593.553, selisih biaya yang
bandingkan dengan kondisi fisik
dikeluarkan cukup sedikit, hal
di Desa Sumber Kembar yang
ini
kurang
sedangkan
karena
kedua
responden
sesuai,
sama-sama mengeluarkan biaya
pemeliharaan
untuk pupuk, obat, dan tenaga
pemberian
kerja, tetapi responden di Desa
pemberantasan
Sumber Kembar lebih banyak
penyakit.
menggeluarkan
biaya
terutama pupuk
yang di keluarkan lebih banyak
Usaha Tani Cabai Rawit
Hubungan
biaya
produksi
dengan produktivitas bersih di
bersih hasil
Produksi
Desa Sumber Kembar
4) Produktivitas Bersih
merupakan
Biaya
Bersih
dengan Produktivitas Bersih di
keluarkan
responden di Desa Salamrejo.
Produktivitas
Produktivitas
1) Hubungan
di bandingkan dengan rata-rata di
dan
f. Hubungan Antara Biaya Produksi
untuk
Dengan
yang
dan
hama
tenaga kerja sehingga rata-rata
biaya
sistem
Ds.Sumber
dari
Kembar
adalah
pengurangan produktivitas kotor
hubungan positif tetapi lemah
dengan biaya produksi dibagi
karena nilai koefisien 0,210, 17
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) terdapat perbedaan perbedaan
Ketersediaan
biaya produksi yang dikeluarkan
topografi
tidak
permanen).
sesuai
produktivitas
dengan
bersih
yang
air,
(faktor
pH
tanah,
pembatas
non
2. Lama usaha tani 33% (Ds. Sumber
diterima.
Kembar) dan 30%(Ds. Salamrejo) Produksi
adalah 1-10 tahun, Besar modal
dengan Produktivitas Bersih
35% (Ds.Sumber Kembar) Rp. ≤
di Desa Salamrejo
Rp.1.964.000, sedangkan responden
2) Hubungan
Hubungan
Biaya
biaya
produksi
di
Desa
Salamrejo
30%
dengan produktivitas bersih di
mengeluarkan modal Rp 1.964.001-
Ds. Salamrejo adalah hubungan
3.928.000. Asal modal responden
negative linier sempurna karena
92% (Ds.Sumber Kembar) dan 91%
nilai
(Ds.Salamrejo) adalah dari modal
koefisien
menunjukkan
angka -0,197, petani cenderung
sendiri.
melakukan pengelolaan secara
responden
tradisional, peningkatan biaya
penelitian sebesar 40% dan 28% di
produksi
terjadi
Desa Salamrejo adalah ≤ 1.327 m²,
perbedaan besar produktivitas
dengan status lahan milik sendiri.
bersih yang diterima, kondisi
Tenaga
fisik di Desa Salamrejo yang
responden
cukup sesuai untuk usaha tani
penelitian adalah tenaga kerja upah.
cabai rawit.
Responden di Desa Sumber Kembar
sehingga
Lahan di
kerja
yang
digunakan
kedua
yang
di
daerah
digunakan
kedua
daerah
(63%) lebih besar dibandingkan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
responden di Desa Salamrejo (54%).
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan data
Biaya tenaga kerja di kedua daerah
penelitian yang telah diperoleh, maka
penelitian
dapat
responden di Desa Salamrejo (73%)
ditarik
kesimpulan
sebagai
≤
Rp.1.820.000,
berikut:
lebih besar dibandingkan responden
1. Kondisi fisik di Ds. Sumber Kembar
di Desa Sumber Kembar (70%).
tidak sesuai, sedangkan kondisi fisik
Responden
di
di Ds. Salamrejo sesuai untuk usaha
penelitian
untuk
tani cabai rawit. Faktor pembatas
pertanian menggunakan motor besar
berupa
temperatur
persentase 61% (Ds.Sb.Kembar) dan
permanen).
76% (Ds.Sl.Rejo). Alat pengolah
(faktor
curah
hujan,
pembatas
18
kedua menuju
daerah lahan
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) lahan yang digunakan responden di
Ponzka,
kedua daerah penelitian adalah alat
responden
tradisional
85%
penelitian menggunakan air hujan
85%
untuk pengairan usaha tani cabai
(Ds.Sl.rejo). Responden di Desa
rawit. Responden di Desa Sumber
Sumber
dan
Kembar (62%) menggunakan cara
responden di Desa Salamrejo (52%)
penyiangan modern berbeda dengan
memperoleh
responden di Desa Salamrejo (67%)
sebesar
(Ds.Sb.Kembar)
dan
Kembar
(57%)
pengetahuan
dari
dan di
organik.
100%
kedua
daerah
petani lain.
menggunakan
Responden di Desa Sumber Kembar
campuran. Hama dan penyakit yang
(57%) dan responden di Desa
menyerang usaha tani cabai rawit
Salamrejo
terlibat
menurut responden di Desa Sumber
penyuluhan
Kembar (27%) dan responden di
dalam
(52%)
tidak
kegiatan
pertanian.
Desa
3. Pengolahan lahan terdiri dari empat
cara
Salamrejo
penyiangan
(22%)
adalah
porong. Waktu pemetikan yang
tahap. Lama pengolahan lahan di
dilakukan
Desa Sumber Kembar (67%) dan
Sumber Kembar (43%) adalah di
Desa Salamrejo (52%) adalah 2-17
pagi hari berbeda dengan waktu
hari. Responden di Desa Sumber
pemetikan yang responden Desa
Kembar (94%) dan responden di
Salamrejo (55%) adalah di pagi,
Desa Salamrejo (88%) memperoleh
siang, dan sore. Responden di Desa
bibit cabai rawit dari pembibitan
Sumber Kembar (82%) lebih kecil
sendiri. Umur pembibitan di Desa
di bandingkan responden di Desa
Sumber Kembar (80%) dan di Desa
Salamrejo
Salamrejo (82%) adalah 27-39 hari.
panen pada tengkulak.
Jarak
tanam
yang
responden
(97%)
di
menjual
Desa
hasil
diterapkan
4. Responden di Desa Sumber Kembar
responden di Desa Sumber Kembar
(88%) lebih besar di bandingkan
(55%) adalah 15-20 cm berbeda
responden di Desa Salamrejo (67%)
dengan jarak tanam yang digunakan
yang menyatakan hambatan yang
responden di Desa Salamrejo (49%)
berasal dari faktor fisik adalah
adalah 26-30 cm. Responden di
hambatan
Desa Sumber Kembar (33%) dan
mengatasi hambatan fisik berupa
responden di Desa Salamrejo (34%)
pembuatan
menggunakan
pupuk organik, pemberian pupuk,
jenis
pupuk
ZA, 19
campuran,
bedengan,
solusi
pemberian
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) pengistirahatan lahan. Responden di
bersih
di
Desa
Desa Sumber Kembar (77%) dan
(Rp.15.913.815).
Salamrejo
responden di Desa Salamrejo (73%)
6. Hubungan biaya produksi dengan
mengatakan hambatan terbesar dari
produktivitas bersih di Desa Sumber
faktor non fisik berasal dari modal,
Kembar adalah hubungan positif
solusi mengatasi hambatan berupa
tetapi
kekurangan modal yaitu meminjam
produksi
pada keluarga, menyimpan hasil
bersih di Desa Salamrejo adalah
panen berupa uang. Responden di
negatif linier sempurna.
Desa Salamrejo (72%) lebih besar di bandingkan
responden
di
lemah.
Hubungan
dengan
biaya
produktivitas
B. Saran
Desa
1. Pemerintah sebaiknya memberikan
Sumber Kembar (63%) berasal dari
penyuluhan secara intensif kepada
serangan hama dan penyakit, solusi
petani mengenai pengelolaan usaha
untuk mengatasi hambatan berupa
tani cabai rawit pada pertanian lahan
serangan hama dan penyakit adalah
kering,
dengan melakukan penyemprotan.
pelatihan
agar
petani
mampu
5. Rata-rata produksi di Desa Sumber
mengolah
hasil
panen
menjadi
Diadakannya
pelatihan-
Kembar (1.247,65kg) lebih kecil
olahan produk untuk meningkatkan
dibandingkan rata-rata produksi di
harga jual. Pendirian koperasi desa
Desa Salamrejo (2.819,03kg). Rata-
untuk
rata produktivitas kotor di Desa
memperoleh
Salamrejo
(Rp.16.180.879)
Menyelengarakan
besar
dibandingkan
lebih rata
memudahkan
pembangunan
pupuk
petani bersubsidi. sekolah
untuk
petani
produktivitas kotor di Desa Sumber
bertujuan meningkatkan kecepatan
Kembar (7.547.117). Rata-rata total
pembangunan usaha tanai cabai
biaya produksi di Desa Sumber
rawit pada pertanian lahan kering.
Kembar (Rp.1.596.810) lebih besar
2. Petani membuat embung atau danau
dibandingkan rata-rata total biaya
buatan untuk menampung air hujan
produksi
Salamrejo
untuk memudahkan petani dalam
Rata-rata
melakukan pengairan untuk tanaman
produktivitas bersih di Desa Sumber
cabai rawit meskipun curah hujan
Kembar (Rp.3.923.859) lebih kecil
rendah. Pembuatan infus sederhana
dibandingkan rata-rata produktivitas
dari botol mineral bekas yang diberi
di
(Rp.1.593.553).
Desa
20
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) selang kecil untuk mengalirkan air
David Grigg. 1995. The Harsh Lands A
di tanaman cabai rawit.
Study
In
Agricultural
Development.
Tjakrawiralaksana
dan
Cuhaya
Diana Kustantini. 2012. Peningkatan
Soeriaatmadja. (1983). Usahatani.
Produktivitas
Jakarta: Depdikbud.
Tanam
Tani Buku Pegangan Mahasiswa.
Politeknik
Sari
Benih
pada Kapas
Surabaya :
BBP2YP Eva
AKK. 1985. Dasar-Dasar Bercocok Tanam.
Banowati.
2013.
Geografi
Pertanian. Yogyakarta : Ombak
Yogyakarta : Kanisius Kartasapoetra.
Klimatologi
Pendapatan
(Gossypium spp).
Pertanian
Negeri Jember.
Gunarsih
Tumpang
Produksi
Jember : Departemen Pendidikan Nasional
dan
Petani Melalui Penggunaan Pola
Abdoel Djamali. 2000. Manajemen Usaha
Ance
The
Macmillan Press.
DAFTAR PUSTAKA Abbas
London:
Pengaruh
2012.
Fred L. Benu. 2013. Revisitasi Lahan
Ilkim
Kering. Jakarta : JP II Publising
Terhadap Tanah dan Tanaman
House
Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara Hasan Basri Jumin. 2010. Dasar-Dasar
----------. 2013. Kiat Sukses Berinovasi Cabai.
Agronomi Edisi Revisi. Jakarta :
Jakarta : Dinas Pertanian
Rajawali Press
Bambang Cahyono. 2007. Cabai Rawit Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha
Husni, dkk. 2014. Analisis Finansial
Tani. Yogyakarta : Kanisius
Usahtani Cabai Rawit (Capsicum
Bambang Guritno. 2013. Pola Tanam di
frutescens) Di Desa Purwajaya
Lahan Kering. Malang : UB Press
Kecamatan
Bambang, Prasetyo & Lina Miftahul Jannah. 2005. Kuantitatif.
Metode Jakarta.
Jurnal
Agrifor (Volume XIII Nomor 1).
Penelitian PT
Loajanan.
Halaman 49-52.
Raja Isa
Grafindo Persada.
Darmawijaya.
1992.
Klasifikasi
Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti
Bayong Tjasyono. 2004. Klimatologi edisi
Tanah dan Pelaksana Pertanian di
kedua. Bandung : ITB
Indonesia. Yogyakarta:
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1991.
Mada University Press.
Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES 21
Gadjah
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) Iwan
Setiawan.
2008.
Alternatif
Kecamatan
Kabupaten
Pemberdayaan Bagi Peningkatan
Purworejo. Jurnal Surya Agritama
Kesejahteraan Petani Lahan Kering
(Volume 2 Nomor 1). 76-87.
Studi Literatur Petani Jagung di
Rita Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi
Jawa Barat. Bandung : Jurusan
Pertanian. Yogyakarta : Andi
Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Setiadi. 2007. Jenis dan Budi Daya
Pertanian Universitas Padjadjaran.
Cabai Rawit. Jakarta : Penebar
Kemas Ali Hanafiah. 2010. Dasar-Dasar Ilmu
Swadaya
Tanah. Jakarta : Rajawali Press Sri
Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1989.
Subroto.
Moh.Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian
1985.
Etnografis.
Pokok
Departemen
dan
Kebudayaan
Modernisasi. Jakarta : CV Yasaguna
Kebudayaan.
Pertanian
Sistem
Pertanian
Tinjauan Secara Arkeologis dan
Mosher. 1977. Mengerakkan dan Membangun
Pembangunan
Koleksi
Tradisional Pada Masyarakat Jawa
Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Syarat-Syarat
2012.
Sumbawa
LP3ES.
Pertanian
Hindrawati.
Leguminosa. Sumbawa : BPTU
Metode Penelitian Survei. Jakarta :
Muhammad Akib Tuwo. 2011. Ilmu Usaha
Puji
Grabag
Sugiyono.
Yogyakarta Pendidikan Direktoral
2011.
Metode
: dan
Jenderal
Penelitian
Tani Teori dan Aplikasi Menuju
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Sukses. Kendari : Unhalu Press
Bandung : Alfabeta.
Astuti,
dkk.
2013.
Faktor-Faktor
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur
Penyebab Rendahnya Minat Petani
Penelitian.
Untuk Menerapkan Budidaya CAbai
Mahasatya.
Merah
Ramah
Lingkungan
Di
Jakarta
:
PT
Asdi
Suharyono dan Moch. Amin. 1994.
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal
Pengantar
JIIIA (Volume 1 Nomor 1). 87-92.
Filsafat
Geografi.
Jakarta : Departemen Pendidikan
Ragil, dkk. 2013. Analisis Usahatani Cabai
dan Kebudayaan
Rawit ( Capsium fretescens L) di Lahan Tegalan Desa Kerawangrejo 22
Usaha Tani Cabai Rawit….(Dian Oktavina P.) ------------------. 2013. Pengantar Filsafat
Yogyakarta, 13 Juli 2015
Geografi. Jakarta : Departemen
Reviewer,
Pendidikan dan Kebudayaan Sukandar
Wiriaantmadja.
1983.
Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Derektorat Pendidikan Menengah
Dr.Hastuti, M.Si
Kejurusan
NIP. 19620627 198702 2 001
Sumeru Ashari. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya.
Jakarta
:
Universitas
Dosen Pembimbing,
Indonesia Suwardji. 2003. Profil Wilayah Lahan Kering Propinsi NTB : Potensi, Tantangan
dan
Pengembangannya.
srategi Suparmini, M.Si
Makalah
NIP. 1954110 198003 2 001
Seminra Nasional FOKUSHIMITI BEW III di Mataram : Universitas Mataram Tim Penyusun. 2011. Kabupaten Blitar Dalam Angka 2011. Blitar : Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar -----------------. 2013. Kabupaten Blitar Dalam Angka 2013. Blitar : Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar ----------------. 2014. Binangun Dalam Angka 2014. Blitar : Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar Whynne, Charles dan Hammond. (1985). Elements of Human Geography Second Edition. London: George Allen & Unwin. 23