Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
URGENSI PENERAPAN ISO 9000, ISO 14000 DAN HAZARD ANALYTICAL CRITICAL CONTROL POINT PADA AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT Wawan Kurniawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti Email :
[email protected]
ABSTRAK Makalah ini membahas urgensi penerapan ISO 9000, ISO 14000 dan Hazard Analytical Critical Control Point pada agroindustri Kelapa Sawit. Pada agroindustri kelapa sawit untuk menghadapi persaingan pasar internasional dan tuntutan globalisasi tidak cukup hanya mengandalkan sistem manajemen ISO 9000 saja, tetapi juga ISO 14000. Penerapan ISO 14000 perlu dilakukan untuk menghadapi isu-isu kerusakan lingkungan dimana semakin banyak dituduhkan oleh beberapa pihak terhadap agroindustri kelapa sawit ini. Selain itu karena sebagian produk dari kelapa sawit ini menjadi berbagai bahan pangan, maka sistem manajemen keamanan pangan juga sangat urgen untuk diterapkan.. Kata kunci: ISO 9000, IS0 14000, HACCP, agroindustri kelapa sawit
PENDAHULUAN Keamanan pangan menjadi penting untuk diperhatikan tidak hanya menyangkut produk-produk pangan yang diekspor tetapi produk yang dikonsumsi di dalam negeri pun keamanan pangan harus menjadi kesadaran semua pihak. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sangat memperhatikan keamanan pangan bagi rakyatnya hal ini dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Bioterorisme di Amerika Serikat (www.pikiranrakyat.com) dan EUREPGAP PROTOCOL (www.eurepgap.org) Produk pangan yang berasal dari kelapa sawit perlu memperhatikan sistem keamanan ini. Girsang (2007), mengatakan bahwa system keamanan pangan (HACCP) perlu diterapkan di Pabrik Kelapa Sawit mengingat kebutuhan sertifikasi HACCP sangat perlu untuk ekspor di masa depan. Adanya beberapa penyimpangan mutu CPO yang terjadi, seperti kasus CPO yang tercampur solar di Belawan, ditemukannya senyawa asing seperti pasir, tanah, dioxin, sudan red, dan lain-lain mengakibatkan adanya penambahan standar yang diterapkan oleh negara-negara pengimpor CPO seperti standar lingkungan, keamanan pangan, dan ketentuan-ketentuan perdagangan.Selanjutnya (Hiel, 2005) dalam Girsang (2007) mengemukakan satu contohnya adalah European Food Safety Legislation yang menekankan tentang “food safety control in the palm oil chain”, yang mengharuskan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) mengupayakan sistem jaminan keamanan pangan sehingga CPO yang dihasilkan diterima oleh negara-negara tujuan ekspor. Selain itu masalah manajemen lingkungan pada perkebunan kelapa sawit menjadi perhatian internasional karena ikut menyumbang kepada pemanasan global teruatama pada pembukaan lahan kelapa sawit. Tujuan dari penulisan makalah ini membahas Urgensi Penerapan ISO 9000, ISO 14000 Dan Hazard Analytical Critical Control Point Pada Agroindustri Kelapa Sawit
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
TEORI PENDUKUNG Manajemen Mutu ISO 9000 merupakan seri standar internasional untuk sistem mutu yang menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen, dengan tujuan menjamin bahwa pemasok menyerahkan atau memproduksi barang atau jasa sesuai persyaratan yang ditetapkan. Seri ISO 9000 direvisi setiap enam tahun sekali dan pada tahun 2000 dilakukan revisi ISO 9000 (Gaspersz,2001). Dalam suatu industri pangan selain manajemen mutu diperlukan juga suatu sistem manajemen HACCP (Thaheer, 2005) Manajemen Lingkungan ISO 14000 adalah standar system manajemen lingkungan untuk menjaga lingkungan untuk menjaga kelestarian akibat dari suatu kegiatan perusahaa. Masalahmasalah yang menimbulkan lingkungan hidup (Rothery, 1996 dalam Nasution, 2005) adalah emisi udara, pembuangan limbah cair, penyediaan air minum dan pengolahan limbah rumah tangga, limbah, gangguan, kebisingan bau, radiasi, fasilitas, tanaman dan kehidupan liar analisis dampak lingkungan, pengemasan, penggunaan bahan dan penggunaan energi. Berrdasarkan masalah tersebut manjemen lingkungan sangat terkait dengan masalah penggunaan produk, pembuangan produk, kemananan proses/keselamatan masyarakat, dan kesehatan serta keselamatan karyawan. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan lingkungan di suatu industri kelapa sawit (Yoh,2006; Aprilianto,dkk 2006; Wenten, 2006, Ooi, etc 2006, Schuchardt 2006) telah banyak dilakukan. Penanganan lingkungan khususnya limbah,menurut Thaheer (2005) termasuk sebagai prerequest program HACCP. Ketentuannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 362/Menkes/Per/I/1998. Permasalahan limbah sebenarnya adalah isu yang saling tumpang tindih antara masalah kesehatan, keselamatan kerja, keamanan pangan dan kelestarian lingkungan. Selanjutnya Thaher (2005) menyatakan bahwa kegagalan penanganan limbah bukan hanya akan berdampak kepada pencemaran lingkungan hidup, tetapi juga membahayakan tenaga kerja dan menimbulkan kontaminasi kepada produk yang dihasilkan. Manajemen limbah adalah upaya untuk mengatasi sedapat mungkin agar limbah yang dihasilkan oleh aktivitas produksi tidak membahayakan. Sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) Berbagai metode serta sistem pengendalian keamanan pangan sebagai jaminan mutu dan keamanan pangan (food safely assurance) telah banyak digunakan dan dikembangkan oleh industri pengolahan makanan. Salah satu metode yang banyak dikembangkan dewasa ini adalah penerapan sistem HACCP yang merupakan suatu sistem manajemen yang menjamin mutu dan keamanan pangan berdasarkan konsep pendekatan yang rasional, sistematis dan komprehensif dalam mengidentifikasi dan mengontrol setiap bahaya yang berisiko terhadap mutu dan keamanan produk pangan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Pierson dan Corlett, 1992 dalam Thaheer, 2005) yang mengatkan bahwa sistem HACCP bersifat pencegahan yang berupaya untuk mengendalikan suatu areal atau titik dalam sistem pangan yang mungkin bekontribusi terhadap suatu kondisi bahaya, baik kontaminasi mikroorganisme patogen, objek fisik, kimiawi terhadap bahan baku, suatu proses, penggunaan langsung oleh pengguna ataupun kondisi penyimpanan.
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Beberapa program prasyarat yang harus dilakukan sebelum mengaplikasikan HACCP adalah diterapkannya GMP (Good Manufacturing Practice) dan SSOP (Sanitation Standard Operation Procedure) . Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) memiliki siklus produksi ekonomis 25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda karena belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 30-36 bulan dan pada usia tujuh sampai lima belas tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut produksi Tandan Buah Segar (TBS) mencapai puncaknya. Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan. Pelepah dan batang sawit bisa dijadikan pulp dan kertas, pakan ternak serta furniture. Tandan kosong dapat dimaanfaatkan sebagai pupuk kompos, pulp dan kertas, karbon, dan rayon. Cangkang inti sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar dan karbon, sedangkan ampas inti sawit bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Serat mesokarp dapat diolah menjadi medium density fibre-board dan bahan bakar. CPO dan PKO dapat diolah menjadi produk pangan dan non pangan. Produk pangan antara lain minyak goreng, margarin, shortening, emulsifier, minyak makan merah, susu kental manis, vanaspati, confectioneries, es krim, dan yoghurt. Sedangkan produk non pangan antara lain biodiesel, pelumas, lilin, senyawa ester, kosmetik, farmasi, dan lain-lain (PPKS, 2006). CPO merupakan hasil dari unit pengolahan paling hulu dalam industri pengolahan kelapa sawit, dimana prosesnya juga merupakan titik kritis dalam alur hidup ekonomi buah kelapa sawit khususnya dan industri kelapa sawit umumnya. Sifat yang krusial tersebut disebabkan oleh beberapa faktor penting berikut : a. Sifat buah sawit yang segera mengalami kerusakan/penurunan mutu dan rendemen bila tidak segera diolah. b. CPO merupakan bahan antara industri olahan kelapa sawit dimana mutunya menentukan dayagunanya untuk diolah menjadi produk akhir industri dan konsumen rumah tangga seperti olein, stearin, minyak goreng, dan lain-lain. PEMBAHASAN Urgensi penerapan sistem manajemen mutu ISO 9000, lingkungan dan keamanan pangan merupakan sistem saling terkait. Gumbira-Sa’id (2006) mengemukakan ketiga sistem tersebut sebagai Manajemen Mutu Paripurna. Hal ini dikarenakan untuk produk-produk pertanian tidak cukup hanya manajemen mutu saja tetapi juga produk pertanian menyankut keamanan produk untuk dikonsumsi sekaligus dalam proses dari mulai pembukaan lahan, pembibitan, proses penanaman, proses produksi harus ramah lingkungan. Oleh karena itu sertifikasi mutu untuk produk agroindustri termasuk kelapa sawit harus memperhatikan ketiga sistem ini sebagai satu kesatuan. Hal ini digambar Gumbira-Sa’id (2006) dalam gambar berikut ini.
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
HACCP
ISO SERI 14000
ISO SERI 9000
Gambar 1. Fokus Sertifikasi Mutu Produk Agribisnis/ Agroindustri
(Sumber: Sa’id, 2006) Penerapan ketiga sistem mutu tersebut dapat diintegrasikan sebagai suatu sistem dimaksudkan untuk mempermudah bagi pihak-pihak yang berkepentingan misalnya industri pertanian (kelapa sawit) dalam penerapan sistem manajemen mutu. Penerapan manajemen mutu secara kompehensif atau paripurna sangat diperlukan untuk menjawab tantangan globalisasi dan peningkatan daya saing baik industri pertanian (agroindustri) maupun industri lainnya.. Pahan (2006 ), dan Sutriandi, dkk (2006) mengemukakan pentingnya penerapan ketiga sistem manajemen tersebut dalam suatu industri pertanian. Berikut adalah konsep kesetaraan dari beberapa sistem manajemen mutu: Tabel 1. Kesetaraan Prinsip ISO 9001:2000, ISO 14001:2004, Per Menaker No. Per05/Men/1995, SNI 01-4852-199 ( Sumber: Thaheer (2005) No
Prinsip Penerapan
ISO 9001:2000(E) Quality Management System
ISO 14001:2004(E) Environmental Management System
Per Menaker No. Per05/Men/1995, SMK3 Aturan 1.1 Kepemimpinan dan Komitmen
SNI 01-48521998 HACCP
Contoh Perusahaan
1
Komitmen Manajemen
Aturan 4.2: Kebijakan lingkungan Aturan 4.4.1: Struktur dan Tanggung Jawab
2
Initial Review atau Ealuasi Awal
3
Dokumentasi dan pengendalian
Aturan 5.0: Tanggung jawab manajemen Aturan 6.0: Manajemen Sunber Daya Aturan 5.2: Persyaratan Pelanggan Aturan 5.3: Persyaratan hukum perundangan Disarankan: diagnostic study Aturan 5.6.5: Manual Mutu Aturan 5.6.6: Pengendalian dokumen Aturan 5.6.7: Pengendalian rekaman
Aturan Umum: Pembentukan Tim oleh Perusahaan
Aturan Lampiran A: Saran untuk kaji awal lingkungan
Aturan 1.2: Tinjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja
Prinsip 1: Analisis Bahaya dan cara pencegahan
1. Pernyataan Kebijakan oleh perusahaan 2. Surat Keputusan pimpinan perusahaan tentang penanggung jawab penyelenggaraan sistem 1. Laporan hasil evaluasi dini
Aturan Aturan4.4.5: Pengendalian dokumen Aturan 4.5.3: Rekaman
Aturan 3.2.2: Pelaporan Aturan 3.2.3: Pendokumenta sian Aturan 3.2.4: Pengendalian dokumen Aturan 3.2.5: Pencatatan dan manajemen oinformasi
Prinsip 6: Menetapkan prosedur pencatatan yang efektif
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-4
Dokumen
1.Ada buku panduan kerja 2.Ada catatan hasil kerja yang resmi.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008 4
Pengendalian Pengadaan Bahan
Aturan 5.5: Perencanaan Aturan7.4: Pembelian
Aturan Pengendalian Operasional
4.4.6:
Aturan 3.3.7: Pembelian
5
Pengendalian Operasional
Aturan 7: Realisasi produk dan/atau layanan Aturan 8: Pengnkuran, analisis, dan perbaikan
Aturan 3.3.3: Tindakan pengendalian
6
Sumber Daya Manusia
Aturan 5.6: Sistem Manajemen Mutu Aturan 6.2: Sumber Daya Manusia Aturan 6.3: Informasi
7
Pengendalian keluaran dan Penyerahan
Aturan 5.2: Persyaratan pelanggan Aturan 7.5.3: Properti pelanggan Aturan 7.5.4: Penanganan,pengepakan ,pengawetan, dan penyerahan
Aturan 4.4.6: Pengendalian operasional Aturan 4.4.7: Cegah tanggap darurat Aturan 4.5: Tindakan pemeriksaan dan koreksi Aturan 4.4.1 Struktur dan tanggung jawab Aturan 4.4.2: Pelatihan,kepedulian dan kompensasi Aturan 4.4.3: Komunikasi Aturan 4.4.6: Pengendalian Operasional Aturan 4.4.7: Cegah tanggap darurat
8
Evaluasi Integrasi
Aturan 5.7: Tinjauan Manajemen Aturan 8: Pengukuran,analisis,dan perbaikan
Aturan 4.5 Tindakan pemerikasaan dan koreksi Aturan 4.6: Tinjauam manajemen
Aturan 4: Pengukuran dan evaluasi Aturan 5: Tinjuan ulang oleh pihak manajemen
Aturan 3.1: Jaminan kemampuan sumber daya manusia Aturan 3.2.1: Komunikasi Aturan 3.3.3: Tindakan pengendalian Aturan 3.3.6: Tinjauan ulang kontrak
Prinsip 1: Analisis Bahaya dan cara Pencegahan Prinsip 2: Identifikasi CCP di dalam pproses Prinsip 3: Menetapkan batas kritis setiap CCP Aturan Umum; Peranan sumber daya manusia pada prinsip 1,2,3,4,5,6 dan 7
1.Daftar Supplier tetap 2.Setiap bahan yang dibeli tercatat 3.Setiap bahan yang dibeli tercatat 1.Ada buku panduan kerja 2.Ditetapkan batasan pekerjaan yang baik dan benar
Prnsip 2: Identifikasi CCP di dalam proses,khususn ya penyerahan Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauan CCP Prinsip 7: Menyusun prosedur verifikasi Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauan CCP Prinsip 5: Menetapkan tindakan koreksi Prinsip 7: Menyusun prosedur verifikasi
1.Ada aturan penyerahan produk kepada pelanggan 2.Ada aturan pengeluaran produk sampng/limbah 3.Semua produl yang dipesan oleh pelanggan dicatat 4.Semua produk (utama/samping/limbah) yang dikeluarkan tercatat
1.Ada struktur organisasi resmi, disertai tugas dan wewenang 2.Digalakkan kegiatan briefing/pengarahan karyawan
1.Ada tata cara pemeriksaan terhadap produk (utama,samping,limbah) dan proses 2.Ada evaluasi rutin yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan 3.Ada laporan evaluasi dan tindakan perbaikan yang sudah dilakukan
KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah ini kesiapan agroindustri kelapa sawit di Indonesia terhadap penerapan ISO 9000, ISO 14000 dan Hazard Analytical Critical Control Point perlu didukung semua pihak untuk dapat memenangi persaingan di pasar internasional. DAFTAR PUSTAKA Aprilianto, HN, DM Sitompul dan Arnold Sinuriat. 2006. Utilizaton Of Palm Oil Mill As An Effort To Improve Palm Oil Plantation Productivity and also Implementing A Zero Waste Palm Oil Production: The Agrinal Experience. International Oil Palm Conference. Bali International Convention Centre Nusa Dua- Bali, Indonesia. IOPRI Girsang, Christin Imelda. 2007. Formulasi Strategi Pengendalian Mutu Dan Keamanan Pangan Produk CPO Di PT Perkebunan Nusantara III Dan minyak Goreng Di PT Astra Argo Lestari. Kompas, 17 Nopember 2007. Kelapa Sawit Berkelanjutan: Ikut Arus atau Tenggelam!. Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Ghalia Indonesia. Bogor.
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Ooi, Ling-Hoak and etc. 2006. Zero-Waste Zero-Discharge Method Of Treating Palm Oil Mill Effluent and Empty Fruit Bunch. International Oil Palm Conference. Bali International Convention Centre Nusa Dua- Bali, Indonesia. IOPRI. Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta PPKS,
2006. Pengenalan Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Bahan TrainingPengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kepala Sawit (PPKS).
Gumbira-Sa’id,E. 2006. Modul : Globalisasi Dan Tantangan Peningkatan Dayasaing Industri Pangan Dan Pertanian Melalui Kinerja Mutu. TIP. IPB. Schuchardt, Frank and etc. 2006. Sustainable Waste Water (POME) and Waste (EFB) Management In Palm Oil Mills By A New Process. International Oil Palm Conference. Bali International Convention Centre Nusa Dua- Bali, Indonesia. IOPRI. Sutriandi, Ridwan dan kawan-kawan. 2006. Oil Palm, Two Faces Of Coin, An Endless Road Towards Sustainability. International Oil Palm Conference. Bali International Convention Centre Nusa Dua- Bali, Indonesia. IOPRI. Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara. Jakarta. Wenten, I.G. 2006. Zero Waste Effluent In Palm Oil Milling Plant. International Oil Palm Conference. Bali International Convention Centre Nusa Dua- Bali, Indonesia. IOPRI. www.eurepgap.org www.pikiran-rakyat.com
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 A-32-9