Urgensi Konversi Sistem di dalam Implementasi Sistem Informasi Kasus : Branchless Banking pada Bank CIMB Niaga
Disusun sebagai Tugas UjianAkhir Triwulan Ke-1 Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen : Dr. Ir Arif Imam Suroso, Msc (CS) Disusun Oleh :
Widya Retno Utami (P056132431.51)
Progam Magister Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor 2014
Widya Retno Utami R51
Hlm 1
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
4
Latar belakang
4
Perumusan Masalah
4
Tujuan
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Konversi Sistem
5
Alasan Melakukan Konversi
6
Rencana Implementasi
7
Implementasi Sistem
8
Kunci Kesuksesan Implementasi Sistem Baru
9
Menyiapkan Dokumentasi
9
Training
10
Mengkonversi Sistem Baru
10
Hal yang Diperhatikan Dalam Pelaksanan Konversi
12
Metode Konversi SI Baru terhadap Sistem Lama
14
Metode Untuk Mengkonversi File Data
19
Faktor keberhasilan Mengkonversi File Data
20
PEMBAHASAN
21
Branchless Banking
21
Alasan Penerapan Branchless Banking
22
Kriteria Branchless Banking
24
Sinergi perusahaan Telekomunikasi dengan Perbankan
24
Hambatan Branchless Banking
25
Profil Bank CIMB Niaga
25
Pionir Bank dengan Sistem Online di Indonesia
27
Bentuk Branchless Banking Bank CIMB Niaga
27
CIMB Clicks
28
Go Mobile
29
Phone Banking 14041
29
Rekening Ponsel dan Digital Lounge
30
Bentuk Konversi yang dilakukan Bank CIMB Niaga
32
PENUTUP Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Widya Retno Utami R51
33 33 34
Hlm 2
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Implentation Process Gambar 2. Metode Konversi terhadap SI Gambar 3. Konversi Langsung SI Gambar 4. Konversi Paralel SI Gambar 5. Konversi Pilot SI Gambar 6. Alur dari Phased / Gradual Conversion Gambar 7. Fitur Security dari CIMB Clicks Gambar 8. Rekening Ponsel dari Branchless Banking Bank CIMB Niaga
Widya Retno Utami R51
9 15 16 17 17 18 29 31
Hlm 3
PENDAHULUAN Latar belakang Untuk meraih kesempatan-kesempatan dalam keadaan persaingan pasar yang ketat, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan pengembangan sistem informasi sehingga teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen sehingga perusahaan atau organisasi melakukan pengalihan atau konversi sistem. Kapasitas sumber daya manusia yang rendah dan minimnya akses terhadap modal merupakan kendala utama bagi masyarakat, selain itu sistem perbankan konvensional yang tersedia selama ini belum mampu menjangkauseluruh lapisan masyarakat karena terkendala berbagai permasalahan mulai dari persoalan manajemen, struktur, hingga persoalan-persoalan teknis lainnya yang tidak memungkinkan perbankan untuk menampung seluruh masyarakat yang unbanked. Branchless Banking merupakan salah satu cara yang efektif untuk memformalkan ekonomi serta untuk menjangkau penduduk yang berlatar belakang unbaked poor. Branchless Banking ini melaksanakan program keuangan inklusif dan layanan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi finansial bagi masyarakat yang terpinggirkan sehingga akan mampu memberdayakan masyarakat miskin. Pada akhirnya, mengarah pada kemajuan perekonomian secara keseluruhan. Keuangan inklusif sangat penting agar akses akan manajemen risiko menjadi tinggi dan mampu mengakomodasi kepentingan finansialnya. Pemanfaatan inovasi teknologi merupakan hal yang penting untuk mendukung penerapan sistem branchless di Indonesia demi meningkatkanpertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Perumusan Masalah Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, maka dalam paper ini penulis akan menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Konversi SI yang dilakukan Bank CIMB Niaga. 2. Maksud dan alasan diterapkan Branchless Banking. 3. Bentuk – bentuk Branchless Banking yang dilakukan Bank CIMB Niaga. Tujuan Tujuan dilakukannya penulisan paper ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi bentuk konversi dalam Sistem Informasi yang dilakukan Bank CIMB Niaga 2. Mengidentifikasi alasan diterapkan Branchless Banking 3. Mengidentifikasi jenis – jenis konversi sistem yang baru yaitu Branchless banking yang dilakukan oleh Bank CIMB Niaga.
Widya Retno Utami R51
Hlm 4
TINJAUAN PUSTAKA Konversi Sistem Konversi sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama atau proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru. Derajat kesulitan dan kompleksitas dalam pengkonversian dari sistem lama ke sistem baru tergantung pada sejumlah faktor. Jika sistem baru merupakan paket perangkat lunak terbungkus (canned) yang akan berjalan pada komputernya yang baru, maka konversi akan relatif lebih mudah. Jika konversi memanfaatkan perangkat lunak terkustomisasi baru, database baru, perangkat komputer dan perangkat lunak kendali baru, jaringan baru dan perubahan drastis dalam prosedurnya, maka konversi menjadi agak sulit dan menantang. Sebelum konversi sistem dilakukan baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa saja yang termasuk ke dalam Komponen Sistem Informasi itu sendiri. Komponen Sistem Informasi adalah komponen yang membentuk sistem atau seluruh elemen yang membentuk suatu sistem informasi. Komponen sistem informasi terbagi menjadi dua yaitu komponen Sistem informasi secara fungsional dansistem informasi secara fisik: 1. Komponen Sistem Informasi Secara Fungsional Komponen sistem informasi adalah seluruh komponen yang berhubungan dengan teknik pengumpulan data, pengolahan, pengiriman, penyimpanan, dan penyajian informasi yang dibutuhkan untuk manajemen, meliputi: a. Sistem Administrasi dan Operasional Sistem ini melaksanakan kegiatan-kegiatan rutinseperti bagian personalia, administrasi dan sebagainya dimana telah ditentukan prosedur-prosedurnya dan sistem ini harus diteliti terus menerus agar perubahan-perubahan dapat segera diketahui. b. Sistem Pelaporan Manajemen Sistem ini berfungsi untuk membuat dan menyampaikan laporan-laporan yang bersifat periodik kepada pengambil keputusan atau manajer. c. Sistem Database Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data dan informasi oleh beberapa unit organisasi, dimana database mempunyai kecenderungan berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi, sehingga interaksi antar unit akan bertambah besar yang menyebabkan informasi yang dibutuhkan juga akan semakin bertambah. d. Sistem Pencarian Berfungsi memberikan data atau informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan sesuai dengan permintaan dan dalam bentuk yang tidak terstruktur. e. Manajemen Data
Widya Retno Utami R51
Hlm 5
Berfungsi sebagai media penghubung antarakomponen-komponen sistem informasi dengan database dan antara masing-masing komponen sistem informasi. 2. Komponen Sistem Informasi Secara Fisik Komponen Sistem Informasi secara fisik adalah keseluruhan perangkat dan peralatan fisik yang digunakan untuk menjalankan sistem informasi manajemen. Komponen-komponen tersebut meliputi : a. Perangkat Keras: 1) Komputer (CPU, Memory) 2) Pesawat Telepon 3) Peralatan penyimpan data (Decoder) b. Perangkat Lunak 1) Perangkat lunak yang umum untuk pengoperasian dan manajemen data 2) Program aplikasi c. Data Base 1) File-file tempat penyimpanan data dan informasi 2) Media penyimpanan seperti pita komputer, paket piringan. d. Prosedur pengoperasian 1) Instruksi untuk pemakai, cara yang diperlukan bagi pemakai untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan. 2) Instruksi penyiapan data sebagai input. 3) Instruksi operasional e. Personalia Pengoperasian 1) Operator 2) Programmer 3) Analisa sistem 4) Personalia penyiapan data 5) Koordinator operasional SIM dan pengembangannya. Alasan Melakukan Konversi Perusahaan atau organisasi melakukan pengalihan atau konversi sistem yang lama disebabkan karena beberapa hal. Pertama, adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul pada sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa : ketidakberesan dalam sistem yang lama sehingga mengakibatkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan atau karena adanya pertumbuhan organisasi yang menyebabkan timbulnya kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data juga semakin meningkat dan terjadi perubahan prinsip akuntansi yang baru sehingga perlu disusun sistem yang baru. Sistem yang lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen. Kedua, Untuk meraih kesempatanWidya Retno Utami R51
Hlm 6
kesempatan dalam keadaan persaingan pasar yang ketat, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan pengembangan sistem informasi sehingga teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Ketiga, adanya instruksi dari pimpinan atau adanya peraturan pemerintah. Rencana Implementasi Adalah formulasi rinci dan representasi grafik mengenai cara pencapaian implementasi sistem yang akan dilaksanakan. Team Implementasi, terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Profesional sistem yang merancang sistem Para manajer dan beberapa staff Perwakilan Vendor Pemakai Primer Pengcode Teknisi Bagian Pokok Implementasi Diperlukan :
1. 2. 3. 4. 5.
Persiapan tempat Pelatihan personil Persiapan/pembuatan dokumentasi Konversi file dan sistem Peninjauan Pasca Implementasi
Persiapan tempat yang perlu dipersiapkan : 1. Ruang (sesuai dengan platform teknologi yang akan digunakan – Micro, mini atau mainframe) 2. Listrik, Telpon, koneksi lainnya, ventilasi, AC, Keset anti debu, karpet, rak, penyangga barang, meja, penyimpan disk/pita, lemari kabinet, tempat personil, lokasi printer, dudukan printer dan furniture yang dirancang secara ergonomis 3. Pengujian Burn in (simulasi operasi pada vendor) Pelatihan Personil 1. Tidak ada sistem yang bekerja secara memuaskan jika para pemakai dan orang lain yang berinteraksi dengan sistem tersebut tidak dilatih secara benar. 2. Pelatihan Personil tidak hanya meningkatkan keahlian/ketrampilan pemakai, namun juga memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru Yang perlu diberi pelatihan : 1. Personel teknis yang akan mengoperasikan dan memelihara sistem tersebut. 2. Berbagai pekerja dan supervisor yang akan berinteraksi langsung dengan sistem untuk mengerjakan tugas dan membuat keputusan 3. Manajer Umum Widya Retno Utami R51
Hlm 7
4. Pihak luar yang berinteraksi dengan sistem Pelatihan meningkatkan kepercayaan diri, meminimisasi kerusakan, kesalahan pada tahap awal operasi, yang dapat berupa tutorial, mengajarkan cara menjalankan sampai pelatihan untuk mengajarkan pokok-pokok sistem baru. Program Pelatihan : 1. Pelatihan In house 2. Pelatihan yang disediakan oleh vendor 3. Jasa pelatihan luar
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Teknik dan Alat bantu pelatihan : Teleconferencing Perangkat lunak pelatihan interaktif Pelatihan dengan instruktur Pelatihan magang Manual prosedur Buku teks
1. 2. 3. 4.
Perangkat lunak pelatihan interaktif : CBT (Computer-Based Training) ABT (Audio-Based Training) VBT (Video-Based Training) VOD (Video-Optical Disk)
Implementasi Sistem Langkah – langkah yang harus diperhatikan dala melakukan implementasi sistem adalah : 1. Melakukan persiapan langkah-langkah yang diperlukan dalam implementasi sistem informasi baru. 2. Meresmikan dimulainya tahap implementasi. 3. Memperoleh hardware yang diperlukan sesuai rancangan. 4. Membuat / memperoleh seluruh software yang diperlukan sesuai rancangan. 5. Membuat database system. 6. Melakukan testing hadware, software, network dan konversi database (koreksi data error, filtering pembebasan dari data yang tak diinginkan, integrasi database, dll). 7. Membuat dokumentasi lengkap (user documentation dan system documentation) 8. Membuat / memperoleh fasilitas fisik yang dibutuhkan (ruang data processing, ruang IT, meja-meja komputer, ruang server, dll) 9. Memberikan berbagai pelatihan kepada semua ragam pengguna. 10. Melakukan konversi penempatan sistem baru dengan mempertimbangkan sistem yang sedang berjalan (sistem lama) melalui 4 metode konversi sistem informasi baru. 11. Membuat mekanisme pengawasan dan pengendalian selama pelaksanaan implementasi SI baru. Widya Retno Utami R51
Hlm 8
Gambar 1. Implentation Process
Kunci Kesuksesan Implementasi Sistem Baru 1. Testing 2. Konversi data 3. Konversi yang tepat terhadap sistem informasi baru 4. Pelatihan Menyiapkan Dokumentasi Dokumentasi adalah materi tertulis/video/audio yang menjabarkan cara beroperasinya sebuah sistem (termasuk pokok bahasan-pokok bahasan yang harus dikuasai oleh pemakai) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tujuan Dokumentasi : Pelatihan Penginstruksian Pengkomunikasian Penetapan standart kinerja Pemeliharaan sistem Referensi historis
1. 2. 3. 4.
Empat Area Utama Dokumentasi : Dokumentasi Pemakai Dokumentasi Sistem Dokumentasi Perangkat Lunak Dokumentasi Operasi
User Documentation : 1. Mendokumentasikan sample dari tampilan-tampilan data entry, seluruh formulirformulir perusahaan yang dikomputerisasikan, laporan-laporan.) 2. Instruksi-instruksi sistem operasi Systems Documentation :
Widya Retno Utami R51
Hlm 9
1. Mendokumentasikan metode komunikasi dari mulai tahap perencanaan, analisis, perancangan, implementasi, pengoperasian dan pemeliharaan sistem informasi baru. 2. Rekam jejak terperinci perancangan sistem informasi baru. 3. Dokumentasi cara-cara mendiagnosa / analisis masalah-masalah, penetapan pilihan/keputusan perubahan sistem. Training End-user training Para pengguna akhir harus diberi pelatihan mengoperasikan sistem informasi baru agar SI baru tidak gagal seperti pelatihan mulai dari data entry di sistem baru, dan seluruh aspek pelatihan lainnya di masing-masing divisi dan cabang yang berbeda. Manager training Para manager perlu diberi pelatihan singkat agar lebih memahami bagaimana SI baru berdampak pada operasi-operasi bisnis perusahan dan pencapaian strategi-strategi. System training juga dilakukan yang terkait dengan: 1. Perangkat keras (hardware) 2. Paket-paket software yang diimplementasi di perusahaan yang bersangkutan. Mengkonversi Sistem Baru Proses pengubahan dari sistem lama ke sistem baru. Kompleksitas dalam pengkonversian tergantung pada beberapa faktor antara lain : Jenis PL, Database, Perangkat H/W, Kendali, Jaringan, prosedur. Pengalihan Sistem Informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal, dapat disebabkan karena : 1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru. 2. Sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya, sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru mempersulit kinerja yang sudah ada. 3. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah. 4. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik. 5. Tidak ada komunikasi yang baik diantara vendor sebagai penyedia IT dengan perusahaan sebagai pengguna, sehingga system baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. 6. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak membutuhkan teknologi tersebut.
Widya Retno Utami R51
Hlm 10
7. Sistem yang dikembangkan tidak atau kurang sesuai dengan keinginan user, karena proses investigasi, analisa desain sistem yang dikembangkan kurang tajam. Pengalaman sangat diperlukan serta permasalahan yang terjadi dan keinginan dari user haruslah dipahami dengan baik oleh pengembang sistem. 8. Adanya perilaku yang cenderung menolak atau sulit menerima setiap perubahan dalam organisasi perusahaan (resistensi), khususnya sistem informasi baru yang memerlukan peningkatan pengetahun dan keterampilan. Kondisi ini pada umumnya terjadi dari staff yang telah lama berkerja menggunakan sistem terdahulu. 9. Adanya kekhawatiran dari karyawan perusahaan apabila sistem informasi baru (komputerisasi) diimplementasikan akan terjadi “lay-off’ karyawan perusahaan atau pengurangan pegawai. Kondisi ini biasanya terjadi pada staff yang sudah pada senior level. Manajemen seharusnya memberikan sosialisasi dengan jelas, karena jika tidak, dikarenakan posisi mereka yang senior, maka akan mengganggu proses pengalihan sistem. 10. Tidak dibarengi dengan “business re-engineering process”, sehingga sistem komputerisasi kurang memberikan dampak effisiensi dan efektivitas yang maksimal bagi perusahaan. 11. Perencanaan aktivitas implementasi tidak dipersiapkan secara comprehensive dan integrated yang meliputi aktivitas : a. Hardware, software and services acquisition b. Software development or modification c. End user training d. System documentation e. Conversion methode: pilot project, paralllel cut-over, phase-in cut over, direct cut over (plunge). Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja), kultural (perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi karyawan/PHK, sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu sendiri. Langkah-langkah yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari: 1. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem. 2. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu
Widya Retno Utami R51
Hlm 11
3.
4.
5.
6.
7.
mengoptimalkan peranti yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari kekhawatiran di pihak pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek pengembangan dan sistem operasional. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan mereka. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampakdampak dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka. Hal yang Diperhatikan Dalam Pelaksanan Konversi
Didalam suatu sistem khususnya sistem informasi, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan konversi sistem adalah sebagai berikut : 1. Infrastruktur SI Berupa satu set sistem hardware dan software. 2. Data Merupakan kumpulan data-data yang ada baik berupa data histori (backup data) maupun data yang sedang digunakan. Biasanya data-data diorganisasikan menjadi data yang bersifat master , data yang bersifat transaksional dan datadata pendukung (seperti table-table nama bulan, nama perusahaan, dll). 3.
People Orang-orang yang terlibat didalam sistem tersebut, seperti pengguna, operator, sistem administrator, dll.
4.
Prosedur Merupakan tata cara kerja untuk mengatur orang-orang yang terlibat di sistem dalam menggunakan seluruh sumber daya sistem, sehingga dapat dicapai tujuan yang dikehendaki.
5.
Features
Widya Retno Utami R51
Hlm 12
Merupakan fasilitas-fasiltas yang diberikan oleh sistem kepada user, dapat berupa fasilitas dari operating system (backup facility, monitoring system statistic, dll) atau dari aplikasi (seperti didalam aplikasi perbankan fasilitas dapat menghitung pendapatan bunga, dapat melaksanakan pembatalan transaksi, dll). Pada konversi sistem sering terjadi didalam pelaksanaanya tidak melihat seluruh aspek seperti tersebut diatas, sehingga menimbulkan beberapa masalah, bahkan sering pula terjadi akhirnya konversi gagal sehingga kembali ke sistem lama. Beberapa permasalahan yang umum terjadi biasanya berupa : 1. Infrastruktur SI : a. Tidak melihat adanya kebutuhan baru (baik hardware maupun software) didalam sistem baru, seperti adanya kebutuhan hardware / software yang sebelumnya tidak ada, kebutuhan perubahan kapasitas hardware (hardisk, memori, processor, dll), dll. b. Tidak memeriksa kompabilitas sistem yang terpasang seperti versi operating system sudah tidak mendukung, protocol yang digunakan tidak match dengan sistem baru (berupa prosedur untuk hubungan antar subsistem dan message format yang digunakan), beberapa pheriperal (system printer, validasi printer, passbook printer, dll) tidak dapat digunakan (tidak compatible didalam interface fisik ataupun logic), dll. c. Tidak memperhatikan kebutuhan cabling system yang baru seperti sistem lama menggunakan RS232 cukup dengan 4 kawat, menjadi 25 kawat, dulunya dengan interface RS232 / V24 menjadi V35, dulunya dengan cable coaxial menjadi dengan UTP Category 5, dll. d. Tidak memperhatikan kebutuhan sistem sumber daya listrik seperti power plug dengan british type (kaki tiga) dulunya kaki 2, membutuhkan power plug dengan koneksi legrand, dulunya sistem membutuhkan single phase untuk yang baru membutuhkan 3 phase, kapasitas daya yang terpasang tidak mencukupi, dll. 2.
Data : a. Tidak melaksanakan analisa antara data yang lama dan yang baru (data maping) sehingga didalam konversi data banyak terjadi kesalahan atau kegagalan (tidak dapat dikonversi). b. Tidak melaksanakan pembersihan data lama (data clean up) dari data-data yang masih salah, tidak konsisten, tidak perlu ada, dll. c. Tidak membuat tool-tool untuk konversi data sehingga hampir seluruhnya dilaksanakan dengan cara manual, akibatnya prosesnya terlalu lama sehingga oleh user proses konversi ditolak (mengganggu operasi sehari-hari, biasanya ada batas waktu sistem boleh down).
3.
People : a. Tidak memeriksa adanya kebutuhan SDM dengan kwalifikasi tertentu akibat adanya sistem yang baru sehingga didalam operasi sehari-hari masih sangat tergantung pada pihak luar. b. Tidak melaksanakan training dengan baik bagi para user, sehingga didalam mengoperasikan sistem baru para user mengalami kesulitan.
Widya Retno Utami R51
Hlm 13
c. Kurang didalam mensosialisasikan sistem baru, sehingga user enggan (terdapat reluktansi) didalam menggunakan sistem baru (biasanya orang perlu mempunyai alasan didalam benaknya untuk berpindah ke suatu sistem yang lain dari yang sudah ada). d. Terlalu banyaknya kebiasaan yang sudah terlanjur lama dilaksanakan tibatiba harus dirubah, hal ini biasanya menimbulkan keengganan bagi para user. e. Kurangnya komitmen dari manajemen, sebab walaupun sudah dilaksanakan sosialisasi dengan baik biasanya masih ada beberapa orang yang menolak kehadiran sistem baru, untuk itu didalam hal ini perlu adanya ketegasan dari pihak manajemen. 4.
Prosedur : a. Tidak memperhatikan adanya sistem baru menyebabkan terjadinya perubahan prosedur yang memerlukan adanya pos jabatan baru. Sementara didalam pelaksanaan konversi tidak dilaksanakan perubahan organisasi kerja. b. Kurang teliti didalam mempelajari prosedur baru sehingga sulit dilaksanakan dilapangan. c. Ada prosedur baku yang tidak dapat dihilangkan (baik karena alasan keamanan, adanya regulasi dari pihak eksaternal, dll), yang tidak di support oleh sistem baru.
5.
Features : a. Terlalu banyaknya perbedaan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh sistem maupun aplikasi baru dibandingkan sistem dan aplikasi lama. Hal ini khususnya dari titk pandang user apabila mereka sudah merasakan manfaat yang besar di fasilitas lama akan enggan menggunakan sistem baru atau mengangggap bahwa sistem baru kurang baik. b. Kadang-kadang belum tentu semua fasilitas di sistem baru akan lebih baik dari sistem lama, hal ini biasanya jadi titik lemah dari sistem tersebut sehingga sering kali hal ini dijadikan alasan untuk menolak adanya sistem baru tersebut. c. Tidak mampunya para pengembang sistem baru untuk membatasi ekspektasi dari user, sehingga permintaan-permintaan yang timbul tidak dapat diakomodasi.
Metode Konversi SI Baru terhadap Sistem Lama Menurut O’Brien (2005), penerapan Sistem Informasi (SI) di perusahaan mencakup beberapa hal, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Investasi perangkat Hardware dan Sofware Mengembangkan Software Pengkonversian data Program pelatihan bagi end-user dan Cara pengalihan SI.
Widya Retno Utami R51
Hlm 14
Untuk mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pergantian sistem, terdapat empat metode konversi yang dapat dilakukan guna mempermudah pengenalan sistem baru ke dalam organisasi dan meningkatkan keberhasilan proses konversi. Metode pengalihan (konversi) sistem menurut O’Brien (2005) terdiri dari beberapa jenis yang mencakup konversi langsung, konversi paralel, konversi percontohan (pilot) dan konversi bertahap (phased).
Gambar 2. Metode Konversi terhadap SI
1. Direct / Immediate Conversion Konversi langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem lama, sehingga apabila konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke sistem lama.. Metode ini dilakukan dengan membandingkan kedua sistem, yaitu sistem lama dan sistem baru, serta melakukan analisis terhadap resiko yang ditimbulkannya. Jika sistem lama berbeda jauh dengan sistem baru yang akan diterapkan, maka biasanya sistem baru akan sulit untuk diterapkan. Umumnya, metode ini digunakan untuk perusahaan kecil dengan sistem yang sederhana. Karakterisitik metode konversi ini antara lain : a. Langsung menerapkan sistem baru secara penuh (100%) dan sistem lama langsung dihapus secara penuh pula. b. Sepintas merupakan cara yang paling cepat dan sederhana. c. Cukup menghebohkan semua pihak dalam organisasi/perusahaan. d. Biasanya digunakan bila dalam keadan mendesak/memaksa atau sistem lama sudah rusak/tak bisa digunakan lagi. e. Secara umum lebih menghemat waktu, menghemat tenaga pengoperasi sistem, menghemat biaya. f. Berisiko tertinggi. g. Harus didasari pemikiran yang komprehensif untuk memutuskan penggunaan strategi ini.
Widya Retno Utami R51
Hlm 15
Gambar 3. Konversi Langsung SI
2. Parallel Conversion Metode ini dilakukan dengan menganalisa arsitektur, struktur dan sistem basis data yang ada di perusahaan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan memiliki berbagai dokumen mengenai data-data yang terkait dengan analisis tersebut. Setelah melalui masa tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem lama segera dihentikan. Konversi Paralel adalah suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk beberapa période waktu. Cara seperti ini merupakan pendekatan yang paling aman, tetapi merupakan cara yang paling mahal, karena pemakai harus menjalankan dua sistem sekaligus. Dalam mode konversi paralel, output dari masing-masing sistem tersebut dibandingkan, dan perbedaannya direkonsiliasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai tingkat integritas data, pemindahan data dilakukan secara terpadu. Kelebihannya antara lain memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru. Serta kelemahannya antara lain memiliki biaya yang besar untuk duplikasian fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem rangkap tersebut, karena ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi paralel, maka orang-orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan peninjauan berkala dengan personel operasi dan pemakai. Karakterisitik metode konversi ini antara lain : a. Sistem baru dan sistem lama berjalan secara bersamaan sampai semua pihak telah merasa sangat puas dengan kinerja SI baru barulah SI lama dihapus. b. Berisiko terendah terhadap kegagalan SI. c. Berbiaya tertinggi. d. Pada perusahaan tertentu (misalnya: Bank) malah mempertahankan metode paralel untuk jangka waktu panjang bahkan tak terbatas karena Bank memiliki pelanggan dengan berbagai keragaman budaya, wilayah, dan demografinya. Misalnya: - Pelanggan yang tidak suka teknologi baru/gagap teknologi baru lebih memilih bertransaksi dengan sistem lama. - Pelanggan yang mengerti teknologi baru tetapi kurang percaya terhadap keamanan teknologi baru, juga memilih SI lama. - Pelanggan di wilayah pelosok yang belum terfasilitasi dengan TI baru memilih SI lama. Belum lagi pelanggan berusia muda, dewasa, tua, dsb. e. Perusahaan ingin merangkul lebih banyak pelanggan dari berbagai kalangan.
Widya Retno Utami R51
Hlm 16
Gambar 4. Konversi Paralel SI
3. Pilot Conversion Metode ini dilakukan dengan mempelajari kesuksesan dan kegagalan dari perusahaan lain yang melakukan pengalihan sistem. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu yang diperlakukan sebagai pelopor. Misalnya saja dengan melakukan kunjungan ke perusahaan yang bersangkutan dan sharing tentang berbagai pengalaman. Dengan metode ini, diharapkan perusahaan dapat belajar dari kesalahan perusahaan lain dan mengevaluasinya perbaikannya. Namun, biasanya, banyak perusahaan yang tidak ingin rahasia perusahaannya diketahui oleh perusahaan lain. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan risiko yang rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasilah yang mencoba mengembangkan sistem baru. Metode pilot ini mensegmentasi organisasi. Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru. File yang telah ada (existing) harus dimodifikasi setidaknya dalam : a. Format file tersebut. b. Isi file tersebut. c. Media penyimpanan dimana file ditempatkan Karakterisitik metode konversi ini antara lain : a. Dipilih bila perusahaan memiliki sejumlah cabang yang berbeda lokasi. b. SI baru diterapkan di salah satu cabang terpilih sampai waktu dimana SI baru dirasakan sangat memuaskan, barulah diterapkan untuk cabang-cabang lainnya. c. Bila uji coba gagal, maka bisa dibatalkan dengan risiko hanya satu cabang. d. Berisiko lebih rendah daripada Direct/immediate Conversion.
Gambar 5. Konversi Pilot SI
Widya Retno Utami R51
Hlm 17
4. Phased / Gradual Conversion Metode ini dilakukan dengan mengasumsikan metode yang telah terbukti berhasil sebelumnya. Konversi bertahap dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali dengan yang lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua sistem lama akan tergantikan oleh sistem baru. Cara seperti ini lebih aman daripada konversi langsung. Dengan metode phased conversion, sistem baru diimplementasikan beberapa kali, dan secara perlahan menggantikan sistem lama. Konversi bertahap dapat menghindarkan risiko yang ditimbulkan oleh konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk beradaptasi terhadap perubahan. Untuk menggunakan metode phased conversion, sistem harus disegmentasi. Metode konversi ini memiliki kelebihan dalam kecepatan perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber-sumber pemrosesan data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas. Namun memiliki kelemahan terhadap keperluan biaya yang harus diadakan untuk mengembangkan interface temporer dengan sistem lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat di organisasi, sebab orang-orang tidak pernah merasa menyelesaikan sistem. Karakterisitik metode konversi ini antara lain : a. Implementasi SI baru dilakukan secara bertahap semakin besar penggunaannya, sementara SI lama bertahap semakin dikecilkan penggunaannya, sampai pada saat dimana SI baru digunakan penuh dan SI lama dihapus secara total. b. Memiliki maksud mengurangi risiko. c. Memerlukan waktu terpanjang. d. Paling menghebohkan dalam waktu bekepanjangan. e. Sulit menentukan pada bagian proses bisnis mana yang bisa dijalankan dengan SI baru terlebih dahulu, bagian mana pada tahap berikutnya, dst.
Gambar 6. Alur dari Phased / Gradual Conversion
Widya Retno Utami R51
Hlm 18
Metode Untuk Mengkonversi File Data Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru. File yang telah ada harus dimodifikasi setidaknya dalam bentuk : 1. Format file tersebut 2. Isi file tersebut 3. Media penyimpanan dimana file ditempatkan Dalam suatu konversi sistem, kemungkinan beberapa file bisa mengalami ketiga aspek konversi tersebut secara serentak. Terdapat dua metode dasar yang bisa digunakan untuk menjalankan konversi file : 1. Konversi File Gradual Konversi file gradual (sedikit demi sedikit), umumnya digunakan dengan metode paralel dan phase-in. Dalam beberapa contoh, ia akan bekerja untuk metode pilot. Umumnya konversi file gradual tidak bisa diterapkan untuk konversi sistem langsung. Beberapa perusahaan mengkonversi file-file data mereka secara gradual (sedikit demi sedikit). Record-record akan dikonversi hanya ketika mereka menunjukkan beberapa aktivitas transaksi. Record-record lama yang tidak menunjukkan aktivitas tidak pernah dikonversi. Metode ini bekerja dengan cara berikut : 1. Suatu transaksi diterima dan dimasukkan ke dalam sistem. 2. Program mencari file master baru (misalnya file inventarisasi atau file account receivable) untuk record yang tepat yang akan di update oleh transaksi itu. Jika record tersebut telah siap dikonversi, berarti peng-update-an record telah selesai. 3. Jika record tersebut tidak ditemukan dalam file master baru, file master lama diakses untuk record yang tepat, dan ditambahkan ke file master baru dan di update. 4. Jika transaksi tersebut adalah record baru, yakni record yang tidak dijumpai pada file lama maupun file baru (misalnya, pelanggan baru), maka record baru disiapkan dan ditambahkan ke file master baru. 2. Konversi File Total Konversi file total dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file sistem di atas. Jika file sistem baru dan file sistem lama berada pada media yang bisa dibaca komputer, maka bisa dituliskan program sederhana untuk mengkonversi file dari format lama ke format baru. Umumnya pengkonversian dari satu sistem komputer ke sistem yang lain akan melibatkan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan secara otomatis. Rancangan file baru hampir selalu mempunyai field-field record tambahan, struktur pengkodean baru, dan cara baru perelasian item- item data (misalnya, file-file relasional). Seringkali, selama konversi file, kita perlu mengkonstruksi prosedur kendali yang rinci untuk memastikan integritas data yang bisa digunakan setelah konversi itu.
Widya Retno Utami R51
Hlm 19
Dengan menggunakan klasifikasi file berikut, perlu diperhatikan jenis prosedur kendali yang digunakan selama konversi. Faktor keberhasilan Mengkonversi File Data Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem menyiapkan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru, file sendiri dapat diklasifikasikan menjadi : 1. File Tabel File ini dapat juga diciptakan dan dikonversi seiama konversi sistem. File tabel bisa juga diciptakan untuk mendukung pengujian perangkat lunak. 2. File Backup Kegunaan file backup adalah untuk memberikan keamanan bagi database apabila terjadi kesalahan pemrosesan atau kerusakan dalam pusat data. Oleh karenanya, ketika suatu file dikonversi atau diciptakan, file backup harus diciptakan. 3. File Master Merupakan file utama dalam database. Biasanya paling sedikit satu file master diciptakan atau dikonversi dalam setiap konversi sistem. 4. File Transaksi File ini selalu diciptakan dengan memproses suatu sub- system individual di dalam sistem informasi. Akibatnya, ia harus dicek secara seksama selama pengujian sistem informasi. 5. File Indeks File ini berisi kunci atau aiamat yang menghubungkan berbagai file master. File indeks baru hams diciptakan kapan saja file master yang berhubungan dengannya mengalami konversi. Tahap akhir dalam siklus pengembangan system yaitu melibatkan pengintegrasian semua komponen rancangan sistem yang termasuk Perangkat Lunak, lalu kemudian dilakukan pengkonversian sistem total ke operasi.
Widya Retno Utami R51
Hlm 20
PEMBAHASAN Branchless Banking Bank sentral terus melakukan edukasi dalam memasyarakatkan produk dan layana perbankan ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia bahwa 68 persen dari 246,9 juta penduduk Indonesia belum memiliki rekening perbankan, dan 52 persen dari rumah tangga di Indonesia belum memiliki simpanan di lembaga keuangan sehingga diperlukan terobosan layanan perbankan ke masyarakat. Branchless banking merupakan salah satu strategi distribusi perbankan yang memberi layanan keuangan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang bank. Branchless banking penting karena sebagian besar daerah di Indonesia sudah terakses jaringan telepon. Branchless banking adalah jaringan distribusi yang digunakan untuk memberi layanan finansial di luar kantor-kantor cabang bank melalui teknologi dan jaringan alternatif dengan biaya efektif, efisien, dan dalam kondisi yang aman dan nyaman. Branchless banking menjadi solusi untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah pelosok, dengan berbagai kondisi geografis. Di Indonesia, banyak daerah yang sulit diakses dengan kendaraan bermotor. Tak sedikit masyarakat yang harus menempuh perjalanan selama beberapa jam atau berhari-hari, untuk mendatangi kantor cabang sebuah bank. Salah satu alasan pentingnya implementasi layanan branchless banking adalah masih rendahnya akses masyarakat terhadap layanan jasa keuangan formal. Di Indonesia bila dibanding dengan negara-negara tetangabranchless banking masih memiliki persentase akses layanan jasa keuangan yang rendah. Pengimplementasian layanan branchless banking tidak mudah, khususnya dalam hal sosialisasi. Layanan ini, seharusnya mengedukasi sampai ke tingkat masyarakat bawah. Harus menyasar ke masyarakat yang benar-benar belum terakses layanan keuangan formal. Sedangkan teknologi untuk branchless banking itu mudah sekali dan bisa digunakan orang awam. Peluang pasarnya sangat besar, karena layanan perbankan seperti inilah yang dibutuhkan masyarakat yang berada di pelosok. Secara teknis Branchless Banking merupakan kombinasi antara agent banking dan mobile banking. Agent banking adalah kegiatan usaha non-bank, termasuk agen keliling, atau warung dan toko yang membantu bank memberikan layanan perbankan. Sedangkan mobile banking adalah akses layanan perbankan melalui telepon seluler (ponsel). Agen kemudian menyetor uang ke master agen, atau langsung ke kantor cabang bank yang lokasi berada jauh dari pemukiman warga. Namun, di sisi lain, agen juga termasuk salah satu risiko besar dalam branchless banking karena mereka harus membangun kepercayaan kepada nasabah. Masyarakat yang menggunakan branchless banking dapat memanfaatkan teknologi perangkat mobile, dimulai dari fitur yang terdapat pada ponsel. Komponen penting lainnya adalah seorang agen. Jika ia seorang agen keliling, ia diharuskan pro aktif melakukan "jemput bola" ke rumah masyarakat untuk membantu membuka rekening, transfer dana, setor ataupun tarik tabungan.
Widya Retno Utami R51
Hlm 21
Alasan Penerapan Branchless Banking Pihak Bank Indonesia (BI) menilai kemunculan praktek branchless banking karena tidak efisiennya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang selama ini menyalurkan dana kepada masyarakat pedesaan. Akibatnya penetrasi keuangan di Indonesia masih minim ketimbang negara lainnya. BPR tidak cukup kuat dalam menyalurkan pendanaan ke masyarakat oleh karena itu dibutuhkan terobosan dalam memperkuat penetrasi keuangan dan salah satunya dengan branchless banking. Menurut Deputi Direktur Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Yura A. Djalins. Selama ini konsentrasi pertumbuhan juga berpusat di kota-kota besar. Hal ini terus terjadi dan menyebabkan kalangan perbankan tidak berani mendirikan cabang di kota-kota yang dianggap tidak masuk dalam resiko bisnis. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan industri telekomunikasi agar sistem pembayaran menjadi lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat makanya program ini lebih kepada masyarakat menengah. Untuk menjangkau ini, ia menuturkan diperlukan kerjasama dalam persoalan edukasi kepada agen branchless banking dan konsumen. Edukasi ini menjadi bagian dari pemahaman mekanisme branchless banking serta resiko dari pengunanya. Branchless Banking sebagai salah satu bentuk inisiatif financial inclusion sangat membantu untuk memajukan perekonomian suatu negara melalui peningkatan akses masyarakat terhadap jasa layanan bank sehingga ultimate goal bank sebagai unit usaha pembiayaan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal berikut menuturkan mengapa Branchless Banking penting untuk diterapkan : 1.
Akses layanan perbankan masyarakat bawah masih kurang. Seperti halnya dinegara negara berkembang Indonesia termasuk didalamnya, akses layanan perbankan masyarakat bawah masih kurang bahkan beberapa negara dapat dikatakan kurang sekali. Indonesia sendiri berdasarkan survey Bank Dunia tahun 2010 berkisar 49% dari populasi belum terlayani. Negara-negara lain seperti Pakistan 85%, Filipina 75%, China 60% dan India 55%. Thailand dan Malaysia justru lebih rendah dari Indonesia.
2.
Pembukaan kantor bank yang memerlukan investasi dan biaya operasional yang mahal. Sebagai gambaran rata-rata biaya investasi yang dibutuhkan bisa sekitar 1,5 milyar dengan biaya operasional tahunan sekitar 900 juta per kantor. pembukaan kantor cabang lebih mahal. Berdasarkan data World Bank, untuk membuka satu kantor cabang di Indonesia memakan biaya US$250.000 dan investasi per ATM US$10.000, sementara investasi branchless banking US$400. Direktur Eksekutif Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Rosmaya Hadi menyebutkan branchless banking mampu mengefisienkan investasi perbankan, karena menggunakan bantuan operator telekomunikasi.
3.
Konsentrasi lokasi perbankan banyak didaerah perkotaan atau urban yang padat.
Widya Retno Utami R51
Hlm 22
Hal ini dikarenakan potensi bisnis yang secara kasat mata sudah jelas terlihat menguntungkan bagi bank. Kalaupun ada di rural area, dapat dipastikan merupakan area yang padat aktifitas ekonomi, berkembang sehingga secara ekonomis bank melihat feasibility membuka bank didaerah tersebut menguntungkan. 4.
Persepsi masyarakat bawah terhadap layanan bank. Mereka melihat bank sebagai sesuatu yang tidak untuk mereka (bank is not for me). Sejatinya mereka justru dalam keseharian bersentuhan secara tidak langsung dengan layanan keuangan (financial service) yang juga dilakukan bank. Namun karena persepsi, mereka cenderung melakukannya dengan lembaga yang bukan bank antara lain koperasi dan perorangan. Persepsi yang mereka miliki bahwa : a. Berhubungan dengan bank harus punya uang banyak dan hanya untuk orang kelas atas berduit. b. Harus meluangkan waktu khusus ke bank karena jarak yang jauh dari tempat aktifitasnya sehari hari. c. Prosedur berhubungan dengan bank berbelit belit, banyak aturan dan wajib diikuti. d. Harus antre untuk bertransaksi yang hanya untuk kebutuhan sederhana seperti setor atrau tarik dengan jumlah kecil misalnya Rp. 10.000,-e. Biaya transaksi yang mahal, misalnya kirim uang kena biaya Rp. 25.000,-f. Produk atau layanan bank tidak dirancang untuk mereka dengan kondisi keuangan yang tidak tetap g. Ada kecenderungan diskriminasi dalam pelayanan terhadap mereka, menganggap mereka tidak punya uang sehingga layanan yang diterima berbeda.
5.
Potensi besar segmen bawah yang belum tergarap. Jujur kita akui bahwa aktifitas ekonomi sebagian besar digerakkan oleh sektor ekonomi kelas bawah seperti usaha-usaha mikro yang masih dilaksanakan melalui mekanisme tunai. Berdasarkan data kurang lebih sebesar Rp. 300 triliun uang tunai ditransaksikan lewat segment ini. Apabila jumlah tersebut masuk ke sistem perbankan dan disalurkan bank kembali dalam bentuk kredit ke meraka, tentunya akan menjadi stimulus penggerak perekonomian yang sangat besar. Efisiensi dalam pengeloaan uang tunai oleh BI pun akan dapat ditingkatkan dengan adanya penggunaan transaksi melalui branchless banking.
6.
Kemajuan teknologi khusus dalam berkomunikasi. Adanya tingkat penetrasi yang tinggi perusahaan telekomunikasi ke masyarakat bawah melalui penggunaan telepon seluler, menyebabkan timbulnya pemikiran bagaimana memanfatkan kemajuan cara berkomunikasi ini untuk menembus layanan keuangan ke segmen dimaksud dengan memanfatkan keunggulan keunggulan yang dimiliki perusahaan telekomunikasi.
Widya Retno Utami R51
Hlm 23
Wakil Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran indonesia (ASPI) Isbandiono Subandini mengatakan untuk mengimplementasikan branchless banking diperlukan edukasi masyarakat untuk meningkatkan kepercayaan Kriteria Branchless Banking Branchless Banking merupakan kegiatan layanan transaksi bank dengan kriteria sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.
Tanpa melalui kantor cabang bank. Menggunakan agen yang bekerjasama dengan bank. Nasabah bisa melakukan transaksi sendiri atau menggunakan agen. Fitur transaksi yang sederhana /basic feature. Layanan murah /low cost transaction. Ditujukan khususnya untuk segmen bawah atau unbanked.
Satu hal penting lainnya dalam branchless banking, adalah keberadaan pusat layanan nasabah. Bank yang memberi layanan branchless banking harus menyediakan aplikasi atau layanan secara transparan agar nasabah dapat mengetahui saldo tabungan, status transaksi, sampai melayani komplain nasabah. Menurut survei yang dilakukan Sharing Vision, sebanyak 70 persen orang yang tidak memiliki rekening bank, mengaku tertarik untuk menabung, meminjam, dan mentransfer uang melalui layanan branchless banking. Sinergi perusahaan Telekomunikasi dengan Perbankan Untuk dapat memberi layanan branchless banking yang optimal, harus terjalin kerjasama antara perusahaan telekomunikasi dengan perusahaan perbankan. Sejauh ini sudah ada upaya dari perusahaan perbankan dan telekomunikasi, namun kurang sungguh-sungguh dan cenderung berjalan masing-masing. Mungkin antara perbankan dengan telekomunikasi bisa membentuk perusahaan patungan untuk memberi layanan branchless banking ini. Semuanya saling membutuhkan, dan harus bersinergi untuk membentuk ekosistem. Saat ini beberapa bank telah melakukan program uji coba sistem branchless banking, termasuk bank pembangunan daerah, bank syariah, hingga perusahaan telekomunikasi. Kesenjangan finansial di Indonesia melebar karena jumlah pengguna kartu kredit, Internet banking dan mobile banking serta e-money tumbuh pesat. Akan tetapi, hanya terjadi di kota-kota besar. Di sisi lain, mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di pelosok perdesaan yang tidak tercakup layanan perbankan, dan tidak sedikit warga yang harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mengambil gaji atau pensiunan. Untuk itu, diperlukan terobosan branchless banking sebagai perluasan layanan keuangan tanpa bergantung keberadaan kantor cabang bank, tetapi mengandalkan agen, sebagai mitra bank yang bergerak mendatangi daerah terisolir. Konsep branchless bangking juga mengadopsi layanan telekomunikasi seperti SMS yang bisa dijalankan di ponsel standar, sehingga kendala jarak dan waktu bisa Widya Retno Utami R51
Hlm 24
disiasati dengan implementasi teknologi informasi. Indonesia sebagai negara kepulauan, tingkat kebutuhan branchless bankng jauh lebih tinggi sebagai revolusi layanan keuangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil. Hambatan Branchless Banking Beberapa persoalan menghambat pengembangan branchless banking adalah belum ada regulasi yang spesifik dari Bank Indonesia, para pemain masih menunggu regulasi dari Bank Indonesia yang terus menerus molor. Para pemain yang tertarik dengan branchless banking tak berani melangkah aturan main yang jelas. Jika Bank Indonesia cepat merealisasikannya, dan ada sinergi dari berbagai pihak, branchless banking dipastikan akan booming di masa mendatang. Kemudian permasalahan mengenai sinergi perbankan dan operator seluler yang masih lemah. Memang dari sisi teknis, kualitas layanan telekomunikasi belum optimal. Dimitri Mahayana Chairman Sharing Vision Indonesia, bersama dengan timnya pernah melakukan uji coba untuk memiliki akun branchless banking dari satu operator seluler menghabiskan waktu yang cukup lama yaitu hingga 4 hari. Quality service dari industri telekomunikasi masih kurang. Hal ini bisa dilihat dari kualitas layanan dalam short massage service (SMS) dan paket data masih di bawah standar. Banyaknya cyber crime yang terjadi juga mempengaruhi. Selain itu, inisiatif dan insentif relatif masih kurang termasuk dari pemerintah seharusnya bisa mengoptimalkan layanan branchless banking untuk penyaluran dana sosial karena akan lebih efisien. Inisiatif dan insentif yang kurang membuat branchless banking di Indonesia tak kunjung berjalan. Kemudian masih adanya persepsi bahwa branchless banking hanya another channel. Padahal, branchless banking ini bisa dibilang adalah revolusi bagi ekonomi “wong cilik” yang tentunya sejalan dengan program financial inclusion yang digagas BI. Jika kendala tersebut bisa dilewati, bukan tidak mungkin penerapan branchless banking di Indonesia bisa sukses atau bahkan lebih dari negara-negara yang telah mengaplikasikan ini sebelumnya, mengingat ada banyak potensi yang bisa digarap. Terlepas dari itu, keuntungan dari branchless banking tidak hanya akan dinikmati oleh industri perbankan, namun juga oleh lembaga keuangan non bank, seperti asuransi dan multifinance. Berbagai program pemerintah seperti subsidi dan jaminan kesehatan bisa dijalankan dengan memanfaatkan branchless banking ini. Profil Bank CIMB Niaga PT Bank CIMB Niaga (dulunya Bank Niaga) adalah perusahaan yang melayani jasa keuangan. Bank ini didirikan pada tanggal 26 September 1955 ini bermarkas di Jakarta, Indonesia. CIMB Niaga, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh CIMB Group, merupakan bank pembayaran terbesar dari segi nilai transaksi di bawah Kustodian Sentral Efek Indonesia. CIMB Niaga adalah penyedia kredit kepemilikan rumah terbesar ketiga di Indonesia dengan 11% dari pangsa pasar. Bank ini kini juga
Widya Retno Utami R51
Hlm 25
melakukan kerjasama dengan MNC Group demi meningkatkan layanan belanja online "Rakuten" yang juga anak perusahaan dari MNC Group. CIMB Group sendiri telah memiliki 1.080 cabang ritel di Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand dan Kamboja. Produk dan jasa yang dilayani telah dilengkapi dengan jaringan kerjasama dengan Principal Financial Group, Bank of TokyoMitsubishi UFJ, Sun Life Assurance, Allianz Insurance, Thai Life Insurance, Sri Ayudhya General Insurance, dan Mapletree Investments yang berskala internasional. Investasi bank telah menjadi investasi terbesar se-Asia Pasifik k (kecuali Jepang) dengan kantor di pasar utama ASEAN dan di Bahrain, Kolombo, Hong Kong, Melbourne, Mumbai, Shanghai, Seoul, Sydney dan Taipei. Selain itu, bank ini juga memiliki ekuitas operasi penjualan di London dan New York. Pada awal berdirinya, bank ini hanya berfokus pada pembangunan nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Maka, pada tahun 1987 Bank Niaga menjadi bank pertama di Indonesia yang menawarkan layanan ATM kepada para nasabah. Pada tahun 1991, perusahaan juga menjadi bank pertama yang memberikan nasabahnya layanan perbankan online. Sejak tahun 1989, Bank Niaga mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia/BEI). Inilah awal mula ketika Bank Niaga mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Saat krisis keuangan terjadi di Indonesia pada tahun 1990-an, pemerintah Indonesia sempat menjadi pemegang sebagian besar saham perusahaan. Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), yang kini dikenal sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings) kemudian mengakuisisi mayoritas saham Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada bulan November 2002. 5 tahun kemudian, kepemilikan saham berpindah ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking. Khazanah yang memiliki saham mayoritas CIMB Group Holdings melakukan transaksi terpisah dengan mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005. LippoBank juga mengalami proses reorganisasi internal yang sama pada tanggal 28 Oktober 2008. LippoBank dan Bank Niaga kemudian di-merger melalui CIMB Group untuk mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2007. Sejak bulan Mei 2008, Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. Bergabungnya LippoBank ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Bank CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini menjadikan Bank CIMB Niaga menjadi bank terbesar ke-5 dari sisi aset, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang. Dengan komitmennya pada integritas, ketekunan untuk menempatkan perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk terus unggul, Bank CIMB Niaga akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan sinergi dari penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan nilai-nilai inti Bank CIMB Niaga dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat menjanjikan.
Widya Retno Utami R51
Hlm 26
Pionir Bank dengan Sistem Online di Indonesia Pada tahun 1981 – 1982 CIMB Niaga Bank menjadi pionir bagi dunia perbankan Indonesia dengan menerapkan sistem jaringan di semua kantor cabang. CIMB merupakan pelopr Bank dengan sistem online pertama di Indonesia. Selain sistem online, bank CIMB Niaga juga menjadi pionir bagi dunia perbankan di Indonesia dengan menyediakan layanan mesin ATM pertama di Indonesia pada tahun 1987. Pencapaian Bank CIMB Niaga ini menandakan masuknya Indonesia ke dalam dunia perbankan modern. Setelah menerapkan sistem online bagi seluruh jaringan kantor cabang pada tahun 1982, Bank CIMB Niaga lalu menjadi bank pertama pula yang memberikan layanan nasabahnya degan perbankan online pada 1991. Penerapan online banking system ini menjadikan Bank CIMB Niaga sebagai salah satu bank yang paling inovatif di Indonesia. Bentuk Branchless Banking Bank CIMB Niaga PT Bank CIMB Niaga Tbk siap melayani kebutuhan masyarakat atas layanan jasa perbankan di akhir tahun 2012 melalui beragam layanan branchless banking. CIMB Niaga menyediakan CIMB Clicks, Go Mobile, dan Phone Banking 14041, yang bisa diakses nasabah melalui sambungan internet, maupun telepon selular apapun, kapan pun dan di mana pun nasabah berada. Selain itu, ada juga dua inovasi layanan perbankan unggulan lainnya dari CIMB Niaga yaitu Digital Lounge yang tersebar di 13 lokasi di Jabodetabek, dan Rekening Ponsel - layanan perbankan dari CIMB Niaga yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan hanya dengan menggunakan nomor ponsel, seperti transfer dana ke nomor seluler lainnya di Indonesia secara gratis dan tanpa harus memiliki rekening CIMB Niaga. Samir Gupta, Direktur Consumer Banking CIMB Niaga mengungkapkan, momen akhir tahun banyak dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur bersama keluarga ataupun kerabat. Adakalanya, dalam suasana bahagia tersebut, datang kebutuhan mendesak, seperti pembayaran tagihan, transfer dana, sampai pembelian pulsa isi ulang, masyarakat tetap membutuhkan layanan jasa perbankan yang mampu menyediakan semua tersebut. Khusus pada saat libur seperti misalnya libur akhir tahun yang beberapa hari ke depan, tidak semua kantor cabang bank beroperasi. Kalaupun ada, hanya di beberapa lokasi tertentu saja. Untuk itulah, kami telah menyediakan beragam layanan branchless banking seperti CIMB Clicks, Go Mobile, dan Phone Banking 14041, yang bisa dimanfaatkan masyarakat tanpa perlu datang ke kantor cabang. Menurut Samir, beragam layanan tersebut menjadi wujud komitmen CIMB Niaga untuk selalu memberikan layanan terbaik kepada nasabahnya. Selain itu, layananlayanan ini juga sejalan dengan rencana Bank Indonesia untuk lebih memperluas layanan perbankan kepada masyarakat melalui layanan branchless banking.
Widya Retno Utami R51
Hlm 27
CIMB Clicks PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) terus mengembangkan jalur distribusi elektronik (alternate channel), termasuk CIMB Clicks (internet banking) untuk mensukseskan layanan ini. Beragam fitur pun terus dikembangkan agar nasabah semakin terbiasa menggunakan layanan internet banking CIMB Niaga dalam melakukan transaksi perbankan. CIMB Clicks menjadi salah satu layanan unggulan CIMB Niaga. Layanan internet banking ini menawarkan beragam kelebihan, seperti kelengkapan dan kemudahan akses layanan transaksi multipayment (tagihan Telkom, pembayaran tagihan listrik, pembayaran kartu kredit, dan asuransi), kemudahan akses layanan informasi (informasi rekening, biaya transaksi, suku bunga, dan lainnya), isi ulang pra bayar, hingga transfer ke bank manapun secara realtime transfer. Beragam fitur pada layanan CIMB Clicks sangat user friendly, sehingga memudahkan nasabah dalam melakukan segala aktivitas transaksi perbankan. Budiman Poedjirahardjo, Head of Branch & Branchless Banking CIMB Niaga mengungkapkan, satu fitur terbaru yang telah dikembangkan dalam CIMB Clicks adalah fitur E-Notifikasi. E-Notifikasi adalah fitur pendaftaran untuk SMS notifikasi yang ada di CIMB Clicks, dimana nasabah dapat menerima notifikasi untuk transaksi yang terjadi pada rekening nasabah yang didaftarkan E-Notifikasi. Transaksi yang dikirimkan notifikasinya, lanjut Budiman, adalah transaksi debet/kredit yang terjadi dari seluruh channel yang ada di CIMB Niaga, terhadap rekening yang telah didaftarkan E-Notifikasi. Fitur ini sepertinya hal kecil. Namun kami menerima banyak masukan bahwa ini berarti untuk para nasabah yang ingin selalu terinformasikan mengenai mutasi dan aktivitas transaksi mereka. Fitur ini dibuat sedemikian rupa, sehingga notifikasi langsung dikirimkan ke ponsel yang telah didaftarkan untuk menerima mPIN CIMB Clicks. Nilai transaksi debit/kredit yang bisa didaftarkan ditentukan langsung oleh nasabah, mulai dari Rp1, terang Budiman. Hadirnya fitur E-Notifikasi ini melengkapi fitur serta layanan lainnya yang telah tersedia di dalam CIMB Clicks, seperti transfer ke rekening bank di seluruh dunia. Beberapa waktu lalu, CIMB Niaga juga telah menggandeng perusahaan jasa pengiriman uang, Western Union untuk penerimaan dan pengiriman uang ke seluruh penjuru dunia, melalui CIMBClicks. Ini berarti, akses kirim dan terima uang melalui CIMB Clicks terbuka tidak hanya untuk rekening bank di seluruh dunia, tetapi juga 19 ribu lebih agen Western Union di Indonesia dan 494 ribu lokasi ritel di 200 negara dan kawasan. Selain itu, fitur lainnya yang bisa dimanfaatkan nasabah di CIMB Clicks adalah cek saldo dan mutasi rekening, transfer secara online ke seluruh bank di Indonesia, pembayaran tagihan (Telkom, seluler, kartu kredit, PLN, dan asuransi), serta isi ulang prabayar. Beragam fitur yang tersedia di dalam CIMB Clicks ini membuat nasabah dapat dengan mudah melakukan transaksi kapanpun, dan di manapun mereka berada. Pihak Bank ingin agar nasabah merasa aman, serta nyaman dalam bertransaksi. Beragam kelebihan dan keunggulan CIMB Clicks telah mendapat pengakuan dari pihak luar, dengan dinobatkannya CIMB Niaga sebagai pemenang pertama untuk kategori internet banking dalam Consumer Banking Excellence Award yang diselenggarakan Majalah SWA bekerjasama dengan Ipsos Marketing (lembaga riset Widya Retno Utami R51
Hlm 28
internasional). Pencapaian ini menjadi pengakuan bagaimana layanan CIMB Clicks telah memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi nasabah dalam bertransaksi. Faktor keamanan juga menjadi perhatian penting di CIMB Clicks. Sebelum melakukan transaksi pembayaran maupun transfer dana, nasabah akan dikirimkan kode keamanan (mPin) ke nomor ponsel yang telah terdaftar. Sistem akan kembali meminta untuk memasukkan kode keamanan tersebut, sebelum transaksi bisa dilanjutkan. Dengan pengamanan ganda, tentunya akan meminimalisir risiko yang tidak diharapkan terjadi.
Gambar 7. Fitur Security dari CIMB Clicks
Go Mobile CIMB Niaga juga menyediakan layanan transaksi yang bisa diakses di semua jenis ponsel (hingga yang paling sederhana sekalipun), yang disebut dengan Go Mobile. Layanan ini menjawab kebutuhan nasabah yang dalam kesehariannya mengutamakan fleksibilitas, kecepatan dan keamanan 24 jam, dalam bertransaksi kapan pun dan di mana pun nasabah berada. Go Mobile menyediakan beragam fitur transaksi, seperti transfer online atau real time ke semua bank di Indonesia, pembayaran ke semua kartu kredit yang ada di Indonesia, pembayaran tagihan hingga pembelian produk isi ulang prabayar. Selain itu, saat nasabah tidak memiliki saldo yang cukup di rekeningnya, Go Mobile bisa menggunakan kartu kredit CIMB Niaga yang dimiliki oleh nasabah sebagai sumber dana Phone Banking 14041 Layanan branchless banking CIMB Niaga lainnya adalah Phone Banking 14041. Melalui layanan ini, nasabah bisa mengetahui lima transaksi terakhir yang dilakukan, disamping transaksi lainnya seperti pembayaran, pengiriman dana, hingga informasi suku bunga, dan nilai tukar mata uang asing. Layanan ini cocok untuk nasabah yang menginginkan bertransaksi melalui phone banking.
Widya Retno Utami R51
Hlm 29
Khusus bagi nasabah Preferred dan Private Banking CIMB Niaga, layanan Phone Banking 14041 telah dikembangkan ke layanan Preferred Phone Banking 500 800. Layanan yang dirancang dengan standar teknologi terkini itu hanya dimiliki oleh segelintir bank di dunia. Prefererred Phone Banking 500 800 adalah layanan yang sangat personal, dimana Phone Banking Officer akan mengenali langsung nomor telepon nasabah, dan menyapa nama nasabah tanpa harus melontarkan pertanyaan identifikasi seperti layanan call center pada umumnya. Melalui layanan ini, nasabah dapat mengirimkan dana ke rekening lain sampai dengan Rp3 miliar untuk rekening tujuan dalam negeri, dan Rp1 miliar untuk rekening tujuan diluar negeri. Disamping itu juga bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti pembayaran tagihan, sampai pembelian pulsa isi ulang. Selain tiga layanan unggulan branchless banking yang disebutkan di atas, CIMB Niaga juga menyediakan layanan branchless banking lainnya, seperti Self Service Terminal (SST), Cash Deposit Machine (CDM), hingga mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. Rekening Ponsel dan Digital Lounge Turut berperan aktif dalam program financial literacy, CIMB Niaga telah meluncurkan dua inovasi terbaru dalam layanan perbankannya, yaitu Rekening Ponsel (layanan perbankan berbasis ponsel) dan Digital Lounge. Sejak diluncurkan Maret 2013, pengguna Rekening Ponsel terus menunjukkan peningkatan yang telah mencapai 174 ribu pengguna hingga akhir September 2013. Rekening Ponsel memungkinkan penggunanya untuk melakukan beragam transaksi perbankan, kapanpun dan dimanapun, hanya dengan menggunakan nomor ponsel. Rekening ponsel merupakan fitur terbaru yang memungkinkan nomor ponsel sebagai nomor rekening. Fitur tersebut memungkinkan transaksi umum perbankan, cukup dilakukan dengan menggunakan nomor ponsel seperti transfer dan tarik tunai. Fitur yang sangat memudahkan nasabah ini, ditawarkan oleh CIMB Niaga dalam rangka mengusung slogan branchless banking dan program Bank Indonesia yakni Inklusi Finansial. Rekening ponsel melayani dari mulai transfer dana ke seluruh nomor ponsel di Indonesia, pengiriman uang ke rekening CIMB Niaga ataupun rekening lain anggota ATM Bersama, pembayaran tagihan, dan pembelian pulsa ponsel pra bayar. A fitur terbaru dari Rekening Ponsel adalah pembelian/pembayaran di toko-toko tertentu (merchant) yang memiliki mesin Electronic Data Capture (EDC) CIMB Niaga. Apapun nomor dan jenis ponsel yang digunakan, Rekening Ponsel dapat digunakan untuk mengirim atau menerima dana ke seluruh nomor ponsel/operator di Indonesia. Kelebihan Rekening Ponsel antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak perlu rekening bank Tidak perlu kartu ATM untuk tarik tunai Bekerja di semua nomor dan jenis ponsel Ke semua operator ponsel di Indonesia Tanpa biaya administrasi, tanpa biaya transfer. Rekening Ponsel memperlakukan nomor ponsel Anda seperti rekening tabungan,
Widya Retno Utami R51
Hlm 30
sehingga Anda dapat melakukan transaksi perbankan tanpa harus menjadi nasabah CIMB Niaga atau bank manapun. Caranya, cukup daftarkan nomor ponsel yang ingin Anda gunakan untuk melakukan transaksi Rekening Ponsel ke cabang CIMB Niaga terdekat. Dengan rekening ponsel, banyak hal yang dapat diakukan seperti : 1. Setor Tunai Setor tunai dapat dilakukan di cabang dan mesin CDM (Cash Deposit Machine) CIMB Niaga mana pun. 2. Tarik Tunai. Dengan Rekening Ponsel, Anda tidak memerlukan kartu untuk menarik tunai di ATM CIMB Niaga. Penarikan tunai dapat dilakukan juga di cabang CIMB Niaga mana pun. 3. Beli pulsa prabayar. Pulsa prabayar dapat dibeli untuk hampir semua operator ponsel di Indonesia, seperti: Simpati, Kartu As, Mentari, IM3, IM2, Axis, Three (3), XL. 4. Transfer online. Transfer ke seluruh nomor ponsel di Indonesia, ke rekening CIMB Niaga maupun ke bank lain melalui jaringan ATM Bersama/Prima 5. Bayar tagihan. Dengan Rekening Ponsel, Anda bisa membayar tagihan telepon/selular, kartu kredit, tiket pesawat, angsuran pinjaman, pendidikan, asuransi, lingkungan, dan internet/kabel TV. 6. Cek saldo dan riwayat transaksi. Rekening Ponsel memungkinkan Anda untuk mengecek saldo dan melihat 10 transaksi terakhir.
Gambar 8. Rekening Ponsel dari Branchless Banking Bank CIMB Niaga
Sementara untuk inovasi terakhir CIMB Niaga adalah Digital Lounge, yang diperkenalkan ke masyarakat akhir April lalu. Tercatat, per 30 September 2013, jumlahnya telah mencapai 13 unit yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Dilengkapi teknologi terkini, setiap Digital Lounge menyediakan sejumlah fasilitas dan layanan perbankan yang lengkap, dari mesin ATM model terbaru, mesin
Widya Retno Utami R51
Hlm 31
setor tunai, hingga layanan transaksi video banking dengan layar sentuh besar yang menampilkan video banking agent/petugas bank secara langsung yang membantu nasabah dalam melakukan transaksi perbankannya. CIMB Niaga ingin menjadi bank yang terdepan untuk layanan branchless banking. Salah satu strateginya adalah dengan terus mengembangkan solusi-solusi yang inovatif kepada nasabah, yang akan mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi perbankan. Sejumlah layanan perbankan yang tersedia di Digital Lounge CIMB Niaga, di antaranya tarik dan setor tunai, informasi produk, transfer dana, pembelian pulsa, dan pembayaran tagihan (kartu kredit, listrik, telepon, dan lainnya). Semua proses disederhanakan secara digital, seperti informasi produk hingga formulir pembukaan rekening melalui tablet (iPad), termasuk konfirmasi pembukaan rekening yang akan dikirimkan langsung ke email nasabah. Nasabah pun tak perlu canggung dengan teknologi terkini di Digital Lounge. Karena terdapat Digital Banking Manager yang dengan senang hati membantu nasabah yang berkunjung. Digital Lounge CIMB Niaga juga melayani pembukaan rekening maupun aplikasi kartu kredit dengan konsep paperless (tanpa kertas).
Bentuk Konversi yang dilakukan Bank CIMB Niaga Bentuk Konversi yang dilakukan Bank CIMB Niaga antara lain adalah konversi paralel yang merupakan suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk beberapa période waktu. Cara seperti ini merupakan pendekatan yang paling aman, tetapi merupakan cara yang paling mahal, karena pemakai harus menjalankan dua sistem sekaligus. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai tingkat integritas data, pemindahan data dilakukan secara terpadu. Kelebihannya antara lain memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru. Serta kelemahannya antara lain memiliki biaya yang besar untuk duplikasian fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem rangkap tersebut, karena ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi paralel, maka orang-orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan peninjauan berkala dengan personel operasi dan pemakai. Karena Bank ingin memenuhi karakteristik pelanggan yang berbeda – beda misalnya pelanggan yang tidak suka teknologi baru/gagap teknologi baru lebih memilih bertransaksi dengan sistem lama. Atau pelanggan yang mengerti teknologi baru tetapi kurang percaya terhadap keamanan teknologi baru, juga memilih SI lama. Dan untuk mempermudah akses bank kepada pelanggan di wilayah pelosok yang belum terfasilitasi dengan TI baru memilih SI lama. Kemudian pula melakukan segmenting terhadap pelanggan yang berusia muda, dewasa, tua, dsb. yang diharapkan semua karakteristik pelanggan tersebut dapat lebih akses dan memperoleh kemudahan dengan fasilitas yang diberikan oleh Bank CIMB Niaga antara lain fasilitas rekening ponsel yang sangat mudah untuk dilakukan sekalipun untuk orang yang awam.
Widya Retno Utami R51
Hlm 32
PENUTUP Kesimpulan Konversi sistem banking yang beralih ke Branchless Banking System, diakibatkan tidak efisiennya sistem yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang selama ini menyalurkan dana kepada masyarakat pedesaan. Akibatnya penetrasi keuangan di Indonesia masih minim ketimbang negara lainnya. BPR tidak cukup kuat dalam menyalurkan pendanaan ke masyarakat oleh karena itu dibutuhkan terobosan dalam memperkuat penetrasi keuangan dan salah satunya dengan branchless banking. Bentuk – bentuk Branchless Banking yang dilakukan oleh Bank CIMB Niaga memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi perbankan tanpa batas inilah yang menjadi bentuk dukungan CIMB Niaga terhadap program financial inclusion yang dicanangkan oleh BI. Hanya dengan menggunakan ponsel, masyarakat bisa melakukan transaksi perbankan, kapanpun dan di manapun ia berada. Tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana mengedukasi masyarakat untuk mau menggunakan fitur ini. Mengubah kebiasaan masyarakat apalagi unbanked people yang terbiasa menggunakan uang tunai untuk beralih ke rekening ponsel tentu akan memerlukan upaya ekstra dan waktu yang tidak sebentar. Safari, sebuah operator telekomunikasi di Kenya yang menyediakan layanan jenis ini memerlukan waktu sekitar lima tahun sampai layanan ini memasyarakat dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Widya Retno Utami R51
Hlm 33
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Manjakan Nasabah CIMB Niaga Gelar Brnchless Banking. http://www.neraca.co.id/article/23332/Manjakan-Nasabah-CIMB-Niaga-GelarBranchless-Banking. Diakses 18 Maret 2014 Anonim. 2013. Rekening Ponsel CIMB Niaga layani Transaksi Belanja. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/10/20/muylfq-rekeningponsel-cimb-niaga-layani-transaksi-belanja. Diakses 15 Maret 2014 Anonim. Copyright 2014. Branchless Banking CIMB http://www.cimbniaga.com/?ch=cn_p_ea . Diakses 19 Maret 2014
Niaga.
Fahmar, Kunthi. 2013. CIMB Niaga optimalkan branchless banking. http://ekbis.sindonews.com/read/2013/10/29/34/799627/cimb-niaga-optimalkanbranchless-banking. Diakses 16 Maret 2014 Marimin., Tanjung, Hendri., Prabowo, Haryo. 2005. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Grasindo Putri, Febryani. 2013. Ini Lima Alasan Pentingnya Indonesia Terapkan Branchless Banking. http://m.bisnis.com/finansial/read/20131009/90/167996/ini-5-alasanpentingnya-indonesia-terapkan-branchless-banking. Diakses 16 Maret 2014
Widya Retno Utami R51
Hlm 34