Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro TERHADAP FAHAM ISLAM RADIKAL TERKAIT PENYEBARAN ISIS (Studi di Wilayah Metro) Eko Setiawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro E-mail:
[email protected]
Abstrak Kemunculan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) adalah fenomena baru dan mengejutkan, karena jaringan kelompok tersebut sudah mengglobal. Walaupun daerah operasinya adalah di Iraq dan Suriah namun pengaruhnya saat ini bisa dirasakan sampai di Indonesia. Di Indonesia bahkan di Kota Metro pengaruh ISIS sudah sangat terasa, ada dalam bentuk sekedar simpatisan, pendukung, ikut berbaiat dan ada yang benar-benar ikut berperang bersama ISIS di Iraq dan Suriah. Bahkan ada yang secara terbuka memberikan dukungan terhadap Abu Bakar al-Baghdadi sebagai Khalifah umat Islam dan sekaligus Amirul Mukminin. Berangkat dari sini penulis mengambil kesimpulan bahwa memahami tentang Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro Terhadap Paham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS (Studi di Wilayah Metro) sangatlah penting, tentunya untuk mengetahui sejauh mana peran pemerintah yang telah dilakukan untuk mencegah penyebaran paham Islam radikal dan untuk mengetahui data yang pasti tentang perkembagan Islam radikal di Kota Metro. Penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan objek dan sasaran penelitian. Adapun Tujuannya untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro Terhadap Paham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS (Studi di Wilayah Metro), sehingga dapat menambah khazanah keilmuan terkait konsep dakwah bagi penulis secara khusus dan bagi para pencari ilmu
168
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
secara umum. Penetapan Sumber dipilih secara sengaja didasarkan pada permasalahan yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data primer yang sesuai judul dan mencari data sekunder yag berkaitan dengan penelitian yang dikaji secara ilmiyah. Metode analisis yang dipakai adalah analisis teks dan bahasa dalam bentuk content analysis (analisis isi). Content analysis (analisis isi) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensiinferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sohih data yang memperhatikan konteksnya. Kata Kunci: Fenomena, Perkembangan, Pendukung, Memberikan.
Abstract The presence of Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) is a new phenomenon and surprising, because the network of this group is already globalized. Although their operation areas are Iraq and Suriah, the impact can be felt in Indonesia.In Indonesia, even in Metro, the impact of ISIS is already felt. There are some people as sympathizer, supporter, take an oath, and fought along with ISIS in Suriah. Moreover, they openly provide the support to Abu Bakar AL-Bagdadi as the caliph of Moslem and also the commander of the faithful. Because of those problems, the writer concludes that understanding about the preventive efforts of Metro government toward radical Islamic doctrine related to ISIS transmission is very important. It aims to know how far the role of government to prevent the transmission of radical Islamic doctrine and to know the certain data about the growth of radical Islam in Metro. This qualitative research is conducted to describe the object and the target of research. The purpose of this research is to know more about the preventive efforts of Metro government toward radical Islamic doctrine related to ISIS transmission in Metro. Therefore, it can increase the scientific treasures related to propaganda concept especially for the writer and generally for the seeker. The data informants were chosen intentionally according to the existing problems. The data collection was conducted by searching the primary data suitable with the title and secondary data related to the scientific research. The analysis data was done by analyzing the texts and language in the form of content analysis. Content analysis is a technique to make imitated inferences and data validation based on its context. Keywords: Phenomena, Development, Support, Provide.
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
169
A. Pendahuluan Kemunculan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) adalah fenomena baru dan mengejutkan, karena jaringan kelompok tersebut sudah mengglobal, walaupun daerah operasinya adalah di Iraq dan Suriah namun pengaruhnya saat ini bisa dirasakan sampai di Indonesia. Lahirnya kelompok ISIS dilatar belakangi oleh rasa kekecewaan dari beberapa anggota atau aktivis Jihad dan kejenuhan yang sangat lama terhadap realitas kehidupan dan realitas perjuangan pergerakan Jihad yang tidak kunjung menuai kemenangan. Diawali dari peristiwa agresi militer Amerika Serikat dan para Negara-negara sekutunya pada tahun 2003. Saatitu Irak masih dipimpinoleh Presiden Saddam Husain. Dengan membawa isu tentang kepemilikan senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak, maka Amerika Serikatdan Negara-negara sekutunya melakukan agresi militernya terhadap Irak, meskipun sampai hancurnya Negara Irak, senjata pemusnah massal tidak ditemukan. Pada awalnya Islamic State (Negara Islam) hanya akan didirikan di Iraq, sebelum terjadi konflik di Suriah dengan nama Tazhimu adDaulah Islamiyah fil Iraq. Ketika muncul antara kelompok oposisi dengan rezim presiden Suriah Bashar Assad, lalu mereka memanfaatkan kondisi di Negara itu dengan ikut berperang dan menguasai beberapa wilayah, kemudian mereka di Iraq dan Suriyah digabungkan dengan nama Tazhimu ad-Daulah Islamiyah fil Iraq wa asy-Syam yang disingkat dengan Da’isy atau Tanzhimu Da’isy.1 Setelah Negara Islam resmi mereka deklarasikan kata tanzhim yang berarti organisasi dihilangkan dengan nama ad-Daulah Islamiyah fil Iraq wa asy-Syam.2 Di Indonesia pengaruh ISIS sudah sangat terasa, ada dalam bentuk sekedar simpatisan, pendukung, ikut berbaiat dan ada yang benar-benar ikut berperang bersama ISIS di Iraq dan Suriah. Bahkan ada yang secara terbuka memberikan dukungan terhadap Abu Bakar
h. 3.
1
Ikhwanul Kiram Mashuri, ISIS Jihad atau Petualang,(Jakarta : Republika,2014),
2
Ibid., h. 4
170
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
al-Baghdadi sebagai Khalifah umat Islam dan sekaligus Amirul Mukminin.3 Indonesia, sebagai Negara muslim dengan jumlah penduduk yang mayoritas beragama Islam, serta kebebasan dalamberekspresidalam segala bidang termasuk kebebasan dalam memahami agama yang diyakini, menjadi faktor yang tidak bisa dipungkiri, bahwa indonesia merupakan Negara yang menjadi sasaranpenyebarandanperekrutan faham ISIS. Disampingitu, Indonesia merupakan Negara yang memiliki sejarah kelam terkait peristiwa pemboman di beberapa tempat yang diindikasi dilakukan oleh para aktivis jihad, yang dimedia disebut sebagai teroris. Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang mempunyai 13 pondok pesantren sebagaimana yang terdata di Kementerian Agama Kota Metro. Dari ke 13 pondok pesantren yang ada, masing-masing memiliki konsep pengamalan Akidah dan Ibadah yang berbeda-beda, ada yang menyatakan sebagai pondok NU, Muhammadiyah, Salafi dan ada yang menyatakan bahwa mereka berdiri tanpa ada ikatan dengan salah satu oraganisasi kemasyarakatan. Kehadiran gerakan Trans Nasional seperti Ikhwanul Muslim, Salafi dan Hizbut Tahrir juga memberi pengaruh besar terhadap eksistensi gerakan Islam Radikal di kota Metro, gerakan Trans Nasional tersebut meskipun memiliki metode dakwah yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan kembali eksistensi Khilafah Islamiyah di bumi. maka perlu ada tindakan preventif dari pemerintah Kota Metro untuk bisa meminimalisir dampak yang akan terjadi dari eksistensi gerakan tersebut. Berangkat dari sini penulis mengambil kesimpulan bahwa memahami Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro Terhadap Paham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS (Studi di Wilayah Metro) sangatlah penting, tentunya untuk mengetahui sejauh mana peran pemerintah yang telah dilakukan untuk mencegah penyebaran paham Islam radikal dan untuk mengetahui data yang pasti tentang perkembagan Islam radikal di Kota Metro. 3
Ikhwanul Kiram Mashuri, ISIS Jihad., h. xvii
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
171
B. Kajian Teori 1. Teori Penanggulangan Kejahatan Dalam usaha untuk menanggulangi kejahatan mempunyai dua cara yaitu preventif (mencegah sebelum terjadinya kejahatan) dan tindakan represif (usaha sesudah terjadinya kejahatan). Berikut ini diuraikan pula masing-masing usaha tersebut : a. TindakanPreventif Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan. Menurut A. Qirom Samsudin M, dalam kaitannya untuk melakukan tindakan preventif adalah mencegah kejahatan lebih baik daripada mendidik penjahat menjadi baik kembali, sebab bukan saja diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih mudah dan akan mendapat hasil yang memuaskan atau mencapai tujuan.4 Selanjutnya Bonger berpendapat cara menanggulangi kejahatan yang terpenting adalah : 1) Preventif kejahatan dalam arti luas, meliputi reformasi dan prevensi dalam arti sempit; 2) Preventif kejahatan dalam arti sempit meliputi : a) Moralistik yaitu menyebarluaskan sarana-sarana yang dapat memperteguhkan moral seseorang agar dapat terhindar dari nafsu berbuat jahat. b) Abalionistik yaitu berusaha mencegah tumbuhnya keinginan kejahatan dan meniadakan faktor-faktor yang terkenal sebagai penyebab timbulnya kejahatan, Misalnya memperbaiki ekonmi (pengangguran, kelaparan, mempertinggi peradapan, dan lain-lain); c) Berusaha melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kejahatan dengan berusaha menciptakan; • Sistem organisasi dan perlengkapan kepolisian yang baik, • Sistem peradilan yang objektif • Hukum (perundang-undangan) yang baik. A. Qirom Samsudin M, Sumaryo E., Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Segi Psikologis dan Hukum, (Yogyakarta: Liberti, 1985, h. 46. 4
172
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
d) Mencegah kejahatan dengan pengawasan dan patrol yang teratur; e) Pervensi kenakalan anak-anak sebagai sarana pokok dalam usaha prevensi kejahatan pada umumnya.5 b. Tindakan Represif Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan pidana.6 Tindakan respresif lebih dititikberatkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana. 2. Islam Radikal a. Pengertian Agama Islam Kata “agama” berasal dari bahasa Arab, yaitu al-din. Al-din yang diterjemahkan menjadi “agama” diartikan sebagai pandangan hidup manusia. Pengertian ini luas menyangkut bidang kemasyarakatan.7 Orang Arab Jahiliah dahulu memandang patung berhala sebagai sandaran hidup mereka disebut dengan din. Sebaliknya Nabi Muhammad memandang hanya Allah ta’ala sebagai sandaran hidup yang disebut juga dien. b. Pengertian Radikal Secara etimologis, radikalisme berasal dari kata radix, yang berarti akar. Di masa penjajahan Belanda, istilah “radikal” bermakna positif. Adnan Buyung Nasution menulis dalam disertasinya di Utrecht Belanda bahwa pada 1918 di Indonesia dibentuk apa yang 5 Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, (Jakarta: PT. Pembangunan Ghalia Indonesia, 1981), h. 15. 6 Soejono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), (Bandung: Alumni, 1976), h. 32. 7 Sidi Gazalba mengartikan dien selain agama juga kebudayaan. Lihat M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur’an : Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 109.
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
173
disebut sebagai “Radicale Concentratie” yang terdiri dari Budi Oetomo, Sarikat Islam dan lain-lain. Tujuan dibentuknya kelompok-kelompok ini untuk membentuk parlemen yang terdiri atas wakil-wakil yang dipilih dari kalangan rakyat. Adeed Dawisha dalam bukunya The Arab Radicals (1986) mendefinisikan radikalisme sebagai sikap jiwa yang membawa kepada tindakan-tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan politik mapan dan menggantikannya dengan sistem baru. Lebih lanjut, istilah radikal mengacu kepada gagasan dan tindakan kelompok yang bergerak untuk menumbangkan tatanan politik mapan yakni negaranegara atau rejim-rejim yang bertujuan melemahkan otoritas politik dan legitimasi negara-negara dan rejim-rejim lain. Dari beberapa devinisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan/pergantian terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya, jika perlu dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Atau menginginkan adanya perubahan total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham/ aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa. Istilah Islam radikal ini diberikan kepada kelompok-kelompok yang beraliran keras dalam menuntut penegakan syari’at dengan jalan yang dianggap sebagai Jihad. Istilah kelompok fundamentalis disematkan kepada kelompok yang mengajak untuk kembali pada ajaran-ajaran Islam yang mulia, sesungguhnya merupakan kata yang mempunyai makna yang bagus. Tapi sayang definisi fundamentalisme telah menjadi dikotori oleh satu kelompok yang memang tidak suka pada kelompok lain, sehingga menjadi suatu istilah kepada faham yang menghalalkan kekerasan dan penuh kebencian. Bukan suatu hal yang aneh bila istilah fundamentalisme menjadi buruk karena
174
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
ini adalah taktik tipikal dari pihak barat yang terbukti efektif untuk meredam dan membrangus pihak-pihak yang tidak mereka sukai, simplistik dan kontra-produktif. Kenapa penampakan wajah Islam yang damai pada dunia, harus dilakukan dengan menginjak martabat saudara sendiri. c. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Radikalisme Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu adalah : 1) Faktor-faktor sosial-politik. 2) Faktor emosi keagamaan. 3) Faktor kultural 4) Faktor ideologis anti westernisme. 5) Faktor kebijakan pemerintah. d. Radikalisme di Indonesia Di Indonesia, aksi kekerasan (teror) yang terjadi selama ini kebanyakan dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan/mendompleng agama tertentu. Agama dijadikan tameng oleh mereka untuk melakukan aksinya. Selain itu mereka juga memelintir sejumlah pengertian dari kitab suci. Teks agama dijadikan dalih oleh mereka untuk melakukan tindak kekerasan atas nama jihad. Beberapa pelaku yang sudah ditangkap oleh aparat keamanan, ternyata dari kelompok Islam garis keras (Islam radikal). 3. Daulah Islamiah (Islamic State) a. Pengertian Daulah Islamiah (Islamic State) Para ahli fiqh berpendapat bahwa daulah Islamiyah (negara Islam) merupakan nama dari bagi tempat yang berada di tangan kaum muslimin. Definisi tersebut menonjolkan unsur kekuasaan dan unsur tempat serta memendam unsur-unsur negara lainnya, seperti unsur penduduk, unsur peraturan, karena kewajiban kaum muslimin jika mereka menetapkan hukum adalah melaksanakan Undangundang Islam. Sebagian ahli fiqh lagi memberikan definisi daulah Islamiyah ialah kekuasaan yang tampakpada syiar Islam dan kekuatan
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
175
kaum muslim, definisi tersebut menonjolkan peraturan negara dan kekuasaannya serta memendam unsur-unsur negara yang lainnya seperti penduduk dan tempat. Sebagai cacatan penduduk tidaklah disyaratkan berdirinya negara kaum muslimin, tetapi ada di antaranya yang bukan muslim. b. Teori dan Sejarah Timbulnya Daulah Islamiyah Negara Madinah pimpinan Nabi tersebut seperti yang dikatakan oleh Robert Bellah, seorang ahli sosiologi agama termuka, adalah model bagi hubungan antara agama dan negara dalam Islam. Muhammad Arkoun, salahseorang pemikir kontemporer terdepan menyebutkan usaha Nabi SAW, sebagai “Eksperimen Madinah” menurutnya eksperimen Madinah telah menyajikan kepada umat manusia contoh tatanan sosial politik atau kekuasaan tidak memusatkan pada tangan satu orang seperti pada sistem diktatorial, melainkan pada orang banyak melalui musyawarah dan kehidupan berkonstitusi artinya sumber kekuasaan dan wewenang tidak pada keinginan dan keputusan lisan pribadi, melainkan pada suatu dokumen tertulis yang prinsipprinsipnya disepakati bersama. Karena wujud historis terpenting dari sistem sosial dan politik eksperimen Madinah itu ialah dokumen yang termasyhur, yaitu Misaq al-Madinah (Piagam Madinah). Menurut asSayyid Muhammad Ma’ruf ad-Dawalibi yang paling menakjubkan dari semuanya tentang konstitusi Madinah tersebut; bahwa dokumen itu memuat, untuk pertama kalinya dalamsejarah, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah kenegaraan dan nilai-nilai kemanusiaan yang sebelumnya tidak pernah dikenal umat manusia.8 Dari sisi sejarah yang ada mengenai terbentuknya suatu daulah Islamiyah dapat dijumpai dalam beberapa hadis sahih yang membicarakan masalah khilafah, imarah, pengadilan, para pemimpin, sifat-sifat pemimpin, hak-hak mereka untuk membantu setiap kebajikan, nasehat bagi mereka, hak-hak mereka untuk membantu mereka dalam kondisi apa pun, sabar menghadapi kekurangan mereka, batasan-batasan kesabaran, batasan kewajiban mereka menegakkan hukum Allah, memperhatikkan hak-hak rakyat, meminta pendapat para penasehat, mengangkat orang-orang yang kuat dan Nurcholish Madjid, Kontekstualisasi Doktrin Islam, cet. II, (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 90. 8
176
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
dapat dipercaya, mengambil orang-orang yang shalih, keharusan menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, menyuruh kepada yang ma’ruf mencegah dari yang mungkar dan lain-lainnya dari berbagi masalah daulah, hukum dan pemerintahan.9 Pertumbuhan dan perkembangan agama itu bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan sistem politik yang diilhaminya. Sejak Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Yastrib yang kemudian diubah namanya menjadi Madinah hingga saat sekarang ini dalam wujud sekurang-kurangnya kerajaan Saudi Arabia dan Republik Islam Iran telah menampilkan dirinya sangat terkait dengan masalah kenegaraan. Pembicaraan hubungan agama dan negara dalam Islam selalu terjadi dalam suasana yang stagmatis. Hal ini disebabkan; 1) Hubungan agama dan negara dalam Islam merupakan hubungan yang paling mengesankan sepanjang sejarah umat Islam. 2) Sepanjang sejarah hubungan antara kaum Muslim dan non Muslim Barat (Kristen Eropa) adalah hubungan yang penuh dengan ketegangan, dimulai dengan ekspansi militer politik Islam klasik yang sebagian besar atas kerugian Kristen (hampir seluruhnya) dengan kulminasinya berupa pembebasan Konstantinopel (ibukota Eropa dan dunia Kristen saat itu), kemudian perang salib yang kalah-menang silih berganti namun akhirnya dimenangkan oleh Islam, lalu berkembang dalam tatanan dunia yang dikuasai oleh Barat imperialis-kolonialis dengan dunia Islam sebagai yang paling dirugikan. Disebabkan oleh hubungan antara dunia Islam dan Barat yang traumatik tersebut, lebih-lebih lagi karena dalam fasenya yang terakhir dunia Islam dalam posisi kalah, maka dengan pembicaraan tentang Islam berkenaan dengan pandangannya tentang negara berlangsung dalam kepahitan menghadapi Barat sebagai musuh.10
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh Daulah, h. 23 Budhy Munawar Rachman, Kontekstualitas Doktrin Islam Dalam Sejarah, cet. I, (Jakarta: Paramadina, 1994 ), h. 588. 9
10
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
177
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro Untuk mengetahui jawaban mengenaiUpaya Preventif Pemerintah Kota Metro Terhadap Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS, penulis memperoleh informasi dari responden yang merupakan Pihak yang berupaya melakukan tindakan preventif terhadap Islam Radikal terkait penyebaran ISIS. Jumlah responden berasal dari beberapa Instansi yaitu Polres Kota Metro, Kodim 0411/LT, Kementrian Agama Kota Metro dan Ormas Islam yang ada di kota metro seperti NU, Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Ketika Penulis bertanya tentang penyebaran Islam Radikal (ISIS) rensponden menjawab dengan jawaban yang berbedabeda, perbedaan ini muncul ketika memahami makna Radikal, Ketua Umum Daerah Muhammadiyah Kota Metro11 menyatakan bahwa Radikal dalam pengamalan agama yang benar itu adalah suatu keharusan akan tetapi jika radikal yang dimaksud adalah sebuah pemaksaan suatu faham yang tidak benar dan harus diikuti meskipun melalui pertumpahan darah maka inilah yang disebut dengan tindakan terorisme. Daud Shidiq melanjutkan bahwa ISIS yang menjadi pemberitaan media perlu dilakukan kajian yang mendalam supaya bisa memahamaminya secara universal dan tidak parsial. Akan tetapi apabila melihat di media tentang kekerasan dan kejahatan yang dilakukan oleh ISIS maka muhammadiyah secara tegas menolak metode yang dilakukan oleh ISIS. Mengenai Khilafah Islamiyah yang menjadi jargon gerakan ISIS Daud Shidiq menjelaskan bahwa pada masa sekarang ini untuk kembali kepada khilafah adalah sesuatu yang sangat berat dan susah untuk direalisasikan karena masing-masing negara telah mempunyai kedaulatan masing-masing dan mempunyai otoritas pada daerah yang dikuasai. Sementara Rois Syuriah PC NU Kota Metro Kiyai Haji Zainal menjelaskan ketika gerakan dakwah islam pada umumnya menyuarakan tentang khilafah NU menjadi gerakan dakwah yang 12
11 Wawancara dengan Daud Shidiq, BA, Ketua Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Metro, Pada Tanggal 21 Juli 2015. 12 Wawancara dengan KH. Zainal, Rois Syuriah PC NU Kota Metro, Pada Tanggal 21 Juli 2015.
178
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
berada pada garda terdepan dalam penanganan hal tersebut. Secara tegas NU menolak faham yang dibawa oleh ISIS. NU sangat luwes dalam berdakwah sehingga menolak segala bentuk faham yang berujung pada sikap fanatik yang berlebihan, asobiyah dan merasa paling benar sendiri. Adapun upaya preventif yang dilakukan oleh NU dalam mencegah faham ini adalah dengan melakukan pengkaderan terhadap kader NU supaya bisa memahami Islam sesuai dengan apa yang di fahami Islam ahlussunnah wal jama’ah. Pendapat yang berbeda datang dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)13 Kota Metro yang menyatakan bahwa kewajiban untuk menegakkan khilafah Islam adalah menjadi kewajiban setiap umat Islam didunia, hanya yang perlu dipahami adalah cara yang dilakukan harus sesuai syari’ah, karena Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, teror dan sesuatu yang berlebihan. Islam adalah Rahmat bagi seluruh alam, bahkan Islam sangat terbuka dengan siapa saja dan ketika Rasul berada di Madinah Islam mampu menunjukkan harmonisasi dalam kehidupan beragama. Adapun ISIS sebagaimana yang diberitakan oleh media terlihat sangat berlebihan dan terkesan tiada ampun terhadap faham yang tidak sama dengan mereka. Fuadi Rusli menjelaskan bahwa Islam sangatlah santun, terbuka dan toleran terhadap siapapun. Oleh sebab itu untuk menegakkan Islam yang santun tidak bisa hanya dengan kekerasan dan emosi, tetapi Islam akan tegak dengan Ahlaqul Karimah. Ahlaq merupakan dasar dari perubahan yang akan diraih oleh Islam, karena ketika manusia mempunyai Ahlaq maka dengan sendiri syariah akan tegak pada dirinya. Sementara pandangan dari pemkot Kota Metro menyatakan bahwa pemahaman Islam Radikal (ISIS) di Kota Metro memang pernah terindikasi, ditandai dengan tidak mau mengibarkan bendera merah putih di wilayah tersebut. Beberapa jama’ah juga sempat terindikasi akan Islam Radikal (ISIS) akan tetapi setelah di gali informasi ternyata para aktivis gerakan tersebut berasal dari luar Kota Metro. Adapun Wawancara dengan KH. Fuadi Rusli, Penasehat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kota Metro, Pada Tanggal 25 Juli 2015. 13
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
179
setelah dilakukan pembinaan secara maksimal dari Kodim dan Polres akhirnya sudah kembali kepada jalan yang benar. Untuk mengetahui bahwa penyebaran gerakan Islam Radikal (ISIS) ini masih berjalan atau tidak, penulis menanyakan kepada responden apakah ada kegiatan-kegiatan tertentu yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mengarah kepada pemahaman Islam Radikal. Ternyata jawaban responden mengatakan bahwa memang pernah ada gerakan yang terindikasi Islam Radikal, dengan melakukan kegiatan yang tertutup, tetapi pesertanya dari luar Metro dan tidak ada masyarakat Metro yang mengikutinya. Setelah mereka menawarkan ajaran tersebut di Kota Metro ternyata tidak mendapat respon dari masyarakat, akhirnya jama’ah tersebut bubar dengan sendirinya. Dan untuk mengetahui tempat-tempat yang terindikasi Islam Radikal penulis mendapat data dari responden bahwa ada pondok pesantren yang berada pada level waspada (lampu kuning) karena ideologi yang diterapkan pada pondok tersebut hampir sama dengan ISIS. Sebenarnya di Kota Metro terdapat 13 pondok pesantren sebagaimana yang terdata di Kementerian Agama Kota Metro. Dari ke 13 pondok pesantren yang ada, masing-masing memiliki konsep pengamalan Akidah dan Ibadah yang berbeda-beda, ada yang menyatakan sebagai pondok NU, Muhammadiyah, Salafi dan ada yang menyatakan bahwa mereka berdiri tanpa ada ikatan dengan salah satu oraganisasi kemasyarakatan. Disamping penulis bertanya tentang eksistensi gerakan radikal tersebut, penulis juga bertanya tentang upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Metro dalam melakukan tindakan preventif atas berkembanhnya gerakan tersebut, Responden dari Kodim 0411/LT menjawab bahwa Kodim dan Polres telah melakukan pembinaan semaksimal mungkin untuk menghambat dan memutus rantai gerakan tersebut, dengan cara melakukan pemantauan dan pembinaan di kota metro secara intensif terkusus di tempat-tempat yang dinggap rawan dengan gerakan tersebut. Pelaksanaan tidakan preventif terhadap penyebaran paham Islam Radikal yang dilakukan oleh Kodim diantaranya adalah dengan cara:
180
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
a. Menempatkan aparat di daerah teritorial yang terindikasi maupun yang tidak. b. Adanya Koramil sebagai perpanjangan tangan dari Kodim. c. Aparat intelejen yang melakukan penyamaran dengan cara berpakaian preman, sipil serta ikut dalam kegiatan masyarakat. d. Mengikuti setiap kegiatan masyarakat guna memantau perkembangan dan kegiatan tersebut. Sedangkan upaya dari Kementrian Agama Kota Metro adalah dengan cara: a. Mensosialisasikan gerakan tersebut kepada masyarakat agar dihindari. b. Mengirim/menempatkan Penyuluh Agama pada setiap desa/ KUA. c. Membentuk forum komunikasi antar Ponpes. Dari beberapa indikator di atas, dapat dilihat bahwa tindakan preventif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Metro telah berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Keberhasilan ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan diuraikan pada bagian berikut. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemerintah Kota Metro dalam Melakukan tindakan Preventif terhadap Paham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS. Upaya preventif yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Metro terhadap Paham Islam Radikal terkait penyebaran ISIS, walau bagaimanapun baiknya didesain jika tidak adanya fasilitas dan dukungan lainnya, upaya preventif tersebut tidak akan meenghasilkan output yang maksimal. Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kesadaran beragama bagi masyarakat. Adanya dukungan dari Pemerintah Kota Metro dan segenap instansi yang terkait seperti Kementrian Agama Kota Metro, Polres Kota Metro dan Kodim yang merupakan faktor utama pendukung keberhasilan dalam melakukan pencegahan terhadapap gerakan Islam Radikal (ISIS). Intikhobudarain mengemukakan bahwa
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
181
kerjasama antar instansi seperti (Polres, Kodim, Kesbangpol, Pemkot serta ormas-ormas lain seperti NU, Muhammadiyah, DDII dll, sangat berperan besar dalam menghambat berkembangnya paham radikal di masyarakat.14 Pembinaan dengan masyarakat tidak akan menghasilkan output yang baik tanpa adanya dukungan dari Pemkot dan Instansi yang terkait. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, para penyuluh juga di harapkan dapat selalu memberikan bimbingan dan arahan baik di dalam kegiatan resmi maupun kegiatan tidak resmi. Adanya peringatan untuk senantiasa melakukan waspada dengan gerakan radikal juga merupakan hal yang dapat mendukung keberhasilan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap paham Islam Radikal (ISIS). Dukungan dari pihak pemerintah diantaranya adanya kegiatan kunjungan secara khusus yang diadakan setiap bulan khusus tempattempat yang dianggap rawan dengan penyebaran paham Islam Radikal seperti halnya pondok pesantren yang di anggap memliki kesamaan ideologi dengan ISIS dengan memberikan pemahaman Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin, dimana setiap masyarakat atau santri dapat mendengarkan isi tausiyah yang disampaikan oleh petugas penyuluh. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan pemaham keagamaan bagi masyarakat. Selain itu pemantauan dan pendampingan yang intensif juga menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk mencegah paham Islam Radikal, karena paham Islam radikal bisa masuk melalui berbagai macam cara. Lettu Inf Soprobo mengatakan bahwa dengan pemantaun yang maksimal dari instansi terkait maka pemerintah bisa mengetahui bagaimana perkembangan Islam radikal di Masyarakat.15 Disamping dukungan pihak Pemerintah, hal lain yang mempengaruhi keberhasilan adalah lingkungan keluarga. Peranan keluarga dalam menanamkan akidah yang baik mempunyai peranan yang sangat signifikan, karena waktu bersama keluarga lebih lama dibanding dengan waktu bersama masyarakat pada umumnya. 14 Wawancara dengan Intikhobudarain, Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Metro, Pada Tanggal 06 Juli 2015. 15 Wawancara dengan Lettu Inf Suprobo, Pasi Intel Kodim 0411/LT, Metro Tanggal 30 Juli 2015.
182
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
Keluarga sangat mendukung keberhasilan dalam meningkatkan kesadaran dalam bergama, karena keluarga adalah pembimbing dan guru terdekat, dimana kebersamaan mereka lebih banyak dari pada petugas dari pemerntah. Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pemerintah merupakan sinergi dari semua pihak, karena tanpa adanya kerjasama dari semua pihak, akan sulit bagi pemerintah untuk mencegah tumbuhnya gerakan radikal di masyarakat. Di samping faktor-faktor di atas, hal lain yang mendorong keberhasilan pemerintah dalam melakukan tindakan preventif terhadap paham Islam radikal terkait penyebaran ISIS adalah kemampuan para penyuluh agama dalam memberikan arahan dan motivasi keagamaan dengan berbagai metode. Dalam observasi penulis, terlihat bahwa bimbingan yang dilakukan oleh para penyuluh agama tidak bisa hanya mengandalkan metode ceramah saja, tetapi juga harus dengan dengan metode-metode lain seperti konseling dan lain-lain. Penggunaan metode yang beragam memang sangat penting dalam melakukan pembinaan, karena tanpa adanya metode yang tepat maka upaya dari pemerintah tidak akan berhasil dengan memuaskan. Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa sinergitas antar instansi menjadi hal yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pencegahan terhadap paham Islam Radikal, sehingga tanpa dukungan dari semua pihak maka upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menghambat perkembangan gerakan Islam radikal tidak dapat berhasil dengan baik. D. Simpulan Dengan bertitik tolak pada pokok pembahasan bab-bab terdahulu dan penjabaran yang cukup luas mengenai permasalahan yang dikaji, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro terhadap Faham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS difokuskan dalam dua bentuk. Pertama adalah dengan melakukan pembinaan
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
183
melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan-pelatihan untuk mensosialisasikan faham ISIS kepada setiap desa, KUA dan Ormas se-Kota Metro. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menanamkan nilai-nilai ajaran Islam yang benar sehingga pengaruh radikalisme dalam beragama bisa di kendalikan. Kedua, dengan melakukan pemantauan dan pendampingan. Dalam konteks ini dilakukan pendampingan secara langsung oleh aparat setempat dengan cara menempatkan aparat di daerah teritorial yang terindikasi maupun yang tidak dan melakukan penyamaran dengan cara berpakaian preman, sipil serta ikut dalam kegiatan masyarakat. Disamping itu juga Adanya Koramil sebagai perpanjangan tangan dari Kodim yang tersebar diseluruh wilayah. 2. Ada beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro terhadap Faham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS antara lain : Adanya dukungan dan kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Metro dengan Organisasi Islam lain yang ada di Kota Metro dan Semangatnya warga dalam mengkaji faham Islam secara benar. Adapun faktor yang menghambat Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro terhadap Faham Islam Radikal Terkait Penyebaran ISIS adalah: Banyaknya sumber daya manusia (penyuluh) yang rendah di Kota Metro, minimnya fasilitas media dakwah, lemahnya penggunaan metode dakwah yang dilakukan[.]
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2000. Assad, Muhammad Haidar, ISIS Organisasi Paling Mengerikan Abad Ini, Jakarta Selatan : Zahira, 2014. Atmasasmita, Romli, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Tarsito, Bandung, 1992.
184
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016
B., Simanjuntak dan Chairil Ali, Cakrawala Baru Kriminologi, Bandung: Trasito, 1980. Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, Jakarta: PT. Pembangunan Ghalia Indonesia, 1981. D., Soedjono, Doktrin-Doktrin Krimonologi, Bandung: Alumni, 1973. ________ Penanggulangan Alumni, 1976.
Kejahatan
(Crime
Prevention), Bandung:
Ensiklopedia Islam, Jilid 2, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002. Hadi, Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 1991. Isjwara, F., PengantarIlmuPolitik, cet. I, Bandung: Angkasa, 1980. Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. II, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Lubis, M. Solly, Ilmu Negara, cet. I, Bandung: Angkasa, 1980. Madjid, Nurcholish, Kontekstualisasi Doktrin Islam, cet. II, Jakarta: Paramadina, 1995. Marzuki, Metode Research, Yogyakarta: Ekonomi UII, 1989. Mashuri, Ikhwanul Kiram, ISIS Jihad atau Petualang, Jakarta : Republika, 2014. Moleong,Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Yogyakarta: UPFEUMY, 2005. Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni 1985. Nurbuko, Cholid dan Abu Achmad, MetodologiPenelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Rachman, Budhy Munawar, Kontekstualitas Doktrin Islam Dalam Sejarah, cet. I, Jakarta: Paramadina, 1994. Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedia Al-Qur’an : Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002. Samsudin, A. Qirom, dan M. Sumaryo E., Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Segi Psikologis dan Hukum, Yogyakarta: Liberti, 1985. Sidik, Hasbi, Politik ISIS, dalam Lampung Post, 13 Maret 2015 Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981.
Upaya Preventif Pemerintah Kota Metro...|
185
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989 Surachman, Winarni, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1980. Zaidan, Abdul Karim, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, Alih Bahasa, Abd Aziz, cet. I, Jakarta: Yayasan al-Imam, 1984. Zuhaili, Wahbah, Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Juz 9.
186
|
TAPiS, Vol. 16 No. 02 Juli-Desember 2016