UPAYA MENINGKATKAN RENTABILITAS BANK PERKREDITAN RAKYAT BERBASIS MODAL KERJA MALALUI ANALISIS PENGELOAAN PIUTANG Adya Hemawati Email:
[email protected] Abstract: The role of banks is very important in the nation's economic development, therefore it is not wrong if the bank gets serious attention to the purpose and function of banking is reached. One important element in banking is the management of accounts receivable due to an element of working capital is always in a state of spin. Problems controlling the amount of accounts receivable and accounts receivable collection and evaluation of the credit policy of the run, must be considered, for the management of accounts receivable is very influential on the ability to earn income from investments held (profitability). Prosperous Rural Bank in the District of Apex Resources, working capital is still much stuck in the form of receivables, which resulted in the allocation of working capital is less productive, tend to reduce the profitability of banking. This study, to determine the management of accounts receivable in relation to the achievement of profitability. A decline in debt financing, but is still able to pay for short and long term. The position of the financial activity can be seen that the accounts receivable turnover accounts receivable turnover in 2008 - 2010 show fluctuations in accounts receivable is goodness in the year 2009 as much as 1.81 times from 1.59 times as much in 2008 and in 2010 again rose as much as 2.10 times. Keywords: earnings, loans, working capital, accounts receivable Abstrak : Peranan perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa, oleh karena itu tidak salah bila perbankan mendapat perhatian yang serius sehingga tujuan dan fungsi perbankan tercapai. Salah satu elemen penting dalam perbankan adalah manajemen piutang karena merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Masalah pengendalian jumlah piutang dan pengumpulan piutang serta evaluasi terhadap kebijaksanaan kredit yang dijalankan, harus diperhatikan, sebab manajemen piutang sangat berpengaruh pada kemampuan memperoleh laba dari investasi yang dimiliki (rentabilitas). Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, modal kerja masih banyak tertahan dalam bentuk piutang, yang mengakibatkan pengalokasian modal kerja kurang produktif, cenderung menurunkan rentabilitas perbankan. Penelitian ini, untuk mengetahui pengelolaan piutang dalam hubungannya dengan pencapaian rentabilitas. Dalam membiayai utang terjadi penurunan, namun masih mampu membayar utang untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Posisi aktivitas keuangan yaitu perputaran piutang dapat diketahui bahwa perputaran piutang tahun 2008 - 2010 menunjukkan fluktuasi yaitu kebaikan piutang pada tahun 2009 sebanyak 1,81 kali dari tahun 2008 sebanyak 1,59 kali dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan lagi sebanyak 2,10 kali.
1
Keywords: rentabilitas, kredit, modal kerja/piutang
PENDAHULUAN Peranan perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa, oleh karena itu tidak salah bila perbankan mendapat perhatian yang serius sehingga tujuan dan fungsi perbankan tercapai. Sejalan dengan itu perbankan diharapkan dapat berkembang sebagai badan usaha yang sehat dan kuat. Peranan perbankan diharapkan akan semakin meningkat, serta tidak kalah pentingnya yaitu makin bertambahnya dampak manfaat perbankan terhadap anggota dan masyarakat luas. Dilain hal guna meningkatkan laba perusahaan, maka perusahaan dapat memberikan kebijakan atas pemberian kredit terhadap para nasabah. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Apabila piutang tersebut sudah tertagih maka akan timbul lagi pada periode selanjutnya. Pada konteks ini, manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting dalam perbankan. Masalah pengendalian jumlah piutang dan pengumpulan piutang serta evaluasi terhadap kebijaksanaan kredit yang dijalankan, haruslah diperhatikan dengan seksama, sebab manajemen piutang sangat berpengaruh pada kemampuan memperoleh laba atau keuntungan dari investasi yang dimiliki (rentabilitas). Dengan melaksanakan penjualan secara kredit, maka hendaklah diperhatikan resiko yang akan terjadi. Misalnya resiko tidak tertagihnya piutang dan keterlambatan pembayaran piutang oleh para langganan. Apabila ini terjadi akan menurunkan keuntungan perusahaan dan tingkat rentabilitasnya. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan manajemen piutang secara baik, sehingga dapat mempercepat pengumpulan piutang dan tidak akan terjadi penumpukan modal kerja dalam bentuk piutang. Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, modal kerja masih banyak tertahan dalam bentuk piutang, hal ini dapat mengakibatkan pengalokasian modal kerja kurang produktif dan cenderung menurunkan rentabilitas perbankan, sehingga diperlukan analisa khusus di dalam mengelola piutang yang baik. Hal tersebut menjadi suatu fenomena atau permasalahan yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang . Adapun tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui pengelolaan piutang yang telah dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang dalam hubungannya dengan pencapaian rentabilitas. Dari uraian di atas, maka dalam pengelolaan modal kerja pada perbankan merupakan hal yang penting utamanya dalam pengeloaan piutang.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani "Credere" yang berarti "kepercayaan" atau dalam bahasa latin "Creditum" yang berarti "kepercayaan dalam kebenaran". Dasar kepercayaan ini terkandung dalam perkreditan antara si pemberi dan si penerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan kontra prestasi akan terjadi pada waktu mendatang. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit (kreditur) dan si penerima kreditur (debitur). Mereka saling menarik keuntungan dan saling menanggung resiko. Singkatnya kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, resiko dan perputaran ekonomi di masa mendatang. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia, dirumuskan dalam bab 1, pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perbankan no 7 tahun 1992, adapun rumusannya : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman- pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan perumusan di atas ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik yaitu : Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan atau dapat juga berupa barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain dengan harapan memberikan pinjaman, bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bank yang bersangkutan. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing. Dalam pemberian kredit ini tergantung kesepakatan pelunasan hutang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama. Bank dalam usaha perkreditannya tidak terlepas dari adanya resiko, bahwa kredit yang diberikan nantinya dapat kembali dengan lunas atau sebagian atau bahkan tidak sama sekali, yang tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Menurut Muljono (1990 : 11) dalam memberikan pinjaman dikenal sebagai prinsip 5C meliputi : Character,Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic Tujuan pemberian kredit menurut Suyanto (1995 : 15), antara lain : Bagi bank atau pemberi kredit adalah profitability dan safety yaitu memperoleh keuntungan dari terjaminnya keamanan atas fasilitas kredit yang diberikan sehingga tujuan profitabilitas dapat tercapai. Bagi kepentingan umum atau masyarakat adalah productivity, utility, socio-economically yaitu agar dapat dicapai suatu peningkatan produktivitas dan daya guna suatu barang atau modal untuk memenuhi kebutuhan manusia yang disertai kelancaran peredarannya sehingga akan tercapai suatu
3
peningkatan keadaan sosial ekonomi di dalam kehidupan masyarakat. Bagi nasabah atau penerima kredit, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atas usaha yang dibiayai dengan fasilitas kredit bank dan untuk dapat memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian. Adapun kebijaksanaan perkreditan (credit policy), menurut Muljono (1990: 20) dalam menetapkan kebijaksanaan kredit harus diperhatikan 3 azas pokok yaitu : azas likuiditas , azas solvabilitas, azas rentabilitas Piutang Piutang yang dimiliki perusahaan, umumnya timbul sebagai akibat transaksi penjualan atau pemberian jasa, pinjaman yang diberikan dan yang timbul dari transaksi lainnya. Istilah piutang menurut Ruswinarto (1992 : 352), "Meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi atau debitur lainnya". Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, dimana yang paling umum adalah dari penjualan barang ataupun jasa secara kredit. Menurut Suyatno (1995 : 17), adapun faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang adalah volume pemberian kredit, syarat pembayaran kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit, kebijakan dalam mengumpulkan piutang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dengan jalan menjual barang dan jasa dengan kredit maupun memberikan pinjaman kepada para langganannya. Penjualan secara kredit kepada langganannya akan mengakibatkan timbulnya piutang. Terhadap piutang tersebut maka diperlukan juga pengendalian intern dengan adanya pembagian administrasi piutang diharapkan kendala adanya tunggakan kredit dapat ditekan maupun dihindari. Dalam rangka untuk memperbesar volume penjualan maka perusahaan dapat menjual produk secara kredit. Akibat dari kebijakan penjualan kredit perusahaan tidak akan segera memperoleh penerimaan kas, akan tetapi akan menimbulkan adanya piutang termasuk adanya biaya tambahan yang lain. Misalnya biaya atas dana yang ditanamkan pada piutang, resiko tidak tertagihnya piutang, biaya penagihan piutang, biaya administrasi untuk memelihara catatan piutang, dan lain sebagainya. Apabila kita bisa menentukan dengan tepat nasabah yang akan diberi kredit dan mana yang sebaiknya ditolak, maka perusahaan dapat meminimumkan piutang yang tidak terbayar. Langkah-langkah pengendalian piutang menurut Indriyo (1990 : 45) menyatakan sebagai berikut : Untuk melaksanakan pengendalian secara ketat atas dana yang tertanam pada piutang, manajemen harus banyak menentukan hal-hal pekerjaan administrasi yang bersangkutan dengan penarikan uang tunai, dan prosedur yang harus ditempuh untuk menghadapi para penunggak. Pemahaman arti pentingnya setiap unsur pengendalian intern terhadap siklus piutang, menjelaskan unsur pengendalian intern dalam siklus
4
piutang. Rentabilitas Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi bam dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Berhubungan dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pengertian rentabilitas menurut Bambang Riyanto (1995 : 35) , rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya guna menghasilkan laba tidaklah lepas dari pengukuran tingkat rentabilitas, yang mencerminkan kemampuan modal perusahaan untuk menghasilkan laba, maka rentabilitas dapat dibagi dua, yaitu : rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri Hubungan antara Kebijakan Kredit dengan Rentabilitas Tingkat rentabilitas tinggi menunjukkan Working Capital atau modal kerja yang digunakan mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi. Tetapi dengan modal kerja yang tinggi belum tentu perusahaan menghasilkan rentabilitas yang tinggi, sebab hal itu tergantung pada penggunaan modal kerja yang dilakukan secara efisien atau tidak. Kemungkinan rendahnya tingkat rentabilitas menurut Menawar (1992 : 87) antara lain disebabkan karena adanya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut, merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan, adanya inefisiensi baik dalam produk, pembelian maupun pemasaran, adanya kegiatan ekonomi yang menurun. Kemungkinan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komponen modal kerja harus digunakan secara produktif agar tidak menimbulkan inefisiensi terutama piutang yang selanjutnya dapat mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas perusahaan. Piutang adalah salah satu elemen aktiva lancar atau investasi dari modal kerja, besarnya pengaruh perputaran piutang dari yang telah ditentukan maka akan mengakibatkan over investment pada piutang. Hal ini dapat disebabkan pengalokasian modal kerja kurang efisien
5
sehingga akan cenderung menurunkan rentabilitas. Sesuai dengan pendapat Munawir (1992 : 75) adalah sebagai berikut : "Makin tinggi ratio turn over menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah sebaliknya, kalau semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisis lebih lanjut". Akan tetapi jika perusahaan dapat mempercepat pengumpulan piutang, maka tidak terjadi pembukuan modal kerja. Berarti modal kerja akan dapat dipergunakan lebih efisien, sehingga cenderung akan meningkatkan rentabilitas. Suatu perusahaan dikatakan rentabilitasnya tinggi berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan itu tinggi juga efisiensinya. Tetapi dengan modal kerja yang tinggi belum tentu perusahaan mendapatkan rentabilitas yang tinggi, sebab hal ini tergantung pada penggunaan modal kerja apakah digunakan dengan efisien atau tidak. Karena bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, sebab laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Jadi efisiensi belum dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal kerja yang menghasilkan laba tersebut. Dalam neraca, piutang merupakan salah satu elemen dari aktiva lancar atau investasi dari modal kerja, maka piutang mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas, besarnya pengaruh perputaran piutang dari yang sudah direncanakan atau modal dianggarkan maka akan mengakibatkan over investment pada piutang. Hal ini bisa diketahui apabila suatu perusahaan melaksanakan kebijakan syarat pembayaran penjualan kreditnya yang semakin lunak atau lama, maka tingkat perputaran menjadi rendah, berarti pengalokasian modal kerja kurang produktif sehingga akan mengurangi tingkat rentabilitas. Menurut Bambang Riyanto (1991 : 81) adalah sebagai berikut : Makin tinggi turn overnya , berarti makin cepat perputarannya yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turn over dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang. Jadi dengan adanya pengendalian piutang yang baik dengan jalan mengusahakan mempercepat perputaran piutang serta memperbaiki kebijakan kredit, maka akan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan rentabilitas. METOE Obyek Penelitian Penelitian diadakan pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang. Adapun Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang mempunyai prospek yang bagus dalam lembaga perbankan untuk maju.
6
Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang. Adapun jenis data yang diteliti ada dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif Teknik Pengumpulan Data Guna memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data 1) interview, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung terhadap staff keuangan perbankan, 2) dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan pencatatan data yang berkaitan dengan masalah yang ada, terdiri dari laporan keuangan, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi. Teknik Analisis Data Analisis deskriptif kuantitatif untuk menghitung dan menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan ratio rentabilitas sebagai berikut: 1) melakukan penilaian atas kebijakan kredit yang dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, selama ini berupa penilaian modal yang tertanam dalam piutang. Untuk mengetahui efektivitas digunakan beberapa analisis yaitu a) Account receivable turn over (Tingkat Perputaran Piutang), b) average of account receivable (Umur rata-rata piutang), c) return On Investment (Rentabilitas Ekonomi), d) rentabilitas ekonomis, e) return on Equity (Rentabilitas Modal Sendiri). HASIL Jenis pengumpulan dana yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang sampai sekarang ini ada dua pokok yang diberikan kepada masyarakat yaitu sebagai berikut : 1) Simpanan Tabungan, tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank dimana penyetoran dan pengambilannya sewaktu-waktu sesuai dengan syarat-syarat tertentu, 2) Simpanan Deposito Berjangka, adalah simpanan pihak ketiga atau masyarakat kepada bank yang penambahan dan pengambilannya sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut biasanya dikaitkan dengan jangka waktu dan perhitungan berdasarkan jangka waktu penyimpanannya, yaitu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Dan perlu diketahui bahwa surat deposito dapat dijadikan jaminan kredit. Penyaluran dana meliputi pemberian pinjaman atau kredit. Adapun jenis kredit yang digunakan atau yang diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang adalah 1) Kredit Untuk Perdagangan, Kredit ini diberikan kepada para pedagang kecil khususnya yang berada pada pasar-pasar atau pedagang-pedagang di kios-kios. Mengenai jaminan kredit
7
berupa barang dagang sertifikat tempat berjualan. 2) Kredit Untuk Umum. Kredit ini diberikan kepada nasabah yang membutuhkan dana dan setiap nasabah kredit diberikan persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan peraturan dan tata tertib mengenai perkreditan yang berlaku pada Bank Perkreditan Sumber Makmur Rembang. Mengenai macam jaminan untuk kredit umum berupa sertifikat tanah, surat kendaraan bermotor, dan besarnya pinjaman sesuai dengan yang diberikan. Daerah pemasaran yang ditawarkan pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang berorientasi pada masyarakat kecil khususnya pada masyarakat pedesaan. Kegiatan promosi penjualan yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang adalah advertising, kegiatan advertising yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang menyebarkan brosur-brosur dan spanduk tentang keunggulan dan ciri khas dari produk yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang. Saluran distribusi ini dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang untuk mencapai konsumen yang mayoritas berada di pelosok pedesaan. Biasanya pihak Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang mempunyai sales untuk menawarkan kredit kepada masyarakat pedesaan yang membutuhkan kredit. Tujuan Jangka Pendek Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, 1) Meningkatkan pemasaran produk jasa yang dihasilkan, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya usaha yang dijalankan. 2). Memperoleh profil yang ditargetkan, bank berusaha secara maksimal untuk mencari laba yang optimal. Bila hal ini tercapai, maka bank diharapkan dapat berkembang dengan pesat. 1) Melayani masyarakat khususnya nasabah dengan sebaik mungkin. Di dalam memberikan pelayanan pada nasabah, bank hendaknya memberikan pelayanan yang unggul, cepat dan tepat. Tujuan Jangka Panjang Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, 1) Mempertahankan citra perusahaan sangat perlu diperhatikan dalam menunjang aktivitas perusahaan, karena menyangkut nama baik perusahaan terhadap masyarakat maupun instansi pemerintah. 2) Meningkatkan likuiditas serta profitabilitas karena semakin meningkatnya volume penjualan yang diikuti dengan meningkatnya laba diharapkan kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin. 3) Mengembangkan perusahaan agar menjadi lebih besar, di sini meliputi dua pengertian yaitu bersifat intern dan ekstern. Intern merupakan perluasan di dalam perusahaan sendiri seperti menambah jumlah karyawan, menambah sarana dan prasarana lainnya. Sedangkan ekstern dapat diartikan memperluas daerah pemasaran atau memperluas daerah usaha. Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa
8
mengumpulkan dana untuk kemudian menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk kredit untuk jangka waktu tertentu. Untuk mencari dana dan selanjutnya menghimpun dana sangat menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun tentunya dapat dikembangkan dalam bentuk kredit. Dalam mengumpulkan dana tersebut sudah barang tentu bank harus mengenal sumber-sumber dana yang ada dalam bentuk yang berbeda-beda. Dana tersebut umumnya berbentuk : a. Modal Sendiri Modal bank yang berasal dari pemegang saham. Dana ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 1) Modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank membutuhkan dana dikemudian hari. 2) Cadangan-cadangan, yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup timbulnya resiko. 3) Laba ditahan, yaitu laba yang seharusnya milik pemegang saham oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali dalam modal kerja. b. Dana Pinjaman Dana yang diperoleh bank dari pinjaman yang berasal dari pihak luar berupa pinjaman dari bank-bank lain maupun pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank. Dimana dengan dana pinjaman tersebut diharapkan dapat menambah pengumpulan dana, sehingga jumlah kredit yang disalurkan akan meningkat. c. Tabungan Tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Dalam rangka meningkatkan kemampuan penyerahan dana dan pelayanan jasa perbankan bagi penabung, maka sejak adanya kebijaksanaan deregulasi Oktober 1988 (Pakto) semua bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari Bank Indonesia berbeda dengan program tabungan pemerintah, tingkat bunganya diatur dan ditentukan langsung oleh pemerintah, dan keamanannya dijamin oleh Bank Indonesia. sedangkan program tabungan yang diselenggarakan oleh masing-masing bank bunganya ditetapkan langsung oleh bank penyelenggara, akan tetapi pengambilannya tidak dijamin oleh Bank Indonesia. Dengan dikeluarkannya kebijakan mengenal kebebasan penyelenggaraan tabungan oleh bank-bank umum baik bank pemerintah maupun bank swasta, maka saat ini bank-bank cukup agresif melakukan pengumpulan dana melalui pengenalan berbagai jenis produk tabungan dengan berbagai cara untuk menarik masyarakat agar menyimpan sebagian dananya pada bank. d. Deposito Deposito adalah simpanan dari pihak ketiga pada bank yang penarikannya
9
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan langka waktu jatuh tempo deposito pada Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang adalah 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan. Dalam usaha-usaha menarik dana, melalui deposito berjangka bank-bank menawarkan beberapa fasilitas serta daya tarik lainnya antara lain: a) Perpanjangan jangka waktu pada saat telah jatuh tempo secara otomatis (Automatic Roll Over), b)Tingkat bunga yang lebih kompetitif. c) Dapat dijadikan jaminan kredit. PEMBAHASAN Terkait dengan kondisi kerja Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, maka untuk analisis keuangan, dengan menggunakan beberapa teknik analisis ratio keuangan sbb: Ratio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva Ratio ini menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur. Semakin tinggi ratio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Modal sendiri = Modal Sendiri x 100% Total Aktiva Tabel 1 Ratio Modal Sendiri dengan Total Aktiva Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur Tahun 2008 - 2010 (dalam prosentase) Tahun 2008
Modal Sendiri 415.417.520
Total Aktiva 1.759.795.100
Ratio Modal Sendiri 23,60%
2009
624.931.054
1.842.601.240
33,91%
2010 642.116.134 Sumber data: diolah, tahun 2011
1.907.580.110
33,66%
Dari tabel perhitungan modal sendiri dengan total aktiva perusahaan di atas diketahui bahwa pada tahun 2008 menunjukkan kenaikan 23,60% untuk tahun 2009 menjadi sebesar 33,91 % dan untuk tahun 2010 menjadi sedikit kenaikan yaitu 33,66%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya untuk jangka pendek maupun jangka panjang berkurang dan bukan kondisi bank perkreditan tidak likuid karena adanya penurunan total aktiva tetap pada tahun 2010 dan terjadi peningkatan modal.
10
Rata-Rata Penagihan Piutang Ratio ini menunjukkan berapa lama rata-rata piutang berada dalam perusahaan atau berapa lama dana terikat dalam piutang. Tahun 2008 Penjualan kredit Rata-rata piutang Perputaran piutang Hari rata-rata piutang Tahun 2009 Penjualan kredit Piutang awal Piutang akhir Rata-rata piutang Perputaran piutang Hari rata-rata piutang Tahun 2010 Penjualan kredit Piutang awal Piutang akhir Rata-rata piutang Perputaran piutang Hari rata-rata piutang
Rp. 1.075.965.470 Rp. 675.250.950 1,59 kali 226,41 hari Rp. 1.075.835.625 Rp. 675.250.950 Rp. 507.221.750 Rp. 591.236.350 1,81 kali 198,89 hari Rp. 1.097.595.120 Rp. 507.221.750 Rp. 537.521.850 Rp. 522.371.800 2,10 kali 171,42 hari
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengumpulan piutang bank perkreditan semakin lambat atau menurun pada tahun 2008 adalah selama 226,41 hari. Sedangkan pada tahun 2009 selama 198,89 hari, artinya rata-rata terikatnya dana dalam piutang lebih lama dari yang ditetapkan yaitu 120 hari. Tabel 2 Ratio Modal Sendiri Dengan Aktiva Tetap Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur Tahun 2008 - 2010 (dalam prosentase) Tahun 2008
Modal Sendiri 415.417.520
Aktiva Tetap 992.278.225
Ratio Modal Sendiri 41,86%
2009
624.931.054
1.196.851.992
52,21%
2010
642.116.134
1.121.549.176
57,25%
Sumber data: diolah, tahun 2011
11
Berdasarkan perhitungan tabel di atas terlihat bahwa tahun 20082010 terjadi perubahan baik pada modal sendiri meningkat begitu juga dengan aktiva tetap. Meskipun terjadi peningkatan modal sendiri, namun ratio ini tetap di bawah 100%, artinya bahwa aktiva tetap dibiayai dengan pinjaman jangka pendek. Ratio Utang Dengan Aktiva Ratio ini digunakan untuk mengukur prosentase penggunaan dana yang berasal dari kreditur. Para kreditur lebih menyenangi ratio utang yang rendah karena semakin rendah ratio hutang, semakin besar pula perlindungan yang di peroleh para kreditur dalam keadaan likuiditas. Adapun rumusnya sebagai berikut : Ratio Hutang dengan Aktiva = Total Hutang x 100% Total Aktiva Tabel 3 Ratio Utang Dengan Aktiva Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur Tahun 2008 - 2010 Tahun 2008
Total Hutang 492.040.000
Total Aktiva 1.759.795.100
Ratio Utang 27,96%
2009
276.886.971
1.842.601.240
15,02%
2010
401.883.350
1.907.580.110
21,06%
Sumber data: diolah, tahun 2011 Berdasarkan perhitungan tabel di atas antara utang dengan aktiva dapat diketahui bahwa jumlah utang yang digunakan untuk membiayai aktiva mengalami penurunan pada tahun 2009, yaitu sebesar 15,02% sedang pada tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar 21,06%. Meskipun terjadi penurunan tetapi dapat dikatakan bahwa bank perkreditan masih mampu membayar utang baik jangka panjang maupun jangka pendek. Perputaran Aktiva Usaha Ratio perputaran aktiva usaha digunakan mengetahui kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Adapun rumusnya sebagai berikut: Perputaran Aktiva Usaha = Penjualan x 100% Total Aktiva
12
Tabel 4 Ratio Perputaran aktiva usaha Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur Tahun 2008 - 2010 (dalam kali) Tahun
Penjualan
Total Aktiva
2008 1.110.544.395 2009 1.102.544.395 2010 1.112.209.370 Sumber data: diolah, tahun 2011
1.759.795.100 1.842.601.240 1.907.580.110
Perputaran aktiva usaha 0,6265 x 0,5983 x 0,4853 x
Berdasarkan perhitungan tabel di atas diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh dari dana yang tertanam dari keseluruhan aktiva mengalami penurunan, dimana pada tahun 2008 perputaran aktiva usaha menduduki posisi tertinggi yaitu 0,6265 x dan selanjutnya mengalami penurunan berturut-turut pada tahun 2009 yaitu 0,5483 x dan pada tahun 2010 sebesar 0,4853 x. Penurunan ini terjadi disebabkan adanya investasi modal pada aktiva tetap yang dilakukan pada tahun 2009 dan tidak segera diimbangi dengan tambahan pendapatan sewa modal dan usaha lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sikap masalah yang tidak mengambil agunannya sehingga terjadi selisih taksiran antara agunan yang tidak laku lelang dengan penurunan harga lelang. Ratio Rentabilitas 1) Return On Investment (ROI) Ratio ROI digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan besar yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. Semakin tinggi penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukannya. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : ROI = Laba Bersih x 100% Total Aktiva Tabel 5 Return On Investment Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur Tahun 2008 - 2010 (dalam prosentase) Tahun Laba Bersih Total Aktiva 2008 984.267.865 1.759.795.100
13
ROI 55,93%
2009 974.844.852 2010 979.065.399 Sumber data: diolah, tahun 2011
1.842.601.240 1.907.580.110
52,90% 51,32%
Berdasarkan perhitungan tabel tersebut di atas terdapat penurunan secara terus-menerus dari tahun 2008 sampai tahun 2009. Besarnya penurunan ROI ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu terjadi perubahan tingkat perputaran aktiva yang digunakan operasi dan profit margin. Ratio yang semakin rendah mencerminkan adanya kelebihan investasi dalam kaitannya dengan volume penjualan jasa gadai. Dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 sampai 2010 tingkat ROI juga semakin menurun, yang disebabkan adanya penurunan volume penjualan jasa kredit dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai penjualan itu dan ketidakefisienan bank perkreditan dalam mengolah usaha selama ini. Strategi Solusi Permasalahan 1) Memperbaiki pelaksanaan pemberian utang Perbaikan terhadap pelaksanaan pemberian utang ini dilakukan untuk memperkecil resiko tidak terbayarnya utang, selain itu memperkecil terhadap perputaran piutang. Dengan semakin kecilnya perputaran piutang maka semakin banyak modal yang tertimbun dalam pemberian kredit. Untuk memperbaiki pelaksanaan pemberian utang tersebut dapat dilakukan dengan memperketat terhadap barang jaminan dan kartu pengenal yang dijadikan barang jaminan. Sehingga diharapkan hal-hal yang tidak diinginkan dapat terhindari. Untuk menekan terjadinya kesalahan dalam menaksir, karena adanya keterbatasan dalam kriteria penilaian agunan disamping perbaikan pembinaan dan pengembangan mutu, penaksir juga selalu mawas diri terhadap kondisi pribadi dan perusahaan. Oleh karena itu Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang, perlu mengkaji usaha-usaha perbaikan untuk meningkatkan mutu penaksir. 2) Memperbaiki pelaksanaan pengendalian intern Dengan pengendalian intern yang baik, maka kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang dapat segera diatasi. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang : a) Dengan meningkatkan penjagaan secara fisik atau pengawasan melekat (waskat) maka kerugian karena kecurangan karyawan akan berkurang sehingga karyawan tidak dapat seenaknya untuk memberikan taksiran dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. b) Tanggung jawab yang diberikan pada masing-masing pegawai dapat dilakukan sesuai dengan kecakapannya, pengalamannya dan kejujurannya. c) Mengawasi dan mengendalikan aktifitas perusahaan, sehingga kemungkinan terjadi penyelewengan dapat dihadapi,
14
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang merupakan lembaga keuangan yang salah satu usahanya adalah memberikan kredit kepada masyarakat dalam rangka membantu pemerintah untuk mempercepat program pengentasan kemiskinan. Tujuan pokok memberikan kreditnya untuk memperoleh keuntungan yang berupa pembayaran bunga tanpa meninggalkan ciri khusus yaitu pemberian uang pinjaman atas dasar hukum kredit dengan sasaran masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga keuntungan dari pelayanan dijadikan dasar setiap pemberian kredit. 2) Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa perkreditan dalam membiayai utang terjadi penurunan meskipun terjadi penurunan namun masih mampu membayar utang untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Posisi aktivitas keuangan yaitu perputaran piutang dapat diketahui bahwa perputaran piutang tahun 2008 2010 menunjukkan fluktuasi yaitu kebaikan piutang pada tahun 2009 sebanyak 1,81 kali dari tahun 2008 sebanyak 1,59 kali dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan lagi sebanyak 2,10 kali. Saran-saran Bank Perkreditan Rakyat Sumber Makmur di Kabupaten Rembang dalam pembinaan dan pengembangan mutu pegawai perlu diadakan atau diikutkan pendidikan dan latihan yang berhubungan dengan aktivitas pegadaian, misalnya mengenai penaksiran dan tidak hanya penaksir saja yang ikut diklat tersebut. Pada tiap bagian dalam membuat anggaran sebagai alat pengendalian untuk menilai kinerja dari masing-masing bagian itu sendiri jadi dengan anggaran yang telah dibuat tersebut dapat segera diketahui penyimpangan yang terjadi dan segera dapat dicarikan altematif pemecahannya sehingga tidak mengganggu aktivitas operasional pegadaian. DAFTAR RUJUKAN Hamanto, 1993. Teori Manajemen Keuangan. Penerbit Grafindo, Jakarta. Husnan, Suad. 1992. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Muljono, Teguh Pudjo. 1990, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE Yogyakarta. Mulyadi. 1992. Manajemen Keuangan I. Penerbit YKPN, Yogyakarta.' Munawir, S. 1992. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Ketujuh, Edisi Keempat. Penerbit Liberty BPFE, Jakarta. Munandar, Haris, 1996. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 5, Raja Grafindo, Jakarta. Nitisemito, Alex. 1994. Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan Ketiga Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
15
Riyanto, Bambang. 1991. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Pertama. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta. ______ . 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Revisi. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta. Swastha, Basu. dan Ibnu Sukotjo. 1991. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Syamsudin, Lukman. 1992. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Barn, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Raja Grafindo Prasada, Jakarta. Tuanakotta, M. 1990. Teori Akuntansi. Edisi Kedua, Penerbit Liberty, Jakarta.
16