Vol. 2 No. 2 Mei 2014
UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS BANGUN RUANG DENGAN MEDIA BERMAIN BALOK PADA ANAK Umi Maria Ulfah (11261381-ST) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Anak dengan usia 4 – 6 tahun adalah usia peka dan aktif bagi anak dalam mencari dan menemukan sesuatu yang menjadi dasar dalam mengembangkan kemampuannya, dan salah satunya adalah kemampuan untuk berkreasi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PAUD Muslim Play Group Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, ditemukan bahwa kurang berminatnya anak dalam kegiatan bermain sambil belajar dengan menggunakan sarana dan prasarana permainan yang ada. Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana alat permainan yang ada kurang tersedia dengan baik didukung metode pembelajaran yang kurang variatif pula. Berdasarkan hal tersebut, maka permainan dengan balok-balok permainan dirasa sangat tepat untuk digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kreatifitas anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bahwa metode bermain media balok dapat mengembangkan kreatifitas anak-anak didik kelompok B PAUD Muslim Play Group. Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan subyek penelitiannya adalah anak didik Kelompok B Muslim Play Group Kecamatan Gajah Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 201/2014. Subyek penelitian adalah peserta didik kelompok B PAUD Muslim Play Group. Jumlah anak didik :20 anak, terdiri dari Lakilaki:11anak, Perempuan:9 anak. Data diperoleh melalui observasi indikator kemampuan kreatifitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah prosentase kemampuan kreatifitas bangun ruang anak melalui bermain balok yang dikategorikan kedalam bentuk nilai yaitu nilai A dengan skor 4 sebagai berkembang sangat baik ( BSB ), nilai B dengan skor 3 sebagai berkembang sesuai harapan ( BSH ), nilai C dengan skor 2 sebagai mulai berkembang ( MB ) dan nilai D dengan skor 1 sebagai belum berkembang ( BB ). Berdasarkan hasil observasi dan penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator yang meliputi : mengelompokkan bentuk geometri, menyusun dari kepingan sederhana, menciptakan bentuk bangunan, membongkar dan mencipta lagi bangunan baru, bercerita apa yang diimajinasikan Peneliti beranggapan bahwa dengan bermain balok akan dapat meningkatkan kretifitas anak dan melatih kerjasama kelompok. Pembahasan pada siklus 1 peneliti masih kurang kreatif dalam mengkreasikan media balok, balok yang digunakan balok polos sehingga anak kurang tertarik, guru juga kurang aktif dalam pengarahan dan penyampaian materi sehingga anak masih bingung dalam bermain balok. Pembahasan siklus II adalah perbaikan dari siklus I, Dalam siklus II media balok di tempeli dengan stiker anak dan juga ada yang di kasih warna dengan ditambahkan assesori tambahan sehingga anak lebih tertarik untuk bermain berkreasi membangun dengan balok, dalam kegiatan guru juga memberikan dorongan motivasi dan memberikan masukan agar anak lebih berfikir kreatif. Setelah dilaksanakan penelitian yang berjalan selama dua siklus, terbukti bahwa ternyata ada perubahan setelah dilakukan tindakan atau setelah diterapkan metode yang sesuai saat bermain balok. Penerapan bermain balok yang tepat dapat meningkatkan kretifitas bangun ruang anak. Berikut ini adalah pemaparan peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat nilai rata-rata anak pada siklus 1 adalah 2,62 dengan persentase ketuntasan belajar 57% sedangkan pada siklus II, nilai rata-rata anak 3,2 dengan persentase ketuntasan belajar 82%. Dengan melihat pengamatan menunjukkan Perkembangan kreatifitas anak melalui permainan balok semakin berkembang. Disamping itu anak semakin aktif dan bahkan berlomba untuk dapat menyelesaikan permainannya yaitu menyusun balok untuk membentuk suatu bangunan bahkan lebih dari satu. Kata kunci : perkembangan kreatifitas, bangun ruang, media bermain balok
105
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu usaha yang sadar dan terencana yang dijalankan untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran dimana peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budi pekarti yang mulia serta ketrampilan yang diperlukan pribadi individu, masyarakat, bangsa dan negara. Disamping itu pendidikan juga merupakan bimbingan atau arahan yang berwujud pengaruh yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak didik agar menjadi dewasa secara integral, yaitu dewasa pikiran, perasaan, kemauan, umur, tingkah laku, sikap dan kepribadian. Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjakan luar biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Para Ahli menyebutnya sebagai usia emas
perkembangan.
Untuk
melejitkan
potensi
perkembangan,setiap
anak
membutuhkan
perlindungan, kesehatan, pengasuhan dan gizi serta rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Setiap anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda sesuai dengan usia kronologis sebelum anak mencapai usia tiga atau empat tahun. Karakteristik mereka telah terbentuk oleh pengaruh-pengaruh pengetahuan dan lingkungan yang mereka dapatkan.(Umar Hasyim,1983 : 86). Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28, pendidikan anak usia dini atau pendidikan prasekolah dijelaskan sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan yang layak bagi anak usia dini atau anak prasekolah adalah pendidikan anak usia dini yang menekankan pada pemberian materi berdasarkan sesuatu yang nyata. Disamping itu metode pengembangan yang digunakan penuh dengan inspirasi sehingga anak dapat mengenal suatu hal yang baru dan sangat menyenangkan. Masing-masing anak mempunyai potensi, baik potensi fisik biologis, kognisi maupun sosioemosi. Untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia dini melalui pendidikan, perlu adanya program pendidikan yang sesuai dengan karakteristik anak. Program pendidikan harus memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan dan dukungan bagi anak. Disamping itu program pendidikan juga harus memperhatikan seluruh aspek yang berkaitan dengan perkembangan anak serta sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak. Dilain pihak program pengembangan juga dapat menanamkan dan menumbuhkan pembinaan perilaku dan sikap yang dilakukan melalui pembiasaan perilaku yang baik. Hal tersebut menjadi dasar dalam pembentukan pribadi anak agar tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri, menjadi anak yang hidup bersih dan sehat, berdisiplin yang tinggi dalam kehidupan keseharian sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung masyarakat ( Siskandar dalam Santoso, 2003 ; 27 ). 106
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Pengembangan kemampuan anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang dikemukakan oleh Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar dalam bukunya yang berjudul “ Analisis Kebijakan Pendidikan “. Dijelaskan bahwa faktor-faktor tersebut sangat ampuh di dalam memberikan efek terhadap kemampuan belajar anak. Menurut beberapa studi di Indonesia (Moegiadi, 1974 ; Ace Suryadi, 1932 ; Nuhi Nasution, 1980 ; Shacffer, 1980) , faktor-faktor tersebut antara lain faktor guru, buku pelajaran, alat permainan/pelajaran, proses pendidikan, manajemen sekolah dan faktor keluarga serta besarnya ruangan kelas dan taman bermain. Menanamkan suatu kebiasaan yang bersifat positif pada anak usia dini sangatlah penting dan wajib diberikan. Sebagai konsekuensinya pendidik atau guru harus menjadi contoh atau model bagi anak didik. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia dini yaitu senang meniru, mengikuti jejak orang yang lebih dewasa, mendengarkan cerita, selalu ingin tahu, menyenangi hal yang mencolok, ingin mencoba, banyak bergerak, suka bermain. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya mencakup semua aspek yang mengembangkan cipta, rasa, karsa serta potensi yang ada pada diri anak didik. Dalam proses pembelajaran tersebut anak-anak dibentuk untuk mengembangkan potensinya baik fisik maupun psikis yang meliputi ; moral, sosial, emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, motorik, yang kesemuanya itu merupakan dasar bagi anak-anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu sekolah dasar. Tersedianya fasilitas sarana, prasarana, alat bermain yang memadai ketika anak dapat bermain atau melakukan aktivitas secara maksimal juga merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. Sarana dan prasarana berupa alat-alat permainan yang masuk dalam alat pendidikan edukatif APE merupakan faktor pendukung yang utama agar terciptanya pembelajaran yang baik dan berkualitas. APE merupakan media belajar
yang dapat dikembangkan seorang pendidik dalam
mengembangkan kreatifitas anak didik. Dengan menggunakan alat-alat permainan anak akan dapat denagn mudah mengembangkan kretitifitasnya. Jenis APE banyak sekali, ada yang berupa maze, puzzle, balok, dll. Balok merupakan media bermain konstruktif. Anak terlibat langsung dalam tahapan berfikir, anak membentukdan menggabungkan obyek-obyek tertentu sehingga memungkinkan anak untuk mengembangkan kreatifitas dan imajinasinya.Kajian para neurologi menghasilkan informasi bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan orang dewasa terjadi saat anak berusia 4 tahun, sedangkan 80%nya terjadi ketika anak berusia sekitar 18 tahun, hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya. Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Namun pada kenyataanya anak-anak di Pendidikan Anak Usia Dini kreatifitas belum berkembang optimal. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya ketersedianya
alat-alat permainan yang ada disekolah, jarangnya
pemberian stimulasi yang diberiakn saat anak melakukan permainan, seorang pendidik dalam memberikan materi pembelajaran kepada anak-anak didik kurang kreatif dan inofatif. 107
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Demikian juga di PAUD Muslim play group desa gedangalas kecamatan gajah kabupaten demak, menjumpai berbagai permasalahan dan kendala yang berkaitan dengan alat bermain yang menyebabkan anak-anak didik kurang berkembang dalam segi kreatifitas. Data yang di peroleh dilapangan dari 20 anak ada 8 anak yang tekun dan trampil dalam bermain balok, 12 anak yang lain anak cenderung bosan dan malas, maka dianggap kemampuan kreatifitas anak dalam bermain balok masih rendah. Anak-anak didik kebanyakan kurang berminat dengan permainan yang menggunakan media bermain balok,anak sering lari kesana kemari, menggangu teman yang bermain dan pada akhirnya kegiatan pembelajaran semakin kurang efektif. Permasalahan lain dimana adanya rasa takut yang melekat pada anak-anak didik untuk bermain dengan menggunakan alat permainan balok ( balok titian ) sehingga mereka enggan untuk bermain. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian “ Upaya Mengembangkan kreatifitas bangun ruang Melalui Bermain Balok di PAUD Muslim Play Group Kelompok B Desa Gedangalas Kecamatan gajah Kabupaten Demak “.
KAJIAN PUSTAKA Pengertian kreatifitas Secara alamiah perkembangan kreatifitas anak berbeda-beda,
sehingga harus diberikan
stimulasi sejak dini agar anak terdorong untuk selalu berpikir kreatif. Kreatifitas berasal dari kata kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan. Kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru baik berupa gagasan atau maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 2001:7). Pengertian Bangun Ruang Bangun ruang merupakan sebutan untuk bangun-bangun tiga dimensi atau bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Ada beberapa macam bangun ruang diantaranya yaitu :
Gambar 1. Macam –macam balok 108
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Media balok merupakan sarana anak untuk bermain rancang bangun, Balok adalah bangun ruan g tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang dengan paling tidak satu p asang
diantaranya
berukuran
berbeda.
Balok
memiliki
6
sisi,
12rusuk,8titiksudut.
Elemen balok : Panjang (p) adalah rusuk terpanjang dari alas balok. Lebar (l) adalah rusuk terpendek dari sisi alas balok. Tinggi (t) adalah rusuk yang tegak lurus terhadap panjang dan lebar balok.
Gambar 2. Gambar Kubus Ciri-ciri Balok :Alasnya berbentuk segi empat, Terdiri dari 12 rusuk, Mempunyai 6 bidang sisi, Memi liki 8 titik sudut, Seluruh sudutnya siku-siku Pengertian Media Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergu nakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 1 36) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna menca pai Tujuan pembelajaran”.. Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah: Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis, Mengatasi keterbatasan ruang, wak tu dan daya indera, Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini dipergunakan jenis Kualitatif Deskriptif dengan pendekatan metode Classroom Action Research (CAR) atau biasa di kenal dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan ini merupakan suatu tindakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja di munculkan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa-siswinya dapat meningkat.Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru kelas dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, dan merefleksi.
109
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Setting penelitian dan Latar penelitian Lokasi yang saya observasi di PAUD muslim play group desa gedangalas rt 07, rw 02 Kecamatan gajah kabupaten demak. Waktu penelitian kegiatan pembelajaran 07.30-10.00 WIB. Latar belakang sosial ekonomi mayoritas wiraswasta dengan tingkat kesejahteraan menengah kebawah. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa masih rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, karena siswa masih belum seluruhnya mempunyai keaktifan dalam kegiatan. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah peserta didik kelompok B PAUD Muslim Play Group. Jumlah anak didik :20 anak, terdiri dari Laki-laki:11anak, Perempuan:9 anak.Play Group B (Usia 4-5 tahun). Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data ini digunakan pada saat melakukan PTK, beberapa alat yang digunakan yaitu: 1. Lembar observasi:catatan pengamatan atau lembar pengambilan data yang digunakan untuk memotret seberapajauh efek tindakan yang dicapai. Lembar observasi terdiri dari: lembar observasi siswa, dan lembar observasi guru. 2. Lembar dokumen: lembar catatan pekerjaan siswa dilakukan untuk memperoleh data tentang proses perkembangan anak setelah melakukan tindakan dalam penelitian. 3. Lembar dokumentasi foto: Lembar dokumentasi untuk merekam data tentang proses kegiatan pembelajaran. Fotografi merupakan cara yang dapat mempermudah menganalisis situasi ruang kelas dan merupakan data visua dapat dilaporkan dan ditunjukkan kepada orang lain (Burns, 1999:101 via Rojaki, 2008:44). Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang baik diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan sehingga tidak terjadi kekeliruan. Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan metode berupa : 1. Metode Observasi 2. Metode Dokumentari
HASIL PENELITIAN Deskripsi Kondisi Siklus 1 a. PelaksanaanTindakanKelaspadapertemuan pertama Siklus I Proses kegiatan pembelajaran oleh peneliti dilakukan sesuai dengan acuan RKH yang telah dibuat peneliti dengan menggunakan alat permainan berupa balok-balok permainan. Kegiatan berawal dari Pembukaan, Doa, tanya jawab, menyanyi, bercerita, bertepuk tangan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan alat permainan berupa balok-balok, sehingga anak memahami cara bermain dengan alat permainan balok. Anak 110
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
diminta duduk dengan rapi sesuai dengan keinginannya, kemudian guru memberi atau menyediakan balok-balok permainan untuk anak bermain dan belajar untuk menyusun balok-balok permainan tersebut menjadi sebuah bangunan yang diinginkan. Kegiatan Inti, Anak diminta duduk sesuai dengan keinginannya, kemudian guru memberikan atau membagi balok-balok permainan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk anak-anak bermain dan menyusun balok-balok tersebut sesuai dengan keinginannya sehingga menjadi sebuah bangunan yang diharapkan. Kegiatan Penutup, Setelah anak-anak bermain dengan balok-balok permainan, anak-anak kemudian diminta untuk istirahat.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah berhasil membentuk sebuah bangunan maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam permainan balok tersebut. b. Pelaksanaan Tindakan Kelas pada pertemuan kedua Siklus I Proses kegiatan pembelajaran oleh peneliti dilakukan sesuai dengan acuan RKH yang telah dibuat peneliti dengan menggunakan alat permainan berupa balok-balok permainan. Kegiatan berawal dari : Pembukaan, Doa, tanya jawab, menyanyi, bercerita, bertepuk tangan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan bentuk bangun ruang di area bermain balok, sehingga anak memahami dan bisa mengelompokkan sesuai bentuk . Anak diminta duduk dengan rapi sesuai dengan keinginannya, kemudian guru memberi atau menyediakan balok-balok permainan untuk anak bermain dan belajar untuk menyusun balok-balok permainan tersebut menjadi sebuah bangunan yang diinginkan. Kegiatan Inti, Anak diminta duduk sesuai dengan keinginannya, kemudian guru memberikan atau membagi balok-balok permainan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk anak-anak bermain dan menyusun balok-balok tersebut sesuai dengan keinginannya sehingga menjadi sebuah bangunan yang diharapkan. Kegiatan Penutup, Setelah anak-anak bermain dengan balok-balok permainan, anak-anak kemudian diminta untuk istirahat.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah berhasil membentuk sebuah bangunan maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam permainan balok tersebut. Pada pertemuan ini pendidik lebih memberikan kebebasan anak dalam berkreasi serta memotivasi anak agar anak merasa senang dan aktif saat bermain balok, pertemuan kedua ini merupakan tahapan akhir siklus 1, selama proses pembelajaran ini, pendidik mengamati kinerja 111
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
anak dan memberi pengarahan serta motifasi pada anak atau kelompok yang mengalami kejenuhan dan kebosanan saat bermain balok. Rencana pembelajaran yang dilakukan oleh penulis pada siklus I mulai tanggal 29 juli 2013 sampai dengan 30 juli 2013 dengan tema lingkungan subtema rumahku. Untuk kegiatan proses belajar mengajar, penulis meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat dalam pelaksanaan kegiatan. Pada siklus I observasi dalam penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator yang meliputi : mengelompokkan bentuk geometri, menyusun dari kepingan sederhana, menciptakan bentuk bangunan, membongkar dan mencipta lagi bangunan baru, bercerita apa yang diimajinasikan. c. Observasi Penilaian hasil observasi adalah hasil pencapaian dari proses peningkatan kreatifitas bangun ruang anak melalui media bermain balok pada siklus 1. Penilaian observasi anak diambil dari kehadiran anak, ketuntasan belajar dan partisipasi anak. Tabel 1. Penilaian aktifitas anak pada siklus 1 Aspek penilaian
Hasil Pengamatan
Aktifitas anak
Nilai rata-
SA
A
CA
KA
rata
8
9
2
1
2,6
(%)
85%
Dari hasil tabel diatas bisa dilihat bahwa aktifitas anak kelompok B PAUD Muslim Play Group sebanyak 8 anak sangat aktif, 9 anak aktif, 2 anak cukup aktif, 1 anak kurang aktif, sehingga nilai rata-ratanya 3,2 dan persentasenya sebesar 85 % dari hasil ketuntasan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini. Penilaian Aktifitas Anak siklus I Grafik 1.
Penilaian aktifitas anak siklus 1 10 8 6 4 2 0 Kurang aktif Cukup aktif
Aktif
Sangat aktif
Gambar 1. Grafik aktifitas anak siklus I Aktifitas proses belajar mengajarnya mengacu pada lembar observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung menghasilkan siklus I . Hasil pencapaian prestasi pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel 2.
112
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Tabel 2. Hasil pencapaian prestasi pada siklus 1 No
Aspek yang dinilai
1.
Anak mampu mengelompokkan bentuk geometri Anak mampu menyusun dari kepingan sederhana Anak mampu menciptakan bentuk bangunan Anak mampu membongkar dan mencipta lagi bangunan baru Anak mampu bercerita apa yang diimajinasikan
2. 3. 4. 5.
Hasil pengamatan A B C D 3 9 6 2
Nilai ratarata 2,65
60%
%
4
7
8
1
2,7
55%
3
8
6
3
2,55
55%
3
8
6
3
2,55
55%
3
9
6
2
2,65
60%
Keterangan : A :Skor4 = berkembangsangatbaik ( BSB ) B : Skor 3 = Berkembang sesuai harapan ( BSH ) C : Skor 2 = Mulai berkembang ( MB ) D : Skor 1 = Belum berkembang ( BB ) d. Refleksi kegiatan anak Siklus 1 merupakan awal dari penerapan peningkatan kreatifitas anak melalui media bermain balok. Keadaan dalam siklus ini belum sesuai harapan pembelajaran yang direncanakan. Dari hasil tersebut maka didapat permasalahan dalam kegiatan bermain balok sehingga persentase ketuntasan belajar belum tercapai. Tabel 3. Rekapitulasi ketuntasan anak pada siklus 1 No.
Uraian
Indikator keberhasilan
Hasil siklus 1
1.
Nilai rata-rata anak
3
2,62
2.
Persentase ketuntasan belajar
80%
57%
Tabel diatas terlihat rendahnya persentase ketuntasan belajar darinilai rata-rata pada aspeknilai kemampuan mengelompokkan bentuk geometri
mencapai nilai rata-rata 2,65 dan
persentase ketuntasan belajar 60%, nilai aspek mampu menyusun dari kepingan sederhana mencapi nilai rata-rata 2,7, aspek mampu menciptakan bentuk bangunan 2,55, aspek mampu membongkar dan mencipta lagi bangunan baru 2,55 dan
aspek mampu bercerita apa yang
diimajinasikan 2,65 sehingga nilai rata-rata secara klasikal 2, 62< 3dari niali ketuntasan yangt telah ditetapkan. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada aspek penilaian kemampuan mengelompokkan bentukgeomatri 60%, kemampuan menyusun kepingan sederhana 55%, kemampuan menciptakan bentuk bangunan 55%, kemampuan membongkar dan menciptalagi yang baru 55%, kemampuan bercerita apa yang diimajinasikan 60%., sehingga persentase belajar anak secara klasikal adalah 57%< 80% ddari persentase hasil belajar yang ingin dicapai. Dari aspek 113
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
yang diamati anak –anak masih bingung dalam menciptakan bentuk bangunan, rendahnya kreatifitas anak dalam hal menciptakan bangun menjadi aspek yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan, begitu juga dengan media permainan balok, dibuat harus dibuat semanarik mungkin agar anak bisa tertarik dan berkreasi saat bermain balok. e. Refleksi kegiatan guru Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Berdasarkan pada lampiran 6 perihal hasil observasi tindakan guru pada siklus 1 nilai rat-ratanya adalah:2,77<3 (kategori baik). Hasil penilaian yang dilakukan guru kelas kelompok B PAUD Muslim Play Group yang dalam penelitian ini sebagai observer, menunjukkan bahwa masih kurang optimal tindakan pembelajaran guru (peneliti) pada siklus 1, ada beberapa hal yang kurang maksimal sehingga sangatlah penting untuk ditingkatkan agar pembelajaran lebih baik pada kegiatan di siklus II. Deskripsi Kondisi Siklus II Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, peneliti melakukan beberapa perbaikan baik dari sisi anak-anak, guru maupun alat-alat permainan berupa balok permainan, dengan harapan pada kegiatan pembelajaran pada siklus II tersebut semakin meningkat dalam perkembangan imajinasi anak. Seperti pada kegiatan pembelajaran pada siklus I, pada siklus II ini peneliti juga melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Adapun proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini antara lain : a. Pelaksanaan Dan Hasil Pada Siklus II Rencana pembelajaran yang dilakukan oleh penulis pada siklus II mulai tanggal 19 agustus 2013 sampai dengan 22 agustus 2013 dengan tema lingkunganku subtema sekolah. Proses kegiatan pembelajaran, oleh peneliti dilakukan sesuai dengan acuan RKH yang telah dibuat peneliti dengan menggunakan alat permainan berupa balok-balok permainan yang disiapkan dengan variasi dan jumlah yang semakin banyak. Hal ini bertujuan untuk supaya anak semakin mempunyai pilihan yang banyak untuk mengembangkan imajinasinya dalam menyusun balokbalok mainan tersebut menjadi suatu bangunan seperti yang diinginkan. Kegiatan penelitian pada siklus II ini berawal dari : Pembukaan, Doa, tanya jawab, bernyanyi, bercerita, bertepuk tangan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan alat permainan berupa balok-balok, sehingga anak memahami cara bermain dengan alat permainan balok. Anak diminta duduk dengan rapi sesuai dengan keinginannya, kemudian guru memberi atau menyediakan balok-balok permainan untuk anak bermain dan belajar untuk menyusun balok-balok permainan tersebut menjadi sebuah bangunan yang diinginkan. Kegiatan Inti, Anak diminta duduk berkelompok, dimana satu kelompok masing-masing tiga orang anak dan dalam kelompok tersebut telah disediakan balok-balok mainan oleh guru, Sebelum menyuruh anak bermain permainan balok, guru menjelaskan terlebih dahulu berbagai macam bentuk balok dengan berbagai macam warnanya pula.Selain menjelaskan hal tersebut di atas guru juga memberikan gambaran 114
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
berbagai bangunan yang dapat dibuat atau disusun dengan mainan balok tersebut.Hal ini bertujuan untuk membuka gambaran pada anak sehingga anak lebih mempunyai pilihan untuk berimajinasi dalam permainan dengan balok-balok mainan tersebut, Kegiatan Penutup, Setelah anak-anak bermain dengan balok-balok permainan, anak-anak kemudian diminta untuk istirahat.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah berhasil membentuk sebuah bangunan maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam permainan balok tersebut. Pada pertemuan ini pendidik lebih memberikan kebebasan anak dalam berkreasi serta memotivasi anak agar anak merasa senang dan aktif saat bermain balok, selama proses pembelajaran ini, pendidik mengamati kinerja anak dan memberi pengarahan serta motifasi pada anak atau kelompok yang mengalami kejenuhan dan kebosanan saat bermain balok. Rencana pembelajaran yang dilakukan oleh penulis dengan tema lingkungan subtema rumahku. Untuk kegiatan proses belajar mengajar, penulis meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat dalam pelaksanaan kegiatan. Pada siklus II observasi dalam penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator yang meliputi : mengelompokkan bentuk geometri, menyusun dari kepingan sederhana, menciptakan bentuk bangunan, membongkar dan mencipta lagi bangunan baru, bercerita apa yang diimajinasikan. b. Observasi Penilaian hasil observasi adalah hasil pencapaian dari proses peningkatan kreatifitas bangun ruang anak melalui media bermain balok pada siklus II. Penilaian observasi anak diambil dari kehadiran anak, ketuntasan belajar dan partisipasi anak. Tabel 4. Penilaian aktifitas anak pada siklus II Aspek penilaian
Aktifitas anak
Hasil Pengamatan SA
A
CA
11
8
1
Nilai rataKA
(%)
rata 3,2
95%
Dari hasil tabel diatas bisa dilihat bahwa aktifitas anak kelompok B PAUD Muslim Play Group sebanyak 11 anak sangat aktif, 8 anak aktif, 1 anak cukup aktif, sehingga nilai rata-ratanya 3,9 dan persentasenya sebesar 95 % dari hasil ketuntasan . Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini.
115
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Gambar 2. Penilaian Aktifitas Anak Siklus II
Penilaian aktifitas anak siklus II 12 10 8 6 4
Gambar 4.3
2
Grafik aktifitas anak siklus II
0 Kurang aktif
Cukup aktif
Aktif
Sangat aktif
Aktifitas proses belajar mengajarnya mengacu pada lembar observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsungmenghasilkan siklus II, hasil pencapaian prestasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Hasil pencapaian prestasi pada siklus II No
Hasil pengamatan
Aspek yang dinilai
%
A
B
C
10
7
3
3,35
85%
1.
Anak mampu bentuk geometri
2.
Anak mampu menyusun kepingan sederhana
dari
8
8
4
3,2
80%
3.
Anak mampu menciptakan bentuk bangunan
5
10
5
3
75%
4.
Anak mampu membongkar dan mencipta lagi bangunan baru Anak mampu bercerita apa yang diimajinasikan
5
12
3
3,1
85%
10
7
3
3,35
85%
5.
mengelompokkan
D
Nilai ratarata
Keterangan : A :Skor4 = berkembang sangat baik ( BSB ) B : Skor 3 = Berkembang sesuai harapan ( BSH ) C : Skor 2 = Mulai berkembang ( MB ) D : Skor 1 = Belum berkembang ( BB ) c. Hasil Pengamatan dan Evaluasi Tindakan Siklus II Adapun hasil pengamatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada pembelajaran siklus II melalui observasi yang diamati oleh teman sejawat, mendapatkan hasil dimana semakin maju dari pembelajaran yang dilakukan pada saat siklus I.
116
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Pada siklus II observasi dalam penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator yang meliputi : mengelompokkan bentuk geometri, menyusun dari kepingan sederhana, menciptakan bentuk bangunan, membongkar dan mencipta lagi bangunan baru, bercerita apa yang diimajinasikan. Hasil peningkatan kemampuan anak pada siklus II mendapati tingkat ketuntasan atau pencapaian indikator anak pada kemampuan mengelompokkan bentuk geometri mencapai 17 anak : 85% kemampuan menyusun dari kepingan sederhana16 anak : 80%, menciptakan bentuk bangunan 15 anak : 75% dan mencipta lagi bangunan baru mencapai 17 anak : 85%, bercerita apa yang diimajinasikan mencapai 17 anak : 85%. Hasil perkembangan kreatifitas anak dalam permainan balok yang dilaksanakan pada kegiatan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini. 14 12 10 8
BSB
6
BSH
4
MB
2
BB
0 anak mampu anak mampu mengelompokkan menyusunkepingan bentuk geomatri sederhana
anak mampu menciptakan bentuk
anak mampu anak mampu membongkar dan bercerita apa yang mencipta lagi di imajinasikan bangunan baru
Gambar 3. Grafik peningkatan kreatifitas bangun ruang dengan media balok Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa masing-masing aspek penilaian anak lebih banyak masuk dalam kategori BSH dan BSB nilai rata-rata ≤3. Hasil belajar pada siklus ini sudah mencapai ketuntasan secara individu dan secara klasikal. Dalam penelitian ini juga melakukan wawancara untuk mengetahui respon anak. Wawancara ini hanya digunakan untuk memperkuat penelitian. Wawancara dilakukan secara acak dengan perwakilan 3 anak dari 20 siswa dari wawancara dapat diketahui anak senang bermain balok dan dapat berkreasi dengan baik saat bermain balok. d. Refleksi kegiatan anak Siklus II merupakan metode penerapan peningkatan kreatifitas anak melalui media bermain balok dari siklus 1. Secara klasikal, persentase ketuntasan belajar sudah terpenuhi, sseperti tabrl dibawah ini:
117
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Tabel 6. Rekapitulasi ketuntasan anak pada siklus II No.
Indikator
Uraian
keberhasilan
Hasil siklus II
1.
Nilai rata-rata anak
3
3,2
2.
Persentase ketuntasan belajar
80%
82%
Tabel diatas terlihat rendahnya persentase ketuntasan belajar darinilai rata-rata pada aspek nilai kemampuan mengelompokkan bentuk geometri mencapai nilai rata-rata 3,35, nilai aspek mampu menyusun dari kepingan sederhana mencapi nilai rata-rata 3,2, aspek mampu menciptakan bentuk bangunan 3, aspek mampu membongkar dan mencipta lagi bangunan baru 3,1 dan aspek mampu bercerita apa yang diimajinasikan 3,35 sehingga nilai rata-rata secara klasikal 3,2 > 3dari niali ketuntasan yangt telah ditetapkan. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada aspek penilaian kemampuan mengelompokkan bentuk geomatri 85%, kemampuan menyusun kepingan sederhana 80%, kemampuan menciptakan bentuk bangunan 75%, kemampuan membongkar dan menciptalagi yang baru 85%, kemampuan bercerita apa yang diimajinasikan 85%., sehingga persentase belajar anak secara klasikal adalah 82%> 80% dari persentase hasil belajar yang ingin dicapai. e. Refleksi kegiatan guru Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Berdasarkan pada lampiran 6 perihal hasil observasi tindakan guru pada siklus 1 nilai rat-ratanya adalah:3,22 >3(kategori baik). Hasil penilaian yang dilakukan guru kelas kelompok B PAUD Muslim Play Group yang dalam penelitian ini sebagai observer, menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran guru (peneliti) pada siklus II dalam katergori baik. Sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Metode bermain media balok dapat mengembangkan kreatifitas anak-anak didik kelompok B PAUD Muslim Play Group b) Bermain dengan media balok dapat memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif dan kepribadiannya serta suasana psikologis pada anak-anak didik kelompok B PAUD Muslim Play Group.
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki, 2001, Metodologi Riset. Yogyakarta : BPFE-UII http://id.wikipedia.org/wiki/Taman Kanak-Kanak Badru Zaman, 2006. Pengembangan Alat Permainan Edukatif : UPI 118
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Djamarah, S. B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta Moelong, I.J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001. Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Mulyadi. S, 2004, Bermain dan Kreativitas. Jakarta : Papas Sinar Sinanti. Andang Ismail, 2006. Education Games. Yogyakarta : Pilar Media Suyanto. M, 2004. Smart in Entrepreneur, Belajar Dari Kesuksesan Pengusaha Top Dunia, Yogyakarta : ANDI Soetjiningsih, ( 1998 ). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta ; EGC Wong, D, L ( 1995 ). Nursing Care of Instants and Children, St. Louis Mosby Montolalu, dkk. 2004. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta ; Universitas Terbuka
119
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang