154
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
UPAYA MENINGKATKAN KETEKUNAN BELAJAR MELALUI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI PADA SISWA KELAS VII-E UPTD SMP NEGERI 1 PANGGUL
Oleh: Nastiti Widowati UPTD SMP Negeri 1 Panggul, Trenggalek
Abstrak. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketekunan belajar siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek melalui pendidikan budi pekerti. SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang menjadi tempat penelitian ini, merupakan salah satu SMP Negeri di Kabupaten Trenggalek. Adapun kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah sebanyak 33 orang siswa. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa (1) Pendidikan budi pekerti dapat diterapkan untuk meningkatkan ketekunan belajar siswa kelas VII-E UPTD SMP Negeri 1 Panggul. (2) Pemberian pendidikan budi pekerti dapat diberikan kepada siswa kelas VIIE UPTD SMP Negeri 1 Panggul secara klasikal dalam bentuk layanan informasi. (3) Penggunaan teknik-teknik lain seperti konseling, pengumpulan data dan studi dokumenter dapat dijadikan sebagai pendukung penyampaian pendidikan budi pekerti pada siswa kelas VII-E UPTD SMP Negeri 1 Panggul. Kata Kunci: ketekunan, budi pekerti.
Upaya peningkatan kualitas hasil belajar masih merupakan agenda utama dalam program pembangunan pendidikan di Indonesia. Hasil perolehan belajar siswa dalam berbagai jenjang pendidikan masih jauh dibandingkan dengan perolehan belajar siswa pada negara berkembang maupun negara maju lainnya. Pada tingkat pendidikan menengah, kualitas hasil belajar siswa SMP, Rendahnya penguasaan materi pembelajaran menunjukkan ketidak berhasilan siswa dalam belajar. Rendahnya penguasaan materi pembelajaran menunjukkan ketidak berhasilan siswa dalam belajar. Ketidak berhasilan siswa dalam belajar juga terjadi pada SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Berdasarkan pengamatan terhadap materi pembelajaran Budi Pekerti pada kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek selama ini, diperoleh data informasi ternyata hanya sekitar 2 orang siswa dari 33 siswa kelas VII-E yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Kondisi kelas yang pasif, tiadanya interaksi antar siswa dan motivasi belajar yang rendah, merupakan gambaran kelas sehari-hari. Kesulitan-kesulitan kelas
VII dalam belajar tersebut disebabkan oleh kemampuan diri siswa yang masih relative rendah, maka dari itu penelitan ini diharapkan mampu membuat siswa SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek lebih bersemangat dan lebih tekun dalam belajar untuk mencapai prestasi yang semaksimal mungkin. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, pertumbuhan penduduk serta pengaruh globalisasi dunia, mengakibatkan kebutuhan akan manusia berkualitas tak dapat ditangguhkan lagi. Harapan akan pemenuhan tenaga manusia berkualtias tersebut banyak ditumpukan kepada lembaga pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih, dan megnembangkan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, antara lain ialah menjadi manusia yang berbudi luhur. Pada awal kemerdekaan di sekolah diajarkan budi pekerti terutama yang berisi pembiasaan untuk hidup bersopan santun, bertatakrama secara benar, baik dalam perkataan maupun perbuatan, berdisiplin, dan
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
memiliki rasa hormat yang tinggi. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan budi pekerti dimaksudkan agar peserta didik dalam segenap sikap dan perilakunya berbudi pekerti luhur dan beradab. Hal tersebut yang menjadikan alasan peneliti tertarik mengangkat tema pendidikan budi pekerti dalam penelitian tindakan kelas ini karena ditemukannya ketimpangan antara kenyatan sehari-hari dan harapan ideal. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong siswa untuk bersikap dan bertindak yang kurang bermanfaat seperti ketika mengikuti pelajaran di kelas siswa sering bermain dengan handphone sehingga kurang memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya hasil yang diharapkan dari proses belajar mengajar tidak maksimal. Arus globalisasi dunia yang begitu gencar melanda Indonesia, juga banyak mempengaruhi sikap dan tindakan siswa misalnya dengan mengecat rambut dengan warna yang tidak sesuai dengan peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah, baju seragam tidak dimasukkan, memakai antinganting yang mencolok pada siswa pria dan sebagainya. Hal tersebut sangat bertentangan dengan sifat kesopanan yang tertanam sejak dahulu pada diri warga Indonesia, agar sifat yang hampir punah pada diri pemuda yang terimbas dari arus globalisasi yang tidak bermanfaat ini maka perlu ditanamkannya budi pekerti sejak awal pada diri pemuda di Indonesia. Pendidikan dapat di artikan dengan usaha sadar yang bertujuan mengem-bangkan kepribadian dan kemampuan (Depdiknas, 2001). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:131) yang dimaksud budi pekerti adalah tingkah laku, akhlak, dan watak. Yang dimaksud dengan tekun/ ketekunan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) adalah rajin, keras hati, bersungguh-sungguh, dan kesungguhan. Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) adalah suatu
155
usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Arti lain adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sementara yang dimaksud dengan siswa adalah peserta didik dari lembaga pendidikan formal mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, sedangkan pada lembaga pendidikan tinggi disebut mahasiswa. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketekunan belajar siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek melalui pendidikan budi pekerti. METODE PENELITIAN Pada setting penelitian ini, kondisi sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah, jumlah kelas dan siswa secara keseluruhan, kelas serta jumlah siswa yang menjadi obyek penelitian, jumlah guru dan karyawan (Arifin, 2006). SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang menjadi tempat penelitian ini, merupakan salah satu SMP Negeri di Kabupaten Trenggalek. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek: ruang kelas, ruang BK/ BK, perpustakaan sekolah, bengkel, kanting sekolah, ruang kantor tata usaha, musholla, ruang guru, ruang gambar, fasiitas olah raga dan lapangan upacara. SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek mempunyai 168 siswa kelas satu, dua dan tiga yang terbagi dalam 9 kelas dan 3 program studi, yaitu: Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI), Teknik Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi), dan Nautika Kapal Penangkapan Ikan (NKPI). Adapun kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek tahun pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah sebanyak 33 orang siswa. Pada penelitian ini, peneliti tidak menyiapkan waktu khusus untuk kelas VII-E yang menjadi obyek penelitian, karena peneliti menginginkan situasi dan hasil yang seobyektif mungkin. Kerjasama juga dilakukan peneliti dengan pihak lain seperti guru BK lainnya, guru bidang studi disamping
156
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
wali kelas VII-E sendiri. Pengumpulan data, pengamatan langsung maupun tidak langsung dari berbagai masukan dari guru bidang studi yang mengajar di kelas VII-E juga peneliti lakukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini peneliti melaksanakan tiga sisklus saja. Siklus penelitian ini merupakan salah satu karakteristik PTK (Arifin, 2006). Tahap-tahap sikluk penelitian meliputi: (1) Siklus pertama dengan tahapantahapan: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi; (2)Siklus kedua dengan tahapan-tahapan: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi; (3) Siklus ketiga dengan tahapan-tahapan: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Untuk lebih sempurnanya penelitian ini, peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk PTK. Karena PTK merupakan bentuk penelitian kualitatif, maka yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data. Sedangkan untuk menggali data, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu: observsi, wawancara, dokumentasi dan angket. 1. Observasi Pengamatan/ observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Ada beberapa jenis observasi yang lazim digunakan untuk alat pengumpulan data, yaitu: Observasi partisipan, yaitu apabila observer (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi (observe). Observasi sistematik, yaitu observasi yang dilakukan berdasarkan kerangka yang memuat faktor-faktor yang diatur kategorinya. Disebut pula sebagai observasi berkerangka atau observasi berstruktur. Observasi eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer mengadakan pengendalian unsur-unsur penting dalam siatuasi sedemikian rupa sehingga situasi ini dapat diatur sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat dikendalikan untuk
menghindari atau mengurahi timbulnya faktor-faktor yang secara tak diharapkan mempengarhui situasi ini. Dari beberapa jenis observasi tersebut, maka pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi sistimatik karena akan dianggap lebih terstruktur dengan rapi. 2. Wawancara Wawancara adalah proses tanggung jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara bebas terpimpin yaitu penulis membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam wawancara peneliti mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang. Pedoman wawancara berfungsi sebagai pengendali dengan maksud agar proses wawancara tidak kehilangan arah. 3. Dokumentasi Beberapa dokumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini meliputi : buku data pribadi siswa, rekapitulasi obsensi, data absen harian, legger nilia dan data danun penerimaan siswa baru. 4. Angket Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah angket tipe pilihan yaitu responden memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. 5. Strategi Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear maupun yang bersifat sirkuler. Langkah-langkah dalam analisa data sebagai berikut. (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan. (2) Me-
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
reduksi data yang didalamnya melibatkan pengkategorian dan pengklasifikasian. Menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir yang pada akhirnya diikuti dengan kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan amanat Ketetapan MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara, agenda pendidikan harus dilaksanakan adalah “Peningkatan akhlak mulia dan budi pekerti luhur” melalui proses “pendidikan budi pekerti” di sekolah. Pendidikan budi pekerti dari sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah diajarkan dengan cara integratif. Artinya pendidikan budi pekerti tidak berdiri sebagai mata pelajaran sendiri, tetapi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain yang sangat erat katiannya atau relevan. Pendidikan budi pekerti diintegrasikan kedalam mata pelajaran, misalnya: Agama dan PPKn/ PKPS, dapat juga ke dalam mata pelajaran lainnya yang masih dipandang sangat terkait seperti mata pelajaran bahasa dan sastra. Sungguhpun pendidikan budi pekerti dimasukkan hanya ke dalam beberapa mata pelajaran saja, namun hal ini tidak berarti bahwa tanggung jawab untuk membina peserta didik menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur hanya menjadi tanggung jawab guru Agama dan PPKn/ PKPS saja, melainkan oleh seluruh guru dan warga sekolah lainnya. Pendidikan budi pekerti tidak mungkin akan berhasil baik kalau tidak didukung oleh Kepala Sekolah, para guru, pegawai tata usaha, orang tua siswa, lingkungan sekolah dan oleh peserta didik/ siswa sendiri. Pembinaan perilaku peserta didik/ siswa tidak terbatas hanya pada waktu pelajaran budi pekerti yang terintegrasi ke dalam pelajaran Agama dan PPKn/ PKPS berlangsung di kelas, tetapi juga guru lain yang membantu peserta
12
157
didik/ siswa agar berprilaku yang sesuai dengan yang diajarkan oleh guru Agama dan PPKn/ PKPS tersebut. Demikian juga kepala sekolah dan pegawai tata usaha perlu membantu penciptaan suasana yang mendukung terbinanya budi pekerti peserta didik/ siswa. Hal yang serupa juga diharapkan kepada orang tua siswa melalui BK3 atau sekarang Komite Sekolah. (Depdiknas, Ditjen Dikdasmen, 2001). Pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek juga mengikuti seperti apa yang telah diuraikan di atas yaitu pendidikan budi pekerti tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran, tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaranmata pelajaran lain seperti Agama, PPKn/ PKPS, Bahasa dan Sastra Indonesia dan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya termasuk mata pelajaran kejuruan/ praktik serta kepada BK Tugas guru BK dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek mencakup semua kegiatan bimbingan dan konseling, serta berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling. Inti dari pelaksanaan pendidikan budi pekerti bagi seluruh siswa SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang dilaksanakn oleh guru BKadalah mengenalkan siswa tentang nilai budi pekerti dan deskripsi perilaku sesuai dengan jenjang SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek sebagai salah satu sekolah menengah tingkat atas. Pelaksanaan pendidikan budi pekerti yang diberikan kepada seluruh siswa SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek oleh para guru BKdiselenggarakan setiap upacara bendera hari Senin secara klasikal. Artinya pada saat berlangsung upacara bendera hari Senin, dua robongan belajar/ kelas tidak mengikuti upacara bendera melainkan masuk kelas dan mendapatkan pendidikan budi pekerti dari para guru BK/BK. Dua rombongan belajar/ kelas tersebut sesuai dengan jumlah guru BK/BK. Kelas yang mendapatkan pendidikan budi pekerti dari para guru BKtersebut dijadwalkan secara bergiliran. Disamping
158
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
diberikan pada setiap hari Senin, pendidikan budi pekerti oleh guru BK juga diberikan pada saat jam kosong pelajaran. Kelas yang mendapatkan pendidikan budi pekerti dari guru BKadalah mulai dari kelas satu sampai dengan kelas tiga. Pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek adakalanya tidak dapat diberikan kepada kelas yang melaksanakan praktik kerja industri (prakerin) di perusahaanperusahaan. Di SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek, prakerin dilaksanakan di kelas dua semester gasal dengan jangka waktu pelaksanaan antara empat bulan sampai dengan enam bulan secara terus menerus atau berturut-turut. Pada penelitian ini mengangkat topik salah satu nilai budi pekerti yaitu ketekunan belajar. Kelas yang menjadi objek penelitian ini adalah kelas VII Nautika Penangkapan Ikan (Selanjutnya disingkat VII-E) yang merupakan kelas asuhan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti memaparkan hasil penelitian dalam bentuk tiga siklus penelitian. Masing-masing siklus meliputi tahap-tahap: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Siklus Pertama Siklus pertama dalam penelitian meliputi tahap-tahap: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan dan (4) Refleksi. Siklus dalam penelitian ini merupakan salah satu karakteristik Penelitian Tindakan Kelas. 1. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus pertama ini peneliti telah memberikan layanan informasi kepada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Layanan informasi yang peneliti berikan adalah salah satu budi pekerti yaitu tekun belajar. Pelaksanaan pemberian layanan informasi ini berlangsung hari Senin tanggal 8 Maret 2010 bertempat di ruang kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek dengan diikuti oleh 25 orang siswa kelas VII-E.
2. Tindakan Sesuai dengan jadwal yang tercantum dalam tahap perencanaan, pelaksanaan atau tindakan pada siklus pertama ini berlangsung pada hari Senin tanggal 10 Desember 2012 bertembat di ruang Kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Materi yang diberikan oleh peneliti pada tahap tindakan ini adalah pemberian layanan informasi salah satu nilai budi pekerti yaitu tekun. Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menye-lenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Pada pemberian layanan informasi ini peneliti memberikan contoh-contoh tentang perilaku siswa yang sesuai dengan nilai tekun yang tercantum pada pendidikan budi pekerti. Contoh-contoh tersebut dikaitkan dengan perilaku-perilaku siswa, misalnya: Terbiasa dengan sikap dan tindakan yang bermanfaat bagi dirinya maupun siapa saja. Peneliti memberikan contoh tentang kebiasaan belajar di rumah secara rutin. Prinsipnya belajar satu jam sehari selama enam hari berturut-turut. Manfaat yang diperoleh siswa dengan model belajar seperti itu adalah siswa dapat dengan mudah mencerna satu mata pelajaran. Dibandingkan dengan mencerna beberapa materi pelajaran sekaligus. Peneliti juga memberikan contoh tentang kegiatan belajar di rumah semasa peneliti masih duduk di bangku SMA. Peneliti memang mempunyai kebiasaan belajar rutin setiap hari, dan hasilnya juga cukup memuaskan. Kebiasaan belajar seperti itu dapat juga diadopsikan pada kegiatan-kegiatan yang lain di luar belajar, misanya: mencuci baju sendiri setiap dua hari sekali, berolahraga dua atau tiga kali dalam seminggu, rekreasi ke tempat-tempat wisata
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
sebulan sekali, dan sebagainya. Dengan kegiatan-kegiatan yang rutin seperti di atas kita dapat memetik beberapa manfaat diantaranya meringankan beban pikiran dalam diri kita, tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, dan sebagainya. Contoh dalam kegiatan kemasyarakatan yang sesuai dengan perilaku terbiasa dengan sikap dan tindakan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun siapa saja misalnya selalu ikut kerja bakti di lingkungan rumah siswa. Dengan selalu ikut dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya, siswa dapat memupuk persahabatan dan persaudaraan dengan tetangga sekitarnya. Contoh seperti itu masih banyak ditemukan pada kehidupan masyarakat Indonesia khususnya di daerah pedesaan atau perkampungan. Menghindari sikap dan tindakan siasia dalam belajar atau bekerja merupakan salah satu perilaku pada nilai budi pekerti tekun. Peneliti memberikan contoh kegiatan siswa dalam mengikuti mata pelajaran menggambar teknik. Apabila guru yang mengajar mata pelajaran gambar teknik sudah menjelaskan tentang menggambar suatu objek dan mempersilahkan siswa untuk segera mulai menggambar suatu objek dan mempersiapkan siswa untuk segera mulai menggambar, maka sikap siswa adalah harus segera melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut. Bila guru memberikan batas waktu minggu depan tugas tersebut harus dikumpulkan, sedapat mungkin siswa harus menyelesaikan tugas tersebut dalam seminggu dan kalau bisa dengan cara mencicil. Dengan cara seperti itu ada kemungkinan siswa dapat menyelesaikan tugas tersebut dalam dua tiga hari setelah pemberian tugas. Keuntungannya siswa masih punya waktu untuk merevisi tugas tersebut menjadi lebih baik sebelum dikumpulkan. Perilaku lain dalam nilai budi pekerti tekun adalah rajin dan bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu. Pada contoh di atas misalnya siswa dapat bertanya kepada kakak
159
kelasnya tentang tugas-tugas yang diberikan oleh seorang guru. Dengan pengalaman yang diperoleh dari kakak kelasnya, siswa dapat mengerjakan tugas-tugas itu dengan sebaik-baiknya sehingga hasilnya pun akan lebih baik, dibandingkan dengan tugas-tugas yang dikerjakan sendiri tanpa bertanya kepada orang yang lebih ahli atau lebih berpengalaman. Kalau siswa benar-benar rajin dan bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu akan kelihatan perbedaannya pada hasil yang dicapai oleh siswa. Siswa yang kurang rajin dan kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu cenderung hasil pekerjaannya akan amburadul dan bahkan dapat tidak selesai mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. 3. Pengamatan Pengamatan peneliti pada saat memberikan layanan informasi memang belum memberikan hasil yang diharapkan karena pemberian layanan informasi ini masih bersifat satu arah yaitu dari peneliti kepada para siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Untuk mengurangi suasana kebekuan seperti itu peneliti sedikit memberikan humor yang berkaitan dengan ketekunan belajar siswa. Dengan menggunakan teknik humor ini memang ada perubahan sikap dalam diri siswa. Ini dibuktikan dengan adanya satu dua orang siswa yang mengajukan pertanyaan seputar ketekunan belajar siswa. Pertanyaan-pertanyaan dari siswa inilah yang oleh peneliti dijawab sekaligus juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan dari temannya kepada peneliti dan sekaligus jawaban dari peneliti. Dari komunikasi yang peneliti buat dari berbagai arah tertentu, tidak hanya searah, maka suasana kelas mejadi semakin rileks, akrab tanpa meninggalkan tata tertib yang berlaku seperti pada saat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Waktu yang hanya 45 menit memang tidak cukup untuk membahas satu topik nilai budi pekerti. Oleh karena itu peneliti me-
160
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
nyampaikan kepada para siswa bahwa pembahasan topik nilai budi pekerti ketekunan belajar siswa akan dilanjutkan pada waktuwaktu yang akan datang sekaligus membahas topik-topik yang lain. 4. Refleksi Hanya tindakan dan pengamatan peneliti pada pelaksanaan siklus pertama ini memang menimbulkan beberapa faktor yang oleh peneliti dapat dianggap sebagai faktor kegagalan dan faktor keberhasilan layanan informasi ini. Faktor kegagalannya adalah belum maksimalnya hasil yang diharapkan dari pemberian layanan informasi tentang pendidikan budi pekerti topik nilai tekun/ ketekunan. Waktu penyajian materi yang singkat juga dianggap sebagai faktor kegagalan kegiatan layanan ini. Sedangkan faktor-faktor keberhasilannya adalah mulai terbukanya siswa dalam mengemukakan pendapat dan bertanya kepada peneliti tentang hal-hal yang belum dipahami pada penyajian layanan informasi dengan topik ketekunan belajar siswa ini. Berpijak dari keberhasilan dan terutama kegagalan ini, maka peneliti akan melanjutkan ke siklus utama. Peneliti dalam siklus kedua melancarkan angket dengan topik kaitan pendidikan budi pekerti dengan ketekunan belajar siswa. Siklus Kedua Tahap-tahap dalam siklus kedua ini sama dengan tahap-tahap yang terdapat dalam siklus pertama yaitu meliputi: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan dan (4) Refleksi. Seperti dikemukakan pada pengantar siklus pertama, pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini, salah satu karakteristik dari penelitian tindakan kelas adalah adanya siklus-siklus penelitian. Pada siklus kedua ini peneliti melancarkan angket dengan topik ketekunan belajar siswa. Angket yang peneliti lancarkan ini juga didukung oleh metodemetode pengumpulan data yang lain seperti: observasi, wawancara dan dokumen.
1. Perencanaan Pada tahap perencanaan di siklus kedua ini peneliti telah melancarkan angket kepada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Pemberian angket ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Maret 2010 bertempat di ruang kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang diikuti oleh 25 orang siswa kelas VII-E. Teknik pengumpulan data yang praktis dipakai menjaring informasi atau keterangan bagi sejumlah besar responden dalam waktu singkat, seringkali digunakan daftar pertanyaan tertulis, lebih dikenal dengan sebutan angket atau kuisioner. Teknik ini dapat mengungkapkan gejala-gejala yang tidak dapat diperoleh dengan jalan observasi, sepeti: harapan, pendapat, prasangka, sikap dan sebagainya. Data yang diperoleh teknik ini merupakan laporan diri sendiri itu diperoleh dari keterangan atau informasi dari orang lain. Adapun isi pertanyaan ini meliputi: pertanyaan tentang fakta, pertanyaan tentang pendapatan dan sikap, pertanyaan tentang informasi, dan pertanyaan tentang persepsi diri. Sebagai teknik pengumpul data maka angket dibedakan berdasarkan subjek atau responden meliputi: angket langsung dan tidak langsung. Dilihat dari jenis pertanyaan atau strukturnya meliputi angket dengan pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup, fakta dan pendapat. Dapat pula dibedakan menurut bentuk isiannya, meliputi: bentuk isian terbuka, isian singkat, jawaban tabuler, berskala, berderajat, cek, kategorial, perihal benar-salah dan jawaban pilihan ganda. Angket yang telah diteliti dan telah diberikan kepada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek adalah angket langsung yaitu diberikan kepada siswa secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya yang jelas, singkat dan konkrit. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket ini adalah pertanyaan tertutup dengan bentuk jawaban kategorial. 2. Tindakan
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
Peneliti melaksanakan angket ini pada hari Sening tanggal 22 Maret 2010 dengan subjek atau respondennya siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Di dalam penyelenggarakan pengumpulan data dengan angket terdapat tiga tahap yang lazim ditempuh, yaitu tahap: persiapan, pelaksanaan dan analisa hasil. Peneliti sudah jauh-jauh hari sebelumnya mengadakan tahap persiapan penyelenggaraan angket. Pada tahap persiapan ini peneliti memerinci variabel-variabel yang akan diukur, menetapkan model jawaban dan menyusun angket. Tahap kedua, pelaksanaan, meliputi: menyiapkan gormat angket dan lembar jawabannya. Sebelum siswa mengerjakan angket, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dilancarkannya atau diberikan angket kepada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Setelah peneliti menjelaskan tujuan diadakannya angket dilanjutkan dengan menjelaskan petunjuk pengisian angket, dan pada kesempatan ini peneliti mempersilahkan kepada para siswa untuk betanya terlebih dahulu kepada peneliti apabila ada hal-hal yang sudah dipahami dan dimengerti oleh siswa, maka peneliti memperilahkan siswa untuk mengerjakan angket dalam waktu 45 menit. Setelah siswa selesai mengerjakan angket, kemudian siswa mengumpulkan angket tersebut kepada peneliti dan selanjutnya dilain waktu dan lain tempat peneliti melakukan analisa hasil angket dengan jalan penyekoran jawaban terlebih dahulu, mengelompokkan setiap variabe, menarik kesimpulan dan mengadakan penginterpretasikan hasil angket. 3. Pengamatan Pengamatan yang peneliti lakukan pada siklus kedua ini adalah pengamatan pada saat penyelenggaraan pemberian angket langsung, pengamatan terhadap hasil angket yang telha dikerjakan oleh siswa, dan pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa selang beberapa waktu setelah mengerjakan angket. Pengalaman tidak
161
langsung peneliti laksanakan bersama para guru BK lainnya, wali kelas dan guru bidang studi yang mengajar di kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Hasil angket disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 1 Hasil Angket Siswa No
Nama Inisial
Jenis Kelamin
Skor Hasil Angket 77 77 77 75 81 74 85 77 83 81 72 79 81 74 89 87 77 80 80 78 83 74 85 84 86 77 77 77 75 81 74 85 77
Kategori Hasil Angket C C C C C C B C C C C C C C B B C C C C C C B B B C C C C C C B C
1 ASJ P 2 AST P 3 AP P 4 AAF P 5 AR L 6 ALP L 7 BR L 8 DB L 9 DEC L 10 DDJP L 11 DI L 12 FP L 13 FNA P 14 GDH P 15 HSP P 16 HSS P 17 IHF L 18 MAA P 19 MT L 20 RP P 21 RAS L 22 SWP L 23 SP L 24 VPP L 25 ZA L 26 WA P 27 CHY P 28 DNI P 29 BMG P 30 ASR P 31 HNA P 32 PRTN P 33 SLE p Keterangan: Hasil Angket Siswa diperoleh dari penyelenggaraan angket tanggal 22 Maret 2010. Pada tabel tidak disebutkan nama asli dari responden melainkan dengan kode nama. Hal ini peneliti lakukan semata-mata untuk menjaga asas kerahasiaan seperti yang terdapat pada kode etik bimbingan dan konseling.
Dari hasil angket ini peneliti memperoleh gambaran awal menyeluruh dari siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul
162
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
Trenggalek yaitu sebagian besar siswa kelas VII-E memiliki ketekunan belajar yang cukup sedangkan yang memiliki ketekunan belajar yang tinggi hanya sebagian kecil. Hasil angket tersebut mengindikasikan bahwa ketekunan belajar siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek perlu lebih ditingkatkan. Untuk menginterpretasikan data lebih lanjut peneliti melakukan pengamatan langsung maupun tidak langsung, mengadakan wawancara baik kepada wali kelas, guru bidang studi dan juga siswa sendiri. Juga mengadakan pengkajian lewat beberapa dokumen, yaitu: rapor siswa, rekapitulasi absen dan buku harian kelas. Kesimpulan sementara yang dapat peneliti ambil setelah membandingkan hasil angket dengan pengkajian terhadap beberapa teknik pengumpulan data yang lain seperti rapor, rekapitulasi absen, buku harian kelas, observasi dan wawancara adalah peneliti perlu lebih mengintensifkan pemberian layanan bimbingan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan budi pekerti kepada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. 4. Refleksi Peneliti pada refleksi ini mengemukakan adanya kegagalan yaitu kurang maksimalnya hasil pada siklus kedua ini. Kegagalan tersebut adalah sebagian besar siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek ternyata memiliki tingkat ketekunan belajar yang cukup dan hanya sebagian kecil siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang memiliki tingkat ketekunan belajar yang tinggi. Ada sedikit keberhasilan yang peneliti peroleh pada siklus kedua ini yaitu tingginya minat siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek dalam mengerjakan angket. Berpijak dari hasil siklus kedua ini peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus ketiga dengan kegiatan pokoknya adalah mengadakan konseling kelompok. Siklus Ketiga
Sama dengan siklus pertama dan siklus kedua, pada siklus ketiga ini tahaptahapnya meliputi: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Pada siklus ketiga ini peneliti telah mengadakan konseling kelompok sebanyak 2 kali dengan peserta konseling kelompok yang berbeda. Peserta konseling kelompok adalah 2 orang siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang sering absen alpa minimal 6 kali sejak siswa tersebut diterima sebagai siswa baru di SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Sedang konseling kelompok kedua jumlah pesertanya sebanyak 5 orang dan seluruhnya sebagai pengurus OSIS SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek periode tahun pelajaran 2012/2013. Alasan peneliti memilih kedua orang siswa untuk mengikuti konseling kelompok pertama adalah banyaknya absen alpa yang dimiliki oleh siswa-siswa tersebut yaitu minimal 6 kali absen alpa. Prediksi peneliti adalah tertanggungnya ketekunan belajar para siswa tersebut dengan sering tidak masuk menyebabkan siswa akan mengalami kesulitan belajar karena mata pelajaran yang diikutinya banyak yang ketinggalan dibandingkan dengan teman-temannya yang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar, dapat mengakibatkan ketekunan belajarnya berkurang yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi akademiknya. Sedangkan alasan peneliti memilih lima orang siswa untuk mengikuti konseling kelompok kedua adalah keikutsertaan lima orang siswa tersebut dalam kepengurusan OSIS SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek periode tahun pelajaran 2012/2013. Sering diadakannya kegiatan sekolah yang melibatkan OSIS membawa dampak pada ketekunan belajar lima orang siswa tersebut. Indikasi ini diperoleh peneliti dari beberapa orang guru yang mengajar di kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang mengatakan bahwa kelima siswa tersebut memiliki kecenderungan belajar yang menurun meski belum sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Dari sudut absensi kelas
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
lima orang siswa tersebut tidak banyak absen alpa, ijin maupun sakit. Pada konseling kelompok pertama peneliti menggunakan pendekatan konseling directive/ counselor centered conseling yaitu pendekatan konseling yang terfokus kegiatannya pada konselor. Dalam pendekatan konseling ini konselor lebih aktif dan mendominasi proses konseling. Pada konseling kelompok kedua peneliti menggunakan pendekatan konseling eclectic. Pendekatan konseling eclectik merupakan perpaduan pendekatan konseling dirctive conselor counseling dengan pendekatan konseling non directive/ client centered counseling. 1. Perencanaan Peneliti telah melaksanakan konseling kelompok pertama pada Jum’at tanggal 10 Desember 2012 dengan peserta sebanyak 2 orang siswa dilanjutkan dengan konseling kelompok kedua pada hari Senin tanggal 12 Januari 2013. Kegiatan kedua konseling kelompok diadakan di ruang BKSMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Pelaksanaan kedua konseling kelompok ini berdasarkan atas refleksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap kegiatan siklus kedua. Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan yang saling keterkaitannya sangat besar. Keduanya mempergunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya. Apabila dinamika kelompok dikembangkan dan dimanfaatkan secara efektif di dalam kedua jenis layanan itu, maka hasil yang dapat diharapkan dicapai melalui kedua jenis layanan itu secara bersama-sama, kecuali halhal yang bersangkut paut dengan pemahaman (sebagai fungsi pokok bimbingan kelompok) dan pengentasan masalah (sebagai fungsi pokok konseling kelompok) adalah suasana kejiwaan yang sehat, antara lain berkenaan dengan spontanitas, perasaan positif (seperti senang, gembira, rileks, niknat, puas, bangga), peningkatan pengetahuan dan keterampilan sosial.
163
Dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok ada beberapa hal yang perlu ditampilkan oleh seluruh anggota kelompok, yaitu: Membina keakraban dalam kelompok; Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok; Bersama-sama mencapai tujuan kelompok; Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok; Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok; Berkomunikasi secara bebas dan terbuka; Membantu anggota lain dalam kelompok; Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam kelompok; Menyadari pentingnya kegiatan kelompok. 2. Pelaksanaan Konseling kelompok pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 9 April 2010 diikuti oleh dua orang siswa kelas VIIE dan bertempat di ruang BKSMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Pada konseling kelompok pertama ini peneliti menggunakan pendekatan konseling directive/ counselor centered counseling. Pada pendekatan directive, peneliti/ konselor berfungsi sebagai “Master Educator”, yang membantu siswa mengatasi masalah-masalah dengan sumber-sumber intelektual yang disadari. Tujuan konseling yang utama ialah membantu siswa untuk mengubah tingkah lakunya yang emosional dan impulsif dengan tingkah laku rasional, dengan sengaja, secara teliti dan berhati-hati. Mengungkapkan perasaan dan tercapainya pemahaman merupakan tahapan-tahapan dalam proses konseling yang dianggap penting, tetapi belum cukup untuk membantu siswa belajar mengatasi masalah secara rasional. Untuk itu penelit dalam hal ini tidak bertindak otoriter dan tidak bersikap menilai. Peneliti menghindari kata-kata yang kasar, seperti larangan-larangan yang langsung, memberi resep-resep yang diktatorial dan saran-saran yang mengatur. Peneliti menyediakan pengetahuan dan pengalaman yang khusus sebagai bantuan menuju kepemulihan yang rasional. Peneliti menggunakan skill dalam diagnosa ilmiah dan interpretasi data teknis untuk membantu
164
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
siswa menemukan jalan pendek dalam mengatasi masalahnya tanpa menggunakan pertanyaan-pertanyaan pendahuluan. Peneliti menyediakan berbagai alternatif penyelesaian, masing-masing disertai dengan untung ruginya dalam membantu siswa untuk mencapai taraf pemilihan yang terbaik, melalui sumber-sumber intelektual secara sadar. Pengarahan-pengarahan ini peneliti berikan secara kontinyu dengan mendorong siswa untuk meningkatkan tanggung jawabnya untuk pemilihan secara mandiri (self directin). Konsep directive menyatakan,bahwa siswa perlu bantuan dengan beberapa kesukarannya. Kesukaran-kesukaran itu dapat bervariasi, dari pemilihan pendidikan yang relatif sederhana sampai konflik-konflik interpensonal yang serius. Dalam membantu siswa ini peneliti menggunakan prosedur ilmiah yang telah diuji, yang berdasarkan psikologi belajar. Data siswa peserta konseling kelompok pertama beserta permasalahannya peneliti sajikan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Peserta konseling Kelompok Pertama dan Permasalahannya No 1.
Kode nama DI
Permasalahan
2.
RAS
Jarak antara rumah dengan sekolah terlalu jauh. Pulang pergi antara rumah dengan sekolah menggunakan kendaraan umum. Ekonomi keluarga tergolong kurang mampu. Sering terlambat masuk sekolah. Memiliki absen alpa sebanyak 6 kali sejak menjadi siswa SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek tahun pelajaran 2008/ 2009 Orang tua kerja di luar Trenggalek. Tinggal bersama neneknya. Orang tua (ayah dan ibu) jarang pulang ke Trenggalek, tapi hanya kirim uang. Ekonomi keluarga kurang mampu. Memiliki absen alpa sebanyak 8 kali. Buku-buku pelajaran kurang lengkap.
Keterangan: Sumber data berasal dari bukudata pribadi siswa dan wawancara singkat dengan siswa dan wali murid. Nama asli siswa tidak dicantumkan dalam tabel dan hanya berupa kode nama. Hal ini peneliti lakukan semata-mata untuk menjaga asas kerahasiaan seperti yang tercantum dalam kode etik Bimbingan dan Konseling.
Permasalahan kedua siswa tersebut memiliki kemiripan terutama pada tingkat ekonomi keluarga dan absen alpa yang cukup banyak. Beberapa masalah kedua siswa tersebut meski tidak terlalu berat, tetap berpotensi menjadi masalah yang serius dan dapat mengganggu kinerja siswa-siswa tersebut dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya merosotnya ketekunan belajar siswa. Untuk itulah peneliti mengadakan konseling kelompok untuk kedua siswa tersebut. Konseling kelompok kedua dilaksanakanpada hari Senin tanggal 12 April 2010. Sedianya konseling kelompok kedua dilaksanakan di ruang BK SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek, tetapi karena peserta konseling kelompok kedua ini jumlah pesertanya lima orang, maka peneliti memutuskan untuk pindah ke ruang Aula SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Pada konseling kelompok kedua ini peneliti menggunakan pendekatan konseling eclectic. Pendekatan konseling eclectic merupakan campuran dari pendekatan konseling directive dan non directive. Pada awal proses konseling peneliti menggunakan teknik atau pendekatan non directive yang memberikan keleluasaan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka masing-masing. Setelah para siswa mengungapkan perasaan dan pikirannya peneliti menggunakan teknik atau pendekatan directive untuk menyalurkan arus pemikiran para siswa yang lebih aktif, dan dalam kesempatan lain menggunakan teknik atau pendekatan non directive dan directive bersama-sama. Karena pada konseling kelompok kedua ini, para siswa / peserta seluruhnya merupakan pengurus OSIS SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek dan beberapa diantaranya juga aktif di kepramukaan, maka pada kegiatan konseling kelompok kedua ini timbul diskusi-diskusi kecil antara peneliti dengan para siswa maupun antara siswa itu sendiri. Dari hasil diskusi-diskusi kecil ini, para siswa dengan leluasa dapat
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka masing-masing dan siswa-siswa yang lain menanggapi secara bergiliran berdasarkan perasaan dan pikiran yang telah diungkapkan oleh siswa. Posisi peneliti pada diskusi-diskusi kecil ini adalah sebagai mediator dan mengarahkan proses konseling. Tabel 3 Peserta konseling Kelompok Kedua dan Permasalahannya 1.
Kode nama ASJ
2.
AST
No
Permasalahan
3.
AP
4.
AAF
5.
ALP
Kesulitan dalam pelajaran. Orang tua sebagai guru. Pengurus OSIS. Ekonomi kurang mampu. Tidak dapat konsentrasi belajar apabila gaduh. Kadang-kadang timbul tidak minat mengerjakan tugas-tugas sekolah. Pengurus OSIS. Biaya pendidikan dari orang tua kurang. Kurannya kemampuan dan minat dalam belajar. Gampang mengantuk di kelas. Sering malas dan kurang semangat. Pengurus OSIS. Ekonomi kurang mampu. Pengurus OSIS Aktif di kepramukaan. Pengurus OSIS Ekonomi kurang mampu.
Keterangan: Sumber data berasal dari buku data pribadi siswa di BK, buku induk sekolah dan hasil wawancara singkat dengan pada siswa. Pada tabel tidak dicantumkan nama sebenarnya melainkan dengan kode nama. Hal ini peneliti lakukan semata-mata untuk menjaga asas kerahasiaan yang tercantum di Kode Etik Bimbingan Konseling.
Permasalahan yang dihadapi oleh para siswa peserta konseling kelompok kedua pada umumnya sama atau hampir sama pada tingkat ekonomi keluarga yang kurang mampu. Kelima orang siswa tersebut samasama sebagai Pengurus OSIS. Aktivitas yang cukup padat di OSIS ternyata berpengaruh pada kinerja para siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Meskipun mereka mampu menyesuaikan diri antara proses belajar mengajar dengan kegiatan-kegiatan di OSIS tetapi hal tersebut dapat mempengaruhi ketekunan be-
165
lajar siswa. Dari hasil inilah peneliti memutuskan untuk mengadakan konseling kelompok. 3. Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan kegiatan konseling kelompok ini pada saat pelaksanaan konseling kelompok dan implementasi di lapangan dari hasil-hasil yang telah dibulatkan oleh siswa dengan bimbingan dari peneliti. Pengamatan bersifat langsung yaitu dengan mengamati aktivitas-aktivitas para siswa peserta konseling kelompok, baik itu aktivitas dikelas atau pada saat mengikuti pelajaran atau juga aktivitas-aktivitas mereka pada saat jam istirahat, mengikuti mata pelajaran olah raga di lapangan sekolah, dan aktivitas atau keaktifan mereka mengunjungi perpustakaan sekolah. Peneliti juga mengamati secara tidak langsung. Pengamatan tidak langsung ini peneliti lakukan denga bekerja sama/ meminta bantuan kepada wali kelas dan para guru yang mengajar di kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Pengamatan tidak langsung ini juga peneliti lakukan terhadap siswa-siswa lain di kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek yang bukan peserta konseling kelompok. Khusus bagi siswa-siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek peserta konseling kelompok menjadi pengurus OSIS peneliti mengamati secara tidak langsung melalui siswa-siswa kelas lain sesama pengurus OSIS. Pengamatan juga peneliti lakukan melalui analisa dokumen yang meliputi legger nilai, rekapilulasi absen di BK dan buku harian kelas. Hasil pengamatan melalui dokumen, observasi langsung maupun tidak langsung, wawancara dengan wali kelas, guru bidang studi, pegawai tata usaha sekolah, siswa dan orang tua siswa serta hasil angket memang menunjukkan keberhasilan atau setidak-tidaknya perbaikan dalam perilaku para siswa peserta konseling kelompok pertama maupun kedua. Pada siswa peserta konseling kelompok pertama, absen alpa cenderung tidak
166
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
bertambah demikian pula dengan absen sakit dan absen ijin. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan dengan baik oleh para siswa peserta konseling kelompok pertama. Pada siswa peserta konseling kelompok kedua, perubahan yang terjadi pada perilaku siswa memang jauh lebih baik dibandingkan dengan perubahan tingkah laku pada siswa peserta konseling kelompok kedua. Pembagian waktu antara belajar di kelas dan kegiatan-kegiatan di OSIS siswa sudah dapat menyusun jadwalnya secara lebih teratur dan bertanggung jawab. Pada pengamatan ini peneliti masih menemukan kegagalan yaitu prestasi belajar siswa yang masih stagnan, kalaupun ada peningkatan tidak terlalu signifikan. 4. Refleksi Pada tahap refleksi ini peneliti cukup banyak menemui keberhasilan kegiatan konseling kelompok terutama perubahan perilaku siswa dalam mengatasi masalahmasalahnya, kedewasaan dalam mensikapi situasi dan kondisi di sekitarnya dan juga kemampuan dalam beradaptasi dengan masalah-masalah baru yang muncul di sekitarnya. Sedangkan kegagalannya adalah prestasi belajar siswa yang belum maksimal, baik keberhasilan maupun kegagalan program ini akan dijadikan acuan peneliti bagi tindak lanjut program ini. Tabel 4 Hasil Konseling Kelompok 1.
Kode nama DI
Kelompok konseling Pertama
2.
RAS
Pertama
3.
ASJ
Kedua
4.
AST
Kedua
No
Hasil yang diperoleh Berusaha untuk berangkat lebih pagi ke sekolah. Berusaha untuk tidak menambah absen alpa. Berusaha lebih berhemat. Berusaha untuk memperoleh beasiswa secara rutin. Mengutamakan mengikuti pelajaran di kelas. Berusaha lebih tekun belajar lagi. Optimis mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dan OSIS. Optimis mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dan OSIS.
No
Kode nama
Kelompok konseling
5.
AP
Kedua
6.
AAF
Kedua
7.
ALP
Kedua
Hasil yang diperoleh Berusaha untuk memperoleh bea siswa secara rutin Percaya diri meningkat. Menghilangkan kebiasaankebiasaan buruk yang dapat mengganggu kegiatan belajar dan kegiatan OSIS. Berusaha untuk tidak menambah absen alpa. Berusaha lebih sering pinjam dan mempelajari buku dari perpustakaan. Berusaha untuk memperoleh beasiswa secara rutin. Menghilangkan kebiasaankebiasaan buruk yang dapat mengganggu kegiatan belajar dan kegiatan OSIS.
Keterangan: Sumber data diolah dari hasil konseling kelompok pertama dan kedua dan dari teknik-teknik lain seperti pengamatan, wawancara dan analisa dokumen.
Pada tabel tidak dicantumkan nama asli siswa tetapi berupa kode nama, demikian juga proses konseling. Hal ini peneliti lakukan semata-mata untuk menjaga asas kerahasiaan seperti tercantum pada Kode Etik Bimbingan dan Konseling. PENUTUP Kesimpulan Pendidikan budi pekerti dapat diterapkan untuk meningkatkan ketekunan belajar siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Pemberian pendidikan budi pekerti dapat diberikan kepada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek secara klasikal dalam bentuk layanan informasi. Penggunaan teknik-teknik lain seperti konseling, pengumpulan data dan studi dokumenter dapat dijadikan sebagai pendukung penyampaian pendidikan budi pekerti pada siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Panggul Trenggalek. Saran Perlunya bagi para guru BKdan guru bidang studi untuk menerapkan pendidikan budi pekerti pada siswa. Bagi guru BKpemberian pendidikan budi pekerti dapat diintegrasikan kepada kegaitan layanan
Nastiti Widowati, Upaya Meningkatkan Ketekunan Belajar Melalui Pendidikan...
167
bimbingan dan konseling. Bagi guru bidang studi pemberian pendidikan budi pekerti dapat diintegrasikan melalui mata pelajaran. Bagi kepala sekolah diharapkan memberi-
kan akses yang lebih luas kepada para guru BKdan guru bidang studi dalam memberikan pendidikan budi pekerti kepada para siswa.
DAFTAR RUJUKAN Arifin. Januari, 2006. Pedoman Praktis Penelitian Tindakan Kelas (Bagian ke I). Media, hlm. 21-24. Arifin. Pebruari, 2006. Pedoman Praktis Penelitian Tindakan Kelas (Bagian ke 2). Media, hlm. 14-17. Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Depdiknas. 2001. Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Buku I. Jakarta: Depdiknas, DitJen Dikdasmen. Depdiknas. 2001. Pedoman Penciptaan Suasana Sekolah yang Kondusif dalam Rangka Pembudayaan Budi Pekerti Luhur bagi Warga Sekolah.
Buku 2. Jakarta: Depdiknas, DitJen. Dikdasmen. Djumhur, I dan Surya, M. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : Ilmu. Hidayah, Nur & Indreswari, Henny. 1991. Teknik Pemahaman Individu Non Test. Malang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang, Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas. Partowisastro, H. Koestoer. 1984. Bimbingan & Penyuluhan di SekolahSekolah. Jilid III. Jakarta : Erlangga. Sukardi, Dewa, Ketut. 1983. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.