UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI BERMAIN KUCING DAN TIKUS PADA SISWA KELOMPOK B
DI TK MODEL SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Sudarti Winarsih NIM 09111244015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 i
1
PERSETUJUAFT
St
*UPAYA MENINGKATKAI{ KECERDASAN
KINESTETIKMELALUI tsERMAINKUCING DAN TIKUS PADA SISWA KELOMrcK B DI TK IvIOEELSLEMANYffiYAKARTA" y&ngdisusr.m oleh Sudffii V/inmsituNIM ffi111244015ini telehdisetujui olehpernbimbing uffift diujikan.
Agush$2013
M. Pd NrP19611207
) I i *
F -t,
*: ts
li
&. {. g.
bE-*,--,
1 2 m 5 011m l
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benarkarya saya sendiri. Sepanjangpengetahuansaya tidak terdapat karya atau pendapat yarryditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisankarya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman p"ng"ruhun adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, September 2013 Yang Menyatakan
Sudarti Winarsih NIM 09111244015
lll
MOTTO
″Setiap orang memiliki seluruh jenis kecerdasan″ (Kokom Komala)
“Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal” (Thomas Amstrong)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk: 1.
Ayah dan ibuku tercinta atas segala do’a dan dukungannya
2.
Nusa, Bangsa, Negara, dan Agama
3.
Almamaterku
vi
UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI BERMAIN KUCING DAN TIKUS PADA SISWA KELOMPOK B
DI TK MODEL SLEMAN YOGYAKARTA Oleh Sudarti Winarsih NIM 09111244015 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik pada siswa kelompok B melalui bermain kucing dan tikus di TK Model Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah 15 anak kelas B1 yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain kucing dan tikus dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok B1 TK Model Sleman Yogyakarta. Hasil pelaksanaan pembelajaran melalui bermain kucing dan tikus dapat dilihat pada tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan siklus yang mengalami peningkatan, yaitu keseimbangan statis dari 46,67% meningkat menjadi 86,67%, keseimbangan dinamis dari 53,33% meningkat menjadi 88,89%, koordinasi dari 40% meningkat menjadi 82,22%, dan kelincahan dari 46,67 meningkat menjadi 84,44%. Kata kunci: kecerdasan kinestetik, bermain kucing dan tikus, anak kelompok B
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas limpahan kerunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan kemampuan peneliti untuk meyelesaikan Tugas Akhir skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Melalui Bermain Kucing Dan Tikus Pada Siswa Kelompok B Di TK Model Sleman Yogyakarta”. Penyusun menyadari bahwa keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penyusun dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin studi di Universitas Negeri Yogyakarta.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,
yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian. 3.
Koordinator Program Studi PG PAUD yang telah membantu kelancaran penelitian.
4. Bapak Prof. Dr. Sukadiyanto, M. Pd. dan Bapak Joko Pamungkas, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini selesai. 5.
Kepala TK dan SD Model Sleman yang telah memberikan izin untuk pelaksaan penelitian.
6.
Ibu Sundarti, S. Pd. dan Bertiani Eka S, selaku guru kelompok B1 yang telah membantu dalam pelaksanaan pembelajaran. viii
7.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FIP LINry, yang telah memberikanilmunya selamamenernpuhstudi.
8.
Teman-teman ang$atan 2009 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, terimakasih ataskebersamaanyaselamamenempuhstudi.
9.
Bapak, ibu, dan kakak-kakakku yang telah memberikan do'a, dukungan, dan motivasi selamamenempuhstudi dan penyelesaianskripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunantugas akhir ini. Sanoga semua amal baik dari berbagai pihak mendapatkanbalasankebaikan yang berlipat gandadari Allah swt semogaskripsi ini bermanfaatkhususnyabagi para pembaca. Penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membanzun.
Yogyakarta, September2013 Penulis
W
Sudarti Winarsih NIM 091112440t5
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
vi
ABSTRAK .........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................
8
C. Batasan Masalah .............................................................................................
9
D. Rumusan Masalah ..........................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................
9
F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ....................................................................................................
10
1. Kecerdasan Kinestetik ..............................................................................
10
2. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun..........................................................
22
3. Bermain Kucing dan Tikus.......................................................................
23
4. Penilaian ...................................................................................................
25
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................................
28
x
C. Kerangka Pikir ................................................................................................
30
D. Devinisi Operasional ......................................................................................
31
E. Hipotesis .........................................................................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................................
33
B. Tahap Penelitian .............................................................................................
33
C. Setting Penelitian ............................................................................................
36
D. Subjek Penelitian ............................................................................................
37
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................
37
F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................
38
G. Metode Analisis Data .....................................................................................
42
H. Indikator Keberhasilan ...................................................................................
43
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian ............................................................................................
45
B. Deskripsi Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan.........................................
47
C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas .........................................................
48
D. Pembahasan Hasil Penelitian..........................................................................
87
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .....................................................................................................
95
B. Saran ...............................................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
97
xi
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Kisi-Kisi Instrument Observasi Bermain Kucing Dan tikus .................
39
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kegiatan Bermain Kucing Dan Tikus .......................
40
Tabel 3. Instrument Observasi ............................................................................
42
Tabel 4. Daftar Pendidik TK Model Sleman Yogyakarta ...................................
45
Tabel 5. Daftar Tenaga Kependidikan TK Model Sleman Yogyakarta ..............
46
Tabel 6. Hasil Observasi Kecerdasan Kinestetik Anak Siklus I .........................
65
Tabel 7. Hasil Observasi Kecerdasan Kinestetik Anak Siklus II ........................
85
Tabel 8. Ketercapaian Kecerdasan Kinestetik Anak Dari Ke 2 siklus ................
88
xii
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan MC. Taggart (2010: 30) ................................…………………………
xiii
34
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Surat Keterangan Validitas Instrument Penelitian..........................
100
Lampiran 2. Surat Izin Permohonan Penelitian ..................................................
102
Lampiran 3. Jadwal penelitian ............................................................................
107
Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian ...............................................................
109
Lampiran 5. Hasil Observasi ...............................................................................
133
Lampiran 6. Foto Penelitian ................................................................................
141
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini berada pada rentan usia 0 sampai 6 tahun yang disebut golden age yang merupakan masa emas perkembangan anak (Harun Rasyid, 2009: 58). Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan segala aspek perkembangannya termasuk aspek perkembangan fisik (kecerdasan kinestetik). Pendidikan mengandung makna sebagai ikhtiar menstimulasi anak secara konsisten (Harun Rasyid dkk, 2009: 39). Oberlander dan Ratna Megawangi dkk (Harun Rasyid, 2009: 40) menyatakan hal yang sama yaitu bahwa menstimulasi menjadikan anak nyaman dalam lingkungannya yang dilakukan secara konsisten sejak dini sangat penting untuk pertumbuhan anak. Menstimulasi anak dan membuat anak nyaman dengan lingkungannya serta pembiasaan segala sesuatu yang baik sejak dini secara konsisten, akan membawa tumbuh-kembang anak dalam segala potensi yang dimilikinya. Teori kecerdasan dengan berbagai dimensinya dapat dimulai dari teori kecerdasan Alfred Binet seorang ahli psikolog bangsa Perancis yang beranggapan bahwa kecerdasan itu dapat diukur secara objektif dan dapat dinyatakan dalam suatu angka atau nilai “IQ” atau kecerdasan intelektual (Wira Indra Satya, 2006: 30). Kecerdasan intelektual sangat populer dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia dan digunakan sangat lama di masyarakat terutama di lembaga pendidikan. Karena kecerdasan intelektual dipercaya sebagai sumber keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam 1
belajar, sehingga sering disebut sebagai era intelligence yang artinya kecerdasan kognitif. Fakta menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak menjamin keberhasilan seseorang, maka jenis atau ragam kecerdasan semakin berkembang sebagai contoh adanya kecerdasan “ESQ” (kecerdasan emosi dan spiritual) yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar dan Utsman Najati, kecerdasan emosional oleh Peter Salovey dan Daniel Goleman dan selanjutnya adalah kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu kecerdasan majemuk (Wira Indra Satya, 2006: 31). Teori mengenai kecerdasan majemuk dikemukakan oleh Howard Gardner (1983) yang merupakan seorang ahli psikologi perkembangan dari Amerika Serikat mengidentifikasi tujuh kecerdasan yang disebut Multiple Intelligences atau disingkat MI. Beberapa jenis kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan Linguistik, kecerdasan Logika-Matematika, kecerdasan VisualSpasial, kecerdasan Kinestetik, kecerdasan Musikal, kecerdasan Interpersonal, & kecerdasan Intrapersonal. Sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan Naturalis (Adi W. Gunawan, 2005: 106). Dari beberapa ragam kecerdasan tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada kecerdasan fisik atau kinestetik. Menurut Gardner kecerdasan gerak tubuh adalah manifestasi dari kemampuan menggunakan seluruh tubuh atau sebagian anggota tubuh (Wira Indra Satya, 2006: 32). Salah satu usaha untuk mencapai
2
keadaan tersebut di antaranya adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk memenuhi kebutuhan geraknya melalui bermain dan berolahraga. Ciri khas yang sangat menonjol pada anak usia dini termasuk anak taman kanak-kanak ialah bermain. Bahkan sejak lahir anak sudah membutuhkan bermain melalui interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut dijalaskan oleh Umansky (Harun Rasyid dkk, 2009: 75-76) bahwa seluruh kegiatan bermain bagi anak pada awal pertumbuhannya merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas otak si anak, berarti menumbuhkan dendrite atau sel syaraf otak yang akan mengembangkan trilyunan sinapsis. Dengan demikian, bermain dan berolahraga merupakan hal yang penting bagi pengalaman manusia dan harus dilakukan. Silberg (2004) (Harun Rasyid, 2009: 76) menyatakan bahwa periode produksi pertumbuhan sinapsis yang cepat pada bagian otak anak, tentu berhubungan dengan perkembangan tingkah laku yang terkait dengan bagian otak itu. Oleh karenanya, rangsangan bayi, anak usia dini, anak taman kanakkanak yang diterima lewat berbagai model dan jenis bermain sangat menentukan jumlah sinapsis yang dibentuk dalam jaringan koneksitas otak yang akan terangkai menjadi organ pikir dan emosi. Hal ini akan dialami anak pada masa awal kehidupannya dengan aktifitas fisik/bermain. Melalui aktifitas fisik tersebut anak dapat mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya. Karena saat bermain secara tidak langsung anak akan menguasai keterampilan tertentu, seperti berlari cepat, melompat, menangkap, melempar dan sebagainya. Dengan keterampilan atau prestasi itu anak akan 3
merasa senang dan timbul rasa percaya dirinya. Selanjutnya ketika bermain anak juga belajar untuk bersaing secara sehat, mematuhi aturan yang disepakati, serta memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara sosial dengan teman sebayanya (Wira Indra Satya, 2006: 33). Secara lebih lanjut Silberg (Harun Rasyid, 2009: 76) menegaskan bahwa anak yang jarang diajak bermain sewaktu balita, akan mengalami kesulitan beradaptasi secara sosial kelak setelah dewasa. Bermain bagi seorang anak adalah sesuatu yang sangat penting, sekaligus merupakan pekerjaan dan business semua anak usia dini (Papalia dalam Harun Rasyid dkk, 2009: 77). Melarang bermain seraya memaksanya untuk belajar terus-menerus dapat mematikan hati anak, mengganggu kecerdasannya, dan merusak irama hidupnya (Al Ghazali dalam Ismail yang dikutip oleh Harun Rasyid, 2009: 77). Begitu pentingnya bermain bagi mereka, sebab bermain merupakan suatu keharusan. Para ahli pendidikan anak seperti Rouseau, Pestalozzi, Proebel, Montessory, Piaget dalam Morrison oleh Harun Rasyid (2009: 78) sependapat bahwa bermain bagi anak merupakan bagian penting dalam membantu mendorong tumbuh kembang mereka. Secara umum, bermain marupakan gambaran tampilan motivasi intrinsik yang memberikan makna dan menarik bagi mereka sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan (Seifert & Hoffnung dalam Harun Rasyid, 2009: 78). Bermain bagi anak bukan untuk menampilkan kinerja seperti konsep menang kalah, juga bukan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalannya, melainkan
4
untuk memenuhi kebutuhannya sehingga merupakan titik tolak stategis untuk mengukir kualitas hidupnya di masa depan. Dengan demikian, substansi bermain bagi anak usia dini dan taman kanak-kanak adalah menyenangkan, bergembira, rileks, ceria, sukacita, mendidik dan dapat menumbuhkan aktivitas dan kreativitas. Aktivitas itu harus sekaligus
melibatkan
berbagai
unsur
sensori
terutama
pendengaran,
penglihatan, pikiran dan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan kinestetik
yang
melibatkan
tubuh
misalkan
gerakan
tubuh
saat
berdoa, menggambar, melompat, berlari dan olahraga yang menggerakkan tubuh, menari, senam dan sebagainya. Anak yang memperoleh stimulasi (rangsangan) secara tepat dan berkesinambungan akan berpeluang lebih baik tingkat kecerdasan otaknya dibandingkan dengan yang tidak terstimulasi. Permainan melalui gerak fisik sangat efektif untuk merangsang kecerdasan anak oleh sebab itu para orang tua dan terutama para pendidik dalam hal ini guru di sekolah dapat merancang kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak untuk menjelajahi segala macam yang ada di lingkungannya melalui aktifitas motoriknya. Anak-anak yang berada pada lingkungan yang kondusif akan menjadikannya sebagai anak yang aktif, bugar, dan terampil serta kreatif. Bentuk permainan diharapkan dapat melibatkan fisik anak secara maksimal, menggembirakan dan peraturan tidak terlalu ketat tetapi tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas, oleh sebab itu guru atau pendidik anak usia dini harus senantiasa mengembangkan model-model permainan yang dapat merangsang 5
kebutuhan gerak siswa secara optimal (Wira Indra Satya, 2006: 34) misalnya melalui sebuah permainan baik permainan modern ataupun berupa permainan tradisional seperti menjala Ikan, Elang dan Anak Ayam, Kucing dan Tikus, Hijau Hitam, Bintang Beralih, dan lain sebagainya. Namun dalam kenyataannya tidak sesederhana seperti yang tertuang dalam berbagai teori. Pembelajaran yang berlangsung di taman kanak-kanak selama ini memiliki beberapa kendala seperti pembelajaran kurang mendorong tingkat pencapaian kecerdasan kinestetik atau fisik yang optimal dan kurang mendorong anak untuk bergerak karena terbatasnya waktu dan ketersediaa fasilitas di sekolah. Tidak jarang juga permainan yang disajikan di taman kanak-kanak kurang cocok dengan usia anak, baik dari aspek fisik, psikis maupun tingkat intelegensi anak (Wira Indra Satya, 2006: 34). TK Model Sleman Yogyakarta merupakan subjek penelitian pada penelitian ini khususnya siswa kelompok B1, di mana kecerdasan kinestetik anak masih terbatas dan upaya peningkatannya belum terprogram, terutama melalui suatu bentuk permainan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, terdapat permasalahan yang terjadi di TK Model Sleman Yogyakarta khususnya kelompok B1 yaitu masih minimnya pelaksanaan kegiatan fisik sehingga menyebabkan kemampuan anak dalam kecerdasan kinestetik masih belum obtimal. Hal ini ditandai dengan anak-anak dalam berlari, berjalan di atas papan titian, dan berjalan ke samping serta berjalan ke belakang pada garis lurus masih terlihat ragu-ragu dan takut sehingga hasilnya kurang sesuai dengan capaian perkembangannya. 6
Permasalahan yang terjadi pada anak kelompok B1 belum sepenuhnya disadari oleh guru sehingga belum dicari pemecahan masalahnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti bermaksud untuk memecahkan permasalahan dengan melakukan tindakan melalui kegiatan bermain Kucing dan Tikus. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus yang diberikan diharapkan mampu menarik perhatian anak karena merupakan permainan tradisional yang menyenangkan, mudah dilakukan karena aturannya yang sederhana, dan jarang dilakukan di TK Model Sleman Yogyakarta. Hal ini selain untuk menarik perhatian anak juga dapat menciptakan kegiatan pembelajaran dalam bentuk permainan yang meningkatkan kecerdasan kinestetik yang lebih bervariatif di TK Model Sleman Yogyakarta. Kecerdasan kinestetik yang diharapkan ialah meningkatkan keseimbangan baik keseimbangan statis maupun keseimbangan dinamis. Dalam keseimbangan statis dan dinamis anak diharapkan mampu berdiri tegak sambil mengangkat satu kaki ke belakang dan merentangkan kedua lengan serta mampu menjaga keseimbangan saat berlari dengan cepat tanpa jatuh. Selain meningkatkan keseimbangan statis dan dinamis, bermain Kucing dan Tikus juga diharapkan dapat meningkatkan koordinasi, dan kelincahan. Koordinasi dan kelincahan yang diharapkan yaitu anak mampu melakukan koordinasi gerakan badan, kaki, tangan, dan mata dengan efisien serta anak dapat berlari dengan berbagai kombinasi (berlari lurus, berlari bolak-balik dan berlari zig-zag).
7
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang menjadi dasar atau latar belakang diadakannya penelitian ini, terdapat beberapa masalah yang terjadi dalam proses penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Beberapa permasalahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Anak yang jarang diajak bermain sewaktu balita, akan mengalami kesulitan beradaptasi secara sosial kelak setelah dewasa. 2. Melarang bermain seraya memaksanya untuk belajar terus-menerus dapat mematikan hati anak, mengganggu kecerdasannya, dan merusak irama hidupnya. 3. Pembelajaran yang berlangsung di taman kanak-kanak selama ini memiliki beberapa kendala seperti pembelajaran kurang mendorong tingkat pencapaian kecerdasan kinestetik yang obtimal. 4. Sering ditemui permainan yang disajikan di taman kanak-kanak kurang cocok dengan usia anak, baik dari aspek fisik, psikis maupun tingkat intelegensi anak. 5. Kecerdasan kinestetik di TK Model Sleman Yogyakarta masih terbatas dan upaya peningkatannya belum terprogram, terutama melalui suatu bentuk permainan.
8
C. Batasan Masalah Masalah yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada peningkatan kecerdasan kinestetik anak melalui bermain Kucing dan Tikus. Kecerdasan kinestetik
yang
diharapkan
ialah
meningkatkan
keseimbangan
baik
keseimbangan statis maupun keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahan dalam berlari. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah yang menjadi fokus dalam pelaksanaan penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud yaitu: “Bagaimana meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus pada siswa kelompok B1 di TK Model Sleman Yogyakarta?” E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus pada siswa kelompok B1 di TK Model Sleman Yogyakarta. F. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi guru a. Sebagai gambaran tentang model pembelajaran yang meningkatkan kecerdasan kinestetik anak didiknya. b. Sebagai bahan refleksi dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. 2. Bagi sekolah Sebagai bahan refleksi dalam pembelajaran kecerdasan kinestetik anak. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kecerdasan Kinestetik a. Definisi Kecerdasan Kinestetik Menurut Howard Gardner (Wira Indra Satya, 2006: 29) kecerdasan adalah kapasitas atau kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan nyata dan menciptakan sesuatu dalam sebuah konteks yang kaya dan naturalistik serta menawarkannya sebagai jasa sehingga menimbulkan penghargaan dari orang lain. Kecerdasan gerak tubuh atau kinestetik menurut Howard Gardner (Wira Indra Satya, 2006: 32) adalah manifestasi dari kemampuan menggunakan seluruh
tubuh
atau sebagian anggota tubuh
untuk
memecahkan suatu masalah. Senada dengan pernyataan di atas, Thomas Armstrong (2013: 6-7) menyatakan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan ide-ide, perasaan, dan kelincahan dalam menciptakan atau mengubah sesuatu. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sonawat & Gogri (2008) (Muhammad Yaumi, 2012: 105) bahwa kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan 10
kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk mengontrol geerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk memanipulasi objek. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggunakan seluruh tubuh atau sebagian anggota tubuh dalam mengekspresikan ide dan perasaan untuk memecahkan suatu masalah. Kecerdasan kinestetik tidak hanya meliputi gerakan tubuh saja, melainkan juga meliputi kemampuan untuk menggabungkan fisik dan pikiran untuk menyempurnakan suatu gerakan (Adi W. Gunawan, 2005: 129). Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badannya. Anak tidak suka diam dan ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu dengan tangan dan kakinya. Kecerdasan kinestetik dapat dilihat dengan jelas melalui aktivitas gerak anak yang menonjol dari teman sebayanya. Anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya memproses informasi melalui perasaan yang dirasakan melalui aspek badaniah atau jasmaniah. Anak sangat hebat dalam menggerakkan otot-otot besar dan kecil serta senang melakukan aktivitas fisik dan berbagai jenis olahraga (Muhammad Yaumi, 2012: 105). Anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam tentang gerakangerakan fisik. Anak mampu berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk fisik lainnya. Anak juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah orang lain melakukannya terlebih dahulu, 11
kemudian meniru dan mengikuti tindakannya (Muhammad Yaumi, 2012: 106). Anak yang cerdas kinestetik membutuhkan penyaluran energi gerak yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak begitu kuat dalam kecerdasan ini. b. Unsur-unsur Gerak Kinestetik Kecerdasan kinestetik sangat berkaitan erat dengan kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani. U.Z. Mikdar (2006: 44) mengartikan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja secara efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kantor Menpora (1999) (U.Z. Mikdar, 2006: 45-49) menjelaskan bahwa terdapat dua aspek kesegaran jasmani, antara lain kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness). Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi), kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan meliputi: kecepatan gerak, power, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, kecepatan reaksi, dan ketepatan. 1) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan Komponen-komponen kesegaran jasmani dengan
kesehatan
diperlukan
oleh
anak
yang berhubungan
usia
sekolah
untuk
mempertahankan kesehatan dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama kegiatan belajar dan bermain. 12
a) Daya tahan jantung-paru Menurut U.Z. Mikdar (2006: 45) daya tahan jantung-paru adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan berarti. Daya tahan jantung-paru sangat penting untuk menunjang kerja otot yaitu dengan cara mengambil oksigen dan menyalurkan ke otot yang aktif. b) Kekuatan otot Menurut U.Z. Mikdar (2006: 46) secara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban. c) Daya tahan otot Menurut U.Z. Mikdar (2006: 46) mengemukakan daya tahan otot sebagai berikut: Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus-menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Pada dasarnya daya tahan kekuatan otot merupakan tantangan antara daya tahan dan kekuatan otot. Daya tahan otot diperlukan untuk mempertahankan kegiatan yang sifatnya didominasi oleh penggunaan otot atau sekelompik otot seperti halnya pada komponen lain, daya tahan otot hanya diperlukan sebatas kebutuhan dalam aktivitas otot. Beberapa kegiatan yang dominan memerlukan daya tahan otot pada anak-anak termasuk di dalamnya bentuk-bentu permainan kecil maupun besar (umpamanya bermain tali), panjat tebing atau lari lintas alam bagi yang sudah berusia dewasa. d) Fleksibilitas Menurut
U.Z.
Mikdar
(2006:
46)
fleksibilitas
adalah
kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang sendi secara 13
maksimal. Fleksibilitas menunjukkan besarnya gerakan sendi secara maksimal sesuai dengan rentang gerak (range of movement). Fleksibilitas bagi anak sangat penting terutama untuk kegiatan bermain, karena bermain bagi mereka tidak semata-mata dapat bergerak cepat dan kuat, tetapi juga harus lincah dan dapat mengubah arah dengan cepat (kelincahan). Kemampuan yang cepat dan lincah dalam mengubah arah memerlukan fleksibilitass tubuh atau bagian tubuh yang terlibat dalam kegiatan tersebut. e) Komposisi tubuh. Menurut U.Z. Mikdar (2006: 47) komposisi tubuh adalah susunan yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak dan massa tanpa lemak. Sedangkan menurut Lenz Kravits (1997: 7) komposisi tubuh adalah persentase lemak badan dari berat badan tanpa lemak (otot, tulang rawan, organ-organ vital).
2) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan Komponen
kesegaran
jasmani
yang
berhubungan
dengan
keterampilan, diperlukan oleh anak usia sekolah untuk menunjang kegiatan utama mereka yaitu, kegiatan belajar dan bermain. a) Kecepatan gerak Menurut U.Z. Mikdar (2006: 47) kecepatan gerak adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang paling singkat. Kecepatan gerak bersifat lokomotor dan geraknya bersifat siklik (satu jenis gerak yang dilakukan secara berulang-ulang
14
seperti tari dan sebagainya) atau kecepatan bagian tubuh melakukan pukulan. Sedangkan menurut Michael Kent (1994: 415) kecepatan gerak didefinisikan sebagai kemampuan yang berorientasi pada skill yang melatar belakangi latihan seperti pekerjaan petinju dimana satu anggota tubuh (tungkai dan lengan) harus digerakkan dari satu tempat ke tempat lain secara cepat. b) Power Menurut U.Z. Mikdar (2006: 48) power adalah hasil kali antara kekuatan dan kecepatan atau pengarahan daya otot maksimum dan kecepatan maksimum. c) Kelincahan Menurut Michael Kent (1994: 18) kelincahan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengubah posisi tubuh dalam suatu ruang secara cepat dan akurat tanpa kehilangan keseimbangan. d) Keseimbangan Menurut Michael Kent (1994: 52) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi stabil dan spesifik dalam hubungannya dengan lingkungan yang ada. Sedangkan U.Z. Mikdar (2006: 48) mengemukakan keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat dan saat berdiri diam (static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance).
15
e) Koordinasi U.Z. Mikdar (2006: 48) mengemukakan koordinasi sebagai berikut: Koordinasi merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan efisien. f) Kecepatan reaksi U.Z. Mikdar (2006: 49)mengemukakan kecepatan reaksi sebagai berikut: Kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan dan awal reaksi, kemampuan ini tergantung dari organ perasa dalam mengatur stimulus yang datang dan diterima melalui organ penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya, dan sentuhan. g) Ketepatan U.Z. Mikdar (2006: 49) mengemukakan ketepatan sebagai latihan motorik merupakan komponen kesegaran jasmani yang diperlukan dalam kegiatan anak sehari-hari. Ketepatan dapat berupa gerakan (performance) atau sebagai ketepatan hasil (result). Ketepatan berkaitan dengan kematangan sistem saraf dalam menilai ruang, dan waktu,
tepat
dalam
mendistribusikan
mengkoordinasikan otot dan sebagainya.
16
tenaga,
tepat
dalam
c. Karakteristik Kecerdasan Kinestetik Adi W. Gunawan (2005: 128) menjelaskan bahwa orang dengan kecerdasan kinestetik yang berkembang baik mempunyai cirri-ciri atau karakteristik sebagai berikut: 1) Suka memegang, menyentuh, atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari. Anak lebih senang membuat sesuatu dengan menggunakan tangannya secara langsung. 2) Mempunyai koordinasi fisik dan ketepatan waktu. Biasanya anak merasa bosan dan tidak tahan untuk duduk pada suatu tempat dalam waktu yang lama. 3) Sangat suka belajar dengan terlibat secara langsung. Ingatannya kuat terhadap apa yang dialami daripada apa yang dikatakan atau dilihatnya. 4) Menyukai pengalaman belajar yang nyata. Anak sangat menyukai jenis komunikasi nonverbal, seperti komunikasi dengan bahasabahasa isyarat. 5) Menunjukkan kekuatan dalam bekerja yang membutuhkan gerakan otot kecil maupun otot utama. 6) Mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan gerakan fisik dengan menggunakan penyatuan pikiran dan tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. 7) Menciptakan pendekatan baru dengan menggunakan keahlian fisik seperti dalam menari, olahraga atau aktifitas fisik lainnya. 8) Menunjukkan keseimbangan, keindahan, ketahanan, dan ketepatan dalam melakukan tugas yang mengandalkan fisik. 9) Mengerti dan hidup sesuai standar kesehatan. Disini anak menunjukkan dan mengikuti gaya hidup yang sangat aktif. 10) Menunjukkan minat pada kerier sebagai atlet, penari, dokter bedah, atau sebagai tukang. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kinestetik Dalam perkembangan anak, setiap anak cenderung mempunyai perkembangan yang relatif sama, akan tetapi banyak variasi yang dapat mempengaruhi perbedaan pola perkembangan anak. Bambang Sujiono (2007: 28) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak yaitu faktor tampilan dan faktor lingkungan. Lebih 17
lanjut dijelaskan bahwa faktor tampilan paling sering berpengaruh pada keterampilan gerak tertentu, faktor tampilan dapat berupa ukuran tubuh, pertumbuhan fisik, kekuatan, dan berat tubuh serta system syaraf. Sedangkan faktor lingkungan adalah banyak sedikitnya dan kualitas rangsangan yang diterima. Lebih lanjut dijelaskan oleh Endang Rini Sukamti (2007: 40) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik antara lain: (1) sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan, (2) keadaan awal kehidupan paska lahir, kondisi lingkungan yang menguntungkan, (3) kondisi pra lahir, termasuk asupan gizi yang dimakan ibunya, (4) jenis kelamin, dan (5) kelahiran yang sukar, sehingga merusak struktur otak yang berakibat memperlambat perkembangan kinestetik anak. Definisi
senada
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan kecerdasan kinestetik juga dikemukakan oleh Diah Rahmatia (2008: 18) yang menyatakan bahwa perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi, kesehatan, status sosial ekonomi, dan gangguan emosional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tubuh secara langsung akan menentukan keterampilan gerak anak, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak dalam memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain. Wira Indra Satya (2006: 34) juga mengemukakan bahwa kecerdasan dipengaruhi oleh faktor keturunan dan juga oleh keadaan gizi serta stimulasi
18
atau rangsangan yang diberikan selama proses tumbuh dan berkembangnya anak dari sejak masa bayi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor keturunan, keadaan paska lahir, proses kelahiran, kondisi pra lahir termasuk asupan gizi dan status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan stimulasi atau rangsangan yang diterima selama proses tumbuh kembang anak sejak masa bayi. e. Merangsang Kecerdasan Kinestetik Kalau kecerdasan bahasa dirangsang melalui interaksi, kecerdasan kinestetik dirangsang melalui ruang gerak. Mengajak anak-anak senam, bermain merupakan cara yang efektif untuk
merangsang kinestetik.
Melalui bermain diharapkan anak secara tidak sadar telah melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan bagi kebugaran tubuhnya dan dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Guru atau pendidik harus menata sedemikian rupa bentuk permainan agar lebih menarik untuk dimainkan oleh anak-anak (Wira Indra Satya, 2006: 36). Kecerdasan kinestetik memunculkan ciri menonjol pada anak, anak begitu saja bergerak, beraktivitas tanpa perlu didorong-dorong oleh pendidik. Anak-anak yang mempunyai kemampuan kinestetik hanya perlu diberi fasilitas, diperhatikan, dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengekspresikan diri dan kebutuhan mereka. Pendidik perlu menyadari
sepenuhnya
bahwa anak-anak
perlu
melepaskan
energi
melalui gerak, salah satunya adalah melalui bermain. Wira Indra Satya 19
(2006: 36) menegaskan bahwa dengan permainan tersebut diharapkan akan memberikan manfaat pada beberapa sistem kerja tubuh seperti sistem saraf, sistem hormonal, dan sistem kardiorespirasi. Melalui bermain akan terjadi peningkatan pada sistem saraf dengan bertambah banyaknya jumlah cabang-cabang dan juluran sel-sel saraf dan sinapsis-sinapsisnya, jika diberikan cukup rangsangan-rangsangan berupa informasi pembelajaran berupa gerakan, belajar mengingat, menghitung, belajar melihat dan mendengar serta merasakan. Rangsangan itu akan menambah pengalaman sensori-motorik anak. Seluruh proses belajar tersebut akan selalu merangsang pusat-pusat otak dan akan terprogram dengan baik pada otak dan akan lebih berkesan pada daya ingat (memori), serta lebih resisten jika gerakan tersebut selalu diulang-ulang dan secara terus-menerus gerakannya divariasikan dan dimodifikasi pola geraknya, arah gerakan, dan ketepatannya, serta tersedianya ruang untuk bermain. Perasaan
gembira
yang
timbul
saat
selesai
melakukan
olahraga/bermain ternyata disebabkan oleh peningkatan kadar hormon endorpin dan norepinephrine di dalam darah yang memberikan pengaruh seperti morfin namun tidak berbahaya bagi tubuh (Mirkin, 1982; Kuantaraf. J, 1992 dalam Wira Indra Satya, 2006). Manfaat bermain pada sistem kardiorespirasi terlihat ketika aktifitas bermain atau gerak badan akan diperoleh kekuatan otot dan selama aktifitas berlangsung otot akan mengalami kontraksi dengan cara mengembang dan 20
mengempis, dengan cara demikian otot akan berperan sebagai jantung kedua karena berfungsi membantu memompakan darah balik menuju ke jantung dengan baik (Wira Indra Satya, 2006: 56). f. Tujuan Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Christine Sujana (2008: 170-174) mengemukakan tujuan kecerdasan kinestetik sebagai berikut: (1) meningkatkan kemampuan psiko-motor, (2) meningkatkan keterampilan sosial, (3) membangun rasa percaya diri dan harga diri, (4) meletakkan fondasi bagi gaya hidup sporty, dan (5) meningkatkan kesehatan. 1) Meningkatkan Kemampuan Psiko-motor Kemampuan Psiko-motor merujuk pada kemampuan untuk mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh seseorang dengan otak supaya berfungsi secara sinkron untuk mencapai tujuan fisik. Dasar yang penting untuk membangun kemampuan psiko-motor yang baik dalam diri anak adalah peningkatan keterampilan gerak. 2) Meningkatkan Keterampilan Sosial Aktifitas fisik memberikan kepada anak lebih banyak kesempatan untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Lebih lanjut, anak-anak dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi akan dapat mengungkapkan diri anak dengan baik dan akan meningkatkan keterampilan komunikasi secara keseluruhan yang penting ketika belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
21
3) Membangun Rasa Percaya Diri dan Harga Diri Dalam suatu aktivitass bermain bebas, anak-anak secara khusus merasa didorong untuk mencoba dan gagal, dan terus berusaha tanpa merasa tidak mampu. Ketika anak mulai menguasai kemampuan fisik yang lebih baik, harga diri anak meningkat. Seorang anak yang merasa bahwa secara fisik setingkat dengan anak-anak lainnya akan lebih yakin ketika berpartisipasi dalam aktivitas kelompok. 4) Meletakkan Fondasi Bagi Gaya Hidup Sporty Mendorong kecerdasan tubuh melalui aktivitas fisik akan memotivasi anak bermain dan kecintaan terhadap gaya hidup yang aktif. 5) Meningkatkan Kesehatan Anak yang senang berolahrga akan lebih bugar dan lebih sehat dari anak yang tidak senang berolahraga. Anak yang berolahraga lebih kecil kemungkinannya memiliki resiko yang terkait dengan masalah penyakit seperti makan berlebihan atau kegemukan dibandingkan dengan anak yang malas berolahraga. 2. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun Dalam pembelajaran TK, sangat disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran dan juga sangat disesuaikan dengan karakteristik anak TK, diantaranya suka meniru, ingin mencoba, spontan jujur, riang, suka bermain, banyak bergerak, suka meniru julukan akunnya, unik, ingin tahu atau suka bertanya (Soegeng Santoso, 2002: 53).
22
Dorothy Einon (2005: 5) merincikan karakteristik gerakan tubuh anak usia 5-6 tahun sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h.
Anak mulai dapat menghindar dan langkah larinya bertambah. Dapat berlari kencang, memulai, dan berhenti sesuka hati saat berlari. Dapat meloncat 10 kali atau lebih. Dapat meloncat-loncat kecil, dan pada umur 6 tahun bisa meloncatloncat dengan bola di kakinya. Dapat melompat sambil menjangkau sesuatu dengan lengannya setinggi 5-7,5 cm. Dapat berjalan maju sejauh 3,3 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 2,4 m. Dapat memanjat tangga tali atau tiang, dia mungkin berusaha untuk naik pohon. Mampu meloncat sejauh 38-45 cm, berlari sambil meloncat sejauh 7088 cm, dan berlari melompati halangan sejauh 23 cm.
3. Bermain Kucing dan Tikus a. Pengertian Bermain Kucing dan Tikus Partijem (2011: 32) menyatakan bahwa permainan kucing-kucingan adalah permainan tradisional yang menirukan kucing mengejar musuhnya. Inti permainan ini sama dengan permainan kucing dan tikus yang menggambarkan upaya Kucing mengejar Tikus. Dengan demikian yang dimaksud bermain Kucing dan Tikus dalam penelitian ini adalah upaya Kucing mengejar Tikus di mana Tikus dibantu oleh pagar yang berusaha melindungi dari kejaran Kucing. b. Tujuan Bermain Kucing dan Tikus Wahyuti: 2010 menyatakan bahwa tujuan bermain Kucing dan Tikus ialah untuk melatih kemampuan anak dalam mengejar dan menghindar. Sedangkann bermain Kucing dan Tikus dalam penelitian ini bertujuan untuk
23
meningkatkan
keseimbangan
baik
keseimbangan
statis
maupun
keseimbangan dinamis, kecepatan, koordinasi, dan kelincahan dalam berlari. c. Metode Bermain Kucing dan Tikus Wahyuti: 2010 menjelaskan bahwa metode bermain Kucing dan Tikus adalah sebagai berikus: ajak anak-anak membentuk lingkaran dengan bergandengan tangan. Pilih dua orang anak yang akan berperan sebagai Tikus dan salah satunya sebagai Kucing. Tikus ini mulanya berada dalam lingkaran, sedangkan sang Kucing berada di luar lingkaran. Pada saat abaaba di mulai Kucing berupaya menangkap Tikus dengan cara memasuki lingkaran. Tikus baik di dalam maupun di luar lingkaran terus berusaha menjauh dari Kucing agar tidak tertangkap oleh Kucing. Namun yang berperan sebagai lingkaran hendaknya berusaha menutup jalan agar Kucing tidak bisa masuk dalam lingkaran. Sebaliknya membebaskan sang Tikus untuk keluar masuk lingkaran. Cara lingkaran menutup jalan Kucing adalah dengan berjongkok jika Kucing berusaha melewati bawah gandengan tangan, dan berdiri jika Kucing berusaha melompati gandengan tangan. Selama bermain, para siaga yang membentuk lingkaran dapat bersorak dan memberi semangat tetapi tidak boleh mengejek baik kepada Kucing maupun Tikus. Permainan berakhir jika Tikus sudah tertangkap oleh Kucing atau dapat juga ditentukan oleh kurun waktu yang telah ditentukan, misalnya dengan kurun waktu 3 menit. Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. Guru dapat memilih anak 24
yang akan menjadi Kucing dan Tikus secara berurutan, tetapi akan lebih baik jika guru menunjuk anak yang sudah siap dan berani untuk bermain. Alasan peneliti memilih permainan Kucing dan Tikus sebagai tindakan karena permainan Kucing dan Tikus merupakan permainan tradisional yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan permainan lain seperti bintang beralih dan gobak sodor yaitu: dapat dilakukan oleh peserta didik dalam jumlah banyak dalam waktu yang sama, mudah dimainkan oleh anak karena aturan yang sederhana, menyenangkan, dan tanpa menggunakan alat. 3. Penilaian a. Pengertian penilaian Penilaian di Taman Kanak-kanak merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak dan pengambilan keputusan, pengakuan, atau ketetapan tentang kondisi atau kemampuan anak (Kemendiknas, 2010). b. Tujuan Penilaian Tujuan penilaian di Taman Kanak-kanak menurut Kemendiknas tahun 2010 tentang pedoman penilaian di taman kanak-kanak adalah untuk mengetahui dan menindaklanjuti pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai peserta didik selama mengikuti pendidikan TK.
25
c. Fungsi Penilaian Fungsi penilaian di Taman Kanak-kanak menurut Kemendiknas tahun 2010 tentang pedoman penilaian di taman kanak-kanak adalah sebagai berikut: 1) Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran termasuk dalam penyusunan program kegiatan. 2) Memberikan bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap peserta didik agar fisik maupun psikisnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 3) Memberikan bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuia dengan minat dan kebutuhannya. 4) Memberikan informasi kepada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak sebagai bentuk pertanggungjawaban TK. 5) Memberikan informasi bagi orang tua untuk melaksanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di TK. 6) Memberikan bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap peserta didik. d. Prosedur Penilaian Dalam Kemendiknas tahun 2010 tentang pedoman penilaian di taman kanak-kanak menyatakan bahwa prosedur penilaian taman kanak-kanak adalah sebagai berikut: 1) Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada tingkat pencapaian perkembangan, capaian perkembangan, serta indikator yang hendak dicapai dalam satu satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip-prinsip penilaian yang telah ditentukan.
26
2) Penilaian dilakukan secara integratif dengan kegiatan pembelajaran. Artinya guru tidak secara khusus melaksanakan penilaian, tetapi menyatu dengan aktifitas pembelajaran dan kegiatan bermain berlangsung. 3) Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: a) Catatan hasil penilain harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di rencana kegiatan harian (RKH). b) Anak yang belum berkembang sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka diberi simbol BB. c) Anak yang sudah mulai berkembang sesuai dengan indikator seperti yangh diharapkan dalam RKH diberi simbol MB. d) Anak yang sudah berkembang sesuai harapan pada indikator dalam RKH diberi simbol BSH. e) Anak yang berkembang sangat baik melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH diberi simbol BSB. 4) Hasil catatan penilaian yang ada dalam rencana kegiatan harian (RKH) dirangkum dan dipindahkan ke dalam rekap bulanan pencapaian penilaian perkembangan peserta didik berupa narasi singkat. 5) Rekaman hasil penilaian perkembangan anak, yang dirangkum pada bulanan, menjadi referensi untuk menyusun laporan perkembangan anak dalam satu semester, yang dibuat secara deskriptif.
27
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Partijem pada tahun 2011 di Taman Kanakkanak Negeri Pembina Bantul dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Suasana Pembelajaran dan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok A Melalui Permainan Tradisional di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Bantul”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suasana pembelajaran saat permainan kucing-kucingan adalah keadaan anak senang bermain mencapai 73% atau 19 anak dari 26 anak, kurang senang bermain mencapai 27% atau 7 anak, dan anak yang tidak senang bermain tidak ada. Keadaan tentang anak mau mendengar mencapai 77% atau 20 anak dari 26 anak, anak yang kurang mau mendengar mencapai 23% atau 6 anak dari 26 anak dan anak yang tidak mau mendengarkan tidak ada. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar
yang dimiliki sudah
lebih baik. Anak memiliki kelincahan dan kecepatan dalam melakukan gerakan. Untuk
aspek kecepatan anak yang dapat dikategorikan cepat
mencapai 19 anak (73%), 7 anak (27%) dari 26 anak masuk kategori kurang capat, dan kategori tidak cepat tidak ada. Selain itu, untuk aspek kelincahan anak yang masuk kategori tidak lincah tidak ada, masuk kategori lincah 20 anak (77%) sedangkan untuk kategori kurang lincah mencpaai 23% atau 6 anak dari 26 anak hasil .dari penelitian tersebut kecepatan mencapai 73% dan kelincahan mencapai 77%. 28
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nofi Astuti (2013), yang berjudul “Mengembangkan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan Kecil Tanpa Alat Pada Anak Kelompok B3 Di TKIT Assalam Sanden Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar melalui permainan kecil tanpa alat pada anak kelompok B3 di TKIT Assalam Sanden Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah anak-anak TKIT Assalam Sanden Bantul Kelompok B3 Semester I Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 17 anak terdiri dari 7 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Permainan Kecil Tanpa Alat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Permainan Kucing dan Tikus Serta Permainan Harimau dan Rusa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan kecil tanpa alat dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak kelompok B3 TKIT Assalam Sanden Bantul. Hal ini dibuktikan dari hasil yang dicapai melalui permainan kecil, yaitu pada aspek kekuatan anak yang memenuhi kriteria kuat ada 5 anak (29,4%), dan aspek daya tahan ada 5 anak (29,4%) yang memenuhi kriteria daya tahan. Pada aspek kecepatan ada 6 anak (35,3%) yang memenuhi kriteria cepat, dan pada aspek kelincahan ada 5 anak (29,4%) yang memenuhi kriteria lincah. Keterampilan motorik kasar yang dicapai anak pada akhir tindakan siklus II, yaitu pada aspek kekuatan anak yang memenuhi kriteria kuat ada 15 anak (88,2%), dan aspek daya tahan ada 14 anak (82,4%) yang memenuhi kriteria daya tahan. Pada aspek kecepatan ada 15 anak (88,2%)
29
yang memenuhi kriteria cepat, dan pada aspek kelincahan ada 14 anak (82,4%) yang memenuhi kriteria lincah. C. Kerangka Pikir Pada prinsipnya pendidikan itu sering dimaknai sebagai usaha sadar orang dewasa kepada orang lain agar menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab. Pendidikan juga disebut sebagai investasi manusia masa depan (Dirjen PLS, 2006 dalam Harun Rasyid, 2009: 37) yang diawali sejak manusia dilahirkan sampai ke liang lahat, atau pendidikan sepanjang hayat/Life long education (Freeman, 1996: 2 dalam Harun Rasyid, 2009: 37). Mengacu pada kelompok umur, pendidikan anak usia dini berada pada rentan usia 0-6 tahun. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, pendidikan mengandung makna sebagai ikhtiar menstimulasi anak secara konsisten (Harun Rasyid, 2009: 39). Jadi, menstimulasi anak dan membuatnya nyaman dengan lingkungannya serta pembiasaan segala sesuatu yang baik sejak dini secara konsisten, akan membawa tumbuh-kembang anak dalam segala potensi yang dimilikinya. Cara belajar bagi anak usia dini dan termasuk anak taman kanak-kanak yang paling efektif adalah bermain secara alamiah, murah, mudah, dan memanfaatkan bahan-bahan yang bersumber dari lingkungan sekitar mereka, di mana mereka berada serta mudah untuk mereka lakukan secara bebas tanpa dibebani dengan berbagai aturan ketat (Harun Rasyid, 2009: 83). Salah satu permainan yang dapat dilakukan adalah melalui permainan tradisional Kucing dan Tikus. 30
Bermain kucing dan tikus merupakan permainan tradisional yang menggambarkan upaya kucing mengerjar tikus. Dengan permainan ini anak akan mengekpresikan seluruh gerakan tubuhnya dengan bebas dan tanpa beban. Selain itu permainan ini dapat dimainkan dengan mudah karena dalam permainan ini menggunakan aturan yang sederhana dan mudah di mainkan oleh anak segala usia termasuk anak usia dini. Setelah mengkaji teori dari beberapa sumber di atas maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut: Bermain Kucing dan Tikus sangat beperan
untuk
meningkatkan
kecerdasan
kinestetik
pada
indikator
keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan pada siswa kelompok B. D. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggunakan seluruh atau sebagian anggota tubuh untuk memecahkan suatu masalah. 2. Bermain Kucing dan Tikus Bermain Kucing dan Tikus dalam penelitian ini yaitu upaya Kucing mengejar Tikus dimana Tikus dibantu oleh pagar yang berusaha melindungi dari kejaran Kucing.
31
E. Hipotesis Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian ini adalah bermain Kucing dan Tikus dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada siswa kelompok B di TK Model Sleman Yogyakarta.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) PTK diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata dan menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Adapun yang menjadi pertimbangan digunakannya Penelitian Tindakan Kelas. Pertama, Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu metode dan proses untuk menjembatani antara teori dan praktik atau dengan kata lain adanya kontribusi peneliti terhadap permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan teori-teori yang dimilikinya. Kedua, Penelitian Tindakan Kelas dapat mengkaji permasalahan secara praktis, serta bertujuan untuk menentukan tindakan yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi, secaara umum metode inilebih mengarah kepada pemecahan masalah dan perbaikan. B. Tahap Penelitian Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem yang berdaur ulang di berbagai kegiatan pembelajaran yang terdiri atas empat tahap yang saling terkait dan berkesinambungan (Rochiati, 2002: 100). Tahaptahap tersebut yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
33
Senada dengan pendapat di atas, Kemmis & Taggart (Sa’dun Akbar, 2010: 30) menyatakan bahwa penelitian tindakan memiliki empat tahap yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action) dan pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tahap-tahap diatas membentuk satu siklus sehingga dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan ke empat tahap PTK tersebut secara berdaur ulang berdasarlan hasil refleksi pada siklus sebelumnya sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis & Mc Taggart akan tampak sebagai berikut: Siklus I : ……………………………………………………………………….…………………
Planning -1
Acting & Observing -1
Revise Plan -1
Reflecting -1 Siklus II: ………………………………………………………………………………………….
Planning -2
Revise Plan -2
Acting & Observing -2
Reflecting -2
Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan MC. Taggart (2010: 30) 34
Secara rinci prosedur penelitian dalam setiap siklus adalah: 1. Perencanaan (planning) Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan peneliti sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tidak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini dapat mengatasi hambatan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah penelitian dan rancangan pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa yaitu dengan permainan Kucing dan Tikus. Rancangan tersebut kemudian dituangkan dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) sesuai dengan permainan yang akan dimainkan serta membuat lembar observasi yang akan digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus, yang masing-masing siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan. 2. Pelaksanaan Tindakan (action) Pelaksanaan tindakan pada tahap ini ialah melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana yang telah dirancang secara terkendali, cermat dan bijaksana sebagai pijakan bagi pengembang tindakan berikutnya. Sebelum memulai permainan, guru melakukan kegiatan apersepsi terhadap siswa mengenai permainan yang akan dilakukan serta memberitahukan peraturan-peraturan dalam permainan tersebut. Setelah semua anak dianggap paham, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba bermain.
35
Setiap selesai pertemuan diadakan evaluasi atau refleksi bersama kolaborator untuk merancang pertemuan berikutnya. Siklus ke dua dan seterusnya bentuk permainan akan ditentukan oleh peneliti dan kolaborator setelah memperoleh hasil tindakan pada siklus pertama yaitu berupa modifikasi permainan. 3. Pengamatan (observing) Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap tindakan, dengan cara mengamati, mencatat secara cermat menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan sebelum pembelajaran, saat proses pembelajaran berlangsung, dan sesudah pembelajaran berakhir. 4. Refleksi (reflecting) Pada tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi sebelum pembelajaran, saat pembelajaran, dan setelah selesai pembelajaran dicatat, dikumpulkan dan dianalisis. Setiap akhir pertemuan dalam setiap siklus dilakukan refleksi. Hasil analisis digunakan untuk menentukan langkah tindakan selanjutnya. C. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan salama tiga bulan mulai bulan Mei sampai Agustus 2013 pada semester Genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B TK SD Model Sleman yang berlokasi di Blotan Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta yang merupakan TK percontohan di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten
36
Sleman. Menerapkan Kurikulum Standar Kompetensi TK/RA Tahun 2004 dan ICT serta Bahasa Inggris. TK Model Sleman mempunyai 6 kelas yang masing-masing diatur menurut penataan berdasarkan sentra untuk kelompok A dan B serta memiliki fasilitas yang cukup memadai. Kelas A terdiri dari kelas A1 (Sentra Persiapan), A2 (Sentra Pengetahuan Alam), dan A3 (Sentra Balok atau Main Peran). Begitu pula kelas B meliputi kelas B1 (Sentra Persiapan), B2 (Sentra Pengetahuan Alam), dan B3 (Sentra Balok atau Main Peran). Peneliti memilih lokasi tersebut dengan alasan karena pembelajaran di TK ini masih jarang menggunakan pembelajaran yang menerapkan kegiatan yang dirancang melalui permainan. D. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswa kelompok B1 TK Model Sleman tahun ajaran 2012-2013 dengan jumlah siswa sebanyak 15 anak yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 8 anak laki-laki dengan dibimbing oleh 2 guru kelas. E. Metode Pengumpulan Data Suharsimi
Arikunto
(2010:
203)
menyatakan
bahwa
metode
pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 130) observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki. 37
Metode ini digunakan untuk menggali tentang bagaimana strategi guru dalam membimbing anak didiknya dan bagaimana pula minat anak dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Alasan peneliti memilih teknik observasi dikarenakan teknik ini digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa dalam ruangan, luar ruangan, dan keadaan tertentu. Dokumentasi merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa foto, gambar, dan sebagainya. Badudu (1994: 354) mengartikan dokumentasi adalah semua tulisan yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat digunakan bila diperlukan, juga gambar atau foto. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data melalui kegiatan pembelajaran peningkatan kecerdasan kinestetik melalui bermain Tikus dan Kucing, yaitu setiap aktivitas yang dilakkan selama penelitian berlangsung. F. Instrumen Pengumpulan Data Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Observasi dan dokumentasi dilakukan dengan menggunakan foto dan catatan secara rinci untuk menggambarkan suasana kelas pada waktu pembelajan berlangsung. Observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan serta pengambilan foto mengenai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan metode bermain Kucing dan Tikus. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dianalisis 38
untuk mengetahui seberapa besar peran bermain Tikus dan Kucing dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok B. Selanjutnya peneliti membuat tabel persiapan pembentukan instrument atau yang lebih dikenal dengan kisi-kisi instrument observasi, rubrik penilaian, dan instrumen observasi. Tabel 1. Kisi-Kisi Instrument Observasi Bermain Kucing Dan Tikus. Kecerdasan Kegiatan Indikator Deskripsi Kinestetik Keseimbangan Berdiri tegak Anak dapat Anak bisa menjaga Statis sambil berdiri tegak keseimbangan saat mengangkat satu sambil berdiri tegak kaki ke belakang mengangkat satu sambil mengangkat dan merentangkan kaki ke belakang satu kaki ke kedua lengan dan belakang dan merentangkan merentangkan kedua lengan kedua lengan Keseimbangan Berlari dengan Anak dapat Anak bisa menjaga Dinamis cepat tanpa jatuh berlari dengan keseimbangan saat cepat tanpa jatuh berlari dengan cepat tanpa jatuh Koordinasi Anak dapat Melakukan Berlari dan mengkoordinasi koordinasi gerakan berusaha badan, kaki, menghindar dari kan gerakan badan, kaki, tangan, dan mata musuh ketika dengan efisien bermain Kucing tangan, dan mata dengan dan Tikus efisien Berlari dan menyentuh atau menangkap teman lain saat bermain Kucing dan Tikus Kelincahan Berlari dengan Anak dapat Anak dapat berlari berbagai berlari dengan dengan berbagai kombinasi (berlari berbagai kombinasi (berlari lurus, berlari kombinasi lurus, berlari bolak-balik dan (berlari lurus, bolak-balik dan berlari zig-zag) berlari bolakberlari zig-zag) balik dan berlari zig-zag) 39
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kegiatan Bermain Kucing Dan Tikus No 1.
Kecerdasan Kinestetik Keseimbangan Statis
Kegiatan Berdiri tegak sambil mengangkat satu kaki ke belakang dan merentangkan kedua lengan
Kriteria Penilaian
BSB
BSH
MB
BB 2.
Keseimbangan Dinamis
Berlari dengan cepat tanpa jatuh
BSB
BSH
MB
BB 3.
Koordinasi
Berlari cepat dan berusaha menghindar dari musuh ketika bermain Kucing dan Tikus Berlari cepat dan berusaha menyentuh atau 40
BSB
Deskripsi Anak mampu berdiri tegak sambil mengangkat satu kaki ke belakang dan merentangkan kedua lengan Anak mampu berdiri tegak sambil mengangkat satu kaki ke belakang Anak mulai mencoba berdiri tegak sambil mengangkat satu kaki ke belakang Anak tidak mau berdiri tegak sambil bergandengan tangan Anak mampu berlari dengan cepat tanpa jatuh Anak mampu berlari dengan cepat tetapi kadang terjatuh Anak mulai mencoba berlari dengan cepat tanpa jatuh Anak tidak mau berlari dengan cepat Anak mampu berlari cepat dan dapat menghindar dari musuh saat bermain Kucing dan Tikus Anak mampu berlari cepat dan dapat menyentuh atau menangkap musuh saat bermain Kucing
menangkap teman lain saat bermain Kucing dan Tikus
dan Tikus
BSH
MB
BB
4.
Kelincahan
Berlari dengan berbagai kombinasi (berlari lurus, berlari bolakbalik dan berlari zig-zag) 41
BSB
BSH
Anak mampu berlari cepat tetapi tertangkap musuh saat bermain Kucing dan Tikus Anak mampu berlari cepat tetapi tidak dapat menyentuh atau menangkap musuh saat bermain Kucing dan Tikus Anak mulai mencoba berlari dan menghindar dari musuh saat bermain Kucing dan Tikus Anak mulai mencoba berlari dan menyentuh atau menangkap teman lain saat bermain Kucing dan Tikus Anak tidak mau berlari dan menghindar dari musuh saat bermain Kucing dan Tikus Anak tidak mau berlari dan menyentuh atau menangkap teman lain saat bermain Kucing dan Tikus Anak mampu berlari dengan tiga kombinasi (berlari lurus, berlari bolakbalik dan berlari zigzag) Anak mampu berlari
dengan dua kombinasi (berlari lurus dan berlari bolak-balik) Anak mulai mencoba berlari MB dengan berbagai kombinasi Anak tidak mau BB berlari dengan berbagai kombinasi Keterangan: BB: Belum Berkembang, MB: Mulai Berkembang, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, BSB: Berkembang Sangat Baik Tabel 3. Instrument Observasi Tema : Sub tema : No
Nama anak
Kes. Statis B B M B S S B B B H
Hasil Pengamatan Kes. Dinamis Koordinasi B B B B M B M B S S S S B B B B B H B H
B S B
Kelincahan B M B S B B H
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah Persentase (%)
G. Metode Analisis Data Setelah data diperolah dan dikumpulkan maka langkah selanjutnya dalam proses penelitian adalah menganalisis data. Analisis data yang dianut dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif yaitu 42
mengolah data yang dikumpulkan melalui observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 209) analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya. Miles dan Huberman (1984) (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 139) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan dalam penelitian kualitatif adalah cara kerjanya bertalian dengan kata-kata bukan dengan angka. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa terhadap kecerdasan kinestetik dengan permainan Kucing dan Tikus pada kondisi sebelum tindakan dibandingkan dengan kondisi setelah tindakan. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang berupa angka yang memberikan gambaran tentang hasil observasi tindakan terhadap kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus dengan mrnggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi yang telah divalidasi oleh dosen ahli. Data angka yang dihasilkan menjadi acuan atau parameter tingkat keberhasilan yang akan ditentukan. H. Indikator Keberhasilan Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Adapun keberhasilan dalam penelitian ini apabila hasil kegiatan anak dalam bermain Kucing dan Tikus terjadi peningkatan mencapai 80% dari jumlah anak atau 12 anak dari 15 anak yang memiliki 43
kecerdasan kinestetik dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB). Persentase ketuntasan ini dilakukan untuk mempertegas peningkatan kemampuan kinestetik anak dalam metode bermain Kucing dan Tikus pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Selanjutnya ketuntasan atau keberhasilan siswa dideskripsikan melalui kata-kata atau kalimat secara detail dan mendalam pada subjek penelitian. Menurut Anas Sudijono (2012: 40-41), frekuensi relatif atau tabel persentase dikatakan “frekuensi relatif” sebab frekuensi yang disajikan di sini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang dituangkan dalam bentuk angka persenan, sehingga untuk menghitung persentase responden digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: f
:
frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N :
Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)
P
angka persentase
:
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di TK Model Sleman yang berlokasi di Blotan Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013. TK MODEL Sleman mempunyai 6 kelas yang masingmasing diatur menurut penataan berdasarkan SENTRA untuk kelompok A dan B serta memiliki fasilitas yang cukup memadai. Jumlah anak didik TK Model Sleman keseluruhan 89 anak, kelompok A1 15 anak, kelompok A2 14 anak, kelompok A3 15 anak, kelompok B1 15 anak, kelompok B2 15 anak, dan kelompok B3 15 anak. TK Model Sleman merupakan TK percontohan di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman yang menerapkan Kurikulum Standar Kompetensi TK/RA Tahun 2004 dan ICT serta Bahasa Inggris. TK Model Sleman mempunyai 13 guru/pendidik dan 14 tenaga kependidikan. Data guru/pendidik dan tenaga kependidikan secara lengkap yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Daftar Pendidik TK Model Sleman Yogyakarta: Latar Belakang Pendidikan
No
Nama
1.
Dra. Rahayu Setyaningsih, M.Pd
S2 Pendidikan
2.
Yuliati Indarsih, M.Pd
S2 Pendidikan
3.
V. Tri Hartatik, S.Pd
S1 Pendidikan Sejarah
Guru TK A1
PNS
S1 PG PAUD
Guru TK A1
PNS
S1 BK
Guru TK A2
PNS
Unix Rahmawati Ambar Wahyu, S.Pd 5. Salimah, S.Pd 4.
45
Jabatan Kepala Sekolah TK dan SD Model Sleman (lama) Kepala Sekolah TK dan SD Model Sleman (baru)
Status
PNS
PNS
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Arya Riswanti, S.Pd Wiranto, A.Md Sri Murniyati, S.Pd Sundarti, S.Pd Bertiani Eka S Sri Widayani, S.Pd Ninik Purwani, S.Pd
S1 BK D3 Bahasa Inggris S1 BK S1 BK D2 PGSD S1 BK S1 BK
13.
Nurhayati
SMK
14.
Maria Imakulata Ina Perada Boro
SMU
Guru TK A2 Guru TK A3 Guru TK A3 Guru TK B1 Guru TK B1 Guru TK B2 Guru TK B2 Guru agama Islam Pustakawan Guru agama katholik Pustakawan
PNS Honorer PNS PNS Honorer PNS PNS Honorer Honorer
Keterangan: (1) kepala sekolah menjadi satu dengan SD Model Sleman (2) pada saat penelitian terjadi pergantian kepala sekolah Tabel 5. Daftar Tenaga Kependidikan TK Model Sleman
No
Nampa
1.
Mahmudin, S. Pd.I
2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Saryana Suryanto Aji M. Ikhsanudin S.Ag Heru Triyatna Sabari Agustinus Suyadi Irwanto R Rahmadi Radi Windarto Gunadi Nanang Purwanti Suprapti
Latar Belakang Pendidikan S1 Pendidikan Islam SLTA SLTA SLTA S1 Agama Islam SLTA SLTA SLTA SLTA STM SLTP SLTA SLTA SLTA
Jabatan
Status
TU
Honorer
Satpam Satpam Satpam Satpam Satpam Satpam Satpam Satpam Clening Servis Clening Servis Clening Servis Konsumsi Konsumsi
Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer
Keterangan: Khusus satpam menjadi satu dengan SD Model Sleman
46
B. Deskripsi Kondisi Awal Anak Sebelum Tindakan Sebelum diadakan sebuah penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan pengamatan terhadap kecerdasan kinestetik anak dengan menggunakan bermain Kucing dan Tikus. Nilai yang diperoleh dari kemampuan awal sebelum tindakan ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai yang diperoleh setelah diadakan tindakan kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus secara bertahap dengan beberapa siklus. Dengan adanya perbandingan nilai sebelum diadakan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan diharapkan akan terlihat lebih jelas adanya peningkatan kecerdasan kinestetik sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, terkait dengan aspek kecerdasan kinestetik selama observasi anak mengalami kesulitan dalam aspek keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan, misalnya ketika berlari ada beberapa anak yang jatuh dan bahkan ada beberapa anak yang tidak mau berlari karena merasa badannya gemuk dan merasa tidak bisa berlari dengan cepat seperti teman-temannya. Koordinasi antara gerakan badan dan pandangan mata sangat rendah. Hal tersebut terbukti ketika anak berlari menghindar dari musuh anak tidak bisa melihat musuh dan akhirnya dapat tertangkap dengan mudah. Anak masih sangat memerlukan bimbingan dan dorongan agar memiliki kecerdasan kinestetik dengan baik supaya anak mampu mengembangkan kemampuannya yang berhubungan dengan kecerdasan kinestetik/olah tubuh.
47
Guru dapat memotifasi anak yang tidak mau berlari agar anak berani dan percaya diri bahwa anak mampu seperti teman-temannya. Hasil pengamatan yang dilakukan pada hari Jum’at tanggal 17 Mei 2013 tentang kecerdasan kinestetik yang diobservasi melalui bermain Kucing dan Tikus, diketahaui bahwa aspek keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahan sebelum tindakan belum maksimal. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa kecerdasan kinestetik aspek keseimbangan statis pada kriteria berkembang sangan baik terdapat 46,67% yaitu 7 anak dari 15 anak. Aspek keseimbangan dinamis sebanyak 8 anak dari 15 anak atau 53,33%. Aspek perkembangan koordinasi sebanyak 6 anak dari 15 anak atau 40%. Sedangkan aspek kelincahan ada 46,67% yaitu 7 anak dari 15 anak. Dari data observasi kecerdasan kinestetik anak sebelum dilakukan tindakan tersebut menunjukkan bahwa keterampilan kinestetik anak masih belum berkembang dengan maksimal. Hal tersebut menjadi landasan peneliti untuk melakukan sebuah tindakan dalam rangka meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pelaksanaan penelitian tindakan kelas upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus pada siswa Kelompok B Di TK Model Sleman Yogyakarta dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Masing-masing siklus dalam tindakan dilaksanakan proses pembelajaran selama 3 kali pertemuan dengan waktu 30 menit setiap satu kali pertemuan. Pelaksanaan siklus I pertemuan 48
pertama pada hari Selasa, 21 Mei 2013, pertemuan kedua pada hari Rabu, 22 Mei 2013, dan pertemuan ketiga pada hari Jum’at, 24 Mei 2013, siklus II pertemuan pertama pada hari Selasa, 28 Mei 2013, pertemuan kedua pada hari Rabu, 29 Mei 2013, dan pertemuan ketiga pada hari Jum’at, 31 Mei 2013. Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. 1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Dalam pelaksanaan penelitian siklus 1 peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Tugas guru adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RKH yang telah disusun. Sedangkan tugas peneliti adalah mengamati, menilai, dan mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh anak. Kegiatan pembelajaran yang diterapkan di kelas pada kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus menjadi satu bagian dengan kegiatan lain. Tujuannya agar pembelajaran menjadi satu kesatuan dengan jadwal yang ada di TK Model sleman khususnya kelompok B1. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut tercantum pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah terlampir. a. Perencanaan siklus I Adapun perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menentukan tema pembelajaran. Tema pembelajaran yang digunakan dalam siklus I menyesuaikan tema pembelajaran yang sudah ditentukan oleh guru kelas, tema pada siklus I yaitu alam semesta, dengan sub tema bencana alam.
49
2) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang dicantumkan dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dicantumkan dalam sebuah rencana kegiatan harian (RKH) disusun oleh peneliti dengan berkolaborasi dengan guru kelas B1. Setelah didiskusikan dengan guru kelas didapat kesepakatan bahwa pembelajaran fisik melalui bermain Kucing dan Tikus pada siklus I dilaksanakan dengan 1 pemain sebagai Kucing, 1 pemain sebagai Tikus dan sisanya sebagai pelindung atau siaga yang membentuk lingkaran dengan cara saling bergandengan tangan secara kuat. Permainan Kucing dan Tikus pada siklus I diawali dengan bernyayi Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa, yaitu sebagai berikut: Opo to sing glotakan, jebul Tikus jogetan, Tikus-tikus mlayuo, kyaine Kucing teko. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan oleh perannya masing-masing yaitu Kucing berperan menangkap Tikus dan Tikus berperan menghindar dari Kucing. Selain mendiskusikan pelaksanaan kegiatan fisik yaitu bermain Kucing dan Tikus, peneliti dan guru juga berdiskusi mengenai kegiatan lain baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti yang sudah ditentukan oleh sekolah, kegiatan ekstra kurikuler, dan kegiatan akhir yang akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan agar pembelajaran menjadi satu
50
kesatuan yang terprogram dengan baik. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut tercantum pada RKH yang telah terlampir. 3) Mempersiapkan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi
yang akan
digunakan untuk
mencatat perkembangan
kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus yang berisi aspek-aspek penilaian meliputi keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahan. 4) Memilih tempat yang akan digunakan. Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti mencari tempat akan dilaksanakannya pembelajaran. Peneliti memilih spilut sebagai tempat akan diadakannya pembelajaran yang berupa bermain Kucing dan Tikus. Spilut adalah salah satu vasilitas yang ada di TK Model Sleman. 5) Menyiapkan alat untuk mendokumentasi kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung. Peralatan yang akan digunakan untuk mendokumentasi kegiatan pembelajaran dalam bermain Kucing dan Tikus berupa kamera. b. Pelaksanaan siklus I Kegiatan awal dimulai dengan berbaris di depan kelas bersama-sama dengan kelas B2 dan B3 yang dipimpin oleh satu anak sebagai leader. Leader adalah salah satu anak yang berperan sebagai pemimpin dan berlaku selama satu hari. Semua keputusan pada hari itu ada pada leader dan semua anak harus mengikuti instruksi dari leader. Leader akan menyiapkan teman51
temannya dengan Bahasa Inggris, yaitu “Be ready, let hand front, let hand down”. Setelah barisan rapi, anak-anak menyanyikan beberapa lagu yang lagunya dipilih oleh leader. Jika sudah menyanyikan beberapa lagu dan guru merasa sudah cukup, guru meminta leader memimpin teman-temannya untuk berdoa. Leader akan mengajak teman-temannya untuk siap berdoa dengan Bahasa Inggris pula yaitu: “Are you ready to play my friend?”. Anak-anak akan menjawab dengan Bahasa Inggris pula yaitu: “Yes, I am ready to play”. Leader akan menentukan agama mana yang akan berdoa terlebih dahulu yaitu Islam atau Katholik. Setelah itu leader memilih kelas mana yang masuk kelas terlebih dahulu. Leader akan memilih pada barisan paling rapi dan paling tertip yang masuk kelas terlebih dahulu. 1) Pertemuan Pertama Siklus I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Mei 2013. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan I sebanyak 15 anak. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa anak-anak akan diajak bermain di spilud yang biasanya digunakan untuk kegiatan olahraga dan acara-acara tertentu seperti ospek. Guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa guru akan mengajak anak-anak untuk bermain Kucing dan Tikus. Ketika guru mengatakan akan bermain Kucing dan Tikus anak-anak sangat senang dan bersorak gembira. Adapun langkah-langkah dalam bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut: 52
a) Guru mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai. Anak berbaris rapi dan membentangkan tangan untuk menjaga jarak dengan teman lainnya. b) Anak dan guru tanya jawab tentang bagaimana bermain “Kucing dan Tikus”
yang
kemudian
dilanjutkan
dengan
pemanasan
atau
peregangan otot secara ringan dan sederhana. (Guru 1 memimpin kegiatan, guru II membantu guru 1, peneliti mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa). c) Anak dan guru bergandengan tangan sehingga membentuk lingkaran. Guru menunjuk salah satu anak yang berperan menjadi Kucing dan berdiri di luar lingkaran dan menunjuk satu anak yang berperan menjadi Tikus dan berdiri di dalam lingkaran. d) Anak yang menjadi Kucing bertugas mengejar dan menangkap anak yang menjadi Tikus dengan cara menyentuhnya. e) Anak yang menjadi Tikus boleh bergerak bebas dalam tempat yang sudah ditentukan oleh guru, sedangkan yang menjadi Kucing boleh dihalangi oleh anak-anak yang menjadi lingkaran. f) Permainan dapat diakhiri ketika Tikus sudah berhasil ditangkap Kucing dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. g) Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. 53
h) Sebagai tanda mulainya permainan anak dan guru menyanyikan lagu Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa bersama-sama. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan oleh perannya masing-masing yaitu Kucing berperan mengejar Tikus dan Tikus berperan menghindar dari Kucing. Selesai menjelaskan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Setelah semua paham, anakanak diajak keluar kelas menuju spilud. Sampai di spilud guru mengkondisikan anak-anak dengan cara berbaris dan membentangkan kedua tangannya untuk menjaga jarak dengan anak yang lain. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus diawali dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan. Setelah kegiatan pemanasan dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk mulai bermain Kucing dan Tikus. Permainan dimulai dengan membentuk lingkaran oleh semua anak dan guru secara bergandengan. Karena banyak anak yang yang sangat berantusias maka pemain ditentukan oleh guru. Guru menunjuk dua anak yang berperan menjadi Kucing dan Tikus. Guru menunjuk pada anak yang sudah siap dan mengangkat tangannya. Setelah dua anak terpilih sebagai Kucing dan Tikus, guru menerangkan kembali tentang cara dan aturan dalam bermain Kucing dan Tikus kepada anak dengan tujuan anak lebih paham dengan aturan 54
mainnya. Setelah semua paham, guru memulai permainan dengan bernyanyi Kucing dan Tikus dengan bahasa Jawa. Kegiatan bermain terlihat sangat menyenangkan, baik anak yang berperan sebagai Tikus maupun Kucing. Anak-anak yang berperan sebagai pelindung atau lingkaran juga sangat senang dan berteriak-teriak memberi semangat kepada teman-temannya yang berperan sebagai Kucing dan Tikus. Permainan berakhir ketika anak yang berperan sebagai Kucing dapat menangkap anak yang berperan sebagai Tikus dan akan diganti oleh anak lain yang dipilih oleh guru. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus berlangsung selama 25 menit dengan mengacu pada langkah-langkah bermain Kucing dan Tikus yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Sebelum masuk ke dalam kelas, guru mengajak anak-anak untuk melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang sering disebut lingkaran es krim. Dalam kegiatan ini guru mengajak kepada anak untuk tidur terlentang agar lebih tenang dan mengurangi rasa capek. Kegiatan ini diakhiri dengan bunyi “kukuruyuk” yang diucapkan oleh guru. Setelah kegiatan bermain Kucing dan Tikus selesai, murid-murid melanjutkan kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Kegiatan penutup dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai yang disebut ROD (Reflection Of The Day). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari yaitu dari jam 07.00-12.00. ROD dilaksanakan selama 15 menit yang 55
bertujuan melatih anak untuk menilai diri (instropeksi diri). Guru akan bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dilakukan selama 1 hari dan anak-anak diminta menyebutkan satu-persatu secara bersamasama. Setelah itu guru akan bertanya kepada anak-anak tentang siapa yang tidak respek pada hari ini dan ada beberapa anak yang mengaku, salah satunya adalah anak yang bernama Dzaky. Kemudian guru bertanya kepada Dzaky “Kenapa Dzaky tidak respek?”. Dzaky menjawab “Karena tadi saya memukul Galen sampai mengangis”. Guru menganggapi
pengakuan
Dzaky
dengan
mengatakan
“Kira-kira
perbuatan Dzaky bagus atau tidak?”. Dengan serentak anak-anak menjawab “Tidak”. Kemudian guru bilang bahwa memukul itu tidak baik dan dapat membahayakan orang lain. Selain itu guru memberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang sudah respek berupa stick es krim yang ditaruh pada papan reward, guru meminta leader untuk memimpin teman-temannya berdoa sesudah belajar. 2) Pertemuan Kedua Siklus I Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Mei 2013. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan kedua sebanyak 15 anak. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa anak-anak akan diajak bermain di spilud lagi. Anak-anak menanggapi dengan senang dan dengan serentak bertanya kepada guru “Bunda, kita mau bermain Kucing dan Tikus lagi ya?” Guru menjawab “Iya, nanti kita 56
mau bermain Kucing dan Tikus lagi”. Sebelum keluar kelas, guru memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang tatacara dan aturan bermain Kucing dan Tikus. Adapun langkah-langkah dalam bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan kedua siklus I adalah sebagai berikut: a) Guru mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai. Anak berbaris rapi dan membentangkan tangan untuk menjaga jarak dengan teman lainnya. b) Anak dan guru tanya jawab tentang bagaimana bermain “Kucing dan Tikus”
yang
kemudian
dilanjutkan
dengan
pemanasan
atau
peregangan otot secara ringan dan sederhana. (Guru 1 memimpin kegiatan, guru II membantu guru 1, peneliti mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa). c) Anak dan guru bergandengan tangan sehingga membentuk lingkaran. Guru menunjuk salah satu anak yang berperan menjadi Kucing dan berdiri di luar lingkaran dan menunjuk satu anak yang berperan menjadi Tikus dan berdiri di dalam lingkaran. d) Anak yang menjadi Kucing bertugas mengejar dan menangkap anak yang menjadi Tikus dengan cara menyentuhnya. e) Anak yang menjadi Tikus boleh bergerak bebas dalam tempat yang sudah ditentukan oleh guru, sedangkan yang menjadi Kucing boleh dihalangi oleh anak-anak yang menjadi lingkaran.
57
f) Permainan dapat diakhiri ketika Tikus sudah berhasil ditangkap Kucing dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. g) Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. h) Sebagai tanda mulainya permainan anak dan guru menyanyikan lagu Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa bersama-sama. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan oleh perannya masing-masing yaitu Kucing mengejar Tikus dan Tikus menghindar dari Kucing. Setelah semua anak-anak paham dan tidak ada yang bertanya, anak-anak diajak keluar kelas menuju spilud. Sampai di spilud anak-anak diajak berbaris dan membentangkan kedua tangannya untuk menjaga jarak dengan anak yang lain. Kegiatan bermain kucing dan tikus diawali dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan. Setelah kegiatan pemanasan dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk mulai bermain Kucing dan Tikus. Permainan dimulai dengan membentuk lingkaran oleh semua anak dan guru secara bergandengan. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus ditentukan oleh guru dengan tujuan agar anak-anak tidak berebut dan tetap tertib. 58
Guru menunjuk pada anak yang sudah siap dan mengacungkan tangan. Kegiatan bermain terlihat sangat menyenangkan, baik anak yang berperan sebagai Tikus maupun Kucing. Anak-anak yang berperan sebagai pelindung atau lingkaran juga sangat senang dan berteriak-teriak memberi semangat kepada teman-temannya yang berperan sebagai Kucing dan Tikus. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan kedua siklus I berlangsung selama 25 menit dengan mengacu pada langkah-langkah bermain Kucing dan Tikus yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Seperti biasanya guru mengajak anak-anak untuk melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang disebut lingkaran es krim sebelum masuk kelas. Dalam kegiatan ini guru mengajak kepada anak untuk tidur terlentang agar lebih tenang dan mengurangi rasa capek. Kegiatan ini diakhiri dengan bunyi “kukuruyuk” yang diucapkan oleh guru. Setelah kegiatan bermain Kucing dan Tikus selesai, murid-murid melanjutkan kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Kegiatan penutup dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai yang disebut ROD (Reflection Of The Day). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari yaitu dari jam 07.00-12.00. ROD dilaksanakan selama 15 menit yang bertujuan melatih anak untuk menilai diri (instropeksi diri). Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dilakukan selama 1 59
hari dan anak-anak diminta menyebutkan secara bersama-sama. Dalam kegiatan ROD guru mengoreksi perbuatan-perbuatan siswa yang tidak baik dan menyampaikan pesan-pesan kepada anak. Selain itu guru memberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang sudah respek berupa stick es krim yang ditaruh pada papan reward, guru meminta leader untuk memimpin teman-temannya berdoa sesudah belajar. 3) Pertemuan Ketiga Siklus I Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Mei 2013. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga sebanyak 15 anak. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan siswa dan memberitahukan kepada anak-anak bahwa anak-anak akan diajak bermain di spilud lagi. Guru menerangkan kembali tentang aturan dalam bermain Kucing dan Tikus. Adapun langkah-langkah dalam bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan ketiga siklus I adalah sebagai berikut: a) Guru mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai. Anak berbaris rapi dan membentangkan tangan untuk menjaga jarak dengan teman lainnya. b) Anak dan guru tanya jawab tentang bagaimana bermain “Kucing dan Tikus”
yang
kemudian
dilanjutkan
dengan
pemanasan
atau
peregangan otot secara ringan dan sederhana. (Guru 1 memimpin 60
kegiatan, guru II membantu guru 1, peneliti mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa). c) Anak dan guru bergandengan tangan sehingga membentuk lingkaran. Guru menunjuk salah satu anak yang berperan menjadi Kucing dan berdiri di luar lingkaran dan menunjuk satu anak yang berperan menjadi Tikus dan berdiri di dalam lingkaran. d) Anak yang menjadi Kucing bertugas mengejar dan menangkap anak yang menjadi Tikus dengan cara menyentuhnya. e) Anak yang menjadi Tikus boleh bergerak bebas dalam tempat yang sudah ditentukan oleh guru, sedangkan yang menjadi Kucing boleh dihalangi oleh anak-anak yang menjadi lingkaran. f) Permainan dapat diakhiri ketika Tikus sudah berhasil ditangkap Kucing dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. g) Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh dua anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. h) Sebagai tanda mulainya permainan anak dan guru menyanyikan lagu Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa bersama-sama. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan oleh perannya masing-masing yaitu Kucing mengejar Tikus dan Tikus menghindar dari Kucing. 61
Guru juga memberi kesempatan kepada siswa yang bertanya. Setelah semua anak paham, guru mengajak anak-anak menuju spilut. Ketika anak-anak diajak keluar kelas menuju spilud guru tetap mengkondisikan anak-anak dengan tertib dengan tujuan agar lebih mudah mengkondisikan anak ketika di spilud. Sampai di spilud guru langsung mengkondisikan anak-anak untuk melakukan pemanasan dengan peregangan otot secara ringan dan sederhana seperti biasa. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan. Setelah kegiatan pemanasan dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk mulai bermain Kucing dan Tikus. Permainan dimulai dengan membentuk lingkaran oleh semua anak dan guru secara bergandengan. Karena banyak anak yang yang sangat berantusias maka pemain ditentukan oleh guru. Guru menunjuk dua anak yang berperan menjadi Kucing dan Tikus. Guru menunjuk pada anak yang sudah siap dan mengacungkan tangan. Kegiatan bermain terlihat sangat menyenangkan, baik anak yang berperan sebagai Tikus maupun Kucing. Anak-anak yang berperan sebagai pelindung atau lingkaran juga sangat senang dan berteriak-teriak memberi semangat kepada teman-temannya yang berperan sebagai Kucing dan Tikus. Anak-anak sangat berantusias dalam bermain Kucing dan Tikus, hal ini terbukti dari beberapa anak yang pengen bermain lagi ketika pergantian pemain. Dalam permainan ini guru selalu mengusahakan dan 62
memberi kesempatan kepada semua anak. Bahkan ketika waktunya sudah habis ada beberapa anak yang masih pengen bermain. Di sini guru memberikan pengertian bahwa waktunya sudah habis dan sekarang anakanak ada kegiatan selanjutnya. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan ketiga siklus I berlangsung selama 25 menit dengan mengacu pada langkah-langkah bermain Kucing dan Tikus yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Seperti biasanya guru mengajak anak-anak untuk melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang disebut lingkaran es krim sebelum masuk kelas. Dalam kegiatan ini guru mengajak kepada anak untuk tidur terlentang dan memejamkan mata. Kegiatan ini diakhiri dengan bunyi “kukuruyuk” yang diucapkan oleh guru. Ketika guru mengucapkan “kukuruyuk” semua anak langsung bangun dan duduk tetap pada posisi lingkaran. Pada pertemuan ketiga ini guru tidak langsung mengajak anak untuk kembali ke kelas tetapi guru mengulas kegiatan bermain Kucing dan Tikus terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk kembali ke kelas dan melanjutkan kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Seperti biasanya sebelum pulang selalu diadakan kegiatan ROD (Reflection Of The Day) yang bertujuan untuk melatih anak agar dapat menilai diri (instropeksi diri). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari yaitu dari 63
jam 07.00-10.30. ROD dilaksanakan selama 15 menit. Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dilakukan selama 1 hari dan anak-anak diminta menyebutkan secara bersama-sama. Dalam kegiatan ROD guru mengoreksi perbuatan-perbuatan siswa yang tidak baik dan menyampaikan pesan-pesan kepada anak. Guru akan memberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang sudah respek berupa stick es krim yang ditaruh pada papan reward. Setelah semua dirasa cukup, guru meminta leader untuk memimpin teman-temannya berdoa sesudah belajar. c. Observasi tindakan siklus I Dalam kegiatan observasi yang diamati adalah seluruh kegiatan anak selama mengikuti aktifitas bermain Kucing dan Tikus. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pendampingan dalam pembelajaran. selama proses pembelajaran siklus I selama 3 pertemuan dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir berjalan dengan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada awalnya anak penasaran dengan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah diberi penjelasan dengan cara tanya jawab dengan guru kelas, anakanak melakukan kegiatan bermain Kucing dan Tikus dengan semangat dan senang karena kegiatan bermain Kucing dan Tikus merupakan kegiatan yang jarang dilakukan di TK Model Sleman. Hari pertama terdapat beberapa anak terlihat kebingungan dalam bermain Kucing dan Tikus. Berdasarkan pengamatan selama proses observasi pembelajaran bermain Kucing dan 64
Tikus pada siklus I, anak-anak baru pada tahap penyesuaian tentang kegiatan yang jarang dilakukan, sehingga ada anak yang cepat menyesuaikan dan ada anak yang kebingungan dalam menyesuaikan. Hal tersebut terbukti ketika bermain Kucing dan Tikus berlangsung ada beberapa anak yang berperan sebagai pelindung atau lingkaran kebingungan apakah Tikus harus dihalangi ataukah Kucing yang harus dihalangi. Dari hal tersebut permainan terhenti sejenak karena beberapa anak terlihat ribut dan saling mengutarakan pendapatnya masing-masing. Di sini guru langsung memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa yang harus dilindungi adalah Tikus dan yang harus dihalangi adalak Kucing. Tikus bebas keluar masuk lingkaran, sedangkan Kucing boleh dihalangi oleh lingkaran supaya tidak dapat menangkap Tikus. Permainan dilanjutkan setelah semua anak paham. Aspek yang diamati yaitu aspek keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan aspek kelincahan. Dari hasil observasi, diperoleh data sebagai berikut:
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 6. Hasil Observasi Kecerdasan Kinestetik Anak Siklus I. Siklus I Kecerdasan Rata-rata Kinestetik Pert 1 Pert 2 Pert 3 hasil Keseimbangan 73,33% 80% 73,33% 75,55% Statis Keseimbangan 73,33% 80% 66,67% 73,33% Dinamis Koordinasi 73,33% 73,33% 66,67% 71,11% Kelincahan 66,67% 80% 66,67% 71,11% Dari data di atas dapat dikatakan bahwa kecerdasan kinestetik pada
aspek keseimbangan statis mencapai rata-rata hasil jumlah anak yang paling 65
banyak yaitu 75,55% dilanjutkan dengan aspek keseimbangan dinamis yaitu 73,33%. Sedangkan kecerdasan kinestetik pada aspek koordinasi mencapai rata-rata hasil jumlah anak sama dengan aspek kelincahan yaitu 71,11%. d. Refleksi tindakan siklus I Kegiatan refleksi atau evaluasi dilakukan oleh guru kelas bersama peneliti, yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai pijakan untuk melakukan kegiatan pada siklus II. Peneliti dan guru kelas membahas apa saja yang menjadi hambatan kendala pada pelaksanaan siklus I. Berdasarkan pengamatan dan diskusi antara peneliti dan guru kelas diperoleh hal-hal yang menjadi hambatan atau kendala pada siklus I, antara lain: 1) Kesempatan yang diberikan pada anak untuk melakukan permainan hanya sebanyak 1 kali. Hal ini menjadikan anak kurang maksimal dalam melakukan permainan. 2) Jumlah pemain yang menjadi Tikus hanya satu anak sehingga terkadang permainan berakhir dengan sangat cepat jika Tikusnya mudah ditangkap oleh Kucing. 3) Tidak adanya assesoris dalam permainan, sehingga ada beberapa anak yang kurang tertarik. 4) Kurangnya pemahaman dari guru bahwa ini merupakan permainan yang pasti ada menang dan kalah yang seharusnya dilakukan dengan santai dan menyenangkan tanpa beban. Dari hal tersebut ada beberapa anak yang tidak mau mengikuti permainan.
66
Pelaksanaan tindakan pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan yang diharapkan pada tindakan siklus II bisa lebih berkembang kecerdasan kinestetiknya terutama aspek keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahannya. Untuk itu direncanakan beberapa langkah perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II. Adapun langkahlangkah perbaikan yang akan dilakukan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan permainan sebanyak dua kali, dengan tujuan agar anak dapat melakukan permainan dengan maksimal. 2) Guru mengubah jumlah pemain dalam permainan Kucing dan Tikus, yaitu dua anak sebagai Tikus dan satu anak sebagai Kucing. 3) Memberikan assesoris dalam bermain Kucing dan Tikus yaitu berupa topi yang berbentuk miky mous dan hello kitty. 4) Memberikan pemahaman kepada anak bahwa dalam suatu permainan pasti ada menang dan kalah. Selain itu guru harus memberikan motifasi kepada anak agar memiliki rasa percaya diri dan mau mengikuti permainan. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I, bahwasanya peningkatan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok B1 TK Model Sleman belum mencapai keberhasilan yang ditetapkan. Oleh karena itu kegiatan permainan Kucing dan Tikus perlu dilanjutkan pada siklus II dalam 67
upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. Hipotesis pada tindakan siklus II melalui bermain Kucing dan Tikus dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan permainan sebanyak dua kali, mengubah jumlah pemain, memberikan assesoris berupa topi yang berbentuk miky mous dan hello kitty, dan memberikan motifasi kepada anak dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada siswa kelompok B di TK Model Sleman Yogyakarta. 2. Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II Dalam pelaksanaan penelitian siklus II peneliti tetap berkolaborasi dengan guru kelas. Kegiatan pembelajaran yang diterapkan dikelas pada kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus tetap menjadi satu bagian dengan kegiatan lain. Tujuannya agar pembelajaran menjadi satu kesatuan dengan jadwal yang ada di TK Model Sleman khususnya kelompok B1. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut tercantum pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah terlampir. a. Perencanaan siklus II Adapun perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menentukan tema pembelajaran. Tema pembelajaran yang digunakan dalam siklus II juga menyesuaikan tema pembelajaran yang sudah ditentukan oleh guru kelas, tema pada siklus II yaitu alam semesta, dengan sub tema gunung.
68
2) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang dicantumkan dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Berdasarkan refleksi pada siklus I peneliti dan guru kelas mengubah beberapa aturan dalam bermain Kucing dan Tikus di antaranya jumlah pemain, assesoris dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain sebanyak dua kali. Peneliti dan guru kelas mengambil kesepakatan bahwa pembelajaran fisik melalui bermain Kucing dan Tikus pada siklus II dilaksanakan dengan 1 pemain sebagai Kucing, 2 pemain sebagai Tikus dan sisanya sebagai pelindung atau siaga yang membentuk lingkaran dengan cara saling bergandengan tangan secara kuat. Anak yang berperan sebagai Kucing memakai topi berbentuk hello kitty, sedangkan anak yang berperan sebagai Tikus memakai topi berbentuk miky mous. Permainan Kucing dan Tikus pada siklus II tetap diawali dengan bernyayi Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus juga harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai seperti pada siklus I dan dilanjutkan oleh perannya masing-masing yaitu Kucing berperan menangkap Tikus dan Tikus berperan menghindar dari Kucing dengan cara berlari agar tidak tertangkap oleh Kucing. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain Kucing dan Tikus sebanyak dua kali pada siklus II. Selain mendiskusikan pelaksanaan kegiatan fisik yaitu bermain Kucing dan Tikus, peneliti dan guru juga berdiskusi mengenai kegiatan 69
lain baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti yang sudah ditentukan oleh sekolah, kegiatan ekstra kurikuler, dan kegiatan akhir atau ROD yang akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan agar pembelajaran menjadi satu kesatuan yang terprogram dengan baik. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut tercantum pada RKH yang telah terlampir. 3) Mempersiapkan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi
yang akan
digunakan untuk
mencatat perkembangan
kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus yang berisi aspek-aspek penilaian meliputi keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahan. 4) Memilih
tempat dan
menyiapkan perlengkapan
yang akan
digunakan. Pada siklus II peneliti tetap memilih spilut sebagai tempat akan diadakannya pembelajaran yang berupa bermain Kucing dan Tikus. Selain itu peneliti juga menyiapkan topi berbentuk miki mous dan hello kitty yang akan digunakan. 5) Menyiapkan alat untuk mendokumentasi kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung. Peralatan yang akan digunakan untuk mendokumentasi kegiatan pembelajaran dalam bermain Kucing dan Tikus berupa kamera.
70
b. Pelaksanaan siklus II Kegiatan awal dimulai dengan berbaris di depan kelas bersama-sama dengan kelas B2 dan B3 yang dipimpin oleh satu anak sebagai leader. Leader adalah salah satu anak yang berperan sebagai pemimpin dan berlaku selama satu hari. Semua keputusan pada hari itu ada pada leader dan semua anak harus mengikuti instruksi dari leader. Leader akan menyiapkan temantemannya dengan Bahasa Inggris, yaitu “Be ready, let hand front, let hand down”. Setelah barisan rapi, anak-anak menyanyikan beberapa lagu yang lagunya dipilih oleh leader. Jika sudah menyanyikan beberapa lagu dan guru merasa sudah cukup, guru meminta leader memimpin teman-temannya untuk berdoa. Leader akan mengajak teman-temannya untuk siap berdoa dengan Bahasa Inggris pula yaitu: “Are you ready to play my friend?”. Anak-anak akan menjawab dengan Bahasa Inggris pula yaitu: “Yes, I am ready to play”. Leader akan menentukan agama mana yang akan berdoa terlebih dahulu yaitu Islam atau Katholik. Setelah itu leader memilih kelas mana yang masuk kelas terlebih dahulu. Leader akan memilih pada barisan paling rapi dan paling tertib yang masuk kelas terlebih dahulu. 1) Pertemuan pertama siklus II Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Mei 2013. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan I sebanyak 15 anak. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa anak-anak akan diajak bermain di spilud yang biasanya digunakan untuk kegiatan 71
olahraga dan acara-acara tertentu seperti ospek. Guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa guru akan mengajak anak-anak untuk bermain Kucing dan Tikus lagi. Ketika guru mengatakan akan bermain Kucing dan Tikus anak-anak sangat senang dan bersorak gembira. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan pertama siklus II adalah sebagai berikut: a) Anak dan guru tanya jawab tentang bagaimana bermain “Kucing dan Tikus” (Guru 1 memimpin kegiatan, guru II membantu guru 1, peneliti mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa). b) Guru menyiapkan perlengkapan berupa topi berbentuk hello kitty dan miky mous. c) Guru mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai. Anak berbaris rapi dan membentangkan kedua tangan untuk menjaga jarak dengan teman yang lain yang kemudian dilanjutkan dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. d) Anak dan guru bergandengan tangan sehingga membentuk lingkaran. Guru menunjuk salah satu anak yang berperan menjadi Kucing dan berdiri di luar lingkaran dan menunjuk dua anak yang berperan menjadi Tikus dan berdiri di dalam lingkaran. e) Guru membagikan topi berbentuk hello kitty kepada anak yang berperan sebagai kucing dan membagikan topi berbentuk miky mous kepada anak yang berperan sebagai tikus.
72
f) Anak yang menjadi Kucing bertugas mengejar dan menangkap anak yang menjadi Tikus dengan cara menyentuhnya. g) Anak yang menjadi Tikus boleh bergerak bebas dalam tempat yang sudah ditentukan oleh guru, sedangkan yang menjadi Kucing boleh dihalangi oleh anak-anak yang menjadi lingkaran. h) Permainan dapat diakhiri ketika dua Tikus sudah berhasil ditangkap oleh Kucing yang kemudian akan diganti oleh tiga anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. Sebelum kedua Tikus tertangkap oleh Kucing, maka salah satu Tikus yang sudah tertangkap oleh Kucing boleh duduk dan keluar dari permainan untuk menunggu permainan berikutnya. i) Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap kedua Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. j) Guru dan anak-anak bersama-sama menyayikan lagu Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa untuk memulai permainan. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan Kucing mengejar Tikus dan Tikus menghindar dari Kucing. Selesai menjelaskan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Setelah semua paham, anakanak diajak keluar kelas menuju spilud. Sampai di spilud guru 73
mengkondisikan anak-anak dengan cara berbaris dan membentangkan kedua tangannya untuk menjaga jarak dengan anak yang lain. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus diawali dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan. Setelah kegiatan pemanasan dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk mulai bermain Kucing dan Tikus. Permainan dimulai dengan membentuk lingkaran oleh semua anak dan guru secara bergandengan. Karena banyak anak yang yang sangat berantusias maka pemain ditentukan oleh guru. Guru menunjuk dua anak yang berperan menjadi Tikus dan satu anak sebagai Kucing. Guru menunjuk pada anak yang sudah siap dan mengangkat tangannya. Guru membagikan topi berbentuk miky mous kepada anak yang berperan sebagai Tikus dan membagikan topi berbentuk hello kitty kepada anak yang berperan sebagai Kucing. Setelah semua siap, guru memulai permainan dengan menyanyikan lagu Kucing dan Tikus yang dinyanyikan bersama-sama. Kegiatan bermain terlihat sangat menyenangkan, baik anak yang berperan sebagai Tikus maupun Kucing. Anak-anak yang berperan sebagai pelindung/lingkaran juga sangat senang dan berteriak-teriak memberi semangat kepada teman-temannya yang berperan sebagai Kucing dan Tikus. Permainan berakhir ketika anak yang berperan sebagai Kucing dapat menangkap dua anak yang berperan sebagai Tikus dan akan diganti oleh anak lain yang dipilih oleh guru. 74
Kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan pertama siklus II berlangsung selama 25 menit dengan mengacu pada langkahlangkah bermain Kucing dan Tikus yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Seperti biasanya guru mengajak anak-anak untuk melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang disebut lingkaran es krim sebelum masuk kelas. Dalam kegiatan ini guru mengajak kepada anak untuk tidur terlentang agar lebih tenang dan mengurangi rasa capek. Kegiatan ini diakhiri dengan bunyi “kukuruyuk” yang diucapkan oleh guru. Setelah kegiatan bermain Kucing dan Tikus selesai, murid-murid melanjutkan kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Kegiatan penutup dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai yang disebut ROD (Reflection Of The Day). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari yaitu dari jam 07.00-12.00. ROD dilaksanakan selama 15 menit yang bertujuan melatih anak untuk menilai diri (instropeksi diri). Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dilakukan selama 1 hari dan anak-anak diminta menyebutkan secara bersama-sama. Dalam kegiatan ROD guru mengoreksi perbuatan-perbuatan siswa yang tidak baik dan menyampaikan pesan-pesan kepada anak. Selain itu guru memberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang sudah respek berupa stick es krim yang ditaruh pada papan reward, guru
75
meminta leader untuk memimpin teman-temannya berdoa sesudah belajar. 2) Pertemuan kedua siklus II Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 Mei 2013. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua sebanyak 15 anak. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa anak-anak akan diajak bermain di spilud yang biasanya digunakan untuk kegiatan olahraga dan acara-acara tertentu seperti ospek. Guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa guru akan mengajak anakanak untuk bermain Kucing dan Tikus lagi. Ketika guru mengatakan akan bermain Kucing dan Tikus anak-anak sangat senang dan bersorak gembira. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan kedua siklus II adalah sebagai berikut: a)
Anak dan guru tanya jawab tentang bagaimana bermain “Kucing dan Tikus” (Guru 1 memimpin kegiatan, guru II membantu guru 1, peneliti mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa).
b)
Guru menyiapkan perlengkapan berupa topi berbentuk hello kitty dan miky mous.
c)
Guru mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai. Anak berbaris rapi dan membentangkan kedua tangan untuk menjaga jarak dengan
76
teman yang lain yang kemudian dilanjutkan dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. d)
Anak dan guru bergandengan tangan sehingga membentuk lingkaran. Guru menunjuk salah satu anak yang berperan menjadi Kucing dan berdiri di luar lingkaran dan menunjuk dua anak yang berperan menjadi Tikus dan berdiri di dalam lingkaran.
e)
Guru membagikan topi berbentuk hello kitty kepada anak yang berperan sebagai kucing dan membagikan topi berbentuk miky mous kepada anak yang berperan sebagai tikus.
f)
Anak yang menjadi Kucing bertugas mengejar dan menangkap anak yang menjadi Tikus dengan cara menyentuhnya.
g)
Anak yang menjadi Tikus boleh bergerak bebas dalam tempat yang sudah ditentukan oleh guru, sedangkan yang menjadi Kucing boleh dihalangi oleh anak-anak yang menjadi lingkaran.
h)
Permainan dapat diakhiri ketika dua Tikus sudah berhasil ditangkap oleh Kucing yang kemudian akan diganti oleh tiga anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. Sebelum kedua Tikus tertangkap oleh Kucing, maka salah satu Tikus yang sudah tertangkap oleh Kucing boleh duduk dan keluar dari permainan untuk menunggu permainan berikutnya.
i)
Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap kedua Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. 77
j)
Guru dan anak-anak bersama-sama menyayikan lagu Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa untuk memulai permainan. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan Kucing mengejar Tikus dan Tikus menghindar dari Kucing. Selesai menjelaskan, guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Setelah semua paham, anakanak diajak keluar kelas menuju spilud. Sampai di spilud guru mengkondisikan anak-anak dengan cara berbaris dan membentangkan kedua tangannya untuk menjaga jarak dengan anak yang lain. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus diawali dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan. Setelah kegiatan pemanasan dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk mulai bermain Kucing dan Tikus. Permainan dimulai dengan membentuk lingkaran oleh semua anak dan guru secara bergandengan. Karena banyak anak yang yang sangat berantusias maka pemain ditentukan oleh guru. Guru menunjuk dua anak yang berperan menjadi Tikus dan satu anak sebagai Kucing. Guru menunjuk pada anak yang sudah siap dan mengangkat tangannya. Guru membagikan topi berbentuk miky mous kepada anak yang berperan sebagai Tikus dan membagikan topi berbentuk hello kitty kepada anak yang berperan sebagai Kucing. Setelah 78
semua siap, guru memulai permainan dengan menyanyikan lagu Kucing dan Tikus yang dinyanyikan bersama-sama. Kegiatan bermain terlihat sangat menyenangkan, baik anak yang berperan sebagai Tikus maupun Kucing. Anak-anak yang berperan sebagai pelindung atau lingkaran juga sangat senang dan berteriak-teriak memberi semangat kepada teman-temannya yang berperan sebagai Kucing dan Tikus. Permainan berakhir ketika anak yang berperan sebagai Kucing dapat menangkap dua anak yang berperan sebagai Tikus dan akan diganti oleh anak lain yang dipilih oleh guru. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan kedua siklus II berlangsung selama 25 menit dengan mengacu pada langkah-langkah bermain Kucing dan Tikus yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Seperti biasanya guru mengajak anak-anak untuk melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang disebut lingkaran es krim sebelum masuk kelas. Dalam kegiatan ini guru mengajak kepada anak untuk tidur terlentang agar lebih tenang dan mengurangi rasa capek. Kegiatan ini diakhiri dengan bunyi “kukuruyuk” yang diucapkan oleh guru. Setelah kegiatan bermain Kucing dan Tikus selesai, murid-murid melanjutkan kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Kegiatan penutup dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai yang disebut ROD (Reflection Of The Day). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari 79
yaitu dari jam 07.00-12.00. ROD dilaksanakan selama 15 menit yang bertujuan melatih anak untuk menilai diri (instropeksi diri). Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dilakukan selama 1 hari dan anak-anak diminta menyebutkan secara bersama-sama. Dalam kegiatan ROD guru mengoreksi perbuatan-perbuatan siswa yang tidak baik dan menyampaikan pesan-pesan kepada anak. Selain itu guru memberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang sudah respek berupa stick es krim yang ditaruh pada papan reward, guru meminta leader untuk memimpin teman-temannya berdoa sesudah belajar. 3) Pertemuan ketiga siklus II Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 31 Mei 2013. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga sebanyak 15 anak. Waktu pelaksanaan kegiatan pada pertemuan ketiga siklus II ini tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam rencana kegiatan harian. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus dalam rencana kegiatan harian pada jam 08.00 tetapi dalam pelaksanaannya pada jam 09.45 karena banyak anak-anak yang mengikuti latihan tari, modelling, lukis, dan musik untuk persiapan pentas tutup tahun. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru memberitahukan kepada anak-anak bahwa anak-anak akan diajak bermain di spilud yang biasanya digunakan untuk kegiatan olahraga dan acara-acara tertentu seperti ospek. Guru 80
memberitahukan kepada anak-anak bahwa guru akan mengajak anakanak untuk bermain Kucing dan Tikus lagi. Ketika guru mengatakan akan bermain Kucing dan Tikus anak-anak sangat senang dan bersorak gembira. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan ketiga siklus II adalah sebagai berikut: a) Anak dan guru tanya jawab tentang bagaimana bermain “Kucing dan Tikus” (Guru 1 memimpin kegiatan, guru II membantu guru 1, peneliti mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa). b) Guru menyiapkan perlengkapan berupa topi berbentuk hello kitty dan miky mous. c) Guru mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai. Anak berbaris rapi dan mereentangkan kedua tangan untuk menjaga jarak dengan teman yang lain yang kemudian dilanjutkan dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. d) Anak dan guru bergandengan tangan sehingga membentuk lingkaran. Guru menunjuk salah satu anak yang berperan menjadi Kucing dan berdiri di luar lingkaran dan menunjuk dua anak yang berperan menjadi Tikus dan berdiri di dalam lingkaran. e) Guru membagikan topi berbentuk hello kitty kepada anak yang berperan sebagai kucing dan membagikan topi berbentuk miky mous kepada anak yang berperan sebagai tikus.
81
f) Anak yang menjadi Kucing bertugas mengejar dan menangkap anak yang menjadi Tikus dengan cara menyentuhnya. g) Anak yang menjadi Tikus boleh bergerak bebas dalam tempat yang sudah ditentukan oleh guru, sedangkan yang menjadi Kucing boleh dihalangi oleh anak-anak yang menjadi lingkaran karena lingkaran berperan melindungi Tikus dari kejaran Kucing. h) Permainan dapat diakhiri ketika dua Tikus sudah berhasil ditangkap oleh Kucing yang kemudian akan diganti oleh tiga anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. Sebelum kedua Tikus tertangkap oleh Kucing, maka salah satu Tikus yang sudah tertangkap oleh Kucing boleh duduk dan keluar dari permainan untuk menunggu permainan berikutnya. i) Jika dalam waktu 3 menit Kucing belum dapat menangkap kedua Tikus maka permainan dianggap selesai dan akan diganti oleh anak yang lain sebagai Kucing dan Tikusnya. j) Guru dan anak-anak bersama-sama menyayikan lagu Kucing dan Tikus dengan Bahasa Jawa untuk memulai permainan. Anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus harus mengangkat salah satu kakinya ke belakang dan merentangkan kedua lengan sampai lagunya selesai dan dilanjutkan oleh perannya masing-masing yaitu Kucing berperan menangkap Tikus dan Tikus berperan menghindar dari Kucing.
82
Selesai menjelaskan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Setelah semua paham, anakanak diajak keluar kelas menuju spilud. Sampai di spilud guru mengkondisikan anak-anak dengan cara berbaris dan merentangkan kedua tangannya untuk menjaga jarak dengan anak yang lain. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus diawali dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan. Setelah kegiatan pemanasan dirasa cukup, guru mengajak anak-anak untuk mulai bermain Kucing dan Tikus. Permainan dimulai dengan membentuk lingkaran oleh semua anak dan guru secara bergandengan. Karena banyak anak yang yang sangat berantusias maka pemain ditentukan oleh guru. Guru menunjuk dua anak yang berperan menjadi Tikus dan satu anak sebagai Kucing. Guru menunjuk pada anak yang sudah siap dan mengangkat tangannya. Guru membagikan topi berbentuk miky mous kepada anak yang berperan sebagai Tikus dan membagikan topi berbentuk hello kitty kepada anak yang berperan sebagai Kucing. Setelah semua siap, guru memulai permainan dengan menyanyikan lagu Kucing dan Tikus yang dinyanyikan bersama-sama. Kegiatan bermain terlihat sangat menyenangkan, baik anak yang berperan sebagai Tikus maupun Kucing. Anak-anak yang berperan sebagai pelindung atau lingkaran juga sangat senang dan berteriak-teriak memberi semangat kepada teman-temannya yang berperan sebagai 83
Kucing dan Tikus. Permainan berakhir ketika anak yang berperan sebagai Kucing dapat menangkap dua anak yang berperan sebagai Tikus dan akan diganti oleh anak lain yang dipilih oleh guru. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada pertemuan ketiga siklus II berlangsung selama 25 menit dengan mengacu pada langkah-langkah bermain Kucing dan Tikus yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Seperti biasanya guru mengajak anak-anak untuk melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang disebut lingkaran es krim. Dalam kegiatan ini guru mengajak anak untuk tidur terlentang agar lebih tenang dan mengurangi rasa capek. Kegiatan ini diakhiri dengan bunyi “kukuruyuk” yang diucapkan oleh guru. Setelah kegiatan bermain Kucing dan Tikus selesai, murid-murid melanjutkan kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Kegiatan penutup dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai yang disebut ROD (Reflection Of The Day). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari yaitu dari jam 07.00-10.30. ROD dilaksanakan selama 15 menit yang bertujuan melatih anak untuk menilai diri (instropeksi diri). Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang telah dilakukan selama 1 hari dan anak-anak diminta menyebutkan secara bersama-sama. Dalam kegiatan ROD guru mengoreksi perbuatan-perbuatan siswa yang tidak baik dan menyampaikan pesan-pesan kepada anak. Selain itu guru 84
memberikan reward kepada anak-anak yang sudah respek berupa stick es krim yang ditaruh pada papan reward, guru meminta leader untuk memimpin teman-temannya berdoa sesudah belajar. c. Observasi tindakan siklus II Dalam kegiatan observasi yang diamati adalah seluruh kegiatan anak selama mengikuti aktivitas main yang disajikan. Pengamataan dilakukan bersamaan dengan pendampingan dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran bermain Kucing dan Tikus pada siklus II, anak-anak sudah terbiasa dengan pembelajaran bermain Kucing dan Tikus sehingga anak-anak bermain dengan leluasa, tidak malu dan tidak canggung. Anak-anak juga sudah terbiasa dengan aturan dan cara bermain yang ditentukan dan disepakati bersama. Anak-anak saling mengingatkan tentang aturan bermain sehingga kadang-kadang terjadi pertengkaran tetapi dapat terselesaikan dengan dan tanpa bantuan guru. Aspek yang diamati yaitu aspek keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan aspek kelincahan. Dari hasil observasi, diperoleh data sebagai berikut:
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 7. Hasil Observasi Kecerdasan Kinestetik Anak Siklus II. Siklus II Kecerdasan Rata-rata Kinestetik Pert 1 Pert 2 Pert 3 hasil Keseimbangan 86,67 % 86,67 % 86,67 % 86,67 % Statis Keseimbangan 86,67 % 86,67 % 93,33 % 88,89 % Dinamis Koordinasi 80 % 80 % 86,67 % 82,22 % Kelincahan 80 % 80 % 93,33 % 84,44 % 85
Dari data di atas terlihat perbedaan hasil observasi tentang kecerdasan kinestetik yaitu sebagai berikut: kecerdasan kinestetik pada aspek keseimbangan dinamis mencapai rata-rata hasil jumlah anak yang paling banyak yaitu 88,89% dilanjutkan dengan aspek keseimbangan statis yaitu 86,67%. Sedangkan kecerdasan kinestetik pada aspek koordinasi mencapai rata-rata hasil jumlah anak yang paling sedikit yaitu 82,22% sebelum aspek kelincahan yaitu 84,44%. Melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar anak sudah memiliki kecerdasan kinestetik yang bagus. Dari informasi data di atas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian jumlah anak yang memiliki kecerdasan kinestetik sudah pada kriteria berkembang sangat baik yaitu mencapai lebih dari 80%. d. Refleksi tindakan siklus II Refleksi pada siklus II dilakukan oleh peneliti dan guru kelas pada akhir siklus II. Dalam refleksi ini dibahas mengenai proses pembelajaran yang terjadi saat melakukan tindakan. Anak sangat antusias dalam pembelajaran karena anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran, dalam hal ini khususnya dalam pembelajaran bermain Kucing dan Tikus baik dari proses kegiatan pemanasan sampai kegiatan pendinginan. Anak juga terlihat senang saat pembelajaran bermain Kucing dan Tikus karena jumlah pemain dalam siklus II berbeda dengan siklus I yaitu pada siklus II menggunakan dua anak sebagai Tikus yang awalnya hanya satu orang saja pada siklus I. Selain itu pada siklus II menggunakan asesoris berupa topi berbentuk hello 86
kitty dan miky mous yang digunakan oleh anak yang berperan sebagai Kucing dan Tikus. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tindakan pada siklus II karena anak sangat senang dengan topi tersebut dan sangat berantusias ingin memakainya. Hal ini terbukti dari salah satu anak yang awalnya tidak mau mengikuti permainan pada siklus I dan terbukti mau mengikuti permainan pada siklus II dengan bilang kepada guru kelas bahwa ia mau menjadi Kucing. Aktiffitas bermain Kucing dan Tikus yang disajikan sudah mampu membelajarkan anak pada kecerdasan kinestetik yang dimiliki anak terutama pada aspek keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi dan kelincahan. Anak sudah mengalami peningkatan dan termasuk dalam kriteria berkembang sesuai harapan atau berkembang sangat baik. Pada siklus II kecerdasan kinestetik anak sudah mengalami peningkatan dan telah memenuhi indikator keberhasilan sehingga penelitian dirasa cukup dan dihentikan sampai siklus II. D. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh pada siklus ini didapat dari data yang berupa lembar observasi dan dokumentasi berupa foto saat kegiatan bermain Kucing dan Tikus. Dari data lembar observasi tersebut hasilnya digunakan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi pada anak khususnya kecerdasan kisnestetik anak. Sedangkan dokumentasi foto digunakan untuk menggambarkan suasana kelas pada waktu pembelajan 87
berlangsung. Observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan serta pengambilan foto mengenai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar melalui bermain Kucing dan Tikus. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran dalam kecerdasan kinestetik melalui bermain Kucing dan Tikus yang dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing silkus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, sudah menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan kemampuan anak sebelum dilakukan tindakan. Penelitian itu membuktikan bahwa melalui bermain Kucing dan Tikus dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak kelompok B1 TK Model Sleman. Dapat disajikan rangkuman rata-rata peningkatan setiap siklusnya yaitu sebagai berikut:
Tabel 8. Ketercapaian Kecerdasan Kinestetik anak dari ke 2 Siklus No
Kecerdasan Kinestetik
Sebelum
Rata-rata
Rata-rata
tindakan
Siklus I
Siklus II
1.
Keseimbangan Statis
46,67%
75,55%
86,67%
2.
Keseimbangan Dinamis
53,33%
73,33%
88,89%
3.
Koordinasi
40%
71,11%
82,22%
4.
Kelincahan
46,67%
71,11%
84,44%
Dari tabel diatas dapat terlihat jelas bahwa rata-rata jumlah anak yang memiliki kecerdasan kinestetik mengalami peningkatan. Peningkatan dan perubahan dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II yaitu pada aspek perkembangan keseimbangan statis diperoleh peningkatan sebesar 40%, keseimbangan dinamis diperoleh peningkatan sebesar 35,56%, koordinasi 42,22%, kelincahan 37,77%. Dari tabel di atas terlihat terjadi peningkatan anak
88
yang memiliki kecerdasan kinestetik pada setiap siklusnya. Dengan meningkatnya jumlah anak yang memiliki kecerdasan kinestetik pada setiap siklus berarti tingkat ketercapaian tujuan semakin baik dari setiap siklusnya. Dari informasi di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I sudah meningkatkan kecerdasan kinestetik anak dibandingkan dengan aspek perkembangan sebelum tindakan yaitu aspek perkembangan keseimbangan statis meningkat sebesar 28,88%, keseimbangan dinamis meningkat sebesar 20%, koordinasi meningkat sebesar 31,11%, dan aspek perkembangan kelincahan meningkat sebesar 24,44%. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa pencapaian kecerdasan kinestetik yang dimiliki anak pada siklus I masih belum mencapai target keberhasilan yang diharapkan peneliti sebagaimana tertera dalam indikator keberhasilan. Perkembangan kecerdasan kinestetik anak yang terjadi merupakan proses menggerakkan badan, kaki, dan tangan dalam rangka keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, dan kelincahan. Selain itu anak-anak juga harus melatih koordinasi antara gerakan badan, kaki, tangan, dan mata ketika berusaha menangkap ataupun menghindari musuh, dalam hal ini musuh adalah lawan bermain. Kegiatan pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus pada siklus I dan siklus II selalui diawali dengan pemanasan atau peregangan otot secara ringan dan sederhana. Dalam kegiatan pemanasan anak-anak terlihat sangat antusias dan tertib. Setelah kegiatan pemanasan dianggap cukup, guru dan anak melakukan persiapan bermain Kucing dan Tikus dengan membentuk lingkaran 89
oleh guru dan semua anak secara bergandengan tangan. Sebelum kegiatan bermain Kucing dan Tikus dimulai guru menunjuk anak yang akan menjadi Tikus dan Kucingnya. Pada siklus I guru memilih satu anak sebagai Tikus, satu anak sebagai Kucing, dan sisanya sebagai lingkaran. Sedangkan pada siklus II guru menunjuk dua anak sebagai Tikus, satu anak sebagai Kucing, dan sisanya sebagai lingkaran. Pada siklus II guru menambahkan asesoris berupa topi berbentuk miky mous dan hello kitty untuk anak yang berperan sebagai Tikus dan Kucing. Pelaksanaan bermain Kucing dan Tikus pada siklus I terlihat ada beberapa anak yang masih bingung tentang aturan bermain dan ada beberapa anak yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti permainan sehingga hasilnya kurang maksimal. Namun berbeda dengan tindakan pada siklus II anak-anak terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan karena sudah paham dengan aturan-aturan dalam bermain Kucing dan Tikus. Assesoris yang diberikan oleh guru pada siklus II juga sangat mempengaruhi hasil tindakan pada siklus II karena dapat menarik minat anak untuk mengikuti kegiatan bermain Kucing dan Tikus sehingga hasilnya lebih maksimal. Kegiatan bermain Kucing dan Tikus selalu diakhiri dengan melakukan pendinginan dengan cara tidur terlentang membentuk lingkaran yang disebut lingkaran es krim. Dalam kegiatan ini guru mengajak anak untuk tidur terlentang agar lebih tenang dan mengurangi rasa capek serta memulihkan tenaga untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
90
Kegiatan penutup dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai yang disebut ROD (Reflection Of The Day). Dalam kegiatan penutup anak dan guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan selama 1 hari. ROD dilaksanakan selama 15 menit yang bertujuan melatih anak untuk menilai diri sendiri (instropeksi diri). Dalam pelaksanaan pembelajaran yang distimulasikan melalui bermain Kucing dan Tikus selama siklus II ternyata telah membawa perubahanperubahan seperti yang telah diharapkan, yaitu meningkatkan kecerdasan kinestetik anak khususnya aspek keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahan. Peningkatan kecerdasan kinestetik tersebut menjadi bukti bahwa ternyata pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus menjadi salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik atau olah tubuh pada anak usia TK. Pencapaian keberhasilan dalam siklus II ini tidak lepas dari upaya yang telah guru lakukan diantaranya yaitu mengadakan persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam bermain Kucing dan Tikus yaitu: (1) guru menyiapkan perlengkapan untuk bermain Kucing dan Tikus; (2) guru menjelaskan tehnik bermain Kucing dan Tikus; (3) guru memberi kebebasan kepada anak untuk memilih peran yang akan dimainkan; (4) guru memberikan umpan balik terhadap performansi anak. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak diantaranya keseimbangan statis, keseimbangan dinamis, koordinasi, dan kelincahan, guru menyajikan kegiatan bermain yang menjadikan anak sebagai 91
pembelajar aktif dan menyenangkan bagi anak. Hal ini sesuai dengan prinsipprinsip pembelajaran TK menurut Depdiknas Dirjen Mendikdasmen tahun 2006 tentang pedoman pembelajaran di Taman Kanak-kanak memaparkan prinsip-prinsip pembelajaran TK adalah (1) bermain sambil belajar dan belajar serayabermain; (2) pembejaran berorientasi pada perkembangan anak; (3) pembejaran berorientasi pada kebutuhan anak; (4) pembejaran berpusat pada anak; (5) pembelajaran menggunakan pendekatan tematik; (6) kegiatan pembelajaran yang PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan); (7) pembelajaran mengembangkan kecakapan hidup; (8) pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif; (9) pembelajaran yang domokratis; (10) pembelajaran yang bermakna. Dalam tindakan penelitian melalui bermain Kucing dan Tikus ini terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat ketercapaian peningkatan kecerdasan kinestetik anak. Permasalahan tersebut terjadi pada anak yang, kurang percaya diri, mudah menangis, dan mau menang sendiri. Perlu adanya dukungan dari berbagai pihak yang ada di lingkungan anak untuk membantu dan memotivasi anak agar anak tetap berkembang. Hal ini sesuai dengan permasalahan anak usia 4-6 tahun pada aspek sosio-emosional menurut Depdiknas Dirjen Mendikdasmen DPTSD tahun 2006 tentang panduan bimbingan di TK memaparkan permasalahan anak usia 4-6 tahun pada aspek sosio-emosional antara lain: (1) sukar berhubungan dengan orang lain; (2) tidak mau ditinggal ibunya atau pengantar; (3) mudah menangis; (4) sering membangkang jika keinginannya tidak dituruti; (5) tidak mau bergaul dengan 92
temannya; (6) mau menang sendiri; (7) belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin; (8) belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan. Rasa tidak percaya diri akan menimbulkan rasa ragu terhadap kemampuan diri sendiri yang biasanya berhubungan dengan sikap anak mudah menangis, sehingga apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui sebaiknya guru memberi pengarahan kepada anak tanpa harus membuat anak malu dan memberi kesempatan anak untuk melakukan sesuai yang diinginkan anak. Begitu pula pada anak yang mau menang sendiri, guru sebaiknya memberikan pengarahan tentang memahami pendapat orang lain dan belajar mematuhi aturan yang ada dalam suatu permainan. Dari beberapa paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak kelompok B1 di TK Model Sleman melalui bermain Kucing dan Tikus. Melalui kegiatan bermain Kucing dan Tikus mampu mendorong anak untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik yang dimilikinya. Dengan kegiatan bermain tersebut, banyak pengalaman yang diperoleh oleh anak dan juga dengan bermain bersama teman tercipta suasana bermain yang menyenangkan dan tidak terpaksa sehingga anak belajar dengan rasa percaya diri. Kepercayaan yang diberikan kepada anak dapat memberikan pengaruh terhadap kepercayaan diri yang baik sehingga anak mampu menguasai keterampilan yang diharapkan, yang pada akhirnya potensi anak dapat berkembang dengan baik. 93
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang telah dilakukan tentunya ada keterbatasanketerbatasan dalam penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu pelaksanan pembelajaran pada pertemuan 3 siklus II tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, karena ada beberapa anak yang latihan menari, modelling, lukis, dan musik untuk persiapan pentas tutup tahun. Dengan demikian kegiatan pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus yang direncanakan pada hari Jum’at tanggal 31 Mei 2013 jam 08.00 diundur pada jam 09.45 karena menunggu semua anak kembali ke kelas.
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari pembahasan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan kinestetik kelompok B1 TK Model Sleman dapat
ditingkatkan melalui bermain Kucing dan Tikus. Hasil pelaksanaan pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus dapat dilihat pada tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan siklus yang mengalami peningkatan, yaitu keseimbangan statis dari 46,67% meningkat menjadi 86,67%, keseimbangan dinamis dari 53,33% meningkat menjadi 88,89% atau , koordinasi dari 40% meningkat menjadi 82,22%, dan kelincahan dari 46,67% meningkat menjadi 84,44%. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas terbukti bahwa permainan Kucing dan Tikus dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak kelompok B1 TK Model Sleman Yogyakarta, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu: 1. Bagi Pendidik PAUD Bermain Kucing dan Tikus dapat diterapkan dalam pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik atau perkembangan olah tubuh pada anak di kelompok B1 TK Model Sleman Yogyakarta. 2. Bagi Kepala Sekolah Mendukung upaya guru dalam menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak.
95
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bermain Kucing dan Tikus dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian yang terkait dengan masalah dan karakter yang sama.
96
DAFTAR PUSTAKA Adi W. Gunawan. (2005). Born to be a geniu, cetakan ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anas Sudijono. (2012). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persaja. Arif Syarifuddin Muhadi. (1991). Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1991/1992. Bambang Sujiono. (2007). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Christine
Sujana. (2008). Cara Mengembangkan Kecerdasan. Jakarta: Indeks.
Berbagai
Komponen
Depdiknas. (2008). Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta: Bagian Proyek Olahraga Masyarakat, Direktorat Olahraga Masyarakat. Diah Rahmatia. (2008). Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Manusia. Bandung: Shakti Adiluhung. Dorothy Einon. (2005). Permainan Cerdas Untuk Anak, (alih bahasa), Jakarta: Erlangga. Endang Rini Sukamti. (2007). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY. Harun Rasyid dkk. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Multi Pressindo. . (2010). Kurikulum Taman Kanak-Kanak Tentang Pedoman Penilaian Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kemendiknas, Dirjen Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan TK dan SD. Lenz Kravitz. (1997). Panduan Lengkap Bugar Total. Jakarta: Fajar Inter Pratama. Michael Kent. (1999). The Oxfort Dictionary of Sport Science and Medicine. USA: New york Oxfort University Press Inc. . (2006). Panduan Bimbingan Di TK. Jakarta: Depdiknas Dirjen Mendikdasmen DPTSD. . (2006). Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjen Mendikdasmen.
97
Muhammad Yaumi. (2012). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta:PT. Dian Rakyat. Nofi astuti. (2013). Mengembangkan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan Kecil Tanpa Alat Pada Anak Kelompok B3 Di TKIT Assalam Sanden Bantul. Yogyakarta: FIP UNY. PB. PASI. (1993). Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Jakarta: PB. PASI. Partijem. (2011). Upaya Peningkatan Suasana Pembelajaran Dan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok A Melalui Permainan Tradisional Di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Bantul. Yogyakarta: FIP UNY. Rochiati Wiriaatmadja. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas, cetakan II. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sa’dun Akbar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas, edisi revisi, cetakan keempat. Yogyakarta: CV. Cipta Media. Satya, Wira Indra. (2006). Membangun Kebugaran Jasmani Dan Kecerdasan Melalui Bermmain. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan. Soegeng Santoso. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan, cetakan II. Yogyakarta: Aditya Media. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sukidin, Basrowi, & Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia. Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research 4. Yogyakarta: Andi Offset. Syamsu Yusuf LN. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, cetakan kelima, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Thomas Armstrong. (2013). Kecerdasan Multiple. Jakarta: PT. Indeks. U.Z. Mikdar. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan. Wahyuti. 2010. Permainan Fisik Motorik di Taman Kanak-Kanak. Diambil tanggal 25 Desember 2012, dari http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/ 2010/10/permainan-fisik-motorik-di-taman-kanak.html
98
Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas, Ed. 1, cetakan Ke-3. Jakarta: Kencana.
99
LAMPIRAN I Surat Keterangan Validitas Instrument Penelitian
100
SURAT KETERANGAN VALIDITAS N'.{STRUMENPENELITIAN
Yangbertandatangandi bawahini
:
Nama
: SUDARMANTO,M.Kes
NIP
: 19570508 198303 1 001
Jabatan
: PenataTK. I / LektorKepala.IIVd
Menerangkanbahwa benar-benartelah mengevalauasidan mernvalidasiinstrumen penelitian berupa lembar observasiuntuk mahasiswadibawahini:
Nama
SUDARTIWINARSIH
NIM
09t11244015
Jurusan
PendidikanPraSekolahdanSekolahDasar
ProgramStudi
PendidikanGuruPendidikanAnakUsiaDini
Fakultas
Ilmu Pendidikan
Agar dapat dipergunakandalam penernpuhanTugas Akhir Skripsi yang berjudul "Upaya Meningkatkan KecerdasanKinestetik Melalui BermainKucing Dan Tikus PadaSiswa Kelompok B Di TK Model SlemanYogyakarta". Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Ycgyakarta,April2013 Validator
Sudarmanfo, M.Kes
NrP.l9sms08 198303 I 001
101
LAMPIRAN II Surat Izin Permohonan Penelitian
102
KEMENTERIANPENDIDIKANDAN KEBUDAYAAN TINIVERSITASNEGERIYOGYAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAFI Yogyakarta 55281 Alamat: Karangmalarg, 540611;DokanTolp,(0274)520094 Telp,(027a) 5E6168 Hunting,Fax.(02?4) (221,223,224,295,344,345,366,36E'369,401,402,403,41 TelB,(0274)586168Psw,
N6, ; 3 A&V /tJN34,1llPL/3013 Propo*al Lamp, : I (mtu)Hendal l.Inl : Permahsnan inlnFsilelitlan
13Mel2013
Yogyakana Yth,&ubaffiur Prsvlnrl Daarah letlnnewa pemhangundn BlraAdmlnt$rrasi 6q,Kepela PIV #atdnProvlngl Kapntllun Sanurqlan Yogyakart* persyaratan denganhormat,bahwauntukmemenuhisebagian Diberitahukan oleh akademikyangditetapkan Prasekolah JurusanPendidikan dan SekolahDasarFakultasIlmu PendidikanUniversitasNegeriYogyakarta, penelltian; mahasliweberlkuti nt dtwqji bkanft elaksanekan
Narnn NIM Ptodl/Jururan Alamat
SudanlWlners{h 0 9 1I 1 2 4 4 0 1 5 POPAUD/PPSb BctengRt,CI3 / Rw,l2, ldargoagung Yogyakarta , $eyegan , $lemen,
kamimamlntakan lslnmahaslswe kegia.an dengen hnlitu,parkanankanlah melaksanekan Sehubungan tersebut kctsnfuan berlkut: d*n6an reba6al Fsnsiltien
f$uen Lekssl Eubryek trbysk lVaktu Judul
tu$aiakhha$tpai Memparelch detapenelltlan TKMsdel Slsmun HI $lrwakslas Klniltetf k Manlngkatk&R K6s6rdatefl hded-Iult ?013 Keeerd$an Klneatotlk ltlenlngkatkan MelalulBermaln danTlkua Upaya Kuolng pada$lnwa TK B dl tvtodel Bleman Yogyakartn Kclompok
yangbalkkamimengusepkan tarlmakadh, dankeqJaaama Ataeperhatlan
" -\-$
ffi
3'3#H$:*: femH*a*.a Yt$i 1r&*$$*r !F$rGtr.*F} { FsBsSl*t I FllF S,WrhltS$ksn
FtF {uru*ex PS$F} $'Setu* *,Rsh*sfiJ Fangldih$n FIF 5o*exuF'b*S yan& ber*nnghutan 6'M*hn*iswft Univtmi$f, Yb$yehans i ?rirg*ri
103
sto,lVLFfl.
PEMERINTAH DAERAHDAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA
SEKRETARIATDAERAH
Kompleks Kepatiha n'o"'.1d3;li5["i^,3314) 5628 11- 5G2 B14 (Huntins ) KETERANCAN / tJN suRAr ' 07014162Nt5t2013
Membaca Surat : Tanggal
:
DekanFak,llmupendidikan UNy 13Mei2013
Nomor Perihal
; 3067/UN34,11|PU2A13 : ljinPenelitian
Mengingat;1. PeraturanPemerintahNomor41 Tahun2006, tentangperizinanbagi perguruan TinggiAsing, LembagaPenelitiandan Pengembangan Asing, Bada-nusana Asind dan orang nsin! caram melakukan Kegitanpeneritian danpeng-mnangan di rndonesia; 2. PeraturanMenteriDalam Negeri Nomor 3g Tanun 2007, tentangpedomanpenyelenggaraan Penelitian danPengembangan.di Lingkungan Departemen DalamNegeiioanpemerintan'paeri"h; 3. Peraturan GubernurDaerahlstimewiYogyakartiNomor37 rarruniooa,lentangRincianlrtii uan Fungsi_satua.norganisasidi LingkungansekretariatDaerahoan ser
SUDARTIWINARSIH NIP/NIM : 09111244015 KAMNGMALANG,YOGYAMRTA UPAYAMENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUIBERMAINKUCING DANTIKUSPADASISWAKELOMPOK B DiTK MODELSLEMANYOGYAKARTA SLEMAN KotalKab.SLEMAN 14Mei2013s/d14Agustus 2013
DenganKetentuan 1. Menyerahkansurat survei/penelitianlpendataan/pengembangan/pengkajian/studi lapangan*) dari -ke.terangan/ijin Pemerintah DaerahDIY kepadaBupatiAffalikota melaluiinstitusiy'ang-benvening in";g"Grkan ijindlmalsud;' 2. Menye.rahkan_soft copy hasil penelitiannyabaik kepadaGublrnur Daerahistimeia iogya(arta m"r"iui airo Administrasi Pembangunan Setda DIY dalanlcompactdisk (CD) maupunmengunggah1uiftoad) metatui*uUiitu adbang..Jogjaprov,go,id dan menunjukkan cetakenasliyangsucjatrbisah(andanoi6uulr-rrieab'institusi; ^3' fjin ini.hanyadipergunakan untuk keperluanilmiah,dan-pemegang ijin wajib #;t";ii k"t*ntu"n yang bertakudi lokasikegiatan; 4. ljin.penelitian dapatdiperpanjang maksimal2 (dua)kali denganmenunjukkan suratini kernbati sebetumberakhir perpanjangan melalui'website aibang.jogjjprov.go.id; _ waktunyasetelahmengajukan 5. ljin yang diberikandapatdlbatalkansewaktu-waktu apabilapemilJng ijinini tidak memenuhiketeniuanyang peflaKu. Dikeluarkan di Yogyakarta Padatanggal14 Mei 2?fi A.n Sekretaris Daerah
Tembusan: 1. Yth.GubernurDaerahlstimewayogyakarta(sebagailaporan); 2. BupatiSleman c/q Bappeda 3. Ka.DinasPendidikan, Pernuda danOlahraga DIy ra4 4. DekanFak.llmuPendidikan UNy 5. YangBersangkutan
I
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
BADANPERENCANMNPEMBANGUNAN DAERAH JalanparasamyaNomo.r Tridadi,Sleman,yogyakarta555.11 1^B-eran,
soeeoo, rar<siririu ioiil) 8688oo ,^,^^-,I:':lT_!9zzq) website: stemankab.go.io, e_,i riri 6jpp"l"6lL?ijiiio.n".,o
Dasar
S U R A I' IZIN N onror: 0701B appeda | 1743/ Z0l 3 TENTANC PENELITIAN KEPALA BADAN PERENCANAA N P EMBAN G I INAN DAERA T]
Dl1tAi2xl3tenra,,g ' f:ilt1ilnB#ifil':il,Iifior: 55/Kep'K tzi'Kuriah praktek Keria Nyata,
Menunjuk : suratdariseketariatDaeratr pemerintah Daerah Daerah IstinrervaYogyakarta Nomor: 070/3067tuN34. tUpL/2013 Tanggal: 14 Mei 2013 Hal : IzinPenelitian Kepada Nama No.MhsAIIM/t,tIpA.|IK Program/Tingkat Instansi/Perguruan Tinggi Alamat instansi/perguruan Tinggi AlamatRumah No. Telp/ HP Untuk
ME N GIZIN K A N : SUDARTI WINARSIH 0 9 i 11244015 SI UnivelsitasNegeriyosyakana yogyakanu Karangrnalang, 552gI BetengRt 03/Rw 12,Margoagung, Seyegan, Sleman,yogyakarta 08783936 I 88I : MenEadakan ?enelitian/ PraSurvey/ Uji validitas/ pKL judul dengan
ffiiil1K',i,[ftr"$[i|I,T."...liJf t[$i*il5mn*+,"
MODELSLEMAN YOCYAKARTA
Lokasi
waktu Dengan ketentuan sebagaiberikut
, s#Tfi:lll'1,",,,.rr. t: :
t4Mei 2013 sid 14Agustus 2013
Pemerin*h \etentpc,t(('unritt.'Kepctttt t')c.tu) arau Kettcrta Instunsi urruk ' {J;:r#'7"";:r:;,'r:r:!;:;,;tbctt 2' waiib meniaga latd lcrlib clttn menttrari ketenturrn-ketenrtktlt.t(t(,ntparyurtg htrraku. 3' Izin tidakdisalahgunakan unruk kepentingan,-kepentingontti luur yang direkoilrcndasikan. 1' Ll/aiib menyampaikan laporan hasil pun"iiti,n b"rupo I (sanl r:opr'm,qtt pDF kepada Bupati diserahkan meI a I ui Kepala Badan p er encanaan' p embarg,r, o, D aer a lt. , 5' Izin ini dapat dibatalkan :;ev'ektlr,-v,c,t t, opriitu tidak dipetruhi kclentu(rt-kitte ,rua, di ar(t.\, Demikian ijin ini.dikeluarl
serelah r*illi;';:::ffjfli**"t
penelitian saudara wajibnrenvarnpaikan iaporan kepada kamii (satu) butai,
Te mbu sa r:r | . Bupati Slernan(sebagailaporan) 2. KepalaKantor KesatuanBangsa Kab. Slernan 3 . Ke pa laDinas Dihpor aKabr . Sler nan 4. Kab id. Sos ialBuda, v aBappeda l( ab, Sle n r a n 5. CarnatDepok 6. KepalaTK lVlodel,Slenran 7 . De ka nFak , I lr nu pendidik an UNy 8 . Ya rrg Ber s ar r gk ut lr r
D i l i c l u a r k a nc li Sl c r n a n P r r d lT a n g u . a l : I _ 5i V 1 elif l l a . r r ,K e p a l l I J r r r i e n p e r e i r c a r r l r i lr)ne n t b a n g u n a n D a cr .ti l r Sekretaris
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA TK DAN SD MODEL KAB. SLEMAN Alamat:Bfotan,Wedomartani, Ngemplak,Sleman. 55584.Telp. 0274-4477257,44'lj 258
SURAT KETERANGAN No: 421.Ilqq NIll20I3 Yang bertandatangandi bawahini: Nama
YuliatiIndarsih,M.Pd
NIP
19660716 1986042002
Jabatan
KepalaSekolah
Instansi
TK danSD ModelKabupaten Sleman
Menerangkandengansesungguhnyabahwa: Nama
Sudarti Winarsih
Nomor Induk
09rr1244015
Program Studi
Pendidikan GuruPendidikan AnakUsiaDini
Fakultas/PT
FakultasIlmu PendidikanUniversitasNegeri Yogyakarta
benar-benar telahmelaksanakan penelitiandi TK dan SD Model KabupatenSlemanJenjang TamanKanak-kanak padatanggal14 Mei s.d 14 Agustus2013.Penelitianini dalamrangka penulisan skripsi yang berjudul: UPAYA KINESTETIK MELALUI
MENINGKATKAN
BERMAIN KUCING DAN TIKUS
KECERDASAN PADA SISWA
KELOMPOK B DI TK MODEL SLEMAN YOGYAKARTA. Demikiansuratketerangan ini dibuat,untukdigunakansebagaimana mestinya.
lFr
,241u1i2013 ModelKab.Sleman
UJV
s z\d
+
ih, M.Pd 716 1986042 002
LAMPIRAN III Jadwal Penelitian
107
Jadwal Penelitian No
Tahap Penelitian
1.
Pra penelitian Observasi (sebelum tindakan) Refleksi
2.
Siklus I
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
3.
Siklus II
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Uraian Mengamati perkembangan kecerdasan kinestetik anak Analisis terhadap proses pembelajaran perkembangan kecerdasan kinestetik anak dan masalah. Memutuskan tindakan Membuat RKH Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi Mempersiapkan dokumentasi kegiatan Pelaksanaan pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus Mengamati proses pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus Analisis terhadap proses pembelajaran dan masalah Memutuskan tindakan berikutnya Membuat RKH Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi Mempersiapkan alat dan dokumentasi kegiatan Pelaksanaan pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus Mengamati proses pembelajaran melalui bermain Kucing dan Tikus Analisis terhadap proses pembelajaran dan masalah
108
Waktu Pelaksanaan Tgl 17 Mei 2013 Tgl 18 Mei & 20 Mei 2013
Tgl 20 Mei 2013
Tgl 21, 22, & 24 Mei 2013 Tgl 21, 22, & 24 Mei 2013 Tgl 24 Mei 2013
Tgl 24 Mei 2013
Tgl 28, 29, & 31 Mei 2013 Tgl 28, 29, & 31 Mei 2013 Tgl 31 Mei & 01 Juni 2013
LAMPIRAN IV Rencana Kegiatan Harian
109
aa
z
z g
z6z
q=
qf
5 ,t
{
NE
ta,
trj
ntrF
i;r ;F z;i >F n
H
v it(1 g>
* .t
f
€ p
-*+
=
E: vr
89
sx
o,)
z
v
P
F m
m =
T'
z
F6
z
'tt m
t! F
tr< L E >?
*f
iA
/J
i.l
-l
z
z
-tu
z
t-
t! /
a Hl-lr gZFJ
30
(A
t
22
n2
i2 ,7 Epa
ru
m
(a
gFE
tll
zaza
F z
F
P, m
X
-!.
..
H
F
v
L TJ H
R
EX
t'i
3
HZ
Fro
aZ
alE
;j
> r
H
-1
{
X z-l l a
t.J O\ t-? WA
eaz
i,l;rF
CD
g$aEge
f,
FE == <
*aoJ =; d Q c o ou^l
or!E i s!! JO;i O(D (D
8 i;
s
#5 E=9 6 ,3F : iqs? ;3 = P E' E3+
I_+
E -s.? c d 5e.; ff-o:E =
t-f=r q' cE= '
t;si sF=;rE:- ' :* € Ag=$JF=
:l
(. F^! 7z F ; €Eq r-i
I
o
m
z
t :lAdEfl9acEsq ; * 1g*EbeEsddde ii
g g q g 6 s: F 3 sE B 5 : A 5 g'E*q;liqiE;;F i5
oJ oa
6-=E?r r aF gE.qg 5?* 6-s a_q FA qs I s= q€ +q _ _ $ *S a ' q; = [E'fr =E g EE*fi I i 3i $ri E F= $';q €Fg
, 38= $ i F IE E gd E
o v
H ---
9s*esSse*s$s$$Eiessi $-uiEH-6*g i$55F:+Esr g$i RF:+u$+$c,i$ -R :d ssi ss dLq* A t
+ ^-)
s i _d = E i
E ( t }^ - a 2 =
R.E€3q*
g FqEEF
Cr
ii
J
i'e
6-6
:
.i. *
..t
Y
=
1-
=
'
-
: f
f
F
+ o or :i
o-9
coJJ b -n
oa
c). =f
x-P.
vd{
* =..Z
jorq
v
v
v
v{ ' -
ni 3sgsEi Fgfrt f.E"s"gi+[ts$ E E E- -" ;-
oJ
6
c
-* s ' 0
frx. (t_i 5)i
::
o- c
3dgq
- vv
6 - d =" 6 ' =.o 6 - Btr 5 d 3 l
=e_,
9=
es# $ i n a E F s 3 q g q i- g sg g q g
?
rDo*(D:(Dr6-3S= ^-
qE
='c Bts'
='
0!r -_-
iri
o-
o,
-
o _-
-
5E
Ei i*' =I 3s 16
31a5 69.=-
YY o ur o (D o r= o
5
$.lS;
2.
P?
89
gF
toq
uc o5
JOJ
d3
gF $i rr 9*t* +; isF t * s= E
5d=
c1gagE lgHAi$3#gt$3gg
=B:gIgFEi 'eFFigtf$fr$-E fiFeg*F$iFgi $iFf, Fra-rEE$[ ;ggE
YY
-:s.F-FilCo ;ioJ-
il E . 3' 6 d 33d' -
F?
q+i &; H 43 E E + *€ 3x Q
F3<6=< S3
oJ o
;d
2-= oo
5sq
-iE's3 3E I
: qH'=
+::
O
^oo : Ovq
Se Ed
ox69
=-c)or:2
o)e
$ g 3E qE
n { 9*
ln 9.3 =
3ga5
l.J
q
t\) A A
^
z
N) tJ
{
oo
o\
l'
@
:R
\7\
-ad (|d -Ei
5:€
1r'F v)
-
e
-S 9
-/A
+H H.
X aD CDH
6
i H w
rcv)
H
(D
(D
o U
l= , ^ E l l-
- x -\\.=
il6
('.
i-i
oq u)
V) o d
d
(t)
7(n =c
N)
NJ
A
oo
N)
{
ml
u)
t'J
(D
F>r
?
!
iP
#dErcrys
= fJ- 5|De
V *=
= *)
o
I
<
-3
ix n-i 0, 6E
3d
aVr 6'
v o € o) a
+v
9d
Er J
J
u sf = 3 +6-6 H F: F H . go.<
&s$9
ao
e ;: f rE $ s
gdte.i e: H4 r { ra-E
Y
= i(
9. - QoJ =' :r
ri =, o) E o= o- 'J
?a(3D o <
u)l
tr Ct'
z
ea
: U JFL o I LN A
;\ "rq q w H
F }<
:.-
AE
It
z ;:
t2
= H a P 5 h
H.
IJ
h
VY
5' XEe
FgF CSB
i
H:.F
E E;'E E: gE^q
H
^'s
Efi
cD oa
6oc
dlJ
7
g
*;
to H< .l-'
q
(1 a) i,- =
HsF.
FsFF H *E.E
AJ
x5v KO
aHi
A^'H
E
O
x,:tD^ i:vY FOart
z
H
n
vl
6l
ot 0al
"l E!
HI
>F ><
.r cE>
z
P
9r
r<
a'.)
o' (D
-a
o ,.t. s
fr
*
o.b ip
2.
!:
h.t
F.<
(11
Z
t-
z
o
H n 2 fr
|n
EE
FJ'o
uJz
N)
|i.1 F
r r v7
rd
F
z ,>z
z
E
F
(-
frl
i
frt
b. rd 7r
N
H E 2Z E Y =A
'HO*Fi Al ? ^
H!
2 (i ,
n 11
F
g
(A
t9
g$gtr $He$*g$$c€ F F Es-B&B sF.
Dts.
S tr s f l i n g ;$
fi 5
g
FxHHf.ES!r
€FEg FliE'SE.€H ": qB EHEE-l$T F'gS 3 i : E cl g sE 'F
x6o.E
kaH'f
aEFFHiSF i<. o'F Hs
f 5'FF >F tDPhisS
-
EqE 7fP
G
Dri)@
fi7 f
€,Hg8EFE* i EBfiE*H
; e Hi i i 8 5 .$ E ;g
x- { n FE
S e+E Fg q: g,F:FEE:E H9*
FQ'FH.gF$FESE<
H
F
F
Src
Fl
z'XH
F:'.
7t
x
HE,Z
ESN 2 .EF
3 .? !E
E g d z2 t
Jtr8 gRE
r^E rrl 3 zl :rn
v fry ?z
rrt
g g$3 $ s l $$g$s $*gc$Eg6g$ sg$ud$un$; Egsa$ $g"
€*fi
$[x
\E
$85 $s ' ss*3
4iq.J
R Fg
5
-i
4^
F'E
$+
v-
='t
='i$
i
oe
,f
Y
-;
X 6-
J4 i1 F X (tt IG
{.
-JOa^-=Z!.
E
Y
V
tF
oC
g7i
Y
xoF i $ o- t r
dttz r,ii o
H<
'F
v! Jl o9ii+
YV
rf
i(.
H d 9f
< -vY <5(D^
s)
i\'
9X 3 > sE9:
3
=€ EF? E
*
#
n
(D
0c E c
trxcf
dx '5
oc{
o *F**
!
3s.
?€ Hssii iF Br A*
c- s$' 8J8=;gi rf g s Et 9 =f s g F igl1f Ff i# a3P
0a
(}
f .i
{$ : i * ' z
Fi
:
>Q=
B€6
x 'z ? d< H g E gF
rf
o_ x. o_ r
$
Fri
a
";
*= '
E 6'E
I{ E+';' [i'q; fiEB5
3q EEEI *s'
,r
=@ i<
RT
oq
ts# tr g)
p) o
V
O-
s'-€
F
+gt E* $I €g C 3 - sH.*
+ ;i 6, F t E X B,:31aq F=; *"q
^
a9
o::
q^
v^-
tr
+ P=
i . H -i
=.
i..x
,:
E = . p.
F
6' X - 6-E Ei$Ek
Xs:5'TEEX g qt€g*g
<^
3R
Ys'
-
E*
v5
(A
qE $ ' F=g* iEgg E g 81 i=1i[E if; +
lgFEE3FggF[gF a * ggl$igFE $ lF Fr;,Eg . F8 E iFf iFE E
gFff[FiiF$ i AFg3€F+ IgggIEI€€TFtEE :$EEE i Eii
"^-. :
R A
5 *-
$e €rciFa
-
+5 +5 + i F$ +
I
3d3d3CR3d
lft 9.
g q f r3 s
r f t r Er 3 7 tr 5 ts.o i
*
B gq
-A+XP 'E @ x' NJ o.
+41-o.rf*-e>
7i=5'sr
qd
o ' EF xii r i' S FrS 3 $ sj a 5 E:il
g E i * d R 5 6-EF
5 iq g =h ' EX Eq 0 a I f 0 ) 5 t r 3 . u j i- ,
aaEPa6hPsA
O€?'Q-^-1-::o-z
(.,l
v)
3
V)
----:€r
* S9
\-S
\-=-
/
A
N)
(Jl
A
a -
H.
F STF:g ; p=
F!
\JJ
O. tf
O
n
u)
N)
N)
U)
('.
oc o
cD
6:!ryAD
z E:tsre
-J N) t\)
VH OO
N ) a-t d O\
9\P
.l'
3
q'
\o
FD\:
vxa=
7@ 24
N)
N)
o\ s
oo
\o
t\)
!
;
H
z
OJ
;c
v*-
***
Y
v
v
$iEIFgiE i
Fi.
P
6 g ff
^'-E
>u
q B F.g B 7r
F ) Crtl p
A)-g
Yo6A o:i
AH
v)
{5
oi
EF=aEg1EE
g[E FtaiE€f I ffr[l€F
I I=;FEg== EE i+;F$gEfli€f eS ;$a itti ir :E lag=r , F
E*$tr;€lta
resFsi 3EtEIggF6Egr? EEFSFFeE si-€€18+f
v
? o
^R b2r
Di.
a.a I.9
vJ=
o\
{ec
$FE
{ ,H P +
FFtd.
z
z
x,> Az
Fo =F FT
ta'>
AF
i
F ljJ:
t
ZH
N)(n
EP
A-
n H/
;E
E FI
NE
Hrp.H F =
vr
z
c
c0x
H- t
{
NNfrj (-tr ^ +=
l- - A
xw :--7
UJ!,i
KE
t-
z o P z
m
H
\
sui
H
5
HP
F
FUg
O
^E
F D)
tr
F; sH<@
54FdFU E g *e g g ^ E lJ k! Rq* 3 6
g
A r-. t.
L:-aa
;
O^i F. E
F
5'E -
gryE
F! I E ?O
-U
trj H
z (u
P H el
z
(h
-z
r!2
E1
*f
2z 7
FH
v
/w F
*l FJ
z
tr
lr i
U (-.
J)
*l a^ n
frox
f.iz-(D
(rr:r,
t p Etze F= Fva L
Ei|l
-P E d> at-
z
P
FHF d.F NE p c 6F.dE'TFE E s - d 6 E . R E .tr s $ BEg ESE! n' h F F z E EEE-BsB sEl
H p r op
5
3 q Fgs E q
-
g= g$$ $ $ s
E
(r:
FE
g$€F -g $c8E$FF
z
H
n (-)
xEH$ Esg EEHE $ E € ii{ MS -FE EF :
l1
F'
aO Irl
\J
'a
T
LTI
O
z
E-3 x
XI d
+az
HH
*,\ 1E ts =
V
nRz
"t = 1-Ht
F
M
a ( n ;n
$ EgEtsgH$$$EFg
V
ggIrg E+ sF€f -E *^€E EFE
p.'SH g'EE
$gEe Eg,flgFF F$g Fg
Fj
H
$-FHEggtgEE E$$ RF$ssss$is FH$$$ ss=" $$ H"$
' ' $$ F s$s$$ $ $ts$ernr \.+s"6ssssi
sf;
*$ear -s5'3-s
{
b:
E id
z
*
x
ts g
5in'
E
,(. ,=
Ed
s) qq(D9r 3
#E il o.
v'l'
ts
Pa FO pq
@-
P
H
\Y
-'
a
-'
7r
'
ra
E.:
asas
H iHS
ETE
.6VY6
hi 7l K'(la
H
8 'F S F P
-@+
CriE T"3+gg = Et g ; e t g s t. 6-
t
t?'
q
oa
s
i'
4 E E g €s
a s a f 3E
' S E-h' 3 o - F E FS
- eE 5: -
Ff i H5 E g E ' F ; li:ii' HHE *o-+ 0ai E 5i ; +
>H
1F
F E€ ca
F g + *- n
q l.:ffi
65H
Pc)
5o
HZ P ?D
E *F
g Ei gs"FBEs.g
tDe E^ ri,
os= i5 -P
!J!DO t(.@ -
uli i
tsfr
R< 3o
*
O
tD
(D
oq
EEEs:3EggfiE
H
,l o.r to- rfo . x
^" : $35o
=DDV *D
cL I i'E H 'l 5 = A' - i A ' -+
3
9 6 3 d 3 6iH
9.
fr ; E?
cE oa
qo Oq ai
V
Ag=e-
F TE ] E J
o
*= -ho
,=.
o
F
E.
o
-E
3.d
R
3!ffi 3 E
FH xO3
o
or- 16
(-a
Ei I
FF gliI a* 1i$aIFia t = t F 3 :
o ,i
q
r
3 o
x
5.
6
vr
BH *P
B S oeH E
E ETE;E
Ed
Y o-
,n -
g.
5E;€gf$0 =E
3'S
E 3r = -€
' Er agg* 3i Eg e F.H i ; E
F l E E EcsEi
AE ;,EEt *e n
FEllgEE€'EBEFU rP;e:Fai *6E+ Fg;EeE iE[dEAsg€
YV
g{s'sgs{ai[E FFisFFga s*gE iEF*Eii*$
t'e -57f
# bi
*"; * il F iF E g
Ed3 cR55 =' : i = ' i $ i oe x-
lfi L
Fn aa ,l t: O.
5' * 5' 0 F ? F
R F
o.E r .x
s.'E g E *
71t r F R'A S
q3 F 6' ts
s o.
*F$$B IF AF'"H R *
E. E H Z Fgao Fi'oa a rE o et r b E oo 6
oo
-A
E.<
E tL
*
.:.
0
F' 0rl
*
5
- .:
SP 3li
6;
o!r
=q
o
2q'u
6 Eh .'
gus$i ep sEsElritfliEs
gE F[Eqi e EFsgs;E;F;ir5 pa F E € - F * - € - [ H - E l
Fg gf=:
'-ggg'gEElg { 5^o
T = E.s'9H 3 EE F H g +ii Ioq HP s s EEFE
Pq9
a z
6P S!) ii ti-
94tr
o. f o
-_i
(,|
N.) 5 A
\o
O
=
z
-.t t.J NJ
\OH OO
H
-,
H
(A CD
F0 P.t g+.
H xp\t( r
l+
U)
oa
rA
o\dQ
NJ
AVJIH
O
w;-{\-
\r) .Y-\
..
Htts
t\)
5 N)
oo
tJ
\.-
-St*
\?
- \\
/
/l
//
\JJ
n
16
X
/\ ; iA
=
q/
?
f-
(./)
vl Hl IJJ
NJ I
K
N) N)
a o
:J
z
A (D
rr t
Fr-
! '0a
:r
J
^ 0a
(D
!t 5
o
v
X
V sRo
F
o
(t
{
(l
*J
:l5ot
€gs
d-:- vc
T^e 6 3
-
r+gi
7Y g 5 x
g c?H.F FdJ
0Q-
{O
gE
F,i
ts 10
oi l i
:- F.
$s asF p
H.FgFq
t r cr i J
tr -: E X.d
M E E -E R
D
=
\s $$'Fs
E . f , '"
YVE 3 >X > rd; E E! B oe-
(9
Y'f
.:: tr
^r\.
Qgt
=a
- =. ;i
= ': J.
o-r
NJ
F
o'
-0a
z
z
v2
Fo trl > 3F F( lJ.>
I rF
q= :-qts P Y
r-l
/\w
PP
/ a-
Y/
F
P9a c, ;ZH P
H
**
'^
qf
z
E
z
H
'r-'
qC
R
tr
H' @
F; -r
11
ssE
a)e=
et-tr x F =
B FFFF ^skq3fi
E
a
35 F fi
+XcD
H
P
z
F=
L=
E tr> -
3.
X
a
F z
-
ilE sE€ $gff f $F$€ * i F E E - B e Bg F .
lJ
EtsEl *F$H -i $ FHF' = r H E** € sg E 5H E E z
d q; $ FF *EE Hggr
fFE$6r:H4EGF E g
i FF E ; E g g
g g$ g+*is+$+E $ EF q ^ E s g" ;
0q ^-J" P
qF EFg$EF " g$EBgt *Hr$ u gH
*cg F -F -$*$$e$ue
YVYYY
=g$ -s E. * u SE *
H
n
v m
=E
.
!r 1
i7m
r
z o z
Fri
O UJ
E q,.1
b .E n
-4
2
Lf t
F
z
-r-
v
m
'oH?o gr Eh H E 9V EV=A
taJ H
6
X
iailF 7-\J
EN)P
€
(,,t
]t,Nln A+:?
2.
2,(rZ
cn
F-
3X
v
n
SF
N
" t |l HF
[,.
z
ffi 2 P
r| }' { \- O.l ^)
(A
rr
(1 J
2Z
tE$$'$$$r$$-F$ESt
ggFs ss$$ $$$sss s$$E $gg
*
qaP
s F"5
*.H
*$eaF F€E -.N
3.E'l
t n i
N)
P oq
* *
aa z tr o- 7
"$
F'E
5F
PP
* z
-a
*- lu
F
*t r H ) >
fi8 5 p. 6
a'
P
F+ -
g.;
I
FAi
*
H 't r p56n'
F*
SFAg F
ag. H r o
"
Civ ts.DOD 9athB
5
Y
ai P
5
rl
=
( o: 1
-
O-
.; F
Y
sz x F: FF.qlE==sE'E
Y
V
V*F
o. t f
a- t l ar
x
=P
P,i-' o. bj E F":
"H B 6
3"H S sgA F"H sg P PE:
Fq Hfr E 6 X-H
zi r f
P?
=; =o
0q
gw
E(! Oa qi
g? A*iSEgI iE*; *E -gFEIE i IiFcg9ir.F;g+€E€F$gi=[ig r-g*t ':
liE =,E
E = 3 s 9i€gF
PE
Y
gg-**lgggrglg '*sFgEagr 5F:E*Fi lggE fii flatFa i?*rF;eE
"9.
O
g
'aj
15 rgfF Ftg g 5 .E .E E5 X *
FB 6B K trRS S trE E .E E .H X q ^'
qE 50- 71
7f
H A $ s 'i3B 5 [
qg$-e'E.FE ;ii aj a F ci'x F- o'
6 3 Ei6-E'H
x s.E; "sEF+E$[tr[fi
,f ,f ,f :! g g F.6 E *E EBF
o-rd
[-
t\) t-J
A
L'I
+
N) 5
t-
tiJ rE
-
tD U)
+t
5:6\
(D
( D5 F FD
E5'
't ro
n H
\
\r
t-e.
.a
,/o
re e.
z U) F
tJ tJ
{
N)
oo
,'i a-
d
@-^
\o :1
zo
N)
NJ
o\ s oa U)
@
o
UJ
t'J
(D
t\) A
h
v{.H *
E E I oc
th
!5
I YV
a
!a
l..tf
F
a
!y
&
o- r
8P
# 8 H0a
Yg^ ! *3 g
sFF.q6' Fg7{7(
E.
oe
F':E
Fo o Y n i', 35F.3 g!1
i|,09
(D
2-
E
5 s6 rg. F E E. B F SHS Fii-tr -
F $E.E$H8F$
cf.
s
H i i q +"
H
F l s E IAr
F
HF
ts
-
F+E.ftSFt g s[€ $st{ ;SHx
5'sr H' !F
+O
fiBF s E.fagEB ce iE T; F- F ii HEH' eF,H ,;
= HAil
R l !.
-'
V*
tr
efi E x-x-s R-ER-d
V
'fo
!H
s=oE55E5+?q ts :>>* >s ' >!
VY
E.!,r {gK
S'EHE H F
6E$$s $$E H Ft
F3 < 6 T
VYY
9f
C) 7i
a (A
{
o
,f
o oq
gq (! ,fv
AU
x.>{ Hlt Po
*F* F.$
Fl (rrfo)
F!
OA
P. N fio at 4Q
o 9D E
UPFV
X tl'(D F !3tr at A
fi E E EB N dP ='
*oq
4*E*Xs BP
H 5 'H - '*oa
F FE iE zF i;^X
y
F!
-3Fe P
^F
A)
=
!/
E :5 F
p- !t vl
tD.
A! 3.X.P . =9
; R A-'S F ts
A€E F< i.!1 5 S.t O E H.5 HF Hx o x :a ef;t3s
BH
o) Fe.
AP
.E 5
iiraD 6 ,f"d OED
aDXFD HXr-
K A'>
(})
NJ
I'l d.
-oo
Az P z
wtr L>
=F
n o E q>
a?
FP
AFJ
ql
ZH
ng F i;a
gE"l
t L9
r\)
L1'
w
O
ctr[E
Fi
Lhoon
:-
I9
: crt U JFL o l(A
zn
z (-
k.{ (_;
-1
Fi
Y
rr
ti
y
ge
y
5
n<
tD
y
F
D)
o
n
@
F; Fi o H<
oo
EA F
9"6
-858fi
Hf 5 F f
o
0a
@
H
a
o
q
H
r<
z
F<
\.
C,)
ut> -
z
P
P
F
E
z
P
H
n
X-
so
3.P
=E !l E r.+-<
i
V)
r<
tr P,nF SF# $$$A$E 8.6'HEHils;gI HBt z g F,EE-BsH s*
i'E
;$ H
-'8'- HA,: g H
E€[ HH€ F
$$EHlg g g3s
*Ei$ sgF$ 3aE g.g€
gHilE-3*g
F'Eiis fl lH s trF53 1* H9.9 F e a'9 s-Ffl F' Fx.rts 5 F 3s €* E E r x ;r rE i E7: Ea-B.X.sF:E
g F q* [ g g R o Fr$r [ € a
Sv
F
F z
F$.FF$
:-1
Fl
i-l
V)
m
iA
t-
h2 22
E?A
i2 ,7
H- DH
99E
FU
LTJ H
7- \ J (4. ;j
7( i^r
11
il
n
frl
aO E
z
P m
.\J
n
zxx
ll-X
ZEF Hfr Z
PHH H
n zt t!o2, FA E tr\
H
lt\'.
E
r=E
fti3 x Ztitr En{
.g€$gB.$$g$$fl$$ "F Bg*$rE
H
n
z
s$*$ss*$$e$sgtggs$$E t$sFsF$$E€$E€$F-B -.S$$$F s* $E {gt 1 ;g€g
*
qaP
SFE
tr
N OX (]s \'ji
:$ .R lt \XtsFnD
i$sEr
aa
t\) 5
'-o, 1J
6' ts *
5
l t rZ ,f d
rg
v >
it
Y
Y
)
$ F)
>
=7f
F
Y.
='
F
v
Y
v
F)
v
Y
/s )
,t
vv
oa
x *fo Y #q) d5 +
aDFD
3E+
il
F
v
o
FC 9) 5 0 t 't
v
axcr i D ) t r €-
y
I
P o'5 tr N) CD vut E
EF
Q'
aOQ
!!
B +A *5 E
V
ts i$
S F Eo > !r+i B
*
C
€g>
F X:.r 5 ODr
0r
vX
BQts ss E 0) s E s
ras g r
ao o89 5 ( D3 3 <
R 6 8. 'H F do. t q
3 ts> Fr(Dt
oa
o'
u)o
(ld
4-\
o3 D+
4(D
Q?
s5
3Zi
h5
F(D a= a(Io =il
s<
tDoQ
*
:
ErE
r
t
' G$E E 3 ! , * F r s= rr *=i gq ! ; E iE $ 6 i ' g p
F'F
d
=
E
7
I
S:<|
=
D
q
o- x D) i*'
q{
al i.'= -) ET@
,-
A).l
sa=$+ E
. +=Y . \ >X
a.7tr =' (D
='
P
I
eE .=5 +F
S-;
.:
p -EE E g FFe r
or=D)E) r j-'
+)qd@+O
.:
E
F9 E 6 E 6 S ii 3 ts=.3 E.3 5 g
o. ,l =' (D
-:ttQ
tilr CDo
-t
=7
o o- i ri
g a9 = =,,: .P3 :, 9Fs
F
:
l*snEq:E6n.a i 3 N .E F :f i,
E +='Ee,E 5 E g t'f. F I f x;'=1
f
=t
-
! : |t r =
9+ ii
-
di F Fr
ri
-tr=' qt :
-:
C
a
E E J. ETq
_
=.P
l'":5
SFHFD
PH^\
cDoa
r.
=.F
o:
:l 5
t
Fr
r^in p^Y
0qE
=F) Fil\ o r.f =.o
6n
@A oii
< zr
-
Y oc
€ =iE,H $, €
Y o-
f, 3 H
Yoq^ (Dii
P:Lh $ ! r+ i6 EEF g r E' 5. !
F=.5"E
,fF)6
0)0qD
ii T.
: 5 p9. :pO O Cg
s _
o
tD
0q
F
o
a
ssEir=Es*Etf q l H ;a [ a[f€l $'[+ l*sE s [gg$Es g:
F i3: =EFc.Eg
:EE H;EFa'E
E
F
*=F
sggtF9E rBriE3 sFsf aigtes$€ s+gF+F F S . + l ET s ; I q E E * e g 1 e H o * E "i qE€i
V
H H = OE
E*E+s$F$s d d- a=33
E H 3 e FH I s 3
I
^. *3. )-
e)K
0a
Frf
--*
!)
SEE
da4 q
,io
x.;*;5
c:
otr
$ iP)- _ . : =
+z r+F !
=
3s$s"'fi$*
!i 68"1.8 g sr s+ rg e s 1t a-ffi
h EP 66 6P 6rl
aa czqicF-=a7
IJ (.rl
o
^=
ds
TE
a* a
-*u[Ej
o
o
O
,i a
t
a
(!
oa
o\
NJ
(
o it
{\
+a
tJ
S*
.H
70 -
za
NJ tJ
{
oo
v
o\
O\H t'J
=u)
F!
--'1 SD
@ >-
(D
F
o
H H
7r (D \o=
€
'a'su
l'
4trr'
ra .l
o'
;r
oq v)
d
(D
4m>
Hh
7 U)
NJ
N)
A
oo
\J
{
F
z
v*'
{
CD
UJ
tJ
o
oo
i!
it
EA) P
co
.dfig .E B E.
t+E
A)
HFFF tr R
^-I a9
Yo-
d
V)
$9
OA ( Dii
NJ
H
*'>
*
H
'T,P
*a xF.
ts
o-llfi
HS^V
H tf
f e, EE 6 FF'F 9t r b( D
Ig Ei
i ilE EE F +EE9eg.
E 6 +S + o F ;' E 5 Jfr d . t r
CD
ct)
Y
E
o- !+ F.R
EETgHgg
a
^HFD rf
taF
€EF
^ 'r . s
FF < t i st o
*
l.J
{
a
xF
ii
P-pld.
€cfi
$ FE
\iJ
lJrX
o-
i$gEF -s5*R z
P
v2
<3 trtr ,>>
XO trt>
Z H /aW
AN
w
5
{
AE
Hf
r
H trl
n fi F i;a
M-l
dF? .D.D|t
H
oa
to
c'.E. p8.tr-e ,f n'3 o.tr +
.Fl 5 'odti
E .E > a- i'D ll
OA
Vo -
5
cr o
5E
Hll
cv
E*5
-ts* mDr!,
@=11 TDPFD$^
B9F
ra "^l F.Eq F*e Piite P€i+ OA H.E
H 5 Xts
fDHF X ^=
!'
5 H
RFF. E E. Fg *E'6 .
E,KF E T
{'= vY- '-
=- do . 3 .s 6 a cp Fr,
Y
*$
Y
Y
y
yr
*
n
F z
Fl
H
\o
HtJ- 1
uJ
TDS P
3ls ;
AAE.AE
o
\., v F; : +( D b6
BSS
9"6
;
@
lD
€H*g$$ n" H-
AB
5e F€
*EE€€
g FFFF
YY
gEfiF*HFfl$€S ^ un=H
EE *R'H
o)
taP
$$-FE HE
iA
H
=ts > 8 2 c.a ,2 H
-U
tr l
?
z= sl .r
X
Z\ i - l
z
(A
z
-
H E ta]
r<
i.l
F
-
z4 P
E>, 6 F4
HP.!
>s H2 -
;. ct)
lE> -
z
P
r<
3
E g E sF E $ flEH
F
g [n g sH€a r8E gC E
z
H
fEf,+sE$€ flEsE F *€E E -g*i : E s F
n
z
-qz
a\
f!
/a)
N)W
.t: (^A!=
l.)
is
g€g$nxs$$$E I+ g
pv
"c5F - 3 FE $ gFH F $H 5E E f cE
r$ g $€ $$-[ fl, .FS$f_l gE E$9," FB *_ F$-*E F$"
VYYYY
=$'HF"s g $ u5 $ HE
n
z
l^\
Fl
Z
e tri
= F!
i-.i
H
o
xs/
n:: G
H 'iZ
' A t se
ffii d
F
h cz
aP
eRn =z ( al 7A
Fla u)4 rI] -
a lrj
FEa$$rFsc lss$s*$E$sFt$$s '$gtr$$us$$E$$gF$g
FC
FFD
EX iix
z
ctrJ cr rtCD o=
[35f
o.d
fiE I
)J,e
-hir*
q
F *s'-
F* i 't r 556h'
-aaoci+
a Sf E EE .Y@ X.'5 s
s
F
FE.
3* 35
:' ii f=
fi
6
fi- a = 8 ts
F
Y
*
*
EEE
e
ri
I
pr J Y 6gry
2i
€p ) 5 $g€
H i
=FE!ig
,{6';
zP. z*
$ E S ES E "
dJ..-
v 3€ < x w.?fE .B E
F
$;D$Se
55
$N!
.F' -oqoQ rPg
FFE
E F;1i 1s3
= = I d 6 .d 6 .* ij
i (-o.x-o-x-o_FD r o tD O =. ( D t r . ( D l J xL
q
F; H2
:.' :<
o) f ,F
a<9
rE S : . +c i
.5Sv.
:.(\ll
s s,*
o ,l
a
'a\ 3
Y
aagEIEgFllggga
E eEtgiaE$EieEEEaEfi
i *EFs€c iEirg= fEi€:E; tEFIr€iFgEggEglE€E gg[i C:
= i'
$f; +E*s+F+e
o. Q,f ,F 5 o o ='o- ='o-<' F =.q d "L 5 F9- d 3 d 3 *d * x 6
'r -
o ' E r F d FE E 15+F fr qA
0q B $ g) :J t r g. ug. ir g) ,f g. .) F? 5 a f;F 5;'ej $S a'*q
gEa-59*aEBd
aa o.czFx-Ff:taz
_l
\o
tJ
t'
;-t
v) +
oq
P
-. a
.<
N . )K SE .N?
S4
>DD .| B
-t
N) tJ
{
oo
(,r)
N .) H O\ a-
o\
oo
vF1
'2\
|d5
za
N)
A N)
oo
t\.)
{
*
z
N
(1
/
o
?r
e
(D
?
t-j
(t)
ffi:jsa\
^ "'ts
v
v
y
a
o
)l
yy*
'^:
*>
^:.
DA
rco
qt
v
ar
1 1 EJ!D+
0)
^P x '6
ts
o ).i
6A
Yo-
AH
^.
U)
I
{6
iDi
I=. gF o:i'g B g r'a
,l (r7fsr
6
E ;1 ; *E g=
sE *t +i
B"n
E 3 p: E .2
g
s
3
=.
3l .- op) 5 otDA) y
3+E40-H
; Q i o6g i $ goa
?T*3
o
a
t-
I
3E
rr3
P A
O) z q<
,r
J.
=E5;s i t l ig:E 5[ E € t rEg * P Eqj E EE i E . s fg F = ; $ -.i i as LE 7= Eg
Ee€f Eq
eE*FlgFE?3
Fs$F #a irEF sE3 3eF n F3 ?a"; E€i iF;
;3 ;:
3 E 3 E 5 *= =
ilrFris sisE ***gI:gsg{sE Fs $F eE $s: €aFr= a$[ ; :s : e=5.
F v vE*.i.*.t E i PX P F EdE F
.vF
(^) t r " t o a
l.J
(D
7
tJ
CA
-'P
2lAa)
O
!p=
?
e 0a tr=
CT
-=
O
3.
6
7
3e <
FD!) ( tJ a Ta hD= xJs pr
i o'c
E66i - H;1 3
o- r : t
UJ
E
d
t.HE =F dZ P> 72, z
XO f4> \<
;tsh\
F-J
PE
q/ /1
zn ;r
r' j .i n P
' $ .: i
Y
-
oa H
v
F
cD
y
g-P=
i\i q n<
Y
5 a)
*1 .. n
z
Fl
Fl
Hi a J-'
fr ;
ar ra
3Sr
9"6
"'EEE€
HF S d d
;v
-H
P
z
t=
>2
!.1 r.'
r Etr>
z
P
r
3
z
Fl
i
EB F 9.
i
Sx -
o
z
-
$Eg*t$$a5E €gtr t1* s g s E € EB B6$ .$ 3 -F
-
G'q
g * i a* g H E A' sS_ g €
E a. H H€ $ g
!-: t*s *Ei : Es e lfrEi ilix € rE'ii -1",f ggHq gs ; .E 3 H 1: 3 H= F
E gEt s€.EdE i 6e a
€,Egg"r
gEEFHis+r+#3+ !fE r<6tFs^.8
il <erh'9sF5'FR FF Wr
Sv
*'
eD R'H 5
f E x-g +d
' E e $ F E Hs € $ [ $ g
$ $$a5 *G-esHE-"i F E F qgHE' E Xa'=fiFe
EI EE .g B E E$ F E Sq ' F
i$S
z
Nr
CA
m
r4
a)
l-
-z A
2
A
22 F
n2
E8E 2Z E Era
fd
'U
LII d
x
O\
U JH
Z. \ ; I F 7- L' r 4'i ; . 1
CD
{H Fq
O ?F
yw( r l (,r
3EL H it s
z(A z
\7\
\
X r'F
"Fn
L
=o Fcz cnt
n2F ';o*l
-l frai \m
iiz
H
?o
ag rr1
n v
H
n
4
d
H
8$$gtgi$$R$.E -s$sRF-$i BgttflE
€ -*
qQ)
SFE
\il
IFgE nt F
gldH
UJ
---'l
I
l
Il a'
qx g
**
,i
aa 7 3
x- if :1 a,7 ^- w s A
;.
(Y
.t
5
oa
5e
OK
5FE .
o. a $xr
,fa !D F@n *- * a
^-;i * I
lfiZ
=P -33_ ^-
^3 fF
E d 3 *d
R 3 d
f x- = '> o) = . o: i !
v!.;.n
|i r
c9
o. t r
b; |=
.=
#
^Kv-=:uD5* g=_e( oa
. F; r r '5sl e
o)
v *'
- E.
F
6 rr'
g r
s 6t0$f
$I.=:.=
PeP fi3F
+H
={
q
x !l L o, 9
H<
-14 F;
$F Jr f
a<9
i: . qcxi E
o. x- o- r P = 'o tr.o = o4: P o P "
3
t r o- r f o $ o =5 5 x {
Y S- E+
.+\9.
S
c rtFEr ;E'gE:FIEaErgfl
=i'
$fE*; +s$$ss
=9
= 'o
o o: 'o - FaFA -dE
6' S -f
o^ Rf 3=
= : Ti ='^ 9.-
0?$T0,j-p :J i+F S:
di3 s 3 + r 86.1s s s F 3 a 3 1f gffi
o--a
a'
A.
'
Fr-l
n o
E
(D
o
-.
G3
tJ E 5 j := OtJ
U,
(D
IJJ
1 =1 e+ == o =
a-.gC DF
t(n'trU)
NJ tJ
{
6
o\ \o
N)
=c A 6t r
E
---;*'
\*:-*
F
oa (h
li
A
\ i lr \F r.\J:[ d$"--" .ri
lliry
7v)
N)
I-J
5
oo
N)
{
(D
oq
(D
to.
p
-
d.
V*H
-rf
F
f
=
i5
AE
oii
Ya-
AH
,t
a (/)
FC
{
(!
tf
(D-. 7l-
gF
6u
l-1
A
s j
*'
N
YVY za'E
oi
?r d
H
5
X ts F K;X i i 0a i D = l i
!r i,
5Fl
+
6 -o'* ='
:FB E EF eH HW E .; D?Etr.;iPFP:
H 7i
o
F CD if.
a-i
^E8H "" -d6
X Ee
8 E5 = 8 AiiE. B' F- ' S H
gT i. E E HEE
sFas tFF t q n'*; 6-FE =
A. F Eii"AsE6*
t E e n E T; F- b
Y H F? 5 X -
d H FH -PA. H 9
HA F FF F g F F E F **5 F [ *E
,fq
!t
H "? H r 7i
{E K
3. = ,
$$E$$ € 8€ F F H 3'E
dH
tD
d 5E
E.
kFv
^^D
= 'Y
*eue$$$ trs$g
510 oaF
QP
H (D
eD
*@
da s
S
g.
F9(D
!?
o
U=FV
!aii
;; i 5r f^o ; rt r .
5
/v'
9"
5
oc:oq
H . + o ax - E = , i 6* e p : g g- = j
F PE E lo F ii H 5 ri ; i-
Y
h
- i= 9r .D'
^
O- st
A) ;:
a.H z H.5 F ,L..F *
Y
oOn' HEE PO9
<
eii +.8 Axx6x
FRFPZ
FD.
AH
!o
*io
5FR
tirre
E x xo. Fti
E A'>
LAMPIRAN V Hasil Observasi
133
Hasil Observasi Sebelum Tindakan Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Jum’at, 17 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Matahari, Bulan, Bintang Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 3 4 1
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 2 4 1
46,67
53,33
20
26,67
6,67
13,33
26,67
134
6,67
BSB √
Koordinasi BSH MB
BB
√
BSB √ √
Kelincahan BSH MB
√ √
BB
√ √
√
√ √
√
√ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√ √
√
√ 6
3
5
2
√ 7
3
4
1
40
20
33,33
13,33
46,67
20
26,67
6,67
Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 1 Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Selasa, 21 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Bencana Alam Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB
√ √
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB
√ √ √
BSB
Koordinasi BSH MB
√ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√
√
√
√ √
√ √
√
BB
√
√ √ √ √ √ √ √ √
√
Kelincahan BSH MB
√
√ √ √ √ √ √ √ √
BSB
√ √
√
√ √ √ √ √ √ √
BB
√
√
√
11
2
2
-
11
2
2
-
11
2
2
-
10
3
2
-
73,33
13,33
13,33
-
73,33
13,33
13,33
-
73,33
13,33
13,33
-
66,67
20
13,33
-
135
Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Rabu, 22 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Bencana Alam Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB
√ √
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB
√ √
BSB
Koordinasi BSH MB
√ √
√
√ √ √
Kelincahan BSH MB
√
√
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
BB
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √
BSB
√ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √
BB
√ √
√ √ √ √
√ √
12
-
1
2
12
-
1
2
11
1
1
2
12
-
1
2
80
-
6,67
13,33
80
-
6,67
13,33
73,33
6,67
6,67
13,33
80
-
6,67
13,33
136
Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 3 Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Jum’at, 24 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Bencana Alam Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 2 2
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 2 1 2
73,33
66,67
-
13,33
13,33
13,33
6,67
137
13,33
BSB √ √
Koordinasi BSH MB
BB
BSB √ √
Kelincahan BSH MB
√
BB
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √
√ √ 10
1
2
66,67
6,67
13,33
√ 2
√ 10
2
1
2
13,33
66,67
13,33
6,67
13,33
Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 1 Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Selasa, 28 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Gunung Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 2 -
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 2 -
86,67
86,67
13,33
-
-
13,33
-
-
138
BSB √ √
Koordinasi BSH MB
BB
BSB √ √
√ √
Kelincahan BSH MB
BB
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ 12
3
-
80
20
-
-
√ 12
3
-
-
-
80
20
-
-
Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 2 Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Rabu, 29 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Gunung Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 2 86,67 13,33 -
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 2 86,67 13,33 -
139
BSB √ √
Koordinasi BSH MB
BB
√ √
BSB √ √ √
Kelincahan BSH MB
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ 12 80
BB
3 20
√ -
-
√ 12 80
2 13,33
1 6,67
-
Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 3 Kecerdasan Kinestetik Anak TK Model Sleman Kelompok B Hari/Tanggal: Jum’at, 31 Mei 2013 Tema Sub Tema
: Alam Semesta : Gunung Hasil Pengamatan
No
Nama Anak
1 FAZA 2 CINTA 3 TISYA 4 DEA 5 AZKA 6 FIFI 7 LIA 8 GALEN 9 RAAFI 10 DZAKI 11 CALVIN 12 ADRIAN 13 KEEFA 14 KEENAN 15 RAUF Jumlah Persentase (%)
Keseimbangan Statis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 2 -
Keseimbangan Dinamis BSB BSH MB BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 1 -
86,67
93,33
13,33
-
-
6,67
-
-
140
BSB √ √ √
Koordinasi BSH MB
BB
BSB √ √ √
√
Kelincahan BSH MB
BB
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
2
-
-
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
86,67
13,33
-
-
93,33
√
1
-
-
6,67
-
-
LAMPIRAN VI Foto Penelitian
141
Foto Penelitian:
Keterangan: anak dan guru melakukan pemanasan sebelum bermain Kucing dan Tikus.
Keterangan: persiapan bermain Kucing dan Tikus pada siklus I
142
Keterangan: kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada siklus I
Keterangan: persiapan bermain Kucing dan Tikus pada siklus II
143
Keterangan: kegiatan bermain Kucing dan Tikus pada siklus II
Keterangan: anak dan guru melakukan pendinginan setelah bermain Kucing dan Tikus dengan membentuk lingkaran es krim.
144
Keterangan: anak dan guru melakukan evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan.
145