MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI INDEX CARD MATCH SISWA KELAS II SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN
JURNAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Khairul Cahyaningrum NIM 10108244091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 1
PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI INDEX CARD MATCH SISWA KELAS II SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN THE IMPROVEMENT OF KINESTHETIC INTELLIGENCE THROUGH INDEX CARD MATCH FOR SECOND GRADE OF SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN Oleh: Khairul Cahyaningrum, Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa melalui model pembelajaran aktif tipe Index Card Match pada siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan Penelitan Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) dengan model spiral Kemmis dan Taggart yang terdiri dari tahap perenanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah peningkatan kecerdasan kinestetik.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Instrumen penilaian yang digunakan berupa lembar observasi dan pedoman pengamatan kinestetik siswa.Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif dan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mencari rerata hasil kinestetik siswa setiap siklus. Rerata hasil kinestetik siswa tersebut dideskripsikan dengan menggunakan model alur yang terdiri dari proses pengumpulan data, pengolahan data dan kesimpulan. Hasil rata-rata kinsetetik siswa pada Siklus I adalah 18,64%. Sedangkan, pada siklus II meningkat menjadi 88,78 %. Jadi, model pembelajaran aktif tipe Index Card Match dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. Kata Kunci: kecerdasan kinestetik, model pembelajaran aktif, Index Card Match Abstract This research aimed to improve the kinesthetic intelligence students through active learning model type Index Card Match in second grade students of SDN Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. This research is a Class Action Research (Clasroom Action Research) in a spiral model from Kemmis and Taggart comprising the steps of planning, implementation, observation and reflection. The subjects were second grade students of SDN Minomartani 6 Sleman Yogyakarta totaling 28 students. The object of this research is to increase kinesthetic intelligence. Collecting data in this research using the method of observation, interviews, and documentation. Assessment instruments used in the form of observation and observation guidelines kinesthetic students. The data analysis techniques used arequantitative descriptive analysis technique and qualitative descriptive analysis technique, by finding the average results of kinesthetic students each cycle. The mean results of the student kinesthetic described by using a model consisting of a process flow of data collection, data processing and conclusions. The average yield kinestheticstudents in first cycle is 18.64%. Whereas, in the second cycle increased to 88.78%. Thus, active learning model types can increase the Index Card Match kinesthetic intelligence in second grade Elementary School of Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. Keywords: kinesthetic intelligence, active learning model, Index Card Match
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015
Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2005:
PENDAHULUAN Anak usia sekolah dasar berada pada masa
44), menyebutkan salah satu tugas perkembangan
yang merupakan masa
pada masa kakak-kanak akhir adalah belajar
perkembangan anak yang luar biasa. Anak pada
keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
usia tersebut mempunyai potensi yang sangat
seperti lari, lompat dan sebagainya. Keterampilan
besar
fisik
operasional konkret
untuk
mengoptimalkan
segala
aspek
tersebut
adalah
termasuk
kecerdasan
perkembangan kecerdasan anak termasuk aspek
kinestetik. Sehingga akan timbul keseimbangan
kecerdasan kinestetiknya. Seperti yang ditetapkan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003
Untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat
tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I pasal
dilakukan
1 menyebutkan bahwa:
meningkatkan
Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
dengan
berbagai
kecerdasan
cara.
Cara
kinestetik
dapat
diterapkan pada model pembelajaran yang akan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
digunakan.
proses pembelajaran agar peserta didik secara
pembelajaran
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
kecerdasan kinestetik peserta didik, salah satunya
memiliki
keagamaan,
adalah dengan menerapkan model pembelajaran
kecerdasan,
aktif tipe Index Card Match.
kekuatan
pengendalian
diri,
spiritual kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ada
berbagai
yang
macam
dapat
model
meningkatkan
Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6, ditemukan
Pada BAB VI bagian kedua pasal 17 ayat
beberapa
menetapkan
dasar
melaksanakan penelitian ini. Diantaranya adalah
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
kondisi peserta didik yang senang bergerak
jenjang pendidikan menengah. Hal ini berarti
kesana-kemari. Kondisi tersebut memang wajar
bahwa pendidikan dan proses kegiatan belajar
terjadi pada peserta didik kelas II yang memang
mengajar pada masa usia sekolah dasar harus
usia mereka masih tergolong pada peserta didik
benar dan sesuai dengan karakter pertumbuhan
kelas rendah. Namun kondisi tersebut menjadi
dan perkembangan anak. Karena jika tidak
tidak wajar ketika mereka bergerak kesana-
dikembangkan dengan baik dan benar, akan
kemari bukan pada saatnya. Mereka bergerak
menimbulkan
terhadap
kesana-kemari pada saat kegiatan pembelajaran
pertumbuhan dan perkembangan anak. Yang
sedang berlangsung, dimana kegiatan tersebut
apabila sudah terlanjur diimplementasikan kepada
belum memberikan instruksi peserta didik untuk
anak, akan sulit untuk diperbaiki.
bergerak kesana-kemari. Sehingga guru tentunya
(1)
bahwa
pendidikan
penyimpangan
faktor
membutuhkan
yang
mendasari
keterampilan
untuk
dalam
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 3
untuk
pembelajaran yang menarik dan sesuai untuk
mengkondisikan kelas. Guru juga harus memiliki
memfasilitasi gerak siswa agar dalam kegiatan
strategi agar kesenangan siswa dalam bergerak
pembelajaran, siswa tidak hanya mendapatkan
kesana-kemari tersebut dapat diarahkan dalam
materi pelajaran tetapi juga ada aspek yang dapat
kegiatan pembelajaran.
ditingkatkan.
mengendalikan
peserta
didik
dan
Berdasarkan yang saya lihat dan amati,
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
sebenarnya peserta didik dapat menerima materi
dengan guru kelas, guru mengaku belum pernah
pelajaran dengan baik. Hanya saja mereka sering
menggunakan model pembelajaran aktif dengan
kali merasa bosan dan jenuh jika kegiatan
tipe Index Card Match untuk proses kegiatan
pembelajaran tidak dimodifikasi menjadi kegiatan
pembelajaran pada kelas II. Namun guru kelas
yang menyenangkan. Guru menyampaikan materi
sering menggunakan model pembelajaran dengan
pembelajaran dengan metode ceramah, dengan
tipe permainan seperti TGT (Team Game
menggunakan metode tersebut tentunya kegiatan
Tournament). Disampaikan juga oleh guru kelas,
siswa hanya terbatas pada mendengarkan materi
bahwa proses kegiatan belajar mengajar dengan
yang disampaikan oleh guru saja. Padahal dalam
tipe permainan tersebut, ternyata ditemukan
materi pembelajaran yang disampaikan, guru
banyak peserta didik yang tidak berpartisipasi
dapat meningkatkan aspek-aspek yang dimiliki
secara aktif.
siswa. Salah satu aspek yang dapat ditingkatkan
Dilihat dari observasi yang dilakukan
adalah kecerdasan kinestetik. Kinestetik termasuk
terhadap guru kelas, guru kelas sebenarnya
didalamnya adalah motorik kasar dan motorik
mampu mengelola kelasnya dengan baik dan
halus. Guru belum memperhatikan bahwa dengan
memiliki kharisma tersendiri bagi peserta didik
kegiatan pembelajaran, tidak hanya materi yang
kelas II.Selain itu guru juga sering menggunakan
dapat disampaikan tetapi ada aspek yang dapat
metode-metode
ditingkatkan dari kegiatan pembelajaran tersebut.
lainnya, tetapi pada kenyataannya masih ada
Aspek-aspek
dapat
peserta didik yang berlarian kesana-kemari dan
misalnya
juga ada siswa yang tidak berpastisipasi aktif.
ditingkatkan
motorik dalam
kasar
yang
pembelajaran
kegiatan melompat, berjalan, berlari, menendang,
Guru
melempar,
pembelajaran
dan
lain-lain.
Sedangkan
aspek
pembelajaran
juga
jarang di
luar
yang
menarik
melakukan kelas,
kecerdasan
kegiatan
guru
kurang
motorik halus yang dapat ditingkatan misalnya,
mengoptimalkan
menulis, menggambar, melipat, menggunting,
siswa.Padahal
dan lain-lain. Tetapi pada kenyataannya, guru
penting bagi perkembangan dan pertumbuhan
belum memunculkan kegiatan tersebut dalam
peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh
pembelajaran karena guru menggunakan metode
Tony Buzan (Agus Efendi, 2005: 152), The
ceramah. Oleh karena itu, dibutuhkan model
power of intelligence akan membuat Anda
kecerdasan
kinestetik
kinestetik
sangat
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015
kembali
bersemangat
dalam
hidup
Anda,
menjadi
anak
yang
pasif
dan
tentu
saja
membantu Anda menjadi bugar, dan membantu
kecerdasan kinestetiknya akan berbeda dengan
Anda untuk dapat mengendalikan semuanya.
anak yang aktif. Menurut survei yang dilakukan
Selain itu Buzan juga menegaskan bahwa jika
oleh YPMA (Yayasan Pengembangan Media
kita memiliki kecerdasan fisik yang tinggi maka
Anak) tahun 2006 menemukan bahwa anak
kita akan memahami hubungan antara otak dan
menghabiskan 7 jam sehari untuk mengkonsumsi
tubuh, men sana in corpore sano, pikiran yang
media, mulai dari televisi, komputer, videogame,
sehat
sehat.
dan sebagainya. Diperkuat oleh data yang
Sebaliknya, badan yang sehat terdapat dalam
menyebutkan bahwa anak biasanya bermain game
pikiran yang sehat. Sehingga akan muncul
setelah pulang sekolah. Yang mengejutkan,
keseimbangan antara badan dan pikiran.
sejumlah responden (3%) mengaku bermain game
terdapat
dalam
badan
yang
Selain melihat kondisi pada peserta didik
sampai larut malam, di atas pukul 10 malam.
kelas II dan guru kelas II di SD Negeri Minomartani
6,
yang
kecerdasan kinestetik siswa, waktu yang dimiliki
ditemukan khususnya di daerah Sleman bahwa
banyak dihabiskan untuk bermain game online
anak usia sekolah dasar pada masa ini lebih
daripada
banyak melakukan kegiatan permainan yang tidak
melibatkan aktivitas fisik. Selain itu, hal tersebut
melibatkan aktivitas fisik. Perkembangan jaman
juga
dan
teknologi
partisipasi dalam kegiatan pembelajaran di dalam
berkembang sangat pesat, tidak terkecuali pada
maupun di luar kelas, bahkan pada pembelajaran
perkembangan permainan anak.Hanya dengan
yang
bermodalkan gadget saja, anak sudah disuguhkan
sekalipun. Sehingga aktivitas fisik anak tidak
oleh berbagai permainan yang menarik.Mereka
tereksplorasi dengan baik, yang tentu saja akan
dapat melakukan permainan tersebut kapan saja
berdampak pada kecerdasan kinestetiknya.
globalisasi
terdapat
pula
menyebabkan
fakta
Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi
dan dimana saja. Bahkan permainan tersebut
untuk
dapat
melakukan
berpengaruh
menggunakan
Sejalan
dengan
kegiatan
pada
yang
kurangnya
model-model
pernyataan
menarik
yang
dapat pula dilakukan secara online sehingga dapat
disampaikan Dave Meler (2002: 90) yang
berinteraksi dengan orang lain dalam permainan
menyebutkan bahwa gerakan fisik meningkatkan
itu. Jika sudah begitu, anak akan ketagihan untuk
proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat
melakukan permainan tersebut hingga berjam-
dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak
jam lamanya.
tepat di sebelah bagian otak yang digunakan
Anak yang terlalu banyak memainkan game
untuk berpikir dan memecahkan masalah.Oleh
online atau game pada gadget terlalu lama dan
karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti
sudah masuk pada zona ketagihan tentunya
menghalangi pikiran untuk berfungsi secara
aktivitas fisiknya sangat kurang, sehingga mereka
maksimal.Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 5
belajar cenderung membangkitkan kecerdasan
untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Tidak
terpadu manusia sepenuhnya.
hanya meningkatkan kecerdasan intelektualnya
Oleh
karena
itulah,
akan
dilakukan
kerjasama dengan guru kelas untuk melakukan penelitian ini sehingga memberikan solusi baru
saja, tetapi juga dapat meningkatkan kecerdasan yang lainnya seperti kecerdasan kinestetik Model pembelajaran aktif tipe Index Card
untuk
Match dipilih karena memiliki beberapa aspek
melalui
yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik
model pembelajaran aktif tipe Index Card Match
siswa. Seperti yang diungkapkan Muhammad
pada siswa kelas II.
Muhyi Faruq (2007: 6), pada usia kelas 1 sampai
bagi
dunia
meningkatkan
pendidikan
khususnya
kecerdasan
kinestetik
SD Minomartani 6 dipilih sebagai setting
3 SD, anak-anak masih diajarkan cara-cara gerak
penelitian karena situasi kondisi siswa dan guru
yang bersifat mendasar dan umum yaitu gerak
kelas
KKN-PPL
lokomosi, non lokomosi dan manipulasi. Gerak
secara
lokomosi terdiri dari berjalan, berlari, melompat,
menyeluruh mulai dari kegiatan pembelajaran
begulir, meluncur, dan meloncat. Gerak non
hingga mengamati sikap-sikap yang ditimbulkan
lokomosi terdiri dari meliukkan, mendorong,
oleh
menarik, meregang, mengayun, dan bergoyang.
II
sudah
diamati
berlangsung.Pengamatan
siswa
melakukan
sejak dilakukan
maupun
guru.Sehingga
pengamatan
tersebut,
dengan
ditemukan
permasalahan yang perlu untuk segera diatasi. Selain itu, SD Negeri Minomartani 6 juga sudah menerapkan kurikulum terbaru pada
Gerak
manipulasi
terdiri
dari
menendang,
melempar, memukul, menangkap, menghentikan dan mengubah arah. Ketiga gerak dasar tersebut adalah cara-cara
bahwa
untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik
kurikulum yang digunakan saat ini adalah
khususnya pada siswa kelas rendah. Melihat dari
kurikulum 2013. Guru kelas II sudah menerapkan
paparan
kurikulum tersebut, sehingga akan memudahkan
kecerdasan kinestetik tersebut, tentunya sesuai
dalam melaksanakan penelitian ini.
dengan
kegiatan
pembelajarannya.Diketahui
mengenai
cara
langkah-langkah
mengembangkan
penerapan
model
Kecerdasan kinestetik tidak selalu harus
pembelajaran aktif tipe Index Card Match.
dieksplorasi melalui kegiatan atau mata pelajaran
Karena di dalam langkah-langkah menerapkan
olah raga saja. Tetapi kecerdasan kinestetik juga
model pembelajaran aktif tipe Index CardMatch
dapat
proses
ada salah satu langkah yang menyebutkan bahwa
kegiatan pembelajaran selain kegiatan olah raga.
siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang
Selain menggunakan model pembelajaran yang
mereka bawa. Dalam proses mencari pasangan
sudah tersedia, guru dapat pula memodifikasi
kartu tersebut, kegiatan siswa dapat diarahkan
menjadi
dengan
diimplementasikan
kegiatan
ke
yang
dalam
tidak
hanya
menyenangkan, tetapi juga dapat bermanfaat
cara
memodifikasi
langkah-langkah
penerapan model pembelajaran aktif tipe Index
6 J urnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015
Card Match. Misalnya dengan cara memberikan
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
aturan-aturan khusus agar siswa melompat,
tindakan kelas (classroom action research) yang
berlari, dan sebagainya, sehingga kecerdasan
dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif,
kinestetik siswa dapat dikembangkan dengan
artinya penelitian tidak dilakukan sendiri namun
model pembelajaran ini.
bekerja sama dengan guru kelas. Ada tiga
Tentunya pembelajaran ini selain cocok diterapkan
untuk
kelas
rendah
pemikiran kritis yang muncul dari keberadaan
karena
bentuk penelitian menggunakan metode tindakan
pembelajaran ini menggunakan tipe permainan,
kelas.Ketiga pemikiran kritis yang dimaksud
juga melibatkan berbagai anggota tubuh.Oleh
yaitu, ide yang muncul, suatu grup pendidikan
karena itu, dapat dikatakan bahwa model
dalam hal ini para guru-peneliti yang secara sadar
pembelajaran aktif tipe Index Card Match ini juga
bersinergi, dan adanya komitmen dari mereka
dapat meningkatkan 3 ranah penilaian pada siswa,
terhadap peningkatan subjek yang diteliti agar
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
menjadi lebih baik (Sukardi, 2013: 17). Penelitian ini menciptakan kolaborasi dan partisipasi
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas
antara
pendamping.Sejak
peneliti awal,
peneliti
dan dan
guru guru
II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta
pendamping saling mengkomunikasikan dan
tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Oktober
terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan bulan November 2014.
observasi dan refleksi penelitian. Selanjutnya ini
untuk proses pelaksanaannya, peneliti memantau,
dilakukan di dalam ruangan kelas II maupun di
mencatat dan mengumpulkan data. Kemudian
halaman
menganalisis
Tempat
penelitian
SD
tindakan
Negeri
kelas
Minomartani
6
Sleman.Alasan dipilihnya ruangan kelas II dan
data
dan
melaporakan
hasil
penelitian.
halaman sekolah karena kedua tempat tersebut tempat dimana kegiatan sering dilakukan dalam permainan pembelajaran.
fisik Selain
siswa itu,
(olahraga) juga
Subjek Penelitian
dan
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa
dikarenakan
kelas II SD Negeri Minomartani 6 tahun ajaran
pembelajaran ini memerlukan aktivitas fisik yang
2014/2015
yang
berjumlah
28
siswa.
banyak, sehingga jika hanya memanfaatkan
Pertimbangan mengambil subjek penelitian ini
ruangan kelas saja tidak akan maksimal
karena peneliti pernah menjalani KKN-PPL di sekolah tersebut, sehingga peneliti mengetahui
METODE PENELITIAN
bagaimana proses pembelajaran, situasi dan
Jenis Penelitian
kondisi di kelas II.
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 7
g.
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan
Dapat
melakukan
gerakan
mengambil
ranting/daun 2. Pelaksanaan Tindakan
oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart pada
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama
1988 (Sukardi, 2013: 7), yang terdiri dari dua
pembelajaran berlangsung dengan dibantu oleh
siklus dan masing-masing siklus menggunakan
rekan sejawat untuk mengamati partisipasi anak
empat
tersebut
saat proses menempatkan posisi dan mencari
adalah perencanaan, tindakan, observasi dan
kartu berpasangan dengan cara melompat pada
refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait.
tumpuan yang telah ditentukan dan melakukan
1. Merencanakan Tindakan
gerakan kepala, tangan, kaki, badan seperti
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
contoh.
(RPP), RPP ini berguna sebagai pedoman guru
pembelajaran
dalam
kegiatan
Match.Selanjutnya hasil kegiatan siswa diamati
pembelajaran. Materi yang tertuang dalam RPP
dan dicatat sebagai hasil pengamatan oleh rekan
ini juga harus sesuai dengan kurikulum dan
sejawat yaitu guru kelas.
ketentuan yang berlaku.
3. Mengobservasi Tindakan
b.
komponen.Empat
kompenen
melaksanakan
Mempersiapkan
proses
lembar
observasi
Penelitian aktif
Oberservasi
untuk
ini
menerapkan tipe
tindakan
model
Index
Card
selema
proses
mengamati aktivitas siswa.
pembelajaran di dalam dan di luar kelas
c. Mempersiapkan sarana dan media yang akan
berlangsung
digunakan. Dalam penelitian ini, media yang
observasi yang teah dibuat. Observasi dilakukan
utama adalah kartu berpasangan.
untuk
d. Mengevaluasi kegiatan. Tujuannya adalah
kegiatan anak saat proses berlangsung. Hasilnya
untuk mengetahui keadaan siswa apakah dapat
langsung dicatat dalam lembar observasi.
mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan
4. Refleksi Hasil Pengamatan
kesulitan apa saja yang dialami.
dengan
melihat
secara
menggunakan
langsung
lembar
bagaimana
Data yang diperoleh pada lembar observasi
Indikator yang difokuskan dalam penelitian ini
dianalisis,
kemudian
dilakukan
meliputi:
refleksi.Pelaksanaan refleksi dilakukan bersama
a. Dapat melompat pada tumpuan
guru kelas dengan melakukan diskusi. Diskusi
b. Dapat menggambar jam analog
tersebut untuk mengevaluasi hasil tindakan yang
c. Dapat melakukan gerakan menyapu
telah dilakukan pada saat melakukan penelitian,
d. Dapat melakukan gerakan mengepel
kemudian melihat masalah yang muncul
e. Dapat melakukan gerakan menghapus papan
segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang
tulis
dilakukan dalam penelitian dan hasilnya. Setelah
f. Dapat melakukan gerakan mengelap kaca
itu mencari jalan keluar terhadap masalah-
dan
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015
masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat
adalah menganalisis data. Teknik analisis data
rencana
merupakan proses penyususnan data agar dapat
perbaikan
pada
tahap
kegiatan
selanjutnya.
ditafsirkan secara lebih mendalam. Menurut
Teknik Pengumpulan Data
Suwarsih Madya (2009: 75) analisis data dalam
Teknik
pengumpulan
data
dilakukan
penelitian tindakan diwakili oleh momen refleksi
dengancara sebagai berikut:
putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan
1. Observasi
refleksi, peneliti akan memiliki wawasan otentik
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
yang akan membantu dalam menafsirkan datanya.
cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai
pelaksanaan
proses
Analisis
data
yang
digunakan
dalam
kegiatan
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan
pembelajaran dengan model pembelajaran aktif
deskriptif kuantitatif, yaitu pengolahan data yang
tipe Index Card Match yang dilakukan di dalam
dikumpulkan
dan di luar kelas pada siswa kelas II. kemudian
Suharsimi
Arikunto
(2002:
mencatatnya ke dalam lembar observasi yang
deskriptif
digunakan
untuk
telah disediakan.
bahwa
2. Dokumentasi
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan dan
Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah catatan harian guru, bab-
melalui
tindakan
perubahan
ke
yang
arah
observasi.Menurut 209)
analisis
menggambarkan
dilaksanakan
yang
lebih
dapat
baik
jika
dibandingkan keadaan sebelumnya.
bab yang berisi materi pembelajaran yang dianjurkan guru maupun yang berasal dari buku-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
buku teks, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penelitian
(RPP), dan lain-lain.
1. Kondisi Awal Dari hasil observasi, ditemukan beberapa
3. Metode Ostensif Alat
pengumpul
data
ostensif
yang
hal
mengenai
kondisi
SD
Negeri
photograph
Minomartani 6 Sleman Yogyakarta, diantaranya
camera
recorder.
II
proses
pembelajaran
video
kelas
situasi
digunakan pada penelitian ini adalah slide dan
siswa
dan
Pengumpulan data dengan metode ini akan
adalah sebagai berikut:
memudahkan dalam analisis dan evaluasi, karena
1) Pada kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak
dapat dilihat kembali kondisi-kondisi yang terjadi
mendominasi, kegiatan yang dilakukan masih
melalui gambar dan video.
teacher center sehingga siswa tidak banyak melakukan
Teknik Analisis Data
aktivitas.
Siswa
lebih
banyak
mendengarkan guru menjelaskan pembelajaran.
Setelah data diperoleh dan dikumpulkan,
2) Siswa banyak yang tidak memperhatikan guru,
maka langkah selanjutnya dalam proses penelitian
siswa terlihat lebih asyik dengan kegiatan mereka
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 9
sendiri. Bahkan ada beberapa siswa yang jalan-
hanya diam cukup lama menunggu giliran untuk
jalan kesana-kemari.
melakukan kegiatan selanjutnya.
3) Pada saat kegiatan piket, masih banyak siswa
6) Saat kegiatan mengerjakan LKS secara
yang tidak melakukan gerakan piket secara
berpasangan, ada beberapa siswa yang tidak ikut
efektif.
mengerjakan dan hanya menyerahkan tugasnya
2. Hasil Penelitian Siklus I
kepada pasangannya saja.
Dalam kegiatan penelitian pada siklus I ini,
7)
ditemukan
beberapa
pembelajaran.
hal
Diantaranya
Pada
kegiatan
prsentasi
LKS,
guru
dalam
kegiatan
menanyakan siswa apakah ada yang ingin maju
adalah
sebagai
mempresentasikan. Tetapi hanya beberapa siswa
berikut:
aja yang antusias, pada pertemuan II yang
1) Kegiatan pembelajaran sudah dilakukan
antusias hanya siswa yang sama. Sedangkan
dengan baik oleh guru dan sudah sesuai dengan
siswa yang lain lebih banyak diam.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat
Dari
hasil
refleksi
di
atas,
kegiatan
(RPP).
pembelajaran yang dilakukan sudah baik dan
2) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai
dengan model pembelajaran aktif tipe Index Card
pembelajaran
Match.
Kegiatan
pembelajaran
juga
dengan
langkah-langkah aktif
tipe
kegiatan
Index
Card
Match.Kegiatan juga sudah banyak melibatkan
menyenangkan dan sudah tidak didominasi oleh
aktivitas
untuk
meningkatkan
kecerdasan
guru.Siswa berpartisipasi aktif dari awal hingga
kinestetik, hanya saja pelaksanaannya kurang
akhir.
maksimal. Card
Untuk kegiatan selanjutnya pada siklus II
Matchdilakukan secara sistematis. Siswa terlihat
dapat dilakukan dengan memaksimalkan kegiatan
antusias mengikuti kegiatan yang dilakukan di
melompat pada siswa menggunakan media atau
luar kelas tersebut.
cara yang lebih baik agar kecerdasan kinestetik
4) Media tumpuan untuk melompat jaraknya
siswa lebih terlihat.
3)
Langkah-langkah
kegiatan
Index
terlalu dekat, Media kartu berpasangan juga
Selain itu media kartu berpasangan juga
siswa
dibuat lebih besar dari ukuran kartu berpasangan
menunjukkan kartu yang mereka bawa dan siswa
pada siklus I agar memudahkan siswa untuk
lain mencari kartu yang menjadi pasangannya,
mencari pasangan kartu mereka. Kegiatan juga
banyak siswa yang mengalami kesulitan mencari.
lebih dimodifikasi agar tidak ada waktu yang
5) Saat kegiatan pembelajaran dengan Index Card
terbuang sia-sia dan siswa tidak dibiarkan diam
Match
saja saat menunggu giliran untuk mengerjakan
kurang
besar.
Sehingga
berlangsung,
guru
pada
saat
kurang
mampu
mengatur waktu. Akibatnya banyak siswa yang
kegiatan selanjutnya: 3. Hasil Penelitian Siklus II
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
bahkan berlarian kesana-kemari sehingga tidak
terlihat lebih baik dan lebih sistematis dari
memperhatikan pelajaran.Kegiatan siswa yang
pelaksanaan siklus I. Guru sudah mampu
dapat
mengaplikasikan
pembelajaran
kecerdasan kinestetik juga tidak terlihat, padahal
menggunakan model pembelajaran aktif tipe
dalam materi yang diajarkan seharusnya bisa
Index Card Match dengan baik.
dimodifikasi dengan model-model yang menarik
kegiatan
Siswa juga terlihat lebih antusias serta lebih paham dalam melakukan permaian menggunakan model
tersebut.
Hasil
kegiatan
melompat,
dioptimalkan
untuk
meningkatkan
yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa. Kemampuan siswa dalam kegiatan pada
menyapu, mengepel, menghapus papan tulis dan
siklus
I
pertemuan
mengelap kaca juga meningkat dari kegiatan pada
peningkatan.Kegiatan
siklus I.
sebelumnya
belum
I
mengalami
pembelajaran
yang
menggunakan
model
pembelajaran yang meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa, sudah mulai diterapkan model
Pembahasan Hasil Tindakan Untuk mengetahui hasil awal kecerdasan
pembelajaran aktif tipe Index Card Match pada
pada
kegiatan tersebut.Siswa terlihat antusias dalam
tersebut
mengikuti kegiatan pembelajaran, intensitas siswa
dilakukan untuk mengamati kegiatan apa saja
yang asik sendiri dengan kegiatan mereka pun
yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan
mulai berkurang. Namun guru masih terlihat
kinestetik siswa pada proses pembelajaran.
bingung dalam menerapkan model pembelajaran
Ketika proses pembelajaran berlangsung, terlihat
aktif
belum
menerapkan.
kinestetik kegiatan
siswa, pra
ada
dilakukan
tindakan.
kegiatan
observasi
Observasi
yang
memaksimalkan
tersebut
karena
baru
pertama
kali
kecerdasan kinestetik siswa, kegiatan masih
Kemampuan siswa dalam kegiatan pada
banyak didominasi oleh guru dengan bentuk
siklus I pertemuan II lebih baik dan lebih
pengajaran konvensional. Siswa belum banyak
meningkat dari pertemuan I. Guru dan siswa
terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
sudah mulai terlihat berkoordinasi dengan baik,
Kemampuan
kegiatan
walaupun masih terdapat beberapa kekurangan
menghapus
dalam pelaksanaannya seperti media yang kurang
mengambil
besar dan jarak tumpuan untuk melompat terlalu
ranting/daun dan menggambar jam terlihat masih
dekat.hal tersebut yang mendasari dilakukan
belum
perbaikan pada siklus II.
melompat, papan
siswa
menyapu,
tulis,
mengepel,
mengelap
mencapai
ditetapkan.Kegiatan
dalam
kaca,
kriteria
melompat
siswa
yang jarang
Hasil pengamatan siklus I menunjukkan ada
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, padahal
peningkatan dari kegiatan pada pra tindakan,
siswa terlihat banyak berjalan-jalan sendiri
meskipun peningkatan tersebut tidak signifikan.
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 11
Siswa sudah mulai aktif, guru tidak banyak
tindakan, siklus I dan siklus II. Dari yang
mendominasi
sebelumnya
kegiatan
pembelajaran.
Tetapi
kegiatan
pembelajaran
belum
karena baru pertama kali dilakukan, siswa dan
menggunakan model pembelajaran aktif yang
guru masih terlihat bingung dalam melaksanakan
dapat
model pembelajaran aktif tipe Index Card
kemudian
Match.Ada beberapa hal pada kegiatan siklus I
menggunakan dan kecerdasan kinestetik siswa
yang perlu diperbaiki di siklus II.Beberapa hal
mulai dioptimalkan. Hingga pada kegiatan siklus
tersebut diantaranya meliputi perbaikan media
II kecerdasan kinestetik siswa meningkat.
meningkatkan pada
kecerdasan
siklus
I
kinestetik,
sudah
mulai
Model pembelajaran aktif tipe Index Card
dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kemampuan siswa dalam kegiatan pada
Match
ini
dapat
meningkatkan
kecerdasan
mengalami
kinestetik karena di dalam pelaksanaan model
peningkatan yang cukup banyak, guru lebih
pembelajaran tersebut banyak sekali melibatkan
lancar dalam menerapkan model pembelajaran
fisik siswa.Hal ini sesuai dengan teori yang
aktif tipe Index Card Match.Selain itu siswa juga
diungkapkan oleh Howard Gardner (2003:36),
terlihat
bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan
siklus
II
pertemuan
sudah
mulai
I
terlihat
hafal
dengan
urutan
pelaksanaan model pembelajaran tersebut.Siswa
menyelesaikan
lebih mudah diatur dan lebih antusias lagi dalam
menggunakan seluruh badan seseorang atau
pembelajaran.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sebagian badan. Model pembelajaran aktif tipe
untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik juga
Index Card Match dalam prosesnya melibatkan
dilakukan dengan baik oleh siswa.
siswa secara aktif seperti yang disampaikan oleh
Kemampuan siswa dalam kegiatan pada
masalah
atau
produk
mode
Melvin L. Silberman (2006: 250), bahwa Index
sangat
Card Match atau Pencocokan Kartu Index ini
signifikan.Hal ini dikarenakan kegiatan yang
merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk
dilakukan
meninjau ulang materi pelajaran.
siklus
II
pertemuan
dengan
II
meningkat
menggunakan
model
pembelajaran aktif tipe Index Card Match sudah
Model
pembelajaran
yang
aktif
dan
dilakukan pada pertemuan sebelumnya, sehingga
menyenangkan seperti Index Card Match ini
siswa
memperbaiki
cocok untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik,
pertemuan
hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya.Akibatnya hasil yang didapatkan
oleh Salasiah pada tahun 2010 yang berjudul
menjadi lebih baik dan maksimal.Tercatat 80%
“Pengembangan
lebih dari jumlah siswa mencapai kriteria yang
Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Anak
ditetapkan.
Usia 7-9 Tahun Di SDN Karang Besuki 1
hanya
kesalahan
mengulang
yang
terjadi
dan pada
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatkan dari pra
Malang”.Penelitian
Model
Permainan
tersebut
Untuk
menyimpulkan
bahwa pada kegiatan bermain, semua aspek
12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015
kecerdasan anak semakin berkembang, salah
yang
satunya kecerdasan kinestetik anak. Kecerdasan
pembelajaran aktif tipe Index Card Match
kinestetik lebih menekankan pada kemampuan
sehingga
seseorang dalam menangkap informasi dan
kinestetik siswa. Aspek tersebut diantaranya
mengolahnya
adalah
sedemikian
cepat,
lalu
dapat
diselaraskan
dapat
dengan
meningkatkan
melompat,
model
kecerdasan
menyapu,
mengepel,
diaplikasikan dalam wujud gerak, yakni dengan
menghapus papan tulis, mengelap kaca dan
menggunakan badan, kaki, dan tangan.Selain itu,
menggambar jam. Hal tersebut juga dibuktikan dari hasil
hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengembangan
model
permainan
untuk
pengamatan
yang
didapatkan
pada
saat
mengembangkan kecerdasan kinestetik harus
pelaksanaan penelitian. Tercatat bahwa sebelum
menyenangkan dan mudah dilakukan siswa serta
tindakan, kecerdasan kinestetik siswa kurang
diharapkan
diperhatikan
dapat
meningkatkan
kecerdasan
karena
kegiatan
pembelajaran
bersifat konvensional dan belum menggunakan
kinestetik.
model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa. Sedangkan pada kegiatan siklus I dan II
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
terjadi peningkatan pada kecerdasan kinestetik
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model
siswa,
pembelajaran aktif tipe Index Card Match dapat
kinestetik mereka karena guru menerapkan model
meningkatkan kecerdaan kinestetik pada siswa
pembelajaran aktif tipe Index Card Match.
kelas II SD Negeri Minomartani 6 pada tema 3
Tercatat bahwa pada siklus I terdapat rata-rata
sub tema 2 Tugasku Sehari-hari di Sekolah.
18,64% atau 5 siswa dari jumlah 28 siswa yang
Pelaksanaan model pembelajaran aktif Index
kecerdasan kinestetiknya masuk pada kriteria
Card Match sesuai dengan langkah-langkah yang
keberhasilan
ada, namun dilakukan modifikasi agar model
terdapat rata-rata 88,78% atau 24 siswa dari
pembelajaran aktif tipe Index Card Match dapat
jumlah 28 siswa yang kecerdasan kinestetiknya
digunakan
masuk
kinestetik
untuk siswa.
meningkatkan Modifikasi
kecerdasan tersebut
siswa
pada
mulai
dapat
minimal.
kriteria
mengembangkan
Sedangkan
keberhasilan
siklus
II
minimal.
Sehingga terjadi peningkatan sebesar 79,16%
memperhatikan dan menyesuaikan dengan materi
atau
pembelajaran yang sedang berlangsung. Materi
kinestetiknya masuk dalam kriteria keberhasilan
yang digunakan adalah materi pada tema 3 sub
minimal dari hasil pengamatan pada siklus I ke
tema 2 tentang Tugasku Sehari-hari di Sekolah.
siklus II.
Dalam materi tersebut terdapat beberapa aspek
sebesar
19
anak
yang
kecerdasan
Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 13
DAFTAR PUSTAKA Agus Efendi. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.
L. Silberman, Melvin. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. 2006. Bandung: Nusamedia.
DPR dan Presiden RI. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Diakses
Meler, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.
dari
http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhuk
Muhammad Nuh. 2013. Kurikulum 2013.
um/fcpt1328331919.pdf.pada tanggal 5 Mei
Diakses
dari
2014, Jam 09.15 WIB.
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikelmendikbud-kurikulum2013.pada tanggal 10
Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2005. Perkembangan
Peserta
Didik.
Juni 2014, Jam 11.30 WIB.
Malang: Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian
UMM Press.
Suatu Pendekatan Praktek. rev. ed. Jakarta: Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences.
Rineka Cipta.
Batam: Interaksara. Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kidia. 2010. Media dalam Kehidupan Anak (Fact Sheet).
Diakses
dari
http://www.kidia.org/panduan/tahun/2010/bu lan/11/tanggal/01/id/171/.Pada Juli 2014, Jam 17.45 WIB.
Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
tanggal
10
Suwarsih Madya. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (action research). Bandung: Alfabeta.