Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Sri Mulyani (09220110) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa calon peer counselor SMK Cinde Semarang? (2) Bagaimana kontribusi layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa calon peer counselor SMK Cinde Semarang?. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa calon peer counselor SMK Cinde Semarang; (2) Mengetahui kontribusi layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa calon peer counselor SMK Cinde Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). dengan rangkaian siklus berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi Subjek penelitian adalah siswa kelas XI TKR SMK Cinde Semarang yang berjumlah 10 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian : (1) Sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok rata-rata tingkat kecerdasan emosi pada calon peer counselor adalah 124,6 dengan kategori sedang; (2) Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklusnya ada 2 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan kelompok hanya dibatasi pada pelatihan calon peer counselor. Prosedur pelaksanaannya mengacu pada tahapan layanan bimbingan kelompok yang meliputi tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran; (3) Tingkat kecerdasan emosi calon peer counselor setelah diberi tindakan (siklus 1 dan siklus 2) adalah 139,2 dengan kategori tinggi. Hasil ini menunjukan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa (calon peer counselor) di SMK Cinde Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan Bimbingan kelompok dapat meningkatkan kecerdasan emosi siswa calon peer counselor di SMK Cinde Semarang, diterima. Kata Kunci : kecerdasan emosi, bimbingan kelompok, peer counselor PENDAHULUAN Kenyataan di lapangan tenaga konselor sekolah masih sedikit. Hal itu terjadi di SMA Cinde Semarang. Sekolah ini hanya memiliki tenaga konselor sekolah yang berjumlah tiga orang ditambah dengan satu guru PKK yang ditempatkan sebagai konselor sekolah, padahal sekolah ini memiliki ruang kelas berjumlah 18 kelas dengan total murid berjumlah 720 orang. Hal ini memberikan dampak pelayanan konseling terhadap siswa belum dapat dilakukan secara optimal. Hal yang perlu diperhatikan dari siswa SMA Cinde Semarang adalah permasalahan dalam hubungan interpersonal dengan teman sebaya. Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, tidak jarang dijumpai siswa yang berkonflik dengan sebayanya (berkelahi, adu mulut), saling menghujat ketika ada perbedaan pendapat, membentuk kelompok secara eksklusif (geng), tidak peka terhadap teman yang mendapatkan masalah, tidak menghargai teman yang sedang menyampaikan pendapat atau gagasannya. Pengelolaan emosi siswa masih labil dan membutuhkan layanan bimbingan yang bertujuan meningkatkan kecerdasan emosi siswa. Berdasarkan paparan di atas, melalui penelitian ini akan berupaya untuk meningkatan kecerdasan emosi siswa calon peer counselor melalui bimbingan kelompok. SMA Cinde Semarang 94
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
dipilih sebagai setting penelitian karena di sekolah tersebut belum ada program pelatihan calon peer counselor. Harapannya, dengan adanya program pelatihan calon peer counselor memiliki peluang untuk membentuk kelekatan antar siswa karena kontak yang terjadi jauh lebih lama. Kelekatan antar siswa akan memberikan kepercayaan pada siswa untuk bercerita tentang permasalahan yang dialami kepada peer konselor. Proses konseling yang terjadi antar teman sebaya dapat menumbuhkan rasa saling empati, saling percaya dan menciptakan hubungan yang baik sesama siswa. Hal ini merupakan faktor penting bagi pembentukan kecerdasan emosi siswa. Berdasar pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang timbul antara lain : 1. Jumlah tenaga konselor di SMK Cinde belum ideal. 2. Adanya keengganan atau rasa sungkan di kalangan remaja untuk melakukan proses konseling dengan konselor sekolah karena adanya anggapan aktivitas tersebut bersifat kaku. 3. Layanan konseling di SMK Cinde Semarang masih terbatas pada layanan klasikal dan perorangan serta belum dilaksanakannya pelatihan calon peer counselor. 4. Banyak siswa yang berkonflik dengan sebayanya (berkelahi, adu mulut), saling menghujat ketika ada perbedaan pendapat, membentuk kelompok secara eksklusif (geng), tidak peka terhadap teman yang mendapatkan masalah, tidak menghargai teman yang sedang menyampaikan pendapat atau gagasannya. 5. Kecerdasan emosi yang rendah akan berakibat pada rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif, kenakalan remaja, tindakan kriminal atau bahkan gangguan jiwa.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Juntika Nurihsan (2003:31) menjelaskan bimbingan kelompok sebagai usaha yang dilakukan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli. Isi dari kegiatan ini terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial. Penjelasan ini senada dengan definisi bimbingan kelompok oleh Gazda (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:309) bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan pemberian informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.
Pengertian Peer Counselor Peer Counselor adalah Seseorang yang menjadi konselor bagi teman sebayanya. De Benedetti (dalam Suwarjo, 2012:40) mengungkapkan bahwa, keterampilan dasar peer counselor meliputi dua 95
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
hal yaitu keterampilan mendengarkan dan keterampilan menyampaikan pesan. Berikut akan dipaparkan tentang keterampilan dasar peer counselor.
Pengertian Kecerdasan Emosi Chaplin (dalam Safaria, 2005:23) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. Cooper dan Sawaf (dalam Efendi, 2005:172) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber energi manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh. Sedangkan Goleman (2000:45) menyatakan bahwa: Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah dapat memunculkan konflik interpersonal. Hal ini ditegaskan oleh Sullivan (dalam Safaria, 2005:24) bahwa penyakit mental dan perkembangan kepribadian terutama sekali lebih banyak ditentukan oleh interaksi interpersonalnya daripada oleh faktor-faktor konstitusionalnya. Bhurmester (dalam Rodiah, 2008:19) mengemukakan 5 aspek dalam kompetensi interpersonal yakni sebagai berikut. a. Kemampuan untuk Berinisiatif b. Kemampuan untuk Bersikap Terbuka (Self Disclosure) c. Kemampuan untuk Bersikap Asertif d. Kemampuan untuk Memberikan Dukungan Emosional e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik Interpersonal
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) dengan rangkaian siklus berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI TKR SMK Cinde Semarang yang berjumlah 10 orang. Metode dan Alat Pengumpulan Data Setiap penelitian ilmiah memerlukan pengumpulan data yang ditunjukkan untuk mendapat data dari responden. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang akurat, relevan, dan reliabel. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui angket dan observasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan yaitu angket kecerdasan emosi dan pedoman observasi. 96
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dan data kualitatif digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan kelompok.
HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitian (Pra-Tindakan) 1. Pemilihan Calon Peer Counselor Berdasarkan hasil diskusi dengan guru BK dan guru bidang kesiswaan, peneliti mentapkan 10 siswa yang akan diberi tindakan untuk menjadi peer counselor. Ke-10 siswa tersebut adalah ANS, ASP, EDP, GP, AAF, AHR, SAW, MAP, CDN, FSA. 2. Tingkat Kecerdasan Emosi Sebelum Pelaksanaan Tindakan Sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok ada 4 calon peer counselor yang masuk kategori tinggi dan 6 calon peer counselor masuk dalam kategori sedang untuk tingkat kecerdasan emosinya. Rata-rata kecerdasan emosi calon peer counselor adalah 124,6. Rata-rata itu masuk pada kategori sedang. Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus 1 Jumlah calon peer counselor yang masuk kategori tinggi adalah sama dengan yang masuk kategori sedang untuk tingkat kecerdasan emosinya, yakni 5 siswa. Rata-rata kecerdasan emosi calon peer counselor adalah 131,2. Rata-rata itu masuk pada kategori sedang. Selanjutnya, untuk melihat seberapa besar peningkatan kecerdasan emosi calon peer counselor, maka perlu disajikan data hasil pretest dan posttest 1 sehingga hasil keduanya bisa dibandingkan. Perbandingan inilah yang menjadi tolak ukur peningkatan kecerdasan emosi calon peer counselor. Tabel 1. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest 1 Tingkat Kecerdasan Emosi Nama Skor Kategori Skor Kategori Peningkatan Subjek Pretest Posttest 1 ANS 136 Tinggi 142 Tinggi 6 ASP 140 Tinggi 144 Tinggi 4 EDP 138 Tinggi 148 Tinggi 10 GP 124 Tinggi 134 Tinggi 10 AAF 118 Sedang 124 Sedang 6 AHR 128 Sedang 134 Tinggi 6 SAW 112 Sedang 122 Sedang 10 MAP 108 Sedang 110 Sedang 2 CDN 120 Sedang 132 Sedang 12 FSA 122 Sedang 128 Sedang 6 Tabel di atas menunjukan bahwa semua calon peer counselor mengalami peningkatan kecerdasan emosi setelah diberi tindakan pada siklus 1. Besarnya peningkatan antara 2 sampai 12. Peningkatan tertinggi dicapai oleh CDN sedangkan peningkatan paling rendah dicapai oleh MAP. 97
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Terjadinya peningkatan kecerdasan emosi pada calon peer counselor dipengaruhi oleh beberapa hal, khususnya konselor dan calon peer counselor yang mampu melaksanakan perannya secara ideal sehingga dinamika dalam kelompok benar-benar bisa tercipta dengan baik. Berikut akan ditampilkan visualisasi grafik perbandingan hasil pretest dan posttest 1 tingkat kecerdasan emosi siswa calon peer counselor. Berdasarkan hasil pengamatan dan posttest 1 peneliti bersama dengan observer melakukan refleksi. Adapun hasil refleksi adalah sebagai berikut: 1) Proses pelaksanaan bimbingan kelompok sudah berjalan dengan baik. konselor dan calon peer counselor sudah bisa melaksanakan peranannya secara optimal. Namun demikian, konselor harus tetap memberikan stimulus khususnya bagi calon per counselor yang belum terlalu aktif di dalam kelompok, agar tidak terjadi dominasi pada salah satu calon peer counselor. 2) Berdasarkan hasil perbandingan antara hasil pretest dan posttest 1 bisa disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok secara efektif bisa meningkatkan kecerdasan emosi pada calon peer counselor. Rentang peningkatan kecerdasan emosi yang diungkap melalui angket psikologis antara calon peer counselor juga tidak terlalu tinggi. Meskipun sudah ada peningkatan kecerdasan emosi pada calon peer counselor di siklus 1, tetapi konselor akan tetap melaksanakan siklus ke-2 untuk lebih meningkatkan kecerdasan emosi pada calon peer counselor. Selain itu pada siklus 2 topik yang dibahas juga dibedakan dengan siklus yang pertama. Jika pada siklus yang pertama topik bahasannya lebih ditekankan pada keterampilan berkomunikasi, di siklus yang ke-2 topik bahasan lebih diarahkan pada pemahaman tentang kecerdasan emosi. 2. Siklus II Jumlah calon peer counselor yang masuk kategori tinggi berjumlah 9, sedangkan yang masuk kategori sedang hanya ada 1. Rata-rata kecerdasan emosi calon peer counselor adalah 139,2. Rata-rata itu masuk pada kategori tinggi. ini artinya bahwa terjadi peningkatan (rata-rata) kecerdasan emosi yang signifikan pada siswa calon peer counselor. Selanjutnya, untuk melihat seberapa besar peningkatan kecerdasan emosi calon peer counselor, maka perlu disajikan data hasil pretest dan posttest 2 sehingga hasil keduanya bisa dibandingkan. Perbandingan inilah yang menjadi tolak ukur peningkatan kecerdasan emosi calon peer counselor yang merupakan data akhir penelitian. Tabel 2. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest 2 Tingkat Kecerdasan Emosi
98
Nama
Skor
Subjek
Pretest
ANS ASP EDP GP AAF
136 140 138 124 118
Kategori
Skor
Kategori
Peningkatan
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
14 8 8 16 18
Posttest 2 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
150 148 156 140 136
AHR SAW MAP CDN FSA
128 112 108 120 122
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
142 134 122 134 130
Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
14 12 14 14 8
Tabel di atas menunjukan bahwa semua calon peer counselor mengalami peningkatan kecerdasan emosi setelah diberi tindakan pada siklus 2. Besarnya peningkatan antara 8 sampai 18. Peningkatan tertinggi dicapai oleh AAF sedangkan peningkatan paling rendah dicapai oleh ASP, EDP, dan FSA. Terjadinya peningkatan kecerdasan emosi pada calon peer counselor dipengaruhi oleh beberapa hal, khususnya konselor dan calon peer counselor yang mampu melaksanakan perannya secara ideal sehingga dinamika dalam kelompok benar-benar bisa tercipta dengan baik. selain itu, pemilihan teknik yang tepat juga sangat menentukan efektivitas dari layanan yang diberikan. Berikut akan ditampilkan visualisasi grafik perbandingan hasil pretest dan posttest 2 tingkat kecerdasan emosi calon peer counselor. Tingkat Kecerdasan Emosi Setelah Pelaksanaan Tindakan Data tingkat kecerdasan emosi setelah pelaksanaan tindakan sebenarnya sudah disajikan pada pembahasan di atas. Pada bagian ini peneliti hanya akan menyajikan data pretest, posttest 1, dan posttest 2 agar tampak jelas adanya peningkatan yang berkala dari sebelum pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan siklus 1, dan pelaksanaan tindakan siklus 2. Tabel 3. Perbandingan Hasil Pretest, Posttest 1, dan Posttest 2 Tingkat Kecerdasan Emosi Nama Subjek ANS ASP EDP GP AAF AHR SAW MAP CDN FSA Rata-rata
Skor Pretest 136 140 138 124 118 128 112 108 120 122 124,6
Skor Posttest 1 142 144 148 134 124 134 122 110 132 128 131,2
Skor Posttest 2 150 148 156 140 136 142 134 122 134 130 139,2
Pengujian Hipotesis Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah bimbingan kelompok dapat meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMK Cinde Semarang. Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha). Untuk pengujian Ha diubah menjadi hipotesi nol (Ho), bimbingan kelompok tidak dapat meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMK Cinde Semarang. Dalam pembuktian Ha dan Ho akan diterima atau ditolak maka jumlah rangking/jenjang yang kecil kita bandingkan dengan tabel hargaharga kritis dalam tes Wilcoxon dengan taraf kesalahan 5%. 99
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tabel 4. Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon No.
AK
Pretest X1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mc Wl Tr Vd St Tn Bm Aj Gf Dn
136 140 138 124 118 128 112 108 120 122
Posttest 2 X2 150 148 156 140 136 142 134 122 134 130 Jumlah
Selisih (X2-X1)
Jenjang
14 8 8 16 18 14 12 14 14 8
6,5 2 2 9 10 6,5 4 6,5 6,5 2
Tanda Jenjang + 6,5 0 2 0 2 0 9 0 10 0 6,5 0 4 0 6,5 0 6,5 0 2 0 55 0
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas untuk uji Wilcoxon jumlah jenjang yang terkecil nilainya adalah 0. Nilai T tabel dengan N = 10 taraf kesalahan 5% untuk tes 1 fihak (one tail test) nilainya adalah 8. Ini berarti jumlah jenjang terkecil = 0 < dari T tabel = 8, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMK Cinde Semarang. Pembahasan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa calon peer counselor SMK Cinde Semarang; (2) mengetahui kontribusi layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa calon peer counselor SMK Cinde Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian tindakan. Sesuai dengan prosedur, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat rangkaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Dalam pelaksanaan sesungguhnya ada 2 siklus yang dilakukan oleh peneliti dimana pada setiap siklus ada 2 kali pertemuan/tindakan. Untuk peningkatan kecerdasan emosi yang diungkap melalui skala psikologis datanya adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kecerdasan emosi calon peer counselor sebelum diberi layanan bimbingan kelompok adalah 124,6 masuk dalam kategori sedang, dengan persebaran 4 calon peer counselor yang masuk dalam kategori tinggi dan 6 calon peer counselor masuk dalam kategori sedang. 2. Tingkat kecerdasan emosi calon peer counselor setelah diberi layanan bimbingan kelompok siklus 1 adalah 131,2 masuk dalam kategori sedang, dengan persebaran 5 calon peer counselor yang masuk dalam kategori tinggi dan 5 calon peer counselor masuk dalam kategori sedang. 3. Tingkat kecerdasan emosi calon peer counselor setelah diberi layanan bimbingan kelompok siklus 2 adalah 139,2 masuk dalam kategori tinggi, dengan persebaran 9 calon peer counselor yang masuk dalam kategori tinggi, dan hanya 1 calon peer counselor yang masuk kategori sedang.
100
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
4. Hasil uji hipotesis yang menunjukan jumlah jenjang terkecil = 0 < dari T tabel = 8, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Data-data tersebut semakin dikuatkan dengan data hasil observasi pelaksanaan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 dan 2 dapat disimpulkan: (1) Konselor telah melaksanakan perannya dengan baik, mampu bersikap terbuka, dan selalu memberikan stimulus/dorongan kepada calon peer counselor untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan, (2) Teknik yang digunakan oleh konselor berupa permainan dan life modeling secara efektif mampu mengakomodasi nilai-nilai dari keterampilan berkomunikasi dan kecerdasan emosi, (3) Kesukarelaan calon peer counselor, sikap terbuka dan mau belajar, saling menghormati diantara calon peer counselor, dan tidak adanya dominasi diantara salah satu calon peer counselor.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok rata-rata tingkat kecerdasan emosi pada calon peer counselor adalah 124,6 dengan kategori sedang. 2. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklusnya ada 2 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan kelompok hanya dibatasi pada pelatihan calon peer counselor. Prosedur pelaksanaannya mengacu pada tahapan layanan bimbingan kelompok yang meliputi tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. 3. Tingkat kecerdasan emosi calon peer counselor setelah diberi tindakan (siklus 1 dan siklus 2) adalah 139,2 dengan kategori tinggi. Hasil ini menunjukan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa (calon peer counselor) di SMK Cinde Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjuan Psikologis. Yogyakarta: Kanisisus. Campbell et al. 2002. Multiple Intelegences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press. Djemari Mardapi. 2004. Kurikulum berbasis Kompetensi Mendeteksi Potensi Peserta didik. Direktorat Pendidikan menengah Umum: Depdiknas. D. Goleman. 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Erlangga. F. D. Rahayu. 2006. Efektivitas Penggunaan Konsep Diri dalam Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Tunarungu. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. H. Gardner. 2003. Multiple Intelegences (Kecerdasan Majemuk teori dan Praktik Terjemahan). Batam: Intel Aksara. M. Firman. 2005. Delapan Kecerdasan Manusia. Majalah Cakrawala 6 Januari 2005. 101
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
M. Nur Wangid 2007. Menuju Self-Regulated Konselor. http//:bk-uny.ac.id. (diunduh Desember 2012). N. Zuriah. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Malang: Bayu Media. Siti Rodiah. 2008. Model Peer Counseling untuk Meningkatkan Kecerdasan Sosial Siswa di SMA. Tesis. Bandung: UPI Bandung. Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi. Semarang: Unnes Press. Sugiyono. 2012. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Sutrino Hadi. 2004. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi Offset. Suwarjo. 2012. Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) “Pemanfaatan Interaksi Remaja dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di SLTP dan SLTA”. Makalah (disampaikan dalam Seminar Nasional). Kudus: UMK Kudus. Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta. Ubaydillah. 2004. Selayang Pandang IQ, EQ dan SQ. Makalah (disampaikan dalam Seminar Nasional FKIP UMS Solo). Solo: FKIP UMS. W. Danardono. 2007. Kompetensi Kecerdasan Emosi Mahasiswa Ditinjau Dari Status Keikutsertaan Pada Kegiatan Ekstra Kampus. Tesis. Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta. Zaenal Mu’tadin. 2005. Mengembangkan Keterampilan Sosial. http//:e-psikologi.com. (diunduh Desember 2012).
102
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING