Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BEHAVIOR PADA SISWA Lilik Widosari (10220121) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu 1) Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa MTs Fatahillah 2) Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompoknya, serta 3) Bagaimana keefektifitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Fatahillah Rejosari, Karangawen, Demak. Kemudian tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kedisiplinan siswa MTs Fatahillah Rejosari, mendeskripsikan pelaksanaan bimbingan kelompok siswa MTs Fatahillah Rejosari, dan untuk membuktikan efektifitasan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Fatahillah Rejosari. Sedangkan untuk objeknya adalah kelas VIII A dan berfokus pada 9 anak. Serta subjek penelitian ini adalah guru BK dengan menggunakan metode angket, observasi, wawancara serta dokumentasi. Lalu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Fatahillah Rejosari terbukti efektif karena terjadi perubahan berupa peningkatan tingkat disiplin dari 75,1% ke 75,6% setelah dilakukannya tindakan bimbingan dan konseling sebanyak dua siklus. Ha yang berbunyi “Layanan bimbingan kelompok dengan teknik behaviorial efektif meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VIII di MTs Fatahillah Rejosari Karangawen” diterima. Saran yang diberikan adalah: 1) Orang tua hendaknya turut serta dalam upaya membentuk disiplin diri siswa 2) Sekolah memberikan satu ruangan khusus untuk ruang konseling untuk keefektifan pelayanan bimbingan konseling oleh guru BK 3) Guru BK ulebih terampil dan sering melakukan layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior ini dalam upaya meningkatkan kedisiplinan para siswa. Kata Kunci: Layanan Bimbingan Kelompok, Teknik Behavior, Kedisiplinan PENDAHULUAN Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah.Salah satu faktor yang berasal dari peserta didik yaitu disiplin belajar yang rendah, yakni perilaku siswa yang tidak mematuhi peraturan dan kurang tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya dengan meningkatkan disiplin belajar para peserta didik. 56
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Menurut Widodo (2009), Bentuk indisipliner siswa antara lain, perilaku membolos, terlambat masuk sekolah, ribut di kelas, ngobrol di kelas saat guru sedang menjelaskan mata pelajaran, tidak mengenakan atribut sekolah secara lengkap, dan menyontek. Perilaku indisiplin siswa tersebut apabila dibiarkan akan membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar maupun sikap mental para siswa, ketidakdisiplinan akan mengganggu pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan lancar salah satu upaya yaitu, dengan meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK di MTs Fatahillah Rejosari Karangawen pada tahun ajaran 2012-2013, bahwasanya sebanyak 40% dari jumlah seluruh siswa ± 450 siswa mengalami disiplin belajar yang rendah. Dari keterangan guru BK, masih banyak siswa terkesan kurang serius bahkan kadang terkesan belajar semaunya sendiri dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat diketahui pada saat pelajaran beRlangsung banyak siswa yang datang terlambat dalam masuk kelas, tidak pernah mencatat, suka ngobrol dengan teman, siswa tidak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru karena sibuk mengerjakan PR bidang studi yang lain, lambat dalam mengumpulkan tugas maupun PR. Perilaku tersebut timbul karena banyaknya penyebab, misalnya aktifitas siswa yang menyebabkan rasa letih dan jenuh sehingga dalam menerima pelajaran siswa malas dan kurang serius, siswa tidak suka dengan guru bidang studi tertentu, adanya rasa takut dan menganggap pelajaran tertentu sulit dan lain sebagainya. Dan akibatnya prestasi belajar siswa menurun dan proses belajar siswa terganggu. Siswa yang disiplin belajarnya rendah ini membutuhkan pemahaman diri agar mereka sadar dan bisa bertanggung jawab serta merubah perilakunya agar dapat disiplin belajar. Maka dari itu perilaku disiplin belajar rendah ini membutuhkan intervensi secara intensif ataupun khusus. Maka, berdasarkan pemaparan situasi tersebut penulis termotivasi untuk membahas, mengkaji dan melakukan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan judul Upaya Meningkatkan Disiplin Siswa
Melalui
Layanan
Bimbingan
Kelompok
di
MTs
Fatahillah
Rejosari,
Karangawen,
Demak.Sekaligus sebagai salah satu syarat untuk lulus strata satu dan mendapatkan gelar sarjana pendidikan di IKIP Veteran Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Disiplin Disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan (I.G. Suwarso pada buku Moh. Shochib, 2010:21). Sedangkan pengertian disiplin yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, 57
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
dbs). Sehingga disiplin dapat diartikan sebagai sifat bertanggung jawab seseorang terhadap suatu peraturan-peraturan. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Sukardi (2008:24) yang menyatakan bahwa:“Bimbingan kelompok sebagai layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari- hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.” Jadi bimbingan kelompok bimbingan kelompok adalah suatu layanan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam dimensi kelompok yang dipimpin oleh seorang pembimbing atau konselor, yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dalam upaya pengembangan wawasan dan ketrampilan serta pengembangan pribadi. Pengertian Teknik Behavior Pendapat aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Sedang fokus utama behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulasinya. Skinner menekankan pentingnya control terhadap perilaku. Menurutnya jika ilmu pengetahuan dapat menyediakan cara untuk mengontrol perilaku, kita dapat memastikan dan mengidentifikasi penyebabnya. Behaviorisme memandang manusia sangat mekanistik, karena menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep mengenai stimulus-respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulan ( Dede Rahmat Hidayat, 2011:126). Teknik konseling ini dapat diterapkan dengan cara: 1) Modifikasi perilaku, 2) Pembanjiran, dan 3) Terapi aversi serta 4) Pemberian hadiah dan hukuman.
METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling, yang terdiri dari rangkaian kegiatan berupa perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi sebanyak dua siklus. penelitian tindakan menurut Suharsimi Arikunto (2010:129) adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri utama dalam penelitian ini adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
58
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Setting, Subjek dan Objek Penelitian 1. Setting Penelitian a. Tempat
: MTs Fatahillah Rejosari, Kecamatan Karangawen, Demak
b. Waktu
: Bulan Januari s/d Mei 2014
2. Subjek Dan Obyek Penelitian a. Subjek b. Objek
: 9 siswa kelas VIII A : Satu Guru BK sebagai Kolaborator (Sriwati, S.Pd)
Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data: observasi (berupa pedoman observasi untuk guru BK dan respon siswa), wawancara, dokumentasi dan angket (berupa penyebaran angket pada prasiklus dan pasca siklusnya) Teknik Analisis Data Metode yang digunakan ada dua yang pertama: metode analisis yang akan dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan data-data hasil penelitian untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai penelitian yang dilakukan. Jika memungkinkan, analisis deskriptif tersebut dapat juga didukung dengan analisis kuantitatif dengan tabulasi data hasil penelitian yang dilakukan penulis. Kedua Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Jenis desain yang digunakan adalah One- Group Pretest- Postest. Desain tersebutdigambarkan sebagai berikut:
O1 x O2 Gambar 1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design Keterangan: O1 :
Kedisiplinan siswa VII MTs Fatahillah Rejosari Karangawen
sebelum dilakukan layanan
bimbingan kelompok (prasiklus) X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII MTs Fatahillah Rejosari Karangawen). O2 : Kedisiplinan siswa VII MTs Fatahillah Rejosari Karangawensetelah dilakukan layananbimbingan kelompok (pasca siklus)
HASIL PENELITIAN Sebelum masuk pembahasan hasil penelitian, adapun proses dan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:
59
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Tabel 1. Perbandingan Perolehan Skor Guru-Siswa Pada Siklus I-II Dan Skor Angket Pra Siklus-Pasca Siklus Guru No
Hasil Penelitian
Siklus I
Siswa
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Pra
Pasca
Siklus
Siklus
1
Skor Perolehan
19
22,5
21
541
541
545
2
Presentase (%)
47,5 %
56,2%
46,5%
75,1%
75,1 %
75,6 %
3
Kriteria
Sedang
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Dengan melihat tabel diatas dapat dijelaskan dengan rincian pembahasan dari tiap siklus, sebagai berikut: a. Deskripsi Siklus I Dan Siklus II Pada Guru BK Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa guru sebagai kolaborator mendapatkan perolehan skor sebanyak 19 dari skor maksimalnya yaitu sebanyak 44 pada siklus I dan mengalami peningkatan menjadi 22,5 pada siklus II. Sedangkan presentasenya pada siklus I sebesar 47,5% dengan kriteria sedang dan meningkat sebesar 8,7% menjadi 56,2% dengan kriteria baik. Adanya peningkatan sebesar 8,7 % bia dikarekan oleh beberapa hal diantaranya adalah: 1) Guru sebagai kolaborator sudah mengetahui apa kelemahan-kelemahannya dalam memberikan layanan BKp kepada siswa pada saat siklus I, sehingga dapat memperbaiki caranya memberikan layanan BKp pada siklus II. 2) Belum adanya ruangan khusus untuk BK merupakan hambatan bagi kolaborator karena harus mempersiapkan tempat atau ruangan lain untuk memberikan layanan BKp kepada siswa secara efektif dan maksimal. 3) Sekolah sedang diadakan renovasi sehingga pada saat tindakan dilaksanakan baik pada siklus I maupun siklus II menjadi hambatan tersendiri, karena suasananya kurang kondusif. 4) Kurang terampilnya guru sebagai kolaborator juga menyebabkan layanan kurang maksimal, misalnya pada saat kolaborator berusaha memfasilitasi siswa untuk lebih aktif namun BKp menjadi terhenti sesaat. b. Deskripsi Siklus I Dan Siklus II Pada Siswa Dari hasil penelitian siklus I respon siswa sebesar 46,5% termasuk dalam kriteria sedang dan meningkat menjadi 50% dengan kriteria baik. Untuk perolehan skor dari skor maksimal sebanyak 44, pada siklus I memperoleh 21 poin dan 24 pada siklus II. Peningkatan presentase respon siswa sebesar 3,5% menunjukkan adanya peningkatan juga dalam pemahaman siswa terhadap pentingnya kedisiplinan siswa, ini juga dikarenakan ketertarikan siswa menjadi meningkat karena guru sebagi kolaborator menggunakan media laptop dan film animasi tentang disiplin diri. Namun belum 60
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
maksimal karena sebagian besar siswa yang mengikuti layanan masih pasif dalam mengungkapkan pendapat dan sibuk mengobrol sendiri dari pada memperhatikan penjelasan dari kolaborator. c. Deskripsi Hasil Perolehan Skor Pra Siklus Dan Pasca Siklus Untuk hasil dari angket, pada angket pra siklus didapatkan skor 541 dan presentase sebesar 75,1% dari skor maksimal sebanyak 720 yang didapat dari perkalian skor maksimal masing-masing siswa dengan jumlah siswa yang mengikuti layanan. Skor perolehan angket pasca siklus meningkat4 poin menjadi 545 poin sehingga presentasenya menjadi 75,6%, meningkat 0,5 % dari presentase angket pra siklus. Peningkatan sebesar 0,5% menunjukkan adanya perubahan tingkat disiplin antara sebelum dan sesudah diadakannya layanan BKp pada siswa MTs Fatahillah Rejosari. Hal itu disebabkan oleh keefektifan penelitian tindakan bimbingan konseling melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior yang telah dilaksanakan oleh guru BK selama dua siklus dengan topik bahasan mengenai pentingnya hidup disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior ini akan menunjukkan hasil yang lebih maksimal apabila sering dilaksanakan di MTs Fatahillah Rejosari untuk keefektifan siswa dalam pembelajarannya di sekolah.
KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil dari pembahasan penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa presentase layanan yang dilakukan oleh guru sebagai kolaborator sebesar 47,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 56,2%. Artinya ketercapaian indikator tidak tercapai, Karena berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini, peningkatan yang terjadi hanya sebesar 8,7% sedangkan pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, presentase minimal harus naik 15% dari kondisi awal (prasiklus) sebelum dilaksanakannya layanan. 2. Berdasarkan hasil dari pengamatan respon siswa saat mengikuti layanan BKp pada siklus I adalah sebesar 46,5%, dan meningkat menjadi 50% pada siklus II. Artinya ketercapaian indikator tidak tercapai karena peningkatan presentase respon siswa dari siklus I ke siklus II hanya sebesar 3,5%, sedangkan pada indikator keberhasilan telah ditetapkan bahwa minimal peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 15%. 3. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa presentase angket pada pra siklus sebesar 75,1% dan pasca siklus meningkat menjadi 75,6%. Artinya ketercapaian indikator tidak tercapai, Karena berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini setelah dilaksanakannya tindakan bimbingan dan konseling berupa layanan BKp dengan teknik behavior, peningkatan yang terjadi hanya sebesar 0,5% sedangkan 61
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan presentase angket pasca siklus minimalnya adalah harus naik 15% dari prasiklus. 4. Penelitian tindakan bimbingan konseling melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Fatahillah Rejosari Karangawen Demak karena perolehan skor dari prasiklus ke pasca siklus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Edisi Revisi: Psikologi Kepribadian. Malang: UMM press. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Banun Sri Haksasi.2008. Instrumentasi Bimbingan dan Konseling Non Tes. Salatiga: Widyasari Press. Bernardus Widodo. Keefektivan Konseling Kelompok Realitas Untuk Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa Di Sekolah, (Online). http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/3055, diakses 5 Maret 2014, Pkl. 11.00 WIB Dede Rahmat Hidayat. 2011. Teori Dan Aplikasi: Psikologi Kepribadian Dalam Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia ElizabethHurlock. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Kartini Kartono. 2000. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV. Rajawali. Liang Gie. 2000. Cara Belajar Yang Efisien Edisi Keempat. Yogyakarta: Gajah Mada Unipress. Moh Shochib. 2010. Edisi Revisi: Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri. Malang: Rineka Cipta Prayitno. 2004. Pedoman Bimbingan Kelompok. Padang: Universitas Padang Press. ______. 2012. Seri Panduan Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang Press. Prayitno dan Eman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. SISDIKNAS. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 TH.2003). Jakarta: Sinar Grafika Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta _______. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara. Sukiman. 2011. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Pembimbing. Yogyakarta: Paramitra.
62
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING