PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UPAYA KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI IMPLIKASINYA BAGI PEMBINAAN SUSTER-SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Sunarsi NIM: 081124039
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada persaudaraan para suster Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi yang telah memberikan kesempatan dan mendukung penulisan skripsi ini dalam menanggapi panggilan Tuhan dengan mewujudkan semangat hidup Ibu Rosa de Bie pendiri Kongregasi.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Untuk segala sesuatu ada waktunya……..” (bdk. Pkh. 3: 1).
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul:”UPAYA KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI: IMPLIKASINYA BAGI PEMBINAAN SUSTER-SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI” dengan latar belakang bahwa upaya pendalaman spiritualitas yang dilakukan oleh Kongregasi SFS selama ini belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para anggotanya; sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian. Spiritualitas kongregasi yang diwariskan oleh pendiri kepada generasi penerusnya dapat mengalami perubahan maupun berkurang bahkan bisa hilang karena perubahan zaman. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri pada masa kini agar nilai-nilai spiritualitas pendiri tetap aktual dan relevan. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri ini dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, dan kepemimpinan. Fokus penelitian ini adalah upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang dilakukan oleh Kongregasi SFS beserta hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian di biara-biara cabang SFS di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Responden dipilih secara purposive sampling dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Dari hasil wawancara kepada para responden disimpulkan bahwa pemahaman dan pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri kongregasi masih sesuai dengan yang diharapkan oleh para pendahulu. Para responden juga memahami perkembangan konteks komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, dan kepemimpinan yang sedang nge-trend sekarang ini. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri kongregasi yang telah dilakukan selama ini membawa kemajuan dalam hidup persaudaraan, hidup rohani, dan karya pelayanan. Sedangkan implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS memberikan peluang sekaligus tantangan. Penulis mengusulkan agar pemahaman spiritualitas pendiri yang masih sesuai sebagaimana yang diharapkan tetap dipertahankan. Hambatan mendasar dalam perwujudan spiritualitas adalah cinta diri, maka pendidikan dan latihan terus-menerus perlu dilaksanakan lebih intensif. Perkembangan bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, dan kepemimpinan dalam konteks sekarang ini dibutuhkan discerment dan sikap selektif berdasarkan analisa SWOT namun perlu bersikap tegas menolak apabila tidak sesuai dengan penghayatan spiritualitas kongregasi. Dalam pendidikan awal hingga ongoing formation perlu dikembangkan kecerdasan ganda hingga pada batas optimal. Pendidikan nilai dan keterampilan yang menunjang tugas pelayanan penting dan perlu dimasukkan dalam kurikulum pembinaan. Prinsip kepemimpinan adalah dimulai dari diri sendiri yang menuntut keteladanan dari para pemimpin agar semakin efektif dalam mempengaruhi anggota. Dibutuhkan pemahaman yang benar, menggali dan menghayati nilai-nilai spiritualitas pendiri kongregasi bagi seluruh anggota dalam kehidupan konkret sehingga upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri tetap aktual dan relevan dalam situasi zaman yang terus berubah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This thesis entitles:”AN EFFORT TO CONTEXTUALIZE THE SPIRITUALIYT OF THE FOUNDER ITS IMPLICATION FOR THE FORMATION OF JUNIOR SISTERS OF FRANSISCAN OF SUKABUMI.” Its background is the effort to deepen the spirituality conducted by SFS Congregation has not been enough to motivate, to encourage and to inspire its members; thus encouraging the writer to do this research. The spirituality of the congregation inherited by the founder to the next generation might be changed or diminished even be lost because of the change of the era. Therefore, it takes an effort to contextualize the spirituality of the founder at present so that spiritual values remain actual and relevant. An effort to contextualize spirituality of the founder is limited to the field of communication, culture, psychology, education, and leadership. The focus of this research is an effort to contextualize spirituality of the founder that has been done by the SFS Congregation and its results. This research is a qualitative research. The research took place at SFS communities in Central and West Java. Respondents were selected purposively sampling with snowball sampling technique. Data was collected through interviews, observation and document studies. By these respondents’ interviews can be concluded that the understanding and realization of spiritual based on the founder of the congregation is still as expected as its predecessors. The respondents also understand that the context of the development of communication, culture, psychology, education, and leadership is a today’s trend. The effort to contextualize the spirituality of the founder that has been done this far, brings progress in fraternity, spiritual life, and caritative service. While the implications for the formation of junior sisters of SFS Congregation provide opportunities and challenges. The writer requires that the spirituality of the founder which fits and is wellexpected can be kept and taught. The fundamental barrier in the manifestation of the spirituality is self-oriented. Therefore, education and continuous trainings should be given more intensively. The development of communication, culture, psychology, education, and leadership in nowadays’ context needs a discernment and selective attitude based on SWOT analysis yet to be assertive to refuse if it is not suitable for congregation spirituality. In the early education to the ongoing formation is better to develop a multi-intelligence to the optimal limit. The values of education and skill supporting services and duties are important and necessary to be included in formation curriculum. Principles of leadership start from ourselves who demand exemplaries from the leaders to become more effective in influencing our members. It indeed requires true understanding. Exploring and living the spirituality values from the founder of congregation is merely aimed to the members in the real life so that this effort of contextualizing spirituality of the founder remains actual and relevant in the keep-changing era.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan rahmat-Nya kepada penulis
untuk
menyelesaikan
skripsi
ini
yang
berjudul:
“UPAYA
KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI IMPLIKASINYA BAGI PEMBINAAN
SUSTER-SUSTER
FRANSISKAN SUKABUMI”.
YUNIOR
KONGREGASI
SUSTER
Skripsi ini ditulis dengan latar belakang
kepedulian atas keprihatinan para Ibu Komunitas dan Penanggungjawab Karya yang bertanggungjawab atas pendampingan para suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi yang mengeluhkan tentang adanya perbedaan atau menurunnya daya juang dalam penghayatan spiritualitas Kongregasi bagi para suster yunior. Keprihatinan ini mendorong penulis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi hingga di zaman sekarang yang terus berubah. Penulis menghaturkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini hingga selesai, yakni: 1. Rm. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ selaku Kepala Program Studi IPPAK-FKIPUniversitas Sanata Dharma yang telah memberikan peneguhan selama penulisan skripsi ini. 2. Bapak Y. Kristianto, SFK, M. Pd., selaku sekretaris Program Studi IPPAKFKIP-Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku pembimbing utama yang telah dengan
sabar
dan
setia
menyumbangkan
pemikiran,
mengarahkan,
membimbing dan senantiasa menyemangati serta mendukung penulis untuk senantiasa tekun dalam proses penulisan skripsi ini, yang diharapkan berguna untuk pembelajaran dalam melakukan evaluasi dalam berbagai bidang di masa depan demi Kongregasi yang saya cintai agar tetap eksis dan mempertahankan nilai-nilai spiritualitas Pendiri Kongregasi dalam arus zaman yang terus berubah. 4. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sabar dan teliti memberikan bantuan pemikiran serta senantiasa meneguhkan penulis pada waktu mengalami kejenuhan selama penulisan skripsi ini. 5. Rm. Dr. C. Putranto, SJ, selaku dosen pembimbing ketiga sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan dengan sabar telah mendengarkan serta memahami pergulatan penulis dalam proses penulisan skripsi ini. 6. Para staf dosen dan karyawan IPPAK yang selalu menyemangati dan senantiasa siap-sedia membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini. 7. Staf karyawan perpustakaan IPPAK dan Kolsani yang telah begitu murah hati memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjam buku-buku yang penulis butuhkan selama penulisan hingga selesainya skripsi ini. 8. Persaudaraan Suster-suster Fransiskan Sukabumi yang dengan penuh cinta mendukung, memberikan kepercayaan dan kesempatan serta setia mendoakan penulis hingga selesainya skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Secara khusus penulis berterimakasih kepada para suster yang telah bersedia menjadi responden penelitian sehingga penulis memperoleh informasi dalam penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman seangkatan tahun 2008 dan rekan-rekan mahasiswa IPPAK yang selalu memberi peneguhan untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Para suster OSF Semarang di komunitas Senopati yang telah menyediakan segala fasilitas selama penulis tugas studi hingga penulisan skripsi ini selesai. 12. Rekan-rekan suster yang saya cintai, yang pernah tinggal bersama di komunitas Inviolata di komunitas para suster OSF Semarang di komunitas Senopati yang telah memberikan perhatian, doa dan dukungan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka kepada semua pihak yang berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.
Yogyakarta, 21 November 2012 Penulis
Sunarsi
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..........................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
ii
SUSUNAN PANITIA PENGUJI ...........................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................
iv
MOTTO .................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................
vi
ABSTRAK .............................................................................................
vii
ABSTRACT ...........................................................................................
ix
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................................
xi
KATA PENGANTAR ...........................................................................
xii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................
xxiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. LATAR BELAKANG PENULISAN .........................................
1
B. IDENTIFIKASI MASALAH .......................................................
6
C. PEMBATASAN MASALAH ......................................................
7
D. RUMUSAN MASALAH .............................................................
8
E. TUJUAN PENULISAN ...............................................................
8
F. MANFAAT PENULISAN ...........................................................
9
G. METODE PENULISAN ..............................................................
9
H. SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN FOKUS PENELITIAN ..................
11
A. SPIRITUALITAS PENDIRI KONGREGASI SUSTERSUSTER FRANSISKAN SUKABUMI.......................................
11
1. Spiritualitas dan Karisma.........................................................
11
2. Riwayat Pendiri Kongregasi Suster Bergen op Zoom .............
13
3. Sejarah Berdirinya Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di Indonesia ............................................................................
15
4. Spiritualitas Pendiri Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi
16
a. Pengungsian bagi yang menderita ......................................
17
b. Doa dan kontemplasi...........................................................
17
c. Ulah tapa dan pengendalian diri .........................................
17
d. Pelepasan dari hal-hal duniawi ...........................................
18
e. Ketaatan dan kerendahan hati .............................................
18
f. Cinta kasih yang melayani ..................................................
19
g. Pengorbanan diri .................................................................
19
h. Kegembiraan Fransiskan .....................................................
19
5. Visi, Misi dan Tujuan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi .................................................................................
19
a. Visi Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi ....................
19
b. Misi Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi ...................
20
c. Tujuan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi ...............
20
B. KONTEKS ...................................................................................
20
1. Komunikasi ...............................................................................
21
a. Pengertian Komunikasi .......................................................
21
b. Trend Komunikasi Masa Kini .............................................
23
2. Kebudayaan...............................................................................
25
a. Pengertian Kebudayaan .....................................................
25
b. Simbol dan Nilai .................................................................
27
c. Budaya Indonesia: Pluralisme? Demokrasi? Konsumerisme? ...................................................................
28
3. Psikologi ...................................................................................
32
a. Konsep Psikologi ................................................................
32
b. Trend Psikologi Masa Sekarang .........................................
33
4. Pendidikan.................................................................................
34
a. Pengertian Pendidikan ........................................................
34
b. Faktor-faktor Pendidikan ....................................................
35
c. Trend Pendidikan Masa Kini ..............................................
35
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kepemimpinan ..........................................................................
39
a. Pengertian Kepemimpinan ..................................................
39
b. Trend Kepemimpinan Masa Kini........................................
41
C. PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PEMBINAAN .......
45
1. Bidang Komunikasi ..................................................................
45
a. Strength (Kekuatan) ............................................................
45
b. Weakness (Kelemahan) .......................................................
45
c. Opportunity (Peluang) ........................................................
45
d. Threat (Ancaman/Tantangan) .............................................
46
2. Bidang Kebudayaan ..................................................................
46
a. Strength (Kekuatan) ............................................................
46
b. Weakness (Kelemahan) .......................................................
47
c. Opportunity (Peluang) ........................................................
47
d. Threat (Ancaman/Tantangan) .............................................
48
3. Bidang Psikologi .......................................................................
48
a. Strength (Kekuatan) ............................................................
48
b. Weakness (Kelemahan) .......................................................
49
c. Opportunity (Peluang) ........................................................
49
d. Threat (Ancaman/Tantangan) .............................................
49
4. Bidang Pendidikan ....................................................................
50
a. Strength (Kekuatan) ............................................................
50
b. Weakness (Kelemahan) .......................................................
50
c. Opportunity (Peluang) ........................................................
50
d. Threat (Ancaman/Tantangan) .............................................
51
5. Bidang Kepemimpinan .............................................................
51
a. Strength (Kekuatan) ............................................................
51
b. Weakness (Kelemahan) .......................................................
51
c. Opportunity (Peluang) ........................................................
52
d. Threat (Ancaman/Tantangan) .............................................
52
D. KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI................
53
1. Bidang Komunikasi ..................................................................
53
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bidang Kebudayaan ..................................................................
54
3. Bidang Psikologi ......................................................................
56
4. Bidang Pendidikan ...................................................................
57
5. Bidang Kepemimpinan ............................................................
58
E. PENELITIAN RELEVAN ...........................................................
58
F. FOKUS PENELITIAN.................................................................
62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................
64
A. JENIS PENELITIAN ...................................................................
64
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ....................................
64
C. RESPONDEN .............................................................................
66
D. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ......................
67
1. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
67
2. Alat Pengumpulan Data .............................................................
69
E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN ............................................
69
1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Objektivitas................................
69
a. Uji Validitas ..........................................................................
69
b. Uji Reliabilitas.......................................................................
69
c. Uji Objektivitas .....................................................................
70
2. Teknik Analisis Data..................................................................
70
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................
71
A. HASIL TEMUAN .......................................................................
71
1. Temuan Umum ..........................................................................
71
a. Situasi umum komunitas-komunitas cabang Kongregasi SFS .....................................................................
71
b. Latar belakang responden......................................................
73
2. Temuan Khusus .........................................................................
73
a. Pemahaman responden mengenai spiritualitas pendiri .........
73
1) Pemahaman para responden mengenai spiritualitas ulah tapa .............................................................................
xvi
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Pemahaman para responden mengenai spiritualitas pengendalian diri ................................................................
74
3) Pemahaman responden mengenai spiritualitas cinta kasih yang melayani ..................................................
75
b. Konteks trend masa sekarang menurut para responden...... ..
75
1) Trend komunikasi sekarang menurut para responden ........
75
2) Trend kebudayaan sekarang menurut para responden .......
77
3) Trend psikologi sekarang menurut para responden............
79
4) Trend pendidikan sekarang menurut para responden .........
79
5) Trend kepemimpinan sekarang menurut para responden ...
83
c. Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri .....
85
1) Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dan hasilnya......................................
86
2) Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri beserta hasilnya ...................
89
3) Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani beserta hasilnya ....
94
d. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS ............................................
98
3. Validasi Pendapat Responden Mengenai Upaya Kontekstualisasi Spiritualitas Pendiri ........................................
103
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.... .................................
105
1. Pemahaman Spiritualitas Ulah Tapa, Pengendalian Diri dan Cinta Kasih yang Melayani .........................................................
105
2. Trend Komunikasi.......................................................................
105
3. Trend Budaya ..............................................................................
107
4. Trend Psikologi ...........................................................................
108
5. Trend Pendidikan ........................................................................
109
6. Trend Kepemimpinan..................................................................
110
7. Pergulatan Perwujudan Spiritualitas Ulah Tapa Beserta Hasilnya .......................................................................................
xvii
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Pergulatan Perwujudan Spiritualitas Pengendalian Diri Beserta Hasilnya .........................................................................
114
9. Pergulatan Perwujudan Spiritualitas Cinta Kasih Beserta Hasilnya ......................................................................................
117
10. Upaya Kontekstualisasi Spiritualitas Pendiri Yang Telah Dilakukan Oleh Kongregasi SFS Beserta Hasilnya ....................
120
C. KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI IMPLIKASINYA BAGI PEMBINAAN SUSTER-SUSTER YUNIOR KONGREGASI SFS ....................................................
120
1. Pembinaan ................................................................................
120
2. Pembina ...................................................................................
121
3. Formandi ..................................................................................
123
4. Tujuan Pembinaan Religius .....................................................
123
5. Pertumbuhana Religius yang Diharapkan ................................
124
6. Usulan Program Pembinaan .....................................................
126
a. Latar belakang usulan ...........................................................
126
1) Trend Komunikasi ...............................................................
126
2) Trend Kebudayaan ...............................................................
127
3) Trend Psikologi ....................................................................
128
4) Trend Pendidikan .................................................................
128
5) Trend Kepemimpinan ..........................................................
129
6) Spiritualitas Pendiri .............................................................
130
b. Usulan Tema dan Tujuan Pembinaan ...................................
130
c. Penjabaran Program ..............................................................
132
d. Pengertian Katekese Umat dan Model Katekese Shared Christian Praxis (SCP) ........................................................
135
e. Contoh Satuan Program ........................................................
136
D. KETERBATASA PENELITIAN .................................................
149
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ...........................................................................
xviii
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. SARAN .......................................................................................
155
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
157
LAMPIRAN ............................................................................................
160
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Pimpinan Umum (I) ...........................................................
(1)
Lampiran : Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Pimpinan Umum (II)...........................................................
(2)
Lampiran : Surat Ijin Permohonan Penelitian Kepada Para Pimpinan Komunitas .....................................
(3)
Lampiran 2 : Panduan Pertanyaan Wawancara ... ................................
(4)
Lampiran 4: Deskripsi Data Hasil Wawancara ...................................
(5)
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Pkh
: Pengkotbah
Mat
: Matius
Mrk
: Markus
Yoh
: Yohanes
B. Singkatan Dokumen Gereja PC
: Perfectae Caritatis,
Dekrit
Konsili
Vatikan
II
tentang
Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius. C. Singkatan lain AD
: Anggaran Dasar
ATMI
: Akademi Tehnik Mesin Indonesia
art
: artikel
BB
: Black Berry
BOZ
: Bergen op Zoom
BPSDMP & PMP : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidik CSA
: Congregatio Sancti Aloysii
CTL
: Contextual Teaching and Learning
dll.
: dan lain-lain
EBTANAS : Evaluasi Belajar Tahap Nasional EQ
: Emotional Quotient
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
fax
: fax-email
FCh
: Kongregasi Fransiskanes Charitas
FSE
: Kongregasi Fransiskanes Santa Elizabeth
hal
: halaman
HAM
: hak asasi manusia
HP
: Hand Phone
IFT
: Institut Filsafat dan Teologi
IPA
: Ilmu Pengetahuan Alam
IPTEK
: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IT
: Ilmu Teknologi
IQ
: Intelligence Quotient
KLMTD
: kecil lemah miskin tersingkir dan difabel
KMI
: Konsultasi Multi Intellegen
Komkat
: Komisi kateketik
Konst.
: Konstitusi
KPR
: Kursus Pembina Religius
KSFL
: Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Lusia
KWI
: Konferesi Wali Gereja Indonesia
LCD
: Liquid Crystal Display
MA
: Majelis Agung
MPK
: Majelis Pendidikan Katolik
OFM
: Ordo Fratrum Minorum
PAKEM
: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PS
: play station
psl
: pasal
PUSKAT
: Pusat Kateketik
Rp
: Rupiah
RPA
: Rapat Paripurna Anggota
RSBI
: Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
SCP
: Shared Christian Praxis
SDM
: Sumber Daya Manusia
SFS
: Suster Fransiskan Sukabumi
Sisdiknas
: Sistem Pendidikan Nasional
SJ
: Societas Jesu
SLTA
: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
sms
: short message service
SP
: Satuan Program
SPG
: Sekolah Pendidikan Guru
SQ
: Spiritual Quotient
Sr
: Suster
TIK
: Teknologi Ilmu dan Komunikasi
TV
: Televisi
UTW
: Uraian Tugas dan Wewenang
UU
: Undang-undang
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
A. LATAR BELAKANG PENULISAN Pembinaan merupakan hal terpenting dalam rangka pembentukan para calon selibater dalam sebuah perhimpunan religius. Dalam masa pembinaan atau formasi itulah nilai-nilai keutamaan Kristiani maupun spiritualitas pendiri serta tradisi sehat yang diwariskan oleh para pendahulu dalam kongregasi ditanamkan kepada setiap calon sehingga para calon dapat mengenal dan diharapkan mampu mewujudkannya dalam kehidupan serta tugas pelayanannya, sesuai dengan situasi zaman. Religius muda merupakan harapan kongregasi di masa mendatang bagi setiap perhimpunan religius. Para religius muda yang sering disebut para yunior yakni mereka yang telah mengucapkan profesi sementara selama enam tahun, tetapi dalam hal-hal khusus Pemimpin Umum dapat memperpanjang waktu, namun tidak lebih dari tiga tahun (Konst. 2000: pasal 96). Para yunior diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai spiritualitas pendiri kongregasi, setelah mereka mengalami formasi, khususnya setelah mengalami pembentukan selama masa postulat dan novisiat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Namun dari hasil refleksi seluruh anggota Kongregasi SFS selama pra kapitel, dari bidang kerja persaudaraan, karya, pembinaan dan kepemimpinan; disimpulkan oleh kelompok bidang kerja spiritualitas bahwa upaya-upaya pendalaman spiritualitas yang dilakukan oleh kongregasi belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitasnya (Gerarda, 2012: 27). Di samping itu, akhirakhir ini sering terdengar keluhan dari para religius yang lebih senior mengenai perbedaan yang mencolok dalam hal daya juang serta perwujudan penghayatan nilai-nilai luhur spiritualitas Kongregasi dari para calon di zaman sekarang ini. Terjadinya perbedaan daya juang dalam penghayatan dan perwujudan nilainilai spiritualitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri para yunior sendiri maupun faktor dari luar. Faktor dari dalam diri para yunior antara lain, kurang
bisa menyeimbangkan antara tugas studi dengan tugas
pelayanan dalam persaudaraan maupun pastoral. Prioritas pada prestasi akademik dalam tugas studi bisa menyebabkan kurangnya penghayatan dan perwujudan nilai-nilai rohani. Banyaknya tuntutan tugas dalam karya bagi para yunior yang ditempatkan
di
unit-unit
karya
bisa
juga
menjadi
penyebab
dalam
ketidakseimbangan antara penghayatan nilai-nilai rohani dalam hidup konkret sehari-hari. Selain itu, bimbingan pribadi yang tidak selalu dapat dilakukan oleh para yunior karena berbagai alasan, seperti jarak yang ditempuh cukup jauh antara tempat tinggal pembimbing dan yunior ataupun karena kesibukan tugas studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
maupun karya, baik dari pihak yunior maupun formator. Formator di sini adalah suster yang menjadi pembina, sedangkan yang dibina disebut formandi. Kurangnya keterbukaan dari pihak para yunior dalam bimbingan pribadi kepada para formator tentu juga mempengaruhi proses pembentukan dalam upaya internalisasi nilai-nilai spiritualitas pendiri kongregasi. Seringkali terjadi yunior lebih terbuka dengan rekan suster yunior yang lain daripada dengan pembimbing atau formator karena berbagai alasan, baik karena rasa sungkan, kurang percaya, trauma pengalaman relasi pribadi dengan pembimbing, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor dari luar antara lain, keterbatasan keterampilan dan kemampuan para formator dalam membantu perkembangan psikologi para suster yunior, perbedaan budaya yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang membutuhkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi dalam proses pembinaan sehingga dapat saling menemukan maksud dan tujuan dari setiap materi pembinaan yang dikomunikasikan. Dibutuhkan pula suasana dan kepemimpinan dalam komunitas biara yang kondusif dalam pembinaan akan membantu perkembangan dan penghayatan nilainilai hidup rohani dan manusiawi bagi para yunior. Pembinaan tidak terlepas dari pendidikan atau pedagogi. Maka pihak kongregasi perlu menentukan program pendampingan bagi para suster yunior untuk bisa mengalami perkembangan dalam hidup rohani, baik mengenai dogma Gereja maupun nilai-nilai rohani yang diwariskan oleh pendiri kongregasi. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, aneka bentuk pola hidup yang serba instan, hedonisme, konsumerisme, situasi sosial ekonomi dan politik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
yang terjadi di negara kita dapat juga menjadi faktor dari luar diri para yunior yang bisa menjadi hambatan dalam proses pembentukan seorang religius muda (Caesilia, 2012: 7). Tantangan dan hambatan itu tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah menerima dan menyikapinya secara bijaksana; untuk itu diperlukan daya juang dan tekad yang kuat agar hidup religius yang dijalani semakin dapat menghadirkan kebaikan Yesus sendiri, yang diistilahkan dengan menghadirkan Kerajaan Allah, sesuai dengan kekhasan spiritualitas kongregasi. Daya juang dan tekad yang kuat dapat juga memperlihatkan kualitas hidup religius itu sebagai kesaksian hidupnya (Caesilia, 2012: 3). Dalam Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS), proses pembinaan ini merupakan tanggungjawab seluruh anggotanya, di samping itu Kongregasi telah memilih orang-orang yang secara khusus dan resmi untuk mengemban tugas ini. Mereka adalah para formator, pimpinan komunitas dan pimpinan karya, yang secara resmi ditunjuk oleh Pemimpin Umum. Formator pada masing-masing tahap pembinaan memiliki tugas dan wewenang yang telah ditetapkan dalam mendampingi formandi, demikian juga pimpinan komunitas dan pimpinan karya. Dalam proses pembinaan para formator dan seluruh anggota dibantu dengan sarana yang dimiliki oleh Kongregasi. Sarana dalam proses pembinaan itu adalah: Arah Dasar Pendidikan SFS, Pedoman Pembinaan SFS, Konstitusi SFS, Kitab Suci, Ajaran Gereja, Buku-buku Sejarah Kongregasi, Tradisi-tradisi sehat dalam Kongregasi. Kongregasi telah menyelenggarakan berbagai program pembinaan untuk mengupayakan penghayatan nilai-nilai spiritualitas pendiri melalui rekoleksi bulanan, retret tahunan, seminar, bimbingan pribadi setiap bulan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
kepada formator yunior, pemimpin komunitas maupun pimpinan karya bagi para yunior yang sedang magang dalam karya pelayanan. Melalui sarana yang ada diharapkan tujuan pembinaan dapat tercapai. Dekrit Perfectae Caritatis (PC), tentang pembaharuan dan penyesuaian hidup religius, artikel 2.b, menyatakan: “Akan bermanfaat bagi Gereja, bila tarekat-tarekat mempunyai corak serta perannya yang khas. Maka hendaknya diakui dan dipelihara dengan setia semangat para Pendiri serta maksud-maksud mereka yang khas, begitu pula tradisi-tradisi yang sehat, yang kesemuanya merupakan pusaka warisan setiap tarekat.” Menurut Jacobs (1989: 1, 7), memelihara semangat Pendiri bukan berarti para anggota kongregasi kembali pada situasi di mana pendiri berada pada masa hidupnya, melainkan
semangat pendiri tersebut tetap menjadi inspirasi yang
mendasari baik secara historis maupun aktual. Maka dari itu, spiritualitas pendiri bisa terus-menerus berubah. Yang tidak bisa berubah adalah kharisma pribadi, maka bagaimana setiap anggota kongregasi menyamakan kharismanya dengan spiritualitas pendiri sehingga menjadi spiritualitas kongregasi. Karisma Kongregasi SFS terdapat pada Konstitusi Tarekat Suster-suster Fransiskan Sukabumi tahun 2000 pasal 3, yang menyatakan: “Suster-suster Fransiskan Sukabumi mengikuti Anggaran Dasar Regular Santo Fransiskus dari Assisi yang telah disahkan oleh Paus Yohanes II, 08 Desember 1982, sesuai dengan kharisma khas Tarekat: Semangat doa dan kontemplasi, ulah tapa dan pengendalian diri, pelepasan dari hal-hal duniawi, ketaatan dan kerendahan hati, cintakasih yang melayani dan pengorbanan diri, kegembiraaan Fransiskan dan pengungsian bagi yang berkesusahan.”
Karisma ini merupakan nilai-nilai rohani yang diwariskan oleh pendiri yang terus diupayakan untuk dihayati dan diwujudkan dalam situasi zaman yang terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
berubah. Dengan demikian, kekhasan spiritualitas yang telah dihayati oleh pendiri menjadi kekhasan spiritualitas kongregasi. Namun untuk mengalirkan spiritualitas dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, tentulah akan ada yang berubah; bahkan mungkin bisa terjadi menjadi berkurang dan bahkan mungkin juga hilang. Oleh karena itu, diperlukan upaya kontekstualisasi penanaman nilai-nilai spiritualitas pendiri, dengan harapan kongregasi tidak akan kehilangan kekhasan spiritualitasnya di arus zaman yang terus berubah ini.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Upaya pendalaman spiritualitas yang dilakukan oleh Kongregasi SFS selama ini belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitasnya. 2. Adanya keluhan dari para religius yang lebih senior mengenai perbedaan yang mencolok dalam hal daya juang serta perwujudan penghayatan nilai-nilai luhur spiritualitas kongregasi dari para calon di zaman sekarang ini. 3. Para yunior kurang bisa menyeimbangkan antara tugas studi dengan tugas pelayanan dalam persaudaraan maupun
pastoral
yang menyebabkan
kurangnya penghayatan dan perwujudan nilai-nilai rohani. 4. Banyaknya tuntutan tugas dari unit karya bagi para yunior yang menyebabkan ketidakseimbangan antara penghayatan nilai-nilai rohani dalam hidup konkret sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
5. Bimbingan pribadi yang tidak selalu dapat dilakukan secara rutin oleh para yunior. 6. Kurangnya keterbukaan dari pihak para yunior dalam bimbingan pribadi kepada para formator. 7. Keterbatasan keterampilan dan kemampuan para formator dalam membantu proses pembentukan yunior. 8. Suasana dan kepemimpinan dalam komunitas biara yang kurang kondusif. 9. Pola hidup yang serba instan, hedonisme, konsumerisme, situasi sosial ekonomi dan politik.
C. PEMBATASAN MASALAH Dari identifikasi masalah di atas dapat diketahui bahwa upaya pendalaman spiritualitas yang dilakukan oleh Kongregasi SFS selama ini belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitasnya. Perbedaan penghayatan spiritualitas pendiri antara generasi tua dengan generasi muda merupakan fenomena yang dapat dimungkinkan oleh kurangnya kontekstualisasi spiritualitas pendiri dalam situasi masa kini. Oleh karena itu, permasalahan dibatasi pada: 1. Bagaimana karisma spiritualitas pendiri pada masa itu? 2. Bagaimana spiritualitas pendiri dikontekstualisasikan di masa sekarang ini dan di masa mendatang? 3. Bagaimana implikasi spiritualitas pendiri bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
4. Apa yang harus dilakukan oleh anggota komunitas dalam mendukung pembinaan yunior?
D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditetapkan tersebut yang perlu diteliti adalah aktualisasi spiritualitas pendiri dalam konteks zaman sekarang, maka masalah penulisan dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri dan implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS?
E. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menemukan kembali nilai-nilai spiritualitas pendiri yang dihayati pada masa hidupnya. 2. Untuk melihat kembali upaya yang telah dilakukan oleh kongregasi selama ini dalam mengembangkan spiritualitas pendiri kongregasi sesuai dengan situasi zaman sekarang ini. 3. Untuk menemukan upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri di masa sekarang dan mendatang. 4. Untuk menemukan cara-cara yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan dalam upaya menanamkan nilai-nilai spiritualitas pendiri kepada para calon di masa sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
F. MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Membantu
anggota
Kongregasi
SFS
untuk
memahami
dan
mengkomunikasikan serta mewujudkan nilai-nilai spiritualitas pendiri di masa sekarang ini. 2. Memberikan masukan kepada Pimpinan Umum Kongregasi SFS beserta Dewannya, serta Tim Komisi Spiritualitas Kongregasi SFS untuk menggali lebih lanjut mengenai nilai-nilai spiritualitas pendiri sesuai dengan situasi zaman sekarang. 3. Membantu para formator SFS dalam proses pembinaan dalam upaya menanamkan nilai-nilai spiritualitas pendiri kepada para calon anggota kongregasi sesuai dengan jenjang pembinaannya, khususnya masa yuniorat.
G. METODE PENULISAN Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis dengan studi pustaka dan penelitian kualitatif untuk memperoleh gambaran mengenai upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi.
H. SISTEMATIKA PENULISAN Gambaran umum mengenai penulisan ini akan penulis uraikan dalam lima bab, sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Bab I : berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penulisan, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II: berisi kajian pustaka dan fokus penelitian yang menguraikan spiritualitas pendiri Kongregasi Suster-suster Fransiskan Sukabumi, yang meliputi: spiritualitas dan kharisma, riwayat pendiri Kongregasi Suster Bergen op Zoom, sejarah berdirinya Kongregasi SFS, spiritualitas pendiri Kongregasi SFS dan visi, misi serta tujuan Kongregasi SFS; konteks yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan,
dan
kepemimpinan;
peluang
dan
tantangan
dalam
pembinaan, kontekstualisasi spiritualitas pendiri, penelitian relevan serta fokus penelitian. Bab III: berisi metodologi penelitian yang meliputi: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, serta pengembangan instrumen. Bab IV: berisi hasil temuan dan pembahasan upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS, berdasarkan metodologi penelitian yang telah diuraikan pada bab III. Bab V: berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN FOKUS PENELITIAN
Pada bab II ini dipaparkan mengenai kajian pustaka yang terdiri dari spiritualitas pendiri Kongregasi SFS yang meliputi: spiritualitas dan kharisma, riwayat pendiri Kongregasi Suster Bergen op Zoom, sejarah berdirinya Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi di Indonesia, spiritualitas pendiri kongregasi dan visi, misi serta tujuan Kongregasi SFS; konteks yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, dan kepemimpinan; peluang dan tantangan dalam pembinaan, kontekstualisasi spiritualitas pendiri, penelitian relevan, serta fokus penelitian.
A. SPIRITUALITAS
PENDIRI
KONGREGASI
SUSTER-SUSTER
FRANSISKAN SUKABUMI 1. Spiritualitas dan Karisma Jacobs (1989: 3) berpendapat bahwa hanya ada satu spiritualitas, yaitu spiritualitas Kristiani. Kita sama-sama milik Kristus. Dibaptis dalam Kristus, digerakkan oleh Roh Kudus menuju Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Tetapi masing-masing orang menghayati imannya menurut kepribadian dan latar belakang, kekhususan dan keunikannya sendiri. Maka ada sekelompok orang yang menghayati iman Kristiani, yang memiliki ciri yang khas yang membedakan dengan kelompok-kelompok yang lain. Kekhasan penghayatan iman Kristiani dalam kelompok inilah yang disebut spiritualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Jacobs (1989: 1-2) menjelaskan bahwa kata spiritualitas berasal dari kata Perancis, spiritualité yang berarti cara atau gaya hidup. Kata spiritualitas dari kata spiritus, yang berarti roh. Jadi, kata spiritualis berarti orang yang digerakkan oleh Roh Kudus. Pengertian spiritualis dalam bahasa Yunani: pneumatikos berarti kharismatis. Yang artinya orang yang digerakkan oleh Roh. Yang khas dari orang pneumatikos itu ialah, bahwa mereka orang yang spontan digerakkan oleh Roh dan agak menyimpang dari yang biasa-biasa. Jadi, yang khas untuk pneumatisi justru bahwa mereka tidak terikat pada lembaga, pada institusi, pada organisasi. Selalu merupakan suatu gerakan bebas dalam Gereja. Spiritualitas selalu suatu proses. Spiritualitas adalah sesuatu yang dinamis, yang berkembang. Maka spiritualitas awal harus selalu diceritakan kembali. Kalau seseorang tertarik pada suatu ordo atau kongregasi, hal itu berarti bahwa dia merasa cita-cita rohaninya sendiri cocok dengan kelompok ini. Dan kalau dia betul-betul sudah terintegrasi ke dalam ordo atau kongregasi, dia ikut menentukan spiritualitas. Setiap orang berpartisipasi pribadi dalam spiritualitas kongregasi karena menghayati kharisma secara pribadi. Spiritualitas sangat tergantung dari situasi dan kondisi, sehingga setiap ordo atau kongregasi mempunyai wajah yang berbeda dengan wajah cabang-cabang lain di lain negara. Tetapi kita semua mempunyai dasar yang sama. Dan dalam kharisma kita mempunyai dasar untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Dengan kata lain, komunikasi menjadi pokok spiritualitas dan karisma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Jacobs (1989: 4) menjelaskan bahwa yang pokok adalah karisma. Kata karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti rahmat khusus. Rahmat khusus atau karisma itu tentu dasar untuk kecocokan spiritualitas pendiri kongregasi. Menurut Jacobs (1989: 8) karisma adalah sesuatu yang datang dari dalam, dari Roh, dan dikembangkan dari dalam. Sedikit banyak lepas dari peraturan dan ketetapan institusionalisasi, dan lain sebagainya. Maka segala hal yang menyangkut karisma dan spiritualitas harus bersifat antusias, gembira dan bersemangat. Oleh karena itu, bimbingan rohani khususnya kepada angkatan muda harus stimulatif, dorongan, memberi semangat dan bukan menegur yang tidak ada gunanya.
2. Riwayat Pendiri Kongregasi Suster Bergen op Zoom Menurut Eddy Kristiyanto (2009: 117-119), pendiri Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi adalah Moeder Rosa de Bie, yang hidup tahun 1806-1851. Beliau lahir di Antwerpen, Belgia, pada tanggal 3 April 1806; dengan nama, Elisabeth de Bie, sebagai putri sulung dari pasangan suami-isteri, Bapak Cornelius de Bie dan Ibu Petronella de Roek. Pada usia ke-28 tahun, Rosa de Bie masuk biara Peniten Rekolek di Breda pada tanggal 12 Desember 1834, dan menerima jubah biara pada tanggal 18 Pebruari 1835, dengan nama biara Suster Maria Rosa dari Aloysius. Mengucapkan profesi religius pada tanggal 29 Pebruari 1836, ia tinggal di rumah cabang pertama di Oosterhout. Kemudian ditugaskan sebagai kepala Rumah Sakit di Breda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Pada tanggal 21 November 1937, dalam koran Bredasche terdapat iklan yang membutuhkan seorang Direktur, dengan syarat tidak menikah atau seorang janda, dan berumur tidak kurang dari 30 tahun serta memiliki kemampuan dan terampil melaksanakan tugas ke-rumah-tanggaan dan perawatan orang sakit (Kongregasi SFS, 2005: 68-70). Suster Rosa mendapat tugas dari Moeder Theresia Saelmaekers, Pemimpin Umum di Breda, untuk menulis surat lamaran sebagai direktur dan pengurus rumah tangga Rumah Sakit milik pemerintah di Bergen op Zoom tersebut. Pada tanggal 5 Desember 1937, Suster Rosa menulis lamaran dan pada 9 Januari 1938, Sr Rosa diterima sebagai direktur Rumah Sakit Bergen op Zoom, dengan kesepakatan akan diberi imbalan tahunan serta uang kos sebesar 250 gulden. Pada tanggal 12 Pebruari 1838, Suster Rosa memulai tugasnya, dengan dua rekan suster yang baru mengucapkan kaul kekalnya, yakni Suster Clara, BOZ dan Suster Philomena, BOZ. Mereka tidak mengenakan pakaian biarawati, karena pada waktu itu pemerintah tidak akan mengijinkan keterlibatan para biarawati karena masih berpandangan sempit dan toleransi terhadap agama lain belum ada. Gerlach (2004: 53) menyatakan bahwa sejak bulan September 1839, Moeder Rosa de Bie memimpin sendiri komunitas religiusnya tanpa tergantung dari rumah induk di Breda; dengan sedikit jumlah suster yang dipimpinnya, yaitu Suster Philomena, Suster Victoria, yang keduanya sudah berprofesi kekal, Suster Benedicta, Suster Anastasia dan Suster Agatha yang masih novis. Sejak kunjungan resmi Raja Willem II ke kota Bergen op Zoom, pada tanggal 27 Agustus 1841 termasuk ke Rumah Sakit Sint Catarina yang dipimpin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
oleh Moeder Rosa, mereka mengenakan jubah biara. Raja menyatakan rasa senang dan kepuasannya atas pengelolaan dan pelayanan kepada orang-orang sakit di Rumah Sakit Sint Catarina tersebut.
3. Sejarah Berdirinya Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi di Indonesia Berkat pembicaraan melalui korespondensi antara Muder Gerarda BOZ dengan Pater Műller, SJ; dalam tahun 1932 yang waktu itu menjabat sebagai Rektor Seminari Tinggi di Yogyakarta, dan pembicaraan dengan Pater Wubbe, SJ, serta setelah Moeder Gerarda mengadakan kunjungan ke Semarang secara langsung; maka pada sore hari tanggal 23 Maret 1933, atas dorongan Ilahi dan berkat restu Bapa Uskup setempat, Mgr. Hopmans, Kongregasi BOZ, mengutus enam orang suster untuk bermisi ke Indonesia (Gerarda, 2000: 90-100). Ke-enam suster tersebut yaitu Suster Seraphine Gulickx (dari Bavel), sebagai overste, Suster Imelda den Aantrekker (dari Bergen op Zoom), Suter Agusta Hocke (dari Neisse, Jerman), Suster Theresina Tax (dari Bergen op Zoom), Suster Gemma Hertogh (dari Stoppeldyk), dan Suster Valentine Uitde Willingen (dari Heerle Wouw). Mereka berangkat dari Rossendal naik kereta api ke pelabuhan Marseille (Perancis). Dari sana para suster naik kapal laut “Baluran” menuju Indonesia. Pada hari Kamis Putih, tanggal 13 April 1933, para misionaris dari Kongregasi Peniten Rekolek BOZ ini mendarat di Tanjung Priuk. Mereka disambut ramah oleh para suster Ursulin dari Weltevreden di Hindia Belanda (sekarang: Jakarta). Mereka tinggal beberapa hari di tempat ini. Sementara itu, tiga suster mengunjungi Rumah Sakit Semarang dan Muntilan milik para Suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Fransiskanes Heythuizen (OSF Semarang); untuk mempelajari penyakit-penyakit tropis dan perawatannya. Pada tanggal 10 Mei 1933, para misionaris BOZ memasuki kota praja Sukabumi, namun belum bisa langsung bekerja di Rumah Sakit yang telah disepakati dengan pejabat pemerintah kota Sukabumi. Pada waktu itu pihak Kongregasi BOZ diwakili oleh Pater Wubbe, SJ. Para suster BOZ lebih dahulu tinggal di rumah penduduk yang telah disiapkan untuk tempat tinggal mereka. Pada hari itu juga dipersembahkan Misa pertama di rumah itu, kemudian mereka mulai melaksanakan perawatan orang sakit di rumah-rumah penduduk sambil belajar bahasa Indonesia. Pada tanggal 13 Juni 1933, para suster boleh mengunjungi Rumah Sakit yang telah diatur oleh Pater Lukas, SJ; untuk berkenalan dengan para dokter dan karyawan. Dan pada tanggal 28 Desember 1933, para suster resmi menetap di Jl. Rumah Sakit No. 1, Sukabumi dan berkarya di Rumah Sakit St. Lidwina Sukabumi. Kemudian membuka beberapa cabang, yang kemudian hari kongregasi ini di Indonesia dikenal dengan nama Suster Fransiskan Sukabumi; yang mandiri pada tanggal 14 April 1996.
4. Spiritualitas Pendiri Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi Kongregasi SFS yang berasal dari BOZ, Belanda mengikuti Reformasi Limburg, Belgia yang didirikan oleh Moeder Yohana dari Yesus pada tahun 1623 dan berspiritualitas Peniten Rekolek yang berdevosi pada Yesus Kristus injili yang miskin dan menderita (Syukur Dister, 2011: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Moeder Rosa de Bie sebagai ibu pendiri Kongregasi BOZ dan SFS berusaha mewariskan nilai-nilai keutamaan rohani sebagai religius peniten rekolek kepada para anggotanya secara terus-menerus, seperti tertulis pada buku Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek (2009: 131-136). Nilai-nilai keutamaan rohani tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengungsian bagi yang menderita Kongregasi ini bertujuan menghadirkan kasih Allah bagi mereka yang sedang berkesusahan dan menderita. Pengungsian bagi yang menderita menjadi motto Kongregasi Peniten Rekolek Bergen op Zoom, yang dipakai juga dalam akte notaris berdirinya kongregasi ini. b. Doa dan kontemplasi Hidup doa menjadi yang utama bagi Moeder Rosa dan para pengikutnya. Persatuan dengan Tuhan juga diterima melalui perayaan Ekaristi harian, yang dilakukan di gereja paroki. Baginya kontemplasi adalah pemberian diri secara total dalam merawat orang-orang sakit dan menderita, yang dipandangnya sebagai Kristus yang miskin dan menderita. c. Ulah tapa dan pengendalian diri Olah rohani matiraga dan pengendalian diri merupakan praktek keutamaan yang dijalankan dengan sangat ketat oleh Moeder Rosa dan anggotanya sebagai Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi. Hal ini tampak dalam sikap hidup sederhana, baik dalam berpakaian, tutur kata, cara bertindak dan menu makanan yang disantapnya setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
d. Pelepasan dari hal-hal duniawi Kaul kemiskinan dihayati secara tegas dan kokoh karena Moeder Rosa meyakini bahwa Allahlah yang menjamin hidupnya. Sikap batin yang lepas bebas tanpa terikat oleh barang-barang, tempat, relasi maupun harta benda yang akan menjamin kelangsungan hidupnya. Beliau tidak khawatir akan hidupnya, masa depannya, maupun kelangsungan hidup kongregasinya, sekalipun beliau sendiri dan para anggotanya tidak digaji selama setahun dari pihak Rumah Sakit. Ia meyakini bahwa Allah yang memulai karya baik ini, maka Allah sendiri yang akan
menyelesaikannya.
Ia
menggantungkan
diri
sepenuhnya
pada
penyelenggaraan Ilahi. e. Ketaatan dan kerendahan hati Kaul ketaatan dihayati oleh Moeder Rosa dengan penuh tangungjawab. Ia siap sedia diutus, sekalipun harus menyamar sebagai awam biasa, sewaktu melamar ke Rumah Sakit pemerintah, yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya Kongregasi BOZ. Ketaatannya juga tampak dalam bekerjasama dengan para pengurus Rumah Sakit, tempat beliau mengabdikan diri, merawat orang-orang sakit. Sikap rendah hati diwujudkan dalam keterbukaan dan ketulusan hati dalam meminta bantuan kepada pengurus Rumah Sakit saat tidak memiliki biaya untuk penguburan seorang anggotanya yang meninggal dan pada waktu meminta sumbangan untuk membangun sebuah kapel, yang merupakan kerinduan hatinya sejak lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
f. Cinta kasih yang melayani Penghayatan kaul kemurnian diwujudkan dalam mencintai Tuhan dan sesama dengan murni dan tak terbagi. Ia menghayati ajaran Tuhan Yesus dengan menghayati kaul profesinya, agar perhatiannya hanya tertuju pada Allah Tri Tunggal. Cinta kasih dan perhatiannya dicurahkan kepada para susternya dan para pasien yang sakit dan menderita. g. Pengorbanan diri Semangat pengorbanan ia timba dari semangat pengorbanan diri Kristus yang rela wafat demi keselamatan umat-Nya. Seluruh hidup Moeder Rosa tercurah kepada kepentingan orang lain, terlebih untuk mereka yang menderita. Ia rela mengorbankan kamar tidur dan ruang makan komunitasnya untuk para pasien yang membutuhkan perawatan. h. Kegembiraan Fransiskan Semangat riang-gembira sebagai pengikut Fransiskus Assisi dihayati dalam hidupnya. Berkat relasi dan imannya yang mendalam dengan Tuhan, memancarkan kegembiaran sejati kepada setiap orang yang dijumpainya. Maka tidak mengherankan bila banyak orang merasa terhibur bila dikunjungi oleh beliau.
5. Visi, Misi dan Tujuan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi a. Visi Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi Visi SFS: Tarekat Suster-suster Fransiskan Sukabumi adalah suatu persaudaraan yang terdiri atas pribadi yang terdorong oleh ilham ilahi mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
menghayati dan meneruskan cita-cita Moeder Rosa de Bie, yaitu: mengusahakan penyucian para anggotanya yang berdevosikan pada perjuangan dan penderitaan Yesus yang tersalib, dengan hidup dalam semangat doa dan kontemplasi, tobat dan silih, serta pelayanan cinta kasih seturut teladan Fransiskus Assisi (Zita, 2008: 212). b. Misi Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi Misi SFS: Tarekat Suster-suster Fransiskan Sukabumi mewujudkan visinya dalam pelayanan kepada sesama melalui karya kesehatan, sosial karitatif, pastoral dan pendidikan (Zita, 2008: 213). c. Tujuan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi Tujuan Tarekat Suster-suster Fransiskan Sukabumi adalah menyucikan para anggotanya dengan mempertahankan identitas Tarekat Suster Fransiskanes Peniten Rekolektin sesuai dengan semangat Pendiri Moeder Rosa de Bie (Konst. 2000: pasal 4).
B. KONTEKS Arti kata konteks menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Kontekstualisasi menurut Hesselgrave (1994: 48), bersifat dinamis bukan statis. Kontekstualisasi mengakui sifat terus-menerus berubah dari setiap situasi manusia dan kemungkinan akan terjadinya perubahan, hingga membuka jalan bagi masa depan. Namun kontekstualisasi tidak menyiratkan isolasi bangsa-bangsa dan budaya-budaya. Sementara di dalam masing-masing situasi budaya yang berbeda-beda orang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
bergumul untuk mendapatkan kembali identitas mereka dan menguasai sejarah mereka sendiri, namun masih terdapat kesaling-tergantungan konteks. Dengan demikian kontekstualisasi berarti bahwa kemungkinan-kemungkinan pembaharuan harus pertama-tama dirasakan pada tempatnya masing-masing dalam tiap situasi, namun selalu dalam kerangka kesaling-tergantungan pada masa kini yang mengikat masalah-masalah masa lalu dan masa kini pada kemungkinankemungkinan di masa depan (Hesselgrave, 1994: 52-53). Kontekstualisasi dalam rangka menemukan spiritualitas masa kini dan masa depan sebagai perwujudan baru dari konteks spiritualitas yang lama, maka dalam penulisan ini menggunakan pendekatan beberapa bidang ilmu yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, dan kepemimpinan. 1. Komunikasi a. Pengertian Komunikasi Menurut Deddy Mulyana (2001: 41-42) komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama.” Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
kedua-duanya mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan (Onong Uchjana Effendy, 1992: 9). Komunikasi meliputi unsur-unsur: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya (Onong Uchjana Effendy, 1992: 10-11). Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Baik berbentuk ide, informasi, atau opini; baik mengenai hal yang konkret maupun abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang (Onong Uchjana Effendy, 1992 : 11). Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telephone, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga (Onong Uchjana Effendy, 1992: 16-17). b. Trend Komunikasi Masa Kini Derasnya teknologi yang masuk ke suatu negara dapat mendekatkan jarak hubungan antar manusia. Meski demikian, tentunya tak lepas dari hal-hal negatif. Dampak alienasi, keterasingan masing-masing individu, nilai-nilai primordialisme juga dapat tercipta karena keberadaan teknologi informasi tersebut. Sebagian generasi digital akan menjadi konsumtif, hedonis, dan narsistis yang akan menghambat kemajuan bangsa (Dirjen Informasi dan Komunikasi RI, 2012: 10). Iswarahadi (2003: 10-11) sarana komunikasi modern, seperti televisi, komputer, internet, handphone, facebook, websites, dan lain sebagainya; menyebabkan komunikasi verbal semakin hilang dan kurang dihargai perannya. Sarana komunikasi modern ini mampu memproduksi dan menyebarkan gagasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
dan pemikiran orang yang sama secara massal, sehingga dalam waktu yang singkat hal sama itu dapat dibaca, didengar, dan diketahui secara luas. Melalui penggunaan sarana modern untuk berkomunikasi, orang tidak hanya menyentuh dan menyapa seseorang melainkan banyak orang sekaligus dalam waktu yang sama. Sayangnya, dengan itu komunikasi juga kehilangan unsur pribadinya, sebab orang tidak lagi berjumpa dengan seorang “engkau” tetapi dengan massa atau fans yang banyak, sementara narasumber sendiri menjadi semacam idola atau abstraksi asing yang tidak bisa disentuh. Perkembangan jaringan komunikasi dan informasi melalui dunia maya, sepintas tampak hanya sebagai perkembangan teknologi sarana-sarana komunikasi yang semakin luas, semakin cepat, dan menjangkau banyak orang. Cita-cita yang dikejar adalah publisitas, transparansi umum dan nilai yang diunggulkan adalah kelayakan pasar, laku jual. Sebuah ide, gagasan, ataupun barang naik harganya ketika semakin banyak orang menyukai dan merasa membutuhkannya. Untuk itu, orang berusaha keras menggunakan media massa sebagai sarana promosi, mencapai publisitas yang luas (Iswarahadi, 2003: 11). Media massa sekarang ini bukanlah sekadar sarana, melainkan kebudayaan itu sendiri, di mana manusia hidup, bergerak, dan ada. Kebudayaan media massa telah menenggelamkan manusia seluruhnya ke dalam model komunikasi global yang tidak bisa dicegah. Penggunaan media massa dengan sendirinya akan menuntut penerimaan sifat-sifat mental, yang tercakup dalam budaya tersebut seperti publisitas, keterbukaan atau transparansi, pembaruan terus-menerus, relasi sosial yang luas, dan kesediaan untuk dikritik (Iswarahadi, 2003: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Kemajuan teknologi yang semakin pesat perlahan-lahan mempengaruhi perkembangan pola komunikasi manusia yang dimuat dalam Kompas (Fitur Klasika | Internet, 2012: 33). Kemunculan berbagai situs jejaring sosial, seperti facebook dan twitter tak dapat dipungkiri telah mengubah pola pikir seseorang dalam berinteraksi. Era new wave media memang seperti dua mata pisau, bisa membawa hal positif dan negatif tergantung dari si pengguna. Misalnya, sebagian orang kini cenderung lebih vokal saat menggunakan jejaring sosial. Sementara di dunia nyata, orang justru lebih memilih untuk diam. Sayangnya, kebebasan berekspresi di dunia maya kerap disalahgunakan para netizen. Oleh karena itu, tak jarang kasus cyberbullying akhir-akhir ini bermunculan. Cyberbullying diartikan sebagai kondisi saat seseorang diintimidasi, dipermalukan, bahkan diancam oleh satu atau banyak pihak. Tindakan ini dilakukan melalui teknologi informasi, seperti media sosial, blog, chat room, bahkan telepon genggam. Hasil penelitian sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang riset pasar global Amerika Serikat, Ipsos pada pertengahan November 2011 memaparkan, 74% responden Indonesia memilih facebook sebagai sumber dari kasus cyberbullying. Hal ini perlu diwaspadai karena dapat berkembang ke arah yang mengkawatirkan. Pihak yang diintimidasi bisa saja merasa tertekan dan berangsur menjadi depresi, bahkan dapat memicu orang untuk bunuh diri karena mental yang lemah.
2. Kebudayaan a. Pengertian Kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Menurut Hariyono (1996: 44) kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sanskerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Bila dilihat dari kata dasarnya, kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya”. Dari pengertian tersebut kemudian dibedakan antara budaya yang berarti “daya dari budi”, yang berupa cipta, karsa dan rasa dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam Ilmu Budaya Dasar mengacu pada pengertian sebagai berikut: 1) Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Istilah kebudayaan digunakan untuk menunjuk dan menekankan hasil karya fisik manusia, sekalipun hasil dan karya fisik manusia ini sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berpikir (gagasan) dan pola perilaku (tindakan) manusianya. Kebudayaan sebagai suatu sistem memberikan pengertian bahwa kebudayaan tercipta dari hasil renungan yang mendalam dan hasil kajian yang berulang-ulang tentang suatu permasalahan yang dihadapi manusia sehingga diperoleh sesuatu yang dianggap benar dan baik. Karena dianggap benar dan baik, hasil renungan ini biasanya ingin diwariskan kepada generasi berikutnya. Oleh generasi berikutnya hasil renungan ini dipertimbangkan kembali sesuai dengan kemajuan yang dapat dicapai dan dirasa lebih memuaskan (Hariyono, 1996: 44-45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
2) Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Pengertian budaya atau kultur dimaksudkan untuk menyebut nilainilai yang digunakan oleh sekelompok orang dalam berpikir dan bertindak. Seperti halnya dengan kebudayaan, budaya sebagai suatu sistem juga merupakan hasil kajian yang berulang-ulang tentang suatu permasalahan yang dihadapi manusia (Hariyono, 1996: 45). b. Simbol dan Nilai Redi Panuju (1996: 28) berpendapat pada dasarnya setiap orang terbentuk oleh lingkungan. Lingkungan pembentuk ini biasanya disebut kebudayaan. Sebaliknya manusia juga membentuk kebudayaan. Kebudayaan dapat dipandang sebagai tindakan berpola dalam masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat terbentuk atau terkelompok oleh adanya kebudayaan. Setiap orang dalam suatu kelompok budaya merasa ikut memiliki simbol dan nilai yang sama. Simbol dan nilai ini merupakan perbendaharaan kelompok sebagai dasar bertindak. Dengan menggabungkan faktor diri dengan faktor kebudayaan, orang akan bertindak sesuai dengan kecenderungan psikisnya. Nota Pastoral (KWI, 2007: 117) menyatakan bahwa budaya tidak dipahami sebagai sistem nilai yang amaterial. Budaya adalah cara kita memandang, merasa, bertindak dan berelasi yang menjelma di dalam kebiasaan (habit) yang sungguh bersifat fisik dan material. Budaya dipahami sebagai gugus kebiasaan sehari-hari hidup kita. Kebiasaan hidup mencakup hampir semua tindakan dan praktik sosial kita. Dalam melakukan kebiasaan-kebiasaan itu, kita tidak lagi bertindak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
sepenuhnya sadar, namun juga tidak berarti tindakan kita mekanis seperti mesin. Dapat dikatakan bahwa kebiasaan adalah gugus praktik instingtif yang dilakukan lantaran pengalaman dan pengulangan. Maka transformasi kultural (cara kita memandang, merasa, bertindak dan berelasi) perlu dilakukan bukan dengan mengandaikan kesadaran kritis kita yang terlalu tinggi, namun juga bukan mengandaikan kita seperti mesin-mesin yang bergerak secara mekanis. Kita mempunyai kesadaran bukan hanya secara normatif tetapi juga deskriptif. Pengertian sudah banyak, penyadaran juga luas, nasehat sudah berlimpah tetapi jarak antara tahu (to know) dan berbuat (to do) tetaplah sangat jauh.
Kita tidak menjadi bijaksana (wise) hanya dengan tahu apa itu
kebijaksanaan (wisdom). Dengan kata lain, antara momen “tahu yang baik” dan momen “melakukan yang baik” adalah perjalanan panjang yang berisi pembentukan kebiasaan (habit) (KWI, 2007: 118). c. Budaya Indonesia: Pluralisme? Demokrasi? Konsumerisme? Negara Indonesia adalah negara majemuk atau pluralis. Magnis-Suseno (2008: 27-28) berpendapat bahwa pluralisme adalah kesediaan untuk menjunjung tinggi pluralitas. Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, budaya, dan keyakinan yang berbeda, serta kesediaan untuk hidup, bergaul dan bekerja bersama dengan mereka. Pluralisme tidak hanya berarti membiarkan pluralitas, melainkan memandangnya sebagai sesuatu yang positif. Karena seorang pluralis menghormati dan menghargai sesama manusia dalam identitasnya, dan berarti juga dalam perbedaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Kita akui bahwa negara Indonesia plural, namun pada praktek hidup bersama sebagai bangsa masih terjadi pertentangan. Seperti dikatakan Adi Prasetyo bahwa sepuluh tahun terakhir ini aksi intoleransi semakin meningkat. Terjadinya penutupan dan perusakan tempat ibadat, aksi penyerangan terhadap acara peluncuran buku penulis asal Kanada di Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Keputusan MA yang tak bisa dieksekusi akibat tekanan kelompok massa serta ketidakmampuan dan ketidakmauan aparat penegak hukum untuk memberi perlindungan dan pemenuhan hak asasi kepada kelompok minoritas (Adi Prasetyo, 2012: 36). Menurut Magnis-Suseno (2008: 30) Negara Indonesia yang majemuk ini akan tetap bersatu apabila semua komponen bangsa mau bersatu dan mereka hanya akan mau bersatu apabila mereka dapat ikut mengurusnya. Itulah yang dijamin oleh demokrasi. Namun menurut Eddy Kristiyanto (2001: 311) demokrasi dapat dicegat, ditangguhkan bahkan dibatalkan oleh suatu kecenderungan otokratik kalangan tertentu para pemegang kekuasaan. Reza Syawawi (2012: 6) mengungkapkan bahwa demokrasi Indonesia sekarang ini berwajah ganda. Di satu sisi demokrasi merupakan instrumen yang dipercaya mengagregasi kepentingan publik, tetapi di sisi lain menggerogotinya. Dewasa ini demokrasi hanya diindentikan dengan peran partai dalam pemilihan umum. Di sisi lain, pengaruh globalisasi telah memunculkan budaya baru di Indonesia, yakni gaya hidup konsumerisme. Konsumerisme tentu berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
dengan kapitalisme. Produksi kapitalis tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhankebutuhan masyarakat, melainkan sebaliknya malah menciptakan kebutuhankebutuhan itu (Magnis-Suseno, 2008: 16). Menurut Kuntoro Adi (2011: 44-45) konsumerisme perlu dibedakan dari komsumsi. Komsumsi berkaitan dengan pemakaian barang/jasa untuk hidup layak dalam konteks sosio-ekonomi-kultural tertentu. Ia menyangkut kelayakan survival. Sedangkan konsumerisme seperti pemburuan prestasi. Jika dipadatkan, kira-kira begini: konsumerisme adalah komsumsi yang mengada-ada. Komsumsi bukan soal ada tidaknya uang untuk shopping. Juga bukan soal laba besar yang dikeruk melalui permainan insting konsumen. Kunci untuk memahami konsumerisme adalah psikologi, bagaimana konsumsi yang mengada-ada dilembagakan sebagi nirvana. Mereka diburu dengan harga absurd karena memberi klaim pada rasa percaya diri dan eksklusif. Karena eksklusif maka juga prestise dan status. Konsumerisme bagaikan mengejar langit di atas langit. Orang tidak hanya merasa naik mobil, tetapi Jaguar; tidak hanya merasa mengenakan pakaian, tetapi memakai Armani. Biasanya keluasan konsumerisme terbentuk dalam kombinasi dengan kultus selebriti. Seorang penyanyi yang sedang tenar di negeri ini menghabiskan uang Rp 100 juta per bulan untuk make-up kecantikan. Mungkin ia menjadi sumber decak kagum, atau panutan. Namun bagi mereka yang sempat berpikir, berita itu adalah cerita tentang narcissme seorang konsumeris. Konsumeris ialah narcissts yang dengan mengkomsumsi mengada-ada, memberi ucapan selamat kepada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
sendiri. Dan seperti selebriti, para konsumeris bagai wajah-wajah yang memuja topengnya sendiri (Kuntoro Adi, 2011: 45-46). Kapitalisme juga menciptakan produksi massal yang melahirkan budaya pop sebagai budaya massa. Budaya pop merupakan budaya komersial. Menurut Dadang
Supardan
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.PEND.SEJARAH)
kata pop diambil dari kata populer. Istilah pop memiliki empat makna yakni banyak disukai orang, jenis kerja rendahan, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Menurut Dyah Hapsari (http://dyahhapsari.blogspot.com/2009/11/) kata massa mempunyai makna positif dan negatif. Makna negatifnya adalah berkaitan dengan kerumunan (mob), atau orang banyak yang tidak teratur, bebal, tidak memiliki budaya, kecakapan dan rasionalitas. Makna positifnya yaitu massa memiliki arti kekuatan dan solidaritas di kalangan kelas pekerja biasa saat mencapai tujuan kolektif. Budaya pop banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti pementasan mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model handphone, model rumah, perawatan tubuh, dan semacamnya. Budaya pop dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif. Praktek budaya pop lebih dilihat sebagai fantasi publik. Budaya pop memberi ruang bagi eskapisme yang bukan hanya lari dari atau ke tempat tertentu, tetapi suatu pelarian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
dari utopia kita sendiri. Massa cenderung “latah” meniru segala sesuatu yang sedang naik daun atau laris. Budaya massa menciptakan kelas sosial. Selera, bisa disebut sebagai sebuah kategori ideologis yang difungsikan sebagai ciri kelas sosial.
3. Psikologi a. Konsep Psikologi Para ahli psikologi terdahulu, mendefinisikan bidang mereka sebagai studi kegiatan mental. Dengan berkembangnya aliran behaviorisme dengan penekanan studinya hanya pada fenomena yang dapat diukur secara obyektif, psikologi didefinisikan
sebagai
studi
mengenai
perilaku.
Definisi
ini
mencakup
penyelidikan mengenai perilaku binatang juga manusia dengan asumsi bahwa informasi yang didapat dari percobaan dari binatang dapat diterapkan pada organisme manusia (L. Atkinson, 1999: 18). Studi perilaku manusia dapat menjangkau lebih jauh keadaan yang terjadi pada setiap individu dan meninjau tata hubungan kelembagaan di mana mereka hidup; yakni keluarga, lingkungan tetangga, dan masyarakat umumnya. Karena lingkungan hidup itu terlalu beraneka ragam untuk dipahami jika hanya dilihat dari sudut pandang, maka muncul sejumlah bidang penyelidikan, yakni antropologi, ekonomi, linguistik, ilmu politik, sosiologi, dan bidang keahlian lain. Secara keseluruhan dikenal sebagai ilmu perilaku dan ilmu sosial. Istilah ilmu sosial dulu merupakan bidang yang eksklusif, sedangkan ilmu perilaku terbatas pada bidang yang berpusat pada perilaku individu saja (psikologi, antropologi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
linguistik). Karena semua bidang sudah semakin menyadari bahwa untuk dapat memahami perilaku individu harus memahami juga perilaku sosial, istilah ilmu perilaku dan ilmu sosial dipakai secara bergantian (L. Atkinson, 1999: 24). b. Trend Psikologi Masa Sekarang Dicky Hastjarjo (http://dickyh.staff.ugm.ac.id/jurnal/2009) mengemukakan bahwa psikologi kognitif dinilai sebagai satu revolusi dalam psikologi oleh karena psikologi kognitif merubah metateori psikologi. Metateori kognitif mengubah metateori behaviorisme sebab objek studinya bukan perilaku untuk membuat inferensi tentang faktor-faktor yang melandasi perilaku tersebut. Munculnya psikologi kognitif didorong oleh kegagalan behaviorism, munculnya teori komunikasi, ilmu linguistik modern, riset memori, kemajuan ilmu komputer dan teknologi, serta teori perkembangan kognitif. Psikologi kognitif dirumuskan sebagai studi mengenai kognisi atau aktivitas-aktivitas
mental
yang
mencakup
pemerolehan,
penyimpanan,
pengambilan dan penggunaan pengetahuan. Informasi megenai ruang lingkup yang luas, yakni dari persepsi, rekognisi pola, perhatian, kesadaran, memori, imajeri, bahasa, psikologi perkembangan, berpikir dan pembentukan konsep, serta kecerdasan manusia dan kecerdasan artifisial; diharapkan memberikan gambaran sekilas mengenai betapa pentingnya psikologi kognitif. Emosi juga memiliki peranan penting dalam kognisi. Psikologi kognitif mempelajari proses-proses mental yang dilandasi oleh kerja otak manusia. Psikologi kognitif menggunakan tiga model untuk menerangkan bekerjanya kognisi manusia, yaitu model pemrosesan informasi, model parallel distributed processing, dan teori evolusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Ada tiga alasan mengapa penting mempelajari psikologi kognitif, karena: 1) Kognisi merupakan satu bagian utama dalam studi mengenai psikologi manusia. 2) Pendekatan psikologi kognitif telah berpengaruh secara luas pada bidang psikologi lain seperti psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan dan psikologi kesehatan. 3) Alasan yang bersifat lebih pribadi, bahwa kita punya alat yang lebih impresif yakni pikiran kita dan kita menggunakan alat itu setiap menit.
4. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Menurut Hasbullah (1999: 1), pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial terdapat unsurunsur dan faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, peserta didik, tujuan dan sebagainya. Pendidikan dapat diselenggarakan secara informal, formal, maupun nonformal. Pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
lingkungan; pendidikan nonformal dapat ditempuh melalui kursus-kursus keterampilan, pelatihan, kelompok belajar, dan lain sebagainya, sedangkan pendidikan formal berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan. b. Faktor-faktor Pendidikan Dalam proses pendidikan ada pendidik yang berfungsi sebagai pelatih, pengembang, pemberi atau pewaris. Kemudian terdapat bahan yang dilatihkan, dikembangkan, diberikan dan diwariskan yakni pengetahuan, keterampilan, berpikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada peserta didik yang menerima latihan, pengembangan, pemberian dan pewarisan pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter. Menurut Sutari Imam Bernadib, dalam bukunya Hasbullah (1999: 9) bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, yaitu: 1) Adanya tujuan yang hendak dicapai, 2) Adanya subyek manusia (pendidik dan peserta didik) yang melakukan pendidikan, 3) Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (milieu), 4) Menggunakan media atau alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan, dan 5) Adanya metodologi pendidikan. Faktor yang satu dengan faktor yang lainnya, tidak bisa dipisahkan, karena kesemuanya saling mempengaruhi. c. Trend Pendidikan Indonesia Masa Kini Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Undang-undang Sisdiknas, 2003: pasal 3). Subyek pendidikan adalah peserta didik, sehingga pendidik tidak lagi menjadi pusat dalam pendidikan. Pendidik berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Suparno (2002: 15-17) sependapat dengan para konstruktivis, bahwa pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi (personal). Semua hal lain termasuk pelajaran dan arahan guru hanya merupakan bahan yang harus diolah dan dirumuskan oleh siswa sendiri. Peran guru atau pendidik sebagai fasilitator atau moderator. Mohammad
Alwi
(http://www.yapibangil.org/artikel/20-8-2008)
meng-
angkat teori Howard Gardner yang berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi. Pendidik memiliki peran penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Ada sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan matematik-logis, kecerdasan
kecerdasan
musikal,
visual-spasial,
kecerdasan
kecerdasan
interpersonal,
kinestetis-jasmani,
kecerdasan
intrapersonal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial. Setiap orang mempunyai semua kecerdasan itu dan setiap manusia normal dapat mengembangkan kesembilan jenis kemampuan itu sampai ke tingkat penguasaan tertentu. Oleh karena itu, mutu pendidik harus terus ditingkatkan. Syawal Gultom (2012: 14) Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidik (BPSDMP DAN PMP) mengatakan bahwa akan diadakan tes ulang bagi para guru yang berjumlah 1.020.000 yang sudah tersertifikasi. Tes akan dilaksanakan secara online maupun offline. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memperhatikan mutu tenaga pendidik dalam mengajar dengan menggunakan teknologi komputer. Pemerintah Indonesia juga mengakui pendidikan informal sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai standar nasional pendidikan (Undang-undang Sisdiknas 2003: pasal 27). Selain itu, pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dengan menggunakan media komunikasi maupun jaringan komputer (UU Sisdiknas 2003: pasal 31). Mohammad Abduhzen berpendapat dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini, menerapkan world class university ataupun (rintisan) sekolah bertaraf internasional atau RSBI. Meskipun menciptakan persaingan atau kompetisi namun dijadikan visi kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2025. Visi komersial ini menuntun segenap upaya pendidikan kita untuk melihat keluar, mengacu pada dan menggunakan standar-standar internasional (Mohammad Abduhzen, 2012: 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Media pembelajaran sekarang ini tidak lagi terpusat pada guru dan bukubuku di perpustakaan. Paulina Pannem (2012: 14) berpendapat bahwa penggunaan Teknologi Ilmu Komunikasi (TIK) pada pendidikan diyakini dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan menerapkan sistem e-learning atau sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan elearning, guru bisa kreatif menggunakan gambar, video, audio, teks dan animasi sehingga pembelajaran lebih menarik dan mudah ditangkap. Pendidikan berwawasan lingkungan menggunakan alam sebagai media pembelajaran sehingga peserta didik mengalami secara langsung dalam mempelajari Biologi/IPA sekaligus menanamkan sikap untuk lebih menghargai alam dan berusaha melestarikan lingkungan (Outward Bound Indonesia, 2012: 45). Selain itu, simulasi penyelamatan diri dari bencana alam, khususnya dari gempa bumi juga diajarkan kepada peserta didik dengan cara berlindung di bawah meja sehingga resiko jatuhnya kurban jiwa dapat dikurangi (Indra Riatmoko, 2012: 12). Pendidikan berbasis kompetensi telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia sehingga pendidikan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu, berbagai pendekatan dapat diterapkan, seperti Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), pembelajaran kooperatif, Contextual Teaching and Learning (CTL), dan lain sebagainya (UU Sisdiknas 2003: pasal 3). Pendidikan karakter menjadi trend sekolah-sekolah sekarang ini. Dengan pendidikan karakter peserta didik diharapkan memiliki kepribadian, akhlak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
baik serta karakter positif lainnya. Berbagai model pendidikan karakter mulai dikembangkan dan diterapkan sebagai bahan ajar dalam proses belajar mengajar di sekolah diantaranya muatan lokal dan pendidikan berbasiskan budaya (Ajat Sudrajat, 2012: 5). Pendidikan karakter tidak melulu diberikan secara teori melainkan dengan pendekatan lingkungan hidup dan budaya lokal yang disebut eco-learning and culture yang dilaksanakan di luar kelas (outdoor education) (Outward Bound Indonesia, 2012: 4-5). Penerapan prinsip 3C: competency (kompeten), compassion (empati), conscience (bermoral) dalam pendidikan diharapkan melahirkan dan menciptakan peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan sekaligus berkarakter (Situmorang, 2012: 7). Menurut Ari Subagyo pendidikan Pancasila mutlak dilakukan untuk membangun karakter karena Pancasila merupakan gugus nilai yang digali dan disepakati menjadi watak bangsa Indonesia. Pancasila memuat gugus nilai ideal, yakni berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu, bermusyawarah, dan berkeadilan sosial. Gugus nilai itu menjamin terbentuknya insan Pancasilais yang utuhintegral sebagai makhluk individual maupun sosial. Beberapa sekolah melengkapi pendidikan karakter dengan live in bersama warga miskin dan tersingkir. Kepedulian dan empati siswa disentuh dan dibangkitkan agar menjadi sikap, keterampilan, dan visi hidup (Ari Subagyo, 2012: 14).
5. Kepemimpinan a. Pengertian Kepemimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Kepemimpinan menyangkut tiga aspek, yakni kemampuan manajerial, pengambilan keputusan, dan pencapaian visi. Berkaitan dengan kemampuan manajerial Amstrong (1988: 90) berpendapat bahwa kepemimpinan (leadership) adalah mengerjakan segala sesuatu melalui orang lain, jika ada sasaran untuk dicapai, jika suatu tugas dilaksanakan dan jika lebih satu orang diperlukan untuk melakukannya. Menurut definisi semua manajer adalah pemimpin, dalam arti bahwa mereka hanya akan dapat mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan dengan dukungan kelompoknya, yang harus tergerak atau dibujuk untuk mengikuti mereka. Karena itu, kepemimpinan adalah sesuatu mengenai mendorong dan membangkitkan individu dan kelompok untuk berusaha sebaikbaiknya demi mencapai hasil yang diinginkan. Kepemimpinan memainkan peranan penting dalam manajemen sumber daya manusia. Pencapaian keunggulan dalam usaha dan manajemen sangat tergantung kepada kemampuan pemimpin untuk menyampaikan pandangannya (visi), antusiasme, dan rasa memiliki tujuan kepada kelompok. Arah dan gerak bersama ditentukan oleh keputusan yang dibuat oleh pemimpinnya. Maka keputusan yang selalu dibuat tepat, baik mengenai isi maupun waktu pengambilannya membuat kehidupan kelompoknya mantap dan berjalan lancar dalam mencapai tujuan bersama (Mangunhardjana, 1976: 46). Dalam arti kemampuan memimpin, kepemimpinan ialah kesanggupan menggerakkan sekelompok manusia ke arah tujuan bersama sambil menggunakan daya bendawi dan rohani yang ada dalam kelompok tersebut. Kepemimpinan merupakan unsur dinamis, yang sanggup mengkaji masa lampau, menelaah masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
kini dan menyoroti masa depan lalu berani mengambil keputusan yang dituangkan dalam tindakan. Hal ini berkaitan dengan pencapaian visi (Riberu, 1978: 6). b. Trend Kepemimpinan Masa Kini Bangsa Indonesia sekarang ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. Namun trend kepemimpinan (leadership) dalam perusahaan-perusahaan sekarang ini mengutamakan manajemen berbasis mutu, berorientasi pada tenaga manusia (SDM), dan lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh Lowney yang mengupas tentang kepemimpinan sebuah “perusahaan” yang telah terbukti mampu mengembangkan
perusahaannya
selama
450
tahun.
“Perusahaan”
yang
dimaksudkan adalah Serikat Yesus. Lowney (2003: 11) berpendapat bahwa Yesuit menerapkan gaya kepemimpinan yang berfokus pada aspek manajerial, pengambilan keputusan dan pencapaian visi dengan empat pilar yang menciptakan substansi kepemimpinan, sehingga serikat ini tetap eksis hingga sekarang. Keempat pilar tersebut adalah: 1) Kesadaran diri: memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup mereka. Hal ini merupakan aspek manajerial. Pribadi yang tahu apa yang diinginkannya dapat dengan energik berupaya untuk mencapainya. Hanya mereka yang tahu kelemahan mereka sendiri dapat menanganinya atau bahkan mengalahkannya. Para eksekutif dengan karier yang kurang percaya diri dapat menempuh lagi perjalanan menanjak hanya dengan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan mereka dan membabatnya. Mereka yang telah mengidentifikasi apa yang menggerakkan diri mereka dengan melibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
diri sepenuh hati mempunyai sedikit saja kesulitan untuk tetap termotivasi (Lowney, 2003: 111). 2) Ingenuitas (kecerdasan dan fleksibilitas): berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia. Ini merupakan aspek pengambilan keputusan. Para Yesuit merangkul dunia dan menerjunkan diri mereka dalam hidup sehari-hari, hidup di kota dan pusat budayanya serta menempuh perjalanan dan bekerja dengan penduduknya. Dengan demikian ingenuitas memicu inovasi, kreativitas dan mentalitas global. Lowney (2003: 161). Ingenuitas mekar jika kebebasan pribadi untuk mengejar peluang dikaitkan dengan kepercayaan mendalam dan optimisme bahwa banyak peluang yang tersedia di dunia ini (Lowney, 2003: 150). 3) Cinta kasih: membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta kasih. Cinta kasih kepada bawahan atau anggota merupakan aspek manajemen yang berorientasi pada tenaga manusia atau SDM. Esensi kepemimpinan yang didorong oleh cinta kasih memiliki: visi untuk melihat bakat, potensi, dan harkat setiap pribadi; keberanian, gairah, dan komitmen untuk membukakan kunci potensi, kesetiaan, serta penghormatan satu sama
lain
yang
dibangkitkannya,
yang
mengobarkan
semangat
dan
mempersatukan tim (Lowney, 2003: 208). Cinta kasih di dalam dunia bisnis dewasa ini, memacu manajer yang menyisihkan waktu yang tidak mereka miliki untuk membantu karyawan yang pas-pasan agar ia bekerja dengan lebih baik atau untuk memulai pembicaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
yang kaku dengan karyawan yang berprestasi tinggi namun berperilaku buruk agar ia mau tak mau merenungkan tindak-tanduknya yang menyebalkan (Lowney, 2003: 209). Pemimpin yang terlecut oleh cinta kasih memiliki visi untuk melihat dan melibatkan orang-orang lain sebagaimana adanya, tidak melewati saringan, prasangka-prasangka kultural, atau kesempitan pandangan yang mengecilkan mereka (Lowney, 2003: 237). Cinta kasih tentunya tidak lepas dari perhatian terhadap terpenuhinya kesejahteraan anggota atau bawahan. Dengan demikian anggota dapat bekerja dengan tenang, gembira dan bersemangat dalam mencapai hasil produksi yang bermutu. 4) Heroisme: menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi heroik. Sikap heroik merupakan aspek pencapaian visi. Tantangan yang dihadapi entah oleh individu, tim atau secara menyeluruh adalah bagaimana bergeser dari kinerja yang sinis, dan sekedar menjalankan kebiasaan tanpa antusiame, ke arah kinerja yang termotivasi bahkan heroik. Dalam hal ini, tim Yesuit mengambil tiga langkah, yakni: 1) Mereka menganjurkan para rekrut (anggota baru) untuk mengubah aspirasi korporat menjadi misi pribadi. 2) Mereka menciptakan budaya perusahaan yang menekankan heroisme, sambil mencontohkan sendiri keutamaan itu. 3) Mereka memberi kepada setiap pribadi kesempatan untuk memperbesar diri sendiri dengan menyumbang secara bermakna pada sebuah usaha yang lebih besar daripada kepentingannya sendiri (Lowney, 2003: 243-244).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tentu saja mereka yang membuat komitmen pribadi memerlukan dukungan. Para rekrut Yesuit menemukan bahwa dukungan tersebut selalu diperkokoh dari atas. Para pemimpin Yesuit tidak henti-hentinya memperkokoh komitmen pada keunggulan dan pada ambisi (suci) (Lowney, 2003: 245). Selain itu Yesuit melatih para calon anggotanya untuk memimpin, karena yakin bahwa kepemimpinan berawal dengan kepemimpinan diri sendiri. Formula empat pilar ini masih berlaku sebagai alat menggembleng para pemimpin Yesuit dewasa ini. Dan formula ini dapat membentuk para pemimpin dalam semua arena kehidupan dan kerja. Kekuatan
terbesar
seorang
pemimpin
ialah
visi
pribadinya,
yang
dikomunikasikan dalam contoh hidupnya sehari-hari. Kepemimpinan ialah kehidupan nyata seorang pemimpin. Para Yesuit awal seringkali mengacu kepada nuestro modo de proceder atau dalam bahasa Indonesia “cara kita bertindak”. “Cara kita bertindak” mengalir dari sebuah pandangan hidup dan prioritasprioritas yang sama-sama dirasakan oleh semua anggota Yesuit. Cara mereka bertindak merupakan sebuah kompas. Dengan mengetahui apa yang dianggapnya bernilai dan apa yang ingin dicapainya, ia mengorientasikan dirinya pada lingkungan yang baru, sembari dengan keyakinan beradaptasi dengan keadaan sekitar yang tak akrab baginya (Lowney, 2003: 22-24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
C. PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PEMBINAAN Bertolak dari konteks pada masing-masing bidang di atas, maka penulis menganalisis bidang-bidang tersebut dan implikasinya bagi pembinaan sustersuster yunior Kongregasi SFS pada situasi sekarang ini. 1. Bidang Komunikasi a. Strength (Kekuatan) 1) Media komunikasi tersedia di biara-biara. 2) Para
suster,
termasuk
suster
yunior
mendapat
kesempatan
untuk
memanfaatkan media komunikasi yang tersedia di biara maupun di unit karya. 3) Formator dan formandi berpengalaman dalam mengoperasikan sarana komunikasi. 4) Tersedianya komunikasi antar formator dan formandi didukung teknologi komunikasi modern. b. Weakness (Kelemahan) 1) Belum semua potensi formator dan formandi dioptimalkan. 2) Menurunnya kesadaran budaya baca. 3) Para formator belum mengoptimalkan sarana komunikasi sebagai media pembinaan. c. Opportunity (Peluang) 1) Tersedianya media komunikasi yang murah sehingga mempermudah pengarahan, pastoral, dan dalam membentuk jejaring dengan lembagalembaga lain dalam kerjasama yang mendukung pendidikan religius. 2) Informasi dan komunikasi dari formator lebih cepat diterima oleh formandi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
3) Media massa modern sebagai sarana komunikasi aktualisasi nilai-nilai spiritualitas kongregasi dalam rangka pembinaan suster-suster yunior. 4) Warisan nilai-nilai rohani dari pendiri yang dikomunikasikan akan menjadi dinamis dan bukan sekedar ajaran yang bersifat teori. d. Threat (Ancaman/Tantangan) 1) Berkurangnya komunikasi verbal sehingga komunikasi kurang efektif. 2) Komunikasi antar pribadi tidak mendalam/dangkal, sebatas permukaan. 3) Cenderung individual/non personal dan narsistis. 4) Komunikasi nilai-nilai spiritualitas dan kharisma kurang mendalam sehingga suster muda menjadi kurang berkualitas. 5) Menurunnya kesantunan dalam komunikasi. 6) Cenderung mencari informasi yang bermuatan hiburan. 7) Kecenderungan adiktif terhadap media komunikasi. 8) Memanfaatkan media komunikasi secara proposional. 9) Mengikuti trend media komunikasi sebagai gaya hidup.
2. Bidang Kebudayaan a. Strength (Kekuatan) 1) Formator dan formandi berasal dari berbagai daerah. 2) Terciptanya budaya dialog. 3) Adanya evaluasi dari persaudaraan yang memberikan masukan mengenai kemajuan
para
suster
yunior
sekaligus
memberi
masukan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
mengembangkan nilai-nilai rohani dan manusiawi agar semakin dapat menginternalisasikan nilai-nilai spiritualitas kongregasi. 4) Adanya refleksi dan evaluasi dalam kapitel propinsi yang meninjau kembali nilai-nilai spiritualitas yang menjadi budaya kongregasi. b. Weakness (Kelemahan) 1) Belum sepenuhnya tercipta pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan pendapat. 2) Belum semua anggota ambil bagian secara optimal dalam membantu proses internalisasi nilai-nilai rohani dan manusiawi bagi para suster yunior melalui sumbangan persaudaraan. 3) Budaya demokrasi belum sepenuhnya terkondisikan dalam komunitas maupun dialog-dialog antara suster yunior dengan para suster yang telah berkaul definitif. 4) Adanya kecenderungan mencari aman dari para suster yunior. 5) Belum sepenuhnya para suster yunior memiliki sikap lepas bebas dalam mengungkapkan gagasan. 6) Permahaman dan penghayatan kultur cara memandang, merasa, bertindak dan berelasi belum sepenuhnya dapat diwujudkan secara khas sebagai religius SFS. c. Opportunity (Peluang) 1) Adanya kekayaan budaya dari daerah masing-masing baik dari formator maupun formandi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
2) Adanya perbedaan karakter dan pola pikir dari formator dan formandi yang memperkaya kongregasi. 3) Terbentuknya pribadi-pribadi religius muda yang memiliki sikap lepas bebas dalam berpendapat. 4) Terciptanya budaya saling menghargai antara formator dengan formandi maupun dalam hidup di komunitas serta di tempat tugas. 5) Budaya belajar terus-menerus bagi formator dan formandi dengan memanfaatkan sarana-prasarana yang tersedia di komunitas maupun di tempat tugas. d. Threat (Ancaman/Tantangan) 1) Pengaruh budaya pop membentuk pribadi yang tidak mendalam/dangkal dalam penghayatan hidup rohani maupun dalam berelasi dengan sesama. 2) Menurunnya semangat ulah tapa dan pengendalian diri. 3) Memudarnya semangat diskresi dengan adanya berbagai tawaran nilai baik formator, formandi maupun anggota yang telah berkaul definitif. 4) Kecenderungan berbudaya instan, konsumtif dan hedonis.
3. Bidang Psikologi a. Strength (Kekuatan) 1) Para formandi merupakan generasi muda zaman sekarang cenderung lebih mengedepankan kemampuan berpikir/otak. 2) Para formandi memiliki banyak bakat dan kecerdasan. 3) Para formandi mudah menangkap informasi mengenai hal-hal baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
4) Adanya tenaga formator yang telah berpengalaman dalam pembinaan. b. Weakness (Kelemahan) 1) Para formandi kurang kritis dalam mengolah informasi. 2) Kecenderungan para formandi memilih jalan termudah (instan) atau tidak mau susah. 3) Formator belum mengoptimalkan psikologi kognitif dalam pembinaan. 4) Kurangnya keberanian dari formandi dalam bereksplorasi. c. Opportunity (Peluang) 1) Formator dapat memadukan psikologi kepribadian dengan psikologi kognitif dalam pembinaan kepada para formandi. 2) Penanaman nilai-nilai spiritualitas dapat dipahami dan diwujudkan oleh para formandi sesuai dengan situasi zaman. 3) Dengan menerapkan psikologi kognitif, formator dan formandi semakin kompeten dalam bidangnya. 4) Terbentuknya pribadi yang seimbang, dewasa dan utuh. d. Threat (Ancaman/Tantangan) 1) Lebih mengedepankan kemampuan rasio. 2) Nilai-nilai spiritualitas kurang terhayati secara mendalam dan seimbang. 3) Menurunnya semangat diskresi. 4) Narsis dan mengabaikan pribadi yang kurang mampu dalam berpikir. 5) Cenderung rasionalisasi sehingga membentuk pribadi sulit memiliki sikap jujur dan rendah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
4. Bidang Pendidikan a. Strength (Kekuatan) 1) Secara umum formandi memiliki bakat dan kemampuan rata-rata. 2) Tersedianya sarana-prasarana yang mendukung proses pendidikan. 3) Adanya tenaga formator yang telah berpengalaman. 4) Adanya kesempatan mendatangkan tutor yang kompeten. 5) Berlangsungnya pembinaan terus-menerus (ongoing formation). b. Weakness (Kelemahan) 1) Belum ada ketetapan masa dan rumah yuniorat. 2) Penyelenggaraan pendidikan religius bagi para formandi masih sebatas rekoleksi bulanan dan bimbingan pribadi. 3) Belum semua materi pendidikan tahun yuniorat dijadikan bahan acuan dalam pembinaan. 4) Kurangnya minat belajar secara pribadi dari formandi. c. Opportunity (Peluang) 1) Peran formator sebagai fasilitator dan motivator memberikan arahan, kesempatan dan kepercayaan kepada para formandi yang telah memiliki bakat dan kecerdasan. 2) Formandi dapat mengoptimalkan bakat dan kemampuannya. 3) Kemajuan teknologi media komunikasi dapat menjadi sarana dalam mengembangkan pendidikan. 4) Terselenggaranya pendidikan dan pembinaan jarak jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
5) Meningkatkan
pendidikan
dan
pembekalan
untuk
mengembangkan
kemampuan, keterampilan dan kualitas formator. 6) Kontekstualisasi nilai-nilai spiritualitas sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman. d. Threat (Ancaman/Tantangan) 1) Banyaknya informasi dari berbagai media dapat menggeser materi ajar pendidikan religius. 2) Kuatnya pengaruh budaya instan. 3) Tergesernya pengolahan hidup rohani. 4) Situasi lingkungan yang kurang kondusif. 5) Tuntutan tersedianya tenaga formator yang kompeten dan berkualitas.
5. Bidang Kepemimpinan a. Strength (Kekuatan) 1) Sistem kepemimpinan yang demokratis dan dialogal. 2) Adanya tenaga formator resmi dan pemimpin komunitas yang ditunjuk dalam pembinaan para suster yunior. 3) Adanya kesempatan dan kepercayaan bagi formandi dalam tugas di komunitas maupun karya. 4) Adanya kesempatan bagi formandi belajar dalam beberapa bidang kerja. b. Weakness (Kelemahan) 1) Belum semua pemimpin mampu memberikan teladan ideal secara konkret. 2) Kurangnya daya juang para suster yunior.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
3) Tujuan studi formal bagi para yunior bukan untuk optimalisasi kemampuan yang bersangkutan melainkan untuk memenuhi kebutuhan kongregasi. 4) Spiritualitas kongregasi belum sepenuhnya memotivasi dan mendorong anggota kongregasi. c. Opportunity (Peluang) 1) Berkembangnya potensi kepemimpinan formator dan formandi. 2) Berkembangnya bakat dan kemampuan formandi secara optimal. 3) Pentingnya pendidikan dan pembekalan bagi para formator untuk menunjang kompetensi dalam tugas pembinaan. 4) Visi, misi dan tujuan kongregasi dipahami dan dihayati secara personal oleh formator dan formandi. 5) Tercipta gerak bersama berdasarkan opsi kongregasi. 6) Meningkatnya kesadaran untuk saling memberikan teladan baik sesuai dengan spiritualitas kongregasi. 7) Meningkatnya kesadaran belajar secara terus-menerus. 8) Melakukan perubahan dalam berbagai bidang hidup sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritualitas kongregasi. 9) Mengembangkan
kemampuan berwawasan global namun tetap memiliki
kebijakan lokal. d. Threat (Ancaman/Tantangan) 1) Berkembangnya budaya bebas yang cenderung menolak kepemimpinan hirarkis. 2) Banyaknya tawaran nilai dari lingkungan hidup sekular.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
3) Penyimpangan aktualisasi dalam bertindak dari nilai-nilai spiritualitas kongregasi. 4) Kurangnya keseimbangan antara hidup rohani dan hidup karya. 5) Menurunnya mutu penghayatan tri kaul.
D. KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI Spiritualitas pendiri Kongregasi BOZ yang diwariskan kepada para anggotanya hingga ke Indonesia dengan sebutan Kongregasi SFS masih sama, yakni: pengungsian bagi yang menderita, semangat doa dan kontemplasi, ulah tapa dan pengendalian diri, pelepasan dari hal-hal duniawi, ketaatan dan kerendahan hati, cinta kasih yang melayani, pengorbanan diri dan kegembiaraan Fransiskan (hal. 17-19). Konteks yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan dan kepemimpinan menunjukkan adanya perbedaan dengan trend komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan dan kepemimpinan di masa sekarang, seperti telah diuraikan sebelumnya (hal. 20-44). Dari perbedaan tersebut diperoleh peluang dan tantangan dalam pembinaan (hal. 45-53). Berdasarkan kedua pemikiran di atas maka dikemukakan gagasan kontekstualisasi spiritualitas pendiri dalam pembinaan suster-suster yunior dalam masing-masing bidang sebagai berikut: 1. Bidang Komunikasi Komunikasi verbal antara formator dan formandi dalam proses pembinaan harus lebih intensif mengingat spiritualitas pendiri harus terus-menerus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
disampaikan sebagai warisan pendiri yang menjadi kekhasan kongregasi kepada para religius muda agar tidak menjadi semakin berkurang, berubah ataupun hilang melainkan tetap dapat dihayati oleh para suster yunior dalam situasi sekarang yang semakin mengandalkan media komunikasi tanpa harus saling bertemu secara langsung. Di sisi lain, media komunikasi yang semakin canggih di era globalisasi ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendukung dalam pembinaan sehingga informasi dapat diterima lebih cepat. Media komunikasi yang semakin murah juga dapat dimanfaatkan untuk membangun jejaring dengan lembaga religius lain demi mendukung pembinaan suster yunior. Kemajuan teknologi komunikasi membawa dampak positif dan negatif maka pengarahan para formator kepada para suster yunior sangat dibutuhkan agar mereka dapat menggunakan media komunikasi secara bijaksana. Oleh karena itu, semangat diskresi harus terus-menerus ditekankan dengan demikian diharapkan para suster yunior semakin mampu menyikapi dan selektif dalam memilih informasi melalui media komunikasi. Namun demikian, para suster yunior perlu diberi kebebasan dan kepercayaan untuk mewujudkan nilai-nilai spiritualitas pendiri yang menjadi kekhasan kongregasi dalam hidup sehari-hari sesuai dengan kharisma pribadinya dengan menggunakan media komunikasi tersebut.
2. Bidang Kebudayaan Warisan nilai-nilai spiritualitas pendiri akan tetap sama maknanya dari zaman ke zaman bila tetap dikomunikasikan. Maka budaya dialog antar para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
suster yunior sendiri maupun dengan pihak lain yang melibatkan para suster yunior baik dalam kongregasi maupun lintas kongregasi harus dibiasakan mengingat situasi zaman semakin individualis, egois, mencari yang instan dan narsistis. Dengan demikian diharapkan para suster yunior semakin memiliki sikap terbuka untuk mengakui dan menghargai setiap perbedaan serta semakin menjadi kebiasaan (habit) dalam praktek hidup konkret bersama dengan orang lain dalam keseharian. Dalam menanamkan nilai-nilai spiritualitas yang bersifat informasi atau teori hendaklah diberlakukan waktu untuk menerapkan atau praktek atas pengetahuan tersebut kemudian dievaluasi terus-menerus mengingat transformasi budaya yang meliputi cara memandang, merasa, bertindak dan berelasi perlu dilatihkan dan membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi kebiasaan sehingga antara tahu (to know) dan berbuat (to do) tidak terpisah atau berjarak jauh. Penciptaan budaya baru membutuhkan eksperimen maka para suster yunior perlu
diberikan
kebebasan
untuk
mengungkapkan
gagasannya
dan
memperjuangkan cita-cita atau impiannya dalam mewujudkan nilai-nilai rohani yang luhur sebagai religius SFS. Tentu saja untuk mewujudkan hal itu membutuhkan sarana prasarana yang mendukung tugas perutusan dalam perwujudan cita-cita tersebut maka dibutuhkan arahan dari formator agar tetap selektif dan prioritas dalam memilih dan menggunakan sarana prasarana yang tersedia. Dengan demikian, penggunaan sarana prasarana bukan karena mengikuti trend atau budaya pop melainkan sungguh-sungguh karena menjadi sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
pendukung dalam perwujudan cita-cita luhur demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini.
3. Bidang Psikologi Psikologi kognitif dipandang sebagai revolusi dalam psikologi karena merubah metateori psikologi. Psikologi kognitif mempelajari proses-proses mental yang dilandasi oleh kerja otak manusia maka kecenderungan dalam diri religius muda bisa terjadi lebih mengedepankan kemampuan rasio sehingga kurang seimbang dalam pengolahan afeksi dan perilaku kepribadian. Oleh karena itu, perpaduan psikologi kepribadian dan psikologi kognitif perlu dipadukan dalam pembinaan para suster yunior. Penerapan
perpaduan
psikologi
kepribadian
dan
psikologi kognitif
membutuhkan kerjasama dengan tenaga ahli, juga dalam mengadakan tes untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan perpaduan psikologi tersebut dalam pembinaan terhadap para suster yunior. Selain itu, formandi bersama formator perlu membiasakan pembuatan rencana kerja atau proyek pengolahan diri, latihan, refleksi dan evaluasi secara berkala untuk tercapainya tujuan penerapan perpaduan psikologi tersebut. Psikologi kognitif didukung pula teori multi intelegen yang meliputi sembilan kecerdasan yang memungkinkan penerapan berbagai strategi dalam pembinaan yang akan membantu memberikan panduan dalam menyusun program pembinaan dengan menyesuaikan pada bakat dan kemampuan formandi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
4. Bidang Pendidikan Nilai-nilai spiritualitas pendiri yang telah ditanamkan kepada para calon sejak masa postulat dan novisiat dikembangkan dijenjang berikutnya yakni masa yuniorat. Sedangkan materi pembinaan masa yuniorat meliputi teologi biblis, dogmatik, spiritual, dan pastoral, dan khususnya pada pendalaman pemahaman doktrinal akan hidup bakti dan akan kharisma lembaga (Pedoman-pedoman Pembinaan Dalam Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, 1990: art. 61). Oleh karena itu, Kongregasi SFS harus menentukan masa yuniorat untuk tinggal di rumah yuniorat bersama formator dalam jangka waktu tertentu untuk mendalami materi yang harus digumuli di masa yuniorat tersebut. Sumber belajar dalam pendidikan sekarang ini sangat banyak, maka konsep pendidikan seumur hidup (ongoing formation) dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Perlu juga memberikan kebebasan bagi para formandi untuk aktif mencari dan mengembangkan secara mandiri, termasuk pembuatan karya ilmiah. Spiritualitas yang telah dimiliki para suster yunior akan dapat diwujudkan secara kompeten dan optimal dalam tugas pelayanan kepada sesama yang membutuhkan apabila didukung dengan studi formal yang memperkembangkan bakat dan minat masing-masing suster yunior sehingga spiritualitas pendiri tetap relevan pada situasi zaman yang terus berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
5. Bidang Kepemimpinan Kepemimpinan
yang
memperlakukan
seluruh
anggota
setara
dan
memberikan kepercayaan serta kesempatan untuk berkembang secara optimal sesuai fungsi, peran dan masanya merupakan hal penting dalam kepemimpinan di masa sekarang ini mengingat kecenderungan khalayak pada umumnya menolak kepemimpinan yang otoriter dan hirarkis. Kesempatan dan kepercayaan penting diberikan kepada para suster yunior untuk belajar memimpin berbagai kegiatan, baik internal maupun eksternal kemudian dievaluasi secara terbuka. Begitu juga kepercayaan dan kesempatan mengelola dan mengembangkan unit karya sebagai arena berlatih secara langsung dalam memimpin diri sendiri dan orang lain seraya tetap didampingi oleh pemimpin yang terkait. Kepemimpinan yang efektif adalah melalui keteladanan hidup sehari-hari maka budaya saling melayani dan memberi teladan baik sebagai religius SFS harus terus-menerus diwujudkan sehingga masing-masng anggota temasuk para suster yunior mengetahui apa yang bernilai dan harus dicapai dalam hidup seharihari sebagai orang-orang yang terpanggil untuk diselamatkan oleh Allah Bapa dalam penebusan Yesus Kristus Putera-Nya.
E. PENELITIAN RELEVAN Terkait dengan penelitian yang hendak penulis lakukan, penulis menemukan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang membahas tentang panggilan imamat beserta tinjauan pastoralnya. Kelompok psikoreligius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Yogyakarta (1975), yang diketuai oleh A. Widyarta, yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Penyelidikan PUSKAT, mengadakan penelitian mengenai panggilan imamat beserta tinjauan pastoralnya, yang dibatasi pada variabel: gambaran imamat, pandangan keagamaan dan pandangan hidup. Penelitian dilakukan dengan membandingkan antara para pemuda katolik yang tertarik pada jabatan imamat dan mereka yang tidak tertarik dengan para calon imam dari pelbagai tingkatan pendidikan calon imam. Subyek penelitian adalah para pemuda katolik SLTA dan SPG Katolik kelas III, dari 14 (empat belas) sekolah katolik di wilayah keuskupan-keuskupan, yakni keuskupan Agung Semarang, Jakarta, Ujung Pandang dan Ende; yang berjumlah 554 orang. Sedangkan para calon imam terdiri dari siswa-siswa Seminari Menengah kelas tertinggi dari 7 (tujuh) sekolah dari keuskupan-keuskupan tersebut sejumlah 151 orang; dan mahasiswa IFT tingkat I, III dan V berasal dari 5 (lima) Institut dari keuskupan-keuskupan tersebut berjumlah 233 orang. Alat-alat penelitian yang dipakai berbentuk opinionnaire, questionnaire dan checklist. Umumnya pertanyaan-pertanyaan bersifat tertutup. Berdasarkan hasil analisa data dari kelompok subyek penelitian di lingkungan SLTA, kelompok peminat relatif lebih konservatif, baik dalam gambaran imamat, pandangan keagamaan maupun pandangan hidup, daripada kelompok non peminat. Sedangkan hasil penelitian
di lingkungan kelompok seminaris dan
mahasiswa IFT sangat variatif, yakni: 1) Gambaran imamat tidak ada perbedaan. 2) Mengenai pandangan keagamaan dan pandangan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Dibandingkan dengan mahasiswa IFT tingkat I, seminari menengah memiliki pandangan keagamaan yang lebih tradisional dan pandangan hidup yang lebih konservatif. 3) Perbedaan arah pandangan IFT tingkat I, III dan V Dalam gambaran imamat, pandangan keagamaan dan pandangan hidup terdapat perbedaan yang secara berangsur semakin jelas mengarah ke sekularisasi. 4) Afinitas gambaran imamat SLTA, Seminari Menengah dan IFT Dilihat dari skor rata-ratanya, gambaran imamat kelompok peminat dari SLTA, siswa-siswa Seminari Menengah dan IFT tingkat I, dapat disebut sama. Dilihat dari skor rata-rata pula, dalam gambaran imamat, mahasiswa IFT tingkat V lebih dekat dengan kelompok non peminat daripada dengan mahasiswa IFT tingkat I. 5) Besar kelompok mantap dan kelompok konflik Jumlah mahasiswa IFT yang menyatakan konflik panggilan pada tingkat I dan III kira-kira dua kali lipat jumlah mahasiswa yang mantap dalam niatnya untuk menjadi imam, yakni 56,1% dan 58%. Tetapi pada tingkat V, kelompok konflik hanya meliputi separoh dari kelompok mantap, atau 24,4% saja. 6) Sebab-sebab konflik panggilan yang disebutkan Sebab-sebab konflik panggilan yang disebutkan oleh subjek penelitian berkisar pada: beratnya studi, tertarik pada jabatan lain, perbedaan antara gambaran imamat yang dahulu dimiliki dengan kenyataan sebenarnya, tertarik pada status hidup berkeluarga dan tak dapat hidup bahagia sebagai rohaniwan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
7) Perbedaan gambaran imamat kelompok mantap dan kelompok konflik pada tingkat I dan III Kelompok mantap memiliki gambaran imamat yang relatif tidak begitu sekuler daripada kelompok konflik. Pada tingkat V, antara kedua kelompok itu tidak ada perbedaan. 8) Perbedaan pandangan keagamaan kelompok mantap dan konflik Pada tingkat I, kelompok mantap memiliki pandangan keagamaan yang relatif kurang sekuler dari pada kelompok konflik. Pada tingkat III dan V tidak ada perbedaan lagi. 9) Pandangan hidup kelompok mantap dan kelompok konflik Antara kelompok mantap dan kelompok konflik pada garis besarnya tidak terdapat perbedaan baik di tingkat I, III maupun V. 10) Kemajuan arah pandangan kelompok mantap tingkat I, III dan V Antara kelompok mantap tingkat I, III dan V terdapat perbedaan yang secara berangsur-angsur mengarah pada sekularisasi dalam gambaran imamat, pandangan keagamaan dan pandangan hidup. 11) Kemajuan arah pandangan kelompok konflik tingkat I, III dan V Antara kelompok konflik tingkat I dan III terdapat perbedaan dalam gambaran imamat, pandangan keagamaan dan pandangan hidup, secara jelas semakin mengarah ke pandangan sekularisasi. Akan tetapi antara kelompok konflik tingkat III dan V, dalam ketiga pandangan itu tidak terdapat perbedaan yang meyakinkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
12) Kesulitan-kesulitan kelompok konflik Kesulitan yang khas bagi kelompok konflik terutama berkisar pada: pertentangan-pertentangan antara keinginan/kecenderungan mau ke luar dan kepentingan pihak lain (Gereja, keluarga, kehendak Tuhan), keraguan apakah Tuhan sungguh memanggil dan kesulitan-kesulitan emosional, loneliness.
F. FOKUS PENELITIAN Fokus penelitian ini adalah upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan selama ini oleh Kongregasi SFS beserta hasilnya. Yang dimaksud spiritualitas pendiri di sini adalah cara atau gaya hidup kristiani yang diwariskan oleh Moeder Rosa de Bie sebagai pendiri Kongregasi BOZ-SFS. Oleh karena spiritualitas pendiri terdiri dari beberapa nilai keutamaan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada spiritualitas ulah tapa dan pengendalian diri serta cinta kasih yang melayani. Konteks yang dimaksudkan di sini adalah keseluruhan situasi kondisi yang tercermin dalam bidang ilmu yang dibatasi pada bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan dan kepemimpinan. Sedangkan kontekstualisasi yang dimaksudkan di sini adalah kemungkinankemungkinan pembaharuan spiritualitas pendiri pada masa kini dalam kerangka kesaling-tergantungan yang mengikat spiritualitas pendiri pada konteks masa lalu dan kemungkinan-kemungkinan pembaharuan spiritualitas pendiri di masa depan. Oleh karena itu, dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana spiritualitas ulah tapa dan pengendalian diri serta cinta kasih yang melayani dipahami oleh para suster Kongregasi SFS?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
2. Bagaimana Kongregasi SFS memahami konteks selama ini? 3. Bagaimana Kongregasi mengupayakan kontekstualisasi spiritualitas pendiri selama ini dan apa hasilnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab III ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, serta pengembangan instrumen.
A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2012: 4) penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat penelitian adalah biara-biara cabang Kongregasi SFS di Jawa Tengah dan Jawa Barat yakni: 1. Alamat Responden Para Suster Yunior: a. Biara SFS Jl. Siswa No 10 Wirosari, Purwodadi b. Biara SFS Jl. A. Yani No 1 Gubug, Purwodadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
c. Biara SFS Jl. Rumah Sakit No. 3 Sukabumi d. Biara SFS Jl. Mayor Oking No15, Cibinong e. Biara SFS Jl Raya Cibinong, Kp. Pabuaran, Cibinong f. Biara SFS Jl. Multatuli No 54, Rangkasbitung
2. Alamat Responden Pembina Suster Yunior: a. Biara SFS Jl. Pahlawan No 96 Bogor b. Biara SFS Jl. Veteran II No 10 Sukabumi
3. Alamat Responden Suster Medior Senior dan Bina Lanjut: a. Biara SFS Jl. A. Yani No 1 Gubug, Purwodadi b. Biara SFS Jl. Pahlawan No 96 Bogor c. Biara SFS Jl. Veteran II No 10 Sukabumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
d. Biara SFS Jl. Multatuli No 54, Rangkasbitung e. Biara SFS Jl. Kompleks PA. St. Yusup Sindanglaya Cipanas, Cianjur Sedangkan waktu penelitian adalah bulan Agustus 2012.
C. RESPONDEN Responden dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dengan teknik snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksudkan di sini adalah para suster yunior per angkatan masa yuniorat tahun pertama sampai dengan yuniorat tahun ke enam dan dua orang suster dari ketiga pembina suster yunior Kongregasi SFS, serta beberapa suster medior senior hingga bina lanjut. Responden suster yunior dengan kriteria per angkatan yakni yuniorat tahun pertama sampai dengan yuniorat tahun ke enam untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan pemahaman dan perwujudan nilai-nilai spiritualitas pendiri. Responden dari dua orang suster dari ketiga pembina suster yunior untuk memperoleh informasi sebagai cross check informasi dari responden para yunior; sedangkan responden suster medior senior hingga bina lanjut untuk memperoleh informasi mengenai upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2010: 53-54). Dalam hal ini, sumber data dan informasi diperoleh dari suster yunior per angkatan masa yuniorat tahun pertama hingga tahun ke enam yang diwakili oleh satu orang yang kemudian dapat dimungkinkan sumber data dan informasi dapat diperoleh lebih dari satu orang maupun dari suster di tahun yuniorat lebih dari enam tahun. Begitu juga responden medior senior dimungkinkan bertambah jumlahnya dari yang telah direncanakan semula.
D. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (in depth interview), observasi berperan serta (participant observation), dan studi dokumentasi (Sugiyono, 2010: 63). Dalam hal ini, peneliti secara khusus menggunakan wawancara terstruktur. Adapun tujuan wawancara untuk memperoleh informasi mengenai variabel berikut: No
Instrumen
Indikator
1
Spiritualitas pendiri
Mampu menjelaskan makna spiritualitas ulah tapa
menurut pendiri Kongregasi
SFS. Mampu menjelaskan makna spiritualitas pengendalian
diri
menurut
pendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Kongregasi SFS. Mampu menjelaskan makna spiritualitas cinta kasih dalam melayani
menurut
pendiri Kongregasi SFS. 2
Konteks
Mampu
menjelaskan
perkembangan/
trend komunikasi sekarang. Mampu
menjelaskan
perkembangan/
trend kebudayaan sekarang. Mampu
menjelaskan
perkembangan/
trend psikologi sekarang. Mampu
menjelaskan
perkembangan/
trend pendidikan sekarang. Mampu
menjelaskan
perkembangan/
trend kepemimpinan sekarang. 3
Kontekstualisasi
Mampu
spiritualitas pendiri
pergulatan
menceritakan
pengalaman
perwujudan
spiritualitas
pendiri yang diwariskan pada zamannya hingga sekarang? Mampu menceritakan hasil pergulatan atau upaya yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS dalam
mewujudkan
spiritualitas pendiri yang diwariskan pada zamannya hingga sekarang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tape recorder, buku catatan, dan kamera.
E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN 1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Objektivitas a. Uji Validitas Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2010: 117) Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, peneliti akan menggadakan pengecekan data yang diperoleh dari pemberi data (member check), bahan referensi pendukung yakni rekaman data hasil wawancara dan foto-foto serta observasi. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan (Sugiyono, 2010: 118). Agar memperoleh data yang konsisten/stabil dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan penggunaan sumber, dengan jalan: membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan penelusuran audit (audit trail) oleh peneliti lain (pembimbing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
c. Uji Objektivitas Objektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan atau interpersonal agreement antar banyak orang terhadap suatu data. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 118). Supaya memperoleh data yang obyektif agar dapat valid, maka peneliti melibatkan beberapa suster pimpinan komunitas dan pimpinan karya sebagai teman sejawat dalam penelitian ini.
2. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2010: 89) analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini diuraikan pembahasan penelitian yang meliputi temuan dalam penelitian, pembahasan hasil temuan dalam penelitian, kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS dan keterbatasan penelitian.
A. HASIL TEMUAN 1. Temuan Umum a. Situasi umum komunitas-komunitas cabang Kongregasi SFS Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi dirintis oleh para suster misionaris dari Kongregasi Peniten Rekolek Bergen op Zoom (BOZ) yang tiba di Indonesia pada 13 April 1933, dan mandiri dari Kongregasi induk di Bergen op Zoom, Belanda pada tanggal 16 April 1996, sebagai Kongregasi tingkat Keuskupan. Kongregasi SFS membuka komunitas cabang dan karya pelayanan di desa-desa dan kota-kota kecil di kabupaten maupun di kota madya. Secara umum situasi komunitas terkesan akrab dan hangat serta ada perhatian dari yang muda terhadap yang lebih tua meski tidak semuanya. Terdapat satu komunitas yang sangat mencolok jumlah suster mudanya yang cukup banyak namun justru kurang menaruh perhatian terhadap para suster yang lebih tua. Juga terkesan para suster muda kurang peka dalam berinisiatif melayani persaudaraan dalam kebersamaan, misalnya saat makan bersama justru para suster yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
tua yang menyiapkan hidangan. Begitu juga dalam pembicaraan di meja makan cenderung didominasi oleh para suster muda yang kurang menyapa semua suster, melainkan bahan pembicaraan seputar tugas studi. Pengamatan peneliti ini dibenarkan oleh ibu komunitas, pimpinan karya dan bina lanjut yang kebetulan menjadi responden sebagai rekan sejawat peneliti. Di komunitas-komunitas besar terdapat ornamen dan pernak-pernik yang cukup mencolok, misalnya gambar ibu pendiri Kongregasi yang cukup besar dan terdapat beberapa almari bufet berisi hiasan atau pernak-pernik, sebaliknya di komuntas-komunitas kecil ornamen yang ada cukup sederhana dan terbatas serta tidak terdapat almari bufet tempat hiasan pernak-pernik, seperti terlihat pada foto di bawah ini.
(Ornamen di komunitas besar)
(Ornamen di komunitas kecil)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
b. Latar belakang responden Responden yang menjadi informan untuk memberikan informasi dalam penelitian ini adalah para suster SFS yang berdomisili di komunitas cabang di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terdiri dari 6 (enam) orang suster yunior dari tahun yuniorat pertama hingga tahun ke enam yang memberikan informasi mengenai pemahaman dan pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri, 3 (tiga) komponen responden yang menjadi teman sejawat peneliti, yakni 3 (tiga) orang suster ibu komunitas, 3 (tiga) orang suster pimpinan karya, dan 3 (tiga) orang suster formator yunior; serta 1 (satu) orang yunior yang telah menjadi responden di atas bersama 3 (tiga) orang suster bina lanjut yang terdiri dari seorang suster medior senior dan 2 (dua) orang suster bina lanjut sebagai responden yang menjadi informan untuk memperoleh informasi secara khusus mengenai upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi SFS selama ini.
2. Temuan Khusus Temuan khusus berkaitan dengan hasil wawancara berdasarkan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada responden mengenai beberapa hal diuraikan di bawah ini: a. Pemahaman responden mengenai spiritualitas pendiri Pemahaman spiritualitas pendiri yang ditanyakan kepada responden meliputi: spiritualitas ulah tapa, pengendalian diri dan cinta kasih yang melayani adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
1) Pemahaman para responden mengenai spiritualitas ulah tapa Pemahaman spiritualitas ulah tapa dipahami oleh para responden sebagai latihan dalam segala hal, yang mencakup sikap, tutur kata dan latihan rohani seperti dikatakan responden Y2 yang diteguhkan oleh responden Y1,Y5, Y6, dikatakan:”Ulah tapa menyangkut sikap, mati raga, tutur kata,………serta latihan rohani dengan menjaga keheningan batin untuk menjalin relasi dengan Allah.” (lampiran 3, hal: 7,5,13,15). Jawaban para responden di atas diteguhkan oleh pengamatan responden F2 sebagai rekan peneliti yang didukung oleh responden IK2, PK2, PK3, dan F3 dengan mengatakan:”........sebagai latihan rohani dalam keheningan batin untuk semakin dekat dengan Allah...” (lampiran 3, hal: 31,19, 25,27, 33). 2) Pemahaman para responden mengenai spiritualitas pengendalian diri Pemahaman para responden mengenai spiritualitas pengendalian diri sebagai sikap hidup sederhana seperti diuraikan oleh responden Y3:”............usaha untuk memiliki sikap hidup sederhana sehingga semakin berkenan di hati Allah.” Pendapat ini diteguhkan oleh responden Y2 dan Y5 yang berpendapat serupa dengan ungkapan yang berbeda (lampiran 3, hal:9,7,13). Pendapat para responden ini dibenarkan oleh responden PK2 yang mengatakan:”............sikap hidup sederhana dalam segala hal........” Pengamatan ini diteguhkan oleh rekan sejawat peneliti yang menyatakan pendapat serupa dalam pernyataan yang berbeda yakni responden IK2,PK1, dan F2 (lampiran 3, hal : 25,19,23,31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
3) Pemahaman para responden mengenai spiritualitas cinta kasih yang melayani Pemahaman para responden mengenai spiritualitas cinta kasih yang melayani merupakan bentuk cinta kasih terhadap sesama yang diungkapkan dalam bentuk pelayanan seperti dikatakan oleh responden Y6:”........mencintai sesama dengan tulus hati, ………terutama dalam melayani.........” Pernyataan ini diteguhkan oleh responden Y1,Y2,Y3,Y4, dan Y5 (lampiran 3, hal: 15,5,7,9,11,13). Pendapat para responden tersebut di atas diteguhkan oleh responden PK2 sebagai berikut:”...........melayani sesama secara total dengan sepenuh hati, tanpa pamrih.” Pengamatan ini diteguhkan oleh responden IK2,PK1,F2,F3 (lampiran 3, hal: 25,19,23,31,33). b. Konteks trend masa sekarang menurut para responden Konteks trend masa sekarang yang ditanyakan kepada para responden meliputi
bidang
komunikasi,
kebudayaan,
psikologi,
pendidikan
dan
kepemimpinan. 1) Trend komunikasi sekarang menurut para responden Trend komunikasi sekarang dijawab oleh para responden dengan menggunakan media komunikasi dan terjadi secara global yang menggeser komunikasi langsung yang lebih mendalam, seperti dikatakan oleh responden Y1 yang diteguhkan oleh responden Y2,Y3,Y5:”Komunikasi sekarang identik dengan alat-alat komunikasi…....komunikasi face to face makin berkurang......” (lampiran 3, hal: 5,7,13). Pendapat ini didukung pula oleh pernyataan responden BL2:”…..komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya secara timbal-balik yang mendalam semakin berkurang.” (lampiran 3, hal: 40) juga menggeser komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
yang jujur seperti kata responden F1:”……..alat canggih menggeser komunikasi langsung yang jujur, saling terbuka dan saling percaya karena komunikasi langsung dapat saling menangkap pergulatan lawan bicara melalui bahasa tubuh…….sedangkan alat teknologi dapat menyembunyikan identitas dan keadaan diri yang sebenarnya.” (lampiran 3, hal: 29). Dengan adanya media komunikasi dapat juga menyebabkan orang asyik dan sibuk dengan alat teknologi yang dimilikinya, seperti pendapat responden PK1:”…orang cenderung asyik dengan dunianya masing-masing..…”diteguhkan pendapat responden F2:”…….sosialisasi semakin berkurang …….” (lampiran 3, hal: 23,31). Bahkan responden IK3 menyatakan:”…… HP menjadi jantung hati ke dua…….” (lampiran 3, hal:21). Media komunikasi juga dapat menyebabkan komunikasi menjadi dangkal, menurut responden F3:”…..komunikasi……..sebatas basa-basi, dangkal……dan disingkat-singkat, seperti sms” (lampiran 3, hal: 33). Komunikasi yang seharusnya menyatukan dapat menimbulkan salah paham seperti diungkapkan oleh responden MS:”…….bila disalahgunakan akan menimbulkan salah paham dan menurunnya nilai-nilai moral, seperti penyebaran foto dan video porno………” (lampiran 3, hal: 35). Meskipun media komunikasi mempercepat informasi dan dapat menjangkau banyak orang dalam hitungan detik, namun komunikasi langsung masih tetap dirasa lebih penting dan lebih mendalam karena dirasa lebih jujur dan mengerti apa yang menjadi pergulatan hati pribadi-pribadi yang terlibat dalam komunikasi tersebut, seperti dikatakan oleh responden Y2:”:…….komunikasi face to face
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
lebih mendalam……..” bahkan menurut responden Y6:”…….komunikasi langsung lebih mengena dan membahagiakan…..”(lampiran 3, hal: 7,15). Selain itu, trend komunikasi sekarang lebih terbuka seperti dikatakan responden IK3:”..........komunikasi sekarang lebih terbuka...........enak tidak enak disampaikan...........tetapi bukan asal omong.......tetap ada unggah-ungguh……” (lampiran 3, hal: 21). 2) Trend kebudayaan sekarang menurut para responden Trend kebudayaan sekarang menurut beberapa responden adalah budaya instan yang membuat orang cenderung tidak mau susah atau repot sehingga tidak menghargai proses perjuangan yang sebenarnya sangat berguna sebagai latihan seperti dikatakan oleh responden F1:”.......budaya instan, sehingga tidak menghargai proses........untuk latihan mengasah diri.......”, pendapat ini diteguhkan oleh responden Y1,Y4,Y5,Y6,PK3,F2,F3, dan BL2 (lampiran 3, hal: 29,5,11,13, 15,27,31,33). Budaya instan ini juga menyebabkan orang menjadi tidak kreatif, seperti diungkapkan oleh responden PK1:”.......instan......sehingga berdampak pada.............sikap kurang sabar dan kurang kreatif.” (lampiran 3, hal: 23). Beberapa responden mengatakan bahwa orang sekarang terlebih kaum muda cenderung ikut-ikutan budaya yang sedang naik daun seperti diutarakan oleh responden IK3:”Orang sekarang ikut-ikutan, kalau tidak ikut yang sedang ngetrend.............takut dibilang.......kampungan, ndeso, ketinggalan zaman........”, pendapat ini diteguhkan oleh responden Y2,Y3,F3, dan MS (lampiran 3, hal: 21,7, 9,33,35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Trend budaya sekarang juga disebutkan oleh beberapa responden adalah individualis sehingga orang cenderung egois dan kurang menaruh peduli terhadap sesama di sekitarnya, pernyataan ini diungkapkan oleh responden Y5 yang diteguhkan oleh PK1,F1,dan F3:”.........cenderung individualis yang menyebabkan sikap egois sehingga kepedulian terhadap sesama semakin menurun..........” (lampiran 3, hal: 13,23,29,33). Budaya lain yang sedang nge-trend adalah budaya bebas seperti diungkapkan oleh responden IK2 yang mengatakan:”Budaya bebas.......bebas berekspresi, bebas mengungkapkan pendapat, seolah-olah orang tidak mau ada larangan, tidak mau dikekang, tidak mau diatur.” Pernyataan ini diteguhkan oleh responden BL1 (lampiran 3, hal: 19,37). Budaya yang lain adalah konsumerisme, seperti dinyatakan oleh responden PK2:”........budaya konsumerisme yang juga telah masuk ke biara-biara, misalnya membeli tanpa memperhitungkan bahwa barang yang dibeli sungguh-sungguh menjadi kebutuhan.” Budaya konsumerisme ini juga dinyatakan oleh responden PK3,MS, dan BL2 (lampiran 3, hal:25,27,35,40). Budaya hedonis yang membuat orang cenderung mencari enaknya dinyatakan oleh responden Y6 yang diteguhkan oleh F3:”......hedonis, mau enaknya saja..........” (lampiran 3, hal: 15,33). Budaya yang hanya mengutamakan penampilan segi lahiriah diungkapkan oleh responden Y6:”.......mengutamakan penampilan lahiriah, seperti fashion dan dandanan..........,” budaya ini juga telah masuk ke dalam biara, seperti dikatakan oleh responden PK3:”.........perawatan kecantikan, model rambut........diikuti oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
para religius, misalnya pakai pemutih, potong rambut ke salon,........” (lampiran 3, hal: 15, 27). Selain itu, adanya budaya materialistis hingga terkesan orang mengejar uang seperti dinyatakan oleh responden Y5:”..........materialistis hingga terkesan orang.............mendewakan
uang..............seolah-olah
dengan
uang
dapat
memperoleh segala yang diinginkan.......” (lampiran 3, hal: 13). 3) Trend psikologi sekarang menurut para responden Trend psikologi sekarang menurut para responden menerapkan berbagai pendekatan ilmu yang diterapkan sejak dini, antara lain dengan memadukan berbagai kecerdasan, seperti dinyatakan responden MS:”Mengembangkan karakter, kecerdasan sosial-emosional, kecerdasan kognitif, psikomotorik, KMI atau kecerdasan ganda, keseimbangan otak kanan dan otak kiri..............sejak dini.” Penerapan berbagai bidang ilmu ini diteguhkan oleh para responden, yakni responden Y1,Y3,Y4,Y5,IK1,IK3,PK1,PK3,F1,F2,F3 (lampiran 3, hal: 35,5,9,11, 13,17,21,23,27,29,31,33). Namun beberapa responden berpendapat bahwa ada kecenderungan lebih mengedepankan segi intelektual sehingga kematangan kepribadian menjadi kurang seimbang seperti diungkapkan oleh responden Y6 yang diteguhkan oleh responden IK2,PK2:”......lebih mengutamakan perkembangan intelektual tetapi kurang menyeimbangkan kematangan afeksi ..........” (lampiran 3, hal: 15,19,25). 4) Trend pendidikan sekarang menurut para responden Trend pendidikan sekarang tidak lagi menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi pengetahuan bagi peserta didik seperti dikatakan oleh responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Y5:”...... guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan tetapi murid lebih mandiri mencari pengetahuan dengan cara diskusi kelompok, mengakses dari internet, maupun dari audio visual............” pendapat ini diteguhkan oleh responden Y1,Y4,BL1 (lampiran 3, hal: 13,5,11,37). Pendidikan sekarang ini didukung oleh tenaga pendidik yang semakin kompeten dan profesioanl dengan ditandainya sertifikasi guru, seperti dinyatakan responden PK3: ”...........pendidikan SDM selalu ditingkatkan ........terbukti dengan adanya sertifikasi melalui ujian..................”, pendapat senada disampaikan juga oleh responden Y3,Y6,IK3,PK2,F1,F2,F3,MS,BL2 (lampiran 3, hal: 28,13,15,21, 25,29,32,33,35,40). Namun menurut beberapa responden, tidak semua guru memiliki jiwa pendidik bila dibandingkan dengan lulusan SPG. Guru yang seharusnya dapat digugu dan ditiru justru terkesan kurang bisa diteladani. Beberapa pendapat responden, yakni Y3 yang diteguhkan oleh responden F1,F3:”.........guru seharusnya digugu dan ditiru pada kenyataannya tidak semua guru dapat menjadi panutan terutama guru yang masih muda, terkesan kekanak-kanakan dan cara berpakaian kurang mencerminkan sebagai pendidik juga semangat pengabdiannya menurun karena lebih berorientasi pada materi.” (lampiran 3, hal: 9,29, 33). Responden IK3 berpendapat:”.........SDM pada umumnya sarjana dengan berbagai titel namun meski bertitel tidak menjamin dapat menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik.........” (lampiran 3, hal: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Menerapkan bahasa asing dalam proses pembelajaran seperti dikatakan responden F2 yang diteguhkan oleh responden Y2, dan BL1:”..........menggunakan berbagai bahasa asing ........” (lampiran 3, hal: 31,7,37). Upaya penanaman nilai-nilai akhlak dan moral dihidupkan kembali dengan menerapkan berbagai
pendekatan seperti, pendidikan karakter dan pedagogi
reflektif, seperti diungkapkan responden IK3:”.........penekanan pendidikan karakter atau pedagogi reflektif........digiatkan kembali........” (lampiran 3, hal: 21). Pendapat responden yang lain, yakni Y3 yang diteguhkan oleh responden Y5,Y6,PK2,F1:”........menanamkan pembagunan karakter, nilai-nilai moral dan akhlak...........” (lampiran 3, hal: 9,13,15,25,29). Bahkan menurut responden BL1 diteguhkan oleh F3, pendidikan sekarang memasukkan sikap anti korupsi dalam mata pelajaran, dikatakan:”..........pendidikan anti korupsi menjadi salah satu mata pelajaran.........” (lampiran 3, hal: 37-38,33). ditanamkan
melalui
pendidikan,
seperti
Sikap peduli lingkungan juga diungkapkan
oleh
responden
BL2:”...........menanamkan nilai-nilai keutamaan antara lain: kedisiplinan, nilainilai moral dan kemanusiaan, serta peduli lingkungan dengan membuat sampah organik, menjaga dan memelihara lingkungan dan membuat penghijauan lingkungan..............” (lampiran 3, hal: 40). Sarana pembelajaran dalam pendidikan sekarang ini ditunjang oleh alat-alat teknologi multi media yang mendukung proses pembelajaran, seperti diungkapkan oleh responden BL2 :”........menggunakan alat-alat teknologi multi media sebagai sarana................dan dalam mencari sumber pembelajaran..........” yang didukung oleh responden Y2,Y3,Y4,Y5,IK1,IK2,IK3,PK1,PK2,PK3,F1,F2,MS,BL1,BL2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
(lampiran 3, hal: 33.7,9,11,13,17,19,22, 23,25,28,29, 31,36, 37,40). Di sisi lain, sarana multi media dapat menyebabkan guru dan peserta didik menjadi kurang kreatif dalam mengerjakan tugas-tugas karena cenderung copy paste dari internet, seperti dikatakan oleh responden MS:”......internet mempermudah proses pembelajaran dan mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencari sumber pembelajaran namun di sisi lain kreativitas guru dan siswa semakin menurun karena cenderung copy paste dari internet.” (lampiran 3, hal: 35). Menurut pendapat responden PK1, kecenderungan copy paste dimungkinkan karena kurangnya praktek, dikatakan:”..........kurangnya praktek mengakibatkan peserta didik cenderung copy paste dalam mengerjakan tugas-tugas.” (lih. pada lampiran 3, hal: 22). Namun adanya internet dapat mendukung terselenggaranya pendidikan jarak jauh, seperti diungkapkan oleh responden IK2:”.........terselenggara pendidikan jarak jauh lewat internet.........” (lampiran 3, hal: 19). Model pembelajaran dalam pendidikan sekarang sangat variatif dan peserta didik mengalami sendiri karena praktek langsung, seperti menanam dan mengamati
tumbuhnya
tanaman,
pengembangan
keterampilan
maupun
pengembangan bakat seni. Pendapat ini diungkapkan oleh responden, yakni MS:”........model pembelajaran sangat variatif, seperti cooking class, menanam dan mengamati pertumbuhan tanaman................” (lampiran 3, hal: 35). Responden Y4 mengatakan:”.......pengetahuan tidak hanya diperoleh secara teori tetapi juga praktek langsung seperti seni budaya, latihan vocal, berpuisi, drumband, dsb.............” (lampiran 3, hal: 11). Sedangkan responden PK3 mengutarakan pendapatnya:” Pendidikan sekarang lebih membekali peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
dengan
pengetahuan
dan
keterampilan........baik
tingkat
SLTA
maupun
akademik.........contohnya lulusan ATMI.” (lampiran 3, hal: 27). Pendidikan sekarang juga mengembangkan bakat dan talenta para peserta didik, seperti diungkapkan oleh responden F3:”.......mengembangkan multi talent siswa secara optimal..............sesuai dengan bakat dan minat peserta didik secara optimal.........” (lampiran 3, hal: 33). 5) Trend kepemimpinan sekarang menurut para responden Trend kepemimpinan sekarang pada prinsipnya dimulai dari diri sendiri dalam menggerakkan fungsi kepemimpinan sehingga upaya mempengaruhi anggota atau karyawan dapat lebih efektif, seperti pendapat responden PK1:”.........partisipatif dan tut wuri handayani sehingga lebih berpengaruh kepada anggota serta lebih efektif dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya kepemimpinan dimulai dari diri sendiri.........” (lampiran 3, hal: 23-24). Kepemimpinan sekarang ini melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengembangkan karya demi tercapainya visi dan tujuan bersama seperti diungkapkan oleh responden PK3:”Komunikatif, mengajak karyawan untuk maju bersama dalam mewujudkan visi, misi................melibatkan karyawan untuk memajukan karya.......”; pendapat ini diteguhkan oleh responden Y1,IK1,F2 (lampiran 3, hal: 28,5,18,32). Melibatkan anggota atau karyawan akan tampak pula dalam sistem demokrasi dalam suatu organisasi, seperti dikatakan oleh responden Y3 yang diteguhkan oleh responden PK1,MS:”.........menjunjung tinggi demokrasi dan musyawarah, memberikan kebebasan kepada anggota dalam mengungkapkan pendapat.........” (lampiran 3, hal: 9-10,23,35). Namun kebebasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
berpendapat ini terkadang cenderung berlebihan, seperti diutarakan oleh responden Y3:”...........kebebasan berpendapat..........terkadang menjadi berlebihan dalam mengungkapkan pendapat...............” (lampiran 3, hal: 9). Responden Y2 berpendapat
bahwa
kepemimpinan
otoriter
itu
masih
tetap
terjadi,
katanya:”..........sebenarnya secara umum masih ada unsur otoriter...........” (lampiran 3, hal: 7). Adanya manajemen yang baik menjadi trend kepemimpinan sekarang disertai adanya pembagian tugas kepada anggota sesuai dengan bidang kompetensinya akan sangat mendukung keberhasilan suatu organisasi, seperti dikatakan oleh responden F1:”........manajemen dengan sistem yang dibangun secara baik...........” pendapat ini diteguhkan oleh responden IK3:”Ada pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan bidangnya sebagai bentuk manajemen........... (lampiran 3, hal: 29,22). Peningkatan mutu SDM juga ditingkatkan sehingga semakin menunjang pencapaian yang menjadi cita-cita bersama, seperti yang diungkapkan responden Y5 yang diteguhkan oleh responden BL2:”........meningkatkan mutu pendidikan SDM sesuai dengan kompetensinya sehingga semakin profesional dalam bidangnya,
diberi
kepercayaan
penuh...........sehingga
karyawan
semakin
mencintai pekerjaannya..........” (lampiran 3, hal: 13,40). Perhatian personal dan kesejahteraan anggota atau karyawan juga menjadi trend kepemimpinan sekarang ini sehingga anggota merasa nyaman di tempat kerjanya, serta kepercayaan penuh kepada anggota sehingga mereka semakin mencintai pekerjaannya, seperti dikatakan responden Y5:”Menerapkan semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
persaudaraan, menyapa, merangkul, perhatian kepada karyawan, memperhatikan kesejahteraan material dan spiritual.............diberi kepercayaan penuh sehingga karyawan semakin mencintai pekerjaannya...........” pernyataan ini diteguhkan oleh responden Y6,PK2,MS,BL1,BL2 (lampiran 3, hal: 13,15,25,35.38,40). Kepemimpinan zaman sekarang tidak lagi ada jarak antara bawahan dengan atasan yang terkesan menakutkan dan harus dihormati melainkan memiliki relasi egaliter dengan stafnya, seperti dinyatakan oleh responden Y6 yang diteguhkan olah responden IK2:”.........memberi rasa aman, mengembangkan semangat persaudaraan, menempatkan diri sederajat dengan anggota, yang membedakan hanyalah fungsi dan perannya.....” (lampiran 3, hal: 15,19). Kepemimpinan sekarang ini memberdayakan anggota atau karyawan, mampu mempengaruhi anggota dengan baik, berani ambil resiko dengan bertanggungjawab, mempunyai visi dan misi yang jelas, seperti diungkapkan oleh responden F1:”Menempatkan karyawan sebagai mitra kerja,.........memberdayakan karyawan, mampu mempengaruhi karyawan untuk menjadi lebih baik, berani ambil resiko, bertanggungjawab, mempunyai visi dan tujuan yang jelas” (lampiran 3, hal: 29). Responden F3 juga sependapat dengan menambahkan usaha untuk senantiasa menyesuaikan antara perkataan dan tindakan, katanya:”Berusaha menyesuaikan tutur kata dan tindakan..........” (lampiran 3, hal: 33). c. Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri ini ditanyakan kepada para responden suster yunior tahun yuniorat pertama hingga ke enam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
1) Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa beserta hasilnya Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas ulah tapa para responden adalah sebagai berikut: Responden Y1 mengatakan pergulatannya:”Saya mengalami kesulitan dalam latihan rohani khususnya dalam menciptakan keheningan. Juga dalam menerima setiap pribadi yang kurang saya sukai..........” Hasilnya dikatakan”........dapat merasakan kehadiran Allah dan merasa bebas dalam berelasi juga dalam melayani” (lampiran 3, hal: 5). Pergulatan responden Y2 diceritakan:”...........bersikap menghargai segala yang ada,........juga dalam hal mengatur waktu pribadi dalam menjalin relasi pribadi dengan Allah......”Hasilnya dikatakan:”........saya dapat terlatih bisa rela.......juga pengendalian diri tidak tidur siang..........mampu bersyukur karena dapat latihan sabar menunggu........ kesadaran baru bahwa suatu saat butuh orang lain........(lampiran 3, hal: 7-8). Perwujudan spiritualitas ulah tapa responden Y3 diungkapkan :”.......... dalam menciptakan keheningan batin terutama pada waktu latihan rohani dalam hidup doa karena kecenderungan dalam diri saya inginnya ngobrol...........” Hasilnya diceritakan:”........masih tetap setia dalam menanggapi panggilan..........” (lampiran 3, hal: 10). Responden Y4 mengatakan pergulatannya:”............berusaha memberi diri secara total dalam hidup doa dan mau berubah menjadi lebih baik.” Hasilnya diungkapkan:”..........masih tetap setia pada panggilan dan tetap semangat.............”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
(lampiran 3, hal: 12). Responden Y5 mensharingkan pergulatan dirinya dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa, dikatakan:”Melawan ego diri........meski belum konsisten.” Hasilnya diceritakan:”...........bangga........dan bersyukur atas bantuan Tuhan” (lampiran 3, hal: 14). Pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri dalam hal ulah tapa untuk responden Y6 diceritakan:”.........menciptakan keheningan batin dan berusaha menyeimbangkan antara hidup rohani dengan tugas perutusan dalam studi.........” Hasilnya dikatakan:”..........lebih bahagia, lebih mampu mengolah emosi, melayani dan memberi sapaan dengan tulus” (lampiran 3, hal: 16). Pergulatan para responden di atas dibenarkan oleh pengamatan rekan sejawat peneliti, yakni para ibu komunitas dan pimpinan karya serta para formator yunior, berikut ini: Responden IK1 mengatakan:”......tampak dari sikap tidak menuntut....... menunda waktu istirahat untuk menerima tamu.....” (lampiran 3, hal: 18). Responden IK2 mengamati adanya perbedaan dalam upaya perwujudan spiritualitas ulah tapa, katanya:”Mereka berusaha menyikapi segala kesulitan dengan penuh iman.........meski belum semua.........karena sebagian daya juangnya sangat kurang” hasilnya dikatakan:”........yang sungguh berusaha....... mampu bersikap tenang dalam menyikapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi..........untuk yang kurang berusaha .........tampak reaktif” (lampiran 3, hal: 20). Responden IK3 melihat adanya perjuangan dalam perwujudan spiritualitas ini, katanya:”........belajar untuk peka kepada situasi orang lain.........membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
perjuangan untuk bisa ke luar dari diri sendiri, terbuka menerima teguran, tekun dalam hidup doa dan refleksi..............” sedangkan hasilnya dilihat ada perkembangan dalam beberapa hal, katanya:” Cara berpikir dan bergaul, hidup persaudaraan menjadi berkembang, jujur dan terbuka meski masih terus berproses……….” (lampiran 3, hal: 22). Responden PK1 kurang dapat melihat adanya pergulatan perwujudan spiritualitas ulah tapa khususnya bagi responden yang tinggal sekomunitas dengannya, katanya:”Kurang begitu tampak .........karena sebatas kegiatan rohani yang dijalankan secara bersama........belum muncul dari kesadaran diri sendiri...........ada kemungkinan..........dipengaruhi oleh pendidikan dasarnya di postulat dan novisiat.” Hasilnya dikatakan:”..........masih mampu bertahan dalam panggilannya sampai sekarang.” (lampiran 3, hal: 24). Responden PK2 melihat pergulatan ulah tapa para responden tersebut dalam hidup doa meski dilihat belum disiplin secara konsisten, dikatakan:”Mereka berusaha menghayati hidup doa secara disiplin................” Hasilnya dikatakan: ”Mereka tidak terlambat dalam waktu doa bersama meski belum konsisten.” (lampiran 3, hal: 26). Responden PK3 kurang mengetahui secara persis pergulatan perwujudan spiritualitas ulah tapa, karena berdasarkan pengalaman sejak sebelum kehadiran yunior yang sekarang, mereka belum pernah sharing dengannya, dikatakan:” Saya kurang tahu persis karena sejak awal datang, yunior yang tinggal bersama dalam komunitas sini belum pernah datang untuk pendampingan.........mungkin punya trik-trik sendiri............namun masih mau............minta ijin dan tidak pilih-pilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
dalam hal makan.........” Hasilnya dikatakan: “Menerima situasi sebagaimana adanya.” (lampiran 3, hal: 28). Responden F1 melihat bahwa para yunior masih bergulat dengan dirinya sendiri, dikatakan:”...........masih bergulat dengan diri sendiri……...” Hasilnya dikatakan:”Terkesan belum mampu memaknai hidup.” (lampiran 3, hal: 30). Responden F2 melihat bahwa para yunior berupaya mencari kehendak Allah dalam
keheningan
batin
dengan
mencontoh
para
suster
senior,
dikatakan:”...............berusaha mewujudkan keheningan batin untuk mencari kehendak
Allah..........dengan
mencontoh
para
suster
senior.”
Hasilnya
dikatakan:”Catatan, tidak semua lho ya…..mereka mau mendekati pribadi suster senior yang “sulit” bukan menghindari.................sehingga semakin kenal dan akhirnya mampu mencontoh penghayatan hidup rohani dan mampu menciptakan keheningan batin secara pribadi.” (lampiran 3, hal: 32). Responden F3 melihat adanya usaha dari para yunior untuk terus-menerus mengurangi kelemahan dalam dirinya, katanya:”Mereka berusaha mengurangi kekurangan atau kelemahan dalam diri” hasilnya:’Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai yunior untuk melakukan bimbingan secara rutin tiap bulannya kepada pimpinan karya, pimpinan komunitas dan formator meski belum semua….....”(lampiran 3, hal: 33). 2) Pengalaman
pergulatan
responden
dalam
mewujudkan
spiritualitas
pengendalian diri beserta hasilnya Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri para responden adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri responden Y1 diutarakan:”..........kesulitan untuk bisa meninggalkan kecenderungan, yakni mudah tersinggung dan iri hati...........” hasilnya dikatakan:“Saya tidak tenggelam pada situasi rasa tersinggung itu.” (lampiran 3, hal: 6). Responden Y2 bergulat dalam hal kerelaan berbagi milik pribadi, ia mengatakan:”......memberikan suatu barang yang masih saya butuhkan atau saya sukai terasa berat untuk merelakannya.” Hasilnya diceritakan:”........... saya dapat terlatih bisa rela.........juga tidak tidur siang karena saya harus terima tamu peserta retret.............juga
mampu
bersyukur
karena
dapat
latihan
sabar
menunggu..........memperoleh kesadaran baru bahwa suatu saat saya pasti butuh orang lain juga.” (lampiran 3, hal: 7-8). Pengalaman pergulatan pengendalian diri responden Y3 dikatakan: ”........selektif dan prioritas kebutuhan, tidak ikut-ikutan menggosip, tidak mudah menilai negatif terhadap orang lain.” Hasilnya dikatakan:”Saya masih tetap setia dalam menanggapi panggilan hingga saat ini.” (lampiran 3, hal: 10). Responden Y4 mensharingkan pengalamannya berkaitan dengan peristiwa yang belum lama dialaminya, diceritakan:”.......karena teguran suster pimpinan yang keras membuat saya tidak mau makan malam bersama, ................” Hasilnya diungkapkan:“Bahagia,
senang,
lepas-bebas
karena
saya
telah
berani
mengungkapkan isi hati saya kepada suster yang bersangkutan.” (lampiran 3, hal: 12). Responden
Y5
menyebutkan
pergulatan
perwujudan
spiritualitas
pengendalian diri, katanya:”..............hidup sederhana dalam berpakain, makan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
kepemilikan dan dalam menggunakan sarana serta bersedia berelasi dengan orangorang yang sederhana.” Hasilnya dikatakan:“Saya mengalami kebahagiaan.” (lampiran 3, hal: 14). Responden Y6 menceritakan pergulatannya yang sedang diperjuangkan, katanya:”........terus-menerus meninggalkan.............rasa malas, sikap cuek tidak meminta maaf tanpa merasa bersalah bila saya tidak disiplin dalam mengikuti acara-acara komunitas.........” hasilnya dikatakan:”...........bahagia dan mampu menjalin komunikasi secara lebih mendalam serta akrab dengan setiap pribadi dalam komunitas." (lampiran 3, hal: 16). Pengamatan responden sebagai rekan peneliti mengenai pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri dari para yunior adalah sebagai berikut: Responden
IK1
mengatakan:”...........terbuka
dalam
mengungkapkan
kebutuhan pribadi termasuk meminta uang transport..........berarti kan mau rendah hati dan melawan rasa takut.” Selanjutnya responden juga mengatakan bahwa pergulatan
spiritualitas
dikatakan:”.......para
pengendalian
suster
yunior
diri
masih
ini
belum
belum
begitu
diberi
tampak,
tanggungjawab
penuh...........masih dalam pembinaan khusus baik oleh para formator, pimpinan komunitas, maupun pimpinan karya; sehingga pergulatan perwujudan spiritualitas akan pengendalian diri belum begitu tampak.” (lampiran 3, hal:18). Responden IK2 melihat pergulatan para yunior dalam hal membuat refleksi bulanan
meskipun
belum
semua
yunior
melakukan
hal
yang
sama,
katanya:”Mereka berusaha untuk tidak mengikuti kemauan diri dalam menundanunda
tugas
khususnya
dalam
membuat
refleksi
bulanan.”
Hasilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
dikatakan:”Refleksi berjalan rutin setiap bulannya meski belum semua yunior........” (lampiran 3, hal:20). Responden IK3 memberikan pendapatnya mengenai pengamatan pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri para yunior dalam hal mengatur waktu, penggunaan sarana dalam situasi bebas di saat tidak ada yang mengontrol maupun dalam
hal
menerima
teguran,
dikatakan:”Dalam
hal
pengaturan
waktu...........inginnya ikut cepat pulang dengan karyawan........juga dalam menjalankan doa,.........penggunaan sarana-sarana dalam situasi bebas tidak ada yang mengontrol,.......kalau ada kesalahan mau menerima teguran meski awalnya menolak.” Hasilnya dikatakan:”Terbuka dalam berkomunikasi dan dalam kerja..........tidak lagi ambil keputusan sendiri tetapi mau bertanya.........sebagai bentuk kerendahan hati.” (lampiran 3, hal:22). Responden PK1 mengamati adanya usaha dari para yunior untuk mengalahkan kecenderungan diri yang hanya menyenangkan diri sendiri namun menurutnya masih perlu diingatkan, katanya:”...........saya lihat berusaha mengalahkan keinginan untuk memiliki benda-benda yang nge-trend dan mengalahkan kehendak diri demi ketaatan menerima tugas yang kurang disukai, mengalahkan kecenderungan untuk bepergian atau jalan-jalan meski masih harus diingatkan.” Hasilnya dikatakan:”Mereka bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan.” (lampiran 3, hal:24). Pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri para yunior diamati oleh responden PK2 dalam hal sikap hidup sederhana meski dilihat belum konsisten, katanya:”...........berusaha terus-menerus untuk memiliki sikap hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
sederhana dalam berpakaian dan penggunaan fasilitas yang tersedia meski belum konsisten.” Hasilnya dikatakan:”Mereka memiliki sikap menerima segala yang disediakan termasuk makanan yang disajikan.” (lampiran 3, hal:26). Responden
PK3
mengamati
pergulatan
perwujudan
spiritualitas
pengendalian diri para yunior dalam hal mengelola emosi, dikatakan:”Mengelola emosi. Akhir-akhir ini kalau sedang marah..............diam, kemudian pergi ke kapel untuk berdoa dan berefleksi.............” Namun hasilnya dilihat belum konsisten melainkan masih perlu diingatkan, dikatakan:”Gembira, mudah membantu, peka namun terkadang berlebihan kurang bisa menempatkan diri ..........cenderung melangkahi batas kewenangannya. Ada kalanya juga mau minta maaf meski harus disadarkan terlebih dahulu.” (lampiran 3, hal:28). Responden F1 juga melihat adanya perjuangan untuk hidup sederhana namun masih dilihat pilih-pilih sehingga hasilnya dilihat masih kurang tampak, katanya:”.........hidup sederhana namun masih tampak pilih-pilih.” Hasilnya dikatakan:”Kurang tampak memiliki motivasi dan daya juang untuk mewujudkan nilai spiritualitas tersebut (spiritualitas pengendalian diri)” (lampiran 3, hal: 30). Responden F2 melihat pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri dalam diri para yunior dalam beberapa hal yang menyangkut kesadaran eksistensi sebagai religius, dikatakan:”Berusaha memilah-milah dan prioritas kepentingan, misalnya tidak lagi terus-menerus membuka internet tetapi menggunakan internet pada waktu ada kebutuhan penting............,dalam penggunaan uang, mengolah emosi dan afeksi menyangkut kemurnian hati dan semakin membangun kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
bahwa dirinya adalah seorang religius.”Hasilnya dikatakan:”Dewasa dalam mengambil keputusan.” (lampiran 3, hal: 32). Responden F3 melihat pergulatan para yunior mengenai perwujudan spiritualitas pengendalian diri dalam hal mengatasi kekurangn dalam diri para yunior sendiri, katanya:”Mereka berusaha
mengurangi kekurangan atau
kelemahan dalam diri.” Hasilnya dikatakan:’Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai yunior untuk melakukan bimbingan secara rutin tiap bulannya kepada pimpinan karya, pimpinan komunitas dan formator meski belum semua…..”(lampiran 3, hal: 33). 3) Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani beserta hasilnya Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani dari para responden adalah sebagai berikut: Responden Y1:”.........tidak selalu bisa dengan sepenuh hati dalam melayani........” hasilnya katanya:”.............menjadi memahami makna pelayanan sehingga ................saya semakin bisa tulus dalam mengerjakan tugas pelayanan sehari-hari.”(lampiran 3, hal: 6). Responden Y2:”.......terasa berat pada saat melayani orang yang kurang saya sukai...........” hasilnya dikatakan:”............saya semakin dapat mencintai orang yang kurang saya sukai karena kesadaran dalam diri bahwa pelayanan sebagai bentuk melayani Yesus sendiri.” (lampiran 3, hal: 8). Responden Y3:”................memberikan diri secara total melalui tugas pelayanan.......juga berusaha menyeimbangkan waktu untuk bekerja di unit karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
dengan waktu untuk berkomunitas.” hasilnya diceritakan:“Saya semakin terbuka dalam mensharingkan pengalaman apa adanya di komunitas................” (lampiran 3, hal: 10). Responden Y4:”.............memberi diri di tempat tugas........dengan cara mencarikan donatur.......” hasilnya dijawab dengan rasa syukur:“Membahagiakan, karena orang-orang................mau menjadi donatur dan membawa perubahan bagi anak-anak yang tadinya tidak sekolah akhirnya bisa sekolah dan dapat membeli baju seragam............juga orang tua mereka tergerak hatinya untuk menyekolahkan anak-anaknya.” (lampiran 3, hal: 12). Responden
Y5:”..............melayani
dan
menerima
setiap
pribadi
.........terutama pribadi yang tidak saya sukai.” Hasilnya dikatakan dengan bangga:”Saya bersyukur karena semakin mampu menghayati spiritualitas sebagai religius SFS” (lampiran 3, hal: 14). Responden Y6:”............menghilangkan rasa takut terhadap jenasah orang meninggal dan menghilangkan rasa jijik terhadap orang sakit......” Hasilnya dikatakan dengan penuh syukur: “Mampu bersyukur atas karya Allah yang memberikan kemampuan dalam diri saya untuk melayani dan memiliki kesediaan hati dalam menerima tugas tanpa pilih-pilih” (lampiran 3, hal: 16). Pengamatan para responden sebagai rekan peneliti membenarkan pergulatan yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani, seperti dikatakan sebagai berikut: Responden IK1 mengatakan pengamatannya bahwa para yunior mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dengan kepekaan mereka, meski belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
semua yunior, dikatakan:”........tampak dengan mau terlibat dalam kegiatan kebersamaan, membantu suster yang tua, mentaati aturan, tidak pilih kasih, mau membaur. Meskipun adakalanya ada suster yunior yang kurang peka atau sebenarnya tahu namun tidak dilakukan. Sikap ini ada kemungkinan karena dipengaruhi oleh faktor keteladanan dari para suster yang lebih senior” (lampiran 3, hal: 18). Responden IK2 mengatakan bahwa perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani kurang tampak diperjuangkan namun kerjasama dengan rekan-rekan di kampus terkesan baik, dikatakan:”............kurang nampak …….karena kepekaan masih kurang. Melayani dalam komunitas saja masih cenderung diminta bahkan untuk beberapa yunior kalau libur studi justru pergi. Tetapi kerjasama dengan rekan-rekan kuliah di kampus terkesan baik karena ada kemungkinan untuk tujuan agar memperoleh nilai akademik yang lebih baik” (lampiran 3, hal: 20). Pengamatan responden IK3 mengenai pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan bahwa yunior mulai menaruh peduli terhadap peserta didik di tempat tugasnya, katanya:”Mulai peduli.......….terhadap peserta didik yang perlu dibantu, memberi perhatian, menyapa dan berkunjung.” Hasilnya diungkapkan:”Semakin peka terhadap peserta didik, guru dan karyawan” (lampiran 3, hal: 22). Responden PK1 mengatakan bahwa pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani para yunior masih kurang peka, dikatakan:”Masih kurang peka, cenderung fokus dengan tugas sendiri,.............mereka menempatkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
sebagai student.” Hasilnya dikatakan:”Melayani masih sebatas menjalankan tugas” (lampiran 3, hal: 24). Responden PK2 melihat adanya usaha dari para yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani, katanya:”..............mereka berusaha melayani secara total..............dan memahami setiap pribadi dengan segala keberadaannya.”
Hasilnya
dikatakan:”Adanya
perubahan
dalam
usaha
mengalahkan diri dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri” (lampiran 3, hal: 26). Responden PK3 melihat adanya kepekaan dan rasa tanggungjawab dalam menjalankan tugas-tugas sebagai pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani dari para yunior, katanya:”Peka dan bertanggungjawab dalam tugas-tugas. Namun terkadang pelupa,....................mungkin karena tugasnya banyak hingga terkesan bahwa dia lupa sebagai yunior yang masih harus banyak belajar
untuk
menyeimbangkan
hidup
karya
dan
rohani.”
Hasilnya
dikatakan:”Mau menerima masukkan” (lampiran 3, hal: 28). Responden F1 juga melihat pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani dari para yunior dalam hal kepekaan, katanya:”Berusaha untuk peka.” Hasilnya dikatakan:”Keutamaan-keutamaan yang lain ikut berkembang, ............” (lampiran 3, hal: 30). Responden F2 melihat adanya proses dalam diri para yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani, diceritakan:”Pada mulanya setiap mereka akan melayani sesama pikir-pikir dulu namun dengan berjalannya waktu tidak lagi banyak pertimbangan melainkan memiliki pemikiran bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
memang harus ditolong karena pertimbangan rasa kemanusiaan dan rasa kasih sayang terhadap sesama............” Hasilnya dikatakan :”Mereka mampu memaknai tugas perutusan..............sebagai kehendak Tuhan sendiri sehingga dijalani dengan berusaha sepenuh hati” (lampiran 3, hal: 32). Responden F3 pun melihat pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani para yunior dalam hal kepekaan, dikatakan:”Berusaha untuk berinisiatif melayani orang lain lebih dulu..........tanpa takut penilaian atau dikomentari...........” Hasilnya dikatakan:”Semakin mampu memahami setiap pribadi, berpikir positif mengenai orang lain dan bisa membawa diri” (lampiran 3, hal: 34). d. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS selama ini dan hasilnya menurut para responden adalah sebagai berikut: 1) Responden MS menyebutkan:”Mendatangkan tenaga ahli para Fransiskan untuk menggali sejarah dan mendalami nilai-nilai spiritualitas................” Pendapat ini diteguhkan oleh responden BL1 (lampiran 3, hal: 32, 34). 2) Pendapat
responden
MS
yang
diteguhkan
oleh
responden
BL2:”Menterjemahkan buku-buku sejarah Kongregasi....................akhirnya menemukan persaudaraan serumpun Moeder Theresia Saelmakers, sehingga dapat mewujudkan kerjasama sebagai saudara serumpun” (lampiran 3, hal: 13, 36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
3) Menurut responden BL2 yang diteguhkan oleh responden Y6,MS,BL1 ialah:”Mendalami spiritualitas pendiri dalam rekoleksi dan retret ...............” (ampiran 3, hal: 12,32,3436). 4) Menurut responden Y6:” Adanya rekomendasi untuk belajar dan berefleksi secara pribadi maupun bersama .................” (lampiran 3, hal: 12). 5) Pendapat responden BL2 yang diteguhkan oleh BL1”Perubahan-perubahan aturan hidup atau Konstitusi untuk disempurnakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi zaman” (lampiran 3, hal: 34,36). 6) Menurut responden MS:”Membuat rumusan spiritualitas Kongregasi yang semakin singkat namun mendalam sebagai upaya agar mempermudah pemahaman anggota dalam penghayatan konkret dalam hidup sehari-hari” (lampiran 3, hal: 32). 7) Dikatakan oleh responden BL1 yang diteguhkan oleh responden Y6, MS:”Membuat
kebijakan-kebijakan
yang
semakin
manusiawi
dan
mengembangkan nilai-nilai persaudaraan......................ada waktu cuti ke keluarga...........” (lampiran 3, hal: 12,32, 34). 8) Responden BL1 menyebutkan:”Perubahan-perubahan cara hidup lahiriah dari berpakaian lengkap dan tertutup.............menjadi lebih sederhana” (lampiran 3, hal:34). 9) Responden BL1 menyebutkan:”Adanya rekomendasi kapitel yang perlu dipahami dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari,..........” Pendapat ini diteguhkan oleh responden BL2 (lampiran 3, hal: 34,36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
10) Responden MS menyebutkan:”Adanya pembaharuan istilah-istilah, yakni Pemimpin Umum menjadi Pelayan Persaudaraan, Pimpinan Komunitas menjadi Ibu Komunitas, Koordinator menjadi Komisi agar semangat persaudaraan Fransiskan tetap menjadi kekhasan Kongregasi SFS” (lampiran 3, hal: 32). 11) Menurut responden BL1 yang diteguhkan oleh responden MS:”Mengalirkan spiritualitas pendiri kepada rekan kerja dalam visi-misi di unit-unit karya ......” (lampiran 3, hal: 32,34). 12) Responden BL1 berpendapat:”Mempertahankan spiritualitas pendiri dalam melayani orang kecil dengan membuka karya pelayanan di desa-desa dan di kota-kota kecil” (lampiran 3, hal: 34). 13) Responden
BL1
mengatakan:”Terus-menerus
menanamkan
nilai-nilai
spiritualitas pendiri dalam setiap jenjang pembinaan ............” (lampiran 3, hal: 34). 14) Menurut responden BL1:”Menempatkan suster yang telah lanjut usia di setiap komunitas sebagai kesempatan mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani” (lampiran 3, hal: 34). 15) Pendapat responden Y6:”Tetap menjaga spiritualitas pendiri melalui pengembangan karya dengan meningkatkan mutu SDM melalui pendidikan dan melengkapi bangunan-bangunan sesuai dengan kebutuhan pelayanan namun tetap mempertahankan kesederhanaan” (lampiran 3, hal: 12). Kesederhanaan bangunan-bangunan untuk pelayanan umum seperti tampak pada foto di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
(Gedung Sekolah SMP Keluarga
(Wisma Assisi untuk para lanjut
di Kecamatan Gubug, Grobogan)
usia di Kotamadya Sukabumi)
16) Menurut responden BL2 yang diteguhkan responden BL2:”Terbuka dalam belajar dan menjalin kerjasama dengan Kongregasi-kongregasi lain untuk meningkatkan mutu hidup rohani dan karya pelayanan” (lampiran 3, hal: 35,37). 17) Menurut responden BL2:”Membentuk beberapa tim kerja dalam Kongregasi” (lampiran 3, hal: 37). 18) Responden MS mengatakan:”Memberikan kebijakan akan penggunaan alatalat teknologi kepada anggota demi meningkatkan pelayanan sebatas dibutuhkan dengan mempertahankan kesederhanaan” (lampiran 3, hal: 32). 19) Pendapat responden MS:”Mengajak anggota Kongregasi untuk terus-menerus membaharui diri sebagai religius SFS yang injili” (lampiran 3, hal: 32). Hasil dari upaya kontekstualisasi tersebut di atas menurut para responden (lampiran 3, hal: 16,36,38-39,41) adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
1) Tercipta persaudaraan yang sederajat. 2) Tercipta semangat persaudaraan dan kekeluargaan di unit-unit karya sehingga karyawan merasa nyaman dan merasa diterima. 3) Hidup sederhana dalam komunitas dan karya namun tetap dapat melayani dengan baik sehingga karya-karya Kongregasi masih dipercaya dan diminati oleh masyarakat. 4) Menyekolahkan suster-suster muda tanpa harus menunggu kaul kekal dan meningkatkan pendidikan SDM anggota Kongregasi yang mendukung pengembangan dan mutu karya pelayanan. 5) Semakin konkret dalam mewujudkan nilai-nilai spiritualitas pendiri dan mewujudkan motto Kongregasi “menjadi tempat pengungsian bagi sesama yang berkesusahan” dalam situasi zaman sekarang ini, antara lain: para suster dapat berbuat sosial kepada sesama yang perlu dibantu karena diberi kepercayaan dalam menggunakan uang yang dikelola secara pribadi, menampung yang hamil di luar nikah, memberi kebijakan tenggang waktu dan keringanan kepada para pasien yang kurang mampu, adanya peningkatan pendidikan bagi para karyawan sesuai dengan kemampuan untuk memenuhi tuntutan aturan pemerintah, dll.” 6) Mampu menyesuaikan perkembangan zaman dalam penggunaan alat-alat teknologi. 7) Membangun jejaring kerjasama secara terbuka dengan Kongregasi-kongregasi yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
8) Semakin memantapkan hidup rohani dan penghayatan spiritualitas anggota Kongregasi. 9) Persaudaraan, hidup doa, dan mutu karya menjadi lebih baik serta semakin mengenal, memahami dan meneguhkan satu dengan yang lain dalam pergulatan yang dialami. 3. Validasi
Pendapat
Responden
Mengenai
Upaya
Kontekstualisasi
Spiritualitas Pendiri Validasi pendapat responden mengenai upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS berdasarkan studi dokumen adalah sebagai berikut: -
Para ahli Fransiskan yang telah membantu menggali sejarah dan mendalami nilai-nilai spiritualitas Kongregasi SFS adalah Pater A. Eddy Kristiyanto, OFM; Pater Paskalis Bruno Syukur, OFM; dan Pater Nico Diester, OFM.
-
Menerjemahkan buku-buku sejarah Kongregasi telah dimulai oleh Sr. M. Gerarda, SFS (Zita, 2008: 211 no 5).
-
Persaudaraan serumpun adalah Kongregasi FCh, SFS, KSFL, dan FSE. Kerjasama yang telah terwujud adalah membuka komunitas di Paroki St. Yusuf Sipora, Mentawai, Sumatra Barat; pada tanggal 16 Mei 2011.
-
Upaya menggali spiritualitas pendiri melalui rekoleksi dan retret serta studi bersama di komunitas berdasarkan rekomendasi kapitel tahun 2004 (Zita, 2008: 233).
-
Perubahan Konstitusi Kongregasi SFS yakni Konstitusi tahun 1841, 1855, 1898, 1908, 1928, 1962, 1991 dan tahun 2000 (Zita, 2008: 271).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
-
Rumusan spiritualitas SFS hasil Kapitel pada April 2012 adalah sebagai berikut: Suster Fransiskan Sukabumi: ”Menghayati kasih Yesus Kristus Injili dalam
hidup persaudaraan yang ditopang oleh semangat tobat, doa,
pelayanan dan kesederhanaan.” (Rekomendasi Kapitel, 2012: 1). -
Kebijakan-kebijakan yang semakin manusiawi dan mengembangkan nilainilai persaudaraan melalui rekomendasi Rapat Paripurna Anggota (RPA), antara lain mengenai jumlah uang cuti diputuskan uang cuti per 2012 sebesar
Rp
1.000.000/tahun
yang
sebelumnya
berjumlah
Rp
750.000/tahun; berlaku untuk semua anggota yang telah profesi (Sekretariat SFS, 2011: 28). -
Kongregasi SFS ingin tetap menghayati jabatan kepemimpinan sebagai tugas pelayanan sebagaimana diajarkan oleh Tuhan Yesus (bdk. Mrk: 35) maupun oleh St. Fransiskus Assisi (AD psl 8 art. 28). Maka dalam RPA disepakati penggunaan istilah-istilah kepemimpinan Kongregasi SFS, yakni: Pemimpin Umum diganti menjadi Pelayan Persaudaraan, Pimpinan Komunitas menjadi Ibu Komunitas, Pimpinan Karya menjadi Penanggungjawab Karya, Komisi-Panitia menjadi Komisi, Tim Formator menjadi Komisi Formatio, Dewan Penasihat Tarekat menjadi Dewan Penasehat Kongregasi, Pemerhati Komunitas menjadi Dewan Penasihat Komunitas Setempat (Rekomendasi RPA tahun 2012, hal: 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembahasan hasil penelitian berdasarkan wawancara kepada para responden diuraikan di bawah ini: 1. Pemahaman Spiritualitas Ulah Tapa, Pengendalian Diri dan Cinta Kasih yang Melayani Dari hasil wawancara kepada para responden mengenai pemahaman tentang spiritualitas ulah tapa, pengendalian diri, dan cinta kasih yang melayani ditemukan bahwa pemahaman mereka masih sama dengan semangat awal seperti telah diuraikan pada kajian pustaka pada bab II mengenai spiritualitas pendiri Kongregasi. Pemahaman para responden mengenai spiritualitas ulah tapa dipahami sebagai latihan dalam segala hal, baik sikap, tutur kata, mati raga, serta latihan rohani agar semakin memiliki relasi yang dekat dengan Allah. Pemahaman para responden mengenai spiritualitas pengendalian diri merupakan sikap hidup yang sederhana dalam segala hal agar semakin dapat hidup berkenan bagi Allah. Sedangkan pemahaman para responden mengenai spiritualitas cinta kasih yang melayani dipahami sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama yang diwujudkan dalam pelayanan tanpa pamrih.
2. Trend Komunikasi Hasil wawancara kepada para responden mengenai konteks dalam bidang komunikasi yang sedang trend sekarang ini disebutkan komunikasi sekarang identik dengan alat-alat komunikasi yang terjadi secara global sehingga berdampak pada tergesernya komunikasi langsung yang lebih mendalam, lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
jujur dan terbuka. Dengan demikian, orang tidak lagi dapat menangkap pergulatan lawan bicara yang sejujurnya melalui bahasa tubuh karena komunikasi dengan media dapat menyembunyikan keadaan dan identitas diri yang sebenarnya. Apabila komunikasi identik dengan alat-alat komunikasi maka ada gejala bahwa orang yang menggunakan alat-alat tersebut dapat dipengaruhi dan dibentuk oleh model dan gaya alat komunikasi digunakan. Komunikasi dengan media menyebabkan orang sibuk dengan alat komunikasi yang menjadi jantung hatinya yang ke dua sehingga sosialisasi dengan sesama di sekitarnya semakin berkurang. Komunikasi dengan media bersifat dangkal dan cenderung menyingkat kata-kata, misalnya dengan sms. Kecenderungan menyingkat kata-kata akan berdampak pada menurunnya kemampuan seseorang dalam menyusun tata bahasa yang baik dan benar. Di sisi lain, disebutkan bahwa komunikasi sekarang lebih terbuka, enak tidak enak disampaikan. Hal ini dipengaruhi oleh situasi bangsa yang semakin demokratis dalam kebebasan mengungkapkan pendapat. Prinsip komunikasi adalah membuat satu, yakni satu pemahaman dan mempersatukan
orang-orang
yang
menjalin
komunikasi;
namun
media
komunikasi yang semakin canggih dapat menimbulkan perpecahan dan menurunkan nilai-nilai moral manakala disalahgunakan, misalnya untuk menyebarkan fitnah maupun gambar dan video porno. Di sisi lain, komunikasi dengan media membantu mempercepat informasi dan dapat menjangkau banyak orang sekaligus juga sebagai sarana dalam membuka jejaring sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
3. Trend Budaya Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden mengenai trend kebudayaan sekarang ini disebutkan ada beberapa hal, antara lain budaya instan yang menyebabkan orang cenderung tidak mau bersusah-payah sehingga kurang menghargai proses, menjadi kurang sabar dan kurang kreatif; padahal setiap usaha yang diperjuangkan merupakan latihan yang sangat berguna bagi hidup pribadinya. Budaya ikut-ikutan yang sedang naik daun. Apabila tidak mengikuti yang sedang nge-trend, orang takut dikatakan kampungan, ndeso, dan ketinggalan zaman. Budaya ikut-ikutan ini sebagai gejala bahwa orang dapat semakin kehilangan prinsip diri sehingga tidak semakin menjadi diri sendiri yang sejati melainkan cenderung ikut arus dan mencari rasa aman dalam kelompoknya. Di sisi lain, beberapa responden menyebutkan adanya budaya bebas, bebas dalam berekspresi dan bebas mengungkapkan pendapat. Gejala ini menunjukkan bahwa orang tidak mau lagi diatur secara hirarkis, intruksional dan seragam melainkan menghendaki keberagaman, pemikirannya diakomodir sehingga memperkaya suatu organisasi atau kelompok. Budaya individualis dan hedonis yang membuat orang cenderung egois, yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan untuk dirinya sendiri maupun keluarga dan kelompoknya sehingga kepedulian terhadap sesama semakin menurun disebutkan oleh para responden. Menurut beberapa responden budaya konsumerisme juga menjadi trend sekarang bahkan kecenderungan berbelanja yang bukan menjadi kebutuhan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
sesungguhnya ini dikatakan oleh beberapa responden telah masuk ke dalam biarabiara. Jika demikian ada gejala bahwa penghayatan hidup sederhana atau kaul kemiskinan mengalami penurunan. Penampilan lahiriah juga menjadi trend budaya di zaman sekarang dengan fashion dan perawatan kecantikan bahkan dikatakan oleh responden bahwa gaya hidup ini dapat diikuti oleh para religius seperti memakai pemutih wajah dan perawatan rambut ke salon. Gejala ini menunjukkan bahwa orang lebih mengutamakan hal-hal lahiriah daripada memperhatikan hal-hal yang batiniah. Jika gaya hidup ini juga diikuti oleh para religius maka hidup rohani yang seharusnya menjadi hal utama yang dihayati dalam hidup akan menurun. Budaya materialistis hingga terkesan orang mendewakan uang, seolah-olah dengan uang segala yang diinginkan dapat terwujud. Gejala demikian dapat membawa orang tidak lagi mengandalkan Tuhan yang berkuasa atas hidupnya melainkan orang lebih mengandalkan dirinya sendiri karena kemampuannya untuk memenuhi segala kebutuhan hidup dan keinginannya dengan uang.
4. Trend Psikologi Berdasarkan hasil wawancara kepada para responden, trend psikologi sekarang ini telah menerapkan berbagai pendekatan ilmu dengan memadukan berbagai kecerdasan, seperti mengembangkan karakter, kecerdasan sosialemosional, kecerdasan kognitif, psikomotorik, kecerdasan ganda, keseimbangan fungsi otak kanan dan otak kiri bahkan dikembangkan sejak anak usia dini sehingga para orang tua mengetahui bakat dan minat anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Perkembangan ini akan sangat membantu proses pendidikan yang tepat sesuai bakat dan minat peserta didik sehingga semakin percaya diri dan bakatbakatnya dapat semakin berkembang secara optimal serta membentuk kepribadian menjadi dewasa secara seimbang.
5. Trend Pendidikan Dari hasil wawancara diperoleh pendapat bahwa trend pendidikan sekarang tidak lagi menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi pengetahuan bagi peserta didik karena peserta didik lebih mandiri dalam mencari pengetahuan dengan cara diskusi kelompok, membaca dari buku-buku, mengakses dari internet, maupun dari audio visual. Jika demikian adanya, maka pendidik sekarang ini tinggal mengarahkan dan memberi petunjuk kepada peserta didik. Pendidikan sekarang menurut para responden telah didukung oleh tenaga pendidik yang semakin kompeten dan profesional yang ditunjang oleh peningkatan pendidikan dan adanya ujian sertifikasi guru. Dalam proses pembelajaran pun telah menggunakan bahasa asing. Oleh karena itu, pendidikan sekarang ini bersifat global. Penanaman nilai-nilai akhlak dan moral dihidupkan kembali dengan menerapkan berbagai
pendekatan seperti, pendidikan karakter dan pedagogi
reflektif, memasukkan pendidikan anti korupsi menjadi salah satu mata pelajaran, penanaman sikap peduli lingkungan dengan membuat sampah organik, menjaga dan memelihara lingkungan dan membuat penghijauan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Sarana pembelajaran dalam pendidikan sekarang ini ditunjang oleh alat-alat teknologi multi media yang mendukung proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan. Dengan adanya internet mendukung pula terselenggaranya pendidikan jarak jauh. Namun di sisi lain, sarana multi media menurut sebagian responden dapat menyebabkan guru dan peserta didik menjadi kurang kreatif dalam mengerjakan tugas-tugas karena cenderung copy paste dari internet. Kecenderungan copy paste ini menurut responden dimungkinkan karena kurangnya praktek. Kecenderungan copy paste dapat diminimalis dengan meningkatkan penghargaan hasil karya pribadi kepada setiap peserta didik meskipun sederhana daripada terkesan canggih namun hasil plagiat. Model pembelajaran dalam pendidikan sekarang menurut para responden sangat variatif dan peserta didik mengalami praktek langsung, seperti menanam dan mengamati tumbuhnya tanaman, pengembangan keterampilan maupun pengembangan bakat seni.
6. Trend Kepemimpinan Berdasarkan hasil wawancara kepada para responden mengenai trend kepemimpinan sekarang diperoleh jawaban bahwa kepemimpinan itu pada prinsipnya dimulai dari diri sendiri, sehingga upaya mempengaruhi anggota atau karyawan dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan, dengan kata lain, kepemimpinan sekarang sifatnya tut wuri handayani. Anggota juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengembangkan karya demi tercapainya visi dan tujuan bersama. Menjunjung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
tinggi demokrasi dan musyawarah, memberikan kebebasan kepada anggota dalam mengungkapkan pendapat. Adanya manajemen yang semakin baik menjadi trend kepemimpinan sekarang disertai adanya pembagian tugas kepada anggota sesuai dengan bidang kompetensinya akan sangat mendukung keberhasilan suatu organisasi. Peningkatan mutu SDM juga ditingkatkan sehingga semakin menunjang pencapaian tujuan yang menjadi cita-cita bersama, sesuai dengan kompetensinya sehingga semakin profesional dalam bidangnya. Anggota atau karyawan diberi kepercayaan penuh, sehingga karyawan semakin mencintai pekerjaannya. Perhatian personal dan kesejahteraan anggota atau karyawan juga menjadi trend kepemimpinan sekarang ini sehingga anggota merasa nyaman di tempat kerjanya. Menerapkan semangat persaudaraan, menyapa, merangkul, memberi perhatian kepada karyawan, memberi rasa aman, serta memperhatikan kesejahteraan material maupun spiritual. Kepemimpinan zaman sekarang tidak lagi ada jarak antara bawahan dengan atasan yang terkesan menakutkan atau pun harus dihormati melainkan memiliki relasi egaliter dengan stafnya yang memberi rasa nyaman. Kepemimpinan sekarang ini juga memberdayakan anggota atau karyawan, mampu mempengaruhi anggota dengan baik, berani ambil resiko secara bertanggungjawab, mempunyai visi dan misi yang jelas, serta senantiasa berusaha untuk menyelaraskan antara perkataan dan tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
7. Pergulatan Perwujudan Spiritualitas Ulah Tapa Beserta Hasilnya Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden mengenai pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas ulah tapa beserta hasilnya, meliputi hal-hal sebagai berikut: -
Mengalami kesulitan dalam latihan rohani khususnya dalam menciptakan keheningan dan dalam menerima setiap pribadi yang kurang disukai. Hasilnya: dengan berjalannya waktu dapat merasakan kehadiran Allah dan merasa bebas dalam berelasi juga dalam melayani.
-
Menghargai segala yang ada dan dalam hal mengatur waktu pribadi dalam menjalin relasi pribadi dengan Allah. Hasilnya: dapat terlatih bisa rela dan pengendalian diri tidak tidur siang serta mampu bersyukur karena dapat latihan sabar menunggu karena memperoleh kesadaran baru bahwa suatu saat akan membutuhkan orang lain juga.
-
Menciptakan keheningan batin terutama pada waktu latihan rohani dalam hidup doa karena kecenderungan dalam diri inginnya ngobrol. Hasilnya: masih tetap setia dalam menanggapi panggilan hingga sekarang.
-
Berusaha memberi diri secara total dalam hidup doa dan mau berubah menjadi lebih baik. Hasilnya: masih tetap setia pada panggilan dan tetap semangat hingga sekarang.
-
Melawan ego diri meski belum konsisten. Hasilnya: bangga dan bersyukur atas bantuan Tuhan.
-
Menciptakan keheningan batin dan berusaha menyeimbangkan antara hidup rohani dengan tugas perutusan dalam studi. Hasilnya: lebih bahagia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
lebih mampu mengolah emosi, melayani dan memberi sapaan dengan tulus. Pergulatan para responden tersebut di atas dibenarkan oleh pengamatan rekan sejawat peneliti, yakni para ibu komunitas, pimpinan karya serta para formator yunior, sebagai berikut: -
Tampak dari sikap mereka yang tidak menuntut dan bersedia menunda waktu istirahat untuk menerima tamu (rombongan peserta retret).
-
Mereka berusaha menyikapi segala kesulitan dengan penuh iman meski belum semua karena sebagian dari mereka daya juangnya sangat kurang. Hasilnya: yang sungguh berusaha mampu bersikap tenang dalam menyikapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, untuk yang kurang berusaha sungguh-sungguh, tampak reaktif.
-
Mereka belajar untuk peka kepada situasi orang lain yang membutuhkan perjuangan untuk bisa ke luar dari diri sendiri, terbuka menerima teguran, tekun dalam hidup doa dan refleksi. Hasilnya: cara berpikir dan bergaul, hidup persaudaraan menjadi berkembang, jujur dan terbuka meski masih terus berproses.
-
Kegiatan rohani yang dijalankan secara bersama, belum muncul dari kesadaran diri sendiri untuk melakukan secara pribadi. Menurut responden, hal ini terjadi ada kemungkinan dipengaruhi oleh pendidikan dasarnya di postulat dan novisiat. Hasilnya: setidaknya masih mampu bertahan dalam panggilannya sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
-
Berusaha menghayati hidup doa secara disiplin. Hasilnya: tidak terlambat dalam waktu doa bersama meski belum konsisten.
-
Yunior yang tinggal bersama sekomunitas belum pernah datang untuk pendampingan. Hasilnya: menerima situasi sebagaimana adanya.
-
Masih bergulat dengan dirinya sendiri. Hasilnya: terkesan belum mampu memaknai hidup.
-
Berupaya mencari kehendak Allah dalam keheningan batin dengan mencontoh para suster senior. Hasilnya: mereka mau mendekati pribadi suster senior yang “sulit” bukan menghindari sehingga semakin kenal dan akhirnya mampu mencontoh penghayatan hidup rohani dan mampu menciptakan keheningan batin secara pribadi, meskipun tidak semua yunior melakukannya.
-
Berusaha untuk terus-menerus mengurangi kelemahan dalam dirinya. Hasilnya: mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai yunior untuk melakukan bimbingan secara rutin tiap bulannya kepada pimpinan karya, pimpinan komunitas dan formator meski belum semua.
8. Pengalaman Pergulatan Perwujudan Spiritualitas Pengendalian Diri Beserta Hasilnya Dari hasil wawancara kepada para responden, diperoleh informasi mengenai pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri beserta hasilnya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
-
Sulit untuk bisa meninggalkan kecenderungan mudah tersinggung dan iri hati. Hasilnya: tidak tenggelam pada situasi rasa tersinggung.
-
Terasa berat untuk memberikan suatu barang yang masih dibutuhkan atau disukai. Hasilnya: dengan berjalannya waktu dapat terlatih bisa rela, juga rela tidak tidur siang karena harus menerima tamu peserta retret serta mampu bersyukur karena dapat latihan sabar menunggu karena memperoleh kesadaran baru bahwa suatu saat pasti membutuhkan orang lain juga.
-
Selektif dan prioritas kebutuhan, tidak ikut-ikutan menggosip, tidak mudah menilai negatif
terhadap orang lain. Hasilnya: tetap setia dalam
menanggapi panggilan hingga saat ini. -
Sulit menerima teguran terlebih bila teguran itu dirasa keras. Hasilnya: bahagia, senang, lepas-bebas karena telah berani mengungkapkan isi hati kepada pimpinan yang memberi teguran secara keras.
-
Hidup sederhana dalam berpakain, makan, kepemilikan dan dalam menggunakan sarana serta bersedia berelasi dengan orang-orang yang sederhana. Hasilnya: mengalami kebahagiaan.
-
Berusaha terus-menerus meninggalkan rasa malas, sikap cuek tidak meminta maaf tanpa merasa bersalah bila tidak disiplin dalam mengikuti acara-acara
komunitas.
Hasilnya:
bahagia
dan
mampu
menjalin
komunikasi secara lebih mendalam serta akrab dengan setiap pribadi dalam komunitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Pengamatan responden sebagai rekan peneliti mengenai pergulatan perwujudan spiritualitas pengendalian diri dari para yunior adalah sebagai berikut: -
Mereka terbuka dalam mengungkapkan kebutuhan pribadi termasuk meminta uang transport, yang berarti mau rendah hati dan ada usaha untuk melawan rasa takut.
-
Mereka berusaha untuk tidak mengikuti kemauan diri dalam menundanunda tugas khususnya dalam membuat refleksi bulanan. Hasilnya: refleksi berjalan rutin setiap bulannya meski belum semua yunior.
-
Pengaturan waktu kerja, inginnya ikut cepat pulang dengan karyawan; juga dalam menjalankan doa, pengendalian diri dalam penggunaan saranasarana dalam situasi bebas tidak ada yang mengontrol, mau menerima teguran. Hasilnya: terbuka dalam berkomunikasi dan dalam kerja, tidak lagi ambil keputusan sendiri tetapi mau bertanya sebagai bentuk kerendahan hati.
-
Berusaha mengalahkan keinginan untuk memiliki benda-benda yang ngetrend dan mengalahkan kehendak diri demi ketaatan menerima tugas yang kurang disukai, mengalahkan kecenderungan untuk bepergian atau jalanjalan meski masih harus diingatkan. Hasilnya: bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan.
-
Berusaha terus-menerus untuk memiliki sikap hidup sederhana dalam berpakaian dan penggunaan fasilitas yang tersedia meski belum konsisten. Hasilnya: memiliki sikap menerima segala yang disediakan termasuk makanan yang disajikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
-
Mengelola emosi meskipun belum konsisten. Hasilnya: gembira, mudah membantu, peka namun terkadang berlebihan kurang bisa menempatkan diri, juga mau minta maaf meskipun harus disadarkan terlebih dahulu.
-
Hidup sederhana meski masih tampak pilih-pilih. Hasilnya: belum tampak karena kurang memiliki motivasi dan daya juang untuk mewujudkan nilai spiritualitas tersebut.
-
Berusaha memilah-milah dan prioritas kepentingan, misalnya dalam hal penggunaan internet, dalam penggunaan uang, mengolah emosi dan afeksi menyangkut kemurnian hati dan semakin membangun kesadaran bahwa dirinya adalah seorang religius. Hasilnya: dewasa dalam mengambil keputusan.
-
Berusaha mengurangi kekurangan atau kelemahan dalam diri. Hasilnya: mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai yunior untuk melakukan bimbingan secara rutin tiap bulannya kepada pimpinan karya, pimpinan komunitas dan formator meski belum semua.
9. Pergulatan Perwujudan Spiritualitas Cinta Kasih Yang Melayani Beserta Hasilnya Pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas cinta kasih yang melayani dari para responden adalah sebagai berikut: -
Tidak selalu bisa sepenuh hati dalam melayani. Hasilnya: memahami makna pelayanan sehingga semakin bisa tulus dalam mengerjakan tugas pelayanan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
-
Merasa berat pada saat melayani orang yang kurang disukai. Hasilnya: semakin dapat mencintai orang yang kurang disukai karena kesadaran dalam dirinya bahwa pelayanan sebagai bentuk melayani Yesus sendiri.
-
Memberikan diri secara total melalui tugas pelayanan, juga berusaha menyeimbangkan waktu untuk bekerja di unit karya dengan waktu untuk berkomunitas.
Hasilnya:
semakin
terbuka
dalam
mensharingkan
pengalaman apa adanya di komunitas. -
Memberi diri di tempat tugas dengan cara mencarikan donatur. Hasilnya: membahagiakan, karena orang-orang bersedia menjadi donatur dan membawa perubahan bagi anak-anak yang tadinya tidak sekolah akhirnya bisa sekolah dan dapat membeli baju seragam; juga orang tua mereka tergerak hatinya untuk menyekolahkan anak-anaknya.
-
Melayani dan menerima setiap pribadi terutama yang tidak disukai. Hasilnya: bersyukur karena semakin mampu menghayati spiritualitas sebagai religius SFS.
-
Menghilangkan rasa takut terhadap jenasah orang meninggal dan menghilangkan rasa jijik terhadap orang sakit. Hasilnya: mampu bersyukur atas karya Allah yang memberikan kemampuan dalam dirinya untuk melayani dan memiliki kesediaan hati dalam menerima tugas tanpa pilih-pilih. Pengamatan para responden sebagai rekan peneliti membenarkan pergulatan
para yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
ada pengamatan rekan sejawat yang belum sepenuhnya mewujudkan spiritualitas tersebut, sebagai berikut: -
Mau terlibat dalam kegiatan kebersamaan, membantu suster yang tua, mentaati aturan, tidak pilih kasih, mau membaur.
-
Kerjasama dengan rekan-rekan di kampus terkesan baik, sedangkan di komunitas masih cenderung diminta bahkan untuk beberapa yunior kalau libur studi justru pergi.
-
Mulai peduli terhadap peserta didik yang perlu dibantu, memberi perhatian, menyapa dan berkunjung. Hasilnya: semakin peka terhadap peserta didik, guru dan karyawan.
-
Mereka kurang peka, cenderung fokus dengan tugas sendiri,
mereka
menempatkan diri sebagai student. Hasilnya: melayani masih sebatas menjalankan tugas. -
Berusaha melayani secara total dan memahami setiap pribadi dengan segala keberadaannya. Hasilnya: adanya perubahan dalam usaha mengalahkan diri dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.
-
Peka dan bertanggungjawab dalam tugas-tugas. Hasilnya: mau menerima masukkan.
-
Berusaha untuk peka. Hasilnya: keutamaan-keutamaan yang lain ikut berkembang pula.
-
Tidak lagi banyak pertimbangan dalam melayani sesama melainkan memiliki pemikiran bahwa memang harus ditolong karena pertimbangan rasa kemanusiaan dan rasa kasih sayang terhadap sesama. Hasilnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
mereka mampu memaknai tugas perutusan sebagai kehendak Tuhan sendiri sehingga berusaha dijalankan dengan sepenuh hati. -
Berusaha untuk berinisiatif melayani orang lain lebih dulu tanpa takut penilaian atau dikomentari. Hasilnya: semakin mampu memahami setiap pribadi, berpikir positif mengenai orang lain dan bisa membawa diri.
10. Upaya Kontekstualisasi Spiritualitas Pendiri Yang Telah Dilakukan Oleh Kongregasi SFS Beserta Hasilnya Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri menunjukkan adanya pembaharuan-pembaharuan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi zaman masa kini namun masih tetap memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai dasar spiritualitas awal yang diwariskan oleh pendiri Kongregasi dan para pendahulu, seperti telah diuraikan pada halaman 98-103.
C. KONTEKSTUALISASI SPIRITUALITAS PENDIRI IMPLIKASINYA BAGI PEMBINAAN SUSTER-SUSTER YUNIOR KONGREGASI SFS 1. Pembinaan Menurut Mardi Prasetya (1992: 241) pembinaan dan seleksi dalam hidup bakti merupakan suatu proses kesinambungan sejak promosi panggilan, melalui masa aspiran, postulat, novisiat dan yuniorat, bahkan terus tetap berlangsung pada ongoing formation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
2. Pembina Pembina adalah para suster yang ditunjuk oleh Pemimpin Umum, kualifikasi pembina adalah telah berprofesi kekal dan telah dipersiapkan dengan baik (Konst. SFS th 2000: pasal 109). Persiapan yang dimaksudkan di sini antara lain telah memperoleh pendidikan formal yang mendukung kompetensi tugas pembinaan, mengikuti Kursus Pembina Religius (KPR) dan dipandang mampu memberikan teladan hidup rohani maupun manusiawi dengan baik. Soenarja (1984: 81-83) membahas tentang siapa yang ditugaskan untuk secara khusus mendampingi religius muda mempunyai tanggungjawab pertama di bidang kehidupan religius, yang menyangkut kerohanian, doa, studi, karya, hubungan dengan pemimpin karya, biara, dan pemimpin komunitas. Ia mempunyai tanggungjawab berat, bila dilakukan dengan seksama, dapat berpengaruh besar pada perkembangan seorang religius. Pengenalan, perhatian, wawancara
pribadi,
adalah
sarana
langsung
untuk
menjalankan
tugas
pendampingan. Dalam kunjungannya yang diadakan menurut rencana tetap, harus mengambil waktu, memberikan kesempatan leluasa bagi setiap yunior untuk datang berbicara. Ini bukan soal nilai untuk kaul kekal, bukan soal administrasi, bukan sekedar omong basa-basi; melainkan soal perhatian religius terhadap seorang anggota muda, demi perkembangan rohaninya dalam hidup membiara. Maka pembicaraan harus mendalam, menyangkut soal pokok: kerohanian dan doa, untuk ditinjau bersama dan diarahkan, afeksi dan emosi, yang menyangkut pergaulan dalam komunitas, pendewasaan diri, hubungan dengan atasan dan sesama serta hubungan dengan orang lain, studi yang harus dipertangungjawabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
dengan seksama, untuk melihat kemajuan dan hambatan, sarana-sarana yang perlu untuk disediakan. Apabila dibutuhkan, dihubungi juga instansi, yang menguasai studi anggota religius yang bersangkutan, demi kepentingannya; karya mendapat perhatian khusus, karena di sini religius dikenal sebagai tenaga dalam fungsinya, tugas yang akan mengarahkan hidup selanjutnya. Sukses atau kegagalan sangat penting untuk mengarahkan hari depannya. Pemimpin yunior dapat membantu religius muda, untuk memberikan pengertian, dan bila perlu menjadi pelancar dalam hubungan orang muda dengan pemimpin karya maupun pemimpin biara. Di bidang emosi, afeksi, religius ke luar dari novisiat belum selesai, tetapi juga belum terlambat untuk mengenali, mengatur dan menguasainya. Justru sekarang dalam pekerjaan yang menuntut tenaga, dalam pergaulan dengan berbagai macam orang , di luar dan di dalam biara, di medan lapangan hidup ini, religius diuji keimbangannya: apa ia bisa berdikari, menguasai perasaan, menyalurkan afeksi-emosi lewat cara-cara yang baik dan benar. Kalau bidang ini disoroti: ia cepat marah, ia ambek, mendiamkan orang, mudah menangis, murung, dsb.; hendaknya itu tidak hanya ditentukan sebagai fakta kenyataan. Watak ini harus dipelajari, diperhatikan. Perlu ada pengolahan dan penggarapan dengan wawancara, bila perlu bimbingan khusus oleh orang yang berpengalaman atau seorang yang ahli. Kalau ini hanya diketahui untuk dibiarkan, karena tidak tahu mau apa, jangan heran bahwa nanti ada religius-religius sulit timbul di dalam komunitas. Kalau orang ini masih pintar otak, pandai organisasi dan dijadikan pemimpin, orang yang bekerja di bawahnya akan sengsara, karena ia menjadi pemimpin yang emosional dan tidak matang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Dengan berbagai bantuan, religius muda semakin lama semakin mengenal diri dengan kekuatan dan kelemahannya. Ia dapat memanfaatkan pengertian ini dengan usaha membangun diri atas dasar kenyataan, yang diterima dan diakui kebenarannya. Atau ia akan mencari penerangan dan penjelasan sampai ia merasa pengenalan akan dirinya cukup mantap; lalu ia akan menyusun rencana bagi dirinya. Syukur kalau ada orang yang lebih berpengalaman menolongnya. Kerohanian hanya bisa dibangun atas dasar kesadaran bahwa orang dapat, mampu dan mau mengubah diri dan ia ingin melakukan apa yang dituntut untuk perkembangan ini.
3. Formandi Para formandi atau orang yang dibina dalam proses pembinaan atau formatio dalam Kongregasi SFS yang intensif adalah meliputi postulan, novis, dan yunior. Sedangkan jenjang pembinaan berlangsung dari tahap postulat, novisiat, yuniorat hingga bina lanjut ( Konst. 2000, bab: VI.B).
4. Tujuan Pembinaan Religius Dalam buku Pedoman-pedoman Pembinaan dalam Lembaga-lembaga Religius artikel 6 berbunyi : “Adapun tujuan utama pembinaan ialah memungkinkan para calon hidup religius dan anggota-anggota muda yang sudah berprofesi, pertama-tama menemukan dan kemudian mengasimilasikan dan memperdalam apa yang merupakan jati diri religius. Hanya dalam keadaan seperti itulah orang dipersembahkan kepada Allah dapat terjun ke dalam dunia sebagai saksi yang berarti, berdaya guna lagi setia. Oleh karena itu, tepatlah mengingatkan, pada awal dokumen tentang pembinaan, apa yang ditunjukkan oleh rahmat hidup bakti religius kepada Gereja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Tujuan pembinaan religius ini dijelaskan dalam pengantar dari dokumen ini yakni bahwa pembaharuan yang tepat dalam lembaga-lembaga religius bergantung terutama pada pembinaan para anggotanya. Hidup religius menghimpun murid-murid Kristus yang harus dibantu untuk menerima “kurnia ilahi, yang diterima oleh Gereja dari Tuhannya dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya” (artikel 1). Inilah sebabnya bentuk-bentuk penyesuaian yang terbaik hanya akan membawa hasil bila dijiwai oleh pembaharuan rohani yang mendalam. Pembinaan para calon, yang langsung bertujuan memperkenalkan mereka dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari ciri khasnya di dalam Gereja, terutama ditunjukkan untuk membantu para religius pria dan wanita menyadari kesatuan hidup mereka dalam Kristus melalui Roh, dengan memadukan secara harmonis unsur-unsur rohani, apostolik, doktrinal dan praktis.
5. Pertumbuhan Religius yang Diharapkan Mardi Prasetya (2001: 55-56) berpendapat bahwa dalam hubungan antara tiap pribadi dengan tarekat beserta spiritualitas dan karismanya diharapkan terjadi proses inkorporasi atau pertumbuhan ke dalam tubuh tarekat. Di dalamnya terkandung suatu dinamika pertumbuhan bahwa bukan spiritualitas dan karisma tarekat yang harus disesuaikan dengan masing-masing pribadi, tetapi pribadipribadilah yang harus bertumbuh dalam dialog inkorporatif sampai makin menjadi pribadi yang diharapkan oleh tarekat. Tugas pertumbuhan ini adalah tugas seumur hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Menurut Mardi Prasetya (2001: 57-58) aspek-aspek yang diharapkan cukup bertumbuh dalam diri religius dalam proses inkorporasi ini terkandung dalam keutamaan pertumbuhan yang terdiri atas: a. Aspek kognitif: pengertian yang makin mendalam tentang tarekat, spiritualitas, karisma dan gerak dinamis kerasulan tarekat sehingga selalu mempunayai insight dan sarana untuk berkonfrontasi dengan kenyataan hidup yang terus berjalan dan berubah. Konfrontasi ini yang akan menyuburkan pertumbuhan pribadi sehingga mampu menjadikan kerohanian tarekat tetap aktual dan relevan. b. Aspek sosial: kemampuan untuk senantiasa mengadakan pembaruan dan penyesuaian diri karena bertumbuhnya kemampuan sosialisasi dan adaptasi yang seimbang dalam dunia sosial yang makin kompleks tanpa hanyut atau malah ditelan oleh arus dan ekses negatif dari modernisasinya. c. Aspek afektif: kemampuan dalam menata batin sampai mencapai tahap kebebasan batin dalam arti, tidak mudah diombang-ambingkan oleh gejolak emosi dan perasaan sendiri, mampu menata dan mengendalikan sesuai dengan tujuan hidupnya sebagai religius. d. Aspek rohani: semakin memiliki cinta yang personal atau kedekatan hidup pada Tuhan, semakin menjadi murid Yesus yang sejati dan semakin berjalan ke arah konfigurasi dengan Kristus yang membuatnya makin mampu berdiskretif dan mampu menanggung salibnya setiap hari. e. Aspek aspostolik: semakin memancarkan keterlibatan hidup apostolik yang didasarkan pada keprihatinan Yesus dalam situasi dan kondisi konkret sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
dengan kepekaan yang dicanangkan oleh tiap tarekat dan opsi real yang diputuskan oleh provinsi dalam kerja sama dengan keuskupan setempat. f. Aspek fisik: memelihara kesehatan fisik sehingga tidak mengganggu stamina dalam keterlibatan hidup apostolik.
6. Usulan Program Pembinaan a. Latar belakang usulan Berdasarkan pendapat para responden mengenai konteks yang sedang trend sekarang ini dalam bidang komunikasi, kebudayaan, psikologi, pendidikan, kepemimpinan dan pemahaman serta pergulatan spiritualitas pendiri, sebagai berikut: 1) Trend Komunikasi Komunikasi sekarang menurut para responden identik dengan alat-alat komunikasi, jadi komunikasi tidak hanya menggunakan berbagai media komunikasi melainkan orang yang menggunakan alat komunikasi tersebut dapat dipengaruhi oleh model alat komunikasi yang digunakannya. Berbagai media komunikasi membantu memperlancar komunikasi, informasi dan jejaring sosial namun menggeser komunikasi langsung yang jujur dan terbuka sehingga komunikasi menjadi dangkal. Selain itu, orang menjadi lebih asyik dan sibuk dengan alat komunikasinya yang menjadi jantung hati ke dua sehingga kepedulian terhadap sesama di sekitarnya semakin menurun. Media komunikasi juga dapat menimbulkan salah paham serta menurunnya nilai-nilai moral bila penggunaan media komunikasi disalahgunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Dengan demikian, dalam pembinaan bagi para suster yunior perlu meningkatkan komunikasi langsung sehingga komunikasi yang jujur dan mendalam untuk menangkap dan memahami pergulatan mereka dapat terwujud. Penanaman kesadaran, kejujuran dan semangat hidup sederhana menjadi sangat penting agar para yunior mampu selektif dan prioritas dalam menggunakan media komunikasi secara bijaksana. 2) Trend Kebudayaan Kebudayaan sekarang disebutkan oleh para responden cenderung ikut-ikutan yang sedang nge-trend, instan-tidak mau susah-susah, individualisme, hedonisme, konsumerisme, menjujung tinggi demokrasi dan musyawarah, kebebasan dalam berekspresi dan mengungkapkan pendapat, mengutamakan penampilan lahiriah yang glamour dan perawatan diri. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dalam pembinaan perlu memberikan kebebasan berpendapat dan pengembangan kreativitas kepada formandi. Situasi konkret yang terjadi dalam masyarakat perlu dimasukkan sebagai salah satu materi dalam pembinaan agar formandi semakin mampu menganalisa permasalahan yang terjadi dan rasa kepedulian terhadap sesama semakin berkembang. Selain itu, kemampuan untuk discerment perlu terus ditingkatkan agar formandi mampu memilah dan memilih serta tetap mampu menghayati tri kaul dalam situasi hidup dunia yang cenderung mengutamakan kenikmatan untuk diri sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Budaya bebas berpendapat dan berekspresi sebagai gejala bahwa orang sekarang terlebih kaum muda tidak mudah lagi untuk diatur sedemikian rupa secara intruksional dan hirarkis. Hal ini akan dapat bertentangan dengan penghayatan kaul ketaatan. Oleh karena itu, dalam pembinaan perlu terbuka terhadap setiap pendapat dan cita-cita serta kreativitas yang baik sebagai budaya baru yang terus-menerus ditinjau dan direfleksikan sehingga nilai-nilai spiritualitas dalam tradisi sehat Kongregasi tetap relevan pada zamannya. 3) Trend Psikologi Psikologi sekarang telah memadukan pendekatan dengan berbagai ilmu seperti multi intellegen, pengembangan fungsi otak kanan dan otak kiri, dan mengembangkan multi talent. Kemajuan ini sangat membantu proses pembinaan untuk mencapai kematangan dan keutuhan pribadi para formandi serta optimalisasi bakat sesuai minat setiap pribadi formandi yang tentunya membutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten. 4) Trend Pendidikan Pendidikan sekarang lebih maju dengan meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga pendidik, menggunakan sarana pembelajaran dengan audio visual, memandirikan peserta didik dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan dari berbagai sumber, menanamkan pendidikan karakter, pedagogi reflektif dan nilai-nilai akhlak serta peserta didik mengalami pendidikan secara langsung melalui praktek-praktek yang diselenggarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Situasi pendidikan ini memacu proses pendidikan bagi para calon religius dalam pembinaan dengan menerapkan model pendidikan sekarang ini sehingga para formandi semakin mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan berani mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya. Fungsi formator sebagai fasilitator yang membantu formandi dalam proses belajar menyerap dan
mengolah
berbagai
informasi,
pengetahuan
dan
keterampilan serta nilai-nilai keutamaan yang diajarkan untuk dijadikan milik diri sebagai bekal dan pengembangan diri para formandi dalam tugas perutusan dalam lingkup Gereja maupun di tengah masyarakat. Bimbingan dan arahan dalam pengolahan dan penghayatan nilai-nilai spiritualitas Kongregasi tentu tetap dibutuhkan. 5) Trend Kepemimpinan Kepemimpinan sekarang lebih terbuka, demokratis, melibatkan karyawan atau anggota dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengembangkan karya bersama untuk mencapai tujuan, tut wuri handayani, bersemangat egaliter, memberikan perhatian, rasa nyaman dan memperhatikan kesejahteraan serta memberikan kesempatan untuk kemajuan karyawan dengan meningkatkan pendidikan SDM, berani ambil resiko secara bertanggungjawab, memiliki visi dan misi yang jelas, berusaha menyelaraskan kata dan tindakan serta membangun manajemen yang semakin baik. Pada dasarnya kepemimpinan dimulai dari diri sendiri sehingga lebih efektif dalam mempengaruhi anggota. Jika situasi kepemimpinan sekarang seperti tersebut di atas, maka dalam pembinaan pun perlu mendengarkan harapan-harapan formandi dan memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
kebebasan secara demokratis dalam proses pembinaan sejauh mendukung proses penanaman nilai-nilai rohani dan spiritualitas Kongregasi. Prinsip kepemimpinan yang dimulai dari diri sendiri menuntut kesadaran para pemimpin untuk senantiasa berusaha memberikan keteladanan yang baik dalam hidup konkret sehingga lebih mudah memberi pengaruh kepada anggota dalam mencapai perwujudan visi dan tujuan yang hendak dicapai bersama. 6) Spiritualitas Pendiri Berdasarkan jawaban dari para responden mengenai spiritualitas pendiri yang ditanyakan diperoleh jawaban bahwa responden memahami sebagaimana harapan para pendahulu dan berusaha diwujudkan dalam situasi zaman sekarang yang terus berubah tanpa mengurangi atau pun menghilangkan nilai dasar keutamaan sebagaimana diwariskan oleh pendiri Kongregasi. b. Usulan Tema dan Tujuan Pembinaan Di bawah ini adalah beberapa tema dan tujuan pembinaan yang penulis ajukan, yakni: Tema Umum: Mewujudkan nilai-nilai spiritualitas Moeder Rosa de Bie dalam situasi zaman kini. Tujuan Umum: agar para formandi mampu memaknai dan mewujudkan nilai-nilai spiritualitas pendiri dalam situasi zaman masa kini. Tema 1
: Membangun sikap tobat secara terus-menerus.
Tujuan 1
: agar formandi semakin terbuka akan kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci, sehingga semakin mampu membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
sebagai religius peniten rekolek berkat pembaptisan yang telah diterima dalam hidup sehari-hari. Tema 2
: Mengembangkan sikap hidup sederhana dan bijaksana di era globalisasi.
Tujuan 2
: agar formandi memiliki sikap hidup sederhana dan bijaksana di era globalisasi yang banyak memberikan tawaran yang menggiurkan melalui berbagai fasilitas yang tersedia.
Tema 3
: Meningkatkan komunikasi langsung secara terbuka, mendalam dan berkualitas dalam menjalani panggilan Tuhan.
Tujuan 3
: agar formandi senantiasa mengembangkan komunikasi langsung diantara sesama saudari sepanggilan dalam satu Kongregasi secara terbuka, mendalam dan berkualitas sehingga tercipta tradisi sehat
saling
mendengarkan,
memahami
dan
meneguhkan
pergulatan setiap pribadi dengan saling mendukung untuk setia dalam menjalani panggilan Tuhan. Tema 4
: Mencintai Yesus dengan melayani sesama, teristimewa yang KLMTD dengan sepenuh hati.
Tujuan 4
: agar formandi semakin mencintai Yesus dalam seluruh hidupnya dengan melayani sesama, teristimewa yang KLMTD dengan sepenuh hati sebagai perwujudan kemurnian cintanya kepada Kristus sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Penjabaran Program Tema Umum: Mewujudkan nilai-nilai spiritualitas Moeder Rosa dei Bie dalam
situasi zaman kini.
Tujuan Umum: agar para formandi mampu memaknai dan mewujudkan nilai- nilai spiritualitas pendiri dalam situasi zaman masa kini.
Tabel IV.1. Penjabaran Program Pembinaan N Tema o 1 Membangun sikap tobat secara terus-menerus.
Tujuan
Materi
Agar formandi semakin terbuka akan kasih Yesus melalui Sabda-Nya dalam Kitab Suci, sehingga semakin mampu membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup sebagai religius peniten rekolek berkat pembaptisan yang telah diterima dalam hidup sehari-hari.
Kesaksian pertobatan seorang tokoh. Meneladan semangat pertobatan Nikodemus. Membangun semangat metanoia secara terus-menerus.
Metode
Sarana
Sumber Bahan
- Nonton film “Pertobatan Eddy Sapto” - Sharing kelompok - Diskusi kelompok - Refleksi pribadi - Tanyajawab - Informasi
- AD OFR - Konstitusi - Teks Yoh. 3: 1– 8. - Teks lagu :“O Roh Kudus Ilahi “ & ”Curahkan Rahmat” - Lap top - LCD - Flasdish - Lilin dan salib
-
AD psl 2 art. 6 Konst. psl 4 Yoh 3: 1- 8. Darmawijaya, St. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 50. - Dianne Bergant & Robert J. Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kanisius. Hal: 167. - Wesley, Brill. 1990. Tafsir Injil Yohanes. Bandung: Kalam Hidup. Hal: 43 – 45.
2
Mengembangkan sikap hidup sederhana dan bijaksana di era globalisasi.
agar formandi memiliki sikap hidup sederhana dan bijaksana di era globalisasi yang banyak memberikan tawaran yang menggiurkan dalam berbagai fasilitas yang tersedia.
Belajar dan meneladan hidup sederhana dari keluarga sederhana. Membangun semangat hidup sederhana. Memupuk spiritualitas penyerahan diri kepada penyelenggaraan Ilahi.
- Nonton film”Kentuc ky ala Karte” - Sharing kelompok - Diskusi kelompok - Refleksi pribadi - Tanyajawab - Informasi
-
-
AD OFR Konstitusi Teks Mat 6: 25– 34. Teks lagu :“Cintailah sesamamu” & ”Ajarilah kami Tuhan bahasa cinta kasih” Lap top LCD Lilin & salib.
AD psl 6 art. 21 Konst. psl 21 Dianne Bergant & Robert J. Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
4
Meningkatkan komunikasi langsung secara terbuka, mendalam dan berkualitas dalam menjalani panggilan Tuhan.
Mencintai Yesus dengan melayani sesama, teristimewa yang KLMTD sepenuh hati.
agar formandi senantiasa mengembangkan komunikasi langsung diantara sesama sepanggilan dalam satu Kongregasi secara terbuka, mendalam dan berkualitas sehingga tercipta tradisi sehat saling mendengarkan, memahami dan meneguhkan pergulatan setiap pribadi agar setia dalam menjalani panggilan Tuhan.
Membangun budaya komunikasi yang terbuka dan utuh. Menemukan kehendak Tuhan dalam komunikasi personal yang berkualitas.
agar formandi semakin mencintai Yesus dalam seluruh hidupnya dengan melayani sesama, teristimewa yang KLMTD sepenuh hati sebagai perwujudan kemurnian cintanya kepada Kristus sendiri.
Meneladan semangat pelayanan dari Bunda Teresa dari Kalkuta. Menemukan Yesus dalam pelayanan kepada sesama yang KLMTD. Menjadi tempat pengungsian bagi sesama yang menderita.
- Permainan “sambung kata” - Sharing kelompok - Diskusi kelompok - Refleksi pribadi - Tanyajawab - Informasi
-
- Nonton film”Bunda Teresa” - Sharing kelompok - Diskusi kelompok - Refleksi pribadi - Tanya jawab - Informasi
-
-
-
-
-
Konstitusi Teks Yoh. 4: 1– 42. Teks lagu :“Dengar Dia panggil nama saya juga namamu “ & ”Bangun dunia baru” Lilin dan salib
Konst. psl 46 Darmawijaya, St. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Dianne Bergant & Robert J. Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
AD OFR Konstitusi Teks Mrk 9: 33– 37. Teks lagu :“ “Melayani lebih sungguh & Yang kau perbuat bagi saudara-Ku” Lilin dan salib
AD psl 5 art. 19 Konst. psl 51 Dianne Bergant & Robert J. Karris. 2002. Tafsir Alkitab PB. Yogyakarta: Kanisius. 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
d. Pengertian Katekese Umat dan Model Katekese Shared Christian Praxis (SCP) Pengertian katekese umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota jemaah. Melalui kesaksian iman, para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna. Tekanan utama katekese umat adalah penghayatan iman namun pengetahuan tidak dilupakan (Komkat KWI, 1995: 11). Ada banyak macam model katekese, salah satunya adalah model Shared Christian Praxis (SCP). Katekese model SCP menekankan proses katekese yang bersifat dialogal yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara ”tradisi” dan ”visi” hidup mereka dengan ”Tradisi” dan ”Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno, 2011: 14). e. Contoh Satuan Program (SP) Contoh Satuan Program ini disajikan dalam bentuk katekese umat model pengalaman hidup, yakni model Shared Christian Praxis (SCP): A. IDENTITAS a) Tema
: Membangun sikap tobat secara terus-menerus
b) Tujuan
: peserta semakin terbuka akan kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci, sehingga semakin mampu membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup sebagai religius peniten rekolek berkat pembaptisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
yang telah diterima dalam hidup sehari-hari. c) Peserta
: para suster yunior SFS.
d) Tempat
: komunitas Sukabumi
e) Waktu
: 17.00 – 18.30
f) Model
: Shared Christian Praxis
g) Metode
: Nonton film “Pertobatan Eddy Sapto” Sharing kelompok Diskusi kelompok Refleksi pribadi Tanya-jawab Informasi
h) Sarana
: Teks Yoh. 3: 1– 8. Teks lagu :“O Roh Kudus Ilahi “ & ”Curahkan Rahmat” Lap top LCD Flasdish Lilin dan salib
i) Sumber Bahan: AD psl 2 art. 6 Konst. psl 4 Yoh 3: 1- 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Darmawijaya, St. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 50. Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 167. Wesley, Brill. 1990. Tafsir Injil Yohanes. Bandung: Kalam Hidup. Hal: 43 – 45.
B. PEMIKIRAN DASAR Kenyataan dalam hidup sehari-hari, meskipun kita sudah dilahirkan kembali melalui pembaptisan yang kita terima bahkan telah menjadi seorang religius, kita sebagai manusia lemah masih sering berbuat salah dan dosa. Dengan penuh kesadaran sebagai seorang Kristiani religius Fransiskan peniten rekolek, kita ingin selalu membangun sikap tobat; namun hal ini tidak mudah kita wujudkan dalam hidup sehari-hari. Pengalaman Nikodemus dalam Injil Yohanes 3:1-8, mengibaratkan semua orang yang belum dilahirkan kembali. Nikodemus datang kepada Yesus pada waktu malam yang gelap, melambangkan kurangnya sinar iman. Nikodemus seorang yang percaya kepada Allah, ia taat kepada Taurat dan berkelakuan baik. Ia seorang pemimpin agama Yahudi yang sopan, namun ia merasa belum jelas mengenai kebenaran, maka ia bertanya kepada Tuhan Yesus tentang kebenaran itu. Yesus menjelaskan kepada Nikodemus, bahwa orang harus dilahirkan kembali melalui air dan Roh, sehingga dapat melihat Kerajaan Allah. Manusia yang adalah gambar Allah dijadikan sebagai pribadi yang mempunyai tubuh, jiwa dan roh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
Manusia mempunyai pikiran yang penuh dengan pengetahuan, dan hati yang mampu mengasihi. Manusia mempunyai roh, yakni yang terutama di dalam diri manusia. Karena roh itulah, manusia menjadi tempat kediaman Allah. Kita dapat menjalani hidup jasmani ini karena dilahirkan dari daging; juga kita akan mendapatkan kehidupan bagi roh, bila kita dilahirkan kembali. Karena Yesus sendiri berkata:”Kamu harus dilahirkan kembali.” Hendaknya kita sebagai seorang yang telah dibaptis, membangun sikap tobat secara terus-menerus seperti yang ajaran St. Fransiskus dalam Anggaran Dasar demi mencapai tujuan hidup suci seperti tertulis dalam konstitusi kita sehingga rahmat pembaptisan selalu kita perbaharui. Dari pertemuan ini kita berharap akan semakin mampu membuka hati akan kasih Yesus, melalui SabdaNya dalam Kitab Suci. Dengan demikian kita semakin mampu membangun sikap tobat sebagai orang-orang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan, sebagai perwujudan pembaharuan hidup kita.
C. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH 1. Pembukaan a. Pengantar Para saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus, kita berkumpul di tempat ini karena kasih Yesus kepada kita, yang telah melahirkan kita kembali sebagai manusia baru melalui pembaptisan yang dianugerahkan kepada kita. Melalui pembaptisan itu, kita disucikan. Namun dalam perjalanan hidup, kita tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
selamanya mampu menjaga kesucian itu karena kita sebagai manusia lemah sering jatuh dalam salah dan dosa. Oleh karena itu, selayaknya kita terus-menerus membangun sikap tobat, dengan mau membuka hati menerima kasih Yesus. Dalam pertemuan ini, kita berharap agar kita semakin dimampukan untuk selalu membuka hati akan kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci dengan membaca dan merenungkannya. b. Lagu pembukaan: Puji Syukur No. 570 bait 1- 2 “O Roh Kudus Ilahi” c. Doa pembukaan: Tuhan Yesus yang penuh kasih, kami bersyukur kepadaMu atas anugerah pembaptisan yang Kau curahkan kepada kami. Engkau berkenan melahirkan kami kembali sebagai manusia baru, namun karena kelemahan manusiawi kami, kami sering berbuat salah dan dosa dalam hidup kami. Saat ini kami akan merenungkan dan merefleksikan, sejauh mana kami sungguh menghayati panggilanMu sebagai seorang Kristiani yang telah Engkau lahirkan kembali dalam pembaptisan. Bimbinglah kami agar semakin mampu membuka hati terhadap kasihMu melalui SabdaMu dalam Kitab Suci; agar kami semakin mampu membangun sikap tobat dalam hidup sehari-hari. Kami persembahkan segala pembicaraan kami pada saat ini kepadaMu, berkenanlah Engkau memberkati dan menyemangati kami dalam pendalaman iman kami ini. Demi Kristus penyelamat kami yang hidup dan berkuasa sekarang dan selama-lamanya. Amin.
2. Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta a. Pendamping memutarkan film kesaksian pertobatan “Edy Sapto”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
b. Penceritaan kembali isi cerita. Pendamping meminta seorang peserta untuk menceritakan kembali isi pokok dari kisah pertobatan Edy Sapto. c. Isi pokok dari kisah tersebut adalah: Kisah film kesaksian Edy Sapto, seorang Kristen Protestan yang bekerja sebagai penyalur narkoba juga sebagai pembunuh bayaran berdarah dingin, sejak tahun 1978. Setiap ia melakukan pembunuhan tidak merasa bersalah, semua dirasa biasa saja. Masuk dan keluar penjara dianggap hal biasa. Edy Sapto selalu tenang menghadapi hidup di balik jeruji, karena berdasarkan pengalamannya, ia merasa sangat mudah untuk proses pembebasan dirinya. Ia tinggal meminta seorang teman dekatnya untuk menjualkan sebagian hartanya guna menebus dirinya agar dibebaskan dari penjara. Dan demikianlah untuk kesekian kalinya berjalan lancar. Namun suatu ketika, pada tahun 1983, ia masuk penjara lagi. Seperti biasa, ia meminta seorang teman untuk menjualkan mobil dan rumahnya guna membebaskan dirinya dari hukuman penjara. Namun teman tersebut tidak pernah datang ke penjara lagi dan uang pun hilang. Kali ini tak ada seorang teman maupun anggota keluarganya yang memberi dukungan kepadanya. Ia mulai putus asa dan merasa kesepian. Lalu ia teringat sabda Tuhan dalam Kitab Suci:”Datanglah kepadaKu, hai engkau yang berbeban berat, maka engkau akan mendapatkan kelegaan dari padaKu”. Mulai saat itu, ia sadar bahwa ternyata masih ada Pribadi yang mengasihi dirinya, maka ia kembali kepada Tuhan Yesus. Ia mulai membaca Sabda Tuhan dalam Kitab Suci setiap saat di balik jeruji. Dari situ ia mulai merasakan betapa kasih Yesus tidak pernah berubah. Hati Edy Sapto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
mulai terbuka dan menyadari betapa ia telah berbuat dosa, maka ia mulai membangun niat untuk bertobat dan kembali menjadi seorang Kristiani dengan semangat yang baru, dengan kesaksian hidupnya yang baik, maka waktu hukumannya dikurangi dan akhirnya dibebasakan pada tahun 1984. Setelah ia bebas dari penjara, ia menjadi aktifis Gereja, melayani Tuhan dan sesama. d.
Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami film tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
1) Tantangan apa yang dialami oleh Edy Sapto dalam membangun sikap tobat? 2) Ceritakan pengalaman saudari-saudari dalam menghadapi tantangan dalam membangun sikap tobat? e.
Contoh arah rangkuman: Membangun sikap tobat terus-menerus tidaklah mudah. Ada saja tantangan
yang muncul baik dari dalam diri kita sendiri maupun dari pihak luar. Dari dalam diri antara lain: kurang tegas terhadap komitmen diri, terlalu mudah memaafkan diri sendiri, dan memaklumi kesalahan diri sendiri. Tantangan dari luar antara lain: sulit menolak ajakan teman, mudah tergiur iklan, terbawa arus lingkungan, dan sebagainya. Namun dengan jatuh bangun, penuh kesadaran dan kemauan serta karena pertolongan Roh Kudus, kita berusaha secara terus-menerus membangun sikap tobat dalam hidup sehari-hari.
3. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
1) Bagaimana Edy Sapto mengatasi tantangan dalam membangun sikap tobat? 2) Bagaimana saudari-saudari mengatasi tantangan dalam membangun sikap tobat? b. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat, misalnya: Seorang Kristiani religius Fransiskan sebagai peniten rekolek yang telah dibaptis selayaknya membangun sikap tobat secara terus-menerus sebagai perwujudan pembaharuan hidup untuk mencapai hidup suci. Dalam menghayati panggilan hidup sebagai seorang religius Kristiani hendaknya kita senantiasa membuka hati terhadap kasih Yesus melalui peristiwa pengalaman hidup seharihari dan melalui Sabda Yesus dalam Kitab Suci. Menyadari kelemahan dan keterbatasan diri sebagai manusia, tidaklah sanggup mengatasi dengan kekuatan diri sendiri. Oleh karena itu, keterbukaan hati kita terhadap kasih Yesus sendiri yang akan memampukan kita membangun sikap tobat secara terus-menerus dalam perjalanan hidup kita sebagai seorang religius Kristiani.
4. Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani a. Salah seorang peserta diminta bantuannnya untuk membacakan Injil Yohanes 3: 1–8. b. Peserta diberi waktu sebentar untuk membaca kembali dalam hati teks Kitab Suci sambil merenungkan dan menanggapi isi perikop ini dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
1) Ayat mana saja yang menunjuk pada sikap membangun pertobatan? Mengapa? 2) Sikap dan tindakan yang bagaimana yang ingin ditanamkan oleh Yesus kepada kita dari perikop tersebut? c. Peserta diajak untuk menemukan sendiri pesan inti dari perikop sehubungan dengan jawaban pertanyaan di atas (b). d. Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yoh 3: 1–8 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, sebagai berikut: Tuhan Yesus menjelaskan keselamatan kepada Nikodemus, bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali. Nikodemus yang adalah seorang pemimpin agama Yahudi, anggota Mahkamah Agama, dan seorang Farisi yang taat pada hukum Taurat. Ia juga sebagai pengajar Israel (ayat 10). Mengapa Nikodemus datang kepada Yesus seorang diri pada waktu malam? Karena Nikodemus hendak membicarakan hal penting, maka ia lebih suka membicarakannya dengan Yesus seorang diri pada waktu yang sudah sepi, sehingga tidak banyak gangguan dari orang lain. Nikodemus menghadap Yesus dengan rasa hormat, dengan memanggilNya:”Rabi” atau “Guru.” Nikodemus yakin bahwa Yesus adalah Guru yang diutus Allah, karena segala tanda-tanda yang telah diperbuat oleh Yesus di Yerusalem. Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah itu sangat berlainan dengan yang dipikirkan oleh Nikodemus. Yesus berkata:“Jika orang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
Kerajaan Allah” (ayat 3). Maksudnya adalah bahwa orang harus berubah total, yaitu suatu kelahiran baru, dan tanpa perubahan itu seorang pun tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Harus ada kelahiran baru oleh Roh. Perkataan Nikodemus mengenai kelahiran secara jasmani dimaksudkan bahwa:”Bagaimana perangaiku, watakku, pikiranku, dan diriku dapat diubah?” Maka Yesus memberi jawab kepada Nikodemus, bahwa dia harus dilahirkan dengan air dan Roh. Air melambangkan pembaptisan Yohanes Pembaptis yang menyuruh orang-orang untuk bertobat. Sedangkan dilahirkan oleh Roh adalah dengan percaya kepada Yesus yang ditinggikan di salib untuk menebus manusia dari dosa, maka akan dilahirkan baru di dalam Roh.
5. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit a. Pengantar Dalam pembicaraan tadi, kita telah menemukan sikap dan tindakan Yesus sebagai penyelamat umat manusia dengan menjanjikan hidup kekal yang disampaikan kepada Nikodemus. Sebagai seorang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan hendaknya kita juga melakukan ajaran Tuhan Yesus dengan hidup baru melalui pertobatan yang kita upayakan terus-menerus atau metanoia; dengan semakin memiliki iman mendalam, mampu berserah diri dan rela untuk dibimbing oleh Roh Kristus sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
dalam
perjalanan
hidup,
kita
sering
merasa
tidak
mampu
mewujudkannya, karena kelemahan manusiawi kita. Namun dalam pertemuan kali ini yang merupakan saat berahmat, Allah menyadarkan kembali panggilan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
sebagai seorang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan yang seharusnya semakin mampu membuka hati akan kasih Yesus sendiri, sehingga kita pun semakin mampu membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup kita sebagai orang-orang yang telah dibaptis. b. Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati panggilan kita sebagai seorang Kristiani yang meneladan sikap dan tindakan Tuhan Yesus dalam hidup kita, kita akan melihat situasi nyata dalam hidup kita, dengan merenungkan pertanyaan ini: -
Sikap dan tindakan apa yang bisa saudari-saudari perjuangkan agar semakin mampu mewujudkan sikap tobat dalam hidup sehari-hari sehingga semakin dapat mewujudkan tujuan hidup kita sebagai religius peniten rekolek?
c. Saat hening Renungan secara pribadi akan pesan Injil dengan situasi konkrit peserta dengan panduan pertanyaan di atas (b.1). Kemudian peserta diberi kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya. Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini pendamping memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya sebagai berikut: d. Contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Yesus Sang Penyelamat, telah banyak menawarkan kesempatan kepada kita untuk membangun sikap tobat. Marilah kita menyadari kembali panggilan kita sebagai seorang Kristiani yang telah menerima pembaptisan dan terpanggil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
sebagai religius peniten rekolek yang memiliki semangat metanoia. Hendaknya kita membaharui hidup terus-menerus dengan membangun sikap tobat yang kita upayakan. Oleh karena itu, sebaiknya kita berani menanggalkan cara hidup yang lama dengan menggantinya dengan sikap hidup yang baru melalui pertobatan yang kita upayakan. Tidaklah mudah mengikuti kehendak Yesus dengan hidup secara baru yang berarti bertobat secara total. Namun dengan beriman kepada Yesus sendiri, Dia akan memampukan kita untuk membangun sikap tobat secara terus-menerus untuk mencapai hidup suci yang berkenan kepada Kristus.
6. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit a. Pengantar Para saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai seorang Kristiani yang telah dibaptis dan yang berusaha terus-menerus membangun sikap tobat dalam hidup kita, seperti kesaksian pertobatan Bapak Edy Sapto yang dulu sebagai pengedar narkoba dan pembunuh berdarah dingin. Karena keterbukaan hatinya terhadap kasih Yesus melalui SabdaNya dalam Kitab Suci; Bapak Edy Sapto mampu bertobat. Demikian juga pengalaman kita sehari-hari, dalam membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan hidup. Dari pengalaman Injil Yohanes, kita mengenal Pribadi Yesus yang penuh kasih. Ia menunjukkan kepada kita cara memperoleh keselamatan yakni dengan dilahirkan kembali melalui air dan Roh. Kita semua telah menerima pembabtisan tanda kelahiran baru dan menerima pencurahan Roh Kudus. Akhirnya, pengalaman kita sebagai seorang Kristiani yang telah dibaptis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
disemangati kembali untuk semakin meningkatkan penghayatan panggilan hidup kita sebagai seorang religius Kristiani sesuai dengan kehendak Yesus. Dalam perjalanan hidup kita sebagai seorang Kristiani, kita perlu senantiasa menyadari bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai usaha kita dalam membangun sikap tobat secara terus-menerus. Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita perbuat dalam hidup kita sebagai seorang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dalam pembaptisan di tengah-tengah umat sebagai bentuk pembaharuan hidup kita. b. Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru ( pribadi maupun bersama) untuk lebih meningkatkan penghayatan hidup Kristiani sebagai seorang yang telah dibaptis, baik dalam komunitas, kongregasi, kelompok kaum muda, lingkungan, paroki maupun masyarakat sekitar; sesuai dengan harapan Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan kita. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat: 1) Apa yang hendak saudari-saudari lakukan untuk semakin dapat menjadi seorang religius Kristiani yang membangun sikap tobat sebagai perwujudan pembaharuan diri? 2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkannya? c. Peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri niat-niat pribadi maupun bersama yang akan dilakukan. d. Niat-niat pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok kecil untuk saling meneguhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
e. Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama yang konkrit, yang dapat segera diwujudkan, agar mereka semakin memperbaharui sikap bersama sebagai seorang Kristiani sebagai religius muda di komunitas, kongregasi, lingkungan maupun di paroki dan masyarakat.
7. Penutup a. Saat hening, sementara salib dan lilin diletakkan di tengah-tengah peserta kemudian lilin dinyalakan. b. Kesempatan untuk doa umat secara spontan yang diawali oleh pendamping dengan menghubungkan dengan kebutuhan dan situasi religius muda baik di kelompok mereka sebagai orang muda, lingkungan Gereja maupun masyarakat. Kemudian doa umat disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Akhir doa umat disatukan dengan doa Bapa Kami yang diawali oleh ajakan pendamping; dilanjutkan doa penutup oleh pendamping. c. Doa penutup Tuhan Yesus yang selalu mengasihi kami, kami bersyukur atas panggilanMu kepada kami sebagai seorang religius Kristiani melalui pembaptisan yang telah kami terima. Engkau telah menunjukkan kepada kami, bagaimana kami dapat memperoleh hidup kekal dalam KerajaanMu. Kami telah Kau lahirkan kembali dalam air dan Roh, oleh karena itu mampukan kami agar kami semakin membuka hati terhadap kasihMu yang menyelamatkan melalui SabdaMu dalam Kitab Suci. Bantulah kami dalam upaya membangun sikap tobat dan mewujudkannya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
kehidupan kami sehari-hari. Demi Kristus yang telah wafat di salib untuk menebus kami dan bangkit dengan mulia bersama Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus kini dan selamanya. Amin. d. Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan bernyanyi bersama lagu dari Puji Syukur No 603:”Curahkan Rahmat dalam Hatiku” (bait 1 & 2).
D. KETERBATASAN PENELITIAN Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Peneliti Peneliti adalah salah seorang anggota Kongregasi SFS sehingga dapat dimungkinkan penyajiaan data maupun pengolahan hasil penelitian kurang objektif. 2. Responden Responden dari pembina yang semula direncanakan dibatasi dua orang suster menjadi tiga orang suster dikarenakan telah terjadi pergantian koordinator tim pembina yunior per Juli 2012. Oleh karena itu, peneliti menambahkan koordinator yang baru sebagai responden yang menjadi rekan sejawat dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah para suster Kongregasi SFS sendiri sehingga informasi yang diperoleh bersifat sejenis. Peneliti menyadari bahwa informasi akan lebih lengkap dan objektif jika melibatkan responden dari kalangan karyawan yang menjadi rekan kerja para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
suster Kongregasi SFS dan pengguna jasa dari unit karya pelayanan yang dimiliki oleh Kongregasi SFS. 3. Informan Informan untuk memperoleh informasi yang direncanakan dari medior senior hingga bina lanjut pada kenyataanya di lapangan, peneliti memasukkan seorang responden yunior sebagai salah satu informan yang mewakili jenjang yuniorat. 4. Peneliti menyadari keterbatasan dalam menyajikan bukti-bukti berupa dokumentasi yang menunjang informasi dalam penelitian ini. 5. Peneliti juga menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan dalam observasi maupun analisis berkaitan dengan pengolahan data informasi yang peneliti sajikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi data hasil wawancara dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemahaman dan pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri Kongregasi SFS yang meliputi: Spiritualitas ulah tapa merupakan latihan rohani dalam menjalin relasi dan usaha menemukan Allah yang mendasari seluruh bidang hidup lainnya. Spiritualitas pengendalian diri sebagai usaha mengalahkan ego diri demi perkembangan hidup rohani agar dapat hidup semakin berkenan kepada Allah. Sedangkan spiritualitas cinta kasih yang melayani merupakan bentuk pemberian diri secara total dalam tugas pelayanan kepada sesama sebagai perwujudan pelayanan kepada Tuhan Yesus sendiri. 2. Pemahaman para suster mengenai perkembangan di masa sekarang yang terdiri dari beberapa konteks, yakni: Trend komunikasi sekarang menggunakan media komunikasi yang menggeser komunikasi langsung namun di sisi lain media komunikasi membuka peluang untuk hal-hal yang positif. Trend kebudayaan sekarang cenderung ikut budaya yang sedang nge-trend yang tertuju pada pemenuhan kepuasan diri sendiri.
Trend psikologi sekarang memadukan berbagai kecerdasan dengan
mengembangkan fungsi otak secara seimbang. Trend pendidikan sekarang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
lagi terpusat pada guru melainkan peserta didik semakin mandiri dalam mencari dan mengembangkan pegetahuan dari berbagai sumber dan tetap membangun karakter serta pendidikan nilai akhlak. Trend kepemimpinan sekarang membangun manajemen yang baik dengan melibatkan karyawan atau anggota secara penuh demi terwujudnya visi dan tercapainya tujuan demi kesejahteraan bersama. 3. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi selama ini telah membawa anggota Kongregasi SFS semakin mengetahui, memahami dan menghayati nilai-nilai spiritualitas pendiri dalam situasi zaman sekarang ini. Hasil dari upaya tersebut dirasakan oleh para anggota bahwa ada kemajuan yang semakin baik dalam hidup persaudaraan, hidup rohani dan karya pelayanan. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri tersebut dapat dilihat dari rekomendasi kapitel khususnya dalam bidang spiritualitas, persaudaraan, pembinaan dan kepemimpinan selama kurun waktu tiga kali kapitel di bawah ini: Tahun
Konteks
2004
Kemajuan
Rumusan Rekomendasi zaman Penggalian
dokumen-dokumen
tentang
dengan tuntutan yang spiritualitas pendiri Kongregasi bersama kompleks
seluruh anggota dan merefleksikannya
membutuhkan
sebagai
religius
SFS,
menekankan
kesaksian penghayatan komunikasi yang bermutu dan mendalam spiritualitas relevan,
yang dalam
hidup
persaudaraan,
pentingnya memprioritaskan dan memfasilitasi para
pembinaan
yang formatores untuk mendalami kharisma dan
mendasari
seluruh spiritualitas pediri tarekat, dan meninjau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
dinamikan hidup bakti kembali struktur organisasi tarekat dan dan
penerapan karya serta memberdayakan orang-orang
kepemimpinan
yang
delegatif
berada
dalam
lingkup
dan tanggungjawab kepemimpinan.
partisipatif . 2008
Perkembangan zaman Pokok-pokok perhatian pada perumusan membutuhkan
spiritualitas
pendiri,
kesaksian penghayatan spiritualitas
dalam
perwujudan hidup
rohani,
semangat dan kharisma persaudaraan dan karya dan adanya tenaga pendiri,
maraknya ahli di bidang spiritualitas; pokok-pokok
ketidakadilan
dan perhatian
pembinaan
pelanggaran
HAM, pembinaan,
cara
tuntutan yang
mencakup pembinaan,
dan
kedewasaan tantangan dalam pembinaan awal, medior
mencakup
IQ, dan
senior;
pokok
perhatian
serta persaudaraan
mewujudkan
berkembangnya
yang
dan
berbagai budaya.
mendukung hidup
EQ,
isi
dan
SQ
mendalam
dalam
komunikasi
bermutu
religius
yang
sedangkan
untuk ke luar memberi perhatian kepada sesama yang berkesusahan dan yang mengalami ketidakadilan serta bidang kepemimpinan mengevaluasi adanya tugas rangkap, batas usia, tingkat pendidikan, aneka budaya dan relasi serta perlunya pembuatan Pedoman Kepemimpinan. 2012
Keanekaragaman
Rumusan
spiritualitas
adalah:”Suster
budaya dan perubahan Fransiskan Sukabumi menghayati kasih zaman
yang
penuh Yesus
Kristus
Injili
dalam
hidup
tantangan
persaudaraan yang ditopang oleh semangat
membutuhkan
tobat,
doa,
pelayanan,
dan
kesaksian hidup yang kesederhanaan”, pembinaan perlu merevisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
berkualitas.
Arah Dasar Pendidikan dan Pedoman Pembinaan;
pentingnya
pembaharuan
persaudaraan yang perlu didukung oleh unsur personal, komunal, dan lembaga lainnya;
serta
dibutuhkan
dalam
Pedoman
kepemimpinan Kepemimpinan,
menyamakan pemahaman akan fungsi dan peran pemimpin, sosialisasi Pedoman Kepemimpinan, disepakati penggunaan istilah-istilah dalam kepemimpinan.
4. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi SFS memberikan peluang sekaligus tantangan untuk lebih meningkatkan mutu pembinaan secara intensif dalam rangka menyiapkan pribadi-pribadi sebagai anggota definitif yang semakin tangguh, matang, kompeten, dan kreatif dalam menyikapi situasi zaman yang terus berubah namun para formandi diharapkan tetap menghayati nilai-nilai spiritualitas pendiri Kongregasi pada setiap zamannya. Oleh karena itu, dalam pembinaan perlu memperhatikan materi dan tujuan pembinaan yang mengembangkan aspek kognitif, sosial, afektif, rohani, apostolik dan kesegaran fisik. Sedangkan metode pembinaan dalam konteks budaya yang semakin bebas ini membutuhkan ruang gerak bagi para formandi untuk mengembangkan diri secara optimal dengan segala kompetensinya dengan dukungan kepercayaan dan keteladanan baik secara konkret dari para pemimpin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
B. SARAN 1. Spiritualitas pendiri Kongregasi SFS yang meliputi spiritualitas ulah tapa, pengendalian diri, dan cinta kasih yang melayani masih dipahami sebagaimana yang diharapkan maka dari itu perlu dipertahankan. 2. Hambatan mendasar dalam pengalaman pergulatan perwujudan spiritualitas pendiri Kongregasi SFS yang meliputi spiritualitas ulah tapa, spiritualitas pengendalian diri, dan spiritualitas cinta kasih yang melayani, adalah cinta diri, maka pendidikan ongoing formation yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar perlu dilaksanakan lebih intensif disertai latihan-latihan pengolahan segi rohani maupun manusiawi secara terus-menerus. 3. Berkaitan dengan perkembangan beberapa bidang dalam konteks sekarang ini yakni
trend
komunikasi,
kebudayaan,
psikologi,
pendidikan
dan
kepemimpinan dibutuhkan discernment dan sikap selektif berdasarkan analisa SWOT untuk menyesuaikan perkembangan zaman tanpa larut didalamnya sejauh mendukung karya pelayanan dan perkembangan hidup rohani. Namun perlu bersikap tegas menolak apabila perkembangan konteks dalam berbagai bidang tersebut tidak selaras dengan penghayatan spiritualitas kongregasi agar nilai-nilai spiritualitas pendiri tetap dapat dilanjutkan oleh generasi penerus tanpa kehilangan maknanya sesuai dengan situasi zamannya. 4. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri Kongregasi selama ini telah dirasakan oleh anggota dan semakin dipahami serta dihayati dalam hidup sehari-hari sesuai dengan situasi zaman, maka agar spiritualitas pendiri tidak semakin berkurang atau hilang melainkan tetap actual dan relevan perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
diwujudkan dalam konteks zaman yang terus berubah; dibutuhkan kesadaran dan daya juang dari seluruh anggota untuk tetap memahami secara benar, menggali dan menghayati nilai-nilai spiritualitas pendiri Kongregasi dalam kehidupan konkret sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
DAFTAR PUSTAKA Adi Prasetyo, Stanley. 2012. “Toleransi”. Dalam Hidup. LXVI (22): 36. Jakarta. Ajat Sudrajat. “Pembentukan Kultur Sekolah Dasar Pendidikan Karakter”. Dalam Bernas Jogja, 9 Januari 2012. Yogyakarta. Anggaran Dasar dan Konstitusi. 2001. Konstitusi Tarekat Suster-suster Fransiskan Sukabumi. Cetakan : I. Sukabumi: Provinsialat SFS. Ari Subagyo, P. “Melahirkan (Kembali) Insan Pancasilais”. Dalam Kedaulatan Rakyat, 1 Juni 2012. Yogyakarta. Armstrong, Michael. 1988. A Handbook of Human Resource Management. Alih bahasa Sofyan Cikmat dan Haryanto. Jakarta: Gramedia. Bergant, Dianne & Robert J. Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Caecilia, M.; dkk. 2012. Kelompok Pembinaan. Sukabumi: Suster Fransiskan Sukabumi. Eddy Kristiyanto, A. (Ed.). 2001. Etika Politik dalam Konteks Indonesia. Cetakan: V. Yogyakarta: Kanisius. -------------- (Ed.). 2009. Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek. Cetakan: I. Yogyakarta: Kanisius. Dadang Supardan. “Budaya Populer”. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19570408 1984031-DADANG_SUPARDAN/BUDAYA_POPULER.pdf. Diakses pada tanggal 15 Juni 2012. Darmawijaya, St. 1988. Pesan Injil Yohanes. Cetakan: I. Yogyakarta: Kanisius. Deddy Mulyana. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan: III. Bandung: Remaja Rosdakarya. Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Cetakan : I. Bogor: Mardi Yuana. Dicky Hastjarjo, T. 2009. “Berkenalan Dengan Psikologi Kognitif”. http://dickyh.staff.ugm.ac.id/wp/wpcontent/uploads/2009/Berkenalan %20Dengan%20Psikologi%20Kognitif.pdf. Diakses pada tanggal 29 Mei 2012. Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia. “Tingkatkan Jiwa Nasionalisme dan Berkarakter”. Dalam Kompas, 20 Mei 2012. Jakarta. Dyah Hapsari. “Budaya Massa dan Budaya Populer”. http://dyahhapsari.blogspot.com/2009/11/budaya-nassa-dan-budayapopuler. Diakses pada tanggal 15 Juni 2012. Fitur Klasika│Internet. “Bijak Hadapi Serangan Cyberbullying”. Dalam Kompas, 7 Mei 2012. Jakarta. Gerarda, M. 2000. Peniten Rekolektin Pengungsian Dalam Penderitaan. Sukabumi: Tarekat SFS. Gerarda, M.; dkk. 2012. Usaha Mengenali Dan Menghadirkan Wajah Yesus Melalui Kesaksian Hidup Sebagai SFS. Sukabumi: Bidang Kerja Spiritualitas SFS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
Gerlach. 2004. Peringatan 100 Tahun Berdirinya Kongregasi Suster-suster Penitent Rekolektin di Kota Bergen op Zoom. Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi. Hariyono, P. 1996. Pemahaman Kontekstual tentang Ilmu Budaya Dasar. Cetakan: V. Yogyakarta: Kanisius. Hasbullah.1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Cetakan: I. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. Hesselgrave, David J, et.al. 1994. Kontekstualisasi: Makna, Metode Dan Model. Cetakan: I. Jakarta : Gunung Mulia. Indra Riatmoko, Ferganata. “Simulasi Penyelamatan Diri dari Gempa”. Dalam Kompas, 26 Mei 2012. Iswarahadi Ispuroyanto, Y. 2003. Beriman dengan Bermedia Antologi Komunikasi. Cetakan: VII. Yogyakarta: Kanisius. -------------- 2010. Media dan Pewartaan Iman Usaha Mencari Model Pewartaan Iman Pada Zaman Digital. Yogyakarta: Studio Audio Visual PUSKAT. Jacobs, Tom. 1989. Spiritualitas. Salatiga: Institut Roncalli. Kelompok Kerja Psikoreligius. 1975. Hasil Penelitian Panggilan Imamat Beserta Tinjauan Pastoralnya. Yogyakarta. Komisi Kateketik KWI. 1995. Katekese Umat Dan Evangelisasi Baru. Cetakan: VII. Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi. 2005. Moeder Theresia Sealmakers 1797-1886 Pendiri Kongregasi Fransiskan Breda. -------------- 2012. Rekomendasi Kapitel 2012. Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan.1990. Pedoman-Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-Lembaga Religius. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Kuntoro Adi, C.; dkk. 2011. Buku Panduan PPKM Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. L. Atkinson, Rita; dkk. 1999. Pengantar Psikologi. Jilid I. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga. Lembaga Alkitab Indonesia. 1995. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Lowney, Chris. 2003. Heroic Leadership Praktik Terbaik “Perusahaan” Berumur 450 Tahun Yang Mengubah Dunia. Cetakan I. Jakarta: Gramedia. Magnis Suseno, F. 2008. Etika Kebangsaan Etika Kemanusiaan. Cetakan: V. Yogyakarta: IMPULSE. Mangunhardjana, A.M. 1976. Kepemimpinan. Cetakan ke-21. Yogyakarta: Kanisius. Mardi Prasetya, F. 1992. Psikologi Hidup Rohani 2. Cetakan: III. Yogyakarta: Kanisius. -------------- 2001. Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti (Tinjauan PsikoSpiritual). Cetakan: V. Yogyakarta: Kanisius. Mohammad Abduhzen. “Pendidikan yang Merakyat ”. Dalam Kompas, 2 Mei 2012. Jakarta. Muhammad Alwi. 2008. “Multiple Intelligences-Kecerdasan Menurut Howard Gardner”.http://www.yapibangil.org/Kolom-Pendidikan/multiple
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
intelligences-kecerdasan-menurut-howard-gardner-a-implemMedia Indonesia. Diakses pada tanggal 8 Mei 2012. Moleong, J.Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi: Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Onong Uchjana Effendy. 1992. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan: VI. Bandung: Remaja Rosdakarya. Outward Bound Indonesia. 2012. “Jiwa Tangguh Berkat Alam dan Budaya”. Dalam Hidup. LXVI (22): 3-4. Jakarta. Pannen, Paulina. “Guru Belum Banyak Menerapkan E-Learning”. Dalam Kompas, 28 Mei 2012. Jakarta. Redi Panuju. 1996. Ilmu Budaya Dasar Dan Kebudayaan. Cetakan: II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Reza Syawawi. “Mafia Berjubah Demokrasi”. Dalam Kompas, 23 Mei 2012. Jakarta. Riberu, J. 1978. Dasar-dasar Kepemimpinan Pegangan Praktis Bagi Pemimpin Masyarakat. Jakarta: Luceat. Sekretariat SFS. 2011. Notulen Rapat Paripurna Anggota Tahun 2011. Situmorang, Elias. “Opera Pendidikan Dalam UN”. Dalam Kompas, 14 Mei 2012. Jakarta. Soenarja, A. 1984. Kepemimpinan Biara Dari Hari ke Hari. Cetakan: I. Yogyakarta: Kanisius. Spektrum Dokumentasi dan Informasi KWI. Refleksi dan Evaluasi Nota Pastoral KWI Tahun 2003, 2004 dan 2006. Cetakan: I. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan: VI. Bandung: Alfabeta. Sumarno DS, M. 2011. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI: Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Yogyakarta: IPPAK Universitas Sanata Dharma. Suparno, P. 2002. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Cetakan: VI. Yogyakarta: Kanisius. Syawal Gultom. ”1.020.000 Guru Bersertifikasi Akan di Tes Ulang”. Dalam Kedaulatan Rakyat, 31 Mei 2012. Syukur Dister, Nico. 2011. Semangat Hamba Allah Yohana dari Yesus Pendiri Kongregasi Peniten Rekolek. Cetakan: I. Yogyakarta: Kanisius. Tim Kerja Bidang Spiritualitas. 2012. Usaha Mengenali dan Menghadirkan Wajah Yesus Melalui Kesaksian Hidup sebagai SFS. Kapitel SFS. Undang-undang RI No 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara. Wesley, Brill. 1990. Tafsir Injil Yohanes. Bandung: Kalam Hidup. Zita, M. 2008. Dari Kapitel ke Kapitel. Cetakan: I. Sukabumi: Sekretariat Suster Fransiskan Sukabumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: DESKRIPSI DATA HASIL WAWANCARA DENGAN RESPONDEN 1. Pemahaman responden tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan dengan jujur: ”Sebenarnya saya belum begitu tahu, suster.” Setelah pewawancara menjelaskan arti kata “ulah” dan “tapa” maka responden menyampaikan pendapatnya:”Menurut saya, ulah tapa sebagai latihan rohani dengan menciptakan keheningan dan terus-menerus membangun sikap terbuka terhadap rahmat Tuhan serta mengembangkan cara berpikir positif terhadap setiap pribadi maupun segala situasi.” 2. Pemahaman responden tentang spiritualitas pengendalian diri diuraikan:” …….sebagai usaha meninggalkan kecenderungan diri yang tidak sehat, misalnya cepat tersinggung dan iri hati.” 3. Pemahaman responden tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Saya memahaminya ya…...melayani sesama dengan sepenuh hati, begitu suster.” 4. Pendapat responden mengenai trend komunikasi:”Komunikasi sekarang ini identik dengan alat-alat komunikasi, tidak hanya hanphone dan internet tetapi juga alat-alat komunikasi yang canggih lainnya. Dengan adanya alat komunikasi, komunikasi face to face makin berkurang ya…….” 5. Pendapat responden mengenai trend kebudayaan sekarang disebutkan:”....instan, inginnya serba cepat, orang cenderung tidak mau bersusah-susah untuk mendapatkan yang diinginkan.” 6. Pendapat responden mengenai trend psikologi sekarang dikatakan:”Psikologi sekarang mulai berkembang dengan memasukkan berbagai kecerdasan, yang disebut dengan kecerdasan ganda.” 7. Pendapat responden mengenai trend pendidikan dijawab dengan mantap:”Pendidikan sekarang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat informasi pengetahuan melainkan siswa lebih aktif mencari sendiri secara mandiri dan lebih berani bereksplorasi atau mengembangkan sendiri segala yang dipelajarinya.” 8. Pendapat responden mengenai trend kepemimpinan sekarang dikatakan:” Yang saya lihat, kepemimpinan sekarang menerapkan dialog dan melibatkan anggota dalam mengambil suatu keputusan.” 9. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa disharingkan:”Saya mengalami kesulitan dalam latihan rohani khususnya dalam menciptakan keheningan. Juga dalam menerima setiap pribadi yang kurang saya sukai tetapi saya tetap berusaha untuk dapat menerima setiap pribadi apa adanya.” Hasilnya dikatakan:”Setelah saya mampu menciptakan keheningan dapat merasakan kehadiran Allah serta merasa bebas dalam berelasi, juga dalam melayani.” 10. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan apa adanya:”Saya mengalami kesulitan untuk bisa meninggalkan
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kecenderungan, yakni mudah tersinggung dan iri hati, namun kelemahan ini saya bawa dalam doa.” Hasilnya diutarakan sambil tersenyum:“Saya tidak tenggelam pada situasi rasa tersinggung itu.” 11. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan dengan jujur:”Saya tidak selalu bisa dengan sepenuh hati dalam melayani, seringkali justru tidak tulus, misalnya bekerja dengan terpaksa, namun kemudian saya refleksikan.” Hasilnya katanya:”Saya menjadi memahami makna pelayanan sehingga dengan berjalannya waktu, saya semakin bisa tulus dalam mengerjakan tugas pelayanan sehari-hari.”
Menyetujui, 11 Agustus 2012
Responden Y1
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemahaman responden tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan dengan mantap dan lancar:”Ulah tapa menurut saya ya.....menyangkut sikap, mati raga, tutur kata, pelayanan, menghargai segala sesuatu yang ada, serta latihan rohani dengan menjaga keheningan batin untuk menjalin relasi dengan Allah.” 2. Pemahaman responden tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”....sikap diri untuk bisa berkata “cukup” terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan namun mampu rendah hati untuk meminta sesuatu bila memang diperlukan.” 3. Pemahaman responden tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani menurutnya:”Saya memahaminya sebagai pemberian diri secara total dan tulus dalam melayani sesama tanpa pilih-pilih.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Komunikasi sekarang menggunakan alat komunikasi, seperti handphone, internet, dll; sehingga komunikasi face to face semakin berkurang. Namun, menurut saya komunikasi face to face lebih mendalam karena dapat mengungkapkan maupun mengetahui sharing pergulatan hati pribadi, juga pribadi yang diajak berkomunikasi.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut pendapat responden: ”Emm......khususnya untuk orang muda kurang menghargai nilai-nilai budaya lokal ya......lebih mengikuti budaya luar, cenderung ikut budaya yang sedang naik daun.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”Yang saya tahu, psikologi sekarang tidak hanya mengamati kepribadian seseorang melalui perilaku ya.......tetapi juga dengan melibatkan kecerdasan lainnya, antara lain kecerdasan interpersonal.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut pendapat responden:”Sudah sangat maju, sehingga menerapkan beberapa bahasa asing, dan menggunakan alat-alat teknologi canggih.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden dikatakan:”Menurut saya, sebenarnya secara umum masih ada unsur otoriter ya.......meskipun telah memberi kebebasan kepada anggotanya.” 9. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa disebutkan:”Dalam hal bersikap menghargai segala yang ada, misalnya terhadap makanan yang disediakan. Begitu juga dalam hal mengatur waktu pribadi dalam menjalin relasi pribadi dengan Allah. Situasi di unit karya saya rasakan sangat berbeda dengan sewaktu di novisiat yang serba teratur. Oleh karena itu, yang saya lakukan ya........berusaha mengatur waktu pribadi untuk menjalin relasi dengan Allah dalam doa.” Hasilnya dikatakan:”Sekarang ini saya bisa menyukai segala makanan yang disediakan dan saya juga memiliki kesadaran akan tanggungjawab untuk selalu berelasi dengan Tuhan dalam doa pribadi di sela-sela tugas pelayanan.” 10. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri diutarakan:”Dalam hal memberikan suatu barang yang masih saya butuhkan atau saya sukai, saya tu....... masih terasa berat untuk merelakannya.” Hasilnya diceritakan:”Dengan berjalannya waktu, saya dapat terlatih bisa rela. Juga pengendalian diri dalam hal tidak tidur siang karena saya harus terima
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tamu peserta retret sedangkan orang lain tidur siang. Saya bisa mengalahkan rasa kantuk dengan cara cari ide untuk berjalan-jalan; juga mampu bersyukur karena dapat latihan sabar menunggu, dulu saya paling tidak sabar kalau suruh menunggu. Saya memperoleh kesadaran baru bahwa suatu saat saya pasti juga perlu atau butuh orang lain juga.” 11. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani diutarakan:”Terasa berat pada saat melayani orang yang kurang saya sukai, karena perlu berjuang mengalahkan sikap egois dalam diri.” Hasilnya dikatakan:”Dalam perjalanan waktu, saya semakin dapat mencintai orang yang kurang saya sukai tersebut karena kesadaran dalam diri bahwa pelayanan sebagai bentuk melayani Yesus sendiri.”
Menyetujui, 10 Agustus 2012
Responden Y2
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemahaman responden tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan secara mantap:”Sebagai upaya mengolah diri agar menjadi seorang pendoa untuk membentuk diri menjadi pribadi religius yang mendasari seluruh hidup karya pelayanan.” 2. Pemahaman tentang spiritualitas pengendalian diri menurut responden:”Merupakan usaha untuk memiliki sikap hidup sederhana ya........sehingga semakin berkenan di hati Allah.” 3. Pemahaman responden tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Sebagai pemberian diri untuk melayani sesama secara total dengan melepaskan ego diri.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden:”Komunikasi terjadi secara global karena IT yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai tingkat usia. Dampak positifnya ialah lebih mudah menjalin komunikasi dan membuka jejaring sosial serta lebih mudah mengakses informasi terkini yang menunjang tugas pelayanan.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden:”Khususnya untuk kaum muda cenderurng ikut budaya luar seperti yang sedang nge-trend sekarang ini yakni budaya Korea yang mengurangi kecintaan budaya lokal. Gaya hidup mengedepankan alat-alat IT yang memberikan berbagai informasi secara terbuka dan arus kebudayaan yang sangat terbuka sehingga berpengaruh ke hal-hal negatif pula, seperti nilai-nilai moral, hidup rohani dan sopan-santun terhadap orang yang lebih tua semakin menurun.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden:”Menerapkan pendekatan EQ, SQ, dan IQ yang dikembangkan secara serentak untuk mencapai kematangan kepribadian.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden dikatakan:”Saya sekarang ini kan tugas di lingkungan pendidikan, memang tingkat pendidikan para guru lebih tinggi baik melalui pendidikan formal, dan masih ditunjang dengan kursus, pelatihan-pelatihan, seminar dan sebagainya; namun jiwa guru yang seharusnya digugu dan ditiru pada kenyataannya tidak semua guru dapat menjadi panutan terutama guru yang masih muda, terkesan kekanak-kanakan dan cara berpakaian kurang mencerminkan sebagai pendidik juga semangat pengabdiannya menurun karena lebih berorientasi pada materi. Menggunakan sarana IT dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih terbantu dengan proses pembelajaran dengan audio visual, dengan demikian siswa lebih mudah menangkap materi pembelajaran. Menanamkan pembangunan karakter, penanaman nilai-nilai moral dan akhlak tidak hanya pada siswa tetapi juga kepada tenaga pendidik dan karyawan yang bertujuan untuk membentuk menjadi pribadi yang memiliki prinsip hidup dan berbudi luhur sehingga tidak mudah terbawa arus zaman. Penyelenggara pendidikan juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk meningkatkan kemajuan pendidikan dan kesejahteraan karyawan, misalnya menjadi donatur.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden:”Menerapkan pendekatan personal, menjunjung tinggi demokrasi dan musyawarah, memberikan kebebasan berpendapat kepada anggota meski terkadang menjadi berlebihan
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam mengungkapkan pendapat, yang saya lihat dari pihak pimpinan sendiri kurang tegas dalam menangani berbagai masalah khususnya dalam kepemimpinan pemerintahan sekarang ini.” 9. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa diceritakan: ”...........dalam menciptakan keheningan batin terutama pada waktu latihan rohani dalam hidup doa karena kecenderungan dalam diri saya inginnya ngobrol. Juga latihan mengolah hati untuk memiliki sikap hati yang gembira dalam menyikapi segala permasalahan.” Hasilnya dikatakan dengan tersenyum:”Saya masih tetap setia dalam menanggapi panggilan hingga saat ini.” 10. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri disebutkan:”Berusaha selektif dan prioritas kebutuhan, tidak ikut-ikutan menggosip, tidak mudah menilai negatif terhadap orang lain.” Hasilnya dikatakan: “Saya mampu berpikir positif.” 11. Pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Berusaha memberikan diri secara total melalui tugas pelayanan dengan cara bekerja teliti, jujur, tidak menunda-nunda tugas, berinisiatif untuk melakukan yang terbaik, juga berusaha menyeimbangkan waktu untuk bekerja di unit karya dengan waktu untuk berkomunitas.” Hasilnya diceritakan:“Saya semakin terbuka dalam mensharingkan pengalaman apa adanya di komunitas, terutama pengalaman di unit karya.”
Menyetujui, 20 Agustus 2012
Responden Y3
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemahaman responden tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan dengan mantap:”.........sebagai usaha memfokuskan diri untuk lebih menghayati spiritualitas dan sikap untuk merubah diri agar lebih semangat dalam hidup doa, karya pelayanan, dan dalam hidup persaudaraan.” 2. Pemahaman responden tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan:” .......sebagai sikap ambil jarak untuk memperbaharui diri. Contohnya kalau pada saat-saat saya ada masalah dengan orang lain, saya tidak menilai orang tersebut tetapi bersikap tegas dengan diri sendiri untuk berubah menjadi lebih baik dengan menyadari mungkin diri saya juga bersalah.” 3. Pemahaman responden tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan penuh semangat:”Melayani dengan semangat, memberikan diri dalam melayani dengan tulus ikhlas dan menerima tugas meski ada kesulitan tetapi bukan untuk dinilai orang lain serta memberi diri secara total.” 4. Pendapat responden tentang trend komunikasi sekarang ini dikatakan dengan apa adanya:”........pengalaman di unit kerja, komunikasi langsung masih terjadi meski kadang juga terjadi konflik misalnya membicarakan di belakang namun tetap dapat bekerja sama. Kemajuan komunikasi sekarang ini dengan menggunakan alat-alat seperti internet, blackbery, memberikan penjelasan dengan komputer atau lap top dengan LCD, face book, dan lain-lain. Perkembangan komunikasi dengan alat-alat canggih ada sisi positif dan negatifnya tergantung penggunaannya. Sisi baiknya ialah informasi dan komunikasi dapat lebih cepat dan membantu dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, misalnya untuk para murid di sekolah.” 5. Pendapat responden tentang trend kebudayaan:"Saya lihat di sekitar daerah ini saja ya suster, orang sekarang lebih memilih yang instan begitu juga makanan, tidak mau kerja keras, tapi malas-malasan maunya beli. Model pakaian sekarang cenderung kurang sopan bahkan dikenakan untuk ke gereja, berpenampilan ikut-ikutan orang lain yang kaya materi padahal dia sebenarnya orang sederhana tetapi ingin tampil seperti orang kaya. Orang muda sekarang cenderung kurang sopan atau kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, terkesan tidak mau mendengarkan masukkan dan tidak disiplin”. 6. Pendapat responden tentang trend psikologi:”Dari yang saya baca, psikologi sekarang tidak hanya meninjau dari segi sikap melainkan juga kemampuan berpikir, perilaku, kemampuan berkomunikasi dalam pergaulan dan mengembangkan semua bakat”. 7. Pendapat responden tentang trend pendidikan sekarang dikatakan:”Siswa sekarang belajar lebih banyak, tidak hanya dengan membaca buku-buku di perpustakaan tetapi juga dari internet. Menggunakan komputer dan LCD dalam pembelajaran di kelas. Pengetahuan tidak hanya diperoleh secara teori tetapi juga praktik langsung seperti seni budaya, latihan vocal, berpuisi, drumband, dan lain sebagainya. Siswa lebih aktif dalam bertanya dan dari pihak guru, ini yang saya lihat di sekolah kita, guru berinisiatif untuk lebih memperhatikan siswa yang tertinggal atau bermasalah, misalnya dengan mengunjungi siswa yang sering tidak masuk sekolah”. 8. Pendapat responden tentang trend kepemimpinan sekarang dijawab berdasarkan pengamatan di unit karya dikatakan:”Berdasarkan yang saya lihat
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di unit karya ya suster…….ada komunikasi dengan anggota, mau mendengarkan anggota, menerima masukkan, melayani penuh cinta kasih. Untuk pemerintah cenderung ingin dihormati, maunya mengatur orang lain dan inginnya dilayani meski ada juga pemimpin yang mau melayani”. 9. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa diungkapkan:“Saya sebagai religius berusaha memberi diri secara total dalam hidup doa dan mau berubah menjadi lebih baik.” Hasilnya dijawab dengan penuh semangat:”Sampai sekarang saya masih setia pada panggilan dan saya tetap semangat menjalani hidup panggilan ini.” 10. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri diceritakan:“Pengalaman yang belum lama terjadi yang saya alami, karena teguran suster pimpinan yang keras membuat saya tidak mau makan malam bersama, saya langsung masuk kamar tetapi sikap ini tidak bertahan lama karena saya mendoakan orang yang menyakiti hati saya dan berdoa untuk diri saya sendiri agar yang bersangkutan dan diri saya sendiri dapat berubah serta menyesali sikap tersebut.” Hasilnya dijawab dengan tertawa: “Bahagia, senang, lepas-bebas karena saya telah berani mengungkapkan isi hati saya kepada suster yang bersangkutan.” 11. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Berusaha memberi diri di tempat tugas di sekolah demi kemajuan anak-anak dengan cara mencarikan donatur dan mendoakan agar mereka dapat sekolah serta berkomunikasi dengan baik kepada orangorang yang dimintai bantuan supaya mau menjadi donatur.” Hasilnya dijawab dengan rasa syukur:“Membahagiakan, karena orang-orang yang dimintai bantuan itu mau menjadi donatur dan membawa perubahan bagi anak-anak yang tadinya tidak sekolah akhirnya bisa sekolah dan dapat membeli baju seragam. Tadinya mereka tidak bisa membeli seragam lho suster….Juga orang tua mereka tergerak hatinya untuk menyekolahkan anakanaknya.”
Menyetujui, 29 Agustus 2012
Responden Y4
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemahaman responden tentang spiritualitas ulah tapa diuraikan:”Sebagai latihan rohani, sebagai usaha mawas diri, sikap dan cara hidup untuk menghayati Kristus yang Injili.” 2. Pemahaman responden tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”........sikap melawan kecenderungan ego diri untuk semakin sesuai dengan kehendak Kristus sendiri.” 3. Pemahaman responden tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan dengan mantap:”...........memberi diri untuk melayani sesama tanpa pamrih.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden:”Menggunakan berbagai media komunikasi. Namun jika media komunikasi tersebut digunakan tidak pada tempatnya maka akan menggeser jadwal kegiatan rohani, khususnya untuk para religius, juga menggeser komunikasi langsung dengan orang-orang yang ada di dekatnya.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden:”Yang saya lihat cenderung individualis yang menyebabkan sikap egois sehingga kepedulian terhadap sesama semakin menurun, gaya hidup glamour demi rasa gengsi, budaya instan tidak menghargai usaha dan karya sendiri, materialistis hingga terkesan orang mengejar waktu dan mendewakan uang, seolah-olah dengan uang dapat memperoleh segala yang diinginkan hingga kurang memberi perhatian kepada orang-orang terdekat yang ada di sekitarnya. Di sisi lain segi positifnya, saya lihat orang menjadi rajin bekerja demi mengembangkan karier.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden:”........lebih mengembangkan segi batin ya……..yakni kecerdasan spiritual, kematangan afeksi dan kecerdasan intelektual.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut pengamatan responden:”.........tidak hanya meningkatkan kecerdasan intelektual tetapi juga penanaman nilai-nilai moral dan pembangunan karakter kepribadian untuk dapat menyikapi situasi hidup sehari-hari. Menggunakan sarana pembelajaran dengan LCD, komputer, dan internet yang membantu dalam mengakses sumber pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan tetapi murid lebih mandiri mencari pengetahuan dengan cara diskusi kelompok, mengakses dari internet, maupun dari audio visual sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden:”Menerapkan semangat persaudaraan, menyapa, merangkul, perhatian kepada karyawan, memperhatikan kesejahteraan material dan spiritual seperti rekreasi dan berbagai pembinaan rohani, meningkatkan mutu pendidikan SDM sesuai dengan kompetensinya sehingga semakin profesional dalam bidangnya, diberi kepercayaan penuh dalam berkarya sehingga karyawan semakin mencintai pekerjaannya. Itu yang saya lihat.” 9. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa diungkapkan:”Melawan ego diri, maunya istirahat terutama saat saya merasa lelah tetapi harus menjalankan hidup doa, meski belum konsisten sih…….hehe….”
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasilnya dikatakan:”Muncul rasa bangga juga ya terhadap diri sendiri dan bersyukur atas bantuan Allah.” 10. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri disebutkan:”Saya berusaha hidup sederhana dalam berpakain, makan, kepemilikan dan dalam menggunakan sarana serta saya bersedia berelasi dengan orang-orang yang sederhana.” Hasilnya dikatakan dengan tersenyum: “Saya mengalami kebahagiaan.” 11. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani diceritakan:”Saya berusaha melayani dan menerima setiap orang apa adanya terutama pribadi yang tidak saya sukai.” Hasilnya dikatakan dengan bangga:”Saya bersyukur karena semakin mampu menghayati spiritualitas sebagai religius SFS.”
Menyetujui, 21 Agustus 2012
Responden Y5
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemahaman responden tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan dengan mantap:”.... upaya menciptakan keheningan batin untuk memperoleh kekuatan rohani yang berasal dari Allah dengan cara berdoa.” 2. Pemahaman responden tentang spiritualitas pengendalian diri dijelaskan:”.......usaha untuk mengalahkan kelekatan diri, seperti pengalaman saya: kemalasan, menunda-nunda tugas, bersikap cuek, sulit meminta maaf, tidak menjalankan hidup doa, maupun kecenderungan mengikuti kemauan diri sendiri.” 3. Pemahaman responden tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”........mencintai sesama dengan tulus hati, tanpa membeda-bedakan dengan bersedia rela berkorban terutama dalam melayani pribadi yang kurang saya sukai atau belum cocok.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dengan lancar:”Menggunakan berbagai alat canggih dan serba kilat, misalnya dengan sms. Alat-alat canggih ini memang serba praktis dan cepat ya dalam menyampaikan informasi namun membuat orang menjadi sibuk dan lebih perhatian ke alat komunikasi tersebut daripada memberi perhatian terhadap orang-orang terdekat yang ada di sekitarnya, misalnya tidak lagi mengirim kartu atau ucapan langsung pada hari ulang tahun melainkan digantikan dengan sms, sehingga komunikasi secara langsung semakin menurun. Padahal, menurut saya, komunikasi langsung lebih mengena dan lebih membahagiakan daripada sms.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden disebutkan:”...... instan, maunya cepat, tidak mau susah. Hedonis mau enaknya saja, misalnya pola makan siap saji sehingga menjadi malas memasak. Mengutamakan penampilan lahiriah, seperti fashion dan dandanan yang tidak hanya diikuti oleh kaum muda tetapi juga oleh ibu-ibu yang ikut bergaya seperti remaja, seperti di daerah sini, padahal di sini bukan kota lho………” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”.........lebih mengutamakan perkembangan intelektual tetapi kurang menyeimbangkan kematangan afeksi sehingga lebih mengedepankan kecerdasan logika.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden dikatakan:”..........saling berlomba-lomba menonjolkan keunggulan masing-masing, misalnya meningkatkan kompetensi SDM agar semakin profesional demi meningkatkan mutu pendidikan. Mengembangkan watak dan sikap yang baik bagi peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai keutamaan; seperti kejujuran, kesopanan, keramah-tamahan serta penampilan yang menarik namun tetap sederhana.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden diuraikan:”.......dalam lingkup pemerintahan masih ada unsur otoriter, namun kepemimpinan lembaga-lembaga lain memberikan kebebasan kepada anggotanya, mendengarkan pendapat anggota, memperhatikan anggota dengan memberikan sapaan, memberi rasa aman, mengembangkan semangat persaudaraan, menempatkan diri sederajat dengan anggota, yang membedakan hanyalah fungsi dan perannya pada saat menjalankan tugas sebagai pemimpin.”
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa diceritakan:”Saya berusaha menciptakan keheningan batin dan berusaha menyeimbangkan antara hidup rohani dengan tugas perutusan dalam studi, serta memaknai secara rohani eksistensi saya sebagai pribadi religius.” Hasilnya dikatakan dengan lega:”Suasana hati lebih bahagia, lebih mampu mengolah emosi, melayani dan memberi sapaan dengan tulus.” 10. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri diungkapkan:”Latihan secara terus-menerus meninggalkan kecenderungan diri yang tidak baik, yakni rasa malas, sikap cuek tidak meminta maaf tanpa merasa bersalah bila saya tidak disiplin dalam mengikuti acara-acara komunitas, seperti doa bersama.” Hasilnya dikatakan:”Muncul rasa bahagia dan mampu menjalin komunikasi secara lebih mendalam serta akrab dengan setiap pribadi dalam komunitas." 11. Pengalaman pergulatan responden dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani diceritakan:”Berjuang menghilangkan rasa takut terhadap jenasah orang meninggal dan menghilangkan rasa jijik terhadap orang sakit. Meski pada mulanya saya masih memilih-milih dalam melayani orang-orang sakit, namun sekarang tidak lagi dan tidak merasa takut dalam merawat jenasah.” Hasilnya dikatakan dengan penuh syukur: “Mampu bersyukur atas karya Allah yang memberikan kemampuan dalam diri saya untuk melayani dan memiliki kesediaan hati dalam menerima tugas tanpa pilih-pilih.” 12. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS, disebutkan oleh responden sebagai berikut:”………………... a. Adanya rekomendasi untuk belajar dan berefleksi secara pribadi maupun bersama untuk menggali spiritualitas Kongregasi di komunitas-komunitas agar semakin dijiwai oleh setiap anggota. b. Mengadakan rekoleksi, retret dengan mendatangkan tenaga ahli. c. Adanya kebijakan-kebijakan dalam kapitel, misalnya menjalankan secara rutin tradisi doa, seperti doa kriskybet, adanya kenaikan uang ulang tahun sebagai bentuk perhatian dalam persaudaraan agar anggota dapat mengelolanya secara pribadi untuk kepentingan pribadi maupun untuk sosial, menyamakan identitas diri secara lahiriah yakni model seragam yang khas. d. Tetap menjaga spiritualitas pendiri melalui pengembangan karya dengan meningkatkan mutu SDM melalui pendidikan dan melengkapi bangunanbangunan sesuai dengan kebutuhan pelayanan namun tetap mempertahankan spiritualitas kesederhanaan.” Hasilnya disebutkan:”Persaudaraan, hidup doa, dan mutu karya menjadi lebih baik serta semakin mengenal, memahami dan meneguhkan satu dengan yang lain dalam pergulatan yang dialami.” Menyetujui, 16 Agustus 2012 Responden Y6
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman yunior tentang spiritualitas ulah tapa 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman yunior tentang spiritualitas pengendalian diri 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani Penjelasan responden:”Jawaban no 1-3 sulit diukur ya, terlebih yunior yang ada di komunitas sini merupakan yunior yang baru selesai dari novisiat namun akan nampak dari penerapan atau praktiknya.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Menggunakan alat-alat komunikasi modern termasuk beberapa suster yunior telah menggunakan HP, internet, email, dan fax. Mengenai penggunaannya diserahkan kepada kedewasaan masing-masing pribadi untuk dapat menggunakannya secara tepat dan diharapkan mampu memilah-milah secara tepat demi menunjang tugas pelayanan. Bisa terjadi mengkomunikasikan halhal penting hanya disampaikan lewat sms, karena tidak mau bertemu dengan orang yang bersangkutan atau takut untuk berhadapan langsung. Jika demikian, maka makna perjumpaan antar pribadi direndahkan.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden dikatakan:”........lebih dipengaruhi oleh globalisasi sehingga orang lebih mengikuti budaya luar melalui tayangan layar kaca. Jika orang tidak punya prinsip maka akan ikutikutan, misalnya memakai anting-anting tidak hanya di telinga tetapi juga di hidung, di bibir, di lidah, juga di pusar. Anting-anting yang konsep dulu hanya untuk kaum perempuan dan dikenakan di telinga, sekarang anak laki-laki pun mengenakan juga. Cara berpakaian, penataan rambut dengan berbagai gaya dan warna, pola makan bukan lagi yang tradisional melainkan yang berasal dari luar. Penampilan acak-acakan justru diangap seni, maka jika orang tidak selektif akan terjerumus pada trend budaya baru tersebut.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”.........telah mengalami perkembangan dengan pendekatan berbagai bidang ilmu, misalnya saja ditemukannya teori multi intellegensi.” 7. Trend pendidikan masa sekarang menurut responden diuraikan: ”Saya sudah lama tidak berada di lingkungan pendidikan ya…….tetapi yang saya tahu mengutamakan segi perkembangan intelektual maka siswa di leskan oleh orang tuanya dengan berbagai pelajaran sehingga anak kurang menikmati waktu untuk bermain. Penyajian materi pelajaran juga harus menarik. Media pembelajaran juga semakin canggih dengan adanya alat-alat teknologi, seperti komputer, LCD, internet, dan lain sebagainya yang mendukung sumber pembelajaran semakin banyak sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Namun proses pembelajaran tergantung pada kompetensi dan kreativitas tenaga pendidiknya. Ada juga tenaga pendidik yang tidak menggunakan alatalat canggih namun karena pendidik tersebut kreatif tetap mampu membawakan metode pembelajaran yang menarik dan mudah ditangkap oleh siswa, misalnya mendongeng, menggunakan alam sekitar sebagai sarana pembelajaran, dan lain sebagainya.”
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden dijelaskan: ”Kepemimpinan dibingkai dengan kebijakan aturan, terdapat UTW/job description, hak dan kewajiban sebagai seorang pemimpin. Sedangkan konsep kepemimpinan religius adalah model kepemimpinan Yesus. Kebijakan yang dibuat tergantung pada moral top leader dan stafnya; apakah aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang dibuat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Begitu juga aturan dalam biara, menurut saya perlu dikritisi agar lebih membantu anggota dalam meningkatkan perwujudan penghayatan spiritualitas Kongregasi. Namun kepemimpinan sekarang ini secara umum melibatkan anggota, delegasi partisipatif. Kebijakan-kebijakan yang dibuat tidak diambil hanya oleh leader melainkan juga melibatkan anggota, kecuali yang menjadi hak prerogatif leader.” 9. Pengamatan responden terhadap perwujudan spiritualitas ulah tapa para suster yunior diungkapkan:”........tampak dari sikap tidak menuntut melainkan hidup apa adanya dengan fasilitas yang ada. Mereka juga tampak berusaha mengekang segala yang tidak teratur, seperti dalam hal menunda waktu istirahat untuk melayani tamu, tidak mudah ingin memiliki seperti yang dimiliki oleh para suster yang lain.” 10. Pengamatan responden terhadap perwujudan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Para suster yunior terbuka dalam mengungkapkan kebutuhan pribadi termasuk meminta uang transport. Dengan meminta apa yang dibutuhkan berarti kan mau rendah hati dan melawan rasa takut. Para suster yunior masih belum diberi tanggungjawab penuh atas karya tertentu melainkan masih dalam pembinaan khusus baik oleh para formator, pimpinan komunitas, maupun pimpinan karya; sehingga pergulatan perwujudan spiritualitas akan pengendalian diri belum begitu tampak.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”........tampak dengan mau terlibat dalam kegiatan kebersamaan, membantu suster yang tua, mentaati aturan, tidak pilih kasih, mau membaur. Meskipun adakalanya ada suster yunior yang kurang peka atau sebenarnya tahu namun tidak dilakukan. Sikap ini ada kemungkinan karena dipengaruhi oleh faktor keteladanan dari para suster yang lebih senior. Pergulatan perwujudan spiritualitas ini saya amati tidak hanya dialami oleh para yunior melainkan juga oleh para suster yang telah lanjut usia. Mereka pun berusaha untuk mewujudkannya secara penuh sekaligus berproses menerima keadaan fisik yang semakin menurun di usia senjanya.”
Menyetujui, 12 Agustus 2012
Responden IK1
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan:”……sebagai sikap taat dalam menjalankan latihan rohani secara terus-menerus salah satunya adalah latihan hidup doa yang menjadi dasar dan sumber kekuatan dalam hidup dan karya pelayanan.” 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri diuraikan:”……..sebagai usaha untuk mengalahkan kecenderungan diri yang menyenangkan diri sendiri, sikap selektif dan prioritas akan kebutuhan sebatas diperlukan dengan memiliki sikap untuk bisa berkata “cukup” terhadap segala sesuatu, baik dalam penggunaan uang, dalam hal menerima tamu, dalam berelasi dengan keluarga, dan tahu menempatkan diri dalam situasi secara tepat.” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”..........kepekaan dalam melayani dengan tulus hati tanpa harus disuruh namun perlu juga rendah hati untuk bertanya.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan dengan rasa kagum:”.......luar biasa cepat dalam menyampaikan maupun memperoleh informasi melalui berbagai alat-alat teknologi, seperti internet, face book, dll. Orang muda sekarang sangat cepat menangkap penggunaan kemajuan teknologi karena mereka memiliki banyak potensi. Peralatan komunikasi canggih ini juga dapat membawa dampak negatif bila disalahgunakan.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden dikatakan setelah beberapa saat terdiam:”Budaya bebas………, bebas dalam berekspresi dan bebas mengungkapkan pendapat; seolah-olah orang tidak mau ada larangan, tidak mau dikekang, tidak mau diatur. Maka dalam situasi seperti ini dibutuhkan sikap berani dan tegas terhadap diri sendiri sehingga perlu memiliki dasar hidup rohani seperti nilai-nilai spiritualitas serta memiliki sikap selektif terhadap budaya yang sedang nge-trend.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”........lebih mengembangkan kecerdasan intelektual. Untuk yang berpeluang dapat meningkatkan kecerdasan dan bakatnya secara optimal untuk mencapai citacita yang diinginkan.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden disebutkan:”.......... menggunakan sarana pembelajaran dengan peralatan canggih, misalnya dengan lap top dan diberlakukan sejak pendidikan dini bahkan di rumah sebelum anak bisa berbicara dan sebelum sekolah telah dikenalkan peralatan tersebut, seperti yang saya lihat, ada anak kecil yang masih digendong ibunya sudah bisa mewarnai gambar di HP orang tuanya. Selain itu terselenggara pendidikan jarak jauh lewat internet, dan lebih memperhatikan perkembangan kemampuan sesuai bakat dan minat peserta didik.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden diuraikan:”Delegasi partisipatif, terjadi komunikasi, sederajat atau bisa menjadi teman bagi anggota, tidak ada jarak sehingga tidak merasa takut dengan pemimpin sehingga membawa pengaruh yang baik pula terhadap kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.”
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Mereka berusaha menyikapi segala kesulitan dengan penuh iman meski belum semua yunior karena sebagian daya juangnya sangat kurang.” Hasilnya dijelaskan:”........untuk yunior yang sungguh berusaha mewujudkan spiritualitas ulah tapa mampu bersikap tenang dalam menyikapi kesulitankesulitan yang dihadapi tetapi untuk yunior yang kurang dalam usaha sungguh-sungguh mewujudkan spiritulitas tersebut nampak reaktif.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Mereka berusaha untuk tidak mengikuti kemauan diri dalam menunda-nunda tugas khususnya dalam membuat refleksi bulanan.” Hasilnya dikatakan:”Refleksi berjalan rutin setiap bulannya meski belum semua yunior lho ya........” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan apa adanya:”............kurang nampak ya……., karena kepekaan masih kurang. Melayani dalam komunitas saja masih cenderung diminta bahkan untuk beberapa yunior kalau libur studi justru pergi. Tetapi kerjasama dengan rekanrekan kuliah di kampus terkesan baik karena ada kemungkinan untuk tujuan agar memperoleh nilai akademik yang lebih baik.”
Menyetujui, 17 Agustus 2012
Responden IK2
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Ulah tapa adalah salah satu bentuk perjuangan terus-menerus baik itu doa, sikap, tutur kata, kegiatan, hidup persaudaraan atau komunitas yang menyangkut keseluruhan hidup dan membutuhkan pengorbanan ya……..”. 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri adalah:”Berjuang, bukan sekedar tahu maka dengan jatuh bangun, misalnya sedang tidak cocok dengan orang lain perlu diperjuangkan kembali dan hal ini berlaku juga untuk semua, baik suster senior, medior maupun yunior. Meski terkadang yunior masih menuntut orang lain, misalnya berkomentar:”Suster yang lain saja juga begitu!” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Ada unsur kerelaan, baik dalam meluangkan waktu, ringan tangan, ramah. Semua itu menjadi modal kita agar orang tidak takut pada kita. Apalagi kita mempunyai motto sebagai tempat pengungsian, sehingga orang yang datang nampak at home.” 4. Pendapat responden tentang trend komunikasi sekarang:”Lebih terbuka namun tetap disertai dengan rasa hormat, persaudaraan, tetap dalam koridor sopan santun. Enak tidak enak disampaikan tetapi bukan asal ngomong. Meski secara global di Indonesia tetapi tetap ada unggah-ungguh, kepada siapa berbicara, istilahnya komunikasi bermutu. Penggunaan alat-alat komunikasi sebagai sarana penting sesuai kebutuhan dan kepentingan seperti HP, email, face book. Istilah banyak orang alat komunikasi, misalnya HP menjadi jantung hati ke2.” 5. Pendapat responden tentang trend kebudayaan sekarang diuraikan:”Orang sekarang ikut-ikutan, kalau tidak ikut yang sedang nge-trend, misalnya model pakaian takut dibilang norak, kampungan, ndeso, ketinggalan zaman. Dalam situasi seperti ini dibutuhkan keteladanan hidup sederhana baik dalam berpakaian maupun dalam hal menu makanan dan penanaman kesadaran kepada peserta didik bahwa kita tidak perlu seperti orang lain dan tidak perlu merasa takut dikatakan ndeso.” 6. Pendapat responden tentang trend psikologi sekarang:”Melalui pendekatan pribadi lebih mengena, misalnya sapaan secara pribadi. Pengembangan multi intellegen secara psikologis demi gengsi dan pengakuan diri tetapi untuk orang yang tidak punya uang untuk makan saja sudah sulit. Mengembangkan multi intellegen sebagai modal sehingga banyak orang tua memaksa anakanaknya untuk les dan kursus-kursus hingga tidak ada waktu untuk bergaul sedangkan untuk orang tua yang tidak punya uang anak-anak mereka cukup dengan main PS, nonton TV, punya HP saja sudah bersyukur padahal yang namanya HP untuk zaman sekarang bukanlah barang mewah.” 7. Pendapat responden tentang trend pendidikan sekarang dijelaskan:”Pertama, penampilan “wah” dari luar. Pemerintah membantu pengadaan sarana-sarana agar sekolah-sekolah berkembang. Kedua, penekanaan pendidikan karakter atau pedagogi reflektif kepada anak digiatkan kembali. SDM para gurunya pada umumnya sarjana dengan berbagai titel namun meski bertitel tidak menjadi jaminan dapat menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik. SDM
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertitel karena tuntutan pemerintah maupun swasta dan lembaga lainnya. Untuk sarana pembelajaran dituntut bisa menggunakan multi media namun itu bukan menjadi yang utama melainkan sebagai sarana pendukung karena tetap dibutuhkan pengembangan kemampuan motorik, misalnya dengan mencatat karena peserta didik tidak hanya cukup mendengarkan dan menonton.” 8. Pendapat responden tentang trend kepemimpinan dikatakan:”Ada pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan bidangnya sebagai bentuk manajemen, misalnya di sekolah, kepemimpinan bukan sepenuhnya dipegang oleh kepala sekolah tetapi ada pembagian tugas sesuai dengan 8 standar kompetensi pendidikan; ada pembagian tugas dengan para guru dan karyawan juga ada unsur kepercayaan dan mendukung pengembangan diri bagi masing-masing pribadi rekan kerja.” 9. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Terutama dalam hidup persaudaraan atau komunitas, yakni belajar untuk peka kepada situasi orang lain dengan membutuhkan perjuangan untuk bisa ke luar dari diri sendiri, terbuka menerima teguran, tekun dalam hidup doa dan refleksi yang menjadi kekuatan dalam hidup.” Hasilnya disebutkan:”Cara berpikir dan bergaul, hidup persaudaraan menjadi berkembang, jujur dan terbuka meski masih terus berproses ya……….” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan apa adanya:”Dalam hal pengaturan waktu, misalnya pulang dari kerja inginnya ikut cepat pulang dengan karyawan tetapi juga dalam menjalankan doa, karena baru istirahat sebentar inginya tidur agak lama tetapi hal itu tidak dilakukannya. Penggunaan sarana-sarana dalam situasi bebas tidak ada yang mengontrol, dalam pergaulan dengan rekan kerja kalau ada kesalahan mau menerima teguran meski awalnya menolak.” Hasilnya dikatakan:”Terbuka dalam berkomunikasi dan dalam kerja di unit karya, tidak lagi ambil keputusan sendiri tetapi mau bertanya kepada guru, karyawan maupun suster sebagai bentuk kerendahan hati.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Mulai peduli ya…….terhadap peserta didik yang perlu dibantu, memberi perhatian, menyapa dan berkunjung.” Hasilnya diungkapkan:”Semakin peka terhadap peserta didik, guru dan karyawan.”
Menyetujui, 30 Agustus 2012
Responden IK3
(22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dijelaskan:”.......usaha untuk menjaga keseimbangan antara hidup rohani dengan tugas perutusan.” 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”............usaha untuk mengekang keinginan diri secara rendah hati, misalnya ingin memiliki HP, maupun keinginan untuk mengikuti trend yang sedang ngetop.” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”............kepekaan dan kesiap-sediaan untuk melayani terutama kepada yang kurang mampu, meski masih tergantung mood.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden disebutkan:”........untuk komunitas telah menggunakan jaringan komunikasi namun komunikasi langsung masih terjadi baik dalam belajar bersama maupun saat makan bersama. Sedangkan komunikasi secara umum sekarang ini tidak lagi face to face tetapi dengan berbagai media komunikasi modern, namun memiliki dampak negatif bahwa orang cenderung asyik dengan dunianya masingmasing. Maunya serba instan sehingga berdampak pula dalam hidup menggereja bagi yang Kristen maupun dalam pelayanan. Bahkan pasien pun sibuk dengan HP atau lap topnya.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden disebutkan:”..........instan dan individualis, mendewakan alat-alat canggih karena sekarang serba ada sehingga berdampak pada sikap kurang menghargai proses, kurang sabar, kurang kreatif. Sikap menghargai nilai-nilai budaya baik dari leluhur mulai luntur yang berpengaruh pula pada sikap kurang peka, lebih terbatas pada fungsinya sendiri.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden diuraikan:”Telah mengembangkan berbagai kecerdasan, seperti SQ, EQ, IQ, dsb., namun lebih mengedepankan kecerdasan intelektual, kurang menyeimbangkan kematangan kecerdasan yang lain, seperti emosi sosial sehingga berdampak stress, gangguan insomnia, terjadi kekerasan fisik. Psikologi sekarang tidak lagi tahap demi tahap sesuai dengan perkembangannya sesuai dengan tingkat usia. Kecerdasan intelektual ini dapat ditunjang dengan berbagai fasilitas meskipun dengan cara kredit maka akibatnya banyak orang kurang bisa prioritas kebutuhan.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden dikatakan:”Saya tidak tahu secara keseluruhan ya……..khusus untuk pendidikan kesehatan lebih banyak porsinya mendalami materi secara teoritis dari pada praktek. Kurangnya praktek ini mengakibatkan peserta didik cenderung copy paste dalam mengerjakan tugas-tugas. Namun secara umum sudah menerapkan perkembangan teknologi seperti penggunaan LCD dan komputer sebagai sarana pembelajaran namun belum semua sekolah menggunakannya, kemungkinan karena keterbatasan dana khususnya di daerah-daerah. Tenaga pendidiknya juga ditingkatkan meski belum merata di semua daerah.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden:”.......lebih demokratis, partisipatif dan tut wuri handayani sehingga kepemimpinan lebih berpengaruh
(23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada anggota sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuan. Karena pada dasarnya kepemimpinan dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu.” 9. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Kurang begitu tampak ya….. karena lebih sebatas kegiatan rohani yang dijalankan secara bersama sedangkan latihan rohani secara pribadi kurang tampak dijalankan. Dengan kata lain, masih dipengaruhi dari luar atau dinasihati, belum muncul dari kesadaran diri sendiri. Daya juang juga masih kurang tetapi lebih menuntut orang lain. Ada kemungkinan tahapnya memang sampai di sini dan dipengaruhi oleh pendidikan dasarnya di postulat dan novisiat.” Hasilnya dikatakan:”Setidaknya masih mampu bertahan dalam panggilannya sampai sekarang.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Yang saya lihat berusaha mengalahkan keinginan untuk memiliki benda-benda yang nge-trend dan mengalahkan kehendak diri demi ketaatan menerima tugas yang kurang disukai, mengalahkan kecenderungan untuk bepergian atau jalan-jalan meski masih harus diingatkan.” Hasilnya dikatakan:”Mereka bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan apa adanya:”Masih kurang peka, cenderung fokus dengan tugas sendiri, ada kemungkinan karena mereka belum menerima tugas di karya sehingga mereka menempatkan diri sebagai student.” Hasilnya dikatakan:”Melayani masih sebatas menjalankan tugas.”
Menyetujui, 18 Agustus 2012
Responden PK1
(24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan:”.........latihan-latihan rohani secara disiplin yang dilakukan secara pribadi maupun bersama untuk dihayati dalam hidup sehari-hari.” 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri dijawab:”.............sikap hidup sederhana dalam segala hal, menurut saya ya........dalam seluruh hidup.” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani diuraikan:”Mereka memahami spiritutalitas cinta kasih yang melayani adalah melayani sesama secara total dengan sepenuh hati, tanpa pamrih.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden:”Menggunakan peralatan komunikasi yang canggih, misalnya HP dan internet yang menunjang perkembangan pengetahuan demi kemajuan pelayanan. Namun perlu memiliki sikap bijaksana dalam menggunakannya, misalnya internet bila digunakan pada jam kerja hanya untuk kepentingan pribadi tidak mendukung tugas pekerjaan melainkan justru mengganggu karena telah menyita waktu kerja.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden dikatakan dengan tegas:”Kebarat-baratan yang menggeser budaya setempat maka perlu mempertahankan budaya yang baik namun juga perlu berani meninggalkan budaya yang tidak sesuai dengan situasi zaman. Kita tidak bisa mempertahankan budaya lama yang tidak sesuai lagi dengan situasi dan tuntutan zaman, harus realistis juga ya dengan perkembangan zaman. Selain itu juga budaya konsumerisme yang juga telah masuk ke dalam biara-biara, misalnya membeli tanpa memperhitungkan bahwa barang yang dibeli sungguh-sungguh menjadi kebutuhan.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”Lebih mengembangkan kemampuan rasio namun kurang terolah secara seimbang dengan kematangan afeksi sehingga kurang mengembangkan rasa kemanusiaan, sehingga tidak membentuk menjadi pribadi yang seimbang antara rasio dan kematangan hati.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden disebutkan:”Meningkatkan pendidikan SDM tenaga pendidik, menerapkan pendidikan karakter agar peserta didik memiliki kepribadian yang baik. Zaman sekarang tidak cukup hanya menggunakan papan dan kapur tulis, sudah ketinggalan zaman; sekarang menggunakan LCD, lap top dan internet sudah menjadi kebutuhan sebagai sarana pembelajaran. Semua itu bukan barang yang istimewa lagi karena peserta didik di rumah, terutama yang kaya telah memiliki segala sarana tersebut. Maka kalau di sekolah tidak menggunakan sarana tersebut bisa ditinggalkan atau tidak diminati oleh masyarakat.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden disebutkan:”Terorganisir secara baik, transformatif, delegasi partisipatif, meningkatkan manajemen yang semakin baik, melengkapi sarana-prasarana, memberikan rasa nyaman kepada karyawan, memperhatikan kesejahteraan karyawan, melibatkan karyawan untuk ikut memikirkan perkembangan karya.”
(25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Mereka berusaha menghayati hidup doa secara disiplin dan berproses menyesuaikan diri dengan situasi komunitas, terutama dengan pimpinan komunitas, untuk yang di sini lho ya.......” Hasilnya dikatakan:”Mereka tidak terlambat dalam waktu doa bersama meski belum konsisten.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Mereka berusaha terusmenerus untuk memiliki sikap hidup sederhana dalam berpakaian dan penggunaan fasilitas yang tersedia meski belum konsisten.” Hasilnya dikatakan:”Mereka memiliki sikap menerima segala yang disediakan termasuk makanan yang disajikan.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Yang saya lihat, mereka berusaha melayani secara total di unit karya dan memahami setiap pribadi dengan segala keberadaannya.” Hasilnya dikatakan:”Adanya perubahan dalam usaha mengalahkan diri dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.”
Menyetujui, 21 Agustus 2012
Responden PK2
(26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Ulah tapa dimengerti berkaitan dengan mati raga, misalnya dalam hal makan, dan latihan rohani sesuai dengan acara-acara di komunitas. Untuk yunior yang di sini masih tergantung pimpinan komunitas, dalam arti lebih taat pada pimpinan komunitas berkaitan dengan jam kerja meskipun pekerjaan belum selesai sehingga saya merasa kerja sendirian di unit karya.” 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan apa aadanya:”Untuk pemahaman pengendalian diri masih kurang karena merasa serba bisa, kalau ditegur masih emosional, belum mampu mengatur waktu, cenderung kerja terus namun dari segi kemampuan kerja bisa diandalkan.” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Yunior yang di komunitas sini memahami secara baik namun cenderung egois khususnya terhadap makanan yang disukai seringkali hanya untuk diri sendiri kurang peka untuk berbagi, tegur sapa dan melayani masih sebatas pada umumnya. Kalau ada situasi yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya, misalnya mau ikut bepergian tetapi tidak diijinkan maka berpengaruh pada pikiran dan perasaan hati dalam melayani. Sikap ini menunjukkan kurang dewasa maka ujungujungnya mau ke luar. Akhirnya sadar dan minta maaf. Suasana hati seperti ini berpengaruh pada pelayanan yang kurang tulus.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Menggunakan alat-alat canggih seperti HP, lap top yang dapat digunakan untuk face book, internet, email dan lain-lain dan dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan banyak orang dengan sangat cepat dalam hitungan detik”. 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden disebutkan:”Instan termasuk pola makan inginnya beli di luar. Penampilan dalam berpakaian mengikuti pengaruh multi level marketing yang menawarkan bermacam-macam produk dalam satu paket model dan warna yang sama dalam satu produk, misalnya baju biru, tas biru, sepatu biru, sekaligus kosmetiknya dalam satu paket merk yang sama. Dan terus-menerus berganti model. Juga perawatan kecantikan, model rambut yang bertujuan agar membuat orang terpesona. Gaya ini bisa saja diikuti oleh para religius, misalnya pakai pemutih, potong rambut ke salon, juga pola makan tidak mau masak tetapi beli di luar. Orang cenderung tergiur belanja atau komsumerisme yang mungkin disebabkan karena tergiur oleh tawaran bonus.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”.........telah memadukan ilmu-ilmu yang lain dan mengembangkan kecerdasan segi-segi lain, misalnya ilmu seni baik seni musik, seni suara, seni rupa, dll.; yang membentuk kepribadian dan karakter seseorang serta mengembangkan semua bakat sehingga orang menjadi kreatif.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden dikatakan:”Pendidikan sekarang lebih membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan agar setelah lulus langsung dapat bekerja, baik tingkat SLTA maupun akademik yang tidak kalah dengan sarjana penuh, contohnya lulusan ATMI.
(27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mereka dididik untuk mengembangkan ide-ide untuk mencipta dengan menggunakan peralatan yang tersedia dan mengembangkan kreativitas. Pendidikan SDM selalu ditingkatkan dan terus-menerus belajar, terbukti dengan adanya sertifikasi melalui ujian namun kadang masih ada yang selevel, misalnya lulusan S1 mengajar di Perguruan Tinggi untuk program S1 pula; maka dituntut terus-menerus belajar. Bagi para orang tua yang tahu berusaha meningkatkan kecerdasan intelektual anak sejak dini bahkan sejak dalam kandungan dengan memperdengarkan jenis musik tertentu, memberi makanan bergizi sehingga anak-anak sekarang meski masih kecil sudah cerdas dan sudah bisa diajak berkomunikasi. Alat-alat pembelajaran menggunakan alatalat teknologi tepat guna termasuk kalkulator yang lengkap fungsinya. Alatalat itu selain sebagai sarana juga membantu agar peserta didik maupun pendidiknya juga dapat belajar dalam menggunakannya.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden disebutkan:”Komunikatif, mengajak karyawan untuk maju bersama dalam mewujudkan visi, misi. Mau merakyat atau dekat dengan karyawan tetapi wibawa pemimpin tetap ada bukan karena berkuasa. Melibatkan karyawan untuk memikirkan bersama dalam memajukan karya dan adanya pembagian tugas.” 9. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan dengan jujur:”Saya kurang tahu persis karena sejak awal datang, yunior yang tinggal bersama dalam komunitas sini belum pernah datang untuk pendampingan. Hal ini saya sayangkan karena seharusnya mempunyai kesadaran untuk rendah hati datang ke pimpinan karya. Mungkin punya trik-trik sendiri dalam mewujudkan spiritualitas ini, namun masih mau berkomunikasi untuk minta ijin dan tidak pilih-pilih dalam hal makan. Cenderung ingin sama dengan suster yang beda jenjang, misalnya ingin juga punya HP.” Hasilnya dikatakan: “Menerima situasi sebagaimana adanya.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Mengelola emosi. Akhir-akhir ini kalau sedang marah biasanya diam kemudian pergi ke kapel untuk berdoa dan berefleksi maka tidak lama sudah menjadi baik.” Hasilnya: ”Gembira, mudah membantu, peka namun terkadang berlebihan kurang bisa menempatkan diri dalam batas tanggungjawabnya sehingga cenderung melangkahi batas kewenangannya. Ada kalanya juga mau minta maaf meski harus disadarkan terlebih dahulu.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Peka dan bertanggungjawab dalam tugas-tugas. Namun terkadang pelupa, misalnya taruh kunci di mana, lampu nyala terus sepanjang malam, mungkin karena tugasnya banyak hingga terkesan bahwa dia lupa sebagai yunior yang masih harus banyak belajar untuk menyeimbangkan hidup karya dan rohani.” Hasilnya dikatakan:”Mau menerima masukkan.” Menyetujui, 31 Agustus 2012 Responden PK3
(28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden terhadap pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa 2. Pengamatan responden terhadap pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri 3. Pengamatan responden terhadap pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani Dijelaskan oleh responden:”Untuk pertanyaan no 1-3 belum dapat saya ketahui secara pasti karena saya masih baru sebagai formator yunior. Idealnya mereka telah paham dengan baik karena telah ditanamkan tentang spiritualitas pendiri yang menjadi kekhasan Kongregasi melalui pelajaran, keteladanan dan latihan-latihan rohani yang seharusnya semakin dibatinkan sejak pendidikan awal di masa postulat dan novisiat.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:’Menggunakan alatalat canggih yang bisa menggeser komunikasi langsung atau face to face yang jujur, saling terbuka dan saling percaya karena dengan komunikasi langsung dapat saling menangkap pergulatan lawan bicara melalui bahasa tubuh yang lebih jujur. Sedangkan komunikasi dengan alat-alat teknologi dapat menyembunyikan identitas dan keadaan dirinya yang sebenarnya.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden disebutkan:”Budaya instan sehingga tidak menghargai proses yang membutuhkan waktu untuk latihan mengasah diri, mengikuti trend alat-alat IT, individualis yang cenderung mencari aman dan nyaman untuk diri sendiri sehingga kepekaan, kepedulian dan solidaritas dengan sesama semakin menurun.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”Mengembangkan berbagai kecerdasan yakni kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, pengolahan hidup dan penyembuhan luka-luka batin. Pada zaman sekarang ini orang sukses tidak hanya diukur dari kecerdasan intelektual namun terlebih kecerdasan emosi sehingga mampu bijaksana dalam menyikapi tekanan dan tantangan hidup yang semakin berat.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden diuraikan:”........lebih mengedepankan prestasi atau nilai akademik yang menjadi tuntutan pemerintah yang ditandai dengan adanya EBTANAS yang diberlakukan di seluruh daerah di Indonesia. Namun pada umumnya lembaga pendidikan khususnya swasta Katolik sekarang ini ingin mencetak manusia secara utuh maka ada pendidikan karakter. Sarana pembelajaran pun dengan menggunakan lap top dan LCD. Pendidikan guru juga semakin tinggi dan bersertifikasi karena tuntutan profesionalitas meski jiwa keguruan dan cara pembawaan diri menurun dibandingkan dengan pendidik yang dulu (lulusan SPG). Model pembelajaran yang diterapkan salah satunya dengan diskusi dan siswa lebih mandiri serta aktif mencari materi pembelajaran misalnya dengan mengakses melalui internet.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden disebutkan: ”Menempatkan karyawan sebagai mitra kerja, manajemen dengan sistem yang dibangun secara baik, memberdayakan karyawan, mampu mempengaruhi karyawan untuk menjadi lebih baik, berani ambil resiko, bertanggungjawab, mempunyai visi dan tujuan yang jelas.”
(29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Pengamataan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”........masih bergulat dengan diri sendiri ya……...” Hasilnya dikatakan:”Terkesan belum mampu memaknai hidup.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”.........hidup sederhana namun masih tampak pilih-pilih.” Hasilnya dikatakan:”Kurang tampak memiliki motivasi dan daya juang untuk mewujudkan nilai spiritualitas tersebut.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Berusaha untuk peka.” Hasilnya dikatakan:”Keutamaan-keutamaan yang lain ikut berkembang, antara lain rela berkorban untuk bangun pagi dan mengorbankan kepentingan pribadi tidak istirahat siang.”
Menyetujui, 21 Agustus 2012
Responden F1
(30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan:”...........latihan rohani dalam keheningan batin untuk mengolah diri sebagai usaha untuk semakin dekat dengan Allah. Meskipun dalam prakteknya sekarang ini keheningan sangat berkurang, terutama saat berjumpa dengan sesama yunior.” 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Usaha untuk mengatasi kecenderungan diri yang tidak teratur, tidak mengikuti kemauan diri sendiri tetapi berusaha mengalahkannya demi sesuatu yang berguna bagi perkembangan hidup rohaninya.” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Kesediaan untuk melayani sesama tanpa pilih-pilih dan mau bekerja apa saja, rela berkorban baik waktu maupun mengorbankan kesenangan untuk diri sendiri.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Menggunakan alat-alat canggih seperti HP, email dan lain sebagainya sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih cepat. Kemajuan media komunikasi memiliki segi positif asal saja digunakan secara tepat. Segi negatifnya adalah komunikasi secara langsung semakin berkurang, dengan demikian sosialisasi pun juga semakin berkurang.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden dikatakan:”Ehmmm, secara global saya kurang tahu ya…….tetapi khususnya untuk orang muda saya amati mengalami pergeseran nilai, misalnya nilai sopan-santun terhadap orang yang lebih tua maupun kebiasaan membantu orang tua di rumah. Perubahan nilai ini dipengaruhi oleh para orang tua sendiri yang mengkondisikan anak-anaknya supaya tidak hidup susah. Namun perlakuan ini justru membuat orang muda menjadi manja dan cari enaknya sendiri yang cenderung membentuk menjadi pribadi yang berbudaya instan dan egois, yang berakibat anak muda menjadi kurang mandiri. Namun di luar rumah, mereka ingin maju seperti teman yang lain dalam hal-hal positif, misalnya mau belajar bahasa asing, mengikuti berbagai kursus dan kegiatan sosial karena rasa gengsi, tidak mau ketinggalan dengan temannya. Rasa sosial untuk orang lain lebih tinggi demi mencari popularitas dibandingkan di dalam rumah keluarganya sendiri menjadi kurang peka dan perhitungan.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan degnan mantap:”Sudah sangat maju dengan ditemukannya pengembangan fungsi kecerdasan otak kanan dan otak kiri. Para orang tua zaman sekarang sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti trend ini bahkan tidak sayang terhadap uang sehingga orang tua menjadi tahu akan bakat, minat dan kemampuan anak-anaknya. Dengan demikian, mereka tidak lagi memaksakan kehendak kepada anak-anaknya untuk sekolah sesuai dengan harapan dan kehendak orang tua, melainkan para orang tua tinggal mendukung perkembangan bakat dan minat anak.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden:”Dilengkapi dengan alat-alat canggih seperti in focus dan komputer yang lebih cepat dikuasai penggunaannya oleh para siswa serta menggunakan berbagai bahasa asing
(31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang mungkin gurunya sendiri belum tentu menguasai secara lancar, maka para guru pun berusaha mengembangkan diri dengan studi ke jenjang yang lebih tinggi serta belajar mengenai penggunaan alat-alat teknologi maupun penguasaan bahasa asing.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden disebutkan:”Lebih mengutamakan semangat persaudaraan, mengajak bersama-sama, tegas namun bukan kejam, mengajari bawahannya dan mengajak terbuka, mau bertanya kepada bawahannya namun tetap menjaga wibawa sebagai pemimpin serta merangkul anggota demi mencapai kemajuan dan tujuan bersama.” 9. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”.......berusaha mewujudkan keheningan batin untuk mencari kehendak Allah dalam hidup sehari-hari dengan mencontoh para suster senior.” Hasilnya dikatakan apa adanya:”Catatan, tidak semua lho ya….., mereka mau mendekati pribadi suster senior yang “sulit” bukan menghindari melainkan mau membaur sehingga semakin kenal dan akhirnya mampu mencontoh penghayatan hidup rohani dan mampu menciptakan keheningan batin secara pribadi.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Berusaha memilahmilah dan prioritas kepentingan, misalnya tidak lagi terus-menerus membuka internet tetapi menggunakan internet pada waktu ada kebutuhan penting dan memang perlu, dalam penggunaan uang, mengolah emosi dan afeksi menyangkut kemurnian hati dan semakin membangun kesadaran bahwa dirinya adalah seorang religius.” Hasilnya dikatakan:”Dewasa dalam mengambil keputusan.” 11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Pada mulanya setiap mereka akan melayani sesama pikir-pikir dulu namun dengan berjalannya waktu tidak lagi banyak pertimbangan melainkan memiliki pemikiran bahwa memang harus ditolong karena pertimbangan rasa kemanusiaan dan rasa kasih sayang terhadap sesama yang semakin berkembang.” Hasilnya dikatakan dengan rasa syukur:”Mereka mampu memaknai tugas perutusan yang diberikan Kongregasi sebagai kehendak Tuhan sendiri sehingga dijalani dengan berusaha sepenuh hati.”
Menyetujui, 13 Agustus 2012
Responden F2
(32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas ulah tapa dikatakan:”............latihan-latihan rohani dalam berelasi dengan Tuhan.” 2. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”………usaha untuk mengalahkan hal-hal negatif dalam diri yang menuntut pengorbanan diri.” 3. Pengamatan responden mengenai pemahaman para suster yunior tentang spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”………berinisiatif lebih dulu atau peka dalam melayani dan menyapa orang lain.” 4. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Menggunakan alat-alat komunikasi sehingga komunikasi langsung sebatas basa-basi, komunikasi menjadi dangkal begitu juga dalam komunikasi yang menggunakan alat-alat teknologi menggunakan kalimat-kalimat yang disingkat, misalnya sms.” 5. Trend kebudayaan sekarang menurut responden disebutkan:”Ikut-ikutan yang lagi nge-top, instan-ingin yang serba praktis, individualis cenderung lebih mementingkan keluarga atau kelompoknya sendiri dan hedonis.” 6. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”Semakin terbuka pada pendekatan bidang ilmu yang lain antara lain kecerdasan intelektual dan mengembangkan kecerdasan multi talent.” 7. Trend pendidikan sekarang menurut responden disebutkan:”Mengembangkan multi talent siswa secara optimal sehingga siswa semakin percaya diri. Pendidikan nilai-nilai antara lain pedagogi reflektif, anti korupsi, pendidikan karakter. Menggunakan alat-alat teknologi multi media sebagai sarana dalam mencari sumber pembelajaran yang membuat siswa lebih mandiri dalam mencari pengetahuan namun di sisi lain menurunkan minat baca dari sumber pengetahuan pustaka. Tingkat pendidikan guru semakin tinggi, pada umumnya minimal S1 tetapi dasar pendidikan pedagogi kurang bila dibandingkan dengan pendidikan SPG sehingga penampilan, cara bicara, cara membawa diri dan bergaul kurang mencerminkan jiwa pendidik.” 8. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden disebutkan:”Berusaha menyesuaikan tutur kata dengan tindakan, bertanggungjawab, mendengarkan dan menyapa karyawan, serta berelasi dekat dengan karyawan namun tetap menjaga wibawa sebagai pemimpin.” 9. Pengamataan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas ulah tapa dikatakan:”Mereka berusaha menghayati eksistensi diri sebagai pribadi religius dalam mewujudkan hidup rohani tetapi bila berhadapan dengan kesibukan kurang mampu mengatur waktu.” Hasilnya diungkapkan:”Mampu berefleksi lebih mendalam.” 10. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas pengendalian diri dikatakan:”Mereka berusaha mengurangi kekurangan atau kelemahan dalam diri.” Hasilnya dikatakan:’Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai yunior untuk melakukan bimbingan secara rutin tiap bulannya kepada pimpinan karya, pimpinan komunitas dan formator meski belum semua lho ya…..”
(33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Pengamatan responden terhadap pergulatan para suster yunior dalam mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani dikatakan:”Berusaha untuk berinisiatif melayani orang lain lebih dulu atau meningkatkan kepekaan tanpa takut penilaian atau dikomentari dari orang lain.” Hasilnya dikatakan:”Semakin mampu memahami setiap pribadi, berpikir positif mengenai orang lain dan bisa membawa diri.”
Menyetujui, 22 Agustus 2012
Responden F3
(34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Trend komunikasi sekarang menurut responden diuraikan dengan tegas:”Lebih global dan lebih mengutamakan komunikasi yang menyapa orang lain yang berada di tempat jauh dengan menggunakan HP, BB, face book, internet, dll; sehingga komunikasi langsung semakin menurun. Fungsi alat-alat komunikasi memang mempercepat informasi dan komunikasi namun apabila penggunaannya disalahgunakan maka akan menimbulkan salah paham dan kurang mendukung nilai-nilai moral, seperti penyebaran foto atau video porno maupun menyebarkan berita-berita yang tidak baik untuk kepuasan pribadi. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap selektif dalam memilih informasi dan bijaksana dalam menggunakan alat komunikasi.” 2. Trend kebudayaan sekarang menurut responden dikatakan:”........untuk remaja pada umumnya mengikuti budaya yang sedang pop, seperti modern dance dengan mengenakan pakaian yang agak terbuka. Ikut pengaruh iklan yang menimbulkan budaya instan, konsumerisme, menonton sinetron, dll.; yang menggeser budaya lokal bahkan cenderung meninggalkan kekayaan budaya daerah yang seharusnya dilestarikan.” 3. Trend psikologi sekarang menurut responden disebutkan:”Mengembangkan karakter, kecerdasan sosial-emosional, dan kecerdasan kognitif, psiko motorik kasar dan halus, Konsultasi Multi Intellegensi (KMI) atau kecerdasan ganda, keseimbangan otak kanan dan otak kiri yang dikembangkan sejak usia dini.” 4. Trend pendidikan sekarang menurut responden disebutkan:”Menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sehingga pendidikan tenaga pendidik pun semakin tinggi dan kompeten pada bidangnya, model pembelajaran sangat variatif seperti cooking class, menanam dan mengamati pertumbuhan tanaman sehingga peserta didik mengalami praktek secara langsung. Selain mengikuti dan menerapkan kurikulum Permendiknas juga dapat mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan setempat dengan bekerjasama di tingkat daerah maupun MPK (untuk swasta Katolik) maupun perwakilan-perwakilan yayasan secara mandiri. Menyusun buku pelajaran secara mandiri di tingkat daerah maupun MPK. Sarana pembelajaran yang digunakan antara lain LCD, lap top, dan internet yang mempermudah proses pembelajaran dan mempermudah pula bagi guru dan siswa dalam mencari sumber pembelajaran namun di sisi lain kreativitas guru dan siswa semakin menurun karena cenderung copy paste dari internet.” 5. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden disebutkan:”Demokratis, mengembangkan semangat persaudaraan dan kekeluargaan, terbuka dalam menerima pendapat karyawan, membudayakan sapa dan salam dalam lingkungan kerja, memperhatikan kesejahteraan material dan spiritual agar karyawan memiliki keseimbangan hidup dan tidak menjadi power syndrom di masa tuanya.” 6. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS menurut responden disebutkan sebagai berikut:”…………… a. Menterjemahkan buku-buku sejarah Kongregasi asal yakni Kongregasi BOZ sehingga mulai mengetahui dan menghayati spiritualitas peniten rekolek dari Moeder Yohana van Yesus, kemudian mengetahui dan menghayati spiritualitas Moeder Rosa de Bie pendiri Kongregasi yang
(35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. c. d. e.
f.
g.
h. i. j.
semula hanya mengetahui dan menghayati spiritualitas Fransiskus Assisi akhirnya menemukan persaudaraan serumpun Moeder Theresia Saelmakers, sehingga dapat mewujudkan kerjasama sebagai saudara serumpun. Mendatangkan ahli-ahli Fransiskan untuk mendalami sejarah dan spiritualitas Kongregasi yang diwariskan oleh pendiri Kongregasi. Mendalami spiritualitas pendiri dalam rekoleksi dan retret. Memberdayakan anggota Kongregasi yang kompeten untuk menjadi nara sumber dalam menggali spiritualitas pendiri. Kebijakan-kebijakan kapitel dan hasil rapat akhir tahun (RPA) yang tidak lagi kaku melainkan disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai dasar spiritualitas pendiri. Memberikan kebijakan akan penggunaan alat-alat teknologi kepada anggota demi meningkatkan pelayanan sebatas dibutuhkan dengan mempertahankan kesederhanaan. Membuat rumusan spiritualitas Kongregasi yang semakin singkat namun mendalam sebagai upaya agar mempermudah pemahaman anggota dalam penghayatan konkret dalam hidup sehari-hari, saya sendiri juga terbantu. Menuangkan spiritualitas pendiri yang menjadi spiritualitas Kongregasi ke dalam visi - misi di unit-unit karya. Mengajak anggota Kongregasi untuk terus-menerus membaharui diri sebagai religius SFS yang injili. Adanya pembaharuan istilah-istilah, yakni Pemimpin Umum Kongregasi menjadi Pelayan Umum Persaudaraan dan Koordinator menjadi Komisi, agar semangat persaudaraan Fransiskan tetap menjadi kekhasan Kongregasi SFS.”
Hasilnya dari upaya kontekstualisasi tersebut disebutkan oleh responden sebagai berikut:”…………………. a. Tercipta persaudaraan yang sederajat. b. Ini berdasarkan sharing karyawan ya…….,tercipta semangat persaudaraan dan kekeluargaan di unit-unit karya sehingga karyawan merasa nyaman dan merasa diterima. c. Hidup sederhana dalam komunitas dan karya namun tetap dapat melayani dengan baik sehingga karya-karya Kongregasi masih dipercaya dan diminati oleh masyarakat sampai sekarang. d. Menyekolahkan suster-suster muda tanpa harus menunggu kaul kekal untuk memenuhi kebutuhan karya pelayanan.”
Menyetujui, 23 Agustus 2012
Responden MS
(36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Bersifat global, dapat menjangkau lebih luas berkat kemajuan teknologi, misalnya dengan HP, telephone, email, face book, ipad, dan lain sebagainya. Ipad, huruf “I” dalam bahasa Inggris berarti “saya” yang menonjolkan keakuan atau keegoisan diri, mungkin ini juga ingin menunjukkan akan hal itu. Peralatan komunikasi yang canggih sangat menunjang tugas pelayanan apabila digunakan secara tepat namun akan membawa dampak negatif jika penggunaannya tidak semestinya. Para religius pun menggunakan sarana komunikasi untuk berkomunikasi dengan sesama rekan sepanggilan baik dalam negeri maupun ke negara-negara lain. Begitu juga saya menggunakan email untuk berkomunikasi dengan para suster yang di Belanda meski pengoperasiannya meminta bantuan suster yang lebih muda. Alat komunikasi ini dapat menggagalkan panggilan bagi religius apabila digunakan untuk menjalin komunikasi yang tidak sehat.” 2. Trend kebudayaan sekarang menurut responden dikatakan:”Terjadi pembauran budaya antar suku dan bangsa sehingga saling mengenal, memahami dan memperkaya satu dengan yang lainnya. Namun trend budaya sekarang ini cenderung kebarat-baratan yang mengarah kepada kebebasan berekspresi, misalnya tarian erotik, model pakaian yang ketat dan transparan, serta bebas dalam mengungkapkan pendapat. Kebudayaan barat juga memiliki nilai-nilai yang baik namun pada umumnya orang cenderung memilih yang menyenangkan atau mengikuti yang sedang pop.” 3. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”Menggunakan berbagai pendekatan ilmu, seperti ilmu budaya dan kecerdasan intelektual. Pada umumnya orang mengikuti perkembangan tersebut sehingga berpengaruh pada cara berpikir. Para orang tua yang mampu dalam hal keuangan mengkursuskan anak-anaknya untuk mengembangkan bakatnya. Pada masa sekarang ini telah banyak lembaga, baik dalam negeri maupun luar negeri yang bersedia memberikan bantuan dana untuk mengembangkan bakat dan kemampuan, misalnya stasiun TV Korea yang membantu anak-anak muda mengembagkan talentanya, juga sumbangan dari negara lain untuk membantu meningkatkan studi yang lebih tinggi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.” 4. Trend pendidikan sekarang menurut responden disebutkan dengan bangga:”Menggunakan bahasa asing dalam proses pembelajaran dan pengembangan bakat serta minat peserta didik dengan menyelenggarakan berbagai olimpiade baik di dalam negeri maupun ke luar negeri sehingga terjadi pertukaran peserta didik. Selain itu, ditunjang oleh alat-alat teknologi canggih, seperti komputer dan internet yang menjadi sarana dalam mencari berbagai sumber pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik. Dengan demikian tugas pendidik sekarang ini semakin ringan karena model pembelajaran yang diterapkan adalah siswa aktif dalam mencari informasi dan pengetahuan, salah satunya melalui internet. Pengembangan karakter peserta didik juga dikembangkan bukan lagi dengan pelajaran budi pekerti melainkan dengan pendidikan agama agar peserta didik memiliki perilaku yang baik dan bermoral, dengan harapan peserta didik tidak berjiwa anarkis. Pendidikan anti
(37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
korupsi menjadi salah satu mata pelajaran agar generasi mendatang memiliki perilaku yang bertanggungjawab sehingga bangsa ini tidak semakin terpuruk.” 5. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden dikatakan:”Kepemimpinan dalam pemerintahan sekarang ini dengan memberikan harapan-harapan melalui janji-janji dalam kampanye demi memperoleh kursi jabatan tanpa membekali diri menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa pelayan melainkan untuk mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri. Sedangkan kepemimpinan Kristiani adalah kepemimpinan model Yesus yang melayani. Kepemimpinan sekarang ini pada umumnya memberikan rasa nyaman bagi para karyawan, memperhatikan kesejahteraan jasmani maupun rohani serta meningkatkan pendidikan karyawan dengan studi ke jenjang yang lebih tinggi demi mendukung keberhasilan karya.” 6. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS menurut responden disebutkan sebagai berikut:”…………… a. Mendatangkan tenaga ahli untuk menggali nilai-nilai spiritualitas pendiri Kongregasi. b. Mendalami spiritualitas pendiri dalam rekoleksi dan retret. c. Mengadakan perubahan-perubahan konstitusi, tapi saya lupa tahuntahunnya………. d. Perubahan-perubahan cara hidup lahiriah dari berpakaian lengkap dan tertutup pada masa pra konsili menjadi lebih sederhana. e. Kebijakan-kebijakan yang semakin manusiawi dan mengembangkan nilainilai persaudaraan secara terbuka setelah Konsili Vatikan II, misalnya ada uang untuk orang tua pada waktu cuti ke keluarga dan boleh mengunjungi saudara-saudara yang lain. f. Rekomendasi kapitel yang perlu dipahami dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari, baik secara pribadi maupun bersama bagi seluruh anggota Kongregasi sebagai upaya menyikapi situasi zaman yang terus berubah. g. Mengalirkan spiritualitas pendiri kepada rekan kerja di unit-unit karya dengan cara memberikan teladan, latihan-latihan rohani seperti rekoleksi dan retret. h. Mempertahankan spiritualitas pendiri dalam melayani orang kecil dengan membuka karya pelayanan di desa-desa dan di kota-kota kecil. i. Terus-menerus menanamkan nilai-nilai spiritualitas pendiri dalam setiap jenjang pembinaan kepada seluruh anggota. j. Menempatkan suster yang telah lanjut usia di setiap komunitas sebagai kesempatan mewujudkan spiritualitas cinta kasih yang melayani.” Hasil dari upaya kontekstualisasi tersebut menurut responden disebutkan:”…………….. a. Semakin konkret dalam mewujudkan nilai-nilai spiritualitas pendiri dan mewujudkan motto Kongregasi:“Menjadi tempat pengungsian bagi sesama yang berkesusahan” dalam situasi zaman sekarang ini, antara lain: para suster dapat berbuat sosial kepada sesama yang perlu dibantu karena diberi kepercayaan dalam menggunakan uang yang dikelola secara pribadi, menampung yang hamil di luar nikah, memberi kebijakan tenggang waktu dan keringanan kepada para pasien yang kurang mampu.
(38)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Adanya peningkatan pendidikan setiap anggota sesuai dengan kemampuan untuk memenuhi tuntutan aturan pemerintah. c. Mampu menyesuaikan perkembangan zaman dalam penggunaan alat-alat teknologi. d. Membangun jejaring kerjasama secara terbuka dengan Kongregasikongregasi yang lain.
Menyetujui, 16 Agustus 2012
Responden BL1
(39)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Trend komunikasi sekarang menurut responden dikatakan:”Menggunakan alat-alat komunikasi yang canggih seperti HP dan lain-lainya yang dapat menunjang tugas pelayanan semakin lancar. Yang saya lihat, di sisi lain membuat orang cenderung sibuk dengan alat komunikasi tersebut dan penggunaannya seringkali untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di tempat jauh sedangkan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya terabaikan sehingga komunikasi timbal-balik yang mendalam semakin berkurang.” 2. Trend kebudayaan sekarang menurut responden disebutkan:”Terjadi pembauran aneka budaya dari berbagai daerah sehingga saling memperkaya. Trend budaya sekarang ini antara lain konsumtif, ikut model pakaian yang sedang nge-trend, budaya instan mau cari cepatnya termasuk dalam hal pola makan yang cenderung memilih makanan siap saji, misalnya mie instan, kentuky fried chiken, dan lain sebagainya.” 3. Trend psikologi sekarang menurut responden dikatakan:”Sudah berkembang dengan menerapkan pendekatan berbagai bidang ilmu dan lebih mengembangkan kemampuan intelektual sehingga bagi yang mempunyai uang berusaha meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi untuk mencapai kompetensi yang maksimal.” 4. Trend pendidikan sekarang menurut responden dikatakan:”Sudah sangat berkembang yang ditandai dengan peningkatan pendidikan tenaga pendidik, menggunakan peralatan teknologi, alat laborat, komputer, dan lain-lain yang lebih lengkap terutama bagi penyelenggara pendidikan yang memiliki dana pengembangan. Di sekolah sini yang saya lihat menanamkan nilai-nilai keutamaan antara lain: kedisiplinan, nilai-nilai moral dan kemanusiaan, serta peduli lingkungan dengan membuat sampah organik, menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dan membuat penghijauan lingkungan meskipun belum semua sekolah melakukan hal yang sama.” 5. Trend kepemimpinan sekarang menurut responden dikatakan:”Di Indonesia sekarang ini sedang krisis kepemimpinan terbukti terjadi korupsi. Namun kepemimpinan secara umum sekarang ini memberikan kepercayaan kepada stafnya, mengembangkan mutu SDM dengan meningkatkan pendidikan yang sesuai kompetensinya demi menunjang kemajuan karya, membangun kerukunan, serta memperhatikan kesejahteraan karyawan.” 6. Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri yang telah dilakukan oleh Kongregasi SFS menurut responden disebutkan sebagai berikut:”……………. a. Peningkatan pendidikan SDM sesuai dengan tuntutan zaman. b. Mendalami spiritualitas pendiri dalam rekoleksi dan retret dengan memberdayakan anggota Kongregasi yang kompeten. c. Adanya rekomendasi kapitel yang perlu dipahami dan diwujudkan oleh seluruh anggota. d. Perubahan-perubahan aturan hidup atau Konstitusi untuk disempurnakan sesuai dengan kebutuhan karena tuntutan situasi zaman. e. Pengembangan karya sesuai dengan kebutuhan situasi zaman dengan adanya pemisahan yayasan, misalnya antara pendidikan dan kesehatan.
(40)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Mewujudkan spiritualitas peniten rekolek dengan saudara serumpun dalam karya bersama. g. Terbuka dalam belajar dan menjalin kerjasama dengan Kongregasikongregasi lain untuk meningkatkan mutu hidup rohani dan karya pelayanan. h. Membentuk tim kerja-tim kerja dalam Kongregasi.” Hasil dari upaya kontekstualisasi tersebut menurut responden disebutkan sebagai berikut:”……………. a. Semakin memantapkan hidup rohani dan penghayatan spiritualitas anggota Kongregasi. b. Peningkatan pendidikan SDM anggota Kongregasi yang mendukung pengembangan karya.”
Menyetujui, 19 Agustus 2012
Responden BL2
(41)